• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persetujuan. an tara. Pemerintah Republik Indonesia. dan. Pemerintah Republik Federal Jerman. mengenai. Kerjasarna Teknik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Persetujuan. an tara. Pemerintah Republik Indonesia. dan. Pemerintah Republik Federal Jerman. mengenai. Kerjasarna Teknik"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Pemerintah Republik Indonesia

dan

Pemerintah Republik Federal Jerman

mengenai

Kerjasarna Teknik

(2)

-2-Pemerintah Republik Indonesia dan

Pemerintah Republik Federal Jerman

berdasarkan semangat hubungan bersahabat yang ada antara Republik Indonesia dan Republik Federal Jerman,

berhasrat untuk memperkokob dan mengintensifkan bubungan bersababat tersebut rnelalui kerjasarna teknik dalarn semangat kemitraan,

menyadari babwa pemeliharaan hubungan tersebut merupakan dasar dari Persetujuan tnt,

bermaksud untuk memberikan kontribusi pada pembangunan sosial dan ekonomi di Republik Indonesia,

merujuk pada catatan Perundingan antar-pemerintab tertanggal 9 hingga 10 Desember 2004,

sesua1 dengan peraturan hukum dan ketentuan serta prosedur kegiatan kerjasarna teknik yang berlaku di negara masing-masing

telah bersepakat sebagai berikut:

Pasal I

(I) Sesuai dengan Persetujuan pada tanggal 9 April 1984 antara Pemerintah Republik Federal Jerman dan Pemerintah Republik Indonesia tentang Kerjasarna Teknik, proyek berikut ini harus dilaksanakan :

1. Perbaikan Sistem Kesehatan Distrik di Nusa Tenggara Timur,

(3)

3. Kepemerintahan lokal yang menaruh perhatian pada kemiskinan,

bila setelah clilakukan penelitian proyek-proyek tersebut dinilai telah memenuhi syarat untuk cliberikan bantuan.

(2) Untuk proyek-proyek yang dijelaskan dalam ayat (1) diatas Pemerintah Republik Federal Jerman harus menyediakan kontribusi pengeluaran sebesar EUR 12.150.000 (dua belas juta seratus lima puluh ribu euro) dalam bentuk personil, masukan dan apabila dimungkinkan, kontribusi keuangan. Hal ini dibebankan pada Deutsche Gesellschaft fUr Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH dengan penerapan proyek yang telah dijaba.rkan dalam ayat (l) butir 1 sampai 3 diatas.

(3) Pemerintahan Republik Indonesia harus menjamin bahwa setiap proyek disediakan dengan dana tersendiri untuk menjarnin kelancaran pelaksanaan dan harus memastikan bahwa lembaga yang ditunjuk sebagai pelaksana harus menyediakan kontribusi yang dibutuhkan untuk proyek sebagaimana diatur dalam ayat (1) diatas. Kontribusi ini dalam bentuk personil, masukan dan apabila dimungkinkan, kontribusi keuangan.

¥

(4) Proyek-proyek yang dinyatakan dalam ayat (1) di atas dapat diganti dengan proyek lain atas kesepakatan antara Pemerintah Republik Federal Jerman dan Pemerintah Republik Indonesia.

(5) Komitmen untuk menyediakan jumlah dana seperti terse but dalam ayat (1) diatas dan untuk Kerjasan1a Teknik seperti tersebut dalam ayat (2) diatas akan batal tanpa penggantian jika implementasi dan pengaturan-pengaturan keuangan yang diatur dalam Pasal 2 perjanjian ini tidak tercapai dalam jangka waktu 8 tahun setelah komitmen tersebut dibuat. Untuk komitmen yang telah dibuat tahun ini, tanpa mengesampingkan terhadap penjelasan dari ayat ( 4) diatas, batas waktunya sampai 31 Desember 2012. Jika, dalam jangka waktu yang telah disediakan, implementasi dan pengaturan-pengaturan keuangan dihasilkan hanya untuk sebagian dari komitmen, klausul pembatalan ini hanya berlaku khusus untuk jumlah yang tidak diatur dalam pengaturan-pengaturan tersebut.

(4)

-4-Pasal2

Rincian dari proyek-proyek sebagaimana tersebut pada Pasal 1 ayat (1) dalam Persetujuan ini dan terhadap kontribusi serta kewajiban-kewajibannya harus diterapkan pada pengaturan pelaksanaan tersendiri dan, apabila dimungkinkan,

pengaturan keuangan, yang harus dicapai antara institusi pelaksana yang dibebankan atau yang akan dibebankan sesuai pasal 1 ayat (2) dan (3) dari Persetujuan ini dengan pelaksanaan proyek.

PasaJ 3

(1) Pemerintah Republik Indonesia harus membebaskan bahan-bahan, kendaraan bermotor, barang-barang, perlengkapan, suku cadang yang disediakan untuk proyek-proyek yang ditujukan pada pasal 1 ayat (1) Persetujuan ini atas nama dan

pembiayaan dari Pemerintah Federasi Republik Jerman dari lisensi-lisensi, bea cukai, pajak pelabuhan, bea ekspor dan impor dan pungutan-pungutan resmi lainnya seperti biaya pergudangan, dan harus memastikan bahwa masuknya barang-barang tersebut dilakukan oleh pihak Bea Cukai dengan segera.

(2) Pemerintah Republik Indonesia harus membebaskan Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH dari segala pajak dan pungutan-pungutan resmi lainnya yang berlaku di Pemerintah Republik Indonesia daJam hubungannya dengan pemenuhan pelaksanaan dan pengaturan keuangan sebagaimana dimaksud pada pasaJ 2 Persetujuan ini.

Pasal4

Dalan1 hallainnya ketentuan Persetujuan tanggal 9 April 1984 mengenai Kerjasama Teknik sebagaimana diacu daJam pasaJ 1 ayat (l) di atas dianggap berlaku dalam Persetujuan ini.

(5)

Pasal 5

Persetujuan ini mulai berlaku pada tanggal penandatanganan

Dibuat di Jakarta pada tanggal asli dalam rangkap dua masing-masing dalam bahasa Indonesia, Jerman, dan lnggris, ketiga naskah ini mempunyai kekuatan hukum yang sama. Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran antara naskab dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia, maka naskah bahasa Inggrislah yang berlaku.

Untuk Pemerintah Republik Indonesia

Signed

Maruli Tua Sagala

Untuk Pemerintah

Republik Federal Jerman

Signed

Joachim Broudre-Groger

(6)

Abkommen

zwischen

der Regierung der Republik Indonesien

und

der Regierung der Bundesrepublik Deutschland

tiber

Technische Zusammenarbeit

(7)

Die Regierung der Republik lndonesien und

die Regierung der Bundesrepublik Deutschland

im Geist der bestehenden freundschaftlichen Beziehungen zwischen der Republik Indonesien

und der Bundesrepublik Deutschland ,

im Wunsch, diese freundschaftlichen Beziehungen durch partnerschaftliche Technische Zusammenarbeit zu festigen und zu vertiefen,

im Bewusstsein, dass die Aufrechterhaltung dieser Beziehungen die Grw1dlage dieses Abkommens ist,

in der Absicht, zur sozialen und wirtschaftlichen EntwickJung

in

der Republik Indonesien beizutragen,

unter Bezugnahme auf das Protokoll der Regierungsverhandlungen vom 9. bis 10. Dezember 2004,

in Anwendung der

fur

Tatigkeiten der Technischen Zusammenarbeit imjeweiligen Land geltenden Gesetze, sonstigen Rechtsvorschriften und

Verfahren-sind wie folgt tibereingekommen:

Artikel 1

(1) In Ausfiihrung des Abkommens vom 9. April 1984 zwischen der Regierung der

Bundesrepublik Deutschland und der Regierung der Republik Indonesien tiber Technische

Zusammenarbeit werden folgende Vorhaben im Rahmen dieses Abkornmens gefdrdert:

1. "Verbesserung des Gesundheitswesens in Nusa Tenggara Timur";

(8)

-3

-2. "Beratung bei der Umsetzung der Dezentralisierung";

3. "Armutsorientierte lokale Regierungsfuhrung",

wenn nach Prilfung die Forderungswiirdigkeit dieser Vorhaben festgestellt worden ist.

(2) Die Regierung der Bundesrepublik Deutschland stellt fur die in Absatz 1 genannten Yorhaben auf ihre Kosten Personal- und Sachleistungen sowie gegebenenfalls

Finanzierungsbeitrage im Gesamtwert von 12.150.000,-- EUR (in Worten: zwolfMillionen einhundertfiinfzigtausend Euro) zur Verfugung. Sie beauftragt mit der Durchfuhrung der in Absatz 1 Nummern 1 bis 3 genannten Yorhaben die Deutsche Gesellschaft fiir Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH.

(3) Die Regierung der Republik lndonesien gewahrleistet eine eigene aufgeschltisselte Haushaltsplanung zur Sicherung einer stetigen Durch:fuhrung der jeweiligen Vorhaben und stellt sicher, dass die von ihr mit der Durchfiihrung zu beauftragenden Institutionen die fur die in Absatz I genannten Vorhaben notwendigen Leistungen erbringen. Diese Leistungen

wnfassen Personal- und Sachleistungen sowie gegebenenfalls Finanzierungsbeitrage.

(4) Die in Absatz I bezeichneten Yorhaben konnen im Einvernehmen zwischen der Regierung der Bundesrepublik Deutschland und der Regierung der Republik Indonesien dmch andere Yorhaben ersetzt werden.

(5) Die Zusagen fur die in Absatz 1 genannten Vorhaben und den in Absatz 2 genannten Betrag der Technischen Zusammenarbeit entfallen ersatzlos, soweit nicht innerhalb von acht Jahren nach dem Zusagejahr die in Artikel 2 genannten Durchfuhrungs-sowie gegebenenfalls Finanzierungsvertrage geschJossen werden. Fiir die Zusagen dieses Jahres endet diese Frist, unbeschadet der Regelung in Absatz 4, mit Ablauf des 31. Dezember 2012. Sollten nur fur einen Teil der Zusagen in dem vorgesehenen Zeitraum Durchfuhrungs-sowie gegebenenfalls Finanzierungsvertrage geschlossen werden, so gilt diese Verfallsklausel nur

fiir

die noch nicht durch diese Vertrage gebundenen Teilbetrage.

(9)

Artikel2

Einzelheiten der in Artikel I Absatz I genannten Vorhaben und der zu erbringenden

Leistungen und Verpflichtungen werden in einzelnen Durchfuhrungs- sowie gegebenenfalls Finanzierungsve1tragen festgeiegt, die zwischen den in Artikei I Absatzen 2 und 3 mit der Durchfuhrung der Vorhaben beauftragten oder noch zu beauftragenden Institutionen geschlossen werden.

Artikel 3

(I) Die Regierung der Republik lndonesien befreit die im Auftrag und aufKosten der

Regierung der Bundesrepublik Deutschland fur

die

in Aitikei I Absatz I genannten Vorhaben gelieferten Materialien, Fahrzeuge, Giiter und Ausri.istungsgegenstande sowie Ersatzteiie von Lizenzen, Zoll-, Hafen-, Einfuhr-, Ausfuhr- und sonstigen offentlichen Abgaben sowie von Lagergebtihren und stellt eine unverzi.igliche Entzollung sicher.

(2) Die Regierung der Republik Indonesien stellt die GTZ von samtlichen Steuern und sonstigen offentlichen Abgaben frei, die im Zusammenhang mit dem Abschluss und der Erfullung der in Artikel 2 genannten Durchfuhrungs-sowie gegebenenfalls

Finanzierungsvertrage in der Repubiik Indonesien entstehen.

Artikel4

Im Obrigen gelten die Bestimmungen des in Artikei 1 Absatz 1 genannten Abkommens vom 9. April 1984 tiber Techniscbe Zusammenarbeit auch fur dieses Abkommen.

Artikel5

(10)

-

5

-Geschehen zu Jakarta am in zwei Urschriften, jede in deutscher,

indonesischer und englischer Sprache, wobei jeder Wortlaut verbindlich ist. Bei

unterschiedlicher Auslegung des deutschen und des indonesischen Wortlauts ist der engliscbe

Wortlaut ma13gebend.

Fur

die Regierw1g der R1Publik lndonesien

Signed

Maruli Tua Sagala

Flir die Regierung der

Bundesrepublik Deutschland

Signed

(11)

the Government

of

the Republic

of

Indonesia

and

the Government of the

Federa

l

Republic of Germany

regarding Technica

l

Coope

r

ation

(12)

-

2

-The Govenm1ent of the Republic of Indonesia and

the Government of the Federal Republic of Germany,

in the spirit ofthe friendly relations existing between the Republic of Indonesia and tbe Federal Republic of Germany,

desiring to strengthen and intensify those friendly relations through Technical

Cooperation in a spirit of partnership,

aware that the maintenance of those relations constitutes the basis of this Agreement,

intending to contribute to social and economic development in the Republic of

Indonesia,

referring to the Summary Record of the intergovernmental negotiations of 9 and 10 December 2004,

applying the laws, regulations and procedures in their respective countries for

Technical Cooperation activities,

have agreed as follows:

Article 1

( l) In pursuance and within the framework of the Agreement of 9 April 1984 between the Government of the Federal Republic of Germany and the Government

of the Republic of Indonesia regarding Technical Cooperation, the following projects

shall be promoted:

1.

Improvement of the District Health System in Nusa Tenggara Timur;

(13)

3. Pro-Poor Local Governance;

if on examination they have been found eligible for promotion.

(2) For the projects specified in paragraph 1 above the Government of the

Federal Republic of Germany shall make available at its own expense contributions totalling EUR 12,150,000 (twelve million one hundred and fifty thousand euro) in the form of personnel, inputs and, where appropriate, financial contributions. It shall charge the Deutsche GeselJschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH

with the implementation of the projects specified in paragraph 1 (1) to (3) above.

(3) The Government of the Republic of Indonesia shall guarantee that each project is provided with an itemized budget of its own in order to ensure its smooth implementation and shall ensure that the institutions it will charge with

implementation provide the necessary contributions for the projects specified in

paragraph 1 above. These contributions shall include personnel, inputs and, where appropriate, financial contributions.

( 4) The projects specified in paragraph 1 above may be replaced by other projects

pro vided the Government of the Federal Republic of Germany and the Government of the Republic of Indonesia so agree.

(5) The commitments for the projects specified in paragraph 1 above and for the Technical Cooperation sum specified in paragraph 2 above shall lapse without replacement if the implementation and fmancing agreements referred to in Article 2 of the present Agreement are not concluded within a period of 8 years after the year

in which the commitments were made. For the commitments made this year, without

prejudice to the provisions of paragraph 4 above, this deadline shall be 31 December

2012. If, in the given period, implementation and financing arrangements are concluded for a part of the commitments only, this cancellation clause shall apply

(14)

-

4-Article 2

Details of the projects specified in Article l ( 1) of the present Agreement and of the contributions and obligations shall be laid down

in

individual implementation arrangements and, where appropriate, financing arrangements, to be concluded between the institutions charged or to be charged under Article

I

(2)

and (3) of the present Agreement with the implementation of the projects.

Article 3

(I) The Government of the Republic of Indonesia shall exempt the materials, motor vehicles, goods, items of equipment and spare parts supplied for the projects referred to in Article I (I) of the present Agreement on behalf and at the expense of the Government of the Federal Republic of Germany from licences, customs duties, harbour dues, import and export duties and other public charges as well as storage fees, and shall ensure that these inputs are cleared by customs without delay.

(2) The Government of the Republic of Indonesia shall exempt the GTZ from all

taxes and other public charges levied in the Republic oflndonesia in connection with the conclusion and fulfilment of the implementation and financing arrangements referred to in Article 2 of the present Agreement.

Article 4

In all other respects the provisions ofthe Agreement of9 April 1984 regarding Technical Cooperation referred to in Article 1

(I) above shall apply to the present

Agreement.

Article 5

(15)

D

one at

Jak

arta on

::Januory

·

~. ~C

m up

.

d

1.

.

1

cate

.

rn

th

e erman, n ones1an

G

I d

.

and English languages, all

three

texts being authentic.

In

case of divergent

interpretations of the German and

I

ndonesian texts, the

E

nglish

text shall prevail.

For

the

Government of t

h

e

Reppb

l

ic of

In

donesia

Signed

Maruli Tua Sagala

For

the

Government oftbe

Federal Republic of Germany

Signed

Referensi

Dokumen terkait

Fase resolusi terjadi saat pasien sampai di rumah sakit dan menjalani perawatan yang selanjutnya berhubungan dengan masalah kesehatan yang terjadi pada dirinya (Berntsson dan

Sebuah survei dilakukan t erhadap sekumpulan siswa. Dari survei t ersebut didapat bahwa 133 orang menyukai sedikit nya sat u dari 3 pelaj aran Fisika, Mat emat ika at au

hati menjadi tenang” (QS. Tidak sedikit diantara mereka adalah orang-orang kaya, orang-orang yang memiliki simpanan materi dalam jumlah banyak. Tetapi mereka tidak

Untuk mengetahui variabel independen (Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, dan Total Assets Turnover), secara bersama – sama berpengaruh signifikan

Pada bulan Agustus 2010, Indomie Keriting hadir dengan tiga rasa baru yaitu Goreng Rasa Ayam Cabe Rawit, Goreng Rasa Kornet dan Rasa Laksa Spesial serta pergantian kemasan

Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori di atas maka dapat diajukan hipotesis sebagai jawaban sementara untuk masalah penelitian yaitu: H 1 : Zakat produktif

Selain itu juga posisi pipeline pada kondisi ideal sebisa mungkin haruslah menumpu pada permukaan seabed, jika pipeline tersebut melewati permukaan seabed yang tidak

Hasil pengamatan daerah yang berpotensi longsor berurutan dari sub Daerah Aliran Sungai (DAS) terberat: Banjarnegara di sub DAS Merawu (12 cm), Purworejo di sub DAS Gesing