• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Obyek dan Subjek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Obyek dan Subjek Penelitian"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

53 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek dan Subjek Penelitian

Pada bab ini, peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang permasalahan yang telah dirumuskan yaitu impression management penyanyi dangdut pada pertunjukan musik dangdut di Tangerang. Prioritas sosial penyanyi dan penikmat dangdut yang diteliti pada masyarakat wilayah Tangerang adalah di wilayah Legok, Pagedangan dan sekitarnya. Pada wilayah tersebut masih banyak dijumpai atau diadakan orkes-orkes musik dangdut untuk menghibur masyarakat. Biasanya orkes musik dangdut diadakan pada saat hajatan pernikahan atau sunatan pada hari rabu, jumat, sabtu dan minggu.

Dangdut yang masih menjadi hiburan primadona menjadi kasta tertinggi dalam jenis hiburan yang paling diminati masyarakat dikawasan Tangerang. Penyanyi dan penyawer menjadi instrumen paling penting dalam hal suksesnya acara dangdut yang digelar. Penyanyi akan sangat membutuhkan penyawer untuk mendapatkan hasil saweran atau disebut uang dan performance penampilan yang bagus kepada penikmat dangdut. Begitu juga penyawer akan menjadi penikmat dangdut yang oleh peneliti disebut “penyawer instant” dan ada juga istilah “penyawer continue”. Penyawer instant adalah mereka yang melakukan kegiatan sawer hanya pada saat pertunjukan dangdut, begitu selesai acara dangdut, maka berakhir hubungan penyanyi

(2)

54

dan penyawer. Sedangkan penyawer continue adalah selain mereka memberikan saweran kepada penyanyi tetapi diluar pertunjukan dangdut atau dikehidupan sehari-hari para penyawer ini menjalin hubungan yang lebih dari peran mereka selain penyanyi dan penyawer. Mulai yang hanya sekedar menjalin hubungan sebagai teman biasa sampai menjalin hubungan dekat. Hal ini biasa mereka sebut dengan istilah “Relasi”. Diluar pertunjukan biasanya mereka sering bertemu, efeknya adalah penyanyi mendapat kecukupan materi dari si relasi tersebut. Semakin banyak relasi, maka semakin banyak pula materi yang didapatkan.

Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara secara mendalam dan observasi partisipatif dengan informan sebagai bentuk pencarian data dan dokumentasi langsung dilapangan yang kemudian peneliti analisis. Analisis

impression management dramaturgi penyanyi dangdut ini sendiri terfokus pada tiga

orang biduan atau penyanyi dangdut wanita pada pertunjukan musik dangdut di wilayah Legok, Pagedangan Tangerang Provinsi Banten yang menjalani proses pengelolaan kesan. Agar penelitian ini lebih objektif dan akurat, peneliti mencari informasi-informasi tambahan dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan untuk melihat langsung bagaimanakah pengelolaan kesan yang dilakukan oleh para biduan dangdut tersebut pada panggung depan dan panggung belakangnya. Wawancara mendalam serta observasi partisipatif dilaksanakan terhitung mulai tanggal 19 September 2013 hingga awal November 2013.

(3)

55

Agar pembahasan lebih sistematis dan terarah maka peneliti membagi kedalam 3 pembahasan, yakni :

1. Profil Informan.

2. Analisis Hasil Penelitian 3. Pembahasan.

4.2 Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini saya memilih tiga perempuan yang berprofesi sebagai penyanyi dangdut. Perbedaan status sosial mereka tentunya disesuaikan dengan apa yang telah diuraikan sebelumnya. Mereka adalah Titin Suprihatin, Anika dan Alin Marlina, masing – masing dari mereka memiliki status sebagai seorang perempuan yang lajang, menikah dan pernah menjadi janda. Ketiga penyanyi yang dipilih memiliki latar belakang status sosial yang berbeda sehingga hal tersebut akan memperlihatkan perbedaan mengenai anggapan masyarakat terhadap profesi mereka. Namun dari perbedaan status sosial mereka juga terlihat persamaan yang mendasar dari ketiganya sehingga hal tersebut akan menunjang dalam penelitian ini. Dalam hal ini persamaan dari ketiga penyanyi tersebut adalah berjenis kelamin perempuan, berdomisili di Kabupaten Tangerang, berprofesi sebagai penyanyi dangdut dan memahami bagaimana profesinya di mata masyarakat.

(4)

56

Dalam bab ini juga akan dipaparkan mengenai sudut pandang penonton dalam memandang profesi sebagai penyanyi dangdut. Apa yang diinginkan penonton dari seorang penyanyi dangdut dapat diketahui melalui pendapat mereka.

4.2.1 Informan Titin Suprihatin

Titin adalah seorang perempuan yang lahir pada tahun 1988 di Tangerang. Ia hanyalah lulusan SMP. Saat ini ia adalah seorang Ibu dengan dari seorang putri. Menikah muda adalah sudah menjadi bagian kebiasaan masyarakat disekitar wilayah Legok. Ia mengenal dangdut karena melihat bahwa menjadi penyanyi adalah sebuah profesi bergengsi yang bisa dibanggakan dalam hidupnya dan lingkungan sekitar. Ia adalah anak terakhir dari tiga bersaudara, kedua kakaknya berjenis kelamin laki-laki. Titin merupakan perempuan muslim keturunan Sunda yang ia dapat dari kedua orang tuanya. Semenjak kecil ia telah mengenal agama Islam melalui pendidikan TPA yang berada di dekat rumahnya.

Titin mengaku bahwa ia memang hobi akan musik dangdut sehingga ia biasa menyanyikan lagu dangdut tanpa belajar dari orang lain. Didorong oleh hobi dan bisa mendapatkan materi yang berlebih dibanding dengan bekerja dipabrik, maka ia pun dapat menggeluti profesinya dengan senang hati.

Semenjak aktif menjadi penyanyi dangdut maka hampir setiap akhir pekan Titin selalu bernyanyi di kawasan Tangerang, Serang dan sekitarnya. Ketika ditanya

(5)

57

seberapa sering ia bernyanyi tiap bulannya. Titin mengaku bahwa ia dapat bernyanyi sekitar satu sampai 15 kali setiap bulannya. Acara-acara yang biasa Titin ramaikan adalah acara pernikahan, sunatan, arisan atau bahkan acara kampanye sekalipun. Titin mengakui bahwa suami, ayah dan ibunya sangat mendukung profesinya tersebut.

Titin mengaku hanya menggemari lagu-lagu dangdut saja dengan bercita-cita untuk menjadi seorang penyanyi dangdut. Didukung oleh keluarga besar yang juga menyukai dangdut, maka Titin total menggeluti musik dangdut dan membentuk grup musik dangdut sendiri dengan nama OM Moniesta dengan pimpinan suaminya sendiri.

Titin mengaku bahwa ia akan menjalani profesinya ini sampai ia merasa bosan sebagai penyanyi dangdut. Titin juga mengaku bahwa ia belum pernah diberhentikan paksa saat menyanyi dan ia juga tidak mengetahui daerah-daerah tertentu yang melarang pementasan dangdut.

a. Penampilan di Atas Panggung (Front Stage)

Saat menyanyi di atas panggung, penampilan menjadi perhatian tersendiri dan paling penting bagi Titin. Pakaian yang Titin kenakan cukup menggoda mata laki-laki dengan model pakaian yang membentuk tubuhnya dan seksi. Dengan bentuk tubuh yang montok, ia mengenakan pakaian yang memamerkan bagian tubuhnya. Rambutnya yang berwarna hitam ia biarkan tergerai menutupi punggungnya yang terbuka. Tak ketinggalan wajahnya yang manis tersebut ia rias sedemikian rupa hingga alis matanya terbentuk tajam. Lipstik merah merona dan pipi berwarna

(6)

58

kemerahan juga turut menghiasi wajahnya. Setelah merias diri dengan sedimikian rupa, asesoris yang menghiasi tubuhnya juga tak lupa ia perhatikan. Mengenakan beberapa gelang di tangan kanannya membuat ia terkesan mewah sebagai seorang biduan dangdut. Tak lupa ia juga selalu mengenakan jam tangan di tangan kirinya. Warnanya pun cukup menarik perhatian orang lain yang berada di sekitarnya. Menurunkan pandangan mata ke tubuh bagian bawah. Ia terbiasa mengenakan rok pendek lalu dipadu dengan legging ketat yang membentuk lekukan-lekukan di kakinya. Alas kaki pun menjadi perhatian tersendiri baginya, tak hanya mengandalkan fungsinya tetapi alas kakinya ia gunakan untuk menarik perhatian. Sepatu pesta berwarna mencolok dan berhak tinggi menjadi andalannya di atas panggung.

Setelah merias dirinya sedemikian rupa, Titin pun bernyanyi di atas panggung dengan percaya diri. Bernyanyi sembari sesekali bergoyang menjadi senjata utamanya dalam menarik perhatian penonton. Menggoyangkan pinggulnya dengan tangan di atas dan goyangan kaki hampir selalu ia lakukan di atas panggung, apalagi dengan irama gendang atau koplo yang menjadi trend dangdut sekarang ini. Tangan di atas dengan memegang lembaran rupiah terus ia goyang-goyangkan mengikuti alunan lagu. Semakin goyangan dan suaranya menggoda maka semakin banyak pula pundi-pundi rupiah yang ia dapatkan. Musik dangdut melayu atau koplo yang biasa Titin nyanyikan dari panggung ke panggung terus menemani goyangan tubuhnya. Suara dan goyangan yang semakin menggoda tentunya juga turut menarik perhatian

(7)

59

penonton. Bahkan tak jarang penonton yang naik ke atas panggung turut bergoyang bersama Titin.

Bergoyang dengan jarak sedekat mungkin dengan Titin dapat dilihat jikalau malam semakin larut. Perlakuan seperti memegang tangan, merangkul dengan memutar-mutar lembaran rupiah sebagai imbalan, terus dilakukan sebagian penonton jika malam semakin larut. Menanggapi perlakuan penonton tersebut Titin mengaku bahwa dirinya biasa saja. Bagi Titin itu adalah resiko pekerjaan. Kadang kondisi sebagian penonton yang di bawah pengaruh minuman beralkohol membuat dirinya menjadi lebih berhati-hati. Titin mengaku tak begitu risih jika terdapat penonton yang suka merangkul dan memegang tangannya. Secara biasa hal tersebut Titin hadapi dengan biasa saja karena berharap si penyawer akan memberikan saweran uang yang mempunyai nominal tinggi.

Titin mengaku bahwa dirinya biasa melayani perilaku penonton yang demikian, karena itu adalah bagian untuk karir sebagai penyanyi dangdut.

b. Pandangan Keluarga dan Lingkungan (Back Stage)

Berasal dari keluarga yang akrab dengan dunia hiburan nampaknya karir sebagai penyanyi dangdut tidak menjadi masalah bagi keluarga Titin. Titin mengaku bahwa kedua orang tua dan keluarganya sangat mendukung karirnya sebagai penyanyi dangdut. Pihak keluarga yang telah akrab dengan dunia dangdut menjadikan profesi sebagai penyanyi dangdut adalah prioritas bagi Titin. Suami Titin berpandangan bahwa berkarir sebagai penyanyi dangdut dapat menjanjikan

(8)

60

pendapatan ekonomi yang cukup baik. Tuntutan untuk berpenampilan seksi dipandang sebagai hal yang wajar dalam berkarir, pihak keluarga hanya dapat berpesan agar Titin dapat menjaga diri.

Meskipun pihak keluarga mendukung penuh karirnya namun suami Titin selalu berpesan agar Titin tetap dapat menjaga diri dan menjaga perasaan suaminya. Menurut pengakuan Titin terkadang suaminya merasa cemburu dengan aksi panggung yang beradegan goyang mesra dengan penyawer. Tetapi itu dapat diselesaikan dengan sedikit pertengkaran dan yang tidak bisa dipungkiri mereka adalah membutuhkan materi karena suami titin bekerja sebagai pimpinan dangdut yang pendapatannya tidak menentu.

Baik dalam keluarga ataupun lingkungan rumah, Titin tidak mendapat tanggapan sinis. Titin mengaku bahwa tetangga di sekeliling rumahnya justru mendukung profesinya tersebut. Menurut pengakuan Titin, hal ini tidak terlepas dari lingkungan rumah Titin yang gemar akan musik dangdut. Hubungan baik dengan penggemar dan kenalan diperlakukan Titin secara baik. Inilah yang disebut relasi bagi dunia dangdut diwilayah Legok dan sekitarnya. Dengan relasi Titin bisa mendapatkan materi berlebih. Kadang diberi uang, dibeliin barang ini dan itu.

Tidak hanya dukungan tetapi ejekan juga kerap kali Titin terima saat di lingkungan masyarakat. Namun Titin mengaku bahwa ejekan tersebut tidak dihiraukannya, bagi dia menjadi penyanyi untuk menjadi terkenal dan mendapatkan

(9)

61

materi. Pandangan masyarakat yang sinis menurut titin adalah mungkin dangdut dikenal sebagai hiburan yang hura-hura saja.

4.2.2 Informan Anika

Anika yang saat ini berusia 32 tahun merupakan seorang perempuan muslim keturunan Sunda. Ia bisa dikatakan senior sebagai penyanyi dangdut. Sudah hampir 15 tahun ia menggeluti profesinya itu. Saat ini ia adalah seorang janda dengan seorang putra berumur 12 tahun. Ia hanyalah lulusan SMP seperti kebanyakan gadis dikampungnya.

Alasan peneliti memilih Anika menjadi informan dikarenakan, Anika memiliki kriteria sesuai karakteristik penelitian ini. Anika sendiri memiliki pengalaman yang cukup lama di dalam bidang dangdut khususnya menjadi penyanyi dangdut.

Karir Anika sebagai penyanyi dangdut diawali dari kebutuhan untuk mendapatkan materi dan untuk bisa lebih dari wanita seusianya dalam hal penampilan dan bersolek. Pandangan masyarakat kepada penyanyi dangdut yang selalu glamour, berkecukupan menjadi semangat utama bagi Anika. Ia mengaku bahwa pendapatan yang ia terima dari bernyanyi dapat melebihi gaji dipabrik, yang rata-rata menjadi tujuan utama wanita dalam mencari pekerjaan. Dalam sebulan Anika dapat bernyanyi 12 sampai 15 kali namun kondisi berbeda terjadi pada saat bulan puasa. Pada bulan puasa hampir tidak ada undangan untuk bernyanyi. Hal ini dikarenakan hampir tidak ada orang menikah di saat bulan puasa. Sebab sebagian besar undangan menyanyi adalah acara pernikahan dan sisanya adalah acara sunatan, acara kantor hingga acara

(10)

62

promosi produk. Anika mengaku bahwa ia dapat bernyanyi di mana saja tidak terpaku pada daerah-daerah tertentu. Namun ia lebih menyukai untuk bernyanyi di daerah yang tidak terlalu jauh dari rumahnya yaitu wilayah Tangerang karena tidak terlalu menguras tenaga, waktu dan uang.

Alasan tersebut membuat Anika tak jarang menolak tawaran menyanyi. Jika terdapat tawaran menyanyi bersamaan namun terdapat yang lebih dekat maka ia akan memilih yang lebih dekat. Meskipun tak jarang Anika menerima cercaan bahwa profesinya kurang baik menurut sebagian orang, namun ia tidak mempedulikan cercaan tersebut. Pendapatan yang menjanjikan dari bernyanyi membuat Anika sulit untuk melepaskan diri dari dunia dangdut. Ia akan terus bernyanyi tanpa ada keinginan untuk berhenti. Selama ada orang yang memintanya untuk bernyanyi maka dengan senang hati ia akan memenuhi undangan tersebut.

a. Penampilan di Atas Panggung (Front Stage)

Anika mengaku seksi dan bergoyang heboh dipercaya Anika menjadi modal utama untuk mendapatkan pundi-pundi materi yang banyak. Gaun mini ketat dan kadang jeans ketat atau pakaian bermotif pesta dengan rok mini yang di padu dengan gelang di tangan kanan dan jam tangan di kirinya. Tak lupa Anika yang menggunakan nama panggung Anika Gisela memadukan jenis-jenis pakaian yang ia kenakan dengan sepatu berhak tinggi. Setelah cukup yakin dengan pakaian yang ia kenakan maka Anika bersiap menghibur para penggemar dangdut. Menurut Anika

(11)

63

lagu yang biasa ia nyanyikan tidak terpatok pada satu jenis aliran dangdut. Namun dirinya mengaku bahwa lebih sering menyanyikan jenis dangdut koplo.

Goyangan tubuhnya di atas panggung cukup menggairahkan para penonton. Tak jarang penonton berteriak lepas di saat Anika bergoyang. Kedua tangan di atas, dada di tonjolkan kedepan dan kaki ditekuk sedikit ke bawah sehingga membuat pinggul terlihat menggoda para penonton. Lalu beberapa laki-laki pun menghampiri Anika di atas panggung untuk bergoyang bersama. Tak segan dan tak risih Anika akan merangkul penyawer dan tak lama kemudian uang saweran pun mulai diterima Anika. Hal ini biasa dilakukan Anika pada saat menarik saweran, ia mengaku bahwa kemeriahan penonton bergantung pada kepiawaian penyanyi dalam meramaikan acara. Menurut Anika jika penonton telah terbawa oleh kemeriahan acara maka pundi-pundi rupiah dari saweran pun terus mengalir.

b. Pandangan Keluarga dan Lingkungan (Back Stage)

Menurut pengakuan Anika ia tidak merisaukan pandangan orang terhadap dirinya. Baginya dia mendapatkan materi yang ia cari sendiri tanpa mengharapkan dari pemberian orang. Keyakinan dalam hatinya bahwa menjadi penyanyi dangdut bukanlah hal yang diharamkan agama, maka pada akhirnya Anika menekuni profesinya tersebut hingga saat ini.

Tumbuh menjadi perempuan dewasa Anika pun memutuskan untuk menikah dengan seorang laki-laki yang berasal dari dunia yang sama. Anika mengaku suaminya dulu berprofesi sebagai perekrut penyanyi-penyanyi yang akan tampil di

(12)

64

sebuah orkes dangdut. Kemudian pada suatu acara dangdut suaminya tersebut merekrut Anika untuk tampil menyanyi. Semenjak itulah mereka menjalin hubungan dan pada akhirnya Anika memutuskan untuk menikah dengannya.

Anika tinggal di daerah Legok Tangerang. Hidup menjanda tidak terlalu mengganggu profesi Anika. Ia mengaku bahwa tetangga di sekitar rumahnya terlihat cukup mendukung profesinya. Meskipun terrdapat beberapa suara yang cukup menggelitik telinganya tetapi Anika tidak terlalu menghiraukannya. Anika lebih terkonsentrasi pada suara-suara yang mendukung profesinya. Bahkan tak jarang tetangganya menanyakan rutinitas menyanyinya. Menanggapi sikap tetangganya, Anika pun merasa senang bahwa profesinya tidak dipandang sebelah mata di lingkungan rumahnya. Bahkan bagi Anika, menjalin hubungan yang biasa mereka sebut relasi akan menambah materi yang ia inginkan. Sama seperti Titin, Selain dipanggung, diluar panggung Anika menjalin hubungan baik dengan para relasi untuk mendapatkan materi yang bukan sekedar dari jobnya sebagai penyanyi.

4.2.3 Informan Alin Marlina

Alin Marlina adalah seorang perempuan Muslim berdarah Sunda Jawa Barat. Meski usianya baru 27 tahun namun Alin telah mengalami sekali perceraian. Saat baru berusia 19 tahun Alin terpaksa menyandang status janda, hingga pada akhirnya Alin menikah lagi pada umur 21 tahun. Alin berdomisili di Pagedangan Tangerang merupakan anak pertama dari dua bersaudara, alasan mengapa peneliti memilih Alin menjadi informan di karenakan Alin adalah seorang artis orkes dangdut yang cukup

(13)

65 dikenal di wilayah Legok dan memiliki pandangan berbeda terhadap dangdut dengan dua narasumber sebelumnya. Alin berasal dari keluarga sederhana, masa lalu yang begitu pahit membuat ia mengenal dangdut. Dari menjadi anak angkat yang tidak tahu kedua orangtuanya sampai ia menjadi tulang punggung untuk dirinya sendiri menjadi dinamika tersendiri sebagai penyanyi dangdut.

Alin memulai karir dangdutnya semenjak ia harus mencukupi hidupnya sendiri. Dengan ijazah SMP tidak memungkinkan ia mendapatkan pekerjaan yang mendapatkan penghasilan besar. Seperti ditulis sebelumnya, kegemaran masyarakan akan musik dangdut dan keberadaan penyanyi dangdut yang mempunyai penghasilan lebih menjadi motivasi Alin menjadi artis dangdut. Ada motivasi tambahan juga karena hobi, dengan bernyanyi ia mengaku bisa menumpahkan semua masalah yang ada lewat sebuah lagu. Ketika bersedih dan gembira, alin bisa mengekspresikan melalui sebuah lagu untuk perasaannya. Menurut Alin jadwal menyanyinya cukup padat, terutama saat akhir pekan. Alin dapat menyanyi dua kali saat akhir pekan, sehingga jika di rata-rata dalam jangka waktu sebulan ia dapat menyanyi 12 sampai 15 kali. Seperti penyanyi dangdut kebanyakan, ia akan mengalami penurunan jadwal menyanyi secara drastis pada saat bulan puasa. Alin mengaku hampir tidak ada jadwal menyanyi pada saat bulan puasa.

Namun hal ini juga tak berlangsung lama karena sehabis lebaran undangan menyanyi akan kembali menyibukkannya. Acara pernikahan adalah salah satu acara yang paling sering Alin hibur, terutama sehabis lebaran. Tidak terbatas pada acara pernikahan, acara sunatan, acara perayaan kemerdekaan dan acara iklan produk juga

(14)

66

kerap kali Alin hibur. Dalam memilih tempat bernyanyi Alin tidak terlalu memikirkan jarak. dia mengaku biasa menyanyi di wilayah Serpong, Cisauk, Legok, Pagedangan Tangerang, bahkan sampai di Serang.

Meskipun undangan untuk menyanyi hampir tidak pernah kosong tiap akhir pekan bukan berarti Alin tidak pernah menolak tawaran menyanyi. Alin mengaku akan menolak tawaran menyanyi jika telah terdapat undangan menyanyi yang lebih dahulu ia terima. Namun selama tawaran menyanyi datang menghampiri dan ia masih mampu untuk menghibur, maka Alin akan terus menyanyi tanpa memedulikan posisinya yang mungkin akan tergeser oleh penyanyi pendatang baru. Setelah sekian lama berprofesi sebagai penyanyi dangdut membuat Alin cukup mapan dalam pengalaman. Berbagai hal yang di luar dugaan Alin kerap terjadi pada saat ia menyanyi. Alin mengaku beberapa kali acara menyanyinya diberhentikan karena berbagai hal. Salah satunya adalah keributan. Menurut Alin para penonton yang bergoyang dalam kondisi mabuk bisa memicu keributan. Hingga pada akhirnya memaksa musik diberhentikan. Kejadian-kejadian tersebut dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Alin mengaku tidak mengetahui secara spesifik daerah-daerah yang melarang pementasan dangdut. Namun yang pasti Alin akan berhati-hati jika bernyanyi di suatu daerah.

a. Penampilan di Atas Panggung (Front Stage)

Alin Marlina yang nama panggungnya adalah Elin Avanza sangat mengagumi penyanyi dangdut era tahun 90an seperti Evie Tamala, Elvy Sukaesih dan penyanyi

(15)

67

lainnya pada era tersebut. Lagu dangdut yang bernuansakan cinta sangatlah ia gemari. Namun bukan berarti dirinya tidak dapat menyanyikan musik dangdut jenis lainnya. Sebagai penyanyi dangdut Alin haruslah dapat menyanyikan berbagai jenis lagu dangdut yang sedang terkenal. Meskipun ia mengaku tidak menyukai lagunya namun ia harus dapat menyanyikannya. Tidak hanya bernyanyi Alin juga kerap kali diminta bergoyang oleh para penonton. Goyangan-goyangan khas musik dangdut kerap kali ia tampilkan di atas panggung. Walaupun dirinya mengaku tidak dapat bergoyang namun penampilannya di atas panggung cukup menggoda. Gaya berjalan Alin yang melenggok ke kiri dan ke kanan layaknya seorang model kerap menghibur para penonton. Kedua tangannya kerap kali menari-nari sembari memegang mikrofon. Body yang putih dan seksi tak jarang ia manfaatkan sebagai penarik uang saweran.

Asesoris tubuh selalu menghiasi bagian-bagian tubuhnya. Tangannya yang berkulit putih terlihat menggoda ketika dipadukan dengan beberapa gelang berwarna. Kalung bernuansa berlian tak lupa Alin gunakan untuk menghiasi bagian-bagian tubuhnya. Rambutnya yang berwarna hitam panjang, ia biarkan tergerai pada saat menyanyi. Untuk menutupi tubuhnya yang tergolong pendek Alin selalu menggunakan sepatu berhak tinggi. Alin mengaku dahulu ia kerap kali mengenakan pakaian yang ketat dan terbuka namun setelah bercerai dan menikah lagi, Alin mengaku tidak pernah mengenakan rok mini, tank top atau pakaian yang terbuka. Saat ini suami Alin benar-benar melarangnya mengenakan pakaian yang terbuka,

(16)

68

sehingga ia lebih sering mengenakan kemeja ketat dan celana panjang ketat yang membentuk lekuk tubuhnya.

Alin mengakui bahwa pakaian yang ketat dan terbuka kerap kali menjadi pemicu pelecehan seksual terhadap dirinya. Tak jarang pada saat menyanyi beberapa bagian tubuh Alin menjadi ajang sentuh-menyentuh bagi penonton. Alin mengaku bahwa ia pernah memukul seorang penonton laki-laki yang menaruh uang saweran di payudaranya. Namun beruntung masalah tersebut dapat diselesaikan setelah Alin dipertemukan dengan orang yang melecehkannya tersebut.

Alin juga mengaku bahwa tak jarang dirinya dirangkul, dicolek bahkan diteriaki kata-kata cabul oleh penonton. Menurut Alin jika perlakuan penonton masih dalam sebatas wajar ia tak akan memedulikannya. Namun jika di luar batas kewajaran maka Alin akan meluapkan emosinya kepada orang yang terlalu melecehkannya. Alin tak peduli apakah orang yang melecehkannya tersebut dalam kondisi mabuk. Menurut Alin semua pelecehan terhadap dirinya pada dasarnya dapat dihindari.

Alin mengaku sangat berhati-hati bila terdapat tokoh keagamaan di tempat ia bernyanyi. Alin tidak akan bergoyang dan berpakaian sesuka hati di tempat-tempat seperti itu. Misalkan ia tersadar bahwa tempat dimana ia manggung terdapat seorang ustad maka ia akan bergoyang sewajarnya. Menurut pengakuan Alin, gambaran kasar dari situasi ditempat yang akan ia hibur telah dapat diketahui sebelumnya. Ia akan bertanya melalui telepon disaat tawaran menyanyi itu datang. Namun tak jarang

(17)

69

informasi yang ia terima berbeda dengan kenyataan di lapangan, sehingga Alin sadar bahwa berprofesi sebagai penyanyi tidak sekedar dapat bernyanyi saja tetapi harus pandai dalam membaca situasi di lapangan.

1. Pandangan Keluarga dan Lingkungan (Back Stage)

Alin merasa beruntung banyak pimpinan dangdut dan teman seprofesinya menjalin tali persaudaraan. Hal ini sangat memudahkan langkah dalam menjalani profesinya sebagai penyanyi. Alin berkomitmen sebagai penyanyi dangdut memang murahan ketika diatas panggung, misalnya dengan disawer dengan uang, kadang harus bergoyang mengarah kepada pronoaksi dan bahkan tidak sedikit menerima pelecehan seksual dari penyawer, tetapi ketika sudah tidak menjalankan perannya sebagai penyanyi maka peran elegan sebagai wanita baik-baik harus dijunjung tinggi. Maka menurut dia, enggan dan tidak mau menjalin hubungan dengan relasi ketika sudah diluar panggung. Relasi menurut dia, sudah diartikan sebagai hubungan yang bersifat lebih, lebih akrab, lebih dekat bahkan bisa menjalin hubungan percintaan.

Tak sebatas lingkup tempat tinggal, Alin mengaku hingga saat ini tak jarang profesinya sebagai penyanyi kadang mendapat anggapan sinis dari orang-orang. Bermacam kalimat yang bermaksud merendahkan profesinya telah ia dengar. Dalam hal ini Alin dapat memaklumi jika masyarakat belum mengetahui profesinya sebagai penyanyi dangdut. Namun jika telah mengetahui, Alin akan menanggapi orang tersebut dengan berkomentar dan berusaha menghargai lawan bicaranya.

(18)

70

Menurut Alin berprofesi sebagai penyanyi dangdut bukanlah perkara yang mudah. Selain kerap kali profesinya dipandang sebelah mata belum lagi ia harus cermat dalam membaca situasi pada saat sedang tidak bernyanyi. Dibanding dengan narasumber dua penyanyi sebelumnya, Alin tidak menganggap dan tidak mau mempunyai relasi seperti penyanyi yang lain. Bagi dia menjadi penyanyi sekedar diatas panggung, ketika sudah diluar panggung maka dia akan menjadi wanita seperti biasa. Lagian menurut dia mempunyai relasi malah menjadikan profesi penyanyi menjadi murahan. Ini terjadi karena anggapan orang bahwa penyanyi bisa dibawa kemana saja asalkan dikasih materi.

4.2.4 Informan Pendukung a. Ombih

Bapak Ombih merupakan pria berumur 35 tahun, ia adalah pemilik orkes melayu yang bernama OM Moniesta, alasan peneliti memilih Bapak Ombih dikarenakan ia memiliki hubungan sangat dekat dengan Titin Suprihatin yang merupakan penyanyi dangdut di orkes melayunya dan sekaligus istrinya sendiri. Pria berkelahiran tahun 1979 ini memiliki fisik berambut cepak, dan berkulit gelap. gaya bicara Bapak Ombih sangat ramah dan sering menggunakan bahasa sunda dalam percakapan sehari-harinya, dia orang yang sangat menyenangkan, dan baik. Dari Pak Ombi lah peneliti mendapatkan data mengenai keseharian Titin yang akan dijadikan sebagai data pembanding dalam penelitian ini.

(19)

71 b. Arifin

Arifin yang berumur 38 tahun ini adalah pimpinan Orkes Melayu SMS (Samudera Musik Sarerea), ayahnya seorang pensiunan dan ibunya seorang ibu rumah tangga biasa. Alasan peneliti memilih Arifin, karena ia adalah yang menaungi penyanyi Alin Marlina dan memiliki hubungan profesional yang begitu dekat antara pimpinan orkes dengan penyanyinya, ciri fisik Arifin memiliki postur tubuh yang tinggi. Arifin memilik tinggi hanya sekitar 170cm, kulit coklat, rambut lurus, mata sipit, dan hidung sedikit mancung. Arifin memiliki gaya bicara yang cepat dan juga memiliki selera humor. Awalnya Arifin bekerja sebagai keyboard orkes melayu di Tangerang. Ia bekerja sebagai keyboard sejak keluar bangku SMU, Arifin memiliki keahlian memainkan keyboard tidak hanya lagu dangdut saja, hampir semua aliran musik di kuasai olehnya, terkadang ia pun mengisi acara sendiri dan menjadi pemandu lagu live musik khususnya di keyboard.

c. Asep Darmawan

Asep adalah warga Kampung Jaha, Desa Malang Nengah, Pagedangan, Tangerang. Ia mewakili masyarakat penikmat pertunjukan musik dangdut / penyawer di wilayah Legok, Pagedangan Tangerang. Alasan peneliti memilih Asep menjadi informan dikarenakan Asep adalah sangat menggemari pertunjukan orkes dangdut. Hampir setiap seminggu dua kali ia datang pada pertunjukan orkes dangdut di wilayah Legok dan sekitarnya. Biasanya dia ikut berjoget dan menyawer di depan panggung

(20)

72 orkes dangdut. Laki-laki yang berprofesi sebagai karyawan sebuah pabrik beton itu mengaku sangat menyukai musik dangdut sedari kecil. Ciri fisik Asep adalah mata agak besar, halis tebal, bentuk wajah bulat, hidung sedikit pesek, kulit coklat, rambut pendek lurus, dan postur tubuh 165cm.

d. HM Domon

Bapak yang satu ini merupakan penggemar fanatik dangdut. Hampir setiap pekan dia mencari hiburan tersebut. Warga Kampung Jelong, Desa Situgadung, Kec. Pagedangan Tangerang ini mengaku dirinya membutuhkan hiburan ini sekedar untuk mencari suasana lain setelah melakoni rutinitas kerja. Alasan peneliti menjadikan HM Domon menjadi informan adalah karena informan tersebut menjadikan sebuah kebutuhan ketika ingin melihat pentas dangdut. Pekerjaan supir truk ekspedisi ini berperawakan tinggi 170 cm dan berkeluarga.

4.3 Pembahasan

Pada bagian ini peneliti akan menganalisis dengan menggunakan metode dramaturgi dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian tersebut diperoleh setelah melalui proses wawancara mendalam dan observasi partisipatif dimana peneliti turut mengamati secara langsung para informan saat menjalani kegiatannya yakni di front stage (panggung depan) dan back stage (panggung

(21)

73

belakang). Pengamatan yang dilakukan terfokus pada pengelolaan kesan yang dilakukan oleh para informan.

Adapun analisis dari hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

4.3.1 Impression Management Front Stage penyanyi dangdut di wilayah Legok, Pagedangan Tangerang Provinsi Banten

Sesuatu yang dimaksud dengan front stage (panggung depan) pada penelitian ini ialah dimana profesi sebagai seorang penyanyi dangdut pada sebuah orkes dangdut di wilayah Tangerang melekat pada diri informan. Dengan kata lain, informan tengah menjalankan profesinya sebagai penyanyi dangdut wanita. Adapun ruang lingkup dari front stage informan yang peneliti tentukan fokus batasannya antara lain, ketika ia tampil di atas panggung orkes dangdut, ketika ia berkumpul bersama rekan-rekan sesama penyanyi lain, pemimpin orkes dangdut, rekan-rekan pemain musik dan juga ketika bertemu dengan penggemar.

Pada front stage ini ada beberapa aspek yang menjadi fokus penelitian peneliti sebagaimana telah dijabarkan pada bab pertama yakni aspek penampilan dan gaya. Kemudian peneliti mengembangkan kembali kedua aspek tersebut menjadi beberapa sub seperti misalnya pada aspek penampilan terdapat unsur pakaian dan make up. Sedangkan pada aspek gaya terdapat, sikap dan perilaku, bahasa tubuh, mimik wajah, serta cara bertutur atau gaya bahasa dari informan tersebut. Kemudian peneliti juga

(22)

74

mengkaji mengenai aspek informasi yang disampaikan oleh informan saat berada di

front stage.

A. Impression Management ditinjau dari Aspek Penampilan.

Meski profesi sebagai seorang peyanyi dangdut khususnya penyanyi dangdut wanita dapat dikategorikan sebagai profesi yang berada di depan layar, dengan kata lain bahwa penggemar atau penonton dapat melihat secara langsung penyanyi favoritnya yang sedang bernyanyi di atas panggung, namun hal tersebut menjadikan seorang penyanyi dangdut wanita tidak dapat mengabaikan begitu saja aspek penampilannya. Kesan seronok dapat ditangkap dari aspek penampilan para penyanyi dangdut ini, tetapi itulah kebutuhan wajib yang diperlukan ketika pentas. Seperti diutarakan oleh salah seorang penyanyi dangdut informan pada penelitian ini, Titin Suprihatin :

“Penyanyi dangdut kalo disini mas biasa dipanggil artis, yaa penampilan dari sononya sudah begitulah, yang seperti mas liat tadi barusan, pake baju seksi, merayu para relasi, jadi pada intinya penampilan harus semua oke dan semua senang, he he”1

Informan lain seperti Anika juga menambahkan :

“Ya orang mau bilang apa ya,, susah sih emang dari dulunya begitu, kalo saya sih bodo amat, yang penting saya ga minta makan sama orang, lagian kita begitu juga memang untuk kesuksesan acara, nanti kalo gak seksi, ga cakep dan pandai merayu, nanti gak ada yang nyawer dong,”2

11 Dokumentasi wawancara dengan Titin Sprihatin/ Tya Moniesta Oktober 2013 2 Dokumentasi dengan Anika / Anika Gasela Oktober 2013

(23)

75

Informan penyanyi yang ketiga, Alin Marlina juga menambahkan, bahwa menjadi penyanyi dangdut memang harus menjaga penampilan dipanggung maupun diluar panggung, seperti yang dituturkan berikut ini :

“ Kalo penampilan diatas panggung ya seperti itu mas, tuntutan profesilah, harus pake baju agak seksi, pandai merayu dengan kata-kata mesra kepenyawerlah, hehe, seperti mas tadi bilang seronok, ya udah banyak yang bilang gitu, tapi biasanya yang bilang begitu orang yang gak suka dangdut, soalnya gini mas, laki-laki itu kan gampang kalau dirayu dengan kata-kata manis, tar sawerannya banyak deh,"3

Maka dari itu, segala unsur yang menunjang penampilan di atas panggung sangat dipahami dan oleh para informan selalu perlu diperhatikan. Seperti misalnya tata rias wajah atau make up, rambut, aksesoris atau perhiasan merupakan hal penting saat menjalani profesi sebagai penyanyi di atas panggung.

1. Impression Management Ditinjau dari Aspek Penampilan melalui Pakaian.

Pakaian merupakan salah satu unsur penunjang dalam segi berpenampilan. Meski memiliki pendapat dan sikap yang berbeda beda dalam hal berpakaian, namun secara garis besar seluruh informan dalam penelitian ini sepakat bahwasannya mengenakan pakaian yang menarik, sedikit sensual dan seksi merupakan suatu keharusan tersendiri saat menjalani profesinya sebagai seorang penyanyi dangdut.

(24)

76

Meski demikian, untuk pakaian ini mereka menyesuaikannya kembali dengan standarisasi yang dibuat oleh masing-masing orkes dangdut yang menaunginya. Seperti Titin Suprihatin yang mengenakan pakaian yang sedikit sensual saat menjalani profesinya sebagai seorang penyanyi dangdut. Hal tersebut dikarenakan waktu bernyanyi yang biasanya malam hari sehingga ia merasa bisa tampil lebih leluasa dengan mengenakan pakaian yang sensual.

“Kalo didangdut gini mas, pakaian harus seksi he he, karna dari dulu ya begini kalo jadi artis. Semacam sudah kewajibanlah, Tar kalo ga seksi gak ada yang nyawer dong “ 4

Selain itu, ia juga menambahkan orkes dangdut yang menaunginya tidak memiliki standarisasi khusus untuk penyanyinya dalam berpakaian, yang terpenting ialah harus menarik dan sedikit sensual saja. Hal senada diutarakan oleh informan selanjutnya yaitu Anika.

“Penyanyi dangdut ya harus seksi dan bergoyang mas, itu udah dari dulu begitu, itu juga sudah semacam peraturan ga tertulis dari pimpinan orkes. Kalo ga seksi mana ada yang mau nyawer mas. Tapi kadang kalo sudah dirumah kadang mikir juga sih,”5

Berbeda dengan yang diutarakan oleh Titin dan Anika, Alin Marlina memiliki pendapat lain seputar pakaian yang harus dikenakan oleh seorang penyanyi dangdut. Menurutnya, ia biasa mengenakan pakaian yang dia suka selain karena dia menyukai pakaian tertentu, dia menganggap bahwa dengan mengenakan pakaian yang nyaman yang dia sukai ketika menjalani profesinya sebagai seorang penyanyi dangdut dapat memberikan nilai terhadap dirinya

4 Dokumentasi wawancara dengan Titin Sprihatin/ Tya Moniesta Oktober 2013 5 Dokumentasi wawancara dengan Anika /Anika Gasela Oktober 2013

(25)

77

dibandingkan dengan penyanyi lain dimata orang-orang yang ada pada front

stage atau di mata para penonton. Seperti yang dikatakan Alin Marlina :

“Khususnya dalam hal pakaian. Jujur aja aku selalu berusaha mengenakan pakaian yang nyaman dulu buat aku, kemudian baru biasanya aku memakai pakainan dengan warna yang menarik, Untuk pakaian yang seksi banget memang udah kayak keharusan sih mas, tapi yang penting sih enak dipakenya dan juga karena untuk menjaga kesan baik jugalah.”6

Dari ketiga informan memang memiliki standarisasi yang berbeda-beda mengenai pakaian yang mereka kenakan saat berada di front stage. Semuanya kembali pada pemahaman dan tujuan yang hendak mereka capai masing-masing. Selain itu kondisi lingkungan lokasi pertunjukan dan kebijakan manajemen orkes dangdut yang menaunginya juga bias menentukan.

Seperti pada Orkes Melayu Moniesta, pimpinan Bapak Ombih tempat dimana informan yang bernama Titin biasanya bernaung, ternyata memiliki standar khusus penyanyinya dalam berpenampilan khususnya berpakaian dimana seluruh penyanyinya harus mengikuti aturan pimpinan sebagai representasi dari komitmennya terhadap orkes dangdut tersebut yang ingin selalu ingin ditunggu oleh penggemarnya. Sehingga mau tidak mau Titin sebagai penyanyi harus mengikuti kebijakan pimpinan tersebut.

“Aku sendiri berusaha untuk selalu tampil sempurna dalam berpakaian, makanya kalau ada model pakaian/gaun panggung terbaru pasti aku beli, karena memang Orkes Melayu Moniesta memiliki komitmen untuk selalu menyenangkan para penonton.”7

6 Dokumentasi wawancara dengan Alin Marlina/Elin Avanza Oktober 2013 7 Dokumentasi wawancara dengan Titin Sprihatin/ Tya Moniesta Oktober 2013

(26)

78 2. Impression Management Ditinjau dari Aspek Penampilan melalui Make

Up.

Make Up memang identik dengan wanita. Sudah sewajarnya jika seorang

wanita menggunakan make up pada wajahnya guna menyempurnakan penampilannya saat berada di lingkungan yang menuntutnya berinteraksi dengan banyak orang. Begitu pula dengan kalangan penyanyi orkes dangdut wanita yang juga memperhatikan masalah make up khususnya pada saat mereka tampil di atas panggung. Dari data yang diperoleh dari hasil wawancara bersama ketiga informan yang merupakan penyanyi orkes dangdut tersebut, dua diantaranya memang mengatakan bahwa memang selalu memperhatikan unsur make up sebagai salah satu penunjang penampilannya saat berada di front stage. Kedua informan tersebut adalah Titin dan Anika. Bahkan keduanya terkesan sangat memperhatikan untuk hal yang satu ini. Seperti yang Titin katakan :

“Kalau make up sih aku selalu memakainya saat sebelum tampil, kayak misalkan pake bedak, gincu, alis mata, itu merupakan suatu keharusan, karena make up nya harus menor, biasanya kita habis maghrib mulai dandan, nanti jam 8 udah selesai, tinggal siap-siap manggung.”8

Hal senada pun diutarakan oleh Anika yang mengaku selalu mengenakan

make up saat menjalani profesinya sebagai penyanyi dangdut. Karena

menurutnya make up sangat penting bagi seorang wanita.

“Kalau make up memang harus lebih keren dari biasanya, banyak perniknya, apalagi saat ngejalanin profesi sebagai penyanyi seperti saya, kesan

(27)

79 mewah harus ditampilkan, dan yang penting keliatan menjadi menarik aja buat yang ngeliat.” 9

Namun keduanya memiliki pemahaman dan konsep tersendiri untuk penampilan wajah. Keduanya mengatakan yang terpenting adalah menjaga agar wajah terlihat selalu fresh dan menarik ketika menjalani profesinya sebagai penyanyi orkes dangdut.

Berbeda dengan Titin dan Anita, Elin Avanza mengaku senantiasa memperhatikan unsur make up wajahnya meski hanya standar saja. Diakui olehnya ia senantiasa memakai pelembab dan dasar bedak agar lebih menunjang penampilannya saat menjalani profesinya sebagai seorang penyanyi dangdut.

“Iya saya pake make up, karena jaman sekarang seorang penyanyi dangdut bukan hanya sebuah profesi nyanyi doang tapi menurut aku sudah seperti jadi seorang selebritis lokal gitu. Jadi menurut aku menggunakan make up waktu tampil di atas panggung cukup penting untuk menjaga penampilan sehingga keliatan menarik.” 10

Apa yang disampaikan oleh Alin atau Elin Avanza memang terlihat ketika proses wawancara berlangsung. Dari hasil pengamatan peneliti, wajah Alin memang terlihat putih dan menarik karena pulasan bedak yang menutupi wajahnya, meski bedak yang dipakai agak terlalu tebal.

Dari hasil wawancara bersama ketiga informan memang diketahui ketiganya melakukan pengelolaan terhadap aspek penampilan mereka meski dengan standarisasi yang berbeda-beda. Namun ketiganya sepakat bahwa

9 Dokumentasi wawancara dengan Anika /Anika Gasela Oktober 2013 10 Dokumentasi wawancara dengan Alin Marlina/Elin Avanza Oktober 2013

(28)

80

penampilan merupakan aspek yang sangat penting untuk dijaga dan diperhatikan. Pada dasarnya penonton musik orkes dangdut sangat suka melihat penampilan cantik mereka saat sedang tampil bernyanyi, namun tidak ada salahnya untuk tetap menjaga dan memperhatikan kondisi guna mengantisipasi hal-hal yang sifatnya diluar dugaan karena ketertarikan pononton terhadap para penyanyi dangdut tersebut.

Hal-hal diluar dugaan tersebut antara lain, biasanya adanya penonton yang tiba-tiba naik ke atas panggung dan mengajak berjoget bersama sambil menyawer, kemudian datangnya gangguan-gangguan lain seperti terjadinya keributan antar penonton disaat pertunjukan. Hal-hal tersebutlah yang dikhawatirkan oleh ketiga informan pada penelitian ini, walaupun pada akhirnya memotivasi mereka untuk tetap mengelola penampilan mereka sebaik mungkin meski dengan standarisasi yang berbeda-beda. Informan selanjutnya Alin menegaskan :

“Pokoknya gimana caranya aku memakai kostum itu kelihatan menarik, gak ketinggalan mode dan menjaga penampilan yang baik pas lagi jadi penyanyi di atas panggung, karena kan nggak enak juga kalau kita ngga dandan dan penampilan kita jadi nggak oke banget.” 11

Alin, hanya mengutarakan alasan sederhana saja meski pada garis besarnya masih sependapat dengan apa yang di utarakan oleh Titin dan Anika.

Seperti yang telah diutarakan oleh ketiga informan utama sebelumnya bahwa aspek penampilan harus sangat diperhatikan. Titin dan Anika selaku

(29)

81

informan kunci sekaligus sebagai penyanyi orkes dangdut yang cukup berpengalaman yang memang paham tentang seluk beluk pertunjukan musik dangdut di wilayah Legok, Pagedangan dan Cisauk Tangerang Banten pun menegaskan hal tersebut ketika diajukan pertanyaan

“Menurut anda seberapa pentingkah seorang penyanyi dangdut menjaga

penampilannya dimulai dari pakaian hingga make up nya?” oleh peneliti. “Iya penting sekali, terutama untuk pakaian dan make up, karena sekarang udah nggak bisa lagi penyanyi itu hanya bernyanyi saja untuk menghibur penonton. Tidak sedikit orang-orang atau penonton yang penasaran, dia naik ke atas panggung, mereka berusaha mendekati atau berinteraksi langsung dengan sang biduan. Oleh karena itu otomatis si penyanyi juga harus mengutamakan penampilannya. Jadi dia harus enak dipadang. Enak dipandang ini artinya gini, kalau dalam bahasa sundanya dia tidak caludih. Hanya itu, tapi nggak perlu juga pake asesoris yang berlebihan seperti halnya artis-artis yang ada di televisi.” 12

Pernyataan Titin Suprihatin atau yang dengan nama panggungnya Tya Monezta tersebut memang sangat beralasan dan sesuai dengan realitas di lapangan. Penonton atau penggemar memang menyukai penyanyi dangdut wanita yang menjaga penampilannya.

Asep Darmawan seorang penggemar orkes dangdut, warga kampung Jaha Desa Malang Nengah, Pagedangan Tangerang misalnya mengaku lebih menyukai biduan dangdut yang menjaga penampilannya dari pada biduan dangdut yang cuek alakadarnya akan penampilan saat menjalani profesi sebagai seorang penyanyi. Asep Darmawan yang juga rutin hampir setiap minggu

(30)

82

menyaksikan orkes dangdut ini juga menambahkan bahwa menjaga penampilan memang perlu diperhatikan bagi seoarang penyanyi atau biduan dangdut.

”Perlu juga sih untuk dia ngejaga penampilan, karena kan kalau orang udah suka sama biduan itu pasti kan bakal pengen terus ngeliat atau nonton. Atau paling ngga pas dia ketemu sama penggemarnya, kalau dia penampilannya baik, penggemar akan suka dan juga dapat nilai plus lah dan nggak ngerasa kecewa ketemu. Karena gimana pun juga kan nggak bisa dipungkiri kalau penampilan itu juga jadi modal utama dan orang bakal ngasih penilaian pertama ngeliat dari penampilannya.”13

Informan pendukung lainnya yang juga merupakan seorang penggemar orkes dangdut dan juga rutin menonton orkes dangdut hampir tiap minggu, yang bernama HM Domon, warga kampung Jelong Desa Situ Gadung, Pagedangan Tangerang, menyatakan hal yang sependapat dengan Asep Darmawan.

“Pentinglah kan kalau nonton orkes terus penyanyinya kucel kan nggak enak juga. Seengganya nggak jauh beda sama penyanyi dangdut terkenal. Nggak lucu aja kalau biduan yang kita idolain misalnya ternyata pas disamperin ke atas panggung dandanannya kucel.”14

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya berdasarkan pernyataan salah satu informan penyanyi dangdut, bahwasannya profesi biduan dangdut saat ini sudah seperti menjadi selebritis lokal sehingga bagaimanapun penampilan harus diperhatikan. Dan memang pada kenyataannya penggemar atau penonton cukup memperhatikan penampilan dari seorang biduan dangdut oleh dirinya. Terlebih lagi jika biduan tersebut diidolakan oleh pendengar tersebut. Maka ada kemungkinan yang cukup besar untuk sewaktu-waktu pengemar tersebut untuk naik ke atas panggung dimana biduan dangdut tersebut sedang tampil bernyanyi.

13 Dokumentasi wawancara dengan Asep Darmawan/Penyawer Oktober 2013 14 Dokumentasi wawancara dengan HM. Domon /Penyawer Oktober 2013

(31)

83 B. Impression Management ditinjau dari Aspek Gaya.

Gaya merupakan salah satu aspek yang dapat merepresentasikan suatu kepribadian penyanyi saat berada di front stage. Selain itu juga pengelolaan kesan yang ditinjau dari aspek gaya yang dilakukan penyanyi pada front stage nya dapat menimbulkan kesan dan menciptakan self image tertentu dikalangan orang-orang yang berinteraksi langsung di lingkungan front stage nya.

1. Impression management ditinjau dari Aspek Gaya melalui Sikap dan Perilaku.

Ketiga informan yang diwawancarai secara mendalam oleh peneliti mengaku memang melakukan pengelolaan kesan terhadap sikap dan perilaku yang mereka tonjolkan kepada orang-orang yang berada di lingkungan front stage nya. Menurut ketiganya, sikap dan perilaku merupakan salah satu unsur yang penting dalam menunjang pembentukan personality yang sesuai dengan citra diri yang ingin dibentuk oleh diri sendiri ataupun guna pemenuhan kebijakan dan standarisasi yang telah dibuat oleh pimpinan mereka. Masing-masing informan memiliki cara dan pengelolaan kesan yang berbeda-beda yang memang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing dan juga pihak-pihak yang terkait lainnya.

Disinggung tentang gaya berjoget yang erotis yang dilakukan para penyanyi dangdut, Alin Marlina alias Elin Avanza, mengaku tidak terlalu banyak melakukan pengelolaan kesan dalam sikap dan perilakunya saat menjadi seorang

(32)

84

penyanyi dangdut di atas panggung ataupun saat berada dilingkungan rekan-rekan sesama penyanyi di Orkes Melayu SMS (Samudera Musik Selection), Pimpinan Bapak Aripin.

“Kalau gaya penyanyi dangdut ya begitu mas jogetnya, apalagi pas koplonya (irama gendang red.), ya sudah biasa ya disini begitu, kalau dibilang erotis, gimana ya, dari dulu juga begitu. Saya sih santai aja mas, kalo pas nyanyi ya tuntutan kerja, joget gayanya harus begitu, yang penting happy dan cari duit, kalo diluar itu ya biasa aja, gak mikirin harus gaya gimana gitu. Kalaupun ketemu orang yang suka nyawer/ atau kita sebut relasi, ya biasa aja”15

Namun demikian Alin tetap melakukan pengolaan terhadap sikap dan perilakunya saat menjalani profesinya sebagai seorang penyanyi dangdut agar menimbulkan kesan-kesan tertentu. Kesan tersebut antara lain kesan ramah, cantik, baik dan selalu tersenyum.

“Intinya sih aku ngelakuin pengelolaan kesan dalam sikap dan perilaku aku bagaimana orang atau penggemar pada khususnya untuk bisa ngenal aku sebagai sosok penyanyi dangdut, yang ramah, cantik dan selalu tersenyum. Khususnya ibu-ibu mas, kalo pas manggung sering aku sapa, karna aku seneng liat ibu-ibu bisa liat dangdut seneng”16

Kesan ramah, cantik, selalu tersenyum dihadapan penggemar atau orang-orang disekitarnya saat berada di front stage juga diinginkan oleh dua informan lainnya yakni Titin dan Anika. Namun selain kesan tersebut, dalam proses pengelolaan kesan yang dilakukan oleh Anika tetap menonjolkan sikap dan perilakunya yang sesungguhnya yang memang sekiranya dapat dibawa ke area

front stage. Hal tersebut dikarenakan adanya alasan tertentu.

“Aku cuman pengen nonjolin diri aku yang sebenarnya aja sih biar nyaman dan juga sesuai karakter yang aku bawain saat nyanyi di atas panggung,

15 Dokumentasi wawancara dengan Alin Marlina/Elin Avanza Oktober 2013 16 Dokumentasi wawancara dengan Alin Marlina/Elin Avanza Oktober 2013

(33)

85 biar ada ciri khaslah, kalau Anika itu begini, karena nanti penonton biar tau mas, karna terkadang yang punya hajat nyiriin artisnya yang itu yang harus dipanggil gitu, jadi keinginan yang punya hajat. Kesan ramah, baik haruslah, kalau dibilang sombong kan ga enak,”17

Jika Anika menambahkan aksen sikap dan perilaku aslinya yang dia bawa ke area front stage guna memperkuat kesan yang hendak diciptakan. Maka Titin pun memiliki tambahan lainnya selain mengelola sikap dan perilakunya agar sebisa mungkin orang mengenalnya dengan sikap dan perilakunya yang ramah, baik, serta murah senyum. Tambahan tersebut antara lain aksen komunkasi dengan penonton yang dia tambahkan ketika berada di area front stage. Selain itu dia berusaha untuk dikenal dengan sikap dan perilaku yang lebih bersahabat bagi siapapun yang berada di front stage nya.

“Yang terpenting yang harus dimiliki seorang penyanyi dangdut itu kalau menurut aku adalah ramah dimata penonton ataupun penggemar. Jadi aku selalu berusaha menciptakan kesan dan bersikap bahwa aku ramah dan juga friendly.”18

Keinginan menjadi penyanyi dangdut yang terkesan ramah, baik, dan bersahabat bagi semua orang khususnya penggemar memang relevan dengan selera penonton di wilayah tersebut. Terbukti ketika peneliti mewawancarai penggemar orkes dangdut dan dan mengajukan pertanyaan “Biduan dangdut yang

seperti apakah yang anda sukai?” maka kedua informan yang merupakan

penggemar orkes pertunjukan dangdut mengutarakan hal yang senada dengan keinginan ketiga informan.

17 Dokumentasi wawancara dengan Anika/Anika Gasella Oktober 2013

(34)

86

Seperti yang diakui oleh Asep Darmawan :

“Yang pasti sih, secara umum lebih seneng ke biduan yang cantik, yaa seksilah,hehe biasa mas laki-laki, kalo liat yang “cerah-cerah” kan seger hehe, dan ngomongnya enak ya sama penontonnya, yang baik, yang cakep, dan yang nggak terlalu kaku juga.” 19

Tak jauh berbeda dengan Asep Darmawan, HM Domon pun mengungkapkan hal yang senada :

“Saya sih suka biduan yang punya kesan ramah, baik, cakep, gak sombong, terus yang suaranya khas atau sexy gitu, apalagi yang serak-serak basah…hehee..”20

Tidak hanya ramah dan mengelola perilakunya yang akan menimbulkan kesan dimata penggemar, Titin juga menegaskan bahwa penyanyi dangdut wanita harus juga memiliki sikap dan perilaku yang baik dan menarik agar mampu bersaing dengan penyanyi dangdut wanita yang lainnya. Selain itu juga seorang penyanyi dangdut wanita harus memiliki sikap yang tahan banting.

Kategori penyanyi yang baik menurut kedua informan, ternyata melahirkan jawaban yang tak jauh berbeda dari pertanyaan berikutnya yakni,

“Apakah kriteria penyanyi dangdut wanita yang baik menurut anda?”.

Pertanyaan tersebut diajukan guna mengetahui apakah pengelolaan kesan yang ditinjau melalui aspek sikap dan perilaku yang dilakukan oleh ketiga informan yang berasal dari penyanyi dangdut mengacu pada selera dan kriteria penyanyi yang baik menurut pendapat penggemar. Selain ramah, baik dan juga

19 Dokumentasi wawancara dengan Asep Darmawan/Penyawer Oktober 2013 20 Dokumentasi wawancara dengan HM. Domon /Penyawer Oktober 2013

(35)

87

komunikatif, menurut Asep Darmawan kriteria penyanyi yang baik menurutnya adalah penyanyi yang tak hanya sekedar bernyanyi saja. Namun juga memiliki sedikit wawasan agar mampu berkomunikasi dengan penontonnya.

Senada dengan Asep, HM Domon juga menegaskan bahwa penyanyi dangdut yang baik menurutnya adalah penyanyi yang tak hanya menguasai berbagai hal tentang musik dangdut, namun juga perilaku dipanggung juga tidak “murahan” alias seronok, dan baik dimata penggemarnya.

“Selain itu juga dia bisa membawa suasana yang nyantai gitu, jadi nggak yang terlalu yang kaku sehingga suasana panggung jadi monoton. yang bisa menyegarkan suasana lah, jadi orang bisa lama buat menonton si penyanyi itu saat sedang bernyanyi.” 21

2. Impression Management ditinjau dari Aspek Gaya melalui Bahasa Tubuh.

Bahasa tubuh atau dalam istilah asing nya lebih dikenal dengan kata body

language telah melekat pada orang-orang yang menjalani profesi yang bahasa

tubuhnya dapat dilihat langsung oleh khalayak seperti penyanyi, aktor dan artis baik di panggung maupun pada televisi. Dalam proses wawancara mendalam serta observasi partisipatif, peneliti menemukan adanya anggapan dari para informan bahwa bahasa tubuh penting digunakan saat berinteraksi bersama orang-orang di front stage baik secara langsung maupun maupun hanya melalui pandangan mata. Ketiga informan mengatakan bahwa mereka menggunakan

(36)

88

bahasa tubuh yang sederhana dan standar seperti gerakan tangan, badan, pinggul, kepala, mata dan sebagainya.

Seperti yang diutarakan oleh Alin Marlina alias Elin Avanza bahwa :

“Aku itu termasuk kedalam orang yang aktif bergerak, dimana ketika aku sedang menjadi seorang penyanyi di atas panggung aku selalu aktif menggunakan bahasa tubuh seperti gerakan tangan, pinggul dan juga anggota tubuh lainnya. Untuk merayu, ya biasalah mas laki-laki kan sukanya digituin/dirayu, kan biar sawerannya banyak, he he”22

Seperti halnya Alin, Titin pun mengutarakan hal yang serupa. Menggunakan bahasa tubuh yang disesuaikan atau diikuti dengan kata-kata saat berkomunikasi dengan penonton diakui penting untuk menunjang komunikasi yang dilakukan sehingga menjadi lebih atraktif. Seperti yang dikatakannya :

“Kalau menurut aku bahasa tubuh adalah salah satu hal yang sangat dibutuhin saat tampil di atas panggung karena untuk menunjang dan semakin meperkuat lagu yang sedang dinyanyikan. Semakin berirama lagunya biasanya semakin hot goyangannya. Jadi biasanya bahasa tubuh juga aku sesuain dengan lagu yang aku nyanyiin. Intinya aku tipikal penyanyi yang aktif di atas panggung menggunakan bahasa tubuh. Tujuannya ya itu tadi untuk menarik penonton untuk terus menonton atau menyawer saja.”23

Pada intinya pengelolaan kesan melalui unsur bahasa tubuh yang dilakukan ketiga informan dalam penelitian ini mereka anggap masih tergolong yang wajar-wajar saja dan disesuaikan pula dengan kondisi keadaan dan lingkungan disekitar pertunjukan.

3. Impression Management ditinjau dari Aspek Gaya melalui Mimik Wajah.

22 Dokumentasi wawancara dengan Alin Marlina/Elin Avanza Oktober 2013 23 Dokumentasi wawancara dengan Titin Suprihatin/ Tya Moniesta Oktober 2013

(37)

89

Sama halnya dengan bahasa tubuh, ketiga informan pun mengakui bahwa mimik wajah merupakan salah satu unsur yang dapat menunjang keberhasilan tampilan yang hendak dicapai. Namun demikian, diakui oleh ketiganya tidak ada pengolaan kesan secara khususn dalam mimik wajah ini. Semuanya lebih dinamis, mengikuti suasana dan kebutuhan masing-masing. Seperti yang dikatakan Titin :

“Iya, gitupun juga dengan mimik wajah, aku selalu menggunakan mimik wajah yang aku yakini bisa nguatin karakter aku saat nyanyi di atas panggung ataupun juga saat aku lagi berinteraksi sama dengan penonton atau penggemar. Yang penting mau sedih juga harus keliatan riang, kan gak lucu juga kalo keliatan muka cemberut”24

Begitupun hal nya dengan Alin Marlina :

“ Ketika sedang berinteraksi dengan penonton, mimik wajah harus ramah, baik yaa agak sedikit centil mas, kan biar orang seneng. Karena menurut aku mimik wajah bisa juga ngebantu kita jadi lebih menarik dan akhirnya ngebantu profesi yang kita jalanin.”25

Pemahaman Anika Gisela tentang komunikasi membuat dia juga yakin bahwa mimik wajah merupakan salah satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari profesi yang dijalakukannya saat menjalani menjadi seorang penyanyi dangdut.

“Aku belajar bahwa ekspresi merupakan salah satu bagian yang tidak bisa lepas dari bagian kehidupan sehari-hari manusia. Jadi aku tuh selalu ekspresif, Apalagi ketika lagi nyanyi di atas panggung yang akhirnya bisa membangkitkan rasa senang para penonton. Tapi juga tetep dalam tahap yang wajar juga.Tar kalo kesannya ga ramah kan nyari sawerannya susah, he he”26

24 Dokumentasi wawancara dengan Titin Suprihatin/ Tya Moniesta Oktober 2013 25 Dokumentasi wawancara dengan Alin Marlina/Elin Avanza Oktober 2013 26 Dokumentasi wawancara dengan Anika/Anika Gasella Oktober 2013

(38)

90

Sebagai seorang yang telah cukup lama berkecimpung pada pertunjukan musik dangdut, Anika Gisela juga menekankan pentingnya penggunaan mimik wajah dan bahasa tubuh bagi seorang penyanyi dangdut, terlebih lagi ketika tampil langsung di atas panggung musik dangdut. Karena menurutnya, bahasa tubuh dan juga mimik wajah dapat menekankan makna yang hendak disampaikan kepada penonton. Penggunaan mimik wajah serta bahasa tubuh tersebut sangat mempengaruhi terhadap pandangan para penonton yang menyaksikan pertunjukan. Seperti penuturan Anika berikiut ini :

“Itu perlu, karena dengan mimik wajah atau bahasa tubuh, terus juga ada istilahnya wajah kita harus fresh sehingga dapat selalu tersenyum kepada penonton. Itu bisa dibedakan mana penyanyi yang bernyanyi tanpa mimik dan bahasa tubuh dan mana penyanyi yang beryanyi pake bahasa tubuh atau mimik, dan memang sangat berpengaruh sama penonton yang melihat.” 27

4. Impression Management ditinjau dari Aspek Gaya melalui Cara Bertutur atau Gaya Bahasa.

Cara bertutur atau gaya bahasa bisa menjadi ciri khas tersendiri yang dimiliki oleh seorang penyanyi. Namun cara bertutur atau gaya bahasa yang digunakan oleh setiap penyanyi dangdut wanita ada yang sama namun juga ada yang berbeda-beda. Semua itu kembali pada kebutuhan, dan kebijakan manajemen orkes dangdut masing-masing yang pada kahirnya berimbas pada motivasi seorang penyanyi dangdut wanita dalam melakukan pengelolaan kesan ditinjau dari aspek gaya melaui cara bertutur atau gaya bahasanya.

(39)

91

Alin Marlina alias Elin Avanza mengaku dalam melakukan pengelolaan dalam cara bertutur atau gaya bahasa, dirinya menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan orkes dangdut yang menaunginya.

“Kalo masalah bahasa atau tegur sapa ke penonton, harus sopanlah mas, yaa agak sedikit centik gitu. Kadang juga pake guyonan yang merayu, seperti kita panggil bos, untuk penyawer yang langganan dan kita tau dia banyak duit, kita panggil abang, untuk penyawer yang ga kita kenal, tapi minimal nama harus tau kita. Trus pake kata-kata agak mesra gitu kan bikin dia tertarik untuk nyawe. Kata-kata yang mesra juga penting mas, buat narik saweran, seperti sayang dan rayuan-rayuan lain deh, pokoknya tujuan utamanya agar penonton yg namanya kita panggil mau nyawer aja”28

Begitupun dengan Titin Suprihatin alias Tya Monezta yang menyesuaikan dengan konsep bernyanyi di orkes yang menaunginya. Dalam melakukan pengelolaan dari cara bertutur dan juga gaya bahasa. Selain menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar utama. Dia juga kadang-kadang menggunakan bahasa daerah sunda sesuai dengan arahan dari manajemen orkes yang menaunginya. Namun Titin mengaku, cara bertuturnya lebih ke arah yang natural seperti kala dia berbincang-bincang sehari-hari di kehidupan back stage nya.

“Biasa mas, kalo kita harus pandai merayu pas diatas panggung. Para penyawer kan juga merasa harus dihargai bahkan harus disanjung kan, nanti kalo tidak dirayu kan ga nyawer kita. Kita panggil namanya terus sampai dia mau nyawer, kan malu juga dia kali kita panggil terus tapi ga nyawer, hehe. Biasanya panggilan bos itu paling mujarab hehe. Karena kan kalo didangdut kan gengsi kali ih kalo yang merasa bos kita panggil ga nyawer. Ya itu tadi kita panggil sopan. Pake bahasa sunda juga kadang perlu, karena kan mayoritaskan disini orang sunda, biar agak deket juga”29

28 Dokumentasi wawancara dengan Alin Marlina/Elin Avanza Oktober 2013 29 Dokumentasi wawancara dengan Titin Suprihatin/ Tya Moniesta Oktober 2013

(40)

92

Informan lainnya yakni Anika Gisela juga berusaha untuk mengelola cara bertutur atau gaya bahasa yang digunakan saat berada di front stage sesuai dengan gaya bertutur dia sendiri.

“Balik lagi ke dimana kita lagi nyanyi jadi cara ngomong ataupun juga gaya bahasa aku nyesuein juga. Kayak misalnya bahasa pengantar aku sebelum nyanyi 90 persennya itu ya bahasa Indonesia terus sisanya adalah bahasa sehari-hari sendiri. Tapi itu hanya bersifat umum, yang terpenting disini adalah kata-kata rayuanlah, agar penonton mau nyawer. Tar kalo ga ada yg nyawer, kita gajian gimana, hehe. Apalagi penonton atau kita sebut relasi ada dilokasi pas kita manggung, ya udah kita sebut-sebut aja namanya berkali-kali biar dia nyawer.” 30

Ketiganya juga sepakat untuk menggunakan bahasa tutur yang mudah dimengerti oleh pendengar dan juga orang-orang yang berada disekitar nya saat berada di front stage. Selain itu mereka juga mengutamakan trend dan selera pendengar, seperti yang dilakukan oleh Anika.

“Yang penting aku berusaha sesuai selera para penonton orkes dangdut dan juga kalau untuk manggung, kalau lagi kumpul bareng grup atau temen-temen yang lain ya disesuaikan aja, tapi biasanya ya masih keliatan lebihlah dibanding orang biasa kalau kita dandan atau make-up” 31

Meski harus disesuaikan dengan kadaan setempat dan grup orkes yang menaunginya dan juga selera penonton, namun informan kunci juga menambahkan beberapa hal penting yang harus diperhatikan ketika melakukan pengelolaan kesan melalui cara bertutur atau gaya bahasa. Hal tersebut terjabarkan ketika peneliti mengajukan pertanyaan mengenai, “Cara bertutur

30 Dokumentasi wawancara dengan Anika/Anika Gasella Oktober 2013 31 Dokumentasi wawancara dengan Anika/Anika Gasella Oktober 2013

(41)

93 atau gaya bahasa yang seperti apakah yang baik bagi seorang penyanyi dangdut?”. Dengan penuh semangat Titin Suprihatin pun menjawab :

“Penguasaan kata saat ngomong itu harus diperhatikan. Sesuai keadaan memang tapi kita tidak bisa mengesampingkan kemampuan suara kita yang kadang bisa habis. Jadi pas kita ngucapin kata-kata harus jelas, agar penonton pun jelas ngedengerinnya. Jadi dari ucapannya harus jelas. Tapi ya intinya satu, pas kita lagi bawain lagu, kata-katalah yang penting, kita rayu-rayu, misalnya dengan ucapan sopan, kita panggil Abang, Bapak sampai kekata-kata yang agak seksi, misalnya kita panggil sayang, ya intinya satu biar dia nyawer banyak,he he.”32

Tambahnya lagi, dari segi intonasi dan artikulasi pun harus diperhatikan, mengingat saat tampil sifatnya selintas dimana penonton melihat orkes dangdut sambil melakukan aktivitas lainnya.

C. Impression Management Ditinjau dari Aspek Informasi yang Ada.

Salah satu tugas utama seorang penyanyi orkes dangdut adalah menghibur kepada penonton yang menyaksikannya. Hal tersebut juga mengacu kepada salah satu fungsi orkes dangdut yakni sebagai wadah untuk menaungi para penyanyi dangdut untuk memperoleh penghasilan, sehingga sudah sewajarnya jika seorang penyanyi dangdut senantiasa mencoba melakukannya dengan maksimal dalam setiap aktivitas bernyanyinya saat menjalani profesi sebagai seorang penyanyi dangdut.

Kemudian, bagaimana dengan hiburan yang ditampilkan oleh biduan dangdut khususnya ketiga informan dalam penelitian ini. Ketika diajukan pertanyaan,

“Bagaimana impression management yang anda lakukan ditinjau dari aspek hiburan yang anda lakukan?” maka ketiganya memiliki jawaban masing-masing mengenai

tampilan hiburan apa dan tentang standar menghibur yang biasa mereka lakukan.

(42)

94 “Aku sih saat tampil nyanyi di atas panggung ya seperti itu, seksi dan dengan penampilan yang bagus, karena itu tuntutan pekerjaan, kalaupun kadang banyak orang bilang seronok, ya itulah artis dangdut sejak dulu ya begitu dan yang penting adalah disitu aku bertugas menghibur orang banyak dan dapat uang. Dan yang terpenting kita harus pandai bergaul, apakah dengan masyarakat yang kita hibur dan dengan semua grup orkes dangdut, makanya setiap saya main digrup yang beda-beda, ya nyambung aja”33

Pernyataan di atas diakui Alin Marlina karena memang menurutnya orang-orang yang berada disekitarnya pada front stage khususnya penonton atau penggemar, kebanyakan menyukai penampilan yang seperti itu. Dangdut yang dari dulu sudah berganti generasi dengan penampilan yang nyaris tidak berbeda. Selain dari hiburan menyanyi dangdut yang dilakukannya, hasil dari pengamatan langsung dan wawancara mendalam dilapangan bersama ketiga informan, peneliti juga menemukan hal menarik lainnya dimana masih berkaitan dengan aspek hiburan bernyanyi yang dilakukannya. Hal menarik tersebut adalah, bagaimana cara-cara ketiga informan tersebut melakukan kegiatan bernyanyi dengan kemampuan yang mereka miliki. Titin Suprihatin misalnya, yang tetap dengan ciri khas nya yang terkesan ceria, genit dan mempunyai ciri yang menurut dirinya “semok” atau montok.

“Karena aku udah terbiasa dengan agak sedikit ekspresif, jadi dalam melakukan kegiatan nyanyi dangdut dimanapun aku selalu ekspresif. Tapi aku juga biasanya lebih mengemas berbagai tampilan apapun dengan menyisipkan kesan ceria atau agak genit, karena biasanya lebih gampang direspon sama penonton. Ciri khasku kalau nyanyi semok mas, hehe. Aku dalam tampilan aku bernyanyi intinya berusaha agar tidak terkesan murahan tapi justru gimana caranya bisa menghangatkan penonton dengan gaya aku sendiri dengan nuansa ceria tadi.” 34

33 Dokumentasi wawancara dengan Alin Marlina/Elin Avanza Oktober 2013 34 Dokumentasi wawancara dengan Titin Suprihatin/ Tya Moniesta Oktober 2013

Referensi

Dokumen terkait

Lokasi yang hanya memiliki kelimpahan ikan Caesio cuning dengan ukuran kecil atau ikan muda di temukan di 6 lokasi yaitu Timur Pulau Pramuka, Utara Pulau Pramuka,

Penelitian ini menemukan bahwa terdapat delapan tupoksi dari 10 tupoksi TN yang penjabaran pelaksanaannya berupa pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan

Maka keberadaan Pelabuhan menjadi hal penting dalam upaya peningkatan berbagai sektor yang ada di Indonesia KONDISI STRATEGIS INDONESIA Pelabuhan Balikpapan Pelabuhan Tj

Dengan adanya hubungan linier yang bermakna antara kadar sulfametoksazol dalam matriks tablet secara KLT-densitometri dengan aktivitas antibakteri yang dinyatakan dengan

Peserta dalam video yang diunggah pada portal youtube dengan judul sesuai juknis LKSN PDBK Tahun 2021 dan dikirimkan melalui portal aplikasi registrasi LKSN PDBK Tahun 2021 merupakan

diperlukan dalam perencanaan pelimpah yaitu: debit banjir rancangan harus sesuai dengan kriteria teknis yang disyaratkan oleh Komisi Keamanan Bendungan dan atau

Persiapan bibit merupakan bagian dari sub sistem produksi. Dari data penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasakan manfaat kelompok dalam kegiatan

Nah, jika sekiranya Anda sudah tahu kapan harus benar-benar CLOSING, pada akhir pertanyaan, arahkan pikiran calon customer untuk berkata “YA, Saya Mau Beli…”... Tapi