• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Surveilans Cedera Atau Kecelakaan Kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Surveilans Cedera Atau Kecelakaan Kerja"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KERJA Dosen : dr. Fauziah Elytha,MSc

“SISTEM SURVEILANS KECELAKAAN KERJA/CEDERA”

Oleh : Kelompok 4

Roma Yuliana 1311211109

Fivi Susanti 1311211092

Gita Andriana 1311211093

Fani Putri Nandes 1311211094 Rini Nurvia Agustin 1311211098

Khairal Hayati 1311211103

Latifah Husniati 1311211107

Elvisa Rahmi 1311211097

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2016

(2)

Puji syukur penulis ucapakan kehadirat Tuhan Yang Esa yang tiada hentinya melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Atas taufik dan hidayah-Nya pula penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Surveilans Kecelakaan Kerja/ Cedera” ini tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Lingkungan dan Kesehatan Kerja oleh dosen pembimbing yaitu dr. Fauziah Elytha,MSc. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, penyusunan, penguraian, maupun isinya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberi dukungan baik moril maupun materil dalam proses penulisan makalah ini. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak, baik bagi pembaca maupun kami sendiri.

Padang, April 2016

(3)

KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI...iii BAB 1 : PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan Penulisan...2 BAB 2 : PEMBAHASAN...3 2.1 Definisi Surveilans...3 2.1.1 Definisi Surveilans...3 2.1.2 Tujuan Surveilans...4

2.1.3 Ruang Lingkup Penyelenggaraan Surveilans...4

2.1.4 Jenis-Jenis Surveilans...5

2.1.5 Komponen Kegiatan Surveilans...7

2.1.6 Syarat-Syarat Sistem Surveilans yang Baik...11

2.2 Definisi Surveilans Kecelakaan Kerja atau Cedera...13

2.2.1 Definisi Kecelakaan Cedera atau Cedera...13

2.2.2 Definisi Sistem Surveilans Kecelakaan Kerja/Cedera...14

2.2.3 Ruang Lingkup Surveilan K3...14

2.2.4 Metode Surveilans K3...15

2.2.5 Persyaratan dan Teknik Pelaksanaan Surveilans K3...16

2.2.6 Sumber dan Instrumen Pengumpulan Data K3...18

(4)

2.3.1 Definisi Kecelakaan Lalu Lintas...20

2.3.2 Definisi Surveilans...20

2.3.3 Definisi Surveilans Kecelakaan Lalu Lintas...20

2.3.4 Metode Penyelenggaraan Surveilans KLL...21

2.3.5 Langkah-Langkah Surveilans KLL...21

BAB 3 : BAB 3 : PENUTUP...26

3.1 Kesimpulan...26

3.2 Saran...26

DAFTAR PUSTAKA...27

(5)

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap pekerjaan di dunia ini pasti masing-masing memiliki tingkat risiko bahaya. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Upaya K3 diharapkan dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan pekerjaan.

Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan ). Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita jumpai dimana banyak terjadi dilingkungan pekerjaan non-formal. Hal ini yang menunjukan bahwa sanya pentingnya sebuah keselamatan dalam bekerja, sekalipun sektor tersebut hanya sedikit bahkan tidak sama sekali di dukung oleh pemerintah.

Surveilans merupakan analisis terus menerus secara sistematis terhadap penyakit dan atau masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi untuk tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien. Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif (Last, 2001).

Jadi Surveilans kecelakaan kerja atau cedera adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit dan masalah-masalah kesehatan akibat kecelakaan kerja atau cedera serta kondisi yang memperbesar risikonya melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yaitu:

1. Apakah yang dimaksud dengan surveilans? 2. Apakah tujuan dari surveilans?

3. Apa sajakah ruang lingkup dan jenis-jenis surveilans?

4. Apa saja komponen kegiatan surveilans dan syarat-syarat sistem surveilnas yang baik?

5. Apa yang dimaksud dengan surveilans kecelakaan kerja atau cedera? 6. Apakah ruang lingkup dan metode surveilans K3?

7. Apakah persyaratan dan teknik pelaksanaan surveilans K3? 8. Apakah sumber dan instrumen pengumpulan data K3?

9. Apakah yang dimaksud dengan surveilans kecelakaan lalu lintas?

10. Bagaimana metode penyelenggaraan dan langkah-langkah surveilans kecelakaan lalu lintas?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui definisi surveilans

2. Untuk mengetahui tujuan dari surveilans

3. Untuk mengetahui ruang lingkup dan jenis-jenis surveilans

4. Untuk mengetahui komponen kegiatan surveilans dan syarat-syarat sistem surveilnas yang baik

5. Untuk mengetahui definisi surveilans kecelakaan kerja atau cedera 6. Untuk mengetahui ruang lingkup dan metode surveilans K3

7. Untuk mengetahui persyaratan dan teknik pelaksanaan surveilans K3 8. Untuk mengetahui sumber dan instrumen pengumpulan data K3 9. Untuk mengetahui definisi surveilans kecelakaan lalu lintas

10. Untuk mengetahui metode penyelenggaraan dan langkah-langkah surveilans kecelakaan lalu lintas

(7)

BAB 2 : PEMBAHASAN

2.1 Definisi Surveilans 2.1.1 Definisi Surveilans

Ada beberapa definisi surveilans, antara lain:

1. Menurut DCP2 (Disease Control Priorities in Developing Countries, 2nd Edition, 2008)

Surveilans adalah pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terus menerus dan sistematis yang kemudian diinformasikan kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Last, 2001) dalam (Noor, 2008). 2. Menurut WHO (2004)

Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhinya pada masyarakat sehingga dapat dilakukan penanggulangan untuk dapat mengambil tindakan efektif.

(8)

2.1.2 Tujuan Surveilans

Secara umum surveilans bertujuan untuk pencegahan dan pengendalian penyakit dalam masyarakat sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa (KLB), memperoleh informasi yang diperlukan bagi perencanaan dalam hal pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya pada berbagai tingkat administrasi (Depkes RI, 2004).

Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. Tujuan khusus surveilans, antara lain:

a. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit.

b. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini outbreak.

c. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease burden) pada populasi.

d. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan.

e. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan. f. Mengidentifikasi kebutuhan riset (Giesecke, 2002).

2.1.3 Ruang Lingkup Penyelenggaraan Surveilans

Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh beberapa sebab, oleh karena itu secara operasional diperlukan tatalaksana secara integratif dengan ruang lingkup permasalahan sebagai berikut :

a. Surveilans epidemiologi penyakit menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematika terhadap penyakit menular dan faktor resiko untuk upaya pemberantasan penyakit menular. b. Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.

(9)

c. Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor resiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan.

d. Surveilans epidemiologi masalah kesehatan

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan factor resiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.

e. Surveilans epidemiologi kesehatan matra

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor risiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra (Depkes RI, 2003).

f. Surveilans Kesehatan Kerja

Akibat kesehatan kerja yang kurang dapat menyebabkan penyakit, sedangkan akibat keselamatan yang kurang dapat menyebabkan kecelakaan atau cedera.

g. Surveilans Keselamatan Kerja

keselamatan kurang yang kurang dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau cedera.

2.1.4 Jenis-Jenis Surveilans

1) Penyelenggaraan berdasarkan metode pelaksanaan

a. Surveilans epidemiologi rutin terpadu, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan dan atau faktor resiko kesehatan.

b. Surveilans epidemiologi khusus, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi terhadap suatu kejadian, permasalahan , faktor resiko atau situasi khusus kesehatan

c. Surveilans sentinel, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada populasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanya masalah kesehatan pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas.

(10)

d. Studi epidemiologi, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada periode tertentu serta populasi atau wilayah tertentu untuk mengetahui lebih mendalam gambaran epidemiologi penyakit, permasalahan dan atau factor resiko kesehatan.

2) Penyelenggaraan berdasarkan aktifitas pengumpulan data

a. Surveilans aktif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemilogi dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.

b. Surveilans pasif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara menerima data tersebut dari unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.

3) Penyelenggaraan berdasarkan pola pelaksanaan

a. Pola kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah dan atau bencana

b. Pola selain kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk keadaan di luar KLB dan atau wabah dan atau bencana.

4) Penyelenggaraan berdasarkan kualitas pemeriksaan

a. Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah kegiatan surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau tidak menggunakan peralatan pendukung pemeriksaan.

b. Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemerksaan laboratorium atau peralatan pendukung pemeriksaan lainnya.

(11)

2.1.5 Komponen Kegiatan Surveilans

Komponen-komponen kegiatan surveilans menurut Depkes. RI, (2004) seperti dibawah ini:

a. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas, tepat dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan. Tujuan dari pengumpulan data epidemiologi adalah untuk menentukan kelompok populasi yang mempunyai resiko terbesar terhadap serangan penyakit; untuk menentukan reservoir dari infeksi; untuk menentukan jenis dari penyebab penyakit dan karakteristiknya; untuk memastikan keadaan yang dapat menyebabkan berlangsungnya transmisi penyakit; untuk mencatat penyakit secara keseluruhan; untuk memastikan sifat dasar suatu wabah, sumbernya, cara penularannya dan seberapa jauh penyebarannya.

b. Kompilasi, analisis dan interpretasi data

Data yang terkumpul selanjutnya dikompilasi, dianalisis berdasarkan orang, tempat dan waktu. Analisa dapat berupa teks tabel, grafik dan spot map sehingga mudah dibaca dan merupakan informasi yang akurat. Dari hasil analisis dan interpretasi selanjutnya dibuat saran bagaimana menentukan tindakan dalam menghadapi masalah yang baru.

c. Penyebaran hasil analisis dan hasil interpretasi data

Hasil analisis dan interpretasi data digunakan untuk unit-unit kesehatan setempat guna menentukan tindak lanjut dan disebarluaskan ke unit terkait antara lain berupa laporan kepada atasan atau kepada lintas sektor yang terkait sebagai informasi lebih lanjut.

Komponen-komponen dalam pelaksanaan sistem surveilans (WHO, 1999) adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan komponen yang sangat penting karena kualitas informasi yang diperoleh sangat ditentukan oleh kualitas data yang dikumpulkan. Data yang dikumpulkan harus jelas, tepat dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan. Oleh karena itu untuk dapat menjalankan surveilans yang baik pengumpulan data harus

(12)

dilaksanakan secara teratur dan terus-menerus. Tujuan pengumpulan data antara lain:

1) Menentukan kelompok atau golongan populasi yang mempunyai resiko terbesar terkena penyakit seperti jenis kelamin, umur, suku, pekerjaan dan lain-lain.

2) Menentukan jenis agent atau penyebab penyakit dan karakteristiknya.

3) Menentukan reservoir infeksinya.

4) Memastikan keadaan yang menyebabkan kelangsungan transmisi penyakit.

5) Mencatat kejadian penyakit, terutama pada kejadian luar biasa. Sumber data yang dikumpulkan berlainan untuk tiap jenis penyakit. Sumber data sistem surveilans terdiri dari 10 elemen (Langmuir, 1976) yaitu:

a) Data Mortalitas

Pencatatan kematian yang dilakukan di tingkat desa dilaporkan ke tingkat kelurahan seterusnya ke tingkat kecamatan dan puskesmas lalu selanjutnya dilaporkan ke Kabupaten daerah tingkat II. Beberapa seminar di Indonesia telah diadakan pula untuk menilai dan membahas usaha untuk meningkatkan kelengkapan pencatatan kematian, yang validitasnya relatif lebih baik karena didiagnosis oleh dokter. Elemen ini akan bermanfaat bila data pada pencatatan kematian itu cepat diolah dan hasilnya segera diberitahukan kepada yang berkepentingan (Efendy, 2009)

b) Data Morbiditas

Data morbiditas merupakan elemen yang terpenting dalam surveilans. Data yang diperlukan misalnya nama penderita, umur, jenis kelamin, alamat, diagnosis dan tanggal mulai sakit. Elemen ini juga penting untuk mengetahui distribusi penyakit menurut waktu, apakah musiman atau siklus. Dengan demikian, dapat diketahui pula ukuran endemis suatu penyakit (Efendy, 2009).

(13)

c) Data Pemeriksaan Laboratorium

Laboratorium merupakan suatu sarana yang penting untuk mengetahui kuman penyebab penyakit menular dan pemeriksaan tertentu untuk penyakit-penyakit lainnya, misalnya kadar gula darah untuk penyakit diabetes melitus, trombosit untuk penyakit demam berdarah, dan lainnya (Efendy, 2009).

1. Laporan Penyakit.

2. Penyelidikan peristiwa penyakit .

3. Penyidikan kejadian luar biasa atau wabah.

d) Survei penyakit, vektor, dan reservoir yang memerlukan tenaga, biaya dan fasilitas.

Survei adalah suatu cara penelitian epidemiologi untuk mengetahui prevalensi penyakit. Dengan ukuran ini dapat diketahui luasnya masalah penyakit tersebut. Bila setelah survei pertama dilakukan pengobatan terhadap penderita, maka dengan survei kedua dapat ditentukan keberhasilan pengobatan tersebut (Efendy, 2009). e) Penyelidikan tentang distribusi vektor dan reservoir penyakit pada

hewan.

Penyakit zoonosis terdapat pada manusia dan binatang; dalam hal ini binatang dan manusia merupakan reservoir. Penyakit malaria ditularkan oleh vektor nyamuk Anopheles dan penyakit demam berdarah ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti. Vektor-vektor tersebut perlu diselediki oleh entomologi untuk mengetahui apakah mengandung plasmodium malaria atau virus dari demam berdarah (Efendy, 2009).

f) Data penggunaan obat-obatan, serum dan vaksin.

Keterangan yang menyangkut mengenai bahan-bahan tersebut, yaitu mengenai banyak, jenis, dan waktu memberi petunjuk kepada kita mengenai masalah penyakit. Selain itu, dapat pula dikumpulkan keterangan mengenai efek samping dari bahan-bahan tersebut.

(14)

g) Data kependudukan dan lingkungan.

Elemen ini penting untuk menetapkan population at risk. Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kependudukan dan lingkungan ini perlu selalu dipikirkan dalam rangka analisis epidemiologis. Data atau keterangan mengenai kependudukan dan lingkungan itu tentu harus didapat di lembaga-lembaga non kesehatan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pencatatan insidensi terhadap orang-orang yang dicurigai atau population at risk melalui kunjungan rumah (active surveilance) atau pencatatan insidensi berdasarkan laporan rutin dari sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, atau laporan dari petugas surveilans di lapangan, dan laporan dari masyarakat serta petugas kesehatan yang lain (pasive surveilance) (Budiarto, 2002).

2. Pengolahan Data.

Data yang terkumpul segera diolah, biasanya dilakukan secara manual atau dengan komputerisasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki.

3. Analisa dan interpretasi data.

Analisa data dilakukan dengan 2 cara, yaitu: a. Analisa Deskriptif.

Analisa deskriptif dilakukan berdasarkan variabel orang, tempat, dan waktu sehingga diperoleh gambaran yang sistematis tentang penyakit yang sedang diamati. Visualisasi dalam bentuk grafik, tabel, diagram yang disertai uraian atau penjelasan.

b. Analisa Analitik.

Analisa analitik dilakukan dengan cara uji komparasi, korelasi, dan regresi. Uji komparasi untuk membandingkan kejadian penyakit pada kondisi yang berbeda. Uji korelasi untuk membuktikan keterkaitan antara satu variabel dengna variabel lainnya. Uji regresi untuk membuktikan pengaruh suatu variabel (kondisi) terhadap kejadian penyakit.

(15)

Kunci keberhasilannya yaitu data lengkap, cepat, dan tahu cara memanfaatkannya. Tahap-tahapnya meliputi coding (membuat kode-kode dari data yang ada), editing (melengkapi dan memperjelas tulisan), entry (memasukkan dalam program pengolahan data), dan pengolahan secara diskriptif dan analitik.

4. Penyebarluasan Informasi dan umpan balik

Hasil analisa dan interpretasi data selain terutama dipakai sendiri oleh unit kesehatan setempat untuk keperluan penentuan tindak lanjut, juga untuk disebarluaskan dengan jalan dilaporkan kepada atasan sehagai infomasi lebih lanjut, dikirimkan sebagai umpan balik (feed back) kepada unit kesehatan pemberi laporan. Umpan balik atau pengiriman informasi kembali kepada sumber-sumber data (pelapor) mengenai arti data yang telah diberikan dan kegunaannya setelah diolah, merupakan suatu tindakan yang penting, selain tindakan follow up. Sasaran penyebaran informasi adalah instansi terkait baik secara vertikal maupun horizontal dengan tujuan untuk memperoleh kesepahaman dan feedback dalam perumusan kebijakan. Manfaat penyebaran informasi adalah mendapatkan respon dari instansi terkait sebagai feedback, tindak lanjut, dan kesepahaman. Metode yang dapat digunakan dalam penyebaran informasi adalah tertulis dan deseminasi laporan, verbal dalam rapat, media cetak dan elektronik.

2.1.6 Syarat-Syarat Sistem Surveilans yang Baik

Syarat-syarat sistem surveilans yang baik hendaknya memenuhi karakteristik sebagai berikut (Romaguera, 2000) :

a. Kesederhanaan (Simplicity)

Kesederhanaan sistem surveilans menyangkut struktur dan pengorganisasian sistem. Besar dan jenis informasi yang diperlukan untuk menunjang diagnosis, sumber pelapor, cara pengiriman data, organisasi yang menerima laporan, kebutuhan pelatihan staf, pengolahan dan analisa data perlu dirancang agar tidak membutuhkan sumber daya yang terlalu besar dan prosedur yang terlalu rumit.

(16)

b. Fleksibilitas (Flexibility)

Sistem surveilans yang fleksibel dapat menyesuaikan diri dalam mengatasi perubahan-perubahan informasi yang dibutuhkan atau kondisi operasional tanpa memerlukan peningkatan yang berarti akan kebutuhan biaya, waktu dan tenaga.

c. Dapat diterima (Acceptability)

Penerimaan terhadap sistem surveilans tercermin dari tingkat partisipasi individu, organisasi dan lembaga kesehatan. lnteraksi sistem dengan mereka yang terlibat, temasuk pasien atau kasus yang terdeteksi dan petugas yang melakukan diagnosis dan pelaporan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sistem tesebut. Beberapa indikator penerimaan terhadap sistem surveilans adalah jumlah proporsi para pelapor, kelengkapan pengisian formulir pelaporan dan ketepatan waktu pelaporan. Tingkat partisipasi dalam sistem surveilans dipengaruhi oleh pentingnya kejadian kesehatan yang dipantau, pengakuan atas kontribusi mereka yang terlibat dalam sistem, tanggapan sistem terhadap saran atau komentar, beban sumber daya yang tersedia, adanya peraturan dan perundangan yang dijalankan dengan tepat.

d. Sensitivitas (Sensitivity)

Sensitivitas suatu surveilans dapat dinilai dari kemampuan mendeteksi kejadian kasus-kasus penyakit atau kondisi kesehatan yang dipantau dan kemampuan mengidentifikasi adanya KLB. Faktor-faktor yang berpengaruh adalah :

1. Proporsi penderita yang berobat ke pelayanan kesehatan.

2. Kemampuan mendiagnosa secara benar dan kemungkinan kasus yang terdiagnosa akan dilaporkan.

3. Keakuratan data yang dilaporkan.

e. Nilai Prediktif Positif (Positive predictive value)

Nilai Prediktif Positif adalah proporsi dari yang diidentifikasi sebagai kasus, yang kenyataannya memang menderita penyakit atau kondisi sasaran surveilans. Nilai Prediktif Positif menggambarkan sensitivitas dan

(17)

spesifisitas serta prevalensi/ insidensi penyakit atau masalah kesehatan di masyarakat.

f. Representatif (Representative)

Sistem surveilans yang representatif mampu mendeskripsikan secara akurat distribusi kejadian penyakit menurut karakteristik orang, waktu dan tempat. Kualitas data merupakan karakteristik sistem surveilans yang representatif. Data surveilans tidak sekedar pemecahan kasus-kasus tetapi juga diskripsi atau ciri-ciri demografik dan infomasi mengenai faktor resiko yang penting.

g. Tepat Waktu

Ketepatan waktu suatu sistem surveilans dipengaruhi oleh ketepatan dan kecepatan mulai dari proses pengumpulan data, pengolahan analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pelaporan penyakit-penyakit tertentu perlu dilakukan dengan tepat dan cepat agar dapat dikendalikan secara efektif atau tidak meluas sehingga membahayakan masyarakat. Ketepatan waktu dalam sistem surveilans dapat dinilai berdasarakan ketersediaan infomasi untuk pengendalian penyakit baik yang sifatnya segera maupun untuk perencanaan program dalam jangka panjang.Tekhnologi komputer dapat sebagai faktor pendukung sistem surveilans dalam ketepatan waktu penyediaan informasi.

2.2 Definisi Surveilans Kecelakaan Kerja atau Cedera 2.2.1 Definisi Kecelakaan Cedera atau Cedera

Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan ).

Menurut AS/NZS 4801: 2001, kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak direncanakan yang menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan atau kerugian lainnya

(18)

Kecelakaan yang terjadi ditempat kerja atau dikenal dengan kecelakaan industri kerja. Kecelakaan industri ini dapat diartikan suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang diatur dari suatu aktifitas (Husni, 2003).

Pengertian cidera berdasarkan Heinrich, Petersen, dan Roos (1980) adalah patah, retak, cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Berdasarkan Bureau of Labor Statistics, U.S. Department of Labor (2008) bahwa bagian tubuh yang terkena cidera dan sakit terbagi menjadi:

1. Kepala; mata. 2. Leher.

3. Batang tubuh; bahu, punggung.

4. Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain jari,jari tangan.

5. Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jarikaki 6. Sistem tubuh.

7. Banyak bagian

2.2.2 Definisi Sistem Surveilans Kecelakaan Kerja/Cedera

Surveilans kecelakaan kerja atau cedera adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit dan masalah-masalah kesehatan akibat kecelakaan kerja atau cedera serta kondisi yang memperbesar risikonya melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien.

2.2.3 Ruang Lingkup Surveilan K3

Secara garis besar ruang lingkup surveilans K3 terbagi dua, yaitu : 1. Surveilans Efek Kesehatan dan Keselamatan

Pengumpulan, analisis & diseminasi/komunikasi data kesehatan (data penyakit) dan data keselamatan (data kecelakaan) spesifik untuk populasi pekerja berisiko dengan cara sitematik dan berksinabungan yang dapat digunakan bagi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program K3 di dunia usaha dan dunia kerja

(19)

2. Surveilans Hazard Kesehatan dan Keselamatan

Identifikasi hazard, pengukuran pajanan, analisis dan diseminasi atau komunikasi hazard kesehatan dan keselamatan yang spesifik bagi populasi pekerja berisiko dengan cara sistematik dan berkesinambungan digunakan bagi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program K3 di dunia usaha dan dunia kerja

2.2.4 Metode Surveilans K3

Dalam rangka pemantauan hazard dan risiko yang ada di tempat kerja, maka hal penting yang harus dilakukan adalah melakukan Surveilans Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surveilans K3 terdiri dari strategi-strategi dan metode untuk mendeteksi dan menilai secara sistematis dampak dari suatu pekerjaan terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja. Dengan surveilans maka dilakukanlah pengumpulan, analisis, interpretasi data, dan penyebaran informasi agar dapat diambil tindakan segera yang diyakini dapat mencegah pekerja dari penyakit dan kecelakaan.

Step awal dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan rekognisi faktor risiko, kemudian melakukan analisis, dan komunikasi yang nantinya diharapkan dapat dikembangkannya sistem pengumpulan, analisis dan diseminasi serta komunikasi data kesehatan dan keselamatan di tempat kerja

Kegiatan Program meliputi rekognisi, analisis data kesehatan seluruh pekerja berisiko, dan komunikasi pada seluruh pihak yang berkepentingan.

Metode yang digunakan untuk pelaksanaan Program Occupational Health surveilans adalah dengan melakukan identifikasi faktor risiko di tempat kerja dan identifikasi pekerja di populasi yang berisiko.

Data Faktor Risiko Lingkungan Kerja : a. Data Pemantauan Higiene Industri b. Data Pemantauan Ergonomi c. Data Pemantauan Stres Kerja

d. Data Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja, Berkala, Khusus, Return to Work, PHK/Pensiun

(20)

e. Analisis & Komunikasi Trend Faktor Risiko & Status Kesehatan, Hubungan Antara Faktor Risiko & Efek Kesehatan

Objek Surveilans Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut; a. Pekerja

b. Lingkungan kerja c. Pekerjaan

ata FakPengukuran Pajanan pada Pekerja a. Noise dosimeter

b. Personal dust sampler

c. Pengukuran dengan Spirometer

d. Pengukuran logam berat di urine & darah Pengukuran Pajanan pada Lingkungan Kerja

a. Kebisingan di lingkungan kerja b. Debu di lingkungan kerja c. Temperatur di lingkungan kerja d. Logam berat di lingkungan kerja

kunganPersyaratan dan Teknik Pelaksanaan 2.2.5 Persyaratan dan Teknik Pelaksanaan Surveilans K3

Adapun persyaratan teknik pelaksanaan surveilans K3 adalah :

a. Persyaratan untuk Mengadakan Surveilans K3 di Tempat Kerja Ada penyakit maupun cedera yang dapat diidentifikasi atau adanya dampak negatif pada pekerja lain yang dinilai dapat merugikan

b. Efek penyakit dan/atau cedera tersebutterkait dengan eksposur/pajanan di tempat kerjanya.

c. Ada kemungkinan atau probability bahwa efek penyakit dan/atau cedera tersebut berpotensi dapat terjadi

d. Ada beberapa teknik yang berlaku untuk mendeteksi indikasi dari efek penyakit dan/atau cedera tersebut.

(21)

Teknik Surveilans kesehatan harus: 1. Sensitif

2. Spesifik

3. Mudah untuk dilakukan dan diinterpretasikan 4. Aman

5. Non-invasif 6. Dapat diterima

Data yang tersedia atau didapat, digunakan untuk mengatasi masalah K3 berdasarkan evidence, dengan menyusun upaya promotif, prevetif, kebijakan, perencanaan program antara lain seperti berikut.

1. Mengolah data sebagai alat/metode guna pemantauan penyakit atau masalah K3 di wilayah setempat

2. Memantau kemajuan pelayanan K3 dan cakupan indikator K3 secara teratur (bulanan) dan terus menerus.

3. Menilai kesenjangan pelayanan K3 terhadap standar pelayanan K3.

4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator K3 terhadap target yang ditetapkan, antara lain seperti beriku.

a) Konsentrasi debu, pelarut organik, pestisida, uap logam atau bahan kimia lainnya di udara lingkuan kerja dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diperkenankan

b) Tingkat pajanan bising, panas, atau getaran pada individu kelompok pekerja berisiko dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diperkenankan.

c) Hasil pantauan biomarker timah hitam, benzene, aseton, inhibitor kolinesterase atau bahan kimia lainnya dalam spesimen cairan tubuh pekerja dibandingkan dengan indeks pajanan biologik.

d) Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan absenteisme yang terekam dibandingkan dengan standar atau target yang ditetapkan

e) Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan kecelakaan yang terekan dibandingkan dengan stanar atau target yang ditetapkan

(22)

5. Menilai Prevalens dan insiden penyakit spesifik yang diduga berkaitan dengan pajanan hazard di tempat kerja

6. Menentukan sasaran individu, kelompok kerja, jenis pekerjaan dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.

7. Menilai keberhasilan pencapaian target, mengevaluasi dan menyusun strategi perbaikan secara terus menerus.

2.2.6 Sumber dan Instrumen Pengumpulan Data K3

Data yang dibutuhkan untuk pemantauan wilayah setempat di bidang K3, bisa didapat dari berbagai sumber baik di desa maupun di perusahaan. Data dasar di ranah publik bisa didapat dari Kantor Desa, atau di Kantor Kabupaten/Kota, seperti demografi, denah lokasi atau wilayah perusahaan. Sedangkan di perusahaan formal bisa didapat dari bagian personalia atau Human Resource Department (HRD). Data tentang kegiantan K3 yang telah dilaksanakan di ranah publik bisa didapat dari Puskesmas setempat, Dinas Kesehatan atau Dinas Ketenaga-kerjaan ditingkat Kabupaten/Kota; sedangkan di sector formal bisa didapat dari bagian Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan (HSE) atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).

Data demografi tidak terlalu sulit didapat, namun data jumlah dan jenis perusahaan serta kegiatna dan indikator K3 sering kali tidak ada. Bidan di desa dapat berkeliling untuk mengenal kegiatan ekonomi yang dominan di desa, sering kali secara kasat mata dapat diidentifikasi, dengan melakukan suvei cepat dan mewawancarai beberapa orang di jalan dan diverifikasi dengan tokoh masyarakat atau pamong di desa. Bila memungkinkan, cara yang terbaik untuk pengumpulan data adalah menggunakan kuesioner dengan teknik self assessment dan diverifikasi oleh pewawancara dan/atau surveior, ceklis survei jalan selintas (SJS) atau dikenal dengan walk through survei, dan observasi.

(23)

Tabel Contoh Sumber dan Instrumen Pengumpulan Data

N

o Dg Data yang dikumpulkan dikumpulkan Sumber/InstrumenSumber/In strumen 1 Demografi pekerja Demografi Pekerja F - Data dari HRD - Kuisioner I

- Data dari desa - Kuisioner

2

Data faktor ri Data faktor risiko di Data faktor risiko di tempat kerja siko di tempat kerja

F - Data dari HSE/ P2K3 - Kuesioner dan SJ

I - Data dari Puskesmas/Desa - Kuesioner dan SJS

3

3 Data keluhan gangguan kesehatan dan pola penyakit nyakit F

Data rekam medik, medikal cek up - Klim asuransi

- Data rekam medik, medikal cek up - Kuesioner dan SJS Kuesioner dan SJS I - Data Puskesmas - Kuesioner dan SJS Kuesioner dan SJS 4 Data k Data kecelakaan F F - Data HSE/P2K3 - Kuesioner dan SJS - Klim asuransi I Data smas - Data Puskesmas - Kuesioner dan SJS 5 5

Gambaran kebijakan dan program

K3dan program K3 F - Kuesioner, bukti fisik dari HSE/P2KdariHSE/P2K3 I Puskesmas, Dinkes /

Disnakeraisnaker

6

Gambaran kebijakan dan program K3 di Puskesmas, Dinkes/

Bukti fisik dan wawancaraawancara

(24)

DisnakerDisnaker

7 Pelaksanaan K3 F

I I

Kuesioner, wawancara, bukti fisik dan

observasi

2.3 Surveilans Kecelakaan Lalu Lintas 2.3.1 Definisi Kecelakaan Lalu Lintas

Berdasarkan Undang - undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, mengungkapkan kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian pada lalu lintas jalan yang sedikitnya melibatkan satu kendaraan yang menyebabkan cedera atau kerusakan atau kerugian pada pemiliknya (korban) (WHO, 1984). Menurut F.D. Hobbs (1995) yang dikutip Kartika (2009) mengungkapkan kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya. Kecelakaan tidak hanya trauma, cedera, ataupun kecacatan tetapi juga kematian. Kasus kecelakaan sulit diminimalisasi dan cenderung meningkat seiring pertambahan panjang jalan dan banyaknya pergerakan dari kendaraan.

Dari beberapa definisi kecelakaan lalu lintas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa pada lalu lintas jalan yang tidak diduga dan tidak diinginkan yang sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya, sedikitnya melibatkan satu kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang menyebabkan cedera, trauma, kecacatan, kematian dan/atau kerugian harta benda pada pemiliknya (korban)

2.3.2 Definisi Surveilans

Surveilans adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui prose pengumpulan data,

(25)

pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

2.3.3 Definisi Surveilans Kecelakaan Lalu Lintas

Surveilans kecelakaan lalu lintas adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit dan masalah-masalah kesehatan akibat kecelakaan lalu lintas atau cedera serta kondisi yang memperbesar risikonya melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien.

2.3.4 Metode Penyelenggaraan Surveilans KLL

Penyelenggaran surveilans KLL dapat dilakukan dengan beberapa metoda yang dapat dipilih yaitu:

1. Surveilans epidemiologi rutin terpadu: adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi terhadap beberapa kejadiaan, permasalahan dan atau faktor risiko KLL.

2. Surveilans epidemiologi khusus : adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi terhadap suati kejadian, permasalahan, faktor risiko pada situasi khusus.

3. Surveilans Sentinel: adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada sampel dan wilayah terbatas untuk mendapatkan sinyal/indikasi adanya masalah kesehatan pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas.

4. Studi epidemiologi : adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada periode tertentu serta populasi dan atau wilayah tertentu untuk mengetahui lebih mendalam gambaran epidemiologi penyakit, permasalahan atau faktor risiko kesehatan.

2.3.5 Langkah-Langkah Surveilans KLL

Adapun langkah-langkah surveilans kecelakaan lalu lintas adalah : 1) Pengumpulan data

a. Puskesmas sentinel

o sumber data : dari registrasi puskesmas atau catatan penderita yang berobat ke puskesmas.

(26)

o Kasus KLL yang berobat ke Puskesmas atau balai pengobatan dicatat oleh petugas puskesmas ke dalam form(KC-PUS) terlampir, memuat:

 Variabel individu: (Nama, umur, jenis kelamin, alamat)  Variabel riwayat kecelakaan (tanggal dan lokasi

kejadian)

 Variabel jenis kecelakaan (pejalan kaki, roda 2, roda 4, dll)

 Akibat cedera (ringan, sedang dan berat) susuai kriteria terlampir

 Pertolongan yang diberikan dan keadaan penderita o Kasus KLL yang dicatat pada form KC-PUS dimasukkan

dalam registrasi puskesmas dan BP

Form KC-PUS yang telah diisi lengkap dikirim atau dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan propinsi dan ke pusat (DItjen.PP&Dit.PPTM) setiap bulan.

b. Rumah sakit sentinel

o sumber data KLL rumah sakit Sentinel diambil dari rekam medic dan kamar pemulasaraan (kamar jenazah)rumah sakit. o Kegiatan pencatatan dan pengumpulan data dari rumah sakit

sentinel dilaksanakan secara pasif melalui system yang sudah berjalan selama ini dengan menggunakan formulir laporan yang tersedia di rumah sakit (KC-RS)

o Kegiatan pencatatan dan pengumpulan data KLL di rumah sakit sentinel dilakukan oleh petugas rumah sakit (IGD, rawat jalan, rawat inap) menggunakan form (KC-RS) yang tersedia memuat:

 Variabel individu: (Nama, umur, jenis kelamin, alamat)  Variabel riwayat kecelakaan (tanggal dan lokasi

kejadian)

 Variabel jenis kecelakaan (pejalan kaki, roda 2, roda 4, dll)

 Akibat cedera (ringan, sedang dan berat)

 Pertolongan yang diberikan dan keadaan penderita o Setelah form KC-RS diisi lengkap oleh petugas Rumah Sakit

(27)

Kesehatan Kabupaten/Kota, propinsi dank e pusat (Ditjen PP & PL/Dit. PPTM) setiap bulan.

c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

o Data KLL di dinas kesehatan kabupaten/kota dikumpulkan dari laporan bulanan puskesmas dan rumah sakit sentinel (form KC-PUS) yang diterima di dinas kesehatan kabupaten/kota dan (form-PUS) yang diterima di dinas kesehatan kabupaten/kota dan (form KC-RS) yang diterima dari rumah sakit setiap bulan. o Petugas surveilans dinas kesehatan kabupaten/kota merekap

laporan dari puskesmas (KC-PUS0 dan rumah sakit sentinel (form KC-RS) kedalam (form KC-KK) terlampir. Setelah form KC-KK diisi lengkap, selanjutnya dikirimkan atau dilaporkan ke dinas kesehatan propinsi setiap bulan.

d. Dinas Kesehatan Provinsi

o Data di Dinas Kesehatan Provinsi di kumpulkan dari laporan bulanan dinas kesehatan kabupaten/kota (form KC-KK) yang diterima dinas kesehatan provinsi setiap bulan.

o Petugas surveilans dinas kesehatan provinsi merekap laporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota (form KC-KK) ke dalam form KC-PR terlampir. Setelah form KC-PR diisi lengkap selanjutnya dikirim atau dilaporkan ke DIt. Jen. PP&PL c/q Dit. PTM setiap bulan.

2) Pengolahan dan Analisis Data

Data dari formulir (KC-PUS) KLL yang berada di Puskesmas, formulir KC-RS dari rumah sakit dan form KC-KK kab/kota serta formKC-PR propinsi diolah dengan menggunakan program pengolahan data yang ada di unit masing-masing. Selanjunya dianalisa untuk menjadi informasi sebagai bahan rekomendasi rencana tindak lanjut dari masing-masing unit pelayanan kesehatan di setiap jenjang administrasi kesehatan.Informasi utama yang diperoleh adalah variabel orang, waktu, tempat dan faktor risiko yang berhubungan dengan KLL.

a. Puskesmas

Petugas surveilans puskesmas mengolah dan melakukan analisis sederhana data penderita KLL yang data berobat ke Puskesmas atau BP. Hasil analisis data tersebut digunakan sendiri oleh puskesmas

(28)

untuk langkah intervensi dan disampaikan kepada program serta sector terkait.

b. Dinas Kesehatan Kebupaten/ Kota

Petugas Surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengolah dan menganalisis data KLL yang dilaporkan oleh puskesmas dari form (KC-PUS) dengan menggunakan tabel dan grafik yang bertujuan untuk emngetahui gambaran epidemiologi KLL. Hasil analisis digunakan oleh dinas kesehatan kabupaten/ kota setempat dalam upaya tindak lanjut melakukan langkah intervensi. Hasil analisis data tersebut digunakan oleh dinas kesehatan kab/ kota setempat unruk tindaklanjut dan diaampaikan kepada program dan sector terkait.

c. Dinas Kesehatan Propinsi

Petugas surveilans dinas kesehatan propinsi melakukan pengolahan dan analisis data KLL yang dilaporkan oleh dinas kesehtanan kabupaten/ kota melalui form KC-2. Data dari form KC-2 doolah menggunakan tabel dan grafik yang bertujuan untuk mengetahui gambaran epidemiologi KLL lalu lintas di wilayah Provinsi. Data hasil analisis digunakan oleh provinsi dalam upaya tindaklanjut melakukan langkah intervensi dan disampaikan pada program dan sector terkait untuk ditindaklanjuti.

3) Alur Pelaporan

Data KLL dilaporkan dari Puskesnas dan rumah sakit sentinel secara berjenjang ke kabupaten/kota dan langsung ke pusat menggunakan form KC-PUS untuk puskesmas dan form KC-RS untuk rumah sakit. Kabupaten/ kota melaporkan rekap form KC-PUS dan KC-RS ke dinas kesehatan provinsi menggunakan form KC-KK. Dinas kesehatan provinsi melaporkan rekap form KC-KK dari dinas kesehatan kabupaten/kota ke DIt.Jen.PP&PL menggunakan form KC-PR.

Umpan balik dilakukan secara berjenjang dari unit penerima data kepada unit pengirim data (termasuk kelengkapan dan ketepatan laporan) secara berkala (3 bulan sekali).

4) Peran Lintas Program dan Sektor Terkait

Untuk mencapai sinergi dalam pengendalian faktor risiko kecelakaan dan cederaoleh semua pihak yang terkait, maka perlu keterlibatn lintas program dan lintas sector dengan berperan sesuai dengan TUPOKSI

(29)

masing-masing pada setiap tahapan operasional/pelaksanaan di lapangan yaitu: depertemen kesehatan,Rumah Sakit, POLRI, depertemen perhubungan, Menkominfo, depertemen Pekerjaan Umum, depertemen Hukum dan HAM, Badan Meteoroologi dan Geofisika (BMG), pemerintahan daerah, pemadam kebakaran, Organda, Asuransi Jasa Raharja, dll.

5) Pelaporan dan Rekomendasi

Datayang telah dianalisis, dibuat sebagai laporan unruk disampaikan kepada program dan sector terkait untuk ditindaklanjuti.

Isi laporan memuat informasi epidemiologi dengan sistematika sebagai berikut:

a. Latar belakang dan permasalahan KLL b. Tujuan

c. Hasil pelaksanaan surveilasn

d. Rekomendasi berdasarkan hasil analisis BAB 3 : BAB 3 : PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Surveilans kecelakaan kerja atau cedera adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit dan masalah-masalah kesehatan akibat kecelakaan kerja atau cedera serta kondisi yang memperbesar risikonya melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien.

Adapun ruang lingkup surveilans K3 antara lain: a. Surveilans Efek Kesehatan dan Keselamatan b. Surveilans Hazard Kesehatan dan Keselamatan

Surveilans kecelakaan lalu lintas adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit dan masalah-masalah kesehatan akibat kecelakaan lalu lintas atau cedera serta kondisi yang memperbesar risikonya melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien.

(30)

1. Pegumpulan data

2. Pengolahan dan analisis data 3. Alur Pelaporan

4. Peran Lintas Program Dan Sektor Terkait 5. Peran Lintas Program dan Sektor Terkait 6. Pelaporan dan Rekomendasi

3.2 Saran

Penulis menyarankan penyelenggaraan sistem surveilans kecelakaan/cedera kerja dapat dilakukan dengan baik dan teliti agar dapat menciptakan keselamatan dari kecelakaan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Riyadina, Woro. 2007. Kecelakaan Kerja dan Cedera yang Dialami oleh Pekerja Industri di kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. Jakarta: Makara Kesehatan.

Aditama. dkk. 2003. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Depok : Penerbit Universitas Indonesia.

Mulyannti, Sri. 2011. Surveilans K3. http:/ /bidansrimulyanti.blogspot. co.id/2011/ 04/surveilans-k3.html (Diakses pada tanggal 7 April 2016, pukul 19.25 WIB).

Yunus, Nurfaizin. 2015. Strategi Pencegahan Risiko Ergonomi. http://

(31)

ANALISIS JURNAL SURVEILANS KECELAKAAN KERJA “ KECELAKAAN KERJA DAN CEDERA YANG DIALAMI OLEH PEKERJA INDUSTRI DI KAWASAN INDUSTRI PULO GADUNG

JAKARTA”

Adapun komponen surveilans adalah : 1. PENGUMPULAN DATA

 Pengumpulan data dengan metode wawancara dengan kuesioner.  Variabel yang di ukur:

1. Karakteristik responden 2. Jenis kecelakaan kerja 3. Jenis cedera

4. Kondisi lingkungan fisik ruang pekerja.

 Populasi: masyarakat pekerja industri dewasa laki-laki maupun perempuan yang berusia kerja (15–55 tahun) di wilayah kawasan industri Pulo Gadung pada tahun 2006.

 Sampel: pekerja industri yang berusia 15 – 55 tahun yang bekerja di wilayah kawasan industri Pulo Gadung.

 Responden yang terpilih adalah pekerja di bagian produksi di 7 jenis industri yang secara keseluruhan berjumlah 950 responden.

(32)

Pengambilan sampling responden terpilih untuk masing-masing jenis industri dilakukan secara proporsional.

2. JENIS DATA

 Data yang diambil merupakan data sekunder yang diperoleh dari penelitian Woro Riyadina, Kelompok Penelitian Penyakit Tidak Menular Lainnya dan Cedera, Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Balitbangkes, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Pusat, Indonesia yang dilakukan pada bulan Juni tahun 2007.

3. KOMPILASI DATA

 Jenis penelitian ini adalah operasional riset (riset terapan) dengan rancangan penelitian Cross-Sectional.

Cara pengambilan sampel dengan Simple Random Sampling dari pekerja industri yang terpilih.

 Analisis data melalui tahapan analisis deskriptif dengan menghitung proporsi masing-masing variabel dan bivariat untuk menentukan hubungan dan menghitung besarnya risiko / OR (odd ratio).

(33)

4. ANALISA DATA

a. Tiga urutan terbanyak sering terjadinya kecelakaan 1. Industri baja (11,2%)

2. Industri spare part (8,2%) 3. Industri garmen (3,7%).

b. Urutan jenis kecelakaan kerja terbanyak pada industri baja yaitu  Mata kemasukan benda (gram) (10 %)

 Tertimpa (8%)  Terjepit (6%)

c. Adapun untuk jenis industri spare part adalah:  Tertusuk (6,1%)

 Tertimpa (5,6%)  Terjepit (5,1%)

d. Sedangkan untuk jenis industri garmen:  Tertusuk (43,1%)

 Terbakar dan tergores (3,9%)  Lainnya (9,8%)

(34)

e. Pekerja laki-laki mempunyai risiko mengalami kecelakaan kerja 3,25 (CI 95%: 2,29 – 4,62) kali dibandingkan dengan pekerja perempuan. Hal ini dikarenakan pekerja laki-laki menempati mayoritas pekerja di bagian produksi di jenis industri berat atau menggunakan alat-alat yang besar dan berbahaya.

f. Sedangkan pekerja dengan aktifitas fisik katagori sedang selama bekerja berisiko 2,08 kali (95% CI: 1,48 – 2,92) mengalami kecelakaan kerja dibandingkan pekerja dengan aktifitas ringan. Hal ini disebabkan pekerja dengan aktifitas sedang akan lebih cepat mengalami kelelahan secara fisik dibandingkan dengan aktifitas ringan sehingga bisa mengurangi stamina dan konsentrasi pekerja. Kondisi fisik dan psikis pekerja berhubungan dengan kejadian kecelakaan. g. Pekerja industri yang mengalami distres mempunyai risiko mengalami

kecelakaan kerja 1,36 kali (95% CI: 1,03 – 1,80) dibandingkan dengan pekerja yang sehat secara psikis. Sedangkan pekerja yang mempunyai keluhan sering nyeri juga berisiko 1,5 kali (95% CI: 1,13 – 1,98) mengalami celaka dibandingkan dengan yang tidak mempunyai keluhan nyeri. Keadaan tersebut menjelaskan bahwa pekerja yang mempunyai kondisi baik fisik maupun psikis yang tidak sehat lebih berisiko tinggi untuk mengalami kecelakaan kerja.

5. JENIS INFORMASI

 Pekerja industri yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 29,9% dengan cedera sendi-pinggul tungkai atas (40,2%), kepala (24,8%) dan pergelangan tangan (14,3%). Luka akibat kerja adalah luka terbuka (37,2%), lecet atau superfisial (29,6%) dan cedera mata (14,8).

 Jenis kecelakaan kerja yang sering terjadi:

Industri baja (11,2%) yaitu mata kemasukan benda (gram) (10%) Industri spare part (8,2%) yaitu tertusuk (6,1%)

Industri garmen (3,7%) yaitu tertusuk (43,1%) 6. REKOMENDASI

(35)

Kejadian kecelakaan dan cedera akibat kecelakaan kerja masih sering terjadi maka perlu ditingkatkan:

 Kepatuhan pemakaian APD saat bekerja

 Melengkapi serta menyempurnakan APD agar nyaman dipakai.

 Pengendalikan faktor risiko melalui model intervensi yang tepat dan sesuai masing-masing jenis industri. Hal ini dapat direalisasikan melalui pembuatan kebijakan atau keputusan mengenai keamanan kerja oleh pemerintah setempat khususnya perusahaan yang menaungi pekerja.

7. LAPORAN SURVEILANS

 Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat dilaporkan bahwa jenis industri baja, industri spare part dan industri garmen adalah tiga industry dengan kecelakaan kerja terbanyak, masing-masing 11,2%; 8,2 % dan 3,7%.

 Urutan jenis kecelakaan kerja terbanyak pada industri baja yaitu mata kemasukan benda (gram) (10 %), tertimpa (8%), dan terjepit (6%).  Adapun untuk jenis industri spare part adalah tertusuk (6,1%), tertimpa

(5,6%) dan terjepit (5,1%)

 Sedangkan untuk jenis industri garmen yaitu tertusuk (43,1%), lainnya (9,8%) dan terbakar dan tergores (3,9%).

 Bahwa jenis kelamin dan aktifitas fisik pada saat bekerja adalah faktor risiko yang bermakna. Pekerja laki-laki mempunyai risiko mengalami kecelakaan kerja 3,25 kali dibandingkan dengan pekerja perempuan. Hal ini dikarenakan pekerja laki-laki menempati mayoritas pekerja di bagian produksi di jenis industri berat atau menggunakan alat-alat yang besar dan berbahaya.

 Pekerja dengan aktifitas fisik katagori sedang selama bekerja berisiko 2,08 kali mengalami kecelakaan kerja dibandingkan pekerja dengan aktifitas ringan sehingga berpengaruh pada stamina dan konsentrasi pekerja dan lebih cepat mengalami kelelahan.

(36)

Pekerja industri yang mengalami distres mempunyai risiko mengalami kecelakaan kerja 1,36 kali dibandingkan dengan pekerja yang sehat secara psikis. Sedangkan pekerja yang mempunyai keluhan sering nyeri juga berisiko 1,5 kali mengalami celaka dibandingkan dengan yang tidak mempunyai keluhan nyeri.

8. UMPAN BALIK

 Pekerja diharapkan lebih hati-hati lagi dan waspada terhadap bahaya pekerjaan dan lingkungan kerja.

 Para pekerja harus sadar akan resiko dari pekerjaannya, khususnya bagi mereka yang bekerja di daerah alat-alat berat atau produksi. Mereka harus menaati prosedur kerja dan tidak lupa untuk memakai APD serta memahami lingkuangan kerja mereka.

Gambar

Tabel  Contoh Sumber dan Instrumen Pengumpulan Data N

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Prediksi kebangkrutan berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-

• Indeks bias solut dan pelarut harus berbeda • Detektor mengukur perbedaan antara indeks. bias pelarut murni dan indeks bias pelarut yg keluar dari kolom, perbedaan ini disebabkan

Gambar 1e merupakan gambaran mikroskopik lambung mencit pada kelompok P2 yang diberikan campuran jus buah tomat merah 0,2 ml/20grBB dan jus tomat ungu 0,2 ml/20grBB.. Dari gambar

Buat project baru dengan StandartEXE untuk membuat User Interface sederhana dengan melibatkan komponen Label, Textbox dan CommandButton yang ada di Toolbox pada

Pembubaran FPI secara de jure ini menandakan ada perubahan status hukum FPI, yaitu dari organisasi berbadan hukum dengan mendapat surat keterangan terdaftar

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh sis'a dalam kelompok-kelompok tertentu untuk men%apai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan$

Memerian engetahuan dasar dan ase4ase umum eretaan 5ang menitieratan ada engetahuan unsur4unsur 5ang ada ada eta agar

Pada penelitian utama adalah proses pembuatan crackers dengan penambahan tepung bee pollen menggunakan formula bee pollen 25%,75%,100% dan dilakukan oleh 20 orang