• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasional dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) (Studi Pada Kantor Pusat Unud).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasional dan Organizational Citizenship Behavior (OCB) (Studi Pada Kantor Pusat Unud)."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

PENGARUH KEPUASAN KERJA

TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR

(Studi Pada Kantor Pusat Universitas Udayana)

I GEDE AGUS SUDARMAYASA

NIM. 1090662028

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

PENGARUH KEPUASAN KERJA

TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR

(Studi Pada Kantor Pusat Universitas Udayana)

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Manajemen

Program Pascasarjana Universitas Udayana

I GEDE AGUS SUDARMAYASA

NIM. 1090662028

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

Lembar Pengesahan

Tesis Ini Telah Disetujui

Tanggal

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE.,M.Si NIP. 19590801 198601 2 001

Dr. I Gede Riana,SE,MM. NIP. 19631127 198601 1 001

Mengetahui,

Direktur

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Ketua Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001

(4)

Tesis ini Telah Diuji pada

Tanggal ……..

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

Ketua : Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE.,M.Si

Anggota :

1. Dr. I Gede Riana, SE., MM.

2. Dr. I Gde Adnyana Sudibia. SE. Ak. M.Kes.

3. Prof. Dr.Wayan Gede Supartha SE.SU.

(5)

SURAT PERSYARATAN BEBAS PLAGIAT

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat

Apabila di kemudian hari terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No 17 tahun 2010 dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Januari 2016

(I Gede Agus Sudarmayasa)

NAMA : I Gede Agus Sudarmayasa

NIM : 1090662028

PROGRAM STUDI : Magister Manajemen

JUDUL TESIS : PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP

KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur

kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas

asung wara nugraha-Nya/karunia-Nya, tesis ini dapat diselesaikan. Pada

kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE., M.Si., sebagai pembimbing

utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat,

bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program Magister Manajemen,

khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula

penulis sampaikan kepada Dr. I Gede Riana, SE, MM., sebagai pembimbing

pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan

bimbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika,

Sp.PD, KEMD., selaku Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas

yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan

kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh

Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana

Universitas Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. I

Nyoman Mahaendra Yasa. SE.,M.Si., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk

(7)

Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada

Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE.,M.Si sebagai Ketua Program MM Universitas

Udayana. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji

tesis, yaitu Dr. Gde Adnyana Sudibia. SE. Ak. M.Kes., Prof. Dr. Wayan Gede

Supartha SE.SU., dan Dr. Putu Saroyini Piartini. SE., MM., Ak. yang telah

memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat

terwujud seperti sekarang ini.

Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang tulus disertai

penghargaan kepada semua guru yang telah membimbing penulis, mulai dari

sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada

Drs. I Wayan Santiyasa, M.Si yang telah memberikan dorongan moril dan materiil

di dalam melaksanakan studi S2. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ayah

dan Ibu yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar

berpikir logic dan kreatif. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada

Saudara kandung yang tercinta, rekan mahasiswa dan mahasiswi Program

Magister Manajemen Program Studi Manajemen Sumber Daya Manusia Program

Pasca Sarjana Universitas Udayana Angkatan XXV lainnya, Istri tercinta Ni

Nyoman Budiani serta putri tercinta Putu Ocha Raissa Putri dan Kadek Viola

Devika Putri yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan kepada penulis

kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.

Semoga Ida Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu

melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

(8)

kekurangan dalam penulisan tesis ini, meskipun telah diusahakan sebaik mungkin.

Hal ini semata-mata disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dari penulis,

namun penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi peneliti lainnya yang

ingin melakukan penelitian tentang kepuasan kerja, komitmen organisasi ataupun

Organizational Citizenship Behaviour (OCB) di kemudian hari.

Denpasar, Januari 2016

(9)

ABSTRAK

Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan perilaku ekstra yang tidak menjadi bagian dari kewajiban kerja formal seorang karyawan, namun mendukung berfungsinya organisasi secara efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional dan Organizational Citizenship Behaviour.

Penelitian ini dilakukan di kantor Rektorat Universitas Udayana dengan menggunakan sampel jenuh yaitu 57 orang pegawai non-PNS. Data dikumpulkan dengan melakukan interview dan penyebaran kuesioner. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis Partial Least Square.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh

positif signifikan terhadap komitmen organisasional dan Organizational

Citizenship Behavior. Hasil lain juga menunjukkan bahwa komitmen organisasional berpengaruh positif signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior. Implikasi penelitian ini menunjukkan bahwa perlu adanya usaha – usaha untuk meningkatkan kepuasan terhadap rekan kerja dan pastisipasi sukarela dan dukungan terhadap fungsi - fungsi organisasi baik secara profesional maupun sosial alamiah.

(10)

ABSTRACT

Organizational citizenship behaviour is the behavior of the extra that are not part of the formal obligations of an employee's work, but support the functioning of the organization effectively. This study aimed to analyze the effect of job satisfaction on organizational commitment and Organizational citizenship behaviour.

This research was conducted at the office of the Rector of Udayana University using sample that 57 non-government employees. Data were collected by interviews and questionnaires. Subsequently collected data were analyzed using descriptive analysis and Partial Least Square.

The Results of this study concluded that job satisfaction is significant positive effect on organizational commitment and Organizational citizenship behaviour. Other results also indicate that organizational commitment is a significant positive effect on Organizational citizenship behaviour. The implications of this study indicate that the need for efforts to improve satisfaction with co-workers and increasing voluntary participation and support functions of the organization both professionally and social nature.

(11)

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ... i

PERSYARATAN GELAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRAC ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumasan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat penelitian ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Organizational Citizenship Behavior (OCB) ... 9

(12)

2.1.2 Dimensi-dimensi Organizational Citizenship Behavior

(OCB) ... 11

2.2. Kepuasan Kerja ... 11

2.2.1 Pengertian Kepuasan kerja ... 11

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan kerja ... 13

2.2.3 Dimensi Kepuasan Kerja ... 15

2.3. Komitmen Organisasi... 15

2.3.1 Pengertian Komitmen Organisasional ... 16

2.3.1 Jenis – Jenis Komitmen Organisasional ... 18

2.3.2 Dimensi Komitmen Organisasional ... 20

BAB III. KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Berfikir dan Konseptual ... 22

(13)

4.3.3 Metode Pengumpulan Data ... 32

4.5. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

4.6. Instrumen Penelitian ... 34

4.6.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 34

4.7. Metode Analisis Data ... 35

4.7.1 Analisis Deskriptif ... 35

4.7.2 Analisis Inferensial ... 36

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Umum Rektorat Unud ... 40

5.2. Struktur Organisasi ... 41

5.3. Karakteristik Responden ... 43

5.4. Deskripsi Variabel Penelitian ... 45

5.4.1 Deskripsi Variabel Kepuasan Kerja ... 46

5.4.2 Deskripsi Variabel Komitmen Organizasional ... 47

5.4.3 Deskripsi Variabel Organizational Citizenship Behaviour (OCB) ... 49

5.5. Analisis Partial Least Square (PLS) ... 50

5.5.1 Pemodelan Persamaan Struktural ... 50

5.5.2 Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) ... 52

5.5.3 Goodness of Fit Model Struktural (Inner Model) ... 54

5.5.4 Hasil Pengujian Hipotesis ... 55

5.6. Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

(14)

Organizational ... 57

5.6.2 Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Organizational Citizenship Behaviour (OCB) ... 59

5.6.3 Pengaruh Komitmen Organisasional terhadap Organizational Citizenship Behaviour (OCB) ... 60

5.7. Implikasi Penelitian ... 60

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan ... 64

6.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(15)

DAFTAR TABEL

No. Nama Tabel Hal

5.1. Karakteristik Responden ... 43

5.2. Kriteria Interpretasi Rata-Rata Skor Indikator ... 45

5.3. Deskripsi Variable Kepuasan Kerja (X) ... 46

5.4. Deskripsi Variabel Komitmen Organizational (Y1) ... 48

5.5. Deskripsi Variable OCB (Y2) ... 49

5.6. Composite Reliability ... 52

5.7. Convergen Validity ... 53

5.8. Discriminat ... 54

5.9. Nilai R2 Variabel Endogen ... 55

(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Hal

3.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... 25

4.1. Diagram Alur Analisis ... 37

5.1. Struktur Organisasi ... 41

5.2. Hasil Output Partial Least Square (PLS) ... 51

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Nama Lampiran Hal

1. Kuesioner Penelitian ... 70

2. Validitas dan Realibilitas ... 75

3. Deskripsi Data Penelitian ... 80

4. Frekuensi Jawaban Responden ... 81

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Universitas Udayana (Unud) sebagai sebuah lembaga pemerintah yang

bergerak dalam bidang pendidikan saat ini sudah berstatus sebagai Badan

Layanan Umum (BLU). Status tersebut telah menuntut Unud untuk selalu

memberikan layanan prima dan mempunyai komitmen untuk meningkatkan

kualitas layanan dan mutu pendidikan. Demi mewujudkan Visi dan Misi Unud

sebagai perguruan tinggi yang bermutu perlu adanya pemanfaatan sumber daya

yang ada dengan melibatkan seluruh komponen sivitas akademika. Komponen

tersebut meliputi mahasiswa, dosen dan pegawai, haruslah mempunyai

keterlibatan yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Pegawai

dituntut mempunyai tanggung jawab untuk mencapai tujuan, memenuhi efisiensi

dan produktivitas dengan mengupayakan kesesuaian kegiatan-kegiatan dengan

tujuan yang telah ditentukan termasuk keterbukaan dan tanggung jawab

pemanfaatan sumber daya secara optimal.

Kantor Pusat Universitas Udayana didukung oleh Pegawai PNS dan

Pegawai Non-PNS yang berjumlah sebanyak 465 orang dengan rincian 249 orang

pegawai PNS dan 216 orang Pegawai Non-PNS. Dengan memperhatikan

perbandingan antara Pegawai PNS dan Non-PNS nampak jumlahnya hampir

sama, sehingga peran dari Pegawai Non-PNS sangatlah besar untuk menjalankan

administrasi Kantor Pusat Universitas Udayana. Dalam pelaksanaan tugas tersebut

(19)

behaviour) yang saat ini sering dikaitkan dengan konsep Organizational

Citizenship Behaviour (OCB).

Unud sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi sudah selayaknya

memperhatikan dan menciptakan sumber daya manusia yang memiliki perilaku di

luar peran (extra role behavior). Oleh karena itu sangat diperlukan sebuah

perubahan didalam pengelolaan sumber daya manusia khususnya peran institusi

dalam upaya peningkatan kualitas sumber dayanya. Alasan tersebut menuntut

urgensi penelitian terhadap antiseden OCB di Unud dalam rangka berupaya untuk

memiliki sumber daya manusia yang handal dan berkualitas dalam melayani para

stakeholders.

Berdasarkan hasil penelitian awal dengan melakukan wawancara terhadap

10 orang pegawai Non-PNS yang ditugaskan di bawah lingkungan Kantor Pusat

Universitas Udayana, ternyata semuanya (100 %) belum merasakan kepuasan

kerja. Kepuasan kerja tersebut terutama berkaitan dengan penghasilan, karena

penghasilan yang mereka terima masih di bawah UMR (Upah Miminum

Regional) Kabupaten Badung, yang besarnya UMR tahun 2013 adalah sebesar

Rp. 1.410.000,-. Upah / gaji yang mereka terima per bulan. Kondisi telah memicu

dan menimbulkan ketidak puasan pegawai dalam bekerja. Hal lain yang sering

memicu ketidak puasan kerja karena adanya pemberian tunjangan kinerja kepada

Pegawai Negeri Sipil (PNS), sementara para pegawai Non-PNS tidak

mendapatkannya seperti halnya PNS. Hal ini sering menimbulkan kecemburuan

sosial antara PNS dengan Pegawai Non-PNS. Pegawai Non-PNS juga tidak

(20)

Artinya selama mereka bekerja di Universitas Udayana tidak mempunyai

kesempatan promosi untuk menduduki jabatan tertentu. Kondisi ini telah

menjadi dilema bagi pegawai Non-PNS di Universitas Udayana, karena jika

selamanya bekerja sebagai pegawai Non-PNS, mereka hanya akan sebagai staf,

karena kesempatan untuk menduduki jabatan struktural hanya dimiliki oleh PNS

yang mempunyai NIP saja.

OCB merupakan perilaku ekstra yang tidak menjadi bagian dari

kewajiban kerja formal seorang karyawan, namun mendukung berfungsinya

organisasi secara efektif (Robbins, 2009:40). Organisasi yang sukses

membutuhkan karyawan yang memiliki sikap mampu melakukan tugas lebih dari

sekedar tugas biasa mereka yang mampu memberikan kinerja melebihi harapan.

Selanjutnya Robbins (2009:41) mencontohkan sikap tersebut seperti membantu

individu dalam tim, mengajukan diri untuk melakukan pekerjaan ekstra,

menghindari konflik yang tidak perlu, dan menghormati semangat dan isi

peraturan organisasi.

Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa keterlibatan karyawan

dalam OCB memiliki hubungan yang positif dengan outcome organisasi seperti

unit kerja. Selain itu OCB berpeluang untuk mendukung terciptanya social capital

dalam organisasi, yang selanjutnya akan meningkatkan kinerja organisasi

sekaligus menciptakan sumber keunggulan bersaing yang berkelanjutan

(Padsakoff & Mackenzie, 1994).

Organisasi yang sukses membutuhkan karyawan yang mampu bertindak

(21)

melampaui perkiraan (Robbins, 2009:41). Dalam dunia kerja yang semakin

berkembang dan dinamis, dimana tugas-tugas yang semakin banyak dilakukan

dalam tim, lebih fleksibel, bernilai penting, diperlukan adanya karyawan yang

mampu berperilaku diluar peran. Beberapa contoh seperti: membuat pernyataan

yang konstruktif untuk tugas kelompok kerja mereka dan organisasi, membantu

yang lain dalam timnya, menjadi relawan untuk aktivitas tugas ekstra,

menghindari konflik yang tidak perlu, menunjukkan kepedulian, menghormati dan

memaklumi beban dan gangguan terkait kerja yang kadang terjadi. Kondisi

tersebut membuat organisasi sangat memerlukan karyawan yang bersedia

melakukan hal yang bukan menjadi tugasnya. Menurut Robbins dan Judge,

2009:40) organisasi dengan karyawan yang memiliki perilaku diluar peran

cenderung berkinerja lebih baik dari organisasi lain yang tidak memilikinya.

Secara umum OCB muncul diakibatkan karena karyawan mendapatkan

kepuasan bekerja pada suatu organisasi. Kepuasan kerja merupakan suatu

perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari evaluasi

karakteristiknya (Ivancevick et al., 2006). Terdapat keyakinan bahwa karyawan

yang puas akan lebih produktif dibandingkan dengan karyawan yang tidak puas,

walaupun masih banyak bukti yang mempertanyakan hubungan kausal tersebut

(Robbins, 2009:42).

Penelitian Yoon dan Suh, (2003) mengungkapkan bahwa kepuasan kerja

berpengaruh positip signifikan terhadap OCB. Kepuasan kerja tidak hanya terkait

dengan keabsenan dan pengunduran diri, namun juga organisasi bertanggung

(22)

penghargaan kepada karyawan. Oleh karena itu, kepuasan kerja lebih

mencerminkan sikap dari pada perilaku. Sikap merupakan pernyataan evaluatif

baik yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan, mengenai obyek, orang atau

peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu. Farhan

dan Niaz (2012) menemukan adanya hubungan positif antara kepuasan kerja

dengan kinerja organisasi dan juga menunjukkan hubungan yang positif antara

kepuasan kerja dengan Perilaku Organisasi, (Robbins, 2006:). Oleh karena itu,

kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang membentuk OCB, pernyataan

tersebut sangat logis yang menganggap bahwa kepuasan kerja merupakan penentu

utama OCB karyawan (Robbins, 2006).

Kepuasan kerja yang ada di Kantor Pusat Universitas Udayana masih

belum dirasakan oleh pegawai Non-PNS karena masih ada pegawai yang merasa

tidak nyaman dalam bekerja di mana hal ini membuat pegawai Non-PNS tidak

mempunyai komitmen terhadap organisasional. Sebenarnya mereka bekerja di

Univesitas Udayana dengan komitmen berharap suatu saat nanti bisa diangkat

menjadi PNS, hal ini sebenarnya tidak bisa menjadi jaminan untuk diangkat

meskipun memiliki masa kerja yang lama. Padahal jika mereka mencari kerja di

tempat lain mungkin akan mempunyai kesempatan memperoleh penghasilan yang

lebih besar dari yang mereka terima dan bahkan mendapatkan kepuasan kerja

sesuai keahlian dan bidangnya masing – masing. Akan tetapi karena faktor gengsi,

hampir 90% pegawai Non-PNS Universitas Udayana masih bertahan.

Kepuasan kerja mendapatkan banyak perhatian dibandingkan dengan sikap

(23)

dibahas karena lebih terkait dengan persepsi karyawan terhadap organisasi di

mana mereka bekerja. Meskipun kepuasan berkaitan dengan sikap terhadap

pekerjaan dan komitmen berkaitan dengan level organisasi, beberapa hasil

penelitian menyatakan antara kepuasan kerja dan komitmen organisasi memiliki

hubungan yang kuat (Luthan, 2009:248).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif

signifikan terhadap komitmen organisasional. Hal ini mengandung makna

bahwasanya komitmen karyawan terhadap organisasi dapat ditingkatkan apabila

karyawan merasa kebutuhannya terpenuhi dengan baik sehingga mereka merasa

puas. Semakin baik kepuasan kerja yang dirasakan karyawan, maka komitmen

organisasional karyawan akan semakin tinggi (Koh dan Boo, 2001). Kepuasan

kerja merupakan sekumpulan perasaan menyenangkan dan tidak menyenangkan

terhadap pekerjaan mereka (Davis dalam Yuli, 2005).

Komitmen Organisasi merupakan salah satu faktor penting yang berperan

dalam membentuk OCB karyawan. Komitmen organisasi merupakan sikap yang

merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan di

mana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi pada

keberhasilan dan kemajuan yang berkelanjutan. Penelitian yang dilakukan oleh

Bolon (1997) menemukan bahwa komitmen afektif merupakan prediktor pada

OCB. Cohen (2005) menemukan hubungan positif antara komitmen afektif dan

komitmen normative terhadap OCB, dimana komitmen normative mempunyai

hubungan yang lebih kuat daripada komitmen afektif, sementara komitment

(24)

dan Rush (2000) menemukan komitmen organisasi berpengaruh pada OCB.

Ackfeldt dan Coote (2000) menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh

pada perilaku menolong atau OCB. Demikian pula Gautam et al., (2004)

menemukan bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif pada OCB.

Secara teoritis, kepuasan kerja dan komitmen organisasi merupakan faktor

penentu karyawan menunjukkan OCB (Luthans, 2009). Namun demikian, yang

lebih penting untuk OCB adalah bahwa karyawan harus merasa diperlakukan

secara adil, dan mendapat dukungan organisasi. Tanpa diperlakukan secara adil

dan mendapatkan dukungan organisasi, karyawan tidak akan memberikan kinerja

maksimal kepada organisasi. Alas an tersebut dilakukannya penelitian lebih lanjut

mengenai OCB, khususnya mengenai anteseden - anteseden yang membentuknya.

Semakin kuat komitmen karyawan terhadap organisasi, maka karyawan akan

merasa rugi jika meninggalkan organisasi. Dengan demikian semakin kuat

individu mempersepsikan dirinya sebagai bagian dari organisasi dan

pekerjaannya, maka semakin mendekatkan sikap karyawan pada OCB.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat disusun rumusan masalah

penelitian sebagai berikut.

1) Bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional?

2) Bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap organizational citizenship

behavior?

3) Bagimana pengaruh komitmen organisasi terhadap organizational

(25)

1.3. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang diajukan di atas, maka tujuan yang

ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1) Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap

komitmen organisasional pegawai non-PNS.

2) Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap

organizational citizenship behavior pegawai non-PNS.

3) Untuk menguji dan menganalisis pengaruh komitmen organisasional

terhadap organizational citizenship behavior pegawai non-PNS .

1.4. Manfaat Penelitian

1) Manfaat teoritis. Penelitian diharapkan dapat menjadi sebuah bukti

empiris untuk penelitian di masa yang akan datang, maupun pembanding

bagi peneliti lainnya yang melakukan penelitian yang sama. Penelitian ini

nantinya juga diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu referensi

dalam bidang ilmu manajemen sumber daya manusia terkait dengan

kepuasan kerja, komitmen organisasional, dan OCB.

2) Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan

pertimbangan bagi pihak Universitas Udayana untuk merancang berbagai

kebijakan, terutama kebijakan pada bidang sumber daya manusia yang

(26)

Bab ini membahas beberapa teori yang mendasari penelitian ini.

Teori-teori yang digunakan sebagai acuan merupakan hasil penelitian yang pernah

dilakukan sebelumnya. Selain itu membahas konsep yang nantinya akan

mendasari hipotesis penelitian.

2.1. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 2.1.1. Pengertian OCB

Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan kontribusi

individu yang melebihi tuntutan peran di tempat kerja dan dihargai dengan

perolehan kinerja tugas. OCB ini melibatkan beberapa perilaku meliputi perilaku

menolong orang lain, menjadi volunteer untuk tugas-tugas ekstra, patuh terhadap

aturan-aturan dan prosedur- prosedur di tempat kerja. Perilaku-perilaku ini

menggambarkan "nilai tambah karyawan" dan merupakan salah satu bentuk

perilaku prososial, yaitu perilaku sosial yang positif, konstruktif dan bermakna

membantu (Aldag & Resckhe, 1997:1). Foote A, et al. (2008) menyatakan bahwa

sikap dan kemurnian peran berhubungan positif dengan komitmen dan komitmen

berhubungan positif dengan conscientiousness dan civic virtue.

Organ (1988:505) mendefinisikan OCB sebagai perilaku individu yang

bebas, tidak berkaitan secara langsung atau eksplisit dengan sistem penghargaan

(27)

bahwa Organizational Citizenship Behavior (OCB) ditemukan sebagai alternatif

penjelasan pada hipotesis kepuasan berdasarkan performance.

Van Dyne, dkk. (1998) mengusulkan konstruksi dari ekstra - role behavior

(ERB) yaitu perilaku yang menguntungkan organisasi dan atau cenderung

menguntungkan organisasi, secara sukarela dan melebihi apa yang menjadi

tuntutan peran. Organ (1997) menyatakan bahwa definisi ini tidak didukung

penjelasan yang cukup, "peran pekerjaan" bagi seseorang adalah tergantung dari

harapan dan komunikasi dengan pengirim peran tersebut. Definisi teori peran ini

menempatkan OCB dalam realisme fenomenologi, tidak dapat diobservasi dan

sangat subyektif. Definisi ini juga menganggap bahwa intensi aktor adalah

"untuk menguntungkan organisasi".

Borman dan Motowidlo (1993) mengkonstruksi contextual behavior tidak

hanya mendukung inti dari perilaku itu sendiri melainkan mendukung

semakin besarnya lingkungan organisasi, sosial dan psikologis sehingga inti

teknisnya berfungsi. Definisi ini tidak dibayangi istilah sukarela, reward atau niat

sang aktor melainkan perilaku seharusnya mendukung lingkungan organisasi,

sosial dan psikologis lebih dari sekedar inti teknis. Jadi, dari beberapa definisi di

atas dapat di simpulkan bahwa Organisational Citizenship Behavior (OCB)

merupakan :

1)Perilaku yang bersifat sukarela bukan merupakan tindakan yang terpaksa

terhadap hal-hal yang mengedepankan kepentingan organisasi.

2)Perilaku individu sebagai wujud dari kepuasan berdasarkan performance, tidak

(28)

3)Tidak berkaitan secara langsung dan terang-terangan dengan sistem reward

yang formal

2.1.2. Dimensi- dimensi Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Istilah Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali diajukan

oleh Organ (1988:530), dengan mengemukakan lima dimensi primer dari OCB

yang terdiri dari:

1) Altruism, yaitu perilaku membantu karyawan lain tanpa ada paksaan pada

tugas-tugas yang berkaitan erat dengan operasi-operasi organisasional.

2) Civic virtue, menunjukkan pastisipasi sukarela dan dukungan terhadap

fungsi - fungsi organisasi baik secara profesional maupun sosial alamiah.

3) Conscientiousness, berisi tentang kinerja dari prasyarat peran yang

melebihi standar minimum

4) Sportmanhip, berisi tentang pantangan-pantangan membuat isu-isu yang

merusak meskipun merasa jengkel.

5) Courtesy, adalah perilaku meringankan problem-problem yang berkaitan

dengan pekerjaan yang dihadapi orang lain.

2.2. Kepuasan Kerja

2.2.1. Pengertian kepuasan kerja

Keith Davis (1997:176) mengemukakan bahwa Job Satisfaction is a set of

fovorable or unforable feeling with wich employees view their work. Kepuasan

kerja adalah kumpulan perasaan enak dan tidak enak di mana karyawan

(29)

kerja sebagai sikap umum individu terhadap pekerjaannya. Pekerjaan

membutuhkan interaksi dengan rekan sekerja dan para atasan, mematuhi peraturan

dan kebijakan organisasi, memenuhi standard kinerja, hidup dengan suasana kerja

yang sering kali kurang dari ideal.

Kepuasan kerja merupakan sikap umum individu terhadap pekerjaannya

sehingga lebih mencermikan sikap dari pada perilaku. Keyakinan bahwa

karyawan yang puas lebih produktif daripada karyawan yang tidak puas menjadi

prinsip dasar bagi para manajer maupun pimpinan (Robbins, 2006). Menurut

Robbins (2006), masih banyak bukti yang mempertanyakan hubungan kausal

tersebut, karena pada masyarakat maju mereka tidak hanya memperhatikan

kuantitas hidup seperti peningkatan produktivitas dan perolehan materi, namun

juga kualitasnya. Para peneliti yang memiliki nilai humanis yang kuat berpendapat

bahwa kepuasan adalah tujuan resmi organisasi. Kepuasan tidak hanya secara

negatif terkait dengan keabsenan dan pengunduran diri, namun menurut mereka,

organisasi dibebani tanggung jawab untuk memberikan pekerjaan yang

menantang dan secara intrinsik memberikan penghargaan pada karyawan.

Locke (2006) memberikan definisi komprehensif dari kepuasan kerja yang

meliputi reaksi atau sikap kognitif, afektif dan evaluatif dan menyatakan bahwa

kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang senang atau emosi positif yang berasal

dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang. Menurut pendapat

tersebut di atas kepuasan kerja itu adalah sikap seseorang terhadap pekerjaannya

yang dihadapi di lingkungan kerjanya. Sikap itu berasal dari persepsi mereka

(30)

kesempatan promosi, penyelia atau pengawasan serta hubungan dengan rekan

kerja. Maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah suatu ungkapan

perasaan atau sikap seseorang terhadap pekerjaannya, terhadap kesempatan

promosi, hubungan dengan rekan kerja, pengawasan dan perasaan puas terhadap

pekerjaan itu sendiri. Pada intinya kepuasan kerja berkaitan erat dengan upaya

(effort) seseorang dalam bekerja. Karyawan yang tidak puas akan pekerjaan

cenderung untuk berperilaku tidak maksimal, tidak mencoba untuk melakukan

hal-hal yang terbaik, serta jarang untuk meluangkan waktu dan berusaha ekstra

dalam melakukan pekerjaannya.

Kepuasan kerja biasanya berhubungan dengan teori keadilan, psikologi

dan motivasi. Kepuasan kerja dipengaruhi oleh besar kecilnya penghargaan

intrinsik dan ekstrinsik, keterlibatan dalam pekerjaan dan perceived equity (fair

reward). Besar kecilnya penghargaan, mungkin tidak akan menjadikan masalah

besar asal pemberiannya dipandang adil oleh karyawan yang menerimanya.

Menyadari hal tersebut, maka salah satu sasaran penting dalam manajemen

sumber daya manusia adalah terciptanya kepuasan kerja anggota organisasi yang

lebih lanjut akan meningkatkan prestasi kerja. Dengan adanya kepuasan kerja dari

karyawan maka diharapakan karyawan dapat melakukan pekerjaannya lebih

maksimal dan mau melakukan pekerjaan diluar peran kerjanya sehingga dapat

membantu proses pencapaian tujuan organisasi lebih baik.

2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja

Ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, yaitu

(31)

1) Faktor yang ada dalam diri karyawan, antara lain Kecerdasan (IQ),

kecakapan khusus, usia, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan,

pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, persepsi, dan sikap kerja.

2) Faktor pekerjaan antara lain jenis pekerjaan, struktur organisasi,

pangkat (golongan, kedudukan), mutu pengawasan, jaminan finansial

(gaji), kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial dan hubungan

kerja.

Sikap merupakan suatu pengevaluasian yang positif atau negatif, dari

perasaan emosi, kecenderungan bertindak pro atau kontra terhadap objek sosial.

Pengertian sikap tersebut sesuai dengan pendapat Krech; Crutchfield dan

Ballachey, (1963) yang mengemukakan bahwa Enduring systems of positive or

negative evaluations. Emotional feelings and pro or conaction tendencies with

respect to social object.

Kelly G. Shaver, (2003) menjelaskan 3 (tiga) aspek sikap dengan

mengemukakan tiga pertanyaan, yaitu:

1) What do you think about the attitude object? (apa pendapat anda

tentang sikap ?) hal ini merupakan penilaian kognitif

2) How do you feel about the attitude object? (Bagaimana perasaan anda

tentang objek sikap?) hal ini merupakan penilaian afektif.

3) How do you behave toward the attitude object? (Bagaimana anda

bertindak terhadap objek sikap?). Hal ini berkaitan dengan aspek

(32)

Dalam, penelitian kepuasan kerja karyawan hanya mengukur sikap (sikap

afektif) mereka terhadap pekerjaan, pengawasan kerja, balas jasa, dan pelaksanaan

promosi jabatan. Hal ini karena kepuasan kerja lebih berkaitan dengan perasaan

yang dirasakan oleh seseorang karyawan terhadap pelaksanaan kerja, pengawasan

kerja, balas jasa dan pelaksanaan promosi jabatan. Sehingga dalam penelitian ini

teori kepuasan kerja menggunakan teori yang dikembangkan oleh Locke dalam

2.2.3. Dimensi Kepuasan Kerja

Luthans (2006) yang tediri dari lima dimensi pekerjaan yang memiliki

respon afektif yaitu

1) Pekerjaan itu sendiri, dalam hal di mana pekerjaan memberikan tugas yang

menarik, kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk menerima

tanggung jawab.

2) Gaji, sejumlah upah yang diterima dan tingkat di mana hal ini bisa

dipandang sebagai hal yang dianggap pantas dibandingkan dengan orang

lain dalam organisasi.

3) Kesempatan promosi, kesempatan untuk maju dalam organisasi

4) Pengawasan, kemampuan penyelia untuk memberikan bantuan teknis dan

dukungan perilaku.

5) Rekan kerja, tingkat di mana rekan kerja pandai secara teknik dan

mendukung secara sosial.

Penggunaan kepuasan kerja yang dikembangkan oleh Locke (2001)

dikarenakan dalam penelitian ini ingin mengukur kepuasan kerja yang memiliki

(33)

kepuasan kerja merupakan respons emosional terhadap situasi kerja, kepuasan

kerja sering ditentukan menurut seberapa baik hasil yang dicapai memenuhi atau

melampaui harapan dan kepuasan kerja mewakili beberapa sikap yang saling

berhubungan.

Dengan adanya kepuasan kerja, maka diharapkan karyawan dapat

melakukan pekerjaannya lebih maksimal dan mau melakukan pekerjaan diluar

peran kerjanya sehingga dapat membantu proses pencapaian tujuan organisasi

lebih baik. Hal ini dikemukakan juga oleh Martoyo dalam Aang Karyawan (2003)

bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap : (1) tingkat absensi karyawan; (2)

perputaran (turn over) tenaga kerja; (3) semangat kerja; (4) keluhan-keluhan; dan

(5) masalah personalia yang vital lainnya. Pendapat tersebut diperkuat oleh

Cusbut dan Lowery (dalam Robbins, 2006:185) bahwa, apabila karyawan merasa

terpuaskan dengan pekerjaan mereka, bisa menimbulkan berbagai macam reaksi,

misalnya, berhenti, mengeluh, tidak patuh, mencuri milik organisasi, atau

meninggalkan sebagian dari tanggung jawab mereka.

2.3. Komitmen Organisasional

2.3.1. Pengertian Komitmen Organisasional

Tujuan kunci dari unit organisasi terkait dengan sumber daya manusia

adalah mencari pengukuran yang dapat mengestimasikan secara akurat komitmen

para karyawannya dan mengembangkan program-program serta kegiatan-kegiatan

agar mampu meningkatkan komitmen organisasional (Zurnali, 2010). Menurut

Greenberg dan Baron (2000:190), komitmen organisasi menggambarkan seberapa

(34)

dan keinginan untuk tetap tinggal di organisasi itu. Mowday, R.T, Porter, L.W

dan Steers R.M., (dalam Miner, 1982:124) mendefinisikan komitmen organisasi

sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan

keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi. Sikap ini dapat ditandai dengan

tiga hal, yaitu:

1) Kepercayaan yang kuat dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan

organisasi.

2) Kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi.

3) Keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan di dalam

organisasi.

Robbins (2006) memandang komitmen organisasi merupakan salah satu

sikap kerja. Karena ia merefleksikan perasaan seseorang (suka atau tidak suka)

terhadap organisasi tempat ia bekerja. Robbins mendefinisikannya sebagai suatu

orientasi individu terhadap organisasi yang mencakup loyalitas, identifikasi dan

keterlibatan. Jadi, komitmen organisasi merupakan orientasi hubungan aktif antara

individu dan organisasinya. Orientasi hubungan tersebut mengakibatkan individu

(karyawan) atas kehendak sendiri bersedia memberikan sesuatu, dan sesuatu yang

diberikan itu menggambarkan dukungannya bagi tercapainya tujuan organisasi.

Pada intinya beberapa definisi komitmen organisasi dari beberapa ahli di

atas mempunyai penekanan yang hampir sama yaitu proses pada individu

(karyawan) dalam mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan,

dan tujuan organisasi. Di samping itu, komitmen organisasi mengandung

(35)

organisasi, dengan kata lain komitmen organisasi menyiratkan hubungan

karyawan dengan perusahaan atau organisasi secara aktif. Karena karyawan yang

menunjukkan komitmen tinggi memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan

tanggung jawab yang lebih dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan

organisasi tempatnya bekerja.

2.3.2. Jenis – jenis Komitmen Organisasional

Mathis (2002), menyatakan jika para tenaga kerja berkomitmen pada

organisasi, mereka mungkin lebih produktif. Komitmen organisasi adalah tingkat

kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organisisasi dan

mempunyai keinginan untuk tetap ada di dalam orgainisasi tersebut. Penelitian

menyatakan bahwa kepuasan kerja dan komitmen orgainasional cenderung saling

mempengaruhi satu dengan yang lain. Apa yang disarankan dari penemuan ini

adalah orang-orang yang relatif puas dengan pekerjaannya akan lebih

berkomitmen pada organisasi dan orang-orang yang berkomitmen terhadap

organisasi lebih mungkin untuk mendapat kepuasan yang lebih besar.

Meyer dan Allen (1991) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai (1)

keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu; (2) keinginan

untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; dan (3) keyakinan tertentu, dan

penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Ini merupakan sikap yang merefleksikan

loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan di mana anggota

organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan

(36)

organisasi bersifat multidimensi, sehingga terdapat perkembangan dukungan

untuk tiga dimensi komitmen yaitu :

1) Affective Commitment, adalah keterikatan emosional karyawan,

identifikasi, dan keterlibatan dalam organisasi.

2) Continuance Commitment, adalah komitmen berdasarkan kerugian yang

berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi. Hal ini

karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit.

3) Normative Commitment, adalah perasaan wajib untuk tetap berada

dalam organisasi karena memang harus begitu; tindakan tersebut

merupakan hal benar yang harus dilakukan.

Mowday et al. (1979) menunjukkan hubungan antara komitmen organisasi

dan hasil yang diinginkan seperti kinerja tinggi, tingkat pergantian karyawan yang

rendah dan tingkat ketidakhadiran yang rendah. Juga terdapat bukti bahwa

komitmen karyawan berhubungan dengan hasil lain yang diinginkan, seperti

persepsi iklim, organisasi yang hangat serta mendukung dan menjadi anggota tim

yang baik yang siap membantu. Sementara menurut Luthan (2006) bahwa sikap

komitmen organisasi dibandingkan dengan kepuasan kerja adalah prediktor yang

lebih baik dari variabel hasil yang diinginkan dan dengan demikian pantas

menerima perhatian manajemen.

Meyer dan Allen (1993) berpendapat bahwa setiap komponen memiliki

dasar yang berbeda. Karyawan dengan komponen afektif tinggi, masih bergabung

dengan organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi.

(37)

dengan organisasi tersebut karena mereka membutuhkan organisasi. Karyawan

yang memiliki komponen normatif yang tinggi, tetap menjadi anggota organisasi

karena mereka harus melakukannya.

Setiap karyawan memiliki dasar dan tingkah laku yang berbeda

berdasarkan komitmen organisasi yang dimilikinya. Karyawan yang memiliki

komitmen organisasi dengan dasar afektif memiliki tingkah laku berbeda dengan

karyawan yang berdasarkan continuance. Karyawan yang ingin menjadi anggota

akan memiliki keinginan untuk menggunakan usaha yang sesuai dengan tujuan

organisasi. Sebaliknya, mereka yang terpaksa menjadi anggota akan menghindari

kerugian finansial dan kerugian lain, sehingga mungkin hanya melakukan usaha

yang tidak maksimal. Sementara itu, komponen normatif yang berkembang

sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan

kewajiban yang dimiliki karyawan. Komponen normatif menimbulkan perasaan

kewajiban pada karyawan untuk memberi balasan atas apa yang telah diterimanya

dari organisasi.

2.3.3. Dimensi Komitmen Organisasional

Steers (1996) mengembangkan sebuah model hubungan sebab akibat

terjadinya komitmen terhadap organisasi. Selanjutnya dia mengemukakan ada tiga

penyebab komitmen organisasi, yaitu: karakteristik pribadi (kebutuhan

berprestasi, masa kerja/jabatan, dan lain-lain), karakteristik pekerjaan (umpan

balik, identitas tugas, kesempatan untuk berinteraksi, dan lain-lain) dan

pengalaman kerja. Model yang dikembangkan Steer kemudian dimodifikasi

(38)

kelamin), karakteristik yang berkaitan dengan peran, karakteristik struktural dan

pengalaman kerja.

Long (2000) menjelaskan bahwa program kepemilikan saham perusahaan

bagi karyawan juga bisa menumbuhkan perasaan identifikasi terhadap

tujuan-tujuan organisasi. Sedangkan Armstrong (2003:183) berpendapat bahwa tiga hal

yang dapat mempengaruhi komitmen, yaitu rasa memiliki terhadap organisasi,

rasa senang terhadap pekerjaan dan kepercayaan pada organisasi. Chusmir (dalam

Jewell dan Siegall, 1998:519) berpendapat bahwa karakteristik keluarga juga

menjadi salah satu penentu komitmen karyawan pada organisasi. Selain

faktor-faktor di atas, faktor-faktor harapan pengembangan karir, lingkungan kerja dan

gaji/tunjangan juga berpengaruh.

Berdasarkan atas beberapa pendapat di atas, maka dalam penelitian ini

komitmen organisasi menggunakan dimensi komitmen yaitu : (1) Affective

Commitment, (2) Continuance Commitment, (3) Normative Commitment, yang

diadopsi dari Meyer dan Allen, (1991). Penggunaan komitmen organisasi yang

dikembangkan oleh Meyer dan Allen ini karena komitmen organisasi

mengindikasikan keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu,

keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi dan keyakinan

tertentu, serta penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Ini merupakan sikap yang

merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan di

mana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan

Referensi

Dokumen terkait

Sumur-sumur warga sekitar juga akan tercemar, serta limbah tersebut mencemari udara di sekitar lokasi pabrik dan lingkungan sekitarnya, jika masalah limbah ini

Data tabel 5 yang menunjukkan data demografi subyek peneltian terhadap kultur bakteri positif dalam penelitian ini memperlihatkan pasien kelompok umur kurang dari 60 tahun

Adapun rancangan yang dilakukan pada ruang gambar adalah kursi gambar dengan mengubah rancangan pada beberapa bagian yaitu bahan tempat duduk yang diganti, tinggi tempat duduk

1) Gap atribut terbesar antara tingkat kepentingan dan kepuasan kompor bioetanol eksisting adalah kemudahan penggunaan, keamanan penggunaan, dan desain kompor.

Perkembangan kognitif di masa dewasa akhir, secara garis besar terbagi dalam 5 bagian yaitu: (1) Fungsi kognitif pada orang lanjut usia; (2) Perkembangan bahasa;

In this chapter the writer will analyze of types of the basic Sentence Patterns according Nichols in his book English Syntax and used the Holy Qur‘an English

Saya merasa suasana akan menjadi ‘garing’ dan canggung bila bergaul dengan teman-teman yang... tidak setara

Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga di antara tingkat lembaga dalam sistem pemasaran atau perbedaan antara jumlah yang dibayar konsumen dan jumlah yang