1.1 Latar Belakang
Akses terhadap air bersih
manusia melalui deklarasi dalam Sidang Umum PBB yang berlangsung pada akhir bulan Juli 2010. Deklarasi ini semakin mempertegas dan memperluas pengakuan tentang betapa pentingnya akses terhadap air bersih dan
tahun 2000, para pemimpin dunia juga bersepakat untuk memasukkan akses terhadap air bersih dan sanitasi sebagai salah target dalam
Goals (MDGs) yang harus dicapai pada tahun 2015.
Pengakuan sanitasi sebag
mengindikasikan adanya keprihatinan dunia akan persoalan sanitasi yang setidaknya didasarkan atas fakta bahwa masih banyak penduduk dunia (terutama penduduk miskin) yang tidak memiliki akses terhadap sanitasi
dengan tahun 2008 sedikitnya 2,6 milyar penduduk dunia belum memiliki akses terhadap sanitasi. WHO juga menambahkan bahwa penyakit diare yang biasanya terjadi akibat kondisi air bersih dan sanitasi yang buruk menjadi penyakit
terbesar di dunia.
Hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) 2007 menunjukkan, meski 71 persen penduduk Indonesia usia 10 tahun ke atas sudah berperilaku benar dalam buang air besar (BAB), 29 persen atau sekitar 70 juta penduduk Indonesia masih belum berperilaku benar BAB sehingga menimbulkan penyakit diare. Tak hanya diare, penyakit demam tifus, hepatitis A, dan polio juga menghantui masyarakat akibat mikroba yang terbawa oleh perilaku tidak sehat masyarakat.Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki
Menyikapi kondisi tersebut, Pemerintah Indonesia telah menegaskan komitmennya dalam pembangunan
penting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 20 Bidang Permukiman dan Perumahan. Beberapa target
sebagai berikut :
1. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) nasional hingga akhir tahun 2014, baik di perkotaan maupun di perdesaan melalui pemicuan perubahan perilaku BABS dengan target sesuai Renstra 2010 masing-masing Kementerian/Lembaga;
2. Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 persen rumah tangga
BAB I
PENDAHULUAN
Akses terhadap air bersih dan sanitasi telah diakui PBB sebagai hak asasi manusia melalui deklarasi dalam Sidang Umum PBB yang berlangsung pada akhir bulan Juli 2010. Deklarasi ini semakin mempertegas dan memperluas pengakuan tentang betapa pentingnya akses terhadap air bersih dan sanitasi. Sebelumnya pada tahun 2000, para pemimpin dunia juga bersepakat untuk memasukkan akses terhadap air bersih dan sanitasi sebagai salah target dalam Millenium Development
(MDGs) yang harus dicapai pada tahun 2015.
Pengakuan sanitasi sebagai hak asasi manusia dan salah satu target MDGs mengindikasikan adanya keprihatinan dunia akan persoalan sanitasi yang setidaknya didasarkan atas fakta bahwa masih banyak penduduk dunia (terutama penduduk miskin) yang tidak memiliki akses terhadap sanitasi. Menurut WHO (2010), sampai dengan tahun 2008 sedikitnya 2,6 milyar penduduk dunia belum memiliki akses terhadap sanitasi. WHO juga menambahkan bahwa penyakit diare yang biasanya terjadi akibat kondisi air bersih dan sanitasi yang buruk menjadi penyakit
Hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) 2007 menunjukkan, meski 71 persen penduduk Indonesia usia 10 tahun ke atas sudah berperilaku benar dalam buang air besar (BAB), 29 persen atau sekitar 70 juta penduduk Indonesia masih belum erperilaku benar BAB sehingga menimbulkan penyakit diare. Tak hanya diare, penyakit demam tifus, hepatitis A, dan polio juga menghantui masyarakat akibat mikroba yang terbawa oleh perilaku tidak sehat masyarakat.Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki persoalan yang serius dalam sektor sanitasi.
Menyikapi kondisi tersebut, Pemerintah Indonesia telah menegaskan pembangunan sanitasi dengan mencanangkan beberapa target penting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 20
Bidang Permukiman dan Perumahan. Beberapa target penting yang dimaksud adalah
Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) nasional hingga akhir tahun 2014, baik di perkotaan maupun di perdesaan melalui
n perubahan perilaku BABS dengan target sesuai Renstra 2010 masing Kementerian/Lembaga;
Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 persen rumah tangga dan sanitasi telah diakui PBB sebagai hak asasi manusia melalui deklarasi dalam Sidang Umum PBB yang berlangsung pada akhir bulan Juli 2010. Deklarasi ini semakin mempertegas dan memperluas pengakuan sanitasi. Sebelumnya pada tahun 2000, para pemimpin dunia juga bersepakat untuk memasukkan akses Millenium Development
ai hak asasi manusia dan salah satu target MDGs mengindikasikan adanya keprihatinan dunia akan persoalan sanitasi yang setidaknya didasarkan atas fakta bahwa masih banyak penduduk dunia (terutama penduduk . Menurut WHO (2010), sampai dengan tahun 2008 sedikitnya 2,6 milyar penduduk dunia belum memiliki akses terhadap sanitasi. WHO juga menambahkan bahwa penyakit diare yang biasanya terjadi akibat kondisi air bersih dan sanitasi yang buruk menjadi penyakit kedua
Hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) 2007 menunjukkan, meski 71 persen penduduk Indonesia usia 10 tahun ke atas sudah berperilaku benar dalam buang air besar (BAB), 29 persen atau sekitar 70 juta penduduk Indonesia masih belum erperilaku benar BAB sehingga menimbulkan penyakit diare. Tak hanya diare, penyakit demam tifus, hepatitis A, dan polio juga menghantui masyarakat akibat mikroba yang terbawa oleh perilaku tidak sehat masyarakat.Hal ini menunjukkan
persoalan yang serius dalam sektor sanitasi.
Menyikapi kondisi tersebut, Pemerintah Indonesia telah menegaskan sanitasi dengan mencanangkan beberapa target penting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 penting yang dimaksud adalah
Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) nasional hingga akhir tahun 2014, baik di perkotaan maupun di perdesaan melalui n perubahan perilaku BABS dengan target sesuai Renstra 2010-2014
Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 persen rumah tangga
hingga tahun 2014; dan
3. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan s perkotaan.
Di sisi lain, buruknya
penduduk pada sarana dan kualitas fasilitas sanitasi yang tersedia, tetapi juga disebabkan masih rendahnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang isu sanitasi dan kesehatan. Masih terbatasnya kapasitas untuk membuat perencanaan pelayanan sanitasi yang komprehensif, multisektor, dan tanggap kebutuhan juga menjadi salah satu kendala pembangunan sanitasi.Saat ini tidak banyak kota/kabupaten yang memiliki
untuk perbaikan layanan sanitasi.Akibatnya akses pada sumber pun menjadi terbatas.
Dengan potret seperti itu, pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota serta masyarakat, tidak bisa
penanganan sanitasi tidak dapat dilakukan secara parsial.Perencanaan yang tumpang tindih, tidak tepat sasaran, dan tidak berkelanjutan tidak boleh terulang lagi.Sanitasi harus ditangani secara
sanitasi tidak hanya memerlukan penyediaan sarana fisik, tetapi juga ada masalah masalah sosial yang perlu dipecahkan bersama agar sarana fisik tersebut bermanfaat secara optimal dan berkelanjutan.Oleh k
membutuhkan dukungan banyak pihak, dan masyarakat juga harus bisa melakukan perubahan untuk diri sendiri dan lingkungannya.
Untuk itu perencanaan pembangunan sektor sanitasi harus disusun secara lebih terintegratif, aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat. Tahapan tahapan proses perencanaan harus dilaksanakan secara berurutan, bertahap dan berkelanjutan, sehingga solusi yang ditawarkan juga akan tepat, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Kes
kesepakatan antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dengan melahirkan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) dimaks untuk menciptakan lingkungan kondusif yang mendukung terciptanya percepatan pembangunan sanitasi
yang komprehensif dan terintegrasi. Program ini mempunyai tujuan mensinergikan kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait dengan sanitasi dalam satu wadah untuk memperbaiki kinerja dan konsep pembangunan sanitasi dalam skala kota.
hingga tahun 2014; dan
Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan s
buruknya kondisi sanitasi bukan saja disebabkan terbatasnya akses penduduk pada sarana dan kualitas fasilitas sanitasi yang tersedia, tetapi juga disebabkan masih rendahnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang isu sanitasi dan kesehatan. Masih terbatasnya kapasitas untuk membuat perencanaan pelayanan sanitasi yang komprehensif, multisektor, dan tanggap kebutuhan juga menjadi salah satu kendala pembangunan sanitasi.Saat ini tidak banyak kota/kabupaten yang memiliki rencana strategis, master plan, dan dokumen proyek untuk perbaikan layanan sanitasi.Akibatnya akses pada sumber-sumber pendanaan
Dengan potret seperti itu, pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota serta masyarakat, tidak bisa lagi memandang persoalan sanitasi sebagai
penanganan sanitasi tidak dapat dilakukan secara parsial.Perencanaan yang tumpang tindih, tidak tepat sasaran, dan tidak berkelanjutan tidak boleh terulang lagi.Sanitasi harus ditangani secara multistakeholder dan komprehensif.Pembangunan sektor sanitasi tidak hanya memerlukan penyediaan sarana fisik, tetapi juga ada masalah masalah sosial yang perlu dipecahkan bersama agar sarana fisik tersebut bermanfaat secara optimal dan berkelanjutan.Oleh karenanya pembangunan sektor sanitasi membutuhkan dukungan banyak pihak, dan masyarakat juga harus bisa melakukan perubahan untuk diri sendiri dan lingkungannya.
Untuk itu perencanaan pembangunan sektor sanitasi harus disusun secara lebih iratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat. Tahapan tahapan proses perencanaan harus dilaksanakan secara berurutan, bertahap dan berkelanjutan, sehingga solusi yang ditawarkan juga akan tepat, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Kesadaran inilah yang akhirnya mendorong terjadinya kesepakatan antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dengan
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) dimaks untuk menciptakan lingkungan kondusif yang mendukung terciptanya percepatan pembangunan sanitasi melalui advokasi, perencanaan strategis, dan implementasi yang komprehensif dan terintegrasi. Program ini mempunyai tujuan mensinergikan ja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait dengan sanitasi dalam satu wadah untuk memperbaiki kinerja dan konsep pembangunan sanitasi dalam skala Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis
kondisi sanitasi bukan saja disebabkan terbatasnya akses penduduk pada sarana dan kualitas fasilitas sanitasi yang tersedia, tetapi juga disebabkan masih rendahnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang isu-isu sanitasi dan kesehatan. Masih terbatasnya kapasitas untuk membuat perencanaan pelayanan sanitasi yang komprehensif, multisektor, dan tanggap kebutuhan juga menjadi salah satu kendala pembangunan sanitasi.Saat ini tidak banyak rencana strategis, master plan, dan dokumen proyek sumber pendanaan
Dengan potret seperti itu, pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota serta memandang persoalan sanitasi sebagai business as usual, penanganan sanitasi tidak dapat dilakukan secara parsial.Perencanaan yang tumpang tindih, tidak tepat sasaran, dan tidak berkelanjutan tidak boleh terulang lagi.Sanitasi multistakeholder dan komprehensif.Pembangunan sektor sanitasi tidak hanya memerlukan penyediaan sarana fisik, tetapi juga ada masalah- masalah sosial yang perlu dipecahkan bersama agar sarana fisik tersebut bermanfaat arenanya pembangunan sektor sanitasi membutuhkan dukungan banyak pihak, dan masyarakat juga harus bisa melakukan
Untuk itu perencanaan pembangunan sektor sanitasi harus disusun secara lebih iratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat. Tahapan- tahapan proses perencanaan harus dilaksanakan secara berurutan, bertahap dan berkelanjutan, sehingga solusi yang ditawarkan juga akan tepat, sesuai dengan adaran inilah yang akhirnya mendorong terjadinya kesepakatan antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dengan
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP).
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan kondusif yang mendukung terciptanya percepatan advokasi, perencanaan strategis, dan implementasi yang komprehensif dan terintegrasi. Program ini mempunyai tujuan mensinergikan ja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait dengan sanitasi dalam satu wadah untuk memperbaiki kinerja dan konsep pembangunan sanitasi dalam skala
Sebagaimana halnya daerah lain di Indonesia, pembangunan sektor sanitasi di Kabupaten Balangan pada tahun
“belakang”, sehingga acapkali termarjinalkan dari urusan
pelaksanaan pembangunan sanitasi yang tengah berjalan masih dilakukan secara parsial dan belum terintegrasi dalam suatu “
komprehensif serta dengan jangka waktu yang lebih panjang. Masih kuatnya ego sektoral menyebabkan sering terjadi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang tumpang tindih, tidak tepat sasaran, dan lebih buruknya l
berkelanjutan.Keterbatasan kemampuan keuangan daerah juga menyebabkan pemerintah daerah harus lebih fokus pada untuk menangani persoalan
yang sedang dihadapi, sehingga belum optimal menyiapkan perencanaan yang bersifat jangka panjang dan terintegrasi antar sektor.
Seiring dengan tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi sebagai salah satu aspek pembanguna yang harus diperhatikan. Menindaklanjuti hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Balangan telah menegaskan komitmennya terhadap pengelolaan lingkungan, termasuk di dalamnya sektor sanitasi, dengan mencantumkan persoalan pengelolaan lingkungan di dalam RPJMD
adalah meningkatnya mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam.
Sasaran pembangunan dimaksud akan dicapai melalui arah kebijakan yaitu dengan mengendalikan dan memantau pencemaran pada air, lah
keanekaragaman hayati.
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) menjadi wahana yang diharapkan dapat membantu Pemerintah Kabupaten Balangan menyiapkan road map
menjawab tantangan perkembangan kota yang terus tumbuh dengan cepat. S sebuah kota yang terus berkembang, tingkat pertumbuhan penduduk di Balangan dapat dikategorikan
Pertumbuhan jumlah penduduk ini
kawasan-kawasan permukiman serta meningkatnya tuntutan akan penyediaan infrastruktur yang layak termasuk sarana sanitasi
tangga lainnya yang terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk
harus segera diantisipasi oleh para pemangku kepentingan di Kabupaten Balangan, demikian juga dengan fenomena semakin meluasnya daerah genangan air sebagai akibat dari semakin berkurangnya daerah
terjadi karena beralih fungsinya lahan
Sebagaimana halnya daerah lain di Indonesia, pembangunan sektor sanitasi di Kabupaten Balangan pada tahun-tahun sebelumnya masih dianggap sebagai urusan
“belakang”, sehingga acapkali termarjinalkan dari urusan-urusan yang lain. Di sisi lain, pelaksanaan pembangunan sanitasi yang tengah berjalan masih dilakukan secara parsial dan belum terintegrasi dalam suatu “skenario besar” dengan sasaran yang komprehensif serta dengan jangka waktu yang lebih panjang. Masih kuatnya ego sektoral menyebabkan sering terjadi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang tumpang tindih, tidak tepat sasaran, dan lebih buruknya l
berkelanjutan.Keterbatasan kemampuan keuangan daerah juga menyebabkan pemerintah daerah harus lebih fokus pada untuk menangani persoalan
yang sedang dihadapi, sehingga belum optimal menyiapkan perencanaan yang bersifat n terintegrasi antar sektor.
Seiring dengan tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi sebagai salah satu aspek pembanguna yang harus diperhatikan. Menindaklanjuti hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Balangan telah menegaskan komitmennya terhadap pengelolaan lingkungan, termasuk di dalamnya sektor sanitasi, dengan mencantumkan persoalan pengelolaan lingkungan di dalam RPJMD Tahun 2011-2015. Sasaran pembangunan yang dimaksud adalah meningkatnya mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam.
Sasaran pembangunan dimaksud akan dicapai melalui arah kebijakan yaitu dengan mengendalikan dan memantau pencemaran pada air, lah
keanekaragaman hayati.
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) menjadi wahana yang diharapkan dapat membantu Pemerintah Kabupaten Balangan road map pembangunan sanitasi yang komprehensif, yang dapat
ngan perkembangan kota yang terus tumbuh dengan cepat. S sebuah kota yang terus berkembang, tingkat pertumbuhan penduduk di
dapat dikategorikan cukup tinggi yaitu 1,40% pada tahun 2011.
han jumlah penduduk ini tentunya berdampak langsungpada pertumbuhan kawasan permukiman serta meningkatnya tuntutan akan penyediaan yang layak termasuk sarana sanitasi. Volume sampah dan limbah rumah tangga lainnya yang terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk
harus segera diantisipasi oleh para pemangku kepentingan di Kabupaten Balangan, demikian juga dengan fenomena semakin meluasnya daerah genangan air sebagai akibat dari semakin berkurangnya daerah-daerah resapan dan tangkapan air yang
a beralih fungsinya lahan-lahan terbuka menjadi kawasan
Sebagaimana halnya daerah lain di Indonesia, pembangunan sektor sanitasi di ahun sebelumnya masih dianggap sebagai urusan urusan yang lain. Di sisi lain, pelaksanaan pembangunan sanitasi yang tengah berjalan masih dilakukan secara skenario besar” dengan sasaran yang komprehensif serta dengan jangka waktu yang lebih panjang. Masih kuatnya ego-ego sektoral menyebabkan sering terjadi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang tumpang tindih, tidak tepat sasaran, dan lebih buruknya lagi tidak berkelanjutan.Keterbatasan kemampuan keuangan daerah juga menyebabkan pemerintah daerah harus lebih fokus pada untuk menangani persoalan-persoalan yang sedang dihadapi, sehingga belum optimal menyiapkan perencanaan yang bersifat
Seiring dengan tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan. Menindaklanjuti hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Balangan telah menegaskan komitmennya terhadap pengelolaan lingkungan, termasuk di dalamnya sektor sanitasi, dengan mencantumkan persoalan pengelolaan 2015. Sasaran pembangunan yang dimaksud adalah meningkatnya mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam.
Sasaran pembangunan dimaksud akan dicapai melalui arah kebijakan yaitu dengan mengendalikan dan memantau pencemaran pada air, lahan, udara dan
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) menjadi wahana yang diharapkan dapat membantu Pemerintah Kabupaten Balangan pembangunan sanitasi yang komprehensif, yang dapat ngan perkembangan kota yang terus tumbuh dengan cepat. Sebagai sebuah kota yang terus berkembang, tingkat pertumbuhan penduduk di Kabupaten yaitu 1,40% pada tahun 2011.
ampak langsungpada pertumbuhan kawasan permukiman serta meningkatnya tuntutan akan penyediaan Volume sampah dan limbah rumah tangga lainnya yang terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk tentunya harus segera diantisipasi oleh para pemangku kepentingan di Kabupaten Balangan, demikian juga dengan fenomena semakin meluasnya daerah genangan air sebagai daerah resapan dan tangkapan air yang lahan terbuka menjadi kawasan-kawasan
permukiman.
Sebagai dasar pijakan untuk menyusun sebuah strategi yang komprehensif dan terintegrasi secara multisektoral, dan yang terpenting tepat sasaran sebagaimana kebutuhan riil masyarakat, tentunya diperlukan
struktur dan situasi sanitasi di seluruh wilayah Kabupaten Balangan, aspek teknis maupun non teknis
utama dan dasar bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK).
Buku Putih Sanitasi merupakan pemetaan situasi
berdasarkan kondisi aktual. Pemetaan tersebut mencakup aspek teknis dan aspek non-teknis, yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek
kepentingan secara lebih luas. Buku Putih merupakan “database sanitasi kota atau kabupaten” yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPD dan pemangku kepentingan terkait pembangunan sanitasi.
1.2 Landasan Gerak
1.2.1 Pengertian Sanitasi
Pengertian sanitasi dari beberapa sumber adalah sebagai berikut :
Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap semua faktor lingkungan fisik manusia yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi sehingga merugikan pertumbuhan fisik, kesehatan dan kelangsung
(WHO)1.
Sedangkan pengertian sanitasi menurut panduan TTPS Sanitasi juga diartikan sebagai usaha untuk memastikan pembuangan kotoran manusia, cairan limbah, dan sampah secara higienis yang akan berkontribusi pada kebersihan dan lingkungan hidu
sekitarnya.
1.2.2 Ruang lingkup
Ruang Lingkup penanganan Sanitasi dalam program PPSP adalah sebagai berikut:
1. Pengolahan On Site
tanah dalam penanganan limbah rumah tangga.
2. Pengelolaan Off Site secara terpusat.
1Victor M. Ehler dan Ernest W. steel Municipal and Rural Sanitation, Tata Mc Graw Hill Publishing Company LTD, New Dehli, Edition 1976 hal 2
Sebagai dasar pijakan untuk menyusun sebuah strategi yang komprehensif dan terintegrasi secara multisektoral, dan yang terpenting tepat sasaran sebagaimana kebutuhan riil masyarakat, tentunya diperlukan data dasar yang esensial mengenai
i sanitasi di seluruh wilayah Kabupaten Balangan,
aspek teknis maupun non teknis. Dalam konteks ini Buku Putih merupakan prasyarat utama dan dasar bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK).
Buku Putih Sanitasi merupakan pemetaan situasi sanitasi kota
berdasarkan kondisi aktual. Pemetaan tersebut mencakup aspek teknis dan aspek teknis, yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-aspek lain seperti keterlibatan p
kepentingan secara lebih luas. Buku Putih merupakan “database sanitasi kota atau kabupaten” yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPD dan pemangku kepentingan terkait pembangunan sanitasi.
Pengertian Sanitasi
Pengertian sanitasi dari beberapa sumber adalah sebagai berikut :
Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap semua faktor lingkungan fisik manusia yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi sehingga merugikan pertumbuhan fisik, kesehatan dan kelangsung
Sedangkan pengertian sanitasi menurut panduan TTPS Sanitasi juga diartikan sebagai usaha untuk memastikan pembuangan kotoran manusia, cairan limbah, dan sampah secara higienis yang akan berkontribusi pada kebersihan dan lingkungan hidup yang sehat baik di rumah maupun lingkungan
penanganan Sanitasi dalam program PPSP adalah sebagai berikut:
On Site menggunakan sistem septik-tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga.
Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat.
Victor M. Ehler dan Ernest W. steel Municipal and Rural Sanitation, Tata Mc Graw Hill Publishing Company LTD, New
Sebagai dasar pijakan untuk menyusun sebuah strategi yang komprehensif dan terintegrasi secara multisektoral, dan yang terpenting tepat sasaran sebagaimana data dasar yang esensial mengenai i sanitasi di seluruh wilayah Kabupaten Balangan, baik menyangkut Dalam konteks ini Buku Putih merupakan prasyarat
sanitasi kota atau kabupaten berdasarkan kondisi aktual. Pemetaan tersebut mencakup aspek teknis dan aspek teknis, yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. Buku Putih merupakan “database sanitasi kota atau kabupaten” yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPD dan
Pengertian sanitasi dari beberapa sumber adalah sebagai berikut :
Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap semua faktor lingkungan fisik manusia yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi sehingga merugikan pertumbuhan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidupnya
Sedangkan pengertian sanitasi menurut panduan TTPS Sanitasi juga diartikan sebagai usaha untuk memastikan pembuangan kotoran manusia, cairan limbah, dan sampah secara higienis yang akan berkontribusi pada kebersihan p yang sehat baik di rumah maupun lingkungan
penanganan Sanitasi dalam program PPSP adalah sebagai berikut:
tank dengan peresapan ke
adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan
Victor M. Ehler dan Ernest W. steel Municipal and Rural Sanitation, Tata Mc Graw Hill Publishing Company LTD, New
3. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya ya
ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota dan memutuskan air permukaan.
5. Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah untuk meny
bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang bersumber dari air permukaan maupun air tanah.
Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Balangan.
Balangan ini diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis pembangunan sanitasi skala kota. Buku Strategi Sanitasi Kota yang memuat r
kota dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dala
Sanitasi. Setiap tahun data yang ada akan dibuat “Laporan Sanitasi Tahunan” yang merupakan gabungan antara laporan Tahunan SKPD dan status proyek sanitasi.
Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih Sanitasi dan setelah 3 tahun (seiring dengan berakhirnya RPJMD 2011
dalam Revisi Buku Putih Sanitasi.
1.2.3 Kesepakatan Wilayah K
Sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Daerah Kabupaten
Pemerintahan yang menjadi
cakupan layanan sanitasi Pemerintah administrasi Kabupaten
Putih Sanitasi meliputi wilayah kabupaten, terutama penilaian resiko kesehatan lingkungan/
Fokus dari wilayah kajian akan melihat dari hasil studi EHRA tersebut, dimana akan ditetapkan areal-areal berisiko sani
1.2.4 Visi dan Misi Kabupaten
Berdasarkan visi, misi Bupati di dalam RPJMD Kabupaten Balangan Tahun 2011 2015, serta tujuan penataan ruang sebagaimana tercantum dalam RTRW K
Balangan tahun 2013 – 2032 maka di jelaskan sebagai berikut :
Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota dan memutuskan air permukaan.
Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah untuk meny
bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang bersumber dari air permukaan maupun air tanah.
Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Balangan. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Balangan ini diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis pembangunan sanitasi skala kota. Buku Strategi Sanitasi Kota yang memuat rencana pembangunan sanitasi
dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dala
Sanitasi. Setiap tahun data yang ada akan dibuat “Laporan Sanitasi Tahunan” yang merupakan gabungan antara laporan Tahunan SKPD dan status proyek sanitasi.
Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih Sanitasi dan setelah 3 tahun ring dengan berakhirnya RPJMD 2011-2015), semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi Buku Putih Sanitasi.
Kesepakatan Wilayah Kajian Buku putih Sanitasi
Sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 2 Tahun 2008 t
menjadi Wewenang Pemerintah Kabupaten
cakupan layanan sanitasi Pemerintah Kabupaten Balangan meliputi seluruh wilayah administrasi Kabupaten Balangan. Karena itu wilayah kajian dari penyusunan Buku ti wilayah kabupaten, terutama yang berkaitan dengan studi penilaian resiko kesehatan lingkungan/ Environmental Health Risk Assessment
Fokus dari wilayah kajian akan melihat dari hasil studi EHRA tersebut, dimana akan areal berisiko sanitasi di Kabupaten Balangan.
Visi dan Misi Kabupaten
Berdasarkan visi, misi Bupati di dalam RPJMD Kabupaten Balangan Tahun 2011 2015, serta tujuan penataan ruang sebagaimana tercantum dalam RTRW K
2032 maka di jelaskan sebagai berikut :
Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, ng ditampung melalui TPS atau transfer depo
Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai
Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang
Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, Buku Putih Sanitasi Kabupaten Balangan ini diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis pembangunan sanitasi encana pembangunan sanitasi dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi. Setiap tahun data yang ada akan dibuat “Laporan Sanitasi Tahunan” yang merupakan gabungan antara laporan Tahunan SKPD dan status proyek sanitasi.
Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih Sanitasi dan setelah 3 tahun 2015), semua informasi tersebut dirangkum
Sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan Tahun 2008 tentang Urusan Wewenang Pemerintah Kabupaten Balangan bahwa meliputi seluruh wilayah Karena itu wilayah kajian dari penyusunan Buku berkaitan dengan studi Environmental Health Risk Assessment EHRA).
Fokus dari wilayah kajian akan melihat dari hasil studi EHRA tersebut, dimana akan
Berdasarkan visi, misi Bupati di dalam RPJMD Kabupaten Balangan Tahun 2011 – 2015, serta tujuan penataan ruang sebagaimana tercantum dalam RTRW Kabupaten
a) Visi Kabupaten Balangan:
"
MENUJU BALANGAN YANG MANDIRI DAN SEJAHTERA”
Makna dari Visi tersebut sebagai berikut:
MANDIRI:
Kabupaten Balangan harus mampu mensejajarkan diri dengan daerah lain yang sudah lebih dahulu maju dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.
Balangan yang mandiri
yang didukung oleh struktur kelembagaan pemerintah daerah yang lengkap dan diisi serta dikelola oleh aparatur yang berkompeten di bidang tugasnya masing
sehingga mampu memberikan pelayanan prima terhadap masyarakat. Kemandirian juga tercermin pada tingkat partisipas
pembangunan.
SEJAHTERA:
Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat
berlandaskan pada keunggulan daya saing daerah, kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Terpenuhinya kebutuh
sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, kesempatan berusaha, rasa aman, didukung oleh infrastruktur yang mantap.
Misi
Beranjak dari visi tersebut, dan untuk mengar
pembangunan Kabupaten Balangan Tahun 20
I. Mewujudkan perekonomian masyarakat yang lebih maju, mandiri dan dinamis berlandaskan ekonomi kerakyatan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam yang didasari prinsip pembangunan yang berkelanjutan serta berwawasan lingkungan.
II. Mewujudkan infrastruktur yang merata dan berkualitas secara bertahap, sistematis dan berkelanjutan untuk mendukung pengembangan wilayah Visi Kabupaten Balangan:
"“MELANJUTKAN PEMBANGUNAN
MENUJU BALANGAN YANG MANDIRI DAN SEJAHTERA”
Makna dari Visi tersebut sebagai berikut:
Kabupaten Balangan harus mampu mensejajarkan diri dengan daerah lain yang sudah lebih dahulu maju dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.
juga berarti roda pemerintahan sudah berjalan secara optimal struktur kelembagaan pemerintah daerah yang lengkap dan diisi serta dikelola oleh aparatur yang berkompeten di bidang tugasnya masing
sehingga mampu memberikan pelayanan prima terhadap masyarakat. Kemandirian juga tercermin pada tingkat partisipasi publik dalam perumusan kebijakan
Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing daerah, kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat yang meliputi:
sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, kesempatan berusaha, rasa aman, didukung oleh infrastruktur yang mantap.
Beranjak dari visi pembangunan Kabupaten Balangan Tahun 20
tersebut, dan untuk mengarahkan pencapaiannya, selanjutnya dicanangkan misi pembangunan Kabupaten Balangan Tahun 2011- 2015, yaitu:
Mewujudkan perekonomian masyarakat yang lebih maju, mandiri dan dinamis berlandaskan ekonomi kerakyatan dan optimalisasi pemanfaatan sumber yang didasari prinsip pembangunan yang berkelanjutan serta berwawasan lingkungan.
Mewujudkan infrastruktur yang merata dan berkualitas secara bertahap, sistematis dan berkelanjutan untuk mendukung pengembangan wilayah
MENUJU BALANGAN YANG MANDIRI DAN SEJAHTERA”"
Kabupaten Balangan harus mampu mensejajarkan diri dengan daerah lain yang sudah lebih dahulu maju dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.
juga berarti roda pemerintahan sudah berjalan secara optimal struktur kelembagaan pemerintah daerah yang lengkap dan diisi serta dikelola oleh aparatur yang berkompeten di bidang tugasnya masing-masing, sehingga mampu memberikan pelayanan prima terhadap masyarakat. Kemandirian i publik dalam perumusan kebijakan
melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing daerah, kekayaan sumber daya alam dan an dasar masyarakat yang meliputi:
sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, kesempatan berusaha, rasa
Kabupaten Balangan Tahun 2011–2015 ahkan pencapaiannya, selanjutnya dicanangkan misi
Mewujudkan perekonomian masyarakat yang lebih maju, mandiri dan dinamis berlandaskan ekonomi kerakyatan dan optimalisasi pemanfaatan sumber yang didasari prinsip pembangunan yang berkelanjutan serta
Mewujudkan infrastruktur yang merata dan berkualitas secara bertahap, sistematis dan berkelanjutan untuk mendukung pengembangan wilayah
III. Mewujudkan masyarakat Balangan yang
mulia dan berbudaya modern berdasarkan iptek dan imtaq dengan tetap memperhatikan kearifan lokal
IV. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan profesional Mewujudkan keamanan, ketertiban, dan
kondisi kehidupan masyarakat yang kondusif untuk menyelenggarakan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan.
Visi dan misi tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam tujuan dan sasaran.
Tujuan dan sasaran adalah
tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka menengah daerah yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan kinerja pembangunan daerah secara keseluruhan. Perumusan tujuan dan sasaran, di samping menerjemahkan visi/m
strategis, dilakukan untuk menyerasikan ketercapaian indikator kinerja pembangunan daerah. Tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Balangan sampai dengan tahun 2015 sebagai berikut:
Misi
Mewujudkan perekonomian masyarakat yang lebih maju, mandiri dan dinamis
berlandaskan ekonomi kerakyatan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam yang didasari prinsip pembangunan yang berkelanjutan serta berwawasan lingkungan.
Mewujudkan infrastruktur yang merata dan berkualitas secara bertahap, sistematis dan berkelanjutan untuk
Mewujudkan masyarakat Balangan yang sehat, cerdas, religius, berakhlak mulia dan berbudaya modern berdasarkan iptek dan imtaq dengan tetap memperhatikan kearifan lokal
Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan profesional
Mewujudkan keamanan, ketertiban, dan kepastian hukum bagi terwujudnya ndisi kehidupan masyarakat yang kondusif untuk menyelenggarakan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan.
Visi dan misi tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam tujuan dan sasaran.
adalah tahap perumusan sasaran strategis yang menunj tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka menengah daerah yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan kinerja pembangunan daerah secara keseluruhan. Perumusan tujuan dan sasaran, di samping menerjemahkan visi/misi dan menjawab permasalahan pembangunan daerah/isu strategis, dilakukan untuk menyerasikan ketercapaian indikator kinerja pembangunan daerah. Tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Balangan sampai dengan tahun
Tujuan Sasaran
Mewujudkan perekonomian masyarakat yang lebih maju,
kerakyatan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam yang didasari prinsip
berwawasan lingkungan.
Meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat
Percepatan laju pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan Meningkatnya peranan usaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi dalam perkuatan struktur perekonomian daerah Menurunnya tingkat
pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin Meningkatnya ketahanan pangan masyarakat
Meningkatnya mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam
Mewujudkan infrastruktur yang merata dan berkualitas secara bertahap, sistematis dan berkelanjutan untuk
Meningkatkan daya dukung infrastruktur untuk pengembangan
Meningkatnya kapasitas dan kualitas prasarana transportasi Meningkatnya pemenuhan sehat, cerdas, religius, berakhlak mulia dan berbudaya modern berdasarkan iptek dan imtaq dengan tetap
hukum bagi terwujudnya ndisi kehidupan masyarakat yang kondusif untuk menyelenggarakan pemerintahan
Visi dan misi tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam tujuan dan sasaran.
tahap perumusan sasaran strategis yang menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka menengah daerah yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan kinerja pembangunan daerah secara keseluruhan. Perumusan tujuan dan sasaran, di samping isi dan menjawab permasalahan pembangunan daerah/isu-isu strategis, dilakukan untuk menyerasikan ketercapaian indikator kinerja pembangunan daerah. Tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Balangan sampai dengan tahun
Percepatan laju pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan Meningkatnya peranan usaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi dalam perkuatan struktur perekonomian daerah Menurunnya tingkat
pengangguran terbuka dan penduduk miskin Meningkatnya ketahanan pangan masyarakat
Meningkatnya mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber
Meningkatnya kapasitas dan kualitas prasarana transportasi Meningkatnya pemenuhan
Misi
mendukung pengemban wilayah
Mewujudkan masyarakat Balangan yang sehat, cerdas, religius, berakhlak mulia dan berbudaya modern
berdasarkan iptek dan imtaq dengan tetap
memperhatikan kearifan local
Tujuan Sasaran
mendukung pengembangan wilayah dan
peningkatan derajat kehidupan masyarakat
kebutuhan air untuk pertanian pada lahan irigasi
pemenuhan kebutuhan air baku untuk air bersih
Tersedianya prasarana dan sarana perumahan dan permukiman
Mewujudkan masyarakat Balangan yang sehat, cerdas, religius, berakhlak mulia dan berdasarkan iptek dan imtaq memperhatikan kearifan
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Meningkatnya kualitas dan aksessibilitas pelayanan kesehatan
Meningkatnya mutu
pendidikan dan aksessibilitas masyarakat terhadap pelayanan pendidikan
Meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan terutama di bidang kesehatan,
pendidikan, ekonomi termasuk akses terhadap penguasaan sumber daya, dan politik Meningkatkan kualitas
kehidupan beragama
Terwujudnya kehidupan sosial yang harmonis, rukun dan damai di kalangan
umat beragama Meningkatkan apresiasi
masyarakat terhadap keragaman seni dan budaya,
serta kreativitas seni dan budaya yang didukung oleh suasana yang
kondusif dalam penyaluran kreativitas berkesenian masyarakat
Meningkatnya upaya
pelestarian dan pengembangan budaya lokal
kebutuhan air untuk pertanian pada lahan irigasi dan
pemenuhan kebutuhan air baku untuk air bersih
Tersedianya prasarana dan sarana perumahan dan permukiman
Meningkatnya kualitas dan aksessibilitas pelayanan
Meningkatnya mutu
pendidikan dan aksessibilitas masyarakat terhadap pelayanan
Meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan terutama di bidang kesehatan,
pendidikan, ekonomi termasuk akses terhadap penguasaan sumber daya, dan politik Terwujudnya kehidupan sosial yang harmonis, rukun dan damai di kalangan
umat beragama Meningkatnya upaya
pelestarian dan pengembangan budaya lokal
Misi
Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan professional
Mewujudkan keamanan, ketertiban, dan kepastian hukum bagi terwujudnya kondisi kehidupan masyarakat yang kondusif untuk
menyelenggarakan pemerintahan dan
melaksanakan pembangunan.
b) Tujuan Penataan Ruang Wilayah yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Balangan
“Terwujudnya wilayah Balangan yang sejahtera, aman, nyaman, dan produktif melalui pengembangan sektor
lingkungan dalam pemanfaatan ruang
Untuk menjabarkan tujuan penataan ruang sebagaimana dimaksud di atas, disusunlah kebijakan penataan ruang;
a. pengembangan sistem agropolitan untuk mendorong potensi ekonomi berbasis pertanian da
b. peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah secara hirarkhis dan merata;
c. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana dan sarana;
d. pengembangan kawasan strategis kabupaten;
e. pengembangan wisata alam maupun budaya unggulan yang berskala regional;
f. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup melalui pengembangan kawasan lindung
Tujuan Sasaran
Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan professional
Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang semakin
transparan, responsif dan akuntabel
Meningkatnya akuntabilitas kinerja pemerintah daerah Meningkatnya
pelayanan kepada masyarakat Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumberdaya aparatur pemerintah daerah Meningkatnya layanan informasi dan komunikasi Mewujudkan keamanan,
ketertiban, dan kepastian hukum bagi terwujudnya
kehidupan masyarakat
melaksanakan pembangunan.
Terciptanya suasana dan kepastian keadilan melalui penegakan hukum (rule of law) dan terjaganya ketertiban umum.
Menurunnya kejadian kriminal (criminal index
meningkatnya penuntasan kejahatan (clearance rate
Tujuan Penataan Ruang Wilayah yang tertuang dalam RTRW Kabupaten
Terwujudnya wilayah Balangan yang sejahtera, aman, nyaman, dan produktif melalui pengembangan sektor-sektor unggulan yang berwawasan lingkungan dalam pemanfaatan ruang”.
Untuk menjabarkan tujuan penataan ruang sebagaimana dimaksud di atas, disusunlah kebijakan penataan ruang;
pengembangan sistem agropolitan untuk mendorong potensi ekonomi berbasis pertanian dan perkebunan serta peternakan;
akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah secara hirarkhis dan merata;
eningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana dan sarana;
engembangan kawasan strategis kabupaten;
engembangan wisata alam maupun budaya unggulan yang berskala regional;
emeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup melalui pengembangan kawasan lindung; dan
Meningkatnya akuntabilitas kinerja pemerintah daerah Meningkatnya kualitas
pelayanan kepada masyarakat Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumberdaya aparatur pemerintah daerah Meningkatnya layanan informasi dan komunikasi Menurunnya kejadian kriminal
index) dan meningkatnya penuntasan
clearance rate)
Tujuan Penataan Ruang Wilayah yang tertuang dalam RTRW Kabupaten
Terwujudnya wilayah Balangan yang sejahtera, aman, nyaman, dan unggulan yang berwawasan
Untuk menjabarkan tujuan penataan ruang sebagaimana dimaksud di atas,
pengembangan sistem agropolitan untuk mendorong potensi ekonomi akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi eningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana dan sarana;
engembangan wisata alam maupun budaya unggulan yang berskala regional;
emeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup melalui
g. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara.
1.3 Maksud Dan Tujuan
Buku Putih Sanitasi Kota ini disusun dengan maksud untuk menggambarkan profil sanitasi (sanitation mapping
mendeskripsikan kondisi beberapa studi, anta
(Environmental Health Risk Assesment yang ada.
Tujuan dari penyusunan dokumen Buku Putih Sanitasi ini adalah : 1) Melakukan analisis dari kondisi dan potensi yang a
melakukan identifikasi strategi dan langkah pelaksanaan kebijakan dalam sektor sanitasi.
2) Menghasilkan kebijakan daerah terkait sanitasi yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan Pemerintah Daerah berdasarkan kesepakatan seluru
(stakeholder) AMPL
3) Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan pengorganisasian pelaksanaan pembangunan sanitasi secara efektif, efisien, sistematis, terpadu dan berkelanjutan.
1.4 Metodologi
Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih Sanitasi secara menyeluruh, akan
metodologi yang digunakan dalam penulisan ini sebagai berikut :
a) Metode pengumpulan data :
desk study (kajian literature, data sekunder,
field Research (observasi, wawancara responden)
FGD dan indepth interview.
b) Metode analisis : Deskriptif kualitatif dan kuantitatif
Koleksi data merupakan tahapan yang penting dalam penulisan Buku Putih Sanitasi ini.Data-data yang diperlukan meliputi data sekunder dan data primer. Data data sekunder ini diperoleh dari laporan
terkait dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Balangan maupun publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sedangkan data primer diperoleh dari hasil survey terkait dengan pengelolaan sanitasi sepert
peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara.
Buku Putih Sanitasi Kota ini disusun dengan maksud untuk menggambarkan sanitation mapping) atau gambaran secara lebih lengkap yang kondisi dan karakteristik sanitasi kota dengan cara melakukan beberapa studi, antar lain Studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan
Environmental Health Risk Assesment/ EHRA) yang didukung oleh data
dari penyusunan dokumen Buku Putih Sanitasi ini adalah :
Melakukan analisis dari kondisi dan potensi yang ada di Kabupaten Balangan serta melakukan identifikasi strategi dan langkah pelaksanaan kebijakan dalam sektor
Menghasilkan kebijakan daerah terkait sanitasi yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan Pemerintah Daerah berdasarkan kesepakatan seluru
(stakeholder) AMPL-BM Kabupaten Balangan.
Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan pengorganisasian pelaksanaan pembangunan sanitasi secara efektif, efisien, sistematis, terpadu dan
ntuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih Sanitasi secara menyeluruh, akan disajikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan aspek metodologi yang digunakan dalam penulisan ini yang secara singkat dapat dijelaskan
Metode pengumpulan data :
desk study (kajian literature, data sekunder, browsing, internet, dll) field Research (observasi, wawancara responden)
FGD dan indepth interview.
Metode analisis : Deskriptif kualitatif dan kuantitatif
Koleksi data merupakan tahapan yang penting dalam penulisan Buku Putih data yang diperlukan meliputi data sekunder dan data primer. Data data sekunder ini diperoleh dari laporan atau publikasi yang dikeluarkan oleh SKPD terkait dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Balangan maupun publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sedangkan data primer diperoleh dari terkait dengan pengelolaan sanitasi seperti Enviromental Health Risk peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara.
Buku Putih Sanitasi Kota ini disusun dengan maksud untuk menggambarkan atau gambaran secara lebih lengkap yang dengan cara melakukan r lain Studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan / EHRA) yang didukung oleh data-data sekunder
dari penyusunan dokumen Buku Putih Sanitasi ini adalah :
da di Kabupaten Balangan serta melakukan identifikasi strategi dan langkah pelaksanaan kebijakan dalam sektor
Menghasilkan kebijakan daerah terkait sanitasi yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan Pemerintah Daerah berdasarkan kesepakatan seluruh lintas pelaku
Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan pengorganisasian pelaksanaan pembangunan sanitasi secara efektif, efisien, sistematis, terpadu dan
ntuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih Sanitasi disajikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan aspek yang secara singkat dapat dijelaskan
, internet, dll)
Koleksi data merupakan tahapan yang penting dalam penulisan Buku Putih data yang diperlukan meliputi data sekunder dan data primer. Data- atau publikasi yang dikeluarkan oleh SKPD terkait dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Balangan maupun publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sedangkan data primer diperoleh dari Enviromental Health Risk
Assessment (EHRA). Selanjutnya dalam tahap penentuan area beresiko, kedua jenis data tersebut akan dikompilasi dengan persepsi masing
masing wilayah yang dinilai.
Penyusunan buku putih sanitasi ini dilaksa
melibatkan para pemangku kepentingan, transaparan dan akuntabel. Sebutkan bentuk partisipatif apa yang dilakukan oleh masing
Pendekatan yang dilakukan antara lain, berupa :
Pendekatan partisipa
Pendekatan berbasis kebutuhan (
Pendekatan berbasis fakta/masalah (
1.5 Dasar Hukum Dan Kaitannya Dengan Dokumen Perencanaan Lain 1.5.1 Dasar Hukum
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Balangan Tahun 2013
acuan perencanaan strategis bagi penyusunan strategi sanitasi (SSK) tingkat kota/kabupaten dengan tetap berbasis pada dokumen perencanaan yang sudah ada antara lain RPJPD, RPJMD, Renstra dan RTRW.
Rencana pembangunan sanitasi dike
dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi. Setiap tahun data yang ada akan dibuat
“Laporan Sanitasi Tahunan” yang merupakan gabungan antara laporan Tahunan SKPD dan status proyek sanitasi. Laporan Sanitasi Tahunan menjadi
Sanitasi 2013 dan setelah 3 tahun, semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi Buku Putih Sanitasi.
Di dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Balangan berpijak pada beberapa peraturan perundang
propinsi maupun daerah. Kegiatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di Kabupaten Balangan didasarkan pada aturan
produk hukum yang meliputi:
a. Undang-Undang
1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1966
2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alami Hayati dan Ekosistemnya;
3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman;
4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air;
(EHRA). Selanjutnya dalam tahap penentuan area beresiko, kedua jenis data tersebut akan dikompilasi dengan persepsi masing-masing SKPD pada masing masing wilayah yang dinilai.
Penyusunan buku putih sanitasi ini dilaksanakan secara partisipatif yang melibatkan para pemangku kepentingan, transaparan dan akuntabel. Sebutkan bentuk partisipatif apa yang dilakukan oleh masing-masing stakeholder di kab/kota.
Pendekatan yang dilakukan antara lain, berupa : Pendekatan partisipatif
Pendekatan berbasis kebutuhan (demand responsive approach) Pendekatan berbasis fakta/masalah (evidence-based approach)
Dasar Hukum Dan Kaitannya Dengan Dokumen Perencanaan Lain
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Balangan Tahun 2013 ini diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis bagi penyusunan strategi sanitasi (SSK) tingkat kota/kabupaten dengan tetap berbasis pada dokumen perencanaan yang sudah ada antara lain RPJPD, RPJMD, Renstra dan RTRW.
Rencana pembangunan sanitasi dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi. Setiap tahun data yang ada akan dibuat
“Laporan Sanitasi Tahunan” yang merupakan gabungan antara laporan Tahunan SKPD dan status proyek sanitasi. Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih Sanitasi 2013 dan setelah 3 tahun, semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi
Di dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Balangan berpijak pada beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat nasional atau pusat, propinsi maupun daerah. Kegiatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di Kabupaten Balangan didasarkan pada aturan
produk hukum yang meliputi:
Undang Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene;
undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alami Hayati dan Ekosistemnya;
Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman;
Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air;
(EHRA). Selanjutnya dalam tahap penentuan area beresiko, kedua jenis masing SKPD pada masing-
nakan secara partisipatif yang melibatkan para pemangku kepentingan, transaparan dan akuntabel. Sebutkan bentuk masing stakeholder di kab/kota.
ini diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis bagi penyusunan strategi sanitasi (SSK) tingkat kota/kabupaten dengan tetap berbasis pada dokumen perencanaan yang sudah ada
mbangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi. Setiap tahun data yang ada akan dibuat
“Laporan Sanitasi Tahunan” yang merupakan gabungan antara laporan Tahunan SKPD Lampiran Buku Putih Sanitasi 2013 dan setelah 3 tahun, semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi
Di dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Balangan berpijak pada gkat nasional atau pusat, propinsi maupun daerah. Kegiatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di Kabupaten Balangan didasarkan pada aturan-aturan dan
undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alami
Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman;
Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air;
5) Undang-Undang Nomor Pembangunan Nasional;
6) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
7) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
8) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolan Sampah;
9) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
10) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 tentang Pengaturan Air;
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air;
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai;
4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengen
5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
c. Peraturan Presiden Republik Indonesia
1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014.
d. Keputusan Presiden Republik Indonesia 1) Keputusan Presiden Republik
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.
2) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.
3) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolan Sampah;
ng Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 tentang Pengaturan Air;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
Peraturan Presiden Republik Indonesia
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
eputusan Presiden Republik Indonesia
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang ubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;
Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolan Sampah;
ng Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 tentang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang ubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun
2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air
e. Keputusan Menteri
1) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih;
2) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL;
3) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik;
4) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA);
5) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/VII/2002 tentang Syarat
Minum;
f. Peraturan Menteri
1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 21/PRT/2006 tentang
dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP);
2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 16/PRT/2008 tentang
dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP
g. Peraturan Daerah Kabupaten Balangan 1) Peraturan Daerah Kabupaten B
Urusan Pemerintah yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Balangan
Nomor 02, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Balangan Nomor
2) Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 06 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Balangan 2011
3) Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Ba
2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air
Keputusan Menteri
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih;
n Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik;
putusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA);
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan K
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 21/PRT/2006 tentang
dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 16/PRT/2008 tentang
ategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP)
Peraturan Daerah Kabupaten Balangan
Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 02 Tahun
Urusan Pemerintah yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Balangan (Lembaran Daerah Kabupaten Balangan Tahun
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Balangan Nomor
Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 06 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Balangan 2011
Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Ba
2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor
n Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun
putusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 21/PRT/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 16/PRT/2008 tentang Kebijakan ategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Balangan Tahun 2008 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Balangan Nomor 43);
Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 06 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Balangan 2011-2015;
Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 03
Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Balangan.
4) Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 01 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kab
Daerah Kabupaten Balangan h. Petunjuk Teknis
1) Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan.
2) Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata
Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah.
3) Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.72 Pet B judul Petunjuk Teknis Pembuatan Sumur Resapan.
4) Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidran Dalam Penyediaan Air Bersih.
5) Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Tekn Pengomposan Sampah Organik Skala Lingkungan.
6) Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi Pengolahan Air Sistem Berpindah
Liter/detik.
7) Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul P Pengelolaan Drainase Perkotaan.
8) Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara Sistem Penyediaan Air Bersih Komersil Untuk Permukiman.
9) Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Ca 10) Pengoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah
Tangga Non Kakus.
11) Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi.
12) Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK
Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Balangan.
Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 01 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Balangan Tahun 2013 (Lembaran Daerah Kabupaten Balangan Nomor 01 Tahun 2013).
Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan
Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata Cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah.
unjuk Teknis Nomor KDT 363.72 Pet B judul Petunjuk Teknis Pembuatan Sumur Resapan.
Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidran Dalam Penyediaan Air Bersih.
Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Tekn Pengomposan Sampah Organik Skala Lingkungan.
Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi Pengolahan Air Sistem Berpindah – pindah (Mobile) Kapasitas 0.5
Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan.
Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara Sistem Penyediaan Air Bersih Komersil Untuk Permukiman.
Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Ca Pengoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus.
Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran
Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK
Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Perangkat
Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 01 Tahun 2013 tentang Anggaran upaten Balangan Tahun 2013 (Lembaran
Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan
Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi ara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem
unjuk Teknis Nomor KDT 363.72 Pet B judul Petunjuk Teknis Pembuatan
Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan
Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis
Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi pindah (Mobile) Kapasitas 0.5
anduan Dan Petunjuk Praktis
Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara
Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara Pengoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah
Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran
Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK