• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rusdani Hasibuan A SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Rusdani Hasibuan A SKRIPSI"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MACET PADA KREDIT USAHA PERDESAAN ( KUPEDES ) YANG TERKAIT SEKTOR

AGRIBISNIS

(Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

SKRIPSI

Rusdani Hasibuan A14104610

PROGRAM SARJANA EKTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2010

(2)

RINGKASAN

RUSDANI HASIBUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kredit Macet Pada Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) Yang Terkait Sektor Agribisnis. Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia,Tbk Unit Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLIA)

BRI Unit Cijeruk sebagai lembaga perantara keuangan pedesaan telah menjalankan fungsinya melalui penyaluran Kupedes pada masyarakat.

Pencapaiaan penyaluran kredit BRI Unit Cijeruk cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2000 penyaluran kredit melebihi target anggaran, namun pada tahun-tahun berikutnya BRI Unit Cijeruk tidak mampu mencapai target.

Penurunan pencapaian penyaluran kredit tersebut diduga karena ketidaklancaran pengembalian kredit. Pada tahun 2008 jumlah nasabah Yang mengalami penuggakan kredit usaha pedesaan di BRI Unit Cijeruk mengalami peningkatan sebesar 9,7 persen yaitu dari 149 orang menjadi 165 orang. Pada gambar I terlihat perkembangan jumlah penunggak kupedes BRI unit Cijeruk dari tahun 2004 sampai 2008.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi debitur untuk mengembalikan tunggakan Kupedes ( kredit macet ) adalah usia, pendidikan, tanggungan keluarga, jumlah pembinaan, jarak rumah debitur dengan BRI, pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, beban bunga, dan omset usaha. Variabel respon dalam hal ini terdiri dari dua alternatif pilihan yaitu debitur yang masih dapat mengangsur tunggakan Kupedes (1) dan Debitur yang tidak dapat mengangsur tunggakan (o).

Pada tingkat kepercayaan 90 persen (α = 0,10), nilai uji G untuk model regresi logistik ini adalah 48,535 dengan nilai P = 0,000. Hal ini berarti tolah H0 atau minimal ada satu nilai βi tidak sama dengan nol. Dapat disimpulkan bahwa minimal satu di antara variabel usia, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, jumlah pembinaan, pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, beban bunga, jarak rumah debitur dengan BRI, omset usaha, nilai agunan dan pengalaman kredit berpengaruh nyata terhadap pengembalian tunggakan Kupedes ke BRI Unit Cijeruk.

Dari hasil pengolahan dengan menggunakan regresi logistik dapat diketahui variabel-variabel yang berpengaruh nyata (signifikan) dan yang tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap pengembalian tunggakan Kupedes. Identifikasi variabel yang signifikan dapat dilihat dari nilai P dari variabel yang bersangkutan.

Jika nilai P suatu variabel lebih kecil dari 10 persen (P < 0,10) maka variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kupedes. Demikian juga sebaliknya, jika nilai P suatu variabel lebih besar dari 10 persen (P > 0,10) maka variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap pengembalian Kupedes.

Variabel-variabel signifikan yang memiliki pengaruh nyata terhadap pengembalian tunggakan Kupedes pada BRI Unit Cijeruk adalah varibel Usia, variabel tingkat pendidikan dan variabel nilai agunan. Hal ini dapat dilihat dari nilai P dari variabel-variabel tersebut yaitu 0,079, 0,081 dan 0,060 dimana nilai masing- masing variabel tersebut lebih kecil dari 10 persen ( P < 0,10 ), Sedangkan variabel independent yang tidak signifikan pengaruhnya dimana nilai P dari masing masing variabel lebih besar dari 10 persen ( P>0,10 ) yaitu jumlah

(3)

tanggungan keluarga, pembinaan, jarak rumah dengan BRI Unit, pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian kredit, beban bunga, omzet usaha dan pengalaman kredit.

Koefisien variabel usia dari hasil regresi logistik adalah negatif, artinya bertambahnya usia responden menyebabkan responden semakin tidak lancar dalam pengembalian tunggakan Kupedes. Hal ini mematahkan hipotesis awal yang menyatakan bahwa usia memiliki pengaruh positif terhadap peluang pengembalian kredit. Semakin tua usia responden membuat responden semakin tidak produktif dalam mengembangkan usahanya sehingga pendapatannya tidak mencukupi untuk membayar kewajibannya terhadap pihak BRI Unit Cijeruk.

Hubungan variabel usia adalah signifikan karena nilai P variabel usia lebih kecil dari 10 persen ( P < 0,10 ). Nilai P variabel usia tersebut sebesar 0,079 sehingga cukup bukti untuk mengatakan bahwa usia berpengaruh nyata terhadap pengembalian tunggakan Kupedes. Hal ini berarti usia debitur memberikan pengaruh pada pengembalian Kupedes BRI. Nilai odd ratio untuk variabel usia sebesar 0,39 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian tunggakan Kupedes bila terdapat perbedaan usia.

Variabel tingkat pendidikan dari hasil regresi logistik memiliki nilai koofisien yang negatif, artinya semakin tingginya tingkat pendidikan responden menyebabkan responden semakin tidak lancar dalam pengembalian tunggakan kupedes. Hal ini mematahkan hipotesis awal bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap peluang pengembalian kredit. Semakin tinggi tingkat pendidikan menyebabkan responden semakin mengerti dan memahami tentang sistem perkreditan sehingga responden mencari celah untuk menunggak kewajibannya terhadap pihak BRI Unit Cijeruk.

Hubungan variabel tingkat pendidikan signifikan karena nilai P variabel tingkat pendidikan lebih kecil dari 10 persen (P < 0,10). Nilai P variabel tingkat pendidikan tersebut adalah sebesar 0,081 sehingga cukup bukti untuk menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian tunggakan kupedes. Walaupun variabel tingkat pendidikan signifikan, tetapi jika dilihat dari nilai odd ratio untuk variabel tersebut yaitu sebesar 0,09 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian kredit bila tingkat pendidikan responden berbeda, karena nilai odd ratio jauh dari 1.

Hasil analisis regresi logistik untuk variabel nilai agunan memiliki koefisien bernilai positif, artinya semakin besar nilai agunan responden menyebabkan responden semakin lancar dalam pengembalian tunggakan Kupedes. Hal ini sejalan dengan hipotesis awal bahwa nilai agunan berpengaruh positif terhadap pengembalian kredit.

Hubungan variabel nilai agunan signifikan karena nilai P variabel nilai agunan kurang dari 10 persen ( P > 0,10 ) yaitu 0,060. Hubungan antara variabel nilai agunan dengan pengembalian tunggakan Kupedes dilihat dari nilai odds ratio untuk nilai agunan adalah 1,00. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk peluang pengembalian tunggakan Kupedes bila omset usaha responden berbeda, karena odd ratio adalah 1

(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT MACET PADA KREDIT USAHA PERDESAAN ( KUPEDES ) YANG TERKAIT SEKTOR

AGRIBISNIS

(Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Rusdani Hasibuan A14104610

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian-Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2010

(5)

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Perdesaan (Kupedes) yang terkait Sektor Agribisnis (Kasus PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Cijeruk, Kota Bogor, Jawa Barat)

Nama : Rusdani Hasibuan

NRP : A14104610

Disetujui, Pembimbing

Ir. Netti Tinaprillia, MM.

NIP. 19690410 199512 2 001

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian.

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 19571222 198203 1 002

Tanggal Lulus Ujian

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Perdesaan (KUPEDES) yang terkait Sektor Agribisnis (Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2010

Rusdani Hasibuan A14104610

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung pada 2 Juni 1983, sebagai anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak R. Hasibuan S.Pd. dan Ibu T. Nainggolan.

Penulis bernama Rusdani Hasibuan.

Dalam bidang pendidikan, penulis telah menempuh jenjang pendidikan SD Negeri I Pesisir Tengah KRUI Lampung Barat selesai pada tahun 1995, pendidikan SMP Negeri 2 Pesisir Tengah KRUI Lampung Barat pada tahun 1998, kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMU Negeri I Pesisir Tengah KRUI Lampung Barat dan selesai pada tahun 2001.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2001 sebagai mahasiswa program diploma 3 program studi manajemen agribisnis departemen sosial ekonomi pertanian fakultas pertanian dan selesai pada tahun 2004. Tahun 2005, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama menempuh pendidikan S1, penulis juga bekerja di PT. Mandala Multifinance Tbk Cabang Bogor sebagai credit analyst dan sejak tahun 2008 penulis menjabat sebagai Koordinator Kredit Pembiyaan Multiguna pada perusahaan yang sama.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendak dan segala rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Perdesaan (Kupedes) yang terkait Sektor Agribisnis (Kasus PT.

Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat).

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pola pengembalian kredit usaha perdesaan sektor agribisnis di BRI Unit Cijeruk, khususnya terhadap pengembalian kredit macet dengan menggunakan analisis regresi logistik.

Penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat serta masukan bagi berbagai pihak terutama bagi BRI Unit Cijeruk dalam mempertimbangkan pemberian kredit bagi calon debitur.

Bogor, Maret 2010 Rusdani Hasibuan

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak kesulitan dan rintangan yang harus dihadapi, namun berkat kemurahan Tuhan Yang Maha Esa, penulis senantiasa menerima petunjuk, bimbingan, dorongan moril, dan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan tulus, ikhlas, dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut berperan dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain :

1. Tuhan Pencipta Alam semesta, atas Kasih dan Rahmat yang digoreskan dalam kehidupanku.

2. Ir. Netti Tinaprilia, MM sebagai dosen pembimbing pada penulisan skripsi ini.

3. Para dosen dan seluruh staf pekerja di Institut Pertanian Bogor.

4. Papa dan mama, teruntuk abang dan adik-adikku, terimakasih atas kasih dan dukungannya. Juga untuk semua sanak saudaraku yang peranannya sangat besar dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Pimpinan dan karyawan BRI Unit Cijeruk serta seluruh responden nasabah BRI Unit Cijeruk yang telah bersedia memberikan informasi dan kerjasama yang baik.

6. Teman-teman mahasiswa Ekstensi MAB, dan rekan lainnya yang turut memberikan semangat dan dukungan

7. Terima kasih juga kepada mereka yang selalu mendukung menjadi sarjana yang belum disebut satu per satu. Semoga Tuhan Menbalas semua kebaikan ini.

Bogor, Maret 2010 Rusdani Hasibuan

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Ruang Lingkup... 7

II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 1

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 15

3.2.Bank dan Kredit ... 17

3.2.1 Pengertian Bank ... 17

3.2.2 Fungsi Bank ... 17

3.3 Pengertian Kredit ... 18

3.3.1 Arti Kredit ... 18

3.3.2 Unsur-Unsur Kredit ... 20

3.4.Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) BRI ... 21

3.3.1 Pengertian Kupedes ... 21

3.3.2 Jenis Kupedes ... 23

3.3.3 Syarat-syarat Calon Nasabah Kupedes ... 24

3.3.4 Agunan Kupedes ... 26

3.3.5 Manfaat Kredit ... 27

3.3.6 Prinsip Penilaian Kredit ... 28

3.4 Usaha Mikro Kecil dan Menengah ... 30

3.5 Kerangka Pemikiran Operasional ... 33

3.6 Hipotesis Penelitian ... 37

IV METODE PENELITIAN ... 38

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 38

4.3 Metode Pengambilan contoh ... 38

(11)

4.4 Metode Pengolahan Data ... 39

4.4.1 Analisis Deskriptif ... 39

4.4.2 Analisis Regresi Logistik ... 40

4.5 Definisi Operasional ... 42

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 43

5.1 Gambaran Umum BRI Unit Cijeruk ... 43

5.2 Karakteristik Usaha Responden ... 47

VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBALIAN KUPEDES PADA BRI UNIT CIJERUK ... 49

6.1 Hubungan Karakteristik Individu dan Karakteristik Usaha Dengan Peluang pengembalian Tunggakan Kupedes Pada BRI Unit Cijeruk ... 49

6.1.1 Peluang Pengembalian Tunggakan Kupedes pada BRI Unit Cijeruk Berdasarkan Karakteristik Individu Responden 49 6.1.2 Peluang Pengembalian Tunggakan Kupedes Pada Bank Rakyat Indonesia Unit Ciomas Berdasarkan Karakteristik Usaha Responden ... 54

6.2 Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Tunggakan Kupedes pada BRI Unit Cijeruk .... 57

6.3 Implikasi Manajerial ... 64

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

7.1 Kesimpulan ... 66

7.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN ... 71

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor . Halaman

1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun 2003-2008 ... 1

2. Pencapaian Penyaluran Kupedes BRI Unit Cijeruk Tahun 2002-2007 ... 4

3. Karakteristik Individu Penunggak Kupedes Bank Rakyat Indonesia Unit Cijeruk ... 45

4. Karakteristik Usaha Penunggak Kupedes Bank Rakyat Indonesia Unit Cijeruk ... 47

5. Sebaran Responden Berdasarkan Usia ... 50

6. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 51

7. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga 52 8. Sebaran Responden Berdasarkan Pembinaan ... 53

9. Sebaran Responden Berdasarkan Jarak Rumah ... 53

10. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha ... 54

11. Sebaran Responden Berdasarkan Jangka waktu pengembalian kredit ... 55

12. Sebaran Responden Berdasarkan Beban Bunga ... 55

13. Sebaran Responden Berdasarkan Omset Usaha ... 56

14. Sebaran Responden Berdasarkan Nilai Agunan ... 56

15. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman kredit ... 56

16. Hasil Pengolahan Regresi Logistik Mengenai faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengembalian Tunggakan Kupedes Pada BRI Unit Cijeruk ... 58

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Perkembangan Jumlah Penunggak Kupedes BRI Unit

Cijeruk Tahun 2004-2008 ... 5 2. Pengembalian Pinjaman Berdasarkan Suku Bunga Yang

Berlaku ... 16 3. Suply dan Demand Pinjaman ... 16 4. Kerangka Pemikiran Operasional ... 36

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Olahan Regresi Logistik ... 71

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian penduduknya bekerja di sektor pertanian. Saat ini keberpihakan pihak-pihak pemodal atau Bank baik pemerintah maupun swasta kurang memberi perhatian dalam membangun pondasi pendanaan bagi berkembangnya sektor di bidang pertanian.

Sektor perbankan merupakan bagian lembaga pendukung dalam subsistem agribisnis. Kurangnya dukungan terhadap sektor pertanian khususnya dalam penyediaan pinjaman modal usaha, diduga menjadi salah satu faktor penyebab kurang majunya sektor pertanian yang ada di Indonesia selama ini. Selain itu, ketidaktahuan petani/pengusaha kecil mengenai prosedur peminjaman modal melalui lembaga keuangan membuat sektor pertanian semakin kesulitan dalam memperoleh modal.

Pada tahun 2008, kredit perbankan yang telah disalurkan pada dunia usaha termasuk pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah Rp 1.032 miliar.

Tabel 1 menyajikan data penyaluran kredit perbankan tahun 2003-2008.

Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun 2003-2008 (Rp Miliar).

No Sektor 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 Pertanian 24.376 32.376 35.072 37.768 40.464 43.16 2 Pertambangan 5.061 7.73 9.429 11.128 12.827 14.526 3 Perindustrian 123.035 143.603 168.13 192.657 217.184 241.711 4 Perdagangan 84.257 111.035 129.278 147.521 165.764 184.007 5 Jasa-jasa 89.129 107.858 132511 157.164 181.817 206.47 6 Jasa lain 112.063 150.946 198.822 246.698 294.574 342.45 437.921 553.548 673.242 792.936 912.631 1.032.324 Jumlah

Sumber : Bank Rakyat Indonesia, 2008

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa penyaluran kredit pada sektor pertanian jauh lebih kecil dibandingkan dengan sektor lainnya kecuali sektor pertambangan.

Dari total penyaluran kredit perbankan pada tahun 2008, hanya 4,2 persen yang disalurkan untuk sektor pertanian. Penyaluran kredit perbankan pada semua sektor secara umum mengalami peningkatan setiap tahun. Pada sektor pertanian,

(16)

mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 79,82 persen. Pada tahun 2003 penyaluran kredit adalah Rp. 24,3 miliar meningkat menjadi Rp.43 miliar pada tahun 2008.

Sesuai data dari BANK INDONESIA (BI), bahwa sekitar 30 juta pelaku usaha kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) hingga saat ini belum terjangkau kredit Bank. Hal ini didasarkan bahwa nasabah UMKM yang memiliki rekening di Bank hanya sekitar 19 juta nasabah, dari total jumlah UMKM yang mencapai 48 juta, sehingga berimplikasi terhadap belum maksimalnya akses UMKM terhadap perbankan.

Untuk merealisasikan dana yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha kecil maupun mikro maka diperlukan peranan dari lembaga keuangan, dimana fungsi dari lembaga financial adalah sebagai intermediasi yang menghubungkan peranan perbankan dengan unit-unit usaha mikro, kecil, menengah dan besar dengan cara menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada sektor usaha yang produktif. Melalui fungsi tersebut dana yang tidak produktif diolah menjadi dana yang dapat meningkatkan produktifitas atau profit dari unit-unit usaha.

Penghimpunan dana dari masyarakat dilaksanakan dengan cara menyediakan suatu deposito, tabungan, dan kredit sebagai suatu wadah penyaluran dana yang dialokasikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana.

Sejumlah bank, termasuk bank asing, kini memang fokus membidik segmen UMKM. Setelah PT Bank Danamon Tbk membuka Danamon Simpan Pinjam, BTPN, Rabobank, Bank Mega Syariah, dan Bank Mandiri juga makin gencar membuka unit usaha mikronya. Namun Bank tersebut meskipun kuat dalam permodalan dan pendanaan masih cukup sulit untuk menjangkau nasabah-nasabah di pelosok. Salah satu lembaga keuangan yang memiliki perhatian lebih besar terhadap usaha kecil dan mikro serta sektor pertanian adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). Program unggulan BRI dalam rangka membantu penyediaan modal usaha mikro adalah Kredit Umum Perdesaan (Kupedes). Kupedes disalurkan melalui BRI Unit yang tersebar di desa maupun di kota diseluruh Indonesia agar mudah terjangkau oleh masyarakat dan usaha mikro.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu Bank yang memfokuskan pangsa pasarnya pada UMKM. BRI telah mendapatkan penghargaan The Best and

(17)

The Largest commercial Microfinance Program di dunia. BRI unit telah menjadi benchmark untuk perkembangan commercial microfinance yang berkelanjutan dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip bisnis. Untuk tetap mempertahankan sustainability BRI mempunyai strategi khusus untuk membidik nasabah terutama lapisan bawah.

BRI telah diakui secara internasional sebagai salah satu bank terbaik dan sukses dalam pelayanan yang terfokus pada keuangan mikro. Keberhasilan BRI tersebut ditunjang oleh jaringan yang kuat dengan keberadaan sebanyak 4049 BRI Unit pada tahun 2005 telah tersebar dipelosok perdesaan yang khusus melayani nasabah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Sebanyak 800 kantor unit BRI yang ada sudah melakukan trensaksi secara online. Konsep BRI unit ini dimunculkan pada tahun 1970 dengan dasar pemikiran untuk membantu pemerintah dalam menyelesaikan program kecukupan beras dalam rangka mengatasi masalah kelaparan dan mengurangi kemiskinan. Total kredit BRI untuk UMKM mencapai Rp 10 triliun pada tahun 2003 dan Rp 13 triliun pada tahun 2004, merupakan nilai kredit paling tinggi yang diberikan sebuah Bank kepada sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Salah satu produk dari BRI adalah kredit usaha pedesaan (Kupedes) yang diberikan kepada sektor UMKM. Dalam perjalanannya, kredit yang diberikan BRI melalui Kupedes tidak semuanya lancar. Sebagian para pengusaha kecil ada yang tidak mampu mengembalikan kredit tepat waktu (macet). Manajemen UMKM yang kurang baik dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya kemacetan dalam pengembalian kredit. Menurut Hidayati (2003) pengusaha kecil mempunyai beberapa ciri antara lain umumnya masih belum profesional dan memerlukan bimbingan dalam segala bidang. Mereka biasanya belum atau bahkan tidak memiliki sistem informasi yang tertata dengan baik ataupun teratur, baik yang menyangkut masalah keuangan maupun manajemen. Ciri pengusaha kecil tersebut akan mempengaruhi pengelolaan perputaran uang dalam menjalankan usahanya.

(18)

1.2 Perumusan Masalah

Penyaluran Kupedes oleh BRI dimulai setelah pemerintah menghentikan Bimbingan Massal (BIMAS) pada bulan April 1985. Berdasarkan data Kementerian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) tahun 2006, jumlah usaha mikro mencapai 47 juta dan usaha menengah 106.000. Sektor UMKM selama ini belum banyak mendapatkan perhatian dari sisi pemodalan dari pihak perbankan.

Hal ini dikarenakan sektor ini tergolong mempunyai resiko tinggi dengan tingkat pengembangan yang rendah sehingga pihak perbankan masih menganggap sektor ini kurang memberikan keuntungan.

Pihak perbankan umumnya memandang pembiayaan ke sektor UMKM akan menimbulkan potensi kredit macet yang cukup besar, namun pada kondisi krisis ekonomi ternyata sektor inilah yang tetap bertahan dan justru semakin berkembang Dengan meningkatnya usaha-usaha mikro, kecil dan menengah mengakibatkan tumbuhnya persaingan yang ketat sehingga suatu perusahaan harus memiliki pondasi yang kuat seperti modal yang besar yang dapat digunakan untuk menjalankan perusahaan, serta mengembangkan dan mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas produk.

BRI Unit Cijeruk sebagai lembaga perantara keuangan pedesaan telah menjalankan fungsinya melalui penyaluran Kupedes pada masyarakat. Pencapaiaan penyaluran kredit BRI Unit Cijeruk cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2002 penyaluran kredit melebihi target anggaran, namun pada tahun-tahun berikutnya BRI Unit Cijeruk tidak mampu mencapai target tersebut. Pencapaian penyaluran Kupedes BRI Unit Cijeruk tahun 2002-2007 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pencapaian Penyaluran Kupedes BRI Unit Cijeruk Tahun 2002-2007 Realisasi Penyaluran penyaluran Pencapaian

(Rp) (Rp) (%)

1 2002 6.003.301.800 5.491.031.000 100.93

2 2003 6.836.173.450 7.523.124.000 90.86

3 2004 8.245.695.300 7.994.262.820 103.79

4 2005 7.947.826.400 9.520.000.000 83.45

5 2006 9.322.015.450 10.948.866.400 85.14

6 2007 10.792.183.000 11.373.000.000 94.89

Tahun No

Sumber : BRI Unit Cijeruk, 2008.

(19)

Penurunan pencapaian penyaluran kredit tersebut diduga karena ketidaklancaran pengembalian kredit. Pada tahun 2008 jumlah nasabah yang mengalami penuggakan kredit usaha pedesaan di BRI Unit Cijeruk mengalami peningkatan sebesar 9,7 persen yaitu dari 149 orang menjadi 165 orang.

Semakin meningktnya jumlah permintaan kupedes, semakin besar resiko yang ditanggung oleh pihak BRI dimana kemungkinan terjadinya penunggakan dalam pembayaran angsuran yang akan mengakibatkan kredit macet (Non Performing loan). Tingginya persentase NPL akan membawa dampak negatif dalam perkembangan BRI, besar maksimal NPL adalah sebesar 3 persen. Di BRI unit Cijeruk NPL pada Oktober 2009 kup tinggi yaitu sebesar 3.5 persen.

adanya peningkatan kredit macet, sehingga pihak BRI Unit Cijeruk lebih berhati- hati dalam penyaluran kredit.

Gambar I. Perkembangan jumlah penunggak kupedes BRI unit Cijeruk dari tahun 2004 sampai 2008.

Sumber : BRI Unit Cijeruk, 2008

Kredit yang telah disalurkan akan mendapat pengawasan dari pihak pemberi kredit. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi setelah kredit tersebut disalurkan, yaitu pelunasan kredit, pengajuan tambahan kredit dan kredit yang bermasalah.

Kinerja suatu BRI Unit dilihat dari tercapai atau tidaknya target-target yang telah

(20)

ditetapkan oleh masing-masing BRI Cabang. Target-target yang harus dipenuhi antara lain adalah target jumlah pinjaman, target jumlah simpanan. Besarnya Non Performing Loan (NPL) dan target Laba/Rugi. Non Performing Loan (NPL) adalah kredit yang tidak memberikan penghasilan bagi Bank yang merupakan suatu faktor yang mengindikasikan besarnya tunggakan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diperoleh perumusan masalah yang akan dibahas berkaitan dengan tingkat pengembalian kupedes BRI unit Cijeruk pada sektor agribisnis adalah:

1. Bagaimana karakteristik nasabah secara umum yang mengalami kemacetan?

2. Apakah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit pada sektor agribisnis yang mengalami kemacetan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi karakteristik nasabah Kupedes secara umum pada sektor agribisnis yang mengalami kemacetan/penunggakan.

b. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian Kupedes nasabah pada sektor agribisnis yang mengalami kemacetan/penunggakan.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi :

1. Kegunaan Teoritis :

a. Pihak Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Cijeruk, yakni sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan/gambaran tentang keadaan perkreditan khususnya serta bermanfaat dalam penentuan kebijakan selanjutnya.

b. Bagi penulis, sebagai upaya untuk peningkatan wawasan, pengetahuan dan pengalaman praktisi dalam bidang perbankan. Serta sebagai bahan referensi dan studi perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

c. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai perkreditan usaha pedesaan, serta dapat dijadikan

(21)

sebagai gambaran bagi penelitian lainnya dalam penulisan skripsi yang sama.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu saran dan masukan sebagai dasar untuk perbaikan dan pengembangan terhadap kredit usaha pedesaan, serta untuk membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada PT.

Bank Rakyat Indonesia.

1.5 Ruang Lingkup

Keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori dan supaya penelitian ini lebih mendalam, maka penelitian ini difokuskan untuk membahas mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian tunggakan Kupedes (kredit macet) pada sektor pertanian yang terjadi di BRI Unit Cijeruk. Sektor agribisnis yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi sektor pertanian on farm dan off far

(22)

II TINJAUAN PUSTAKA

Penilaian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit sudah banyak dilakukan sebelumnya, baik pada kredit yang disalurkan oleh lembaga keuangan (bank) maupun kredit melalui Koperasi Unit Desa. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan, Fridawati (1995), Hermawan (1995), Sarianti (1998), Muhardini (1999), Hidayati (2003), Panggabean (2005), Mardianingsih (2006), Safitri (2007), Gustiani (2007), Taufiq(2007).

Fridawati (1995) melakukan penelitian tentang Analisis Peluang Pengembalian Kredit (Repayment) pada Kredit Usaha Tani kasus pada KUD Sari Mukti dan KUD Timbul Jaya, Kabupaten Serang, Jawa Barat. Hasil penelitian berdasarkan keragaan KUT diketahui bahwa jumlah KUT di Kabupaten Subang cenderung mengalami penurunan. Penurunan terjadi karena adanya tunggakan KUT pada KUD-KUD.

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai peluang pengembalian kredit untuk KUD Sari Mukti adalah 0,2702. Artinya, pada KUD Sari Mukti terdapat peluang sebesar 27,02 persen bahwa anggota akan mengembalikan kreditnya.

Sedangkan pada KUD Timbul Jaya, nilai pengembalian kreditnya adalah nol yang berarti tidak terdapat peluang bahwa anggota akan mengembalikan kreditnya.

Terbukti bahwa nilai peluang untuk KUD yang berhasil akan lebih besar dari nilai peluang untuk KUD yang kurang berhasil.

Selain nilai peluang obyektif, terdapat peluang yang bersifat kualitatif. Peluang kualitatif merupakan hasil analisis lingkungan eksternal yang mencakup opportunity dan threat. Peluang kualitatif dapat ditelaah dari lingkungan terkendali, lingkungan industri, dan lingkungan operasi KUD, dimana setiap unsur dalam masing-masing lingkungan dapat menjadi ancaman maupun peluang bagi KUD yang bersangkutan.

Penelitian Hermawan (1995) tentang Analisis Faktor-faktor Ekonomi dan Non Ekonomi Terhadap Tingkat Pengembalian Kredit Tebu Rakyat Intensifikasi di Tingkat Petani pada Musim Tanam 1993/1994. Penelitian ini menggunakan metode analisis ekonometrik. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh positif/nyata terhadap tingkat pengembalian kredit TRI diantaranya adalah faktor luas lahan, produktivitas usahatani TRI, pendapatan diluar usahatani TRI, umur, dan tingkat pendidikan petani. Sedangkan faktor jumlah musim tanam

(23)

dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negative terhadap tingkat pengembalian kredit TRI.

Penelitian Sarianti (1998) berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit petani plasma pada proyek PIR-BUN Cikaso (Studi kasus pada proyek PIR-BUN Cikaso-Agrabinta, plasma PIR-BUN Cikaso Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat). Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa besarnya pendapatan usahatani kelapa hybrida yang diperoleh petani plasma tidak mencukupi untuk melunasi angsuran kredit karena pendapatan yang diperoleh jauh dari pendapatan minimal yang diharapkan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan petani untuk mengembalikan kredit yang dianalisis dengan regresi berganda adalah pendapatan usahatani kelapa hybrida per tahun, nisbah pendapatan usahatani dengan permintaan total rumah tangga, nisbah cicilan kredit dengan penerimaan tunai rumah tangga per bulan, serta nisbah pengeluaran usahatani kelapa hybrida dengan penerimaan tunai rumah tangga.

Variabel-variabel yang berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit dari hasil analisis regresi berganda adalah frekuensi panen dalam setahun, pengalaman berusahatani kelapa, pendapatan usahatani kelapa hybrida, nisbah pengeluaran usahatani dengan penerimaan tunai rumah tangga dan pengeluaran keluarga. Sedangkan variabel yang berpengaruh negatif adalah tingkat pendidikan, nisbah total pendapatan kelapa hybrida dengan penerimaan total, cicilan kredit dengan penerimaan kredit perbulan.

Penelitian yang dilakukan Muhardini (1999) berjudul analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit motorisasi nelayan di Kelurahan Pelabuhan Ratu, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Daerah Tingkat II Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kredit motorisasi, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nelayan dalam mengembalikan kredit motorisasi, dan melihat sejauh mana peningkatan usaha nelayan penerima kredit motorisasi. Adapun alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi logit dan analisis lintasan.

Hasil penelitiannya dengan analisis logit menunjukkan bahwa terdapat empat faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit motorisasi nelayan,

(24)

yaitu pengalaman usaha penangkapan, asset, tagihan kredit, dan hubungan antara pengalaman usaha penangkapan dan asset terhadap pola pengembalian kredit motorisasi nelayan adalah negative, sedangkan tagihan kredit hubungan personal memiliki hubungan positif.

Berdasarkan hasil analisis lintasan diketahui semua variabel sosial ekonomi berpengaruh langsung terhadap tingkat pengembalian kredit motorisasi nelayan.

Variabel tersebut adalah umur, pengalaman usaha penangkapan, jarak dari rumah nelayan ke KCD, asset, modal, pendidikan formal, jumlah tanggungan, frekuensi penyuluhan, status pengusahaan kapal/perahu, tagihan kredit, dan hubungan personal. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa sebagian besar (54,55 persen) penerima kredit motorisasi memperoleh peningkatan pendapatan, sedangkan sisanya tidak memperoleh peningkatan pendapatan.

Hidayati (2003) melakukan penelitian yang berjudul perilaku pengusaha kecil dan menengah dalam menggunakan dan mengembalikan kredit; kasus pada Kredit Umum Perdesaan di BRI Unit Pasar Blok A Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola penggunaan dan pola pengembalian kredit pada UKM, melihat hubungan antara pola penggunaan dan pola pengembalian serta manfaat kredit, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola penggunaan dan pengembalian kredit. Untuk melihat hubungan antara variabel-variabel yang diamati digunakan uji Rank Spearman, dan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pola penggunaan dan pengembalian kredit digunakan analisis regresi logistik.

Dari hasil penelitiannya disebutkan bahwa pola penggunaan kredit berhubungan dengan pola pengembalian kredit. Dari 23 responden yang menggunakan kredit sesuai dengan usahanya, sebanyak 21 responden mengembalikan kreditnya secara lancar. Berdasarkan hasil penelitian tentang pola pengembalian kredit disebutkan bahwa faktor karakteristik individu yang berpengaruh nyata terhadap pola pengembalian kredit adalah umur. Semakin tua umur pengusaha maka akan semakin tidak lancar pengembalian kreditnya. Hal ini disebabkan karena para responden berumur muda memiliki gairah yang tinggi dalam berusaha. Adapun dari faktor karakteristik usaha yang berpengaruh nyata terhadap pola pengembalian kredit adalah pengalaman mengambil kredit. Semakin sering pengusaha mengambil kredit

(25)

maka akan semakin tidak lancar pengembalian kreditnya. Hal ini karena semakin sering mengambil kredit akan meningkatkan pengalaman dalam peminjaman dan lebih berani mengambil resiko jika menunggak.

Penelitian Panggabean (2005) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan tunggakan Kupedes pada nasabah BRI cabang Iskandar Muda Medan, menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh BRI secara dominan dalam memberikan kupedes adalah kemampuan nasabah dalam melakukan usahanya adalah capacity dan character. Mengingat target kupedes adalah usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Alat analisis yang digunakan untuk meneliti faktor yang mempengaruhi permintaan adalah regresi linier berganda dengan menggunakan double log.

Faktor yang menjadi penyebab tunggakan sangat typical, beragam dan conditional pada masing-masing nasabah, sehingga tidak bisa digeneralisasi. Secara umum dari tiga kelompok usaha yang dianalisis (pertanian, perdagangan, dan industri) secara mendasar disebabkan penyimpangan penerimaan dan pengeluaran rumah tangga. Usaha-usaha yang memiliki capacity atau kemampuan usaha yang paling baik dan telah memiliki pengalaman dalam meminjam kupedes adalah usaha- usaha yang memiliki resiko menunggak paling kecil. Sektor usaha perdagangan juga merupakan sektor usaha dengan resiko paling kecil, sehingga memiliki akses yang cepat dalam menerima kredit. Penelitian tersebut dianalisis dengan menggunakan tabulasi yang akan menunjukkan kondisi keuangan rumah tangga dan usaha nasabah serta melihat seluruh pemasukan dan pengeluaran rumah tangga.

Mardianingsih (2006), mengenai analisis penyaluran dan pengembalian kredit dana bergulir sebagai modal pendanaan usaha mikro di wilayah pembangunan Bogor Barat menunjukkan bahwa sasaran utama yang dituju dari program dana bergulir Raksa Desa ini adalah usaha mikro, kecil atau menengah (UMKM) yang memiliki usaha produktif dan menguntungkan.

Fakto-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pengembalian adalah umur dengan p-value nya 0.001 , pengalaman berusaha dengan p-value nya 0.000, pendapatan dengan p-value nya 0.004, besar kredit dengan p-value nya 0.099, dan realisasi kredit dengan p-value nya 0.048 sehingga direkomendasikan antara lain : (1) kegiatan penyuluhan hendaknya dilakukan secara rutin dengan metode yang

(26)

tepat untuk menghindari penyalahgunaan pinjaman, (2) diperlukan wadah pertemuan rutin bulanan antara pengurus dan anggota, dengan harapan dapat menjadikan alat kontrol terhadap program Raksa Desa sehingga meminimalkan permasalahan di lapangan, (3) hendaknya mempertimbangkan hal-hal seperti umur, pengalaman usaha, pendapatan usaha, besar kredit yang akan diberikan, dan jangka waktu realisasi kredit, yang diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit, jika akan membuat program baru yang sejenis dimasa yang akan datang, (4) seluruh instrumen pengawasan Raksa Desa harus segera dibenahi, dan (5) tenaga pendampingan di lapangan sebaiknya ditambah dan adanya suatu strategi pemberdayaan dimasyarakat melalui pihak-pihak terkait.

Safitri (2007) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi besar kredit umum perdesaan (Kupedes) pada nasabah BRI Unit Ciampea Bogor menyimpulkan bahwa jumlah nasabah dengan pola pengembalian lancar sebanyak 66,3 persen sedangkan nasabah dengan pola pengembalian tidak lancar ada sebanyak 33,7 persen. Pola pengembalian lancar berdasarkan umur nasabah menunjukkan bahwa nasabah dengan umur antara 36-49 tahun adalah yang paling banyak, begitu pula pola pengembalian tidak lancar. Pola pengembalian nasabah lancar dan tidak lancar berdasarkan karakteristik jumlah tanggungan keluarga, omzet usaha perbulan, frekuensi peminjaman dan penggunaan pinjaman juga berada pada kriteria yang sama.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nilai anggunan, tingkat pendidikan dan frekuensi peminjaman memiliki hubungan yang signifikan dan positif terhadap besar kredit pada taraf nyata 5 persen, sedangkan faktor lain seperti asset usaha, asset rumah tangga, jarak, pendapatan usaha pertahun tidak memiliki pengaruh terhadap besar kredit yang diberikan. Dalam pemberian kredit pihak BRI Unit Ciampea sangat memperhatikan prinsip 5 C (Character, Capital, Capacity, Collateral dan Condition Economy). Pemenuhan kriteria dari faktor-faktor tersebut sangat penting, karena prinsip kehati-hatian dari pihak bank.

Sari (2007) dalam Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit umum perdesaan di wilayah perkotaan dan perdesaan pada BRI Unit Ciampea dan BRI Unit Citeureup menyimpulkan bahwa terdapat persamaan karakteristik nasabah Kupedes BRI Unit Ciampea dan BRI Unit Citeureup walaupun memiliki sistem

(27)

sosial yang berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kupedes adalah pendapatan, asset, keluarga, asset usaha, pengalaman kredit, agunan dan modal usaha. Dari semua faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ada yang mempengaruhi secara negatif yaitu asset usaha, dimana terdapat beberapa nasabah khususnya di wilayah Ciampea yang tidak memiliki asset usaha dikarenakan jenis usaha yang dilakukan adalah perkreditan barang dan responden tidak menyediakan stok.

Taufiq (2007) tentang Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) Sektor Agribisnis studi kasus PT. Bank Rakyat Indonesia menyimpulkan bahwa karakteristik Individu debitur kupedes sektor agribisnis yang mengalami kemacetan/penunggakan kredit sebagian besar berada pada usia produktif, berpendidikan SD, memiliki tanggungan keluarga sebanyak tiga orang, mengikuti pembinaan dari petugas BRI unit Ciomas sehingga disarankan untuk meminimalkan kemacetan kredit adalah menambah kriteria penilaian yang dapat dilakukan pada analisa awal seperti membuat persyaratan komitmen kemampuan dan kemauan calon debitur untuk mengangsur kredit sesuai perjanjian,menggali informasi tentang watak kepribadian (character) calon debitur, memperhatikan kelancaran akses transportasi, menjalin komunikasi yang baik dengan para nasabah, melakukan kerjasama dengan salah seorang nasabah yang merupakan tokoh masyarakat setempat dan membantu nasabah dalam memecahkan permasalahan penurunan omzet usaha.

Dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit dapat dilihat bahwa analisis yang dilakukan terbatas pada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit yang masih berjalan. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit yang sudah mengalami penunggakan/kredit macet masih berkisar terhadap variabel usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pembinaan, jarak rumah debitur dengan BRI, pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian,beban bunga dan omset usaha. Oleh sebab itu,pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit yang sudah mengalami penunggakan dengan penambahan pada variabel agunan dan pengalaman kredit. Hal ini dilakukan untuk memberikan masukan,

(28)

gambaran serta saran kepada bank BRI unit Cijeruk untuk meminimalkan kemacetan kredit sehingga pihak BRI dapat menurunkan jumlah Net Performing Loan agar penyaluran kredit dapat lebih meningkat.

(29)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Landasan teori yang dgunakan penelitian ini adalah dengan memperhatikan supply demand pinjaman dan prinsip penilaian kredit yaitu analisis 5 (character, capacity,capital,condition of economy,collateral).

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis.

Menurut Nuryantono (2005) permintaan dana (kredit) tidaklah sama dengan permintaan atas barang dalam pada umumnya. Didalam pasar tiap-tiap harga akan melakukan penyesuaian secara otomatis untuk memenuhi permintaan (demand) dan penawaran (supply) barang. Jika terdapat kelebihan permintaan barang (excess demand), maka harga akan naik dan jumlah persediaan barang akan meningkat.

Lain halnya dengan permintaan kredit, dalam pemenuhan permintaan kredit akan terdapat keterbatasan apabila terjadi kelebihan permintaan (excess demand) kredit atau pinjaman. Mengikuti aturan yang berlaku dalam pasar kredit, jika permintaan kredit melebihi persediaan, maka akan diikuti dengan peningkatan jumlah pinjaman dan tingkat suku bunga yang dikenakan tetap.

Yang membedakan permintaan barang dengan permintaan kredit adalah resiko, karena dalam permintaan kredit, resiko yang dihadapi adalah pengembalian kredit, dimana sering terdapat kendala dalam pengembalian sehingga menyebabkan kredit macet. Oleh karena itu untuk menghindari resiko yang terjadi, maka diperlukan adanya jaminan dalam permintaan kredit yang berguna sebagai alat pengaman apabila usaha yang dibiayai oleh kredit tersebuut gagal atau sebab lain dimana debitur tidak dapat melunasi kreditnya.

Dalam pengembalian pinjaman akan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku. (Gambar 2). Gambar 2 tersebut menunjukkan hubungan antara tingkat pengembalian yang diharapkan atas suatu pinjaman dan tingkat suku bunga yang berlaku. Peningkatan tingkat suku bunga yang dibebankan tidak berdasarkan kepada peningkatan maupun penurunan jumlah permintaan, tetapi berdasarkan pada faktor- faktor lain seperti ekonomi dan politik. Oleh karena itu bank tidak akan mengenakan suku bunga diatas R*. Penetapan suku bunga tidak boleh terlalu tinggi

(30)

dan juga tidak boleh terlalu rendah, sehingga diharapkan pengembalian pinjaman akan maksimal.

Gambar 2. Pengembalian Pinjaman Berdasarkan suku bunga yang berlaku Sumber : Nuryartono, 2005

Interaksi antara permintaan (demand) dan penawaran (supply) memimpin kearah suatu kondisi keseimbangan (Gambar 3). Jika permintaan berada pada kurva LS, tingkat bunga nominal berada pada R1. Apabila jumlah permintaan meningkat dan bergeser ke kurva LD2 maka akan menunjukkan ke suatu kondisi dimana kurva penawaran dan kurva permintaan tidak saling tumpang tindih. Didalam kondisi seperti ini keseimbangan pasar kredit akan memberlakukan pemberian pinjaman yang terbatas yang ditandai oleh tingkat suku bunga nominal pada titik R* dan tidak ada laba untuk pihak Bank.

Gambar 3. Supply dan Demand Pinjaman.

Sumber : Nuryartono, 2005

(31)

3.2.Bank dan Kredit

3.2.1. Pengertian Bank

Masyarakat pada umumnya telah mengetahui bahwa Bank itu adalah tempat menabung, menyimpan uang ataupun tempat meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan. Berikut ini disampaikan defenisi Bank sebagai berikut :

a. Menurut Undang-undang No.10 Tahun 1998, tentang Perbankan menyatakan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

b. Menurut Prof.G.M.Verry Stuarrt mendefinisikan: Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri dengan uang yang diperoleh dari orang lain maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.

Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bank merupakan tempat penyimpanan uang, pemberi atau penyalur kredit dan juga perantara dalam lalu lintas pembayaran. Secara umum bank adalah suatu lembaga keuangan yang menarik dana dari masyarakat yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit. Bank merupakan lembaga kepercayaan, sehingga bank harus dapat dipercayai oleh masyarakat sehingga masyarakat yakin untuk menyimpan uang di bank.

3.2.2. Fungsi Bank

Fungsi perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam lalu-lintas pembayaran dan peredaran uang dimasyarakat yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional kearah peningkatan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Fungsi bank adalah sebagai berikut : a. Sebagai penghimpun dana.

b. Sebagai penyalur/pemberi kredit

(32)

c. Penyalur dana-dana yang terkumpul dalam bentuk pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga, penyertaan dan pemilikan harta tetap.

d. Penyalur jasa bank dalam berbagai aktifitas kegiatan antara lain pengiriman uang, inkaso, cek wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya.

3.3. Pengertian Kredit

3.3.1. Arti Kredit

Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai dari arti kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Dalam pengertian sehari-hari pengertian ini selanjutnya berkembang yaitu kemampuan untuk melaksanakan pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu pembayaran yang akan dilakukan atau ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati.

Pengertian yang lebih mapan untuk kegiatan Perbankan di Indonesia telah dirumuskan dalam Bab I, pasal 1,2 Undang-undang pokok perbankan nomor 14 tahun 1967 yang merumuskan : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak dalam hal mana pihak meminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan.

Dari perumusan tersebut, dapat disimpulkan bahwa :

a. Adanya suatu penyerahan uang/tagihan atau dapat juga barang yang menimbulkan tagihan tersebut kepada pihak lain, dengan harapan memberi pinjaman ini bank akan memperoleh suatu tambahan nilai pokok pinjaman tersebut yang berupa bunga sebagai pendapatan bagi yang bersangkutan.

b. Adanya orang/badan yang memiliki uang, barang atau jasa, dan bersedia untuk meminjamkan kepada pihak lain. Biasanya disebut Kreditur.

c. Adanya orang/badan sebagai pihak yang memerlukan/meminjam uang, barang atau jasa. Biasanya disebut debitur.

d. Adanya kepercayaan kreditur terhadap debitur.

(33)

e. Perbedaan waktu, yaitu perbedaan antara saat penyerahan uang, barang atau jasa, oleh kreditur dengan saat pembayaran kembali oleh debitur.

f. Dalam pemberian kredit ini terkandung kesepakatan pelunasan utang dan bunga akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.

g. Adanya resiko, sebagai akibat dari adanya perbedaan waktu (seperti dibicarakan diatas), karena terbayang jelas ketidakpastian (uncertainty) untuk masa yang akan datang.

h. Resiko, terjadi atau dialami kemungkinan besar dikarenakan perbedaan nilai, kejatuhan debitur sehingga tidak dapat membayar pada waktunya, lari, meninggal atau perbedaan nilai uang karena inflasi (umpamanya).

Macam dari jenis kreasi dapat dibedakan menurut tujuan, penggunaan, jangka waktu, dan jaminan dengan penjabaran sebagai berikut :

1. Berdasarkan tujuan, kredit dapat dibedakan lagi menjadi :

a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan untuk membeli barang atau jasa serta kebutuhan lain yang bersifat konsumtif.

b. Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan untuk tujuan produktif yang dapat memberikan faedah atau kegunaan. Kredit ini terdiri dari kredit investasi, yaitu untuk pembelian barang yang tahan lama; kredit modal, yaitu kredit modal lancar yang habis dalam satu kali proses produksi; dan kredit likuiditas, yaitu kredit untuk membantu perusahaan yang sedang kesulitan likuiditas.

2. Berdasarkan penggunaannya, kredit dapat dibedakan lagi menjadi :

a. Kredit eksploitasi, yaitu kredit berjangka pendek yang diberikan oleh lembaga kredit kepada perusahaan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja perusahaannya.

b. Kredit investasi, yaitu kredit jangka menengah atau jangka panjang yang diberikan oleh lembaga kredit untuk pemenuhan kebutuhan investasi atau penanaman modal suatu perusahaan.

3. Berdasarkan jangka waktu, kredit dibedakan lagi menjadi :

a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun.

(34)

b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu satu sampai tiga tahun.

c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun.

4. Berdasarkan jaminan, kredit dapat dibedakan lagi menjadi : a. Kredit yang mempergunakan jaminan

b. Kredit yang tidak mempergunakan jaminan.

3.3.2. Unsur-Unsur Kredit

Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan. Ini berarti bahwa suatu lembaga kredit baru akan memberikan kredit jika ia benar-benar yakin bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterima sesuai dengan jangka waktu tertentu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua pihak. Tanpa keyakinan tersebut, suatu lembaga kredit tidak akan meneruskan simpanan masyarakat yang diterimanya kepada pihak lain.

Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa unsur yang terdapat di kredit adalah : a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari pembeli kredit bahwa prestasi yang

diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.

b. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian nilai agio dari uang yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari pada uang yang akan diterima pada yang akan datang.

c. Degree of risk yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula resikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan

(35)

timbulnya resiko. Dengan adanya unsur resiko inilah maka timbulah jaminan dalam pemberian kredit.

d. Presentasi,atau objek kredit itu tidak saja dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk barang dan jasa. Namun karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan pada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.

3.4. Kredit Umum Perdesaan (Kupedes) BRI

3.3.1 Pengertian Kupedes

Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan bank yang bergerak dibidang ekonomi perdesaan sejak berdirinya pada tahun 1985. Pada tahun 1970 BRI memperkenalkan BRI Unit Desa yang mendanai kredit pertanian yaitu BIMAS (Bimbingan Massal). Dalam perkembangannya pelayanan disektor BIMAS mengalami kendala karena pengembalian kredit yang kurang lancer, oleh karena kredit ini disubsidi oleh pemerintah, selain itu penyaluran kredit BIMAS sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah daerah setempat khususnya dalam menentukan sasaran kredit. Dalam hal ini BRI unit lebih bersifat “kasir” karena tidak mempunyai wewenang untuk melakukan penilaian kredit dan menentukan pihak-pihak yang layak untuk diberikan kredit. Karena realisasi dan kinerja BIMAS mengalami penurunan, akhirnya pada tahun 1983 program BIMAS dihentikan.

Sejak tahun 1984 BRI Unit Desa berubah menjadi BRI Unit, dengan tidak hanya melayani masyarakat perdesaan juga perkotaan dan mulai menyalurkan kredit umum perdesaan (Kupedes) yang pendekatannya mengarah kekomersial, selain itu juga mengukuhkan BRI sebagai bank komersial yang memfokuskan usahanya pada usaha mikro , kecil dan menengah.

Menurut surat keputusan Direksi BRI Nokep: S.62-DIR/ADK/09/2001 tanggal 18 September 2001, tentang pedoman pelaksanaan kredit bisnis mikro (PPK-BM) yang dimaksud dengan Kupedes adalah fasilitas kredit bersifat umum, individual, selektif dan berbunga wajar yang bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha mikro yang layak.

(36)

Dari pengertian diatas, Kupedes adalah salah satu segmen bisnis yang ada di BRI yang merupakan suatu sistem perbankan yang dilaksanakan oleh BRI unit dalam menjalankan fungsinya sebagai financial intermediary untuk pembiayaan usaha mikro. Dalam jumlah terbatas, direksi BRI mengambil kebijakan agar Kupedes dapat pula diberikan kepada golongan masyarakat uang berpenghasilan tetap. Dalam penyaluran Kupedes perlu pemahaman secara tepat dari pejabat kredit mengenai kebijakan dan prinsip-prinsip dasar pemberian kupedes yaitu :

1. Umum, yaitu dapat diberikan kepada siapa saja, dalam arti tidak dibatasi dalam sektor ekonomi tertentu, keanggotaan tertentu, kelompok masyarakat tertentu, sepanjang calon nasabah yang bersangkutan telah memenuhi segala ketentuan persyaratan yang telah ditetapkan.

2. Individual, yaitu pemberian Kupedes dilakukan dengan melalui pendekatan secara individual dan kasua per kasus, bukan berbentuk paket (massal).

3. Selektif, artinya Kupedes dilaksanakan secara selektif kepada nasabah yang usahanya dinilai layak dan putusan kredit harus sesuai dengan pertimbangan bank teknis.

4. Bisnis, yaitu keputusan akhir atas suatu permohonan Kupedes ditentukan oleh BRI unit sesuai dengan pertimbangan bank teknis.

Sektor yang dibiayai oleh Kupedes (Nuryartono, 2005) adalah :

1. Sektor pertanian : sektor ini termasuk seluruh aktifitas yang dilakukan oleh usaha kecil dan retail atau pedagang besar yang bergerak dibidang pengadaan input pertanian dengan menjual input dan output pertanian.

2. Perindustrian : seluruh usaha berskala kecil yang bergerak dibidang pengolahan bahan mentah.

3. Perdagangan : pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan penjualan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan pokok.

4. Jasa dan lainnya : pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan usaha yang berhubungan dengan jasa seperti jasa penjahit pakaian.

5. Golongan berpenghasilan tetap : pinjaman untuk konsumsi dan kegiatan produksi dengan pembayaran berdasarkan dari gaji penerima kredit.

(37)

Jangka waktu angsuran kupedes minimal tiga bulan dan maksimum 36 bulan yang dapat diangsur secara bulanan, atau angsuran secara bulanan dengan grace priod angsuran 3,4,6 bulan. Kupedes memiliki keistimewaan, yaitu pemberian bunga tepat waktu (PBTW) bagi nasabah yang mengangsur pinjaman tepat waktu selama periode tertentu. Pembayaran bunga tepat waktu (PBTW) adalah insentif yang diberikan oleh BRI kepada nasabah pinjaman yang dapat membayar kredit tepat waktu sesuai dengan akad kredit yang telah disepakati.

Pada tahap pelunasan kredit, kondisi yang ideal adalah nasabah dapat selalu memenuhi kewajibannya terhadap bank sesuai dengan kesepakatan yang terdapat dalam perjanjian kredit. Nasabah dapat membayar angsuran pokok pinjaman beserta bunganya sesuai dengan jadwal yang telah dibuat, sehingga kredit akhirnya dinyatakan lunas.

Namun pada kenyataannya ada sebagian kredit yang pengembaliannya tidak sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Oleh karena itu, ada sistem pembinaan yang dilakukan oleh BRI. Pembinaan Kupedes adalah sebagi upaya perlindungan kepentingan bank yang dilakukan secara administratif maupun dilapangan

3.3.2 Jenis Kupedes

Berdasarkan tujuan penggunaan Kupedes dapat dibagi menjadi : 1. Kupedes Modal Kerja

Kupedes modal kerja diberikan kepada pengusaha dan golongan berpenghasilan tetap sebagai tambahan dana/ pembiayaan untuk mencukupi kebutuhan modal kerja usahanya atau untuk membiayai keperluan konsumtif maupun non konsumtif (produktif). Kupedes modal kerja meliputi: sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor perdagangan, sektor jasa, dan sektor golongan berpenghasilan tetap (GBT).

2. Kupedes Investasi

Kupedes ini diberikan kepada pengusaha untuk pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana atau peralatan produksi. Sedangkan bagi golongan berpenghasilan tetap, kredit tersebut dapat dipergunakan untuk pembelian atau pembangunan rumah, pembelian kendaraan bermotor dan lain-lain yang bersifat

(38)

produktif. Adapun sektor-sektor ekonomi yang dibiayai meliputi : sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor perdagangan, sektor jasa, sektor golongan berpenghasilan tetap.

Dilihat dari tujuan penggunannya, maka jenis Kupedes investasi diberikan untuk tujuan yang bersifat non konsumtif yaitu barang-barang berwujud yang fisiknya dapat dilihat secara nyata seperti pembelian kendaraan bermotor guna memperlancar pekerjaan, pembangunan/pembelian rumah tinggal, pembelian perabot rumah tangga, pembelian peralatan kerja, pembelian tanah.

3.3.3 Syarat-syarat Calon Nasabah Kupedes

Ditinjau dari dua golongan sasaran Kupedes, maka untuk masing-masing golongan mempunyai persyaratan yang berbeda dan harus dipenuhi sebelum kreditnya diproses, yaitu :

1. Persyaratan untuk calon nasabah perusahaan.

a. Penduduk yang berdomisili dalam wilayah kerja BRI unit setempat yang dibuktikan dengan KTP atau surat keterangan penduduk yang dibuat kepala desa setempat. Khusus untuk calon nasabah Kupedes tertentu dimungkinkan untuk dilayani BRI unit diluar domisili nasabah yang bersangkutan setelah mendapat putusan izin prinsip dari Kantor Cabang/ Kantor Wilayah/ Kantor Pusat.

b. Mempunyai usaha yang layak dan mempunyai karakter yang baik untuk dibiayai dengan Kupedes.

c. Bagi calon nasabah yang sudah mempunyai surat izin usaha dari instansi yang berwenang, cukup melampirkan fotocopy surat izin usaha tersebut.

d. Bagi calon nasabah yang belum mempunyai surat izin usaha, maka :

• Untuk pemohonan Kupedes sampai dengan Rp. 2 juta cukup dengan fotocopy KTP dengan menunjukkan pula KTP aslinya pada petugas BRI unit pada saat pendaftaran.

• Untuk permohonan Kupedes diatas Rp. 2 juta cukup dengan membawa surat keterangan usaha dari kepala desa/kelurahan.

e. Tidak sedang menikmati kredit lainnya dikantor cabang BRI atau di BRI unit lainnya.

(39)

f. Dapat menyediakan agunan kebendaan, baik berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak.

g. Wajib membuka rekening tabungan di BRI unit yang bersangkutan.

2. Persyaratan untuk calon nasabah golongan berpenghasilan tetap.

Untuk golongan berpenghasilan tetap persyaratan yang harus dipenuhi adalah : a. Domisili calon nasabah bekerja/tempat pemotongan gaji atau pensuin berada

dalam wiliah kerja BRI unit setempat, khusus untuk BRI unit yang berada di ibu kota daerah tingkat I dan II wilayah kerjanya adalah seluas wilayah ibu kota tersebut.

b. Bagi calon nasabah yang gaji/ pensiunnya dibayarkan melalui bank lain yang mempunyai produk pinjaman, tidak diperkenankan diberi Kupedes.

c. Tidak sedang menikmati kredit di BRI Cabang atau BRI unit lainnya atau tidak dalam black list.

d. Mempunyai karekter yang baik dan dibuktikan dari wawancara dengan rekan-rekan sekantor yang bersangkutan.

e. Menyerahkan asli surat keputusan (SK) pengangkatan menjadi pegawai tetap atau pengangkatan pegawai yang pertama dan asli SK penetapan pangkat yang terakhir atau SK pensiun bagi yang berstatus pensiunan.

f. Menyerahkan asli kartu peserta taspen bagi pegawai negeri, asli kartu jamsostek bagi pegawai BUMN dan swasta.

g. Ada rekomendasi dari kepala kantor/ unit kerja/instansi, pimpinan perusahaan yang bersangkutan.

h. Daftar perincian gaji/pensiunan terakhir yang telah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang di instansi yang bersangkutan.

i. Memberi kuasa pemotongan gaji/pensiunan yang bersangkutan di bayarkan setiap bulan.

j. Wajib membuka rekening simpanan.

k. Menyerahkan keterangan lain yang dibutuhkan.

l. Bagi pegawai yang berpenghasilan tetap dan pernah meminjam harus menyerahkan bukti tanda pelunasan kredit yang lalu.

(40)

3.3.4 Agunan Kupedes

Unsur agunan dikatakan sebagai the second way out bagi BRI unit setiap pemberian Kupedes. Namun demikian penilaian dan evaluasi terhadap agunan ini harus cermat karena akan merupakan pembayaran terakhir yang diharapkan oleh BRI unit, apanila kredit menjadi bermasalah atau macet.

1. Agunan Kupedes bagi golongan pengusaha. Setiap agunan dari golongan perusahaan dipersyaratkan untuk dapat menyediakan agunan yang nilainya harus mengcover seluruh jumlah pinjamannya (pokok dan bunga).

a. Bila ditinjau dari sumber pembiayaan, agunan Kupedes dibedakan menjadi dua macam yaitu : agunan pokok dan agunan tambahan.

b. Ditinjau dari sifat barang atau bendanya, agunan dapat dibedakan sebagai berikut : 1) benda bergerak yang terdiri dari : benda bergerak berwujud, benda tidak bergerak meliputi tanah dan bangunan yang memiliki sertifikat.

Sedangkan pembinaan kupedes dapat dilakukan terhadap tunggakan yang dibedakan menjadi lima tingkatan berdasarkan ketentuan yang dibuat oleh BRI (2005) :

1. Kupedes dalam Kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus (DPK), yaitu keadaan debitur belum menganggur pinjaman kurang dari 90 hari setelah jatuh tempo.

Petugas bank harus segera mengunjungi nasabah untuk mengetahui sebab-sebab menunggak serta mengingatkan nsabah agar segera membayar angsuran pinjaman.

2. Kupedes dalam Kolektibilitas Kurang Lancar (KL), yaitu keadaan tunggakan yang lebih dari 90 hari dan kurang dari 180 hari. Pembinaan dilakukan setiap bulan dengan mengunjungi nasabah yang bersangkutan untuk menagih tunggakan.

3. Kupedes dalam Koletibilitas Diragukan, yaitu keadaan tunggakan yang lebih dari 180 hari dan kurang dari 270 hari. Pembinaan dilakukan paling sedikit satu bulan sekali dengan mengunjungi nasabah yang bersangkutan untuk menagih tunggakannya.

4. Kupedes dalam Koletibilitas Macet, yaitu keadaan tunggakan yang lebih dari 270 hari dan kurang dari 360 hari. Pembinaan paling sedikit satu bulan sekali dengan mengunjungi nasabah yang bersangkutan untuk menagih tunggakannya.

(41)

5. Kupedes yang telah dihapus bukukan (Daftar Hitam), yaitu keadaan tunggakan yang lebih dari 360 hari. Khusus untuk Daftar Hitam, pembinaan dilakukan minimal satu kali dalam setahun.

3.3.5 Manfaat Kredit

Dalam perekonomian modern, fungsi dan peran perbankan dalam pembangunan tercermin dalam berbagai fungsi, yang secara umum dikatakan sebagai lembaga keuangan yang dapat menopang kekuatan dan kelancaran sistem pembayaran dan yang utama pengaruhnya terhadap pengusaha kecil adalah turut membantu usaha dengan pemberian kredit. Berjalannya UMKM tidak dapat dipisahkan dengan ketersediaan modal yang memadai. Terbatasnya modal yang disediakan oleh para pengusaha kecil menjadi masalah utama untuk mengembangkan usahanya. Agunan merupakan salah satu segi yang harus mendukung dalam pengajuan kredit bank, namun agunan yang kurang memadai atau tidak memiliki agunan salah satu permasalahan yang kurang mendukung.

Menurut Hidayati (2003) bahwa pengusaha dan masyarakat kecil membutuhkan layanan kredit yang lain, yang tidak berorientasi kapada ada tidaknya agunan atau jaminan tetapi lebih menekankan pengembangan kewirausahaan masyarakat. Secara umum kredit yang diperlukan masyarakat adalah :

1. Kredit yang murah yaitu bunga dan biaya-biaya lainnya haruslah serendah- rendahnya.

2. Kemudahan untuk memperolehnya dengan prosedur yang sederhana dan tidak berbelit-belit.

3. Ketepatan waktu dalam arti penerimaan pinjaman juga diperlukan karena kalau jumlah yang diberikan terlalu kecil tidak dapat memenuhi kebutuhannya, sebaliknya apabila terlalu besar akan dipergunakan untuk tujuan lain.

(42)

3.3.6 Prinsip Penilaian Kredit

Prinsip penilaian kredit adalah prinsip 5 C, yaitu : 1. Character (Watak kepribadian)

Pada prinsipnya bahwa suatu pemberian kredit adalah atas dasar kepercayaan sehingga yang mendasari kepercayaan yaitu adanya keyakinan pihak bank bahwa si calon peminjam/debitur mempunyai modal, watak atau kepribadian yang baik, bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi, keluarga dan sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan usahanya. Untuk menilai karakter seseorang sangatlah sulit apabila hanya beberapa waktu saja, sedangkan dilain hal bank harus memberikan pelayanan terbaik kepada nasabahnya dalam rangka menangkap peluang bisnis yang menjanjikan tersebut.

Character (Watak kepribadian) dari calon debitur merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan, sebagai yang paling penting, sebelum memutuskan/menetapkan untuk memberikan kredit kepadanya. Bank sebagai pemberi kredit perlu meyakini benar terlebih dahulu, karakter calon debiturnya itu, antara lain :

a. Berkelakuan baik, dalam arti tidak membiasakan diri beringkar janji dan selalu berupaya untuk memenuhi janjinya.

b. Tidak mempunyai predikat penjudi, pencuri, pemabuk, atau penipu.

c. Calon debitur yang mempunyai reputasi baik sajalah yang dapat diteruskan pertimbangan permohonan kreditnya.

2. Capacity (Kemampuan)

Calon debitur dalam menjalankan usahanya harus diketahui pasti oleh bank (calon debitur). Kemampuan pengusaha akan memberikan kejelasan kepada analis, sampai sebatas mana jumlah besar atau kecilnya pendapatan perusahaan dari waktu ke waktu atau dari musim ke musim. Pihak Bank akan terus memberikan kredit kepada seseorangyang secara pendapatan mampu, Akan tetapi sebaliknya, bila ternyata ia tidak mampu dan tidak dapat diperkirakan mempunyai pendapatan, maka bank memperkirakan yang bersangkutan tidak akan dapat melakukan pembayaran-pembayaran atas kreditnya.

(43)

Data sumber yang dapat dipergunakan oleh bank untuk itu, dapat diperoleh selain dari pembukuan dan catatan yang ada pada calon debitur, juga dapat diperoleh dari instansi-instansi, pejabat setempat dan sebagainya.Jadi penilaian capacity ini adalah sejauh mana kemampuan yang bersangkutan dapat melunasi kreditnya tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang disepakati.

Pengukuran capacity dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan sebagaimana diuraikan sebagai berikut :

a. Pendekatan Past Performance Calon Debitur

Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan usaha yang bersangkutan dari waktu ke waktu/tahun ke tahun, apabila pernah mengalami penurunan/kegagalan apakah, siapakah penyebabnya dan bagaimana penyelesaian masalah yang sama terulang lagi pada periode berikutnya.

b. Pendekatan Finansiil

Pendekatan posisi neraca dan rugi/laba untuk beberapa periode terakhir yaitu untuk mengetahui besarnya likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas usaha serta tingkat resiko usahanya. Dengan penilaian ini penentuan critical point harus lebih cermat, sebagaimana gambaran apabila debitur tidak likuid, apa faktor penyebabnya? Apakah piutang banyak yang tidak tertagih, mengapa ?

c. Pendekatan Educational

Penilaian atas dasar latar belakang pendidikan calon debitur, apakah usaha calon debitur menghendaki kemampuan professional yang tinggi sehingga pengelolaan usaha dapat dilakukan dengan baik dan dapat meminimalisasikan resiko apabila usaha dipegang oleh yang bukan profesinya.

d. Pendekatan Yuridis

Penilaian terhadap calon debitur secara yuridis, apakah mempunyai kapasitas untuk mewakili dirinya atau bidang usaha yang diwakilinya untuk melakukan tindakan hukum seperti ikatan perjanjian dengan bank atau pihak lainnya.

Gambar

Gambar 2. Pengembalian Pinjaman Berdasarkan suku bunga yang berlaku  Sumber : Nuryartono, 2005
Tabel 3.  Karakteristik  Individu  Penunggak Kupedes Bank Rakyat Indonesia Unit  Cijeruk
Tabel 5  Sebaran Responden Berdasarkan Usia
Tabel 6  Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini, dengan judul “PELAKSANAAN

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kesesuaian kawasan budidaya teripang menggunakan Aplikasi SIG yang disajikan dalam bentuk peta kesesuaian kawasan budidaya

Perbezaan penyerapan optik yang ketara bagi setiap nisbah berat Ag:ZnO menunjukkan bahawa sampel Ag-ZnO pada nisbah 7:10 dan 25:10 menyerap lebih banyak cahaya nampak

i) Bagi melaksanakan tanggungjawab sebagai khalifah, semua individu mesti menjaga segala kurniaan Allah s.w.t. dalam keadaan yang baik. Berasaskan kewajipan ini aktiviti-aktiviti

Dari definisi diatas diperoleh pengertian bahwa kemiskinan merupakan kondisi hidup seseorang yang merujuk pada keadaan kekurangan dalam memenuhi kebutuhan

Karakteristik individu debitur penunggak Kupedes dapat dilihat dari segi usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah pembinaan, dan jarak rumah penunggak dengan

Buku ini menganut prinsip bahwa rumah sakit adalah organisasi lembaga pelayanan yang memberikan pelayanan jasa kesehatan untuk membuat orang menjadi sehat kembali, atau tetap

Konsep bantuan hukum tersebut sejalan dengan model bantuan hukum dapat dilihat sebagai suatu hak yang diberikan kepada warga masyarakat untuk melindungi