PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN SIKAP POSITIF TERHADAP MATEMATIKA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH
MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN CTL
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
OLEH : RUHDIANI NIM : 081188730056
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
RUHDIANI. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Sikap Positif Terhadap Matematika Siswa Madrasah Ibtidaiyah Melalui Pembelajaran Dengan Pendekatan CTL. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika
Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) apakah peningkatan kemampuan pemahaman siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL lebih baik daripada kemampuan pemahaman siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan Ekspositori. (2) apakah sikap siswa terhadap matematika yang pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL lebih baik daripada sikap siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan Ekspositori (3) bagaimana aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL dengan pembelajarannya menggunakan pendekatan ekspositori. (4) pola jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah kontekstual pada masing-masing pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Populasi penelitian ini siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Takengon dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Gunung Bukit yang terakreditasi B. Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan mengacak kelas. Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) tes kemampuan pemahaman dengan materi operasi hitung bilangan (2) angket skala sikap (3) lembar observasi aktivitas siswa. Adapun tes yang digunakan untuk memperoleh data adalah berbentuk uraian. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik nonparametrik. Analisis statistik data dilakukan dengan analisis uji-t dan Mann
Withney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) peningkatan kemampuan
ABSTRACT
RUHDIANI. Increasing Comprehension Ability and Positive Behavior to Mathematic Student of Islamic Elementary School Through Learning with CTL Approach. Thesis. Medan: Program Master of Mathematic Education
University of Negeri Medan, 2012.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat
Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul
“PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN SIKAP POSITIF
TERHADAP MATEMATIKA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN CTL” dapat
diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Matematika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku pembimbing I dan Bapak Prof.
Dr. Asmin, M.Pd selaku pembimbing II ditengah-tengah kesibukannya telah
memberikan bimbingan, arahan dengan sabar dan kritis terhadap berbagai
permasalahan, dan selalu mampu memberikan motivasi bagi penulis sehingga
terselesaikannya tesis ini.
2. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED.
3. Bapak Hasratuddin, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber yang telah banyak
membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penyelesaian
4. Bapak Dapot Tua Manullang, SE selaku Staf Program Studi Pendidikan
MatematikaPascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan semangat
dan membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini
5. Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd,; Ibu Dr. Asih Menanti, MS, S.Pi; selaku
narasumber yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun untuk
menjadikan tesis ini menjadi lebih baik.
6. Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang selaku Direktur Program Pascasarjana
UNIMED.
7. Bapak Syarifuddin, M.Sc, Ph.D selaku Asisten Direktur I Program
Pascasarjana UNIMED.
8. Ibu Maya Kasturi, S.Ag, M.Pd selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Gunung Bukit dan Bapak Sapuan, M.Pd selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah
Negeri I Takengon beserta seluruh dewan guru yang telah memberikan
kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
9. Suami tercinta Muhammad Yunus, S.Ag yang senantiasa memberikan
bantuan, semangat, motivasi dan doa serta buah hati tersayang yang menjadi
motivator penulis Shafia Izzatunnisa dan Syafiqul Azzam.
10. Ayahanda H. Djamaluddin K, S.Ag dan Ibunda Hj. Nurhajaty serta kakanda
Mariani, S.Ag, Khalisuddin, S.Pt, Muliami, SH, adinda Ida Sosiawani,
SE,Ak, M.Pd yang senantiasa memberikan motivasi dan doa.
11. Sahabat seperjuangan terkhusus angkatan XIV Prodi Matematika (Lenny
M.Pd, Arianto, Hizmi Wardhani) yang telah memberikan dorongan,
semangat, serta bantuan lainnya kepada penulis.
12. Rekan saya Maisyarah P, Fardha, Nuradli, Khairuddin yang telah banyak
membantu dan memberikan dukungan.
Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta
saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika.
Mungkin masih terdapat kekurangan/kelemahan dalam penyusunan tesis ini,
untuk itu penulis mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus
dalam saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Medan, Agustus 2012 Penulis,
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.Identifikasi Masalah ... 13
1.3.Pembatasan Masalah ... 14
1.4.Rumusan Masalah ... 14
1.5.Tujuan Penelitian ... 15
1.6.Manfaat Penelitian ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17
2.1Pemahaman Dalam Matematika ... 17
2.2Sikap Terhadap Matematika ... 20
2.3Belajar dan Belajar Matematika ... 25
2.3.1 Pengertian Belajar ... 25
2.3.2 Pengertian Belajar Matematika ... 28
2.4 Pendekatan Pembelajaran Matematika Kontekstual ... 30
2.4.2 Latar Belakang atau Dasar Filosofi
Pembelajaran Kontekstual ... 34
2.4.3 Latar Belakang atau Dasar Psikologis Pembelajaran Kontekstual ... 36
2.4.4 Komponen-komponen Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ... 36
2.5 Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Matematika ... 45
2.6 Pendekatan Ekspositori ... 47
2.7 Perbedaan Pedagogik antara Pembelajaran dengan Pendekatan CTL dengan Pembelajaran Ekspositori... 49
2.8 Teori Belajar yang Terkait dengan Pembelajaran Kontekstual 51 2.9 Penelitian yang Relevan ... 58
2.10 Kerangka Konseptual ... 60
2.11 Hipotesis Penelitian ... 66
BAB III METODE PENELITIAN ... 68
3.1Tempat dan Waktu Penelitian ... 68
3.2 Populasi dan Sampel... 69
3.3 Definisi Operasional ... 72
3.4 Desain Penelitian ... 73
3.5 Tekhnik Pengumpulan Data ... 75
3.6 Prosedur Penelitian ... 89
3.7 Tekhnik Analisa Data ... 92
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 102
4.1 Hasil Penelitian ... 103
4.1.1 Kemampuan Pemahaman Siswa Sebelum Pembelajaran 103 4.1.2 Kemampuan Pemahaman Siswa Setelah Pembelajaran . 109 4.1.3 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Siswa ... 114
4.1.4 Sikap Siswa Terhadap Matematika Setelah Pembelajaran 119 4.1.5 Hasil Penelitian Aktivitas Siswa selama Proses Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual dan Pendekatan Ekspositori ... 123
4.1.6 Hasil Penelitian Pola Jawaban/Kinerja Siswa tentang Tes Kemampuan Pemahaman ... 125
4.1.7 Pengelolaan pembelajaran Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 146
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 148
4.2.1 Faktor Pembelajaran... 148
4.2.2 Peningkatan Kemampuan Pemahaman ... 153
4.2.3 Perbedaan Sikap Siswa Terhadap Matematika ... 155
4.2.4 Pola Jawaban/Kinerja Siswa Terkait Dengan Tes Kemampuan Pemahaman ... 156
4.3 Keterbatasan Penelitian ... 161
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 162
5.1 Kesimpulan ... 162
5.3 Saran ... 164
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Perbedaan Pedagogik antara Pendekatan Pembelajaran CTL
dengan Pendekatan Ekspositori... 50
3.1 Rekapitulasi MI di Aceh Tengah (Khusus Sekolah yang Diakreditasi) 69 3.2 Sampel Penelitian Di Masing-masing Sekolah ... 72
3.3 Tabel Weiner Tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Terikat 74 3.4 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman ... 76
3.5 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman ... 77
3.6 Kisi-kisi Skala Sikap ... 78
3.7 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 79
3.8 Hasil Validasi tes Kemampuan Pemahaman ... 80
3.9 Hasil Validasi Skala Sikap ... 81
3.10 Hasil Validitas Soal Tes Kemampuan Pemahaman ... 84
3.11 Hasil Reliabilitas Soal Tes Kemampuan Pemahaman ... 85
3.12 Hasil Daya Beda Soal Tes Kemampuan Pemahaman ... 87
3.13 Hasil Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Pemahaman ... 88
3.14 Hasil Daya Beda (Harga t) setiap Pernyataan-pernyataan Skala Sikap 89 3.15 Weiner Tentang Keterkaitan Antara Variabel Masalah, Hipotesis, dan Uji Statistik ... 99
3.16 Jadwal Kegiatan Penelitian Yang Direncanakan... 101
4.2 Hasil Uji Normalitas Pretest Kemampuan Pemahaman (SPSS 19) ... 107
4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretest Translasi (SPSS 19) ... 108
4.4 Hasil Uji Homogenitas Pretest Interpretasi (SPSS 19) ... 108
4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest Ekstrapolasi (SPSS 19) ... 109
4.6 Hasil Uji Homogenitas Pretest Aspek Keseluruhan (SPSS 19) ... 109
4.7 Uji Perbedaan Rata-rata Pretest Kemampuan Translasi (SPSS 19) ... 111
4.8 Uji Perbedaan Rata-rata Pretest Kemampuan Interpretasi (SPSS 19) ... 111
4.9 Uji Perbedaan Rata-rata Pretest Kemampuan Ekstrapolasi (SPSS 19).. 112
4.10 Uji Perbedaan Rata-rata Pretest Aspek Keseluruhan (SPSS 19) ... 113
4.11 Data Hasil Postest Kemampuan Pemahaman ... 114
4.12 Hasil Uji Normalitas Postest Kemampuan Pemahaman (SPSS 19) .... 115
4.13 Hasil Uji Homogenitas Postest Translasi (SPSS 19) ... 116
4.14 Hasil Uji Homogenitas Postest Interpretasi (SPSS 19) ... 116
4.15 Hasil Uji Homogenitas Postest Ekstrapolasi (SPSS 19) ... 117
4.16 Hasil Uji Homogenitas Postest Aspek Keseluruhan (SPSS 19) ... 117
4.17 Uji Perbedaan Rata-rata Postest Kemampuan Translasi (SPSS 19) .... 119
4.18 Uji Perbedaan Rata-rata Postest Kemampuan Interpretasi (SPSS 19) ... 120
4.19 Uji Perbedaan Rata-rata Postest Kemampuan Ekstrapolasi (SPSS 19) ... 120
4.20 Uji Perbedaan Rata-rata Postest Aspek Keseluruhan (SPSS 19) ... 121
4.22 Nilai Rataan Gain Ternormalisasi dan Kategorinya... 122
4.23 Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Pemahaman (SPSS 19) ... 124
4.24 Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan Translasi (SPSS 19) ... 124
4.25 Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan Interpretasi (SPSS 19) . 125
4.26 Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan Ekstrapolasi (SPSS 19).. 126
4.27 Uji Homogenitas Peningkatan Keseluruhan Aspek (SPSS 19) ... .. 126
4.28 Uji Perbedaan Rata-rata Peningkatan Kemampuan Translasi (SPSS 19)... 127
4.29 Uji Perbedaan Rata-rata Peningkatan Kemampuan Interpretasi (SPSS 19 ... 128
4.30 Uji Perbedaan Rata-rata Peningkatan Kemampuan Ekstrapolasi (SPSS 19... 129
4.31 Uji Perbedaan Rata-rata Peningkatan Keseluruhan Aspek (SPSS 19 ... ... 129
4.32 Data Skala Sikap ... 130
4.33 Uji Normalitas Sikap ... 131
4.34 Uji Homogenitas Sikap ... 131
4.35 Uji Perbedaan Rata-rata Sikap ... 132
4.36 Prosentase Kategori Sikap Kelas Eksperimen ... 133
4.37 Prosentase Kategori Sikap Kelas Kontrol ... 133
4.38 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran ... 134
4.39 Pola Jawaban/Konerja Siswa Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 158
Dan Kelas Kontrol ... 161
4.41 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Beda Peningkatan
Kemampuan Pemahaman ... 168
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Keterkaitan Faktor-Faktor Pembelajaran ... 30
3.1 Tahapan Alur Kerja Penelitian ... 92
4.1 Skor Rata-rata Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 104
4.2 Skor Rata-rata Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 109
4.3 Diskripsi Peningkatan Kemampuan Pemahaman Kelas Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan Gain Ternormalisasi ... 115
4.4 Skor Rata-rata Sikap ... 120
4.5 Aktivitas siswa selama proses pembelajaran ...129
4.6 Aktivitas siswa selama proses pembelajaran ...130
4.7 Aktivitas siswa selama proses pembelajaran ...130
4.8 Aktivitas siswa selama proses pembelajaran ...131
4.9 Aktivitas siswa selama proses pembelajaran ...131
4.10 Aktivitas siswa selama proses pembelajaran ...132
4.11 Aktivitas siswa selama proses pembelajaran ...132
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
A.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemahaman... 171
A.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman ... 172
A.3 Pretes Kemampuan Pemahaman ... 173
A.4 Postest Kemampuan Pemahaman ... 174
A.5 Alternatif Kunci Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman ... 176
A.6 Kisi-Kisi Skala Sikap ... 182
A.7 Skala Sikap ... 183
A.8 Format Observasi Aktivitas Siswa ... 185
A.9 Format Observasi Kegiatan Guru ... 187
LAMPIRAN B B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual ... 190
B.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pembelajaran dengan Pendekatan Ekspositori ... 210
B.3 Lembar Aktivitas Siwa (LAS) ... 220
LAMPIRAN C C.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 247
LAMPIRAN D D.1 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 251
D.2 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 252
D.3 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemahaman ... 255
LAMPIRAN E
E.1 Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat
Kesukaran Soal Tes Kemampuan Pemahaman Program Exel ... 258 E.2 Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat
Kesukaran Soal Tes Kemampuan Pemahaman Program SPSS 19 ... 260 E.3 Perhitungan Daya Pembeda, Skala Sikap Program Exel ... 270 E.4 Deskripsi Hasil Pretest Kemampuan Pemahaman
di Kelas Eksperimen ... 277 E.5 Deskripsi Hasil Pretest Kemampuan Pemahaman
di Kelas Kontrol ... 283 E.6 Deskripsi Hasil Postest Kemampuan Pemahaman
di Kelas Eksperimen ... 289 E.7 Deskripsi Hasil Postest Kemampuan Pemahaman
di Kelas Kontrol ... 295 E.8 Deskripsi Hasil Skala Sikap di Kelas Eksperimen ... 301 E.9 Deskripsi Hasil Skala Sikap di Kelas Kontrol ... 305 E.10 Perhitungan Normalitas Pretest Kemampuan Pemahaman
Kelas Eksperimen Program SPSS 19 ... 309 E.11 Perhitungan Normalitas Pretest Kemampuan Pemahaman
Kelas Kontrol Program SPSS 19 ... 312 E.12 Uji Rata-rata Pretest Kemampuan Pemahaman
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Program SPSS 19 ... 315 E.13 Perhitungan Normalitas Postest Kemampuan Pemahaman
Kelas Eksperimen Program SPSS 19 ... 318 E.14 Perhitungan Normalitas Postest Kemampuan Pemahaman
Kelas Kontrol Program SPSS 19 ... 321 E.15 Uji Rata-rata Postest Kemampuan Pemahaman
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Program SPSS 19 ... 324 E.16 Perhitungan Normalitas Gain Kemampuan pemahaman
Kelas Kontrol Program SPSS 19 ... 330 E.18 Uji Rata-rata Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Program SPSS 19 ... 333 E.19 Perhitungan Normalitas Pretest, Postest, Gain
Kemampuan Pemahaman Kelas Eksperimen Program SPSS 19 ... 337 E.20 Perhitungan Normalitas Pretest, Postest, Gain
Kemampuan Pemahaman Kelas Kontrol Program SPSS 19 ... 339 E.21 Perhitungan Normalitas Sikap
Kelas Eksperimen Program SPSS 19 ... 341 E.22 Perhitungan Normalitas Sikap
Kelas Kontrol Program SPSS 19 ... 342 E.23 Perhitungan Uji rata-rata Sikap
Program SPSS ... 343
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang sangat penting bagi
siswa. Matematika selain dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah
sehari-hari, juga dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan matematika
siswa. Karenanya merupakan hal yang wajar jika matematika mulai diajarkan
sejak Sekolah Dasar hingga ke Perguruan Tinggi. Matematika merupakan sarana
untuk menumbuh kembangkan kemampuan matematika siswa seperti kemampuan
berfikir logis, kreatif, kritis, cermat, efektif dan sistematis, pemecahan masalah,
representasi, koneksi, komunikasi dan sikap positif terhadap matematika. Sangat
diharapkan setelah pembelajaran matematika dapat meningkatkan
kemampuan-kemampuan matematis tersebut.
Alasan pentingnya matematika dipelajari karena begitu banyak
kegunaannya, baik sebagai ilmu pengetahuan, sebagai alat, maupun sebagai
pembentuk sikap yang diharapkan. Berikut beberapa kegunaan sederhana yang
praktis dari pembelajaran matematika menurut Ruseffendi (1991 : 208) adalah :
1. Dengan belajar matematika kita mampu berhitung dan mampu melakukan perhitungan-perhitungan lainnya.
2. Dengan belajar matematika kita memiliki persyaratan untuk belajar bidang studi lain.
3. Dengan belajar matematika perhitungan menjadi lebih sederhana dan praktis.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Soedjadi (Saragih, 2007) bahwa :
”pendidikan matematika memiliki dua tujuan besar yang meliputi (1) tujuan
bersifat formal, yang memberi tekanan pada penataan nalar anak serta
pembentukan pribadi anak dan (2) tujuan yang bersifat material yang memberi
tekanan pada penerapan matematika serta kemampuan memecahkan masalah
matematika”. Hal ini sangat sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yang
dirumuskan oleh NCTM (2000) yaitu (1) belajar untuk berkomunikasi
(mathematical communication), (2) belajar untuk bernalar (mathematical
reasoning), (3) belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem
solving), (4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connections), (5)
pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive attitudes toward
mathematics).
Di samping kegunaan matematika yang tersebut di atas, matematika juga
merupakan alat pendukung kemajuan IPTEKS, namun disisi lain kualitas
pendidikan matematika sangat merisaukan. Ansari (2009: v) mengatakan : ”dalam
skala Internasional kemampuan matematika siswa kita masih di bawah standar,
dalam skala Nasional kemampuan matematika masih rendah, dan dalam skala
daerah khususnya NAD kemampuan matematika masih urutan dua puluhan ke
bawah”. Rendahnya kemampuan matematika ini menyebabkan rendahnya daya
saing siswa dalam konteks pengembangan ilmu, kenyataan ini sungguh
memprihatinkan.
Diantara kemampuan matematika siswa yang sangat penting untuk
konsep dalam matematika, karena jika siswa mempunyai pemahaman terhadap
konsep paling tidak siswa akan tertarik lebih lanjut untuk mempelajari
matematika. Sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan sikap positif siswa
terhadap matematika. Walle (2008 : 27) mengungkapkan ”ada beberapa
keuntungan pemahaman konsep bagi siswa, diantaranya meningkatkan ingatan,
meningkatkan kemampuan pemecahan soal, membangun sendiri pemahaman, dan
memperbaiki sikap dan percaya diri”.
Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa matematika dianggap sebagai
pelajaran yang sulit, rumit, membosankan, tidak menarik, tidak menyenangkan,
dan matematika dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan bagi sebagian besar
siswa. Menurut Sriyanto (2004) pelajaran matematika di sekolah sering kali
menjadi momok, siswa mengganggap matematika pelajaran yang sulit, anggapan
tersebut tidak terlepas dari persepsi yang berkembang dalam masyarakat tentang
matematika merupakan ilmu yang abstrak, penuh dengan lambang-lambang dan
rumus-rumus yang membingungkan, yang muncul atas pengalaman kurang
menyenangkan ketika belajar matematika di sekolah. Hal ini dapat dilihat dari
kemampuan-kemampuan matematika siswa khususnya kemampuan pemahaman
siswa belum menunjukkan hasil yang memuaskan, bahkan dapat dikatakan masih
sangat jauh dari hasil yang memuaskan dan sangat mengkhawatirkan, sehingga
berbuntut kepada sikap negatif siswa terhadap matematika.
Sebagai contoh terlihat dari jawaban siswa tentang suatu soal yang
mengukur pemahaman siswa (pemahaman translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi)
IV SD, sungguh sangat mengecewakan. Soal yang diberikan adalah : Nisa
mempunyai kelereng sebanyak 12 kotak, setiap kotak berisi 25 kelereng.
Berapakah jumlah kelereng yang dimiliki nisa? Dari jumlah kelereng nisa
seluruhnya, nisa membagikannya kepada 6 temannya secara adil. Berapakah
jumlah kelereng yang diterima teman-teman nisa?
Dari 32 siswa hanya 15 orang yang menjawab, dari 15 orang yang
menjawab benar hanya 2 orang. Kebanyakan siswa menjawab 12 + 25 – 6 = 31,
bahkan jumlah akhir dari 12 + 25 – 6 ada yang menjawab selain 31.
Dari jawaban siswa, dapat dilihat bahwa yang pertama siswa tidak
memahami apa yang dimaksud soal, kedua siswa tidak mampu memodelkan dan
menerjemahkan soal, yang ketiga siswa tidak mampu menyelesaikan soal,
sehingga terakhir siswa tidak mampu menarik kesimpulan. Terkait dengan
permasalahan tersebut, yang diharapkan adalah siswa mampu memodelkan,
menerjemahkan kalimat dalam soal ke dalam bentuk matematika, misalnya dapat
menyebutkan atau menuliskan variabe-variabel yang diketahui dan yang
ditanyakan (pemahaman translasi). Siswa juga diharapkan dapat menafsirkan
permasalahan yang ada ke dalam bentuk lain/cara lain (pemahaman interpretasi).
Yang terakhir siswa diharapkan mampu menerapkan konsep yang ada untuk
menyelesaikan soal atau masalah yang ada (pemahaman ekstrapolasi).
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis, banyak siswa yang
mengatakan bahwa matematika itu sulit, rumit, membosankan, tidak menarik, dan
tidak menyenangkan. Mereka juga mengatakan tidak suka dengan matematika
Setelah penulis selidiki mengapa mereka beranggapan seperti tersebut di atas,
ternyata penyebab utamanya adalah mereka tidak mengerti dan tidak memahami
apa yang diinformasikan guru, kemudian pembelajaran yang diterapkan guru
masih mengandalkan pembelajaran konvensional. Sehingga mereka benar-benar
tidak memahami apa yang sedang dipelajari, yang pada akhirnya mereka
beranggapan seperti di atas dan bersikap negatif terhadap matematika. Menurut
Zulkardi (2006) timbulnya sikap negatif siswa terhadap matematika karena
kebanyakan guru matematika mengajarkaan matematika dengan metode yang
tidak menarik, guru menerangkan dan siswa mencatat, menurutnya pendekatan
pengajaran matematika di Indonesia masih menggunakan pendekatan tradisional
yang menekankan proses latihan, prosedural serta menggunakan rumus dan
algoritma sehingga siswa dilatih mengerjakan soal seperti mesin.
Fenomena seperti di atas, telah diungkapkan oleh Ruseffendi (dalam
Ansari, 2009: 2) bahwa : ”bagian terbesar dari matematika yang dipelajari siswa
di sekolah tidak diperoleh melalui eksplorasi matematika, tetapi melalui
pemberitahuan. Kenyataan di lapangan juga menunjukkan demikian, bahwa
kondisi pembelajaran yang berlangsung dalam kelas membuat siswa pasif”.
Seorang siswa SD kelas VI bernama Rauza mengatakan bahwa
”matematika itu pelajaran yang susah, guruya tidak enak, cerewet, suka
marah-marah, pokoknya malas kalau sudah pelajaran matematika” (1 oktober 2009).
Sama halnya dengan yang dikatakan Saifan Hafizh seorang siswa MIN kelas IV
”jangankan mau belajar matematika dengan bagus atau maksimal, melihat ibunya
marah-marah saja lagi kerjaannya. Kalau kita banyak bertanya karena tidak mengerti kita
malah dimarahi, dibilang tidak memperhatikanlah, dan lain-lain yang tidak
menyenangkan ” (Agustus 2008).
Terkait dengan hal tersebut di atas, penulis pernah memberikan satu
pertanyaan kepada 32 siswa kelas III MIN I Takengon, yaitu diantara kalian siapa
yang suka pelajaran matematika?. Mendengar pertanyaan tersebut siswa dengan
spontan dan secara bersamaam siswa menjawab tidak suka. Kemudian penulis
mengarahkan agar siswa menuliskan ke dalam kertas satu lembar. Dari hasil
jawaban siswa banyak variasi jawaban kenapa siswa tidak suka pelajaran
matematika, diantaranya karena matematika pelajaran yang sulit, membosankan,
dan tidak menarik, ada juga yang mengatakan bahwa guru dalam mengajar yang
tidak menarik bahkan sangat membosankan. Diantara 32 siswa hanya 10 siswa
yang menjawab suka pada pelajaran matematika.
Ansari (2009 : 2) juga mengemukakan bahwa:
Merosotnya pemahaman matematika siswa di kelas antara lain karena : (a) dalam mengajar guru sering mencontohkan pada siswa bagaimana menyelesaikan soal; (b) siswa belajar dengan cara mendengar dan menonton guru melakukan matematika, kemudian guru mencoba memecahkannya sendiri; dan (c) pada saat mengajar matematika, guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian contoh, dan soal untuk latihan.
Meski dengan berat hati, harus diakui bahwa proses belajar matematika di
sekolah mulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah masih jauh
dari memuaskan. Proses pembelajaran matematika cenderung pada pencapaian
target materi menurut kurikulum dan berorientasi pada pemenuhan target
pemahaman (understanding) bahan yang dipelajari. Siswa tidak membangun
sendiri pengetahuan tentang konsep-konsep matematika tanpa tahu makna yang
terkandung dalam konsep-konsep tersebut.
Rendahnya pemahaman siswa terhadap matematika berujung pada
rendahnya hasil belajar siswa, hal ini tercermin dari rata-rata kelas pelajaran
matematika dan ketuntasan belajar siswa kelas IV MIN I Takengon tahun
pelajaran 2009/2010 masih rendah, yaitu 6, 0 untuk rata-rata kelas dan 65 untuk
ketuntasan belajar. Dari data tersebut terlihat bahwa hasil belajar matematika
siswa masih belum mencapai yang diharapkan oleh kurikulum, yaitu 6,5 untuk
rata-rata kelas, 75 untuk ketuntasan belajar, (sumber: nilai raport siswa).
Terkait dengan hal-hal tersebut di atas, ada beberapa faktor penyebab
mengapa siswa tidak paham dan beralih menjadi bersikap negatif terhadap
matematika menurut Supatmono (2009 : 1) adalah :
1. Faktor sistem pendidikan.
2. Faktor sistem penilaian
3. Faktor orang tua atau keluarga
4. Faktor sifat bidang studi
5. Faktor guru
Guru adalah sumber informasi utama dan siswa adalah bejana kosong
yang akan diisi dengan berbagai macam pengetahuan. Siswa kemudian menjadi
objek belajar yang harus menuruti aturan yang telah ditentukan dari pihak guru
atau sekolah. Proses belajar masih berpusat pada guru dan belum berpusat atau
materi tetapi dengan alokasi waktu terbatas, tidak kontekstual, mempunyai tingkat
kesulitan yang tidak sesuai dengan ukuran perkembangan siswa. Kondisi ini
menyebabkan siswa merasa sulit mempelajari matematika sesuai dengan tuntutan
kurikulum.
Sistem penilaian di sekolah kita cenderung hanya menilai hasil akhir
pekerjaan siswa dan bukan menilai proses pekerjaan siswa. Akibatnya siswa yang
sudah berusaha keras pun jika hasilnya salah, maka akan memperoleh nilai yang
jelek, begitu juga sebaliknya. Banyak orang tua kurang dapat memahami beratnya
beban siswa dalam belajar di sekolah, terkadang orang tua mengandaikan proses
belajar telah beres di sekolah sehingga perkembangan siswa tidak terpantau atau
malah tidak terperhatikan sama sekali. Jika ada orang tua yang memiliki waktu
yang lebih untuk memperhatikan perkembangan belajar siswa, masalah lain
muncul karena banyak orang tua yang tidak menguasai materi matematika dan
cara mengajarnya, sehingga kabingungan ketika anak mempunyai masalah yang
berkaitan dengan materi pelajaran lalu bertanya pada orang tua.
Matematika memiliki karakteristik yang sangat khas, berbeda dengan
disiplin ilmu yang lain. Sifat-sifat khas matematika tersebut antara lain : objek
bersifat abstrak, menggunakan lambang-lambang yang tidak banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari, proses berfikir yang dibatasi oleh aturan-aturan yang
ketat, dan materi dalam matematika kadang tidak terlihat kegunaannya dalam
kehidupan sehari-hari. Karena sifat yang khas tersebut membuat kebanyakan
siswa tidak mudah untuk secara langsung menaruh minat terhadap matematika.
tarik matematika. Masalahnya, banyak anak yang tidak memiliki ketekunan dan
mau bekerja keras untuk menemukan kaindahan tersebut.
Dibandingkan dengan guru-guru bidang studi lain, guru matematika
dianggap kurang sabar dan mudah marah terhadap siswa. Hal ini disebabkan pada
satu sisi ada tuntutan untuk memenuhi kurikulum, target kelulusan lewat ujian
nasional, dan lain-lain, sedangkan pada posisi yang lain banyak siswa yang
cenderung lamban dalam mempelajari matematika dan lemah dalam
menyelesaikan soal-soal matematika. Pun, metode yang dipakai para guru dalam
mengajar matematika terkadang tidak sesuai dengan cara berfikir siswa, sesuai
dengan tugas perkembangan yang sedang ditempuhnya. Banyak sekali guru
matematika yang menggunakan waktu pelajaran 45 menit dengan struktur
kegiatan sebagai berikut :
30 menit membahas tugas-tugas yang lalu
10 menit memberi pelajaran baru
5 menit memberi tugas kepada para siswa
Pendekatan seperti inilah yang rutin dilakukan hampir setiap hari, hanya dapat
dikategorikan sebagai kegiatan tiga M : Membosankan; Membahayakan;
Merusak seluruh minat siswa.
Beberapa hal tersebut di atas mengarahkan bahwa diperlukan sebuah
pendekatan pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa, yang tidak
mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi pendekatan yang mendorong
siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri agar pengaruhnya
kepada sikap negatif terhadap matematika. Untuk mencapai hal tersebut
diperlukan pendekatan pembelajaran yang tepat, cocok, dan relevan. Salah satu
pendekatan yang dianggap tepat adalah pendekatan pembelajaran matematika
kontekstual (CTL).
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika, berusaha untuk
mengubah kondisi di atas, yaitu dengan membuat skenario pembelajaran yang
dimulai dari konteks kehidupan nyata siswa (daily life). Pendekatan pembelajaran
kontekstual menempatkan siswa sebagai subjek belajar, siswa yang berperan aktif
dalam proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri
pemahamannya terhadap materi pelajaran. Guru memfasilitasi siswa untuk
mengangkat objek dalam kehidupan nyata itu ke dalam konsep matematika,
dengan melalui tanya-jawab, diskusi, inkuiri, sehingga siswa dapat mengkontruksi
pengetahuan tersebut dalam pikirannya. Matematika tumbuh dan berkembang
bukan melalui pemberitahuan, akan tetapi melalui inkuiri, kontruksivisme,
tanya-jawab, dan semacamnya yang dimulai dari pengamatan pada kehidupan
sehari-hari yang dialami secara nyata. Dengan pola pembelajaran tersebut akan sangat
berpengaruh pada kemampuan pemahaman siswa terhadap matematika.
Selain hal tersebut, pendekatan pembelajaran CTL juga sangat tepat
digunakan, karena dalam proses pembelajaran yang diutamakan adalah aktivitas
siswa. Guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
menemukan sendiri pengetahuannya, siswa saling memberi dan menerima,
berdiskusi secara kelompok dengan memberikan masalah-masalah konteks yang
(2008 : 4) bahwa ”dalam pembelajaran di tingkat SD/MI, diharapkan terjadi
reinvention (penemuan kembali)”. Penemuan kembali adalah menemukan suatu
cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran. Hal-hal tersebut akan
sangat berpengaruh terhadap sikap siswa terhadap matematika itu sendiri. Karena
siswa ditempatkan sebagai pusat pembelajaran, bukan pada guru.
Terkait dengan hal tersebut, Umar (2009) juga mengungkapkan hal yang
sama dari hasil penelitiannya bahwa :
Hasil analisis ketuntasan belajar menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal pada kelas CTL sebesar 87%, sedangkan pada kelas konvensional sebesar 79%. Kesimpulan hasil analisis uji-t menunjukkan bahwa t-hitung>t-tabel. Ini berarti bahwa penerapan pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Analisis data secara deskriptif menunjukkan bahwa sikap siswa terhadap matematika untuk kelas CTL dalam kategori baik sedangkan untuk kelas konvensional dalam kategori cukup baik.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Muliyati (2008) bahwa :
Pembelajaran kontekstual mempresentasikan suatu konsep dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks di mana materi itu digunakan. Siswa secara aktif mengkonstruksi dan merekonstruksi sendiri pengetahuan mereka, berarti siswa akan memperoleh situasi belajar terbaik, sehingga dapat menumbuhkan sikap positif terhadap matematika dan dapat meningkatkan motivasi belajarnya.
Dari pengalaman dan hasil pengamatan penulis terhadap pembelajaran
matematika di tempat penulis beraktivitas, menunjukkan bahwa proses
pembelajaran yang dilaksanakan lebih banyak didominasi oleh guru dan titik berat
pembelajaran ada pada keterampilan tingkat rendah. Seperti hanya menekankan
pada latihan mengerjakan soal atau drill dengan mengulang prosedur serta lebih
banyak menggunakan rumus atau algoritma tertentu. Proses pembelajaran juga
hanya menekankan pada tuntutan pencapaian kurikulum dan lebih berorientasi
pembelajaran matematika masih sangat minim, sehingga tidak ada kesempatan
untuk menumbuhkembangkan dan meningkatkan kemampuan pemahaman dan
sikap positif siswa terhadap matematika.
Model pembelajaran seperti di atas, selain dapat memberi kesan yang
kurang baik bagi siswa, juga dapat mendidik mereka bersikap apatis dan
individualistik. Mereka melihat matematika sebagai kumpulan aturan dan latihan
yang dapat mendatangkan rasa bosan, karena aktivitas siswa hanya mengulang
prosedur atau menghafal algoritma tanpa diberi peluang lebih banyak untuk
berinteraksi dengan sesamanya. Menurut Saragih (2007) diperlukan suatu
pengembangan materi pembelajaran matematika yang dekat dengan kehidupan
siswa, sesuai dengan tahap berpikir siswa, serta metode evaluasi yang terintegrasi
pada proses pembelajaran yang tidak hanya berujung pada tes akhir.
Ada beberapa alasan mengapa guru-guru masih kurang menerapkan
pendekatan pembelajaran seperti CTL, yaitu :
• Pengetahuan dan kemampuan guru untuk menerapkan pendekatan CTL dalam
pembelajaran matematika untuk menumbuhkembangkan dan meningkatkan
kemampuan pemahaman dan sikap positif siswa terhadap matematika masih
sangat kurang.
• Untuk menerapkan pendekatan CTL dalam pembelajaran matematika
dibutuhkan waktu yang lebih banyak.
• Untuk menumbuhkembangkan dan untuk meningkatkan kemampuan
alat dan perangkat pembelajaran seperti desain pembelajaran dan lembar
aktivitas siswa yang sesuai.
Sejalan dengan upaya menumbuhkembangkan dan upaya peningkatan
kemampuan matematika siswa khususnya kemampuan pemahaman dan sikap
positif siswa terhadap matematika, maka penerapan pendekatan CTL dalam
pembelajaran matematika dipandang sangat cocok dan relevan. Menurut Sanjaya
(2006 : 255) CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam
proses pembelajaran. Siswa untuk beraktivitas mempelajari materi sesuai dengan
topik yang akan dipelajari.
Berdasarkan uraian di atas, dirasa perlu untuk berupaya meningkatkan
kemampuan pemahaman matematika siswa dan meningkatkan sikap positif siswa
terhadap matematika dengan menerapkan pembelajaran CTL. Hal itulah yang
mendorong untuk dilakukannya penelitian yang memfokuskan pada perbedaan
kemampuan pemahaman dan sikap siswa terhadap matematika melalui
pembelajaran dengan pendekatan CTL.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi
beberapa masalah, sebagai berikut :
1. Kemampuan pemahaman matematika siswa masih rendah.
2. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
3. Sikap siswa terhadap matematika negatif.
4. Pendekatan pembelajaran matematika yang digunakan guru belum bervariasi.
1.3. Pembatasan Masalah
Dari masalah-masalah yang teridentifikasi di atas, jelas mencakup hal
yang sangat luas. Namun permasalahan di atas penulis batasi supaya lebih fokus,
yaitu pada penggunaan pendekatan pembelajaran CTL untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman dan sikap siswa terhadap matematika, serta untuk
mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan proses
jawaban yang dibuat siswa.
1.4. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman siswa yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan CTL lebih baik daripada kemampuan pemahaman
siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan pembelajaran Ekspositori
ditinjau dari setiap aspek kemampuan pemahaman?
2. Apakah sikap siswa terhadap matematika yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan CTL lebih baik daripada sikap siswa yang
pembelajarannya dengan menggunakan pembelajaran Ekspositori?
3. Bagaimana aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL dengan pembelajarannya
menggunakan pembelajaran ekspositori?
4. Bagaimana proses jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah
1.5.Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman siswa yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL lebih baik daripada
kemampuan pemahaman siswa yang pembelajarannya menggunakan
pembelajaran Ekspositori ditinjau dari setiap aspek kemampuan pemahaman.
2. Untuk mengetahui apakah sikap siswa terhadap matematika yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL lebih baik daripada sikap
siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran Ekspositori.
3. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung yang pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL dengan
pembelajarannya menggunakan pembelajaran ekspositori.
4. Untuk mengetahui proses jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan
masalah kontekstual pada masing-masing pembelajaran.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan
kepada fihak-fihak terkait, diantaranya :
1. Untuk Peneliti
Memberi informasi tentang peningkatan kemampuan pemahaman dan sikap
positif siswa terhadap matematika, serta aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Juga merupakan kontribusi dalam upaya
(CTL) untuk meningkatkan kemampuan matematika siswa, khususnya
kemampuan pemahaman dan sikap positif terhadap matematika.
2. Untuk Tenaga pendidik Matematika dan Sekolah
Memberikan masukan dan alternatif Sekolah, kepada tenaga pendidik atau
para guru, khususnya guru mata pelajaran matematika dalam menerapkan
pendekatan pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan
pemahaman dan sikap positif terhadap matematika.
3. Untuk Siswa
Penerapan pendekatan pembelajaran Kontekstual (CTL) pada dasarnya dapat
memberikan motivasi kepada siswa untuk terlibat lebih aktif dalam
pembelajaran dan memberikan pengalaman baru dalam memahami
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada BAB IV dan temuan selama
pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, diperoleh
beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah.
Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah :
1. Peningkatan kemampuan pemahaman siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual lebih baik daripada
peningkatan kemampuan pemahaman siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan pembelajaran ekspositori. Peningkatan
kemampuan translasi kelas eksperimen sebesar 0,06 dengan kategori
rendah, sedangkan kelas kontrol sebesar 0,006 dengan kategori rendah.
Peningkatan kemampuan interpretasi kelas eksperimen sebesar 0,10
dengan kategori rendah, sedangkan kelas kontrol sebesar 0,02 dengan
kategori rendah. Peningkatan kemampuan ekstrapolasi kelas
eksperimen sebesar 0,04 dengan kategori rendah, sedangkan kelas
kontrol sebesar 0,02 dengan kategori rendah. Peningkatan keseluruhan
aspek kemampuan pemahaman kelas eksperimen sebesar 0,2 dengan
kategori rendah, sedangkan kelas kontrol sebesar 0,046 dengan
kategori rendah. Pada kesimpulannya adalah peningkatan kemampuan
tinggi dibandingkan peningkatan kemampuan pemahaman siswa yang
pembelajarannya dengan pendekatan ekspositori.
2. Sikap siswa terhadap matematika yang memperoleh pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual lebih baik dibandingkan dengan sikap
siswa terhadap matematika yang memperoleh pembelajaran dengan
pembelajaran ekspositori. Perbedaan rata-rata sikap siswa terhadap
matematika kelas eksperimen sebesar 59,56 sedangkan kelas kontrol
sebesar 51,18.
3. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan kontekstual lebih aktif daripada aktivitas siswa
selama proses pembelajaran yang pembelajarannya menggunakan
pembelajaran ekspositori.
4. Proses jawaban siswa pada pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual lebih baik daripada proses jawaban siswa pada
pembelajaran dengan pembelajaran ekspositori.
5.2 Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, adapun implikasinya
adalah terhadap pemilihan pendekatan pembelajaran oleh guru matematika.
Guru matematika di sekolah tingkat dasar harus mempunyai pengetahuan yang
baik terhadap teoritis maupun keterampilan dalam memilih pendekatan
pembelajaran yang menghadirkan masalah kontekstual, mampu merubah siswa
menjadi lebih aktif, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksi
Implikasi lainnya yang perlu mendapat perhatian guru adalah dengan
pendekatan kontekstual siswa menjadi lebih aktif mengemukakan pendapatnya,
diskusi dalam kelompok menjadikan siswa yang berkemampuan tinggi membantu
siswa yang memiliki kemampuan sedang maupun rendah. Diskusi antar kelompok
menjadikan siswa lebih kritis dalam menanggapi hasil pekerjaan dari kelompok
lain serta dalam diskusi terjadi refleksi atas penyelesaian yang telah dilakukan
pada masing-masing kelompok.
Dalam menyelesaikan masalah kontekstual terdapat proses jawaban pada
kelas yang pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual lebih baik
dibandingkan kelas yang pembelajarannya menggunakan pendekatan ekspositori.
Siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual lebih terampil
dalam menyelesaikan masalah dibandingkan siswa yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan ekspositori.
5.3 Saran
Berdasarkan implikasi dari hasil penelitian, maka disampaikan
beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan
dengan hasil penelitian ini. Rekomendasi tersebut sebagai berikut:
1. Kepada Guru
a. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan salah
satu alternatif bagi guru matematika dalam menyajikan materi
pelajaran matematika.
b. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual hendaknya
yang real disekitar tempat belajar, agar siswa lebih cepat
memahami pelajaran yang sedang dipelajari.
c. Dalam setiap pembelajaran guru sebaiknya menciptakan suasana
belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasan-gagasan matematika dalam bahasa dan
cara mereka sendiri, sehingga dalam belajar matematika siswa
menjadi berani berargumentasi, lebih percaya diri dan kreatif.
2. Kepada Peneliti Lanjutan
Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat
dilengkapi dengan meneliti aspek lain secara terperinci yang belum
terjangkau dalam penelitian ini.
3. Kepada Sekolah
Untuk pihak sekolah hendaknya dapat menjadi motivator dan
fasilitator bagi guru untuk menerapkan pada setiap pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan konterkstual. Dan diharapkan pihak sekolah
dapat menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
---. 1997, Prosedur Penelitian statu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta.
Ansari, B.I. 2009. Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikasi, Yayasan PeNA, Banda Aceh.
Agustina, L. 2011. “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Koneksi Matematika Siswa SMP Dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah”, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Tidak Diterbitkan.
Darhim. 2003. “Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual Terhadap Hasil Belajar dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Kelas Awal Dalam Matematika”,
Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Tidak
Diterbitkan.
Ruseffendi.1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA, Tarsito, Bandung.
... 1980. Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang Tua Murid,
Guru Dan SPG, Tarsito, Bandung
---. 1998. Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan, IKIP Bandung Press, Bandung.
Hasratuddin. 2010. Meningkatkan Kemampuan Bepikir Kritis dan Kecerdasan Emosional Siswa SMP Melalui Pendekatan Matematika Realisti. Disertasi Tidak Dipublikasikan: Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.
Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika, P2LPTK, Jakarta.
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Rosda, Bandung.
Hadi, S. 2005. Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya. Banjarmasin : Tulip
John, W. 2008. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Pengembangan
Pengajaran, Erlangga, Jakarta.
Johnson, E. 2010. CTL (Contextual Teaching & Learning) Menjadikan Kegiatan
Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Kaifa Learning,
Bandung.
Mar’at. 1981. Sikap Manusia, Perilaku serta Pengukurannya, Graha Indonesia, Bandung.
Muliyati, S. 2008. Pengaruh Pendekatan Kontekstual Dalam Proses Belajar Mengajar Matematika Terhadap Sikap, Motivasi, dan Hasil Belajar Siswa SMP,(http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/985, diakses 15 Pebruari 2009).
Mirabella, R.S. 2011. “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa melalui Pendekatan Matematika Realistik”, Tesis, Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Tidak Diterbitkan.
Marpaung, Y. 2004. Reformasi Pendidikan Matematika di Sekolah Dasar. Basis, 53(07-08): 21-28
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contekstual Teaching and Learning
(CTL)), Universitas Negeri Malang, Malang.
……… Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Universitas Negeri Malang, Malang.
Nasution, S. 1990. Didaktik Azas-Azas Mengajar, Jemmars, Bandung.
Rahmad, M. 2004. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Topik Layang-layang dan Trapesium dengan Pendekatan Matematika Realistik di Kelas II MTs Negeri Martapura”, Tesis, Program Studi Pendidikan Matemátika Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya, Tidak Diterbitkan.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Riduwan. 2009. Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Alfabeta, Bandung.
Saragih, S. 2007. “Mengembangkan Kemampuan Berfikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik”, Disertasi, Program Pascasarjana Univesitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Tidak Diterbitkan.
Sinaga, B. (1999). Efektivitas Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction) pada Kelas 1 SMU dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya : PPS IKIP Surabaya.
Santoso, S. 2010. Mastering SPSS 18, Gramedia, Jakarta.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan, Kanisius, Yogyakarta.
Supatmono, C. 2009. Matemátika Asyik, Graznido, Jakarta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjana, N. 1996. Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
…………. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sudijono, A. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan, RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Sagala, S. 2009. Konsep Dan Makna Pembelajaran, Alfabeto, Bandung.
Suryabrata, S. 2005. Pengembangan Alat Ukur Psikologis, Andi, Yogyakarta.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana, Jakarta.
... 2011. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Kencana, Jakarta.
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) di Kelas, Cerdas Pustaka Publisher, Jakarta.
Umar, W. 2009. Penerapan Pembelajaran Matematika SMP dengan Pendekatan
Contextual Teaching and Learning,
(http://pps.uny.ac.id/index.php.Penerapan Pembelajaran Matematika SMP dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning, diakses 18 Oktober 2009).
Usman, H dan Setiady, A.P. 2006. Pengantar Statistika, Bumi Aksara, Jakarta.