Jurnal Teknik Sipil edisi pertama pada Volume 12 ini menampilkan 5 (lima) naskah yakni 3 (
tiga) naskah dalam bidang Teknik Sumber Daya Air, dan 2 (dua) naskah lainnya adalah
dalam bidang Struktur, dan Transportasi.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini dipacu oleh
perkembangan teknologi informasi yang dengan sangat cepatnya mampu memproses dan
menyajikan informasi dalam jumlah yang lebih banyak secara Iebih akurat. Untuk dapat
mengikuti perkembangan yang sangat pesat tersebut, tentunya para akademisi,
profesional dan praktisi di bidang teknik sipil dituntut untuk selalu siap menjaga dan
meningkatkan pengetahuannya melalui perolehan informasi yang akurat dan mutakhir di
bidangnya antara lain melalui jurnal ilmiah. Maka, kami berusaha untuk selalu menjaga dan
meningkatkan kualitas karya-karya tulis yang lebih bervariatif dan berusaha pula
meningkatkan jumlah karya tulis yang dimuat dalam setiap penerbitannya.
Peran dan partisipasi asosiasi profesional nasional dalam penulisan dan penerbitan JTS
sebagai salah satu wujud bahwa JTS tidak semata didominasi bagi kalangan dalam ITB
saja melainkan diperuntukkan bagi seluruh khalayak di Indonesia, begitu pula kontribusi
yang diperoleh dari penilaian naskah kami pun melibatkan banyak para akademisi,
profesional serta praktisi di bidang teknik sipil yang berada di luar instansi kami
JTS telah mengalami berbagai perubahan dan penyempurnaan, baik dari segi isi maupun
format penyampaiannya. Karena itu, untuk lebih meningkatkan kualitas dan
keprofesionalan dalam menyampaikan format yang dimaksud, kami menantikan kritik,
saran, dan sumbangan artikel ilmiah dari para pemerhati Jurnal Teknik Sipil ITB.
Stabilitas Armor
pada Breakwater Tenggelam
Ketut Kinog1)
Hang Tuah2)
Andojo Wurjanto3)
Krisnaldi Idris3)
Abstrak
Untuk pengamanan pantai, tinggi gelombang dapat direduksi dengan membuat breakwater tenggelam. Untuk penggunaan armor sebagai bangunan pantai, Hudson (1959) telah mengembangkan koefisien stabilitas KD, untuk armor batu. Parameter gelombang yang
dilibatkan hanya tinggi gelombang H.
Penelitian ini juga mempelajari masalah koefisien .stabilitas KD, tapi parameter yang dilibatkan adalah parameter gelombang (H dan T)
dan parameter breakwater d/h, sedangkan armor yang digunakan ada 3 jenis armor, yaitu A -jack, tetrapod dan kubus. Studi difokuskan untuk menentukan huhungan antara kecuraman gelombang H/gT2 dan koefisien stabilitas KD, untuk harga parameter d/h tertentu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk harga d/h yang sama, maka harga KD(A-jack) lebih besar dari pada KD(tetrapod) dan KD(tetrapod)
lebih besar dari pada KD(kubus)
Kata-kata kunci : artificial armor, submerged breakwater. koefisien stabilitas
Abstract
For beach protection practice, submerged breakwater can reduse the wave height, the wave height can be reduced by constructing submerged breakwater. Hudson (1959) had developed the stability coefficient KD, ,for stone armor, which involve only the wave
parameter H for beach protection structure.
This research is also studying the stability coefficient K,,, but more wave parameters (H, T), and breakwater parameter cl/h, and 3 of artificial armor (A jack, tetrapod and cube). The relation between the wave steepness IF gT2 and the stability coefficient KD.for certain
parameter d/h is estahilished.
The result shows, that .for the same value of d/h, KD(A-Jack) is greater than KD(tetrapod) and KD(tetrapod) is greater than KD(cube)
Beberapa Permasalahan
pada Teori Gelombang Linier
Syawaluddin H1)
Hang Tuah2)
Widiadnyana Merati2)
Leo Wiryanto2)
Abstrak
Makalah ini mengingatkan kembali permasalahan teori gelombang linier yang disebabkan oleh keterbatasannya terhadap tinggi gelombang dan kedalaman perairan. Hal paling penting yang dibahas adalah temuan mengenai masalah penerapan persamaan dispersi dan perhitungan koeftsien shoaling yang akan menimbulkan kesalahan interpretasi pada model-model transformasi gelombang berdasarkan teori gelombang linier.
Kata-kata kunci : teori gelombang linier, shoaling, persamaan dispersi. Abstract
This paper reminds problems in linear wave theory due to its limitation in wave height and water depth. The most important thing discussed in this paper is applications of dispersion equation and calculation of shoaling coefficient that will create misinterpretation in wave transformation models based on linear wave theory.
Analisis Hidraulik Aliran Bawah Permukaan Melalui Media Gambut
(Studi Kasus Lahan Perkebunan Kelapa di Guntung-Riau)
Muljana Wangsadipura1)
Abstrak
Penelitian yang ditulis dalam makalah ini adalah suatu analisis hidraulik aliran bawah permukaan melalui media gambut dengan menerapkan model matematik, percobaan di laboratorium dan uji lapangan. Pendekatan dengan model matematik diharapkan dapat memperoleh suatu bentuk persamaan penurunan muka air tanah yang berlaku bagi aliran melalui media gambut berdasarkan hasil kalibrasi data laboratorium dan data di lapangan. Sebagai batasan untuk melakukan kajian perilaku aliran melalui media gambut antara lain : media dalam keadaan jenuh total, homogen dan isotropic serta aliran satu dimensi.
Pengambilan contoh tanah, pengukuran koefisien permeabilitas dan pengamatan muka air di lahan dilakukan dari dua lokasi yaitu : dari Karang Agung, Sumatera Selatan dan Guntung-Kateman, Riau.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa formula Darcy masih absah (valid) digunakan untuk mengkaji aliran melalui media gambut, dimana gradien hidraulis yang terjadi linier dan aliran adalah laminer dengan bilangan Reynold R = 1,1 s/d 4,1. Nilai konduktivitas hidraulik (koefisien permeabilitas-K) hasil penelitian di laboratorium untuk berbagai jenis gambut dibedakan berdasarkan tingkat kematangannya. Untuk jenis gambut safrik nilai K-lab. berkisar antara (3,94 — 5,00) m/hari, sedangkan nilai K-lap. berkisar antara (5, 25 — 8,05) m/hari. Untuk jenis gambut hemik nilai K-lab. berkisar antara (19,87 — 34,86) m/hari, sedangkan nilai K-lap. berkisar antara (22,24 — 34,58) m/hari. Untuk gambut jenis fibrik nilai K-lab. berkisar antara (43,09 — 51,18) m/hari, sedangkan nilai K-lap. berkisar antara (43,75 — 52,11) m/hari.
Bentuk lengkung muka air tanah diperoleh berdasarkan pendekatan matematik dengan menerapkan persamaan Brake/ dan Schapery. Dalam pemodelan ini diambil heberapa asumsi antara lain media gambut dianggap sebagai akifer tidak tertekan, aliran satu dimensi dengan kondisi tidak langgeng (unsteady). Pemodelan dengan menerapkan data muka air tanah hasil pengamatan diantara dua saluran drainase yang herjarak 500 m sebanyak 5 titik pengamatan untuk periode 7 harian selama 9 minggu dengan mengambil nilai K = (20-35) m/ hari atau rerata Kr = 30 m/hari menghasilkan koefisien storage S = 0,065. Untuk kedua persamaan Brake/ dan Schapery memperlihatkan basil yang cukup baik ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi antara 0,78 dan 0,954 atau rata-rata 0, 90.
Kata-kata kunci : koefisien permeabilitas, muka air tanah, media gambut, jarak antara saluran. Abstract
Research written in this paper is a hydraulic analysis of subsurface flow through peat soil media. This research carried out through mathematical and laboratory experiment as well as, field investigation.
The first approach was addressed at obtaining shallow groundwater equations in peat media. The equations then required calibration employing field investigation and laboratory data. On deriving the equations, the assumptions taken are one dimensional models and the media are considered as being saturated, homogeneous and isotropic.
The samples for experiment were acquired from Karang Agung — South Sumatera and Guntung Kateman — Riau. Field water level investigation was conducted only on one of the secondary units at Kateman Guntung — Riau. The two-year research shows that the application of Darcy's formula is still confirmly valid on peat soil media. The gradient hydraulics is linear and the flow is laminar with Reynolds Number is about 1,1 — 4.1. The coefficient of permeability depends on its ripeness. The permeability of aspheric peat's is about 3,94 — 5,00 m/day (laboratory scale). On the field investigation, however, the results appear to be 5,25 — 8,05 m/day. For hemic
peat, the laboratory scale shows 19,87 - 34,86 m/day. On the field, moreover, gives 22,24 - 34,58 m/day. Greater permeability is obtained from fabric peat's. They show 43,09 - 51,18 m/day. Water level shapes is analyzed by applying Brakel and Schapery's
mathematical model. The model is unconfined, one dimensional and unsteady flow. The 500 m drain spacing with 5 point observation was treated on 7 - days period during 9 weeks. The result leads to K = 30 m/day and storage coefficient S = 0,065. The correlation coefficient shows a good result, ie. 0,78 and 0,954 with average of 0, 90.
Analisis Kerusakan Retak Lelah
pada Struktur Perkerasan Kaku Landasan Pesawat Udara
dengan menggunakan Program
Airfield
Djunaedi Kosasih1)
Arie Fibryanto2)
Abstrak
Desain struktur perkerasan kaku yang memperhitungkan volume lalu lintas pesawat udara campuran pada prinsipnya harus didasarkan pada kriteria retak lelah, seperti yang diusulkan oleh metoda PCA (Yoder, et.al., 1975). Dengan pendekatan ini, setiap pesawat udara yang melintas untuk keberangkatan dianggap akan mengakibatkan derajat kerusakan tertentu pada struktur perkerasan yang sebanding dengan tegangan lentur yang terjadi didalamnya. Di akhir masa layan rencana, setelah total kerusakan mencapai 100%, maka struktur perkerasan diasumsikan akan mengalami keretakan lelah. Kerusakan retak lelah terbentuk pada jalur lintasan roda pesawat udara desain yang harus ditentukan dengan cara coba-coba pada saat proses desain. Makalah ini menguraikan contoh proses penentuan pesawat udara desain dari 17 jenis pesawat udara tipikal yang beroperasi pada saat ini di bandar udara Juanda, Surabaya, dengan mengaplikasikan program Airfield (Kosasih, 2004). Kontribusi dari setiap jenis pesawat udara terhadap kerusakan struktur perkerasan dijelaskan secara rinci. Pengaruh dari Load Repetition Factor (LRF) yang memperhitungkan distribusi lintasan roda pesawat udara dalam arah lateral terhadap penundaan kerusakan retak lelah juga didiskusikan.
Kata-kata kunci : retak lelah, Load Repetition Factor, perkerasan kaku, landasan pesawat udara, program Airfield. Abstract
Structural design of an airport rigid pavement carrying mixed traffic should be based in principle upon fatigue cracking criterion, as stated by the PCA method (Yoder, et. al., 1975). By this approach, every departing aircraft is assumed to cause certain damage in the pavement that corresponds to the flexural stress level occurring therein. When the cumulative total damage reaches 100% in the end of its design life, the pavement is expected to experience fatigue cracking within the wheel path of a certain aircraft, which is then defined as the design aircraft. Such a design aircraft must be determined iteratively during the design process. This paper outlines a design example in determining a design aircraft out of 17 typical types of aircraft operating at present on Juanda airport of Surabaya by using program Airfield (Kosasih, 2004). The contribution of each type of aircraft on pavement structural damage is described in detail. The effect of Load Repetition Factor (LRF) to account for aircraft wander in a lateral direction of the pavement on delaying fatigue cracking is also discussed.
Analisis Portal Daktail Berdasarkan Metode Energi
Melalui Mekanisme Leleh dan Drift Target
Akibat Beban Gempa
Bambang Budiono1)
Afied Syahroni2)
Abstrak
Di dalam penelitian ini, metode kesamaan energi digunakan untuk memperoleh gaya gempa desain pada struktur beton bertulang gedung beraturan. Konsep kesamaan energi yang digunakan untuk memperoleh respon spectra inelastis pada sistem berderajat kebebasan tunggal dimodifrkasi dan diperluas untuk memasukkan dissipasi energi input, mekanisme 1e/eh plastis dan drift target struktur. Karakteristik dari suatu struktur khususnya daktilitas dan mekanisme leleh plastis secara eksplisit digunakan dalam perhitungan gaya gempa desain.
Studi awal menunjukkan energi input ekivalen (V2.m.Sv2) bernilai lebih rendah dibandingkan dengan energi input dinamis (time
history). Dengan demikian energi input ekivalen yang didissipasikan ke dalam struktur untuk keperluan desain perlu dikalikan dengan suatu faktor keamanan (safety factor) dari hasil perbandingan antara energi input dinamis dan energi input ekivalen. Suatu prosedur desain yang didasarkan pada target perpindahan struktur sebagai fungsi energi input merupakan suatu pendekatan desain yang baru, sehingga metode kesamaan energi yang diusulkan dapat digunakan sebagai alternatif desain pada saat ini dalam kerangka desain berdasarkan kinerja.
Kata-kata kunci : gempa desain, metode kesamaan energi, energi input, faktor keamanan. Abstract
In this research, the equal energy method is used to obtain seismic design forces of regular reinforced concrete structures. The equal energy concept used in obtaining inelastic design response spectra for single degree of freedom systems is modified and extended to include the influence of a broad range of input energy, plastic yield mechanism, and drift target of the structures. The characteristics of the structure, especially the ductility and the plastic yield mechanism are explicitly used in calculating the seismic design forces. Early studies show that the equivalent energy input (1/2m.Sv2) is lower than the dynamic (time history) input energy. Hence, the
equivalent input energy imparted to the structures should be multiplied by a safety factor which is a ratio between dynamic and equivalent input energy. A design procedure based on a structure's drift target as a function of the input energy is a new approach. Hence, the proposed equal energy method could be applied as an alternative design to date within framework of performance-based design.