• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBINAAN MANASIK HAJI PADA MASA PANDEMI COVID- 19 DI KBIHU DARUL ULUM BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBINAAN MANASIK HAJI PADA MASA PANDEMI COVID- 19 DI KBIHU DARUL ULUM BOGOR"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh : DINA LESTARI 11160530000130

KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Dina Lestari

NIM : 11160530000130 Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber data yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Ramadhan 1442 H 05 Mei 2021

Dina Lestari 11160530000130

(3)

ii

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBINAAN

MANASIK HAJI PADA MASA PANDEMI

COVID-19 DI KBIHU DARUL ULUM BOGOR.

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh : DINA LESTARI 11160530000130 Pembimbing Drs. H. Ade Marfudin, MM. NIDN. 2105046601

KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Implementasi Kebijakan Pembinaan

Manasik Haji Pada Masa Pandemi Covid-19 di KBIHU Darul Ulum Bogor” telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 03 Mei 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Jakarta, 03 Mei 2021

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Drs. Sugiharto, M.A Abdul Hafidz, S.Sos, M.A

NIP 196608061996031001

Anggota

Penguji I Penguji II

Drs. Study Rizal LK, M.Ag Dr. H.M. Sungaidi, M.A NIP 196404281993031002 NIP 196008031997031006

Pembimbing

Drs. H. Ade Marfudin, MM

(5)

iv

ABSTRAK

DINA LESTARI: 11160530000130, Implementasi Kebijakan Pembinaan Manasik Haji pada Masa Pandemi Covid-19 di KBIHU Darul Ulum Bogor, di bawah bimbingan Drs. H. Ade Marfudin, MM.

Pembinaan manasik haji bertujuan untuk terciptanya haji yang mandiri pada tiap calon jemaah. Adanya pandemi Covid-19 membuat masyarakat harus sosial distance dan membuat manasik haji sedikit terkendala, untuk itu tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan bagaimana implementasi kebijakan pembinaan manasik haji pada masa pandemi Covid-19 di KBIHU Darul Ulum. Penelitian yang penulis gunakan ialah menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis deskripstif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini diawali dengan proses observasi, metode interview, dan metode dokumentasi.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemerintah pusat telah membuat kebijakan manasik haji secara online. Pelaksanaan pembinaan manasik haji di KBIHU Darul Ulum dilaksanakan secara online dan berjalan sesuai dengan kebijakan pemerintah tersebut. Selain manasik online yang dilakukan dengan menayangkan manasik lewat Channel Youtube oleh Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah. KBIHU Darul Ulum juga melaksanakan manasik dengan menggunakan aplikasi zoom dan aplikasi whatsapp.

Kata Kunci : Implementasi, Kebijakan, Pembinaan Manasik Haji

(6)

v

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberi rahmat, keberkahan, kesehatan jasmani dan rohani kepada penulis sehingga bisa menyeleseikan skripsi ini. Shalawat serta dalam penulis haturkan kepada Nabi akhir zaman, Nabi yang membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman modern seperti ini ialah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wasallam, karena beliau lah suri tauladan bagi seluruh manusia dan alam semesta.

Dengan penuh syukur dan bangga penulis dapat menyeleseikan skripsi ini dengan lancar. Dengan berbagai arahan dan bimbingan dari Bapak Ade Marfudin, akhirnya penulis dapat mendapatkan judul “Implementasi Kebijakan Pembinaan

Manasik Haji Pada Masa Pandemi Covid-19 di KBIHU Darul Ulum”. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat akhir program

Sarjana Satu pada Fakultas dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah.

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis haturkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu serta mendoakan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc, M.A., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(7)

vi

2. Suparto, M.Ed, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Sugiharto, MA., ketua Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. H. Ade Marfudin, MM., dosen pembimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, yang dengan sabar meluangkan waktu beliau untuk membimbing penulis dan terus menerus memberikan semangat dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Lili bariadi, S.Ag., M.Si., dosen pembimbing akademik. 6. Drs. Study Rizal LK, M. Ag dan Dr. HM Sungaidi, MA.,

dosen penguji dalam Sidang Munaqasyah penulis.

7. Yayasan Darul Ulum Al Anwariyyah, khususnya Bapak H. Ikbal Farisi, S.H.I., Wakil Ketua KBIHU Darul Ulum dan Bapak Yusuf Fauzi Rahman yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian skripsi.

8. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, khususnya Jurusan Manajemen Dakwah yang telah berbagi ilmu pengetahuan kepada penulis. Semoga amal kebaikan bapak dan ibu dibalas oleh Allah, SWT. 9. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

10. Dr. Kh. Mohammad Barzah Hidayat, MM., dan Kh. Taufik Hidayatullah, S.Ag., sebagai guru terbaik yang selalu menunjukan jalan dengan cara yang baik.

(8)

vii

11. Ayahanda tercinta, Rahmat Unang yang senantiasa berdoa dan membantu penulis dalam segi material. Yang senantiasa mengingatkan penulis bahwa hidup adalah perjuangan. Terima kasih ayah semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan kepadamu.

12. Ibunda tersayang, Endang Lestari yang senantiasa mengadahkan kedua tangannya tiap sepertiga malam. Mengingatkan penulis dengan sabar untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan kepada Ibunda tercinta.

13. Abang Anto dan istri, abang Dani juga kedua adik kandung tercinta Danu dan Sophi serta Keponakan Al Fattah yang senantiasa memberikan tawa kala penulis sedang lelah dalam menyusun skripsi ini.

14. Orang tua kedua penulis, Bapak Judi dan Ibu Suwarti serta adik penulis tersayang Syafira Rahmawati, terimakasih atas pelukan hangat dan doanya untuk penulis. Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat wal afiat, Amiin.

15. Teruntuk Alm. Mas Kiki Yudhi Prasetyo, S.Pd. Terimakasih atas semangat, kasih sayang dan keyakinan yang tiada henti diberikan untuk penulis semasa hidupmu.. Semoga Allah menempatkan dirimu di Syurga-Nya. Aamiin.

16. Keluarga Besar Yayasan Pondok Pesantren AlQuran Nurul Amanah, baik rekan kerja guru, maupun murid tercinta. 17. Keluarga Besar Beasiswa PKH Jaminan Sosial Kabupaten

(9)

viii

18. Group Is Moker, Erlinda, Anggita dan Epa yang selalu memberikan waktu dan semangat serta tidak pernah bosan-bosannya menemani penulis di saat penulis sedang malas dalam menyusun skripsi ini.

19. Sahabat Manajemen Dakwah angkatan 2016. Terimakasih telah saling memberikan kenangan, pengalaman dan berbagi ilmu satu sama lainnya.

20. Terakhir saya ucapkan terima kasih kepada diri saya sendiri yang sudah berjuang dan bertahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih banyak kekurangan sehubungan dengan keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, baik kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Akhir kata penulis berharap semoga segala usaha, bantuan, pengorbanan, doa dan harapan kita semua mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Jakarta, 05 Mei 2021

(10)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ………..………. ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Metode Penelitian ... 10

E. Tinjauan Pustaka ... 15

F. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II LANDASAN TEORI ... 20

A. Pengertian Implementasi ... 20

B. Pengertian Kebijakan ... 22

C. Pengertian Pembinaan ... 29

D. Pengertian Manasik Haji ... 34

E. Pembinaan Manasik Haji ... 36

1. Dasar Pembinaan Manasik Haji ... 36

2. Bentuk dan Metode Bimbingan Manasik Haji .. 39

3. Manfaat Manasik Haji ... 44

(11)

x

A. Sejarah KBIHU Darul Ulum ... 45

B. Visi dan Misi ... 47

C. Struktur Organisasi ... 47

D. Susunan Personalia KBIHU Darul Ulum Bogor Tahun 2020 M. ... 49

E. Jumlah Jemaah Haji Tahun 2020 ... 50

F. Jumlah Pegawai ... 50

G. Peran KBIHU Darul Ulum dalam Manasik Haji ... 51

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 52

A. Perencanaan Program Pembinaan Manasik Haji di KBIHU Darul Ulum ... 52

B. Kebijakan Pembinaan Manasik Haji pada Masa Pandemi Covid-19. ... 54

C. Skema Kebijakan Haji di Masa Pandemi Covid-19 Oleh Dirjen PHU Kemenag RI ... 61

D. Kendala dan Hambatan dalam Pelaksanaan Pembinaan Manasik Haji di Masa Pandemi Covid-19. ... 62

BAB V HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN ... 64

A. Analisis Pembinaan Manasik Haji Oleh KBIHU Darul Ulum Bogor sebelum Masa Pandemi. ... 64

B. Analisis Implementasi Kebijakan Pembinaan Manasik Haji pada Masa Pandemi Covid-19 di KBIHU Darul Ulum Bogor. ... 78

C. Kendala dan Hambatan dalam Pelaksanaan Manasik Haji pada Masa Pandemi. ... 83

BAB VI PENUTUP ... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 94

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 :Daftar Video Manasik Haji tahun 2020

Tabel 4.2 :Daftar Video Manasik Haji oleh KH. A. Wazir Ali Tabel 5.1 :Data Calon Jemaah Haji Kab. Bogor tahun 2020 Tabel 5.2 :Data Calon Jemaah Haji KBIHU Darul Ulum

berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2020

Tabel 5.3 :Data Calon Jemaah Haji KBIHU Darul Ulum Tahun 2018-2020

Tabel 5.4 :Daftar Pembina Manasik Haji KBIHU Darul Ulum Tabel 5.5 :Realisasi Biaya Bimbingan Manasik Haji KBIHU

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 :Bagan Proses Kebijakan

Gambar 3.1 :Struktur Organisasi KBIHU Darul Ulum Bogor Gambar 3.2 :Struktur Personalia KBIHU Darul Ulum Bogor Gambar 5.1 :Diagram Jemaah Bimbingan Manasik

Hajiberdasarkan Kelompok Usia

Gambar 5.2 :Diagram Jemaah Bimbingan Manasik Haji berdasarkan Pendidikan

Gambar 5.3 :Diagram Jemaah Bimbingan Manasik Haji berdasarkan Sudah/Belumnya Jemaah Haji Umrah

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian Skripsi Lampiran 4 Data Jemaah Haji Kab. Bogor tahun 2020

Lampiran 5 Data Jemaah Haji KBIHU Darul Ulum Bogor tahun 2020

Lampiran 6 Materi Bimbingan Manasik Haji Terpadu

Lampiran 7 Jadwal Bimbingan Manasik Haji KBIHU Darul Ulum

Lampiran 8 Transkip Wawancara Lampiran 9 Dokumentasi foto

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Salah satu rukun Islam yang lima dan syari’at Islam paling agung adalah ibadah haji. Ia fardhu (wajib) untuk setiap Muslim yang mukallaf serta mampu, sekali sepanjang hayat serta selebihnya merupakan sunnah. Orang yang tidak menunaikan kewajibannya adalah kafir.1 Tata cara pelaksanaan ibadah haji telah ditentukan sebagaimana firman Allah SWT. dalam surat Ali-Imran ayat 97:

ِهْيَلِا َعاَطَتْسا ِنَم ِتْيَبْلا ُّج ِح ِساَّنلا ىَلَع ِهّٰلِل َو

٧٩ - َنْيِمَلٰعْلا ِنَع ٌّيِنَغ َهّٰللا َّنِاَف َرَفَك ْنَم َو ۗ الًْيِبَس

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia

terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Karya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”(QS. Ali-Imran: 97).2

Undang-undang Nomor 8 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Haji dan Umrah dikatakan dalam bab 1 pasal 1 ayat 1 bahwa Ibadah Haji merupakan rukun Islam

1 Abu Umar an-Nadwi bin Fathu bin Sayyid Nada Abdul Aziz, Panduan Lengkap Ibadah Haji dan Umrah (Jakarta, Robbani Press, 2004), hal. 8.

2 Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, (Surabaya: Mekar Surabaya, 2002), hal. 78.

(16)

2

kelima yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam yang mampu, baik secara fisik, mental, spiritual, sosial, maupun finansial dan sekali dalam seumur hidup. Ayat 3 menyatakan bahwa penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, dan pelaporan Ibadah Haji dan Ibadah Umrah. Masih dalam pasal 1, ayat 20 berisikan bahwa kelompok Ibadah Haji dan Umrah yang selanjutnya disingkat KBIHU adalah kelompok yang menyelenggarakan bimbingan Ibadah Haji dan Ibadah Umrah yang telah mendapatkan izin dari Menteri. Dalam bab 1 pasal 3 penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan bagi Jemaah Haji dan Jemaah Umrah sehingga dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan syariat dan mewujudkan kemandirian dan ketahanan dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah3. Dalam hal bimbingan manasik haji, selain yang difasilitasi oleh pemerintah, setiap jamaah haji secara mandiri perlu meningkatkan pengetahuaan, pemahaman serta wawasan tentang ibadah haji dari berbagai aspeknya sehingga memperoleh haji mabrur yang tercermin dalam perilaku sehari-hari.4

3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2019, Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah. Atau dapat diakses dari jdih.bulukumbakab.go.id.

4 Dirjen Penyelenggaraan Haji Republik Indonesia, Tuntunan Manasik Haji dan Umrah, 2013.

(17)

Melakukan ibadah haji dengan baik serta benar, hingga seseorang wajib paham serta menguasai cara- cara penerapannya, tujuannya serta isi arti yang ada dalam ibadah haji tersebut. Inilah yang disebut dengan ilmu manasik haji. Apabila ibadah haji itu hukumnya wajib bagi yang sudah penuhi syarat- syarat wajib haji, sehingga dia wajib mengenali ilmu yang menekuni hal- hal yang berkaitan dengan penerapan ibadah haji, agar hajinya diterima Allah SWT. Mengingat betapa berartinya ilmu manasik haji ini untuk calon jamaah haji, hingga menekuni ilmu manasik haji hukumnya wajib.5

Perihal tersebut dikuatkan dengan adanya peraturan turunan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor. 13 tahun 2018 BAB IV tentang Bimbingan Ibadah Haji Pasal 17 Ayat 1 disebutkan, jika pemerintah harus membagikan BMH (Bimbingan Manasik Haji) terhadap jemaah haji sejak saat sebelum keberangkatan, dan selama perjalanan, sepanjang di Arab Saudi, hingga kepulangan ke Tanah Air. Begitu berartinya kedudukan pemerintah serta pula aktivitas bimbingan manasik haji tersebut, sebab program bimbingan ibadah haji ialah suatu upaya besar dalam rangka membekali calon jemaah haji dengan data serta pengetahuan tentang perhajian, baik yang menyangkut manasik ataupun proses

5 Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah Haji dan Umrah Lengkap, (Jakarta: Era Intermedia, 2006), hal. 19.

(18)

4

penerapan perjalanannya, sehingga calon jemaah haji bisa melakukan ibadah haji dengan sebaik-baiknya.6

Tiap jemaah tentu mendambakan hajinya menjadi haji yang mabrur, untuk mengarah kearah kemabruran tidak mudah tercapai manakala tidak didukung kesadaran jemaah haji terhadap manasik serta ibadah yang lain dan bisa melaksanakannya sesuai tuntunan ajaran agama Islam, perihal ini jadi prasyarat kesempurnaan ibadah haji untuk mendapatkan haji yang mabrur. Oleh sebab itu, dibutuhkan pendidikan praktek haji ataupun biasa yang diucap dengan bimbingan manasik haji. Bimbingan manasik kepada jemaah haji sebagai upaya membekali jemaah calon haji tentang cara pelaksanaan ibadah haji.7

Bimbingan ibadah haji yang diberikan kepada calon jemaah haji sangatlah penting, karena dengan melalui pendidikan dan pelatihan jemaah haji dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, serta memahami materi manasik haji. Tujuan dari bimbingan ibadah haji adalah mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang tata metode penerapan ibadah haji. Sebagian permasalahan yang kerap dialami oleh calon jemaah haji dalam proses bimbingan dan penghambat keberhasilan tujuan bimbingan

6 Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang. “Jurnal SMART (Studi Masyarakat, Religi, dan Tradisi)”. Vol. 02 No. 02, (Semarang, 2016), hal. 168.

7 Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Manajemen Perhajian Indonesia, (Jakarta: Kemenag RI Dirjen PHU, 2017), hal. 86.

(19)

secara efisien merupakan latar balik calon jemaah haji yang bermacam- macam paling utama adalah pendidikan, menurut informasi yang diperoleh lebih dari 50% berpendidikan sekolah dasar (SD) serta ada jemaah yang tidak dapat berbahasa Indonesia serta tidak dapat baca tulis.8

Pembinaan bimbingan manasik haji diberikan kepada jemaah yang telah melunasi BPIH pada tahun berjalan. Pelaksanaan bimbingan haji di Kecamatan dikoordinasikan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA), dan di tingkat Kab/Kota dikoordinasikan oleh Kakandepag Kab/Kota. Adapun prosedur pembinaan haji di Kabupaten/Kota dan di Kantor Urusan Agama Kecamatan (KUA) diantaranya bimbingan haji dapat dilakukan oleh masyarakat baik bimbingan kelompok maupun bimbingan perorangan. Pola pembinaan atau bimbingan dilakukan secara beregu dan rombongan.9 Ini berarti manasik

dilakukan dengan cara mengumpulkan calon jamaah haji dalam satu tempat untuk dapat melaksanakan rangkaian kegiatan manasik haji.

Namun pada saat ini Indonesia dan seluruh negeri dipenjuru dunia dikejutkan dengan mewabahnya virus Corona atau Covid-19. Organisasi Kesehatan Dunia

8 Departemen Agama, 2006, hal. 2.

9 Ahmad Kartono, Manajemen Operasional Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2017, hal. 39.

(20)

6

menggambarkan wabah Covid-19 sebagai krisis global terburuk sejak perang dunia kedua.10 Melansir dari laman Worldometers, hingga Minggu 8 November 2020 pagi total Covid-19 di dunia terkonfirmasi sebanyak 50.144.990 (50,1 juta) kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 35.523.549 (35 juta) pasien telah sembuh dan 1.255.506 orang meninggal dunia. Kasus aktif hingga saat ini tercatat sebanyak 13.365.935 dengan rincian 13.274.426 pasien dengan kondisi ringan dan 91.509 dalam kondisi serius. Kasus corona di Indonesia tercatat juga mengalami peningkatan, baik dari jumlah kasus sembuh, maupun yang meninggal dunia. Hingga Sabtu 7 November 2020 pukul 12.00 WIB, kasus positif Covid-19 bertambah sebanyak 4.262. sehingga jumlahnya saat ini 3.712 orang. Penambahan itu sekaligus menjadikan total pasien yang telah sembuh menjadi 364.417 orang. Namun, pasien yang meninggal dunia karena infeksi Covid-19 ini juga ikut bertambah sebanyak 98 orang. Dan jumalah pasien yang meninggal dunia kini menjadi 14.540 orang.11

Berkaitan dengan penanggulangan pandemi Covid-19, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menerbitkan Peraturan Pemerintahan tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Peraturan tersebut diambil

10 Berita diiakses pada hari Rabu 22 Februari 2021 dari https://bebas.kompas.id.

11 Berita diakses pada hari Minggu 22 Februari 2021 dari https://www.kompas.com.

(21)

oleh dengan tujuan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona. Sesuai dengan penjelasan dalam UU nomor 6 tahun 2018, PSBB merupakan pembatasan kegiatan masyarakat dalam satu wilayah yang diasumsi telah terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi. Pembatasan berskala besar ditetapkan oleh menteri. PSBB bisa diterapkan dalam bentuk peliburan terhadap lembaga pendidikan dan instansi perkantoran, pembatasan kegiatan lembaga keagamaan, serta pembatasan kegiatan di fasilitas umum.12

Dari survey yang dilakukan, sebanyak 48% responden mengaku bahwa kehidupan sosialnya terganggu akibat virus corona covid-19. Masyarakat Indonesia yang terbiasa dengan hidup gotong royong dan kentalnya interaksi sosial berusaha mencari jalan keluar untuk tetap melakukan sosialisasi meski ada kebijakan Physical Distancing.13 Physical Distancing berarti melakukan

kegiatan mandiri dengan menjaga jarak minimal satu meter terhadap manusia lainnya.14 Hal ini tentu juga akan merubah kegiatan manasik haji ditiap KBIH khususnya KBIH Darul Ulum Bogor, dikarenakan tidak boleh adanya perkumpulan dalam satu tempat. Oleh karena itu, penulis

12 Berita diakses pada hari Minggu 22 Februari 2021 dari https://puspensos.kemsos.go.id.

13 Berita diakses pada hari Minggu 22 Februari 2021 dari https://m.liputan6.com.

14 Berita diakses pada hari Minggu 22 Februari 2021 dari https://www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org.

(22)

8

ingin menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah (skripsi) yang berjudul Implementasi Kebijakan Pembinaan Manasik Haji Pada Masa Pandemi Covid-19 Di KBIHU Darul Ulum Bogor.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Karena begitu luasnya permasalahan haji dan keterbatasan pengetahuan penulis, maka penulis memberikan batasan dan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis dapat memberikan batasan masalah yang akan dibahas mengenai Kebijakan Pembinaan Manasik Haji Pada Masa Pandemi Covid-19 Tahun 2020 M.

2. Perumusan Masalah

Untuk mempermudah dalam melakukan penulisan, maka penulis membuat perumusan masalah agar arah dan tujuan penulisan ini jelas adanya. Adapun perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembinaan manasik haji di KBIHU Darul Ulum Bogor sebelum masa pandemi? 2. Bagaimana implementasi kebijakan pembinaan haji

yang diberikan KBIHU Darul Ulum dalam masa pandemi Covid-19?

3. Apa sajakah kendala dan hambatan dalam melaksanakan pembinaan manasik haji pada masa pandemi Covid-19?

(23)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari pemaparan rumusan masalah yang dijelaskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembinaan manasik haji di KBIHU Darul Ulum sebelum adanya pandemi.

2) Untuk mengetahui kebijakan pelaksanaan pembinaan manasik haji di masa pandemi covid-19.

3) Untuk mengetahui apasaja kendala dan hambatan yang terjadi selama melaksanakan pembinaan manasik haji pada masa covid-19.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki nilai manfaat secara akademis dan praktis.

a. Akademis

Secara akademis, manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait kebijakan pembinaan manasik haji oleh Kementerian Agama Pusat yang diterapkan oleh KBIHU Darul Ulum di masa pandemi.

(24)

10

Umumnya bagi masyarakat sekitar KBIHU Darul Ulum dan khususnya bagi mahasiswa terutama mahasiswa manajemen dakwah konsentrasi manajemen haji dan umrah.

2) Dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan pembinaan manasik haji, sehingga jamaah dapat melaksanakan ibadahnya dengan baik.

b. Praktis

1) Dalam penelitian ini penulis berharap dapat memberikan masukan bagi KBIHU Darul Ulum Bogor dalam pelaksanaan pembinaan manasik haji.

2) Dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang baru dalam masalah ini, selain itu dapat menjadi perbandingan antara teori yang didapatkan saat kuliah dan yang terjadi di lapangan.

D. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Secara bahasa, metode berusul dari dua kata yaitu “meta” (melalui) serta “hodos” (jalan cara).15

Sebaliknya secara istilah, Metode merupakan cara atau

15 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hal. 61.

(25)

jalan yang wajib dihadapai agar tercapainya suatu tujuan. Jadi metode penelitian merupakan cara atau jalan yang wajib dilalui untuk mencapai sebuah tujuan dari penelitian.16

Metode yang dipakai dalam penelitian ini merupakan metode kualitatif. Riset kualitatif merupakan prosedur riset yang menciptakan informasi deskriptif berbentuk perkata tertulis ataupun lisan dari orang- orang serta sikap yang bisa diamati (Bogdan serta Taylor dalam Moleong, 1990).17 Tata cara riset kualitatif pula kerap diucap dengan tata cara konstruktif sebab dengan tata cara kualitatif bisa ditemui data- data yang berantakan, berikutnya dikonstruksikan dalam suatu tema yang lebih bermakna serta gampang dimengerti.

2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Yayasan Darul Ulum al Anwariyyah di Jalan H. Suhaemi No. 09 Parung Tengah Duren Mekar Bojongsari Depok.

16 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2003), cet. Ke-2, hal. 6.

17 Nurul Zuhriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksaara, 2009), hal. 92.

(26)

12

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah orang yang memberikan informasi dan data kepada penulis. Sedangkan objeknya adalah kebijakan pelaksanaan pembinaan manasik haji pada masa pandemi covid-19.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan ini penulis mengumpulkan data dengan menggunkan penelitian lapangan (Field Research) yaitu penelitian yang dilakukan dilapangan, tempat dimana objek penelitian itu berada sebagai pengambilan datanya dalam penelitian lapangan adalah dengan metode:

a. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan dengan tujuan penelitian.18 Metode

ini dilakukan oleh peneliti dengan cara meminta informasi atau menggali informasi baik secara langsung maupun tidak langsung kepada responden (orang yang diwawancara atau yang diminta informasi) dari pihak KBIHU Darul Ulum Bogor.

18 DSutrisno Hadi, Metode Research III, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1984), hal. 193.

(27)

b. Observasi

Observasi atau yang disebut pula pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera, dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap dan juga dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar atau rekaman suara.19

Dalam hal ini peneliti terjun langsung dan melakukan observasi ke Kantor Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah dengan mengamati langsung terhadap segala sesuatu yang terkait dengan pelaksanaan dalam pembinaan manasik haji yang dilakukan Kantor Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah pada masa pandemi.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.20 Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Atau metode yang digunakan untuk menelusuri data historis yang

19 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Ciputat, 2006), hal. 128.

20 Husaini Husman, Metodologi Penelitian Untuk Public Relation, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010), hal. 61

(28)

14

memiliki peranan yang sangat penting. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dokumen yang didapat dari proses observasi.

d. Sumber dan Teknis Analisis Data

Dalam kaidah metodologi penelitian, menurut cara perolehannya sumber data dibagi menjadi dua, yakni data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.21

Teknik analisis data yang penulis lakukan adalah pengumpulan data-data wawancara, observasi dan bahan-bahan pustaka. Selanjutnya data-data tersebut di olah dengan menggunakan pola deskriptif analisis yaitu memaparkan semua data dan informasi yang diperoleh kemudian menganalisa data dan menguraikan secara jelas dan utuh dengan permasalahan yang ada yaitu sesuai dengan judul skripsi penulis “Implementasi Kebijakan Pembinaan Manasik Haji Pada Masa Pandemi Covid-19 di KBIHU Darul Ulum Bogor”.

21 Dr. Harnavinsah, Ak, Metodologi Penelitian, Pusat Bahan Ajar dan Elearning Universitas Mercu Buana.

(29)

e. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam skripsi ini adalah menggunakan “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CEQDA (Center For Quality Development And Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Tinjauan Pustaka

Sebagai patokan dari sumber terdahulu agar terciptanya keakuratan data yang akan dihasilkan dan agar terhindar dari penjiplakan atau plagiat maka penulis mengadakan tinjauan pustaka terhadap beberapa skripsi sebagai bahan acuan dalam pembuatan skripsi. Berikut adalah sumber terdahulu yang peneliti tulis guna membedakan hasil karya peneliti sebelumnya, antara lain :

1. Laila Elvia Syahriah. “Evaluasi Program Penyelenggaraan Bimbingan Manasik Haji Di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat Timur Kota Tanggerang Selatan Tahun 2017”. Kesimpulan dari skripsi ini yaitu evaluasi program penyelenggaraan bimbingan manasik yang dilaksanakan KUA Ciputat Timur menggunakan model Stufflebeam yaitu CIPP (Contect, Input, Process, Product), pelaksanaan bimbingan manasik haji di KUA Ciputat Timur sudah sesuai dengan peraturan Kementerian Agama dan

(30)

16

mengikuti SOP ynag berlaku. Metodologi yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, subjeknya Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat Timur Kota Tanggerang Selatan dan Objeknya adalah Evaluasi Program Bimbingan Manasik Haji.

2. Wahyu Rizky Maulana. “Efektivitas Pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji Di Kelompok Bimbingan Haji Al Mujahidin Pamulang Tahun 2017”. Kesimpulan dari skripsi ini pelaksanaan bimbingan manasik haji yang dilakukan oleh KBIH Al Mujahidin sudah berjalan cukup baik sesuai dengan perencanaan dan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan. Metodologi yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Subjeknya adalah KBIH Al Mujahidin dan objeknya adalah evektifitas penyelenggaraan bimbingan manasik haji.

3. Noprian. “Manajemen Pelatihan Bimbingan Manasik (Bimsik) Haji Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Darul Ulum Kabupaten Bogor Tahun 2015 M”. Kesimpulan dari skripsi ini adalah 1). Perencanaan, setiap program dan kegiatan yang akan diadakan oleh KBIH telah direncanakan, 2). Pengorganisasian, Menerapkan tujuan organisasi yang ingin dicapai, penentuan kegiatan dan pendelegasian wewenang, 3). Penggerakan, a) metode yang digunakan ceramah, tanya jawab, diskusi, praktek lapangan. b) materi yang diberikan materi dasar, inti dan pendukung, 4)

(31)

Pengawasan, dilakukan langsung oleh lembaga KBIH Darul Ulum dan Kemenag Bogor. Metodologi yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subjeknya adalah KBIH Darul Ulum Bogor. Sedangkan objeknya adalah manajemen pelatihan bimbingan manasik haji. Dari tinjauan pustaka yang tertulis diatas, telah jelas bahwa penulis tidak melakukan penelitian yang sama terhadap apa yang sudah diteliti oleh penulis-penulis sebelumnya. Disini penulis memaparkan penelitian dengan judul Implementasi Kebijakan Pembinaan Manasik Haji pada Masa Pandemi Covid-19 di KBIHU Darul Ulum Bogor.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperjalas pembahasan penelitian dalam skripsi ini, maka penulis memberikan gambaran bab demi bab untuk mempermudah membacanya. Berikut ini adalah sistematika penulisan dalam skripsi ini, antara lain : BAB I : PENDAHULUAN.

Pada bab ini penulis menjabarkan tentang beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian ini, penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

(32)

18

penelitian, tinjauan pustaka dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI.

Pada bab ini penulis membahas definisi suatu landasan dalam menganalisis dari data yang telah diperoleh. Landasan teori yang digunakan adalah teori-teori mengenai implementasi, kebijakan, pembinaan, dan manasik haji.

BAB III : GAMBARAN UMUM KBIHU DARUL ULUM BOGOR.

Pada bab ini penulis menjabarkan gambaran umum KBIH Darul Ulum. Dalam pembahasan bab ini terdiri dari sejarah singkat, Visi dan Misi, struktur organisai, fungsi dan tugas pokok, jadwal Pembinaan Manasik haji dan langkah-langkah dalam Pelaksanaan Pembinaan Manasik Haji.

BAB IV : DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Pada bab ini berisikan uraian penyajian dan temuan penelitian tentang kebijakan pembinaan manasik haji pada masa pandemi, pelaksanaan pembinaan manasik

(33)

haji di KBIHU Darul Ulum dan hambatan yang terjadi selama pelaksanaan pembinaan manasik haji pada masa pandemi.

BAB V : HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Bab ini membahas bentuk bagaimana Pelaksanaan Pembinaan Manasik Haji yang dilakukan oleh KBIHU Darul Ulum Bogor terhadap jemaahnya pada masa pandemi covid-19.

BAB VI : PENUTUP.

Bab ini merupakan bab akhir dari proses hasil penelitian yang berpijak pada bab-bab sebelumnya yang didalamnya terdiri dari kesimpulan, saran yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan. DAFTAR PUSTAKA

(34)

20

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Implementasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan. Penerapan merupakan kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari kedalam situasi yang kongkret atau nyata.1 Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau motivasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Implementasi juga dapat berarti “put something into effect” (penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak).2

Menurut Guntur Setiawan implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.3

Menurut Hanifah Harsono Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hal. 327.

2 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik & Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), Cet. Ke-1, hal 93.

3 Guntur Setiawan, Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 39.

(35)

kebijakan dari politik ke dalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program.4

Menurut Nurdin Usman Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementassi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.5

Menurut Van Meter dan Von Horn, implementasi merupakan penerapan tindak oleh orang, pejabat, lembaga pemerintah, ataupun kelompok swasta dengan tujuan untuk mencapai cita- cita yang sudah digariskan dalam keputusan tertentu.

Menurut Mazmanian dan Sabatier, implementasi ialah penerapan dari kebijakan dasar hukum juga berupa perintah keputusan ataupun keputusan majelis hukum. Proses penerapannya berlangsung sehabis jumlah tahapan yang setelah itu output dalam wujud penerapan kebijakan sampai kebijakan koreksi bersangkutan.

Dan menurut Pressman dan Wildanvsky, implementasi merupakan accomplishing, fulfilling, carrying out, producing, and completing a police (menuntaskan, penuhi, melakukan, memproduksi, dan menuntaskan suatu kebijakan).

4 Hanifah Harsono, Implementasi kebijakan dan Politik, (Bandung: PT. Mutiara Sumber Widya, 2002), hal. 67.

5 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 70.

(36)

22

Implementasi kebijakan dapat melibatkan penjabaran lebih lanjut, tujuan yang sudah diresmikan oleh pejabat ataupun lembaga pelaksana. Kondisi ini terjadi sebagai akibat, antara lain merupakan tubuh legislative menggariskan kebijakan dalam rumusan universal, walaupun kebijakan memiliki rumusan yang jelas, masih membutuhkan bermacam penyesuaian, serta diskresi dalam penerapannya.6

Dari penerapan di atas penulis menyimpulkan bahwa implementasi adalah proses tindakan atau pelaksanaan berupa penerapan dari segala sesuatu yang telah dibuat atau direncanakan untuk memberikan dampak berupa efek yang baik untuk mencapai tujuan dengan efektif.

B. Pengertian Kebijakan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat tahun 2014 dipaparkan bahwa kebijakan berasal dari kata bijak yang maksudnya: 1. Senantiasa memakai ide budaya; pandai; mahir. 2. Pandai bercakap- cakap; petah lidah. Berikutnya dipaparkan bahwa kebijakan dimaksud sebagai 1. Kepandaian; keahlian; kebijaksanaan; 2. Rangkaian konsep serta asas yang menjadi garis besar serta dan rencana dalam penerapan suatu pekerjaan, kepemimpinan, serta metode berperan (tentang pemerintah, organisasi serta sebagainya); statment cita- cita, tujuan, prinsip ataupun iktikad sebagai

6 Orocomana, Efradus, Implementasi Pembangunan Infrastuktur Transportasi Udara di Distrik Mkskona Utara Kabupaten Teluk Bintunio Provinsi Papua Barat, (Renaissance, Vol. 2, No.02, Agustus 2017), hal. 212.

(37)

garis pedoman untuk manajemen dalam usaha menggapai target; garis haluan.

Mustopadidjaja dalam Tahir (2014: 21) menerangkan, bahwa sebutan kebijakan umum digunakan dalam kaitannya ataupun aktivitas pemerintah, dan sikap negeri pada biasanya serta kebijakan tersebut dituangkan dalam bermacam wujud peraturan. Anderson dalam Tahir (2014: 21), kebijakan merupakan suatu aksi yang memiliki tujuan yang dicoba seorang pelakon ataupun beberapa pelakon untuk membongkar suatu permasalahan. Berikutnya Nugroho (2003: 7) mengemukakan kalau kebijakan merupakan suatu ketentuan yang mengendalikan kehidupan bersama yang wajib ditaati serta berlaku mengikat segala warganya.7

Menurut Friedrich Kebijakan adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.8

Richard Rose (1969) berpendapat, bahwa kebijakan adalah serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan

7 Adi purwanto, Pengertian Kebijakan Menurut Para Ahli, 2016, juga dapat di unduh pada www.edugovindonesia.com

8 Leo Agustino, Dasar-dasar Kebijakan Publik, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 7.

(38)

24

beserta konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan, bukan keputusan yang berdiri sendiri-sendiri. Thomas R. Dye (1975) mengatakan, bahwa kebijakan adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. James E. Anderson (1979) berpendapat, bahwa kebijakan adalah arah tindakan yang mempunyai maksud, yang ditetapkan oleh seorang atau beberapa actor guna mengatasi suatu masalah.9

Kebijakan merupakan jenis tindakan Administrasi Negara berasal dari kewenangan diskresi yang pada umumnya digunakan untuk menetapkan peraturan kebijakan pelaksanaan undang-undang.10 Kebijakan umumnya di

anggap sebagai pedoman untuk bertindak atau saluran untuk berfikir. Secara lebih khusus kebijakan adalah pedoman untuk melaksanakan suatu tindakan. Kebijakan mencakup dalam seluruh bidang (universe) tempat tindakan akan dilakukan. Kebijakan biasanya berlangsung lama. Nyatanya kebijakan cenderung untuk berlaku lama tanpa peninjauan dan penyempurnaan. Kebijakan mengafahkan tindakan untuk mencapai sasaran dan tujuan. Kebijakan menjelaskan bagaimana cara pencapaian tujuan dengan menentukan petunjuk yang harus diikuti. Kebijakan ini dirancang untuk menjamin konsistensi tujuan dan untuk menghindari

9 Samodra Wibawa, Politik Perumusan Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hal. 2.

10 Safri Nugraha dkk, Hukum Administrasi Negara, (Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hal. 93.

(39)

keputusan yang berwawasan sempit dan berdasarkan kelayakan. Kebijakan adalah alat untuk mencapai suatu tujuan dan karena itu menerangkan apa yang seharusnya dilakukan sebagai dari apa yang sedang dilaksanakan.11

Adapun proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan kebijakan public ke dalam beberapa tahap. Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan kita di dalam mengkaji kebijakan publik. Adapun tahap-tahap pembuatan kebijakan menurut Willian Dunn yang dikutip oleh Budi Winarno dalam bukunya adalah sebagai berikut12 :

11 Khafidh Noor Faizi, “Kebijakan Manajemen Dalam Menjaga Tradisi Kurikulum Salaf Pasca Era Reformasi Di Madrasah Aliyah Qudsiyyah Menara Kudus Di Kabupaten Kudus Jawa Tengah”,(UIN Suka Yogyakarta, 2011), hal. 15.

12 Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori dan Proses, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2007), hal. 32.

(40)

26

Gambar 2.1 Bagan Proses Kebijakan

1. Penyusunan Agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetensi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumusan kebijakan. Pada

Penyusunan Agenda

Formulasi Kebijakan

Adopsi Kebijakan

Implementasi Kebijakan

(41)

tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

Ada beberapa kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik diantaranya: telah mencapai titik krisis tertentu yang apabila diabaikan menjadi ancaman yang serius, telah mencapai tingkat partikularitas tertentu yang berdampak dramatis, menyangkut emosi tertentu dari sudut kepentingan orang banyak, mendapat dukungan media massa, menjangkau dampak yang amat luas, mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat serta menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah dirasakan kehadairannya).

2. Formulasi Kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai pilihan alternative atau pilihan kebijakan (policy alternatives /

policy option) yang ada. Sama halnya dengan

(42)

28

agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

3. Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyak alternative kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada kesimpulannya salah satu dari alternative kebijakan tersebut diadopsi dengan sokongan kebanyakan legislative, consensus antara direktur lembaga ataupun keputusan peradilan.

4. Implementasi Kebijakan

Sebuah program kebijakan hanya tidak diimplementasikan hanya akan jadi catatan- catatan elit. Oleh sebab itu, keputusan program kebijakan yang sudah diambil sebagai alternative pemecahan permasalahan wajib diimplementasikan, ialah dilaksanakan oleh badan- badan administrasi ataupun agen- agen pemerintah di tingkatan bawah. Kebijakan yang sudah diambil dilaksanakan oleh unit- unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial serta manusia. Pada sesi implementasi ini bermacam kepentingan hendak silih bersaing. Sebagian implementasi kebijakan menemukan sokongan para pelaksana( implementors), tetapi

(43)

sebagian yang lain bisa jadi hendak ditentang oleh para pelaksana.

5. Penilaian / evaluasi Kebijakan

Pada sesi ini kebijakan yang sudah dijalankan hendak dinilai ataupun dievaluasi, untuk dapat dilihat sepanjang mana kebijakan yang dibentuk mampu memecahkan permasalahan. Kebijakan publik pada dasarnya terbuat untuk mencapai akibat yang diinginkan. Dalam perihal ini, memecahkan permasalahan yang dialami masyarakat. Oleh sebab itu, ditentukanlah ukuran- ukuran ataupun kriteria- kriteria yang jadi dasar untuk memperhitungkan apakah kebijakan publik sudah mencapai dampak yang diinginkan.

C. Pengertian Pembinaan

Pembinaan berasal dari kata dasar bina, yang berasal dari bahasa Arab“ bana” yang mempunyai arti membina, membangun, mendirikan, serta membentuk. Setelah itu menemukan awalah pe- serta–an sehingga kata pembinaan yang memiliki makna usaha, aksi, serta aktivitas yang dicoba secara efisien untuk mendapatkan hasil yang lebih baik..13

Bagi Hendiyat Soetopo juga Westy Soemanto. Pembinaan merupakan menunjuk pada sesuatu aktivitas yang

13 Alwi Hasan dll, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2013), hal. 152.

(44)

30

mempertahankan serta menyempurnakan apa yang sudah terdapat. Sementara bagi Masdar Helmy, pembinaan mancakup seluruh ikhtiar (usaha- usaha), aksi serta aktivitas yang diperuntukan agar meningkatkan mutu beragama yang baik dalam bidang tauhid, bidang peribadatan, bidang akhlak serta bidang kemasyarkatan..14

Miftah Thoha berkata bahwa pembinaan merupakan suatu aksi, proses, hasil ataupun statment jadi lebih baik. Pembinaan merupakan sesuatu proses yang menolong individu lewat usaha sendiri dalam rangka menciptakan serta meningkatkan kemampuannya dengan tujuan agar mendapatkan kebahagiaan individu serta manfaat sosial.15

Dalam peraturan pemerintah RI nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Permasyarakatan Presiden Republik Indonesia, Bab 1 tentang Ketentuan Umum pasal 1 ayat 1 menjelaskan Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitass ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap, dan perilaku, professional, kesehatan jasmani dan rohani Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.

Jadi dapat dikatakan bahwa pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sabar, terencana, teratur serta

14 Masdar Helmi, Peranan dakwah dalam Pembinaan Umat, (Semarang: IAIN Semarang, 2016), hal. 31.

15 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 152.

(45)

tanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian dalam hal ini untuk mengembangkan pengetahuan calon jemaah haji terkait haji yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Pembinaan haji sendiri telah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah pada BAB I Ketentuan Umum Pasal 3 poin a. memberikan pembinaan, pelayanan, perlindungan bagi jemaah haji dan jemaah umrah sehingga dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan syariat; dan poin b. mewujudkan kemandirian dan ketahanan dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Dalam penafsiran singkatnya pembinaan haji memiliki artian mengarahkan. Sebaliknya dalam makna luasnya pembinaan haji merupakan proses mengarahkan dan membagikan penjelasan yang cocok untuk tujuan pembinaan haji terhadap pembimbing serta jemaah. Pembinaan ini diberikan saat sebelum keberangkatan jemaah, sepanjang perjalanan di Arab Saudi serta hingga kembali ke Indonesia.

Bagi Dr. H. Ali Rokhmad, M. Pd, ada 5 kebijakan pembinaan haji serta umrah yaitu :16

1. Pembinaan Jamaah Haji

Pembinaan jemaah haji ditunjukan untuk terwujudnya jemaah haji yang mandiri serta mendapatkan ibadah yang sah. Keahlian jemaah untuk

16 H. Ali Rokhmad, Manajemen Haji: Membangun Tata Kelola Haji Indonesia, (Jakarta: Media Dakwah, 2016) hal. 143-146.

(46)

32

dapat menguasai serta melakukan tata cara ibadah serta syarat lainnya dengan benar sesuai dengan syariat Islam. Jemaah tidak bergantung kepada pembimbing serta orang lain selama melakukan ibadah haji itulah yang disebut dengan kemandirian jemaah haji.

2. Pembinaan Petugas Haji

Pembinaan ini ditunjukan untuk terciptanya profesionalisme petugas, mempunyai komitmen, pengabdian, serta berakhlakul karimah. Perihal ini sesuai dengan tuntunan warga serta jemaah haji untuk mendapatkan pelayanan sebaik mungkin.

Dalam melaksanakannya diperlukan rekrutmen yang begitu ketat, diadakannya pelatihan serta penstabilan tugas secara tersusun serta berbasis pada pembelajaran kepribadian, job description yang dapat dimengerti serta dilakukannya prinsip koordinasi, integrasi serta sinkronisasi. Perihal ini disebabkan bahwa sukses tidaknya penyelenggaraan haji ini lebih banyak ditetapkan oleh petugas haji, baik yang turut serta menemani jemaah (petugas kloter) ataupun kepanitian di Tanah Air serta di Arab Saudi (PPIH non- kloter), terhitung tenaga musiman yang berasal dari tenaga mukimin Indonesia serta mahasiswa Timur Tengah.

3. Pembinaan Kelompok Bimbingan

Fokus pembinaan ditunjukan terhadap aspek kelembagaan, manajemen, penerapan bimbingan, serta

(47)

sokongan fasilitas, biaya, serta sumber energi manusia. Jumlah serta daya guna aktivitas bimbingan terhadap jemaah haji jadi standar evaluasi kelompok bimbingan. Melalui akreditasi dari Kantor wilayah Departemen Agama Provinsi dapat dilakukannya Evaluasi kinerja kelompok bimbingan haji atau KBIHU. Hasil akreditasi bisa jadi dasar saran pemberian izin operasional/ perpanjangan izin professional KBIHU tiap 3 tahun.

4. Pembinaan PPIU

Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah ataupun yang disingkat dengan PPIU fokus pembinaannya ditunjukan terhadap aspek kelembagaan, SDM pembimbing umrah, proteksi terhadap jemaah umrah. Dapat dilakukannya sebuah pembinaan haji apabila terpenuhinya pemberian izin dan evaluasi kinerja (akreditasi) sebagai dasar pemberian izin PPIU tiap 3 tahun.

5. Pembinaan PIHK

Pembinaan Penyelengaraan Ibadah Haji Khusus atau yang disingkat dengan PIHK, pembinannya fokus diberikan kepada pemberian izin baru, perpanjangan izin operasional, pengawasan, dan pengendalian PIHK. Tugas PIHK ialah menyelenggarakan pembinaan, pelayanan, serta proteksi untuk jemaah haji khusus. Untuk membenarkan perlindungan terhadap jemaah haji khusus, Departemen Agama

(48)

34

sudah melaksanakan kesepahaman dengan pihak kepolisian dalam rangka membagikan proteksi hukum terhadap jemaah haji. Pembinaan PIHK dicoba secara berkala sesuai dengan akreditasi selaku dasar evaluasi kinerja sekaligus jadi prasyarat perpanjangan izin operasional PIHK sehabis 3 tahun.

D. Pengertian Manasik Haji

Kata manasik sendiri merupakan bentuk jamak dari “mansak” yang mempunyai sebuah makna syiar dan perbuatan ibadah haji.17 Sedangkan dalam kamus, istilah haji dan umrah, manasik merupakan hal-hal peribadatan yang berkaitan dengan ibadah haji: melaksanakan Ihram dari miqat yang telah ditentukan, Thawaf, Sa’i, Wuquf di Arafah, Mabit di Muzdalifah, melempar Jumarah, dan lain sebagainya.18

Bekal ilmu manasik sangat penting untuk memahami syarat, rukun, dan wajib haji, tata cara dan pelaksanaan ibadah haji, hukum dan larangan dalam ibadah haji serta filosofi (hukum ibadah) haji. Dengan kesiapan ilmu maka kesulitan ibadah akan menjadi lebih mudah, keraguan akan menjadi yakin, pemahaman yang sempit akan berubah menjadi luas, sikap

17 Dede Imadudin, Mengenal Haji, (Jakarta: PT Mitra Aksara Panaitan, 2011) hal. 18.

18 DR. Sumuran Harahap, Kamus Istilah Haji dan Umrah, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2008), hal. 362.

(49)

ketergantungan akan menjadi kemandirian dalam melaksanakan ibadah haji.19

Haji adalah datang ke Baitullah dan tempat-tampat tertentu untuk melaksanakan serangkaian ibadah pada waktu yang telah ditentukan, dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan.20 Menurut Abdurrahman Jaziri, haji merupakan beberapa amal perbuatan tertentu yang ditunaikan pada masa tertentu, di tempat tertentu, dengan cara tertentu pula.21

Haji adalah ziarah islam tahunan ke Mekkah, kota suci umat islam, dan kewajiban bagi umat islam yang harus dilakukan setidaknya sekali semur hidup mereka oleh semua orang muslim dewasa yang secara fisik dan finansial mampu melakukan perjalanan, dan dapat mendukung keluarga mereka selama ketidakhadiran mereka.22 Agar calon jemaah

dapat melaksanakan ibadah haji maka diperlukannya beberapa syarat, yaitu: a. Islam b. Berakal c. Merdeka d. Baligh

19 Ahmad Kartono, Solusi Hukum Manasik Haji Dalam Permasalahan Ibadah Haji Menurut Empat Mazhab, (Jakarta: Pustaka Cendikiamuda, 2016), hal. 84-85.

20 Kemenag RI dan Majelis Ulama Indonesia, Segala Hal Tentang Haji dan Umrah, (Jakarta: Erlangga), hal. 14.

21 Abdurrahman Jaziri, Kitab Al-Fiqh ‘Ala Al-Madzahib Al-Arba’ah, juz 1, (Beirut: Dar al-Fikr, 1972), hal. 526.

22 Berita di akses pada hari Jumat tanggal 4 November 2020 dari http://id.m.wikipedia.org.

(50)

36

e. Sehat jassmani dan Rohani f. Mampu

Di atas merupakan syarat yang harus dipenuhi, apabila salah satu tidak terpenuhi maka kewajiban untuk menunaikannya akan hilang.23

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manasik haji berarti hal-hal yang berhubungan dengan ibadah haji seperti ihram, tawaf, sa’i, wukuf. Atau dengan kata lain, manasik haji adalah peragaan pelaksaan ibadah haji sesuai dengan rukun-rukunnya atau syarat-syaratnya yang mempunyai kesamaan dengan keadaan disekitar ka’bah.24

Sementara manasik haji menurut Peter Salim dan Yenni Salim adalah “penjelasan dalam bentuk tuntunan atau petunjuk kepada calon jemaah haji tentang cara perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji dengan maksud agar calon jemaah haji dapat melaksanakan seluruh kegiatan ibadah haji secara mandiri dan memperoleh haji yang mabrur”.25

E. Pembinaan Manasik Haji

1. Dasar Pembinaan Manasik Haji a. Berdasarkan Al-Quran dan Hadits

23 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, Cet. Ke-3, hal. 499.

24 Crow dan Crow yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar bimbingan Konseling, hal. 94.

25 Peter Salim dan Yenni salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta, 1980), hal. 814.

(51)

Dalam surat Al Hajj ayat 27 dan 28 Allah berfirman:

ْوُتْأَي ِ جَحلاِب ِساَّنلا يِف ْنِ ذَأ َو

ِ لُك َىلَع َو الااَج ِر َك

ٍقْيِمَع ٍ جَف ِ لُك ْنِم َنْيِتْأَي ٍرِماَض

ٍماَّيَأ ْيِف ِهللا َمْسا ْاو ُرُكْذَي َو ْمُهَل َعِفاَنَم ْاوُدَهْشَيِل

ِماَعْنَلأا ِةَمْيِهَب ْنِ م ْمُهَق َز َر اَم َىلَع ٍتاَم ْوُلْعَّم

“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan atas rizki yang telah diberikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian dari padanya dan sebagian berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir”.

Pembinaan manasik haji sangat diperlukan demi terwujudnya jemaah haji mandiri. Pembinaan ilmu manasik juga sangat penting untuk memahami syarat, rukun, dan wajib haji, tata cara dan proses pelaksanaan ibadah haji, hukum dan larangan dalam ibadah haji serta filosofi (hikmah ibadah) haji.

Imam Nawawi menyatakan dalam kitab Al-Idhah fi Manasik al-Hajj wal-Umrah perihal pentinnya ilmu manasik, yang artinya:

(52)

38

“Maksudnya adalah bahwa setiap orang yang akan melaksanakan haji hendaknya mempersiapkan diri dengan mempelajari bagaimana bagaimana tatacara haji dan ini adalah fardu ain, karena tidak akan benar ibadah seseorang kalau tidak mengetahui tatacaranya. Oleh karena itu disunatkan membawa buku manasik dan dibaca berulang kali selama dalam perjalanan agar ibadah hajinya benar. Dan orang yang tidak memperdulikan dengan cara seperti ini dikhawatirkan dia kembali tanpa haji karena tidak memenuhi ketentuan syarat dan rukun haji. Beberapa banyak orang yang taqlid (hanya mengikuti) kepada sebagian orang-orang awam di Makkah yang dianggapnya mereka mengetahui manasik sehingga menjadi tertipu dan itulah kesalahan yang sangat fatal”.

Dengan kesiapan ilmu manasik maka kesulitan ibadah akan menjadi mudah, keraguan akan menjadi yakin, pemahaman yang sempit akan berubah menjadi luas, sikap ketergantungan akan berubah menjadi kemandirian dalam melaksanakan ibadah haji.26

b. Peraturan Pemerintah

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah untuk melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kepada jemaah berdasarkan asas syariat, amanah, keadilan, kemashlahatan, kemanfaatan, keselamatan, kemanan, progfesionalitas, transparansi

26 Drs. H. Ahmad Kartono, M.Si, Solusi Hukum Manasik Dalan Permasalahan Ibadah Haji menurut Empat Mazhab, (Ciputat: Pustaka Cendikiamuda:2016), hal. 84-85.

(53)

dan akuntabilitas. Maka pembinaan manasik haji sudah jelas diatur dalam peraturan pemerintah. Bagian Hak dan Kewajiban Jemaah Haji pasal 6 ayat 1 pada poin b, menyatakan bahwa calon jemaah haji berhak mendapatkan bimbingan manasik haji dan materi lainnya di tanah air, dalam perjalanan dan di Arab Saudi.

2. Bentuk dan Metode Bimbingan Manasik Haji

Bentuk dan metode merupakan cara kerja yang digunakan untuk memudahkan kita dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan agar tercapai tujuan seperti yang telah ditentukan dan diharapkan. Bentuk dan metode bimbingan manasik haji adalah salah satu jalan untuk mempermudah masuknya pemahaman atau gambaran terkait haji kepada calon jamaah haji.

Bentuk bimbingan diberikan dalam dua sistem yaitu secara kelompok dan massal.

1. Sistem bimbingan kelompok dilaksanakan di kecamatan oleh jajaran Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan. Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua calon jemaah haji dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain

(54)

40

sebagainya. Dan pembicaraan di dalamnya semua bermanfaat untuk seluruh calon jamaah haji. Dalam bentuk bimbingan kelompok dilaksanakan dalam tujuh kali pertemuan.

2. Sistem bimbingan massal dilkasanakan di Kabupaten atau Kota oleh Kementerian Agama Kabupaten atau Kota.27 Bimbingan massal ini dilakukan selama 3 tiga kali pertemuan. Adapun metode yang digunakan dalam bimbingan massal ini hampir sama dengan metode yang dipakai oleh bentuk bimbingan kelompok yang telah disebutkan sebelumnya. Metode bimbingan massal hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Dikarenakan bentuk bimbingan massal ini merupakan bentuk bimbingan umum yang dilaksanakan oleh pihak pemerintah tingkat Kota Kabupaten.

Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan bimbingan manasik haji diantaranya adalah

1. Metode ceramah

Metode ceramah adalah metode pemaparan penjelasan dan penuturan secara lisan oleh pembimbing dihadapkan peserta pelatihan. Metode ceramah dilaksanakan karena jemaah yang hadir relatif besar dan relatif mudahnya dilaksanakan meskipun

27 Departemen Agama RI Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Tuntunan Manasik Haji dan Umrah, (Jakarta, 2019), hal. 9.

(55)

tidak ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Dalam hal manasik haji metode ceramah selalu menjadi metode yang sering digunakan oleh para pembimbing dalam menjelaskan atau menerangkan materi tentang haji.

2. Metode Tanya jawab

Metode Tanya Jawab juga digunakan mengingat peserta jemaah haji yang memerlukan penjelasan yang lebih fokus dalam masalah tematik.28 Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi dua arah dari pembimbing kepada calon jemaah haji atau sebaliknya agar diperoleh jawaban kepastian materi. Dalam metode tanya jawab, pembimbing dan calon jemaah haji sama-sama aktif agar mereka tidak tergantung pada keaktifan pembimbing.

3. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif. Dalam

28 Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang. “Jurnal SMART (Studi Masyarakat, Religi, dan Tradisi)”. Vol. 02 No. 02, (Semarang, 2016), hal. 173.

(56)

42

bimbingan manasik haji metode ini dapat dikatakan baik karena dapat menggali pengetahuan lebih dalam lagi dari para jemaah tentang materi manasik haji yang telah disampaikan.

4. Metode Simulasi

Metode Simulasi merupakan replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat variable yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya. Dalam bimbingan manasik haji, metode simulasi merupakan metode yang tepat untuk mengkondisikan keadaan pada saat berhaji seperti melaksanakan rukun dan wajib haji.

Alasan menggunakan metode simulasi, yaitu29:

a. Teknik ini berguna dalam meningkatkan motivasi peserta dalam pembelajaran.

b. Memberi kesempatan untuk mempelajari masalah dengan metode yang sistematik.

c. Menyajikan kesempatan untuk mempelajari keterampilan tertentu dalam konteks kenyataan yang sebenarnya atau disimulasikan.

29 Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh Jakarta, Modul Pembelajaran Manasik Haji, (2006), hal. 25-26.

(57)

d. Melibatkan peserta untuk membuat berbagai keputusan dan melibatkan dirinya pada sederetan kegiatan.

e. Peserta mempunyai kesempatan untuk mengembangkan rasa empati, rasa tanggung jawab dan keberanian untuk mengambil resiko. 5. Metode Bermain Peran

Metode bermain peran berarti pembelajaran memainkan satu peran tertentu sehingga bermain itu harus berbuat, bertindak dan berbicara seperti peran yang dimainkannya, misalnya yang diperankan calon haji sedang melakukan thawaf, sa’I atau lontar jumroh. Bermain peran sangat mirip dengan simulasi dengan demikian bahwa main peran adalah simulasi tiruan dari perilaku orang yang diperankan.30 Tujuan bermain peran sendiri menumbuhkan dan menghayati berbagai masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanan manasik haji di Arab Saudi.

6. Metode Praktek

Metode Praktek merupakan tindak lanjut metode sebelumnya sekaligus alat ukur sejauh mana calon haji memahami materi bimbingan yang telah disampaikan, praktek dilakukan dengan cara pembimbing menunjukan beberapa calon haji untuk berperan melakukan amalan-amalan ibadah tertentu, calon haji

(58)

44

melihat sambil mendengarkan petunjuk-petunjuk pembimbing.31

3. Manfaat Manasik Haji

Adapun manfaat dari kegiatan manasik haji bagi calon jemaah haji adalah:32

1. Dapat mengetahui tentang doa-doa sunnah mulai dari keluar rumah untuk melaksanakan ibadah haji sampai kembali ke Indonesia dari Makkah.

2. Dapat memberikan pemahaman mana yang wajib, rukun, sunah, dan haram saat melaksanakan ibadah haji.

3. Dapat mengetahui kondisi Makkah dan Madinah yang akan berguna untuk persiapan ibadah haji nantinya. 4. Dapat saling mengenal jemaah lain sehingga saat di

Makkah dapat saling membantu

5. Diajarkan Bahasa Arab untuk percakapan ringan di Makkah nantinya.

31 Ibid, hal. 40

32 Berita di akses pada hari Rabu tanggal 4 November 2020 dari seputarpengertian.blogspot.com

Gambar

Tabel 4.1  :Daftar Video Manasik Haji tahun 2020
Gambar 3.1  :Struktur Organisasi KBIHU Darul Ulum Bogor  Gambar 3.2  :Struktur Personalia KBIHU Darul Ulum Bogor  Gambar 5.1   :Diagram  Jemaah  Bimbingan  Manasik
Gambar 2.1  Bagan Proses Kebijakan

Referensi

Dokumen terkait

– Tipe untuk Bilangan Riil: float, double, long double Tipe untuk Bilangan Riil: float, double, long double – Presisi dan kisaran Presisi dan kisaran. » terlalu kecil, ada

Profitabilitas memiliki efek significant negatif pada terjadinya Fraud laporan keuangan, karena semakin mengecil tingkat keuntungan yang dicapai oleh suatu entitas, maka akan

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui pengaruh disiplin kerja dan loyalitas terhadap kinerja pegawai di Polresta Malang Kota dan untuk mengetahui apakah

Apabila dilihat dari penggunaan tanda baca titik (.) seperti yang dijelaskan oleh Wijana (1996: 32) sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada data tuturan menegaskan di

[BT+BM:(1+1)x(3x60”)] eLearning: idea.telkomuniversity.ac.id 6 Mampu menjelaskan tentang pelabuhan • Ketepatan menjelaskan pelabuhan • Ketepatan menjelaskan tipe pelabuhan

Untuk mengetahui hasil pembakaran yang terjadi pada elektroda busi mesin otto dengan penambahan turbocharger-catalytic converter berbahan bakar premium dan biogas yang berasal

Figur 3.8 Andel kvinner blant vitenskapelig/faglig personale ved enheter identifisert med utdanningsforskningsaktivitet i UoH-sektoren etter stilling og kjønn i 1997, 2001 og 2005I.