MENGGANTIKAN POLA ASUH ORANGTUA BEKERJA DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
GIRINDRA AHMAD JUANDRA NIM: 11150541000065
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2020
2
3
4
i ABSTRAK
Girindra Ahmad Juandra, 11150541000065
Implementasi Program Day Care Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Dalam Menggantikan Pola Asuh Orang Tua Bekerja di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Anak dalam usia balita masih memerlukan pengasuhan yang optimal untuk mendukung tumbuh kembangnya, bagi orang tua yang mempunyai aktivitas lain seperti bekerja upaya pengasuhan belum dilakukan secara optimal. Terdapat alternatif pengganti pengasuhan bagi orang tua untuk memberikan hak-hak anak yang dapat menunjang tumbuh kembangnya. Day Care adalah program penggantian dan pelengkap pengasuhan. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian megenai penggantian pola asuh pada Day Care karena peneliti melihat ketika kebutuhan pengasuhan anak terpenuhi maka otomatis pekerja atau orang tua bisa menjalani profesinya dengan profesional yang kemudian berdampak pada kesejahteraan keluarga. Penelitian ini menggunakan model teori Implementasi Program David C.Korten.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Teknik pemilihan informan menggunakan purposive sampling. Sedangkan untuk teknik pengumpulan datanya melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan Implementasi program Day Care memenuhi tiga elemen, ketiga elemen implementasi tersebut meliputi adanya program yang disusun secara matang. Kedua, pelaksana program sangat paham dengan tugasnya sehingga tujuan dan fungsi dari program tersebut berjalan sesuai dengan visi dan misi. Ketiga, kebutuhan sasaran program sesuai dengan program yang digagas. Program Day Care lebih menekankan pada pola pengasuhan demokratis pada setiap kegiatannya, hal tersebut dilakukan karena setiap kegiatan Day Care menggunakan basis pengasuhan sebelumnya dari orang tua yang dijalankan melalui pengawasan para pengasuh.
Kata Kunci: Implementasi Program, Pola Asuh, Day Care, Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA)
ii
lillah, Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Rasa Syukur peneliti panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, atas segala kemurahan, cinta, kasih, dan sayang-Nya serta karunia yang diberikan beserta rahmat dan nikmat-Nya, sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa melimpahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya.
Alhamdulillah dengan usaha dan tekad yang kuat akhirnya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi Program Day Care Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Dalam Menggantikan Pola Asuh Orang Tua Bekerja di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Adapun tujuan penulisan Penelitian Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar S. Sos. dalam jenjang Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses selama menjadi mahasiswa Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, peneliti sangat menyadari bahwa dalam penyususnan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya doa, dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati dan keikhlasan peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:
iii
1. Suparto, Ph.D, M.Ed sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, S.Ag., MSW, Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Dr Sihabudin Noor, M.A., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Cecep Castrawidjaya, M.Si.
2. Ahmad Zaky, M.Si sebagai Ketua Prodi Jurusan Kesesejahteraan Sosial dan Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA sebagai Sekertaris Program Studi Kesejahteraan Sosial.
3. Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, S.Ag., MSW sebagai dosen pembimbing, tiada kata-kata yang bisa saya ucapkan selain kata terimakasih yang mendalam atas kesediaannya untuk meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk memberikan arahan, masukan, dan membimbing peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya dosen-dosen Prodi Kesejahteraan Sosial.
5. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan dukungan moril dan materiil serta doa dan nasehat yang tidak pernah putus sehingga penelitian ini selesai dan berjalan dengan lancar.
6. Teman-teman seperjuangan Kesejahteraan Sosial 2015, terimaksih atas kebersamaan kita selama ini.
iv
8. Teman-teman SC, yaitu Albert, Lisong, Abul, Smoker, Kentung, Edot, Naim, Indro, Acong, Ropi, Sait, Yogi, Faqih, dan Galuh. Tetap solid dan kompak kawan!
9. Kawan-kawan Djakarta Vespa UIN (The Djavu) yang senantiasa memberikan semangat dan membantu peneliti dalam mengerjakan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi kita semua yang membacanya, terutama dalam memajukan keilmuan Kesejahteraan Sosial. Amin.
Tangrang Selatan, 13 Maret 2020 Peneliti,
Girindra Ahmad Juandra
v DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I ...1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Review Kajian Terdahulu ... 10
F. Metodologi Penelitian ... 14
1. Pendekatan Penelitian ... 15
2. Jenis Penelitian ... 16
3. Sumber Data ... 17
4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 19
5. Teknik Pengumpulan Data ... 19
G. Sistematika Penulisan ... 25
BAB II ... 27
LANDASAN TEORI ... 27
vi
2. Pengertian Program ... 29
3. Konsep Implementasi Program ... 31
B. Day Care ... 34
1. Pengertian Day Care ... 34
2. Tujuan Layanan Day Care ... 35
3. Prinsip Penyelenggaraan Day Care ... 36
4. Jenis-jenis Day Care ... 37
C. Pola Asuh ... 44
1. Pengertian Pola Asuh ... 44
2. Jenis-jenis Pola Asuh ... 45
3. Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh ... 52
4. Ciri-ciri Pola Asuh ... 56
D. Perkembangan Anak ... 58
1. Pengertian Perkembangan Anak ... 58
2. Tahap Perkembangan Anak ... 59
3. Aspek Perkembangan Anak ... 63
4. Faktor Mempengaruhi perkembangan anak ... 66
E. Teori Kelekatan ... 68
1. Pengertian Teori Kelekatan ... 68
2. Figur Lekat ... 70
3. Tahap Pembentukan Kelekatan ... 70
4. Perilaku Kelekatan ... 71
5. Kegunaan Teori Kelekatan ... 72
F. Human Service Organization (HSO) ... 73
vii
1. Pengertian HSO ... 73
2. Tujuan HSO ... 73
G. Landasan Hukum ... 74
H. Kerangka Berpikir ... 76
BAB III ... 77
PROFIL LEMBAGA ... 77
A. Visi, Misi, Pusat Studi Gender dan Anak ... 77
B. Latar Belakang Lembaga ... 78
C. Legalitas ... 80
D. Program Pusat Studi Gender dan Anak ... 80
E. Struktur Organisasi ... 81
F. Program yang sudah ada dan sedang berjalan ... 82
G. Kegiatan Pusat Studi Gender dan Anak ... 92
BAB IV ... 98
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 98
A. Implementasi Program Day Care Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) ... 99
1. Kesesuaian program dengan pemanfaat ... 99
2. Kesesuaian program dengan pelaksana ... 102
3. Kesesuaian pemanfaat dengan pelaksana ... 106
B. Jenis Pola Asuh Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 109
1. Pola Asuh Otoriter ... 110
2. Pola Asuh Demokratis ... 114
3. Pola Asuh Situasional ... 117
viii
1. Ideologi yang berkembang dalam diri orang
tua ... 119
2. Status ekonomi dan pekerjaan orang tua ... 121
3. Pola asuh yang diterapkan sebelumnya ... 122
D. Kelekatan antara anak dengan pengasuh Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta... 122
1. Proximity Seeking ... 123
2. Separation Protest ... 123
E. Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Human Service Organization (HSO) ... ..124
BAB V ... 135
PEMBAHASAN ... 135
A. Implementasi Program Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 136
1. Kesesuaian program dengan pemanfaat ... 137
2. Kesesuaian program dengan pelaksana ... 137
3. Kesesuaian pemanfaat dengan pelaksana ... 138
B. Jenis Pola Asuh pada Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 140
1. Pola Asuh Otoriter ... 140
2. Pola Asuh Demokratis ... 140
3. Pola Asuh Situasional ... 141
C. Faktor yang memperngaruhi Pola Asuh Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta... 142
ix
1. Ideologi yang berkembang dalam diri orang
tua ... 142
2. Status ekonomi dan pekerjaan orang tua ... 143
3. Pola asuh yang diterapkan sebelumnya ... 143
D. Kelekatan antara anak dengan pengasuh Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta... 144
1. Proximity Seeking ... 144
2. Separation Protest ... 144
E. Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Human Service Organization (HSO) ... 145
F. Pembahasan Day Care Menurut Perspektif Islam Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 146
BAB VI ... 148
PENUTUP ... 148
A. Kesimpulan ... 148
1. Implementasi Program Day Care Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) ... 148
2. Day Care Menurut Model Implementasi Program David C. Korten ... 149
B. Saran ... 150
DAFTAR PUSTAKA ... 152
LAMPIRAN ... 157
x
Tabel 1.1 Rancangan Waktu Penelitian ... 19 Tabel 1.2 Informan Wawancara ... 23 Tabel 2.1 Model Teori Implementasi Program David C.
Korten ... 32 Tabel 2.2 Saran jumlah pendamping dalam satu kelompok di TPA ... 42 Tabel 2.3 Kerangka Berpikir ... 76 Tabel 3.1 Sturktur Organisasi Pusat Studi Gender dan Anak ... 81 Tabel 3.2 Program Pusat Studi Gender dan Anak yang Sudah ada dan berjalan... 82
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kegiatan PSGA Mengadakan Kajian Gender
dan Anak ... 92
Gambar 3.2 PSGA menggelar kuliah perdana kelas Gender dan Anak ... 93
Gambar 3.3 PSGA menyelenggarakan Seminar Kesehatan dan deteksi dini kanker serviks ... 94
Gambar 3.4 PSGA membuka kelas Gender dan Anak dengan tema tradisi khatam Al-Quran ... 95
Gambar 3.5 PSGA mengadakan sosialisasi dan pelatihan penyusunan pelatihan dan penganggaran responsif Gender ... 96
Gambar 3.6 PSGA kembali menggelar deteksi dini kanker serviks ... 97
Gambar 3.7 PSGA menggelar ramah tamah di kantor walikota Tangsel ... 98
Gambar 4.1 Komputer Day Care tidak berfungsi ... 105
Gambar 4.2 CCTV Day Care tidak berfungsi ... 105
Gambar 4.3 Sarana permainan anak... 108
Gambar 4.4 Buku-buku cerita ... 108
Gambar 4.5 Tempat tidur anak yang tergabung antara Laki-laki dan Perempuan ... 109
Gambar 4.6 Tidak ada ruang terbuka sehingga anak harus Beraktivitas didalam... 109
Gambar 4.7 Kegiatan snack time dan makan siang ... 110
Gambar 4.8 Kegiatan belajar membaca iqra ... 113
xii
Gambar 4.11 Kegiatan belajar dan bermain anak ... 115 Gambar 4.12 Ruang laktasi PSGA ... 126 Gambar 4.13 SOP Pelaksanaan Day Care ... 129 Gambar 4.14 Buku Petunjuk teknis nasional sebagai acuan pembentukan Day Care ... 130 Gambar 4.15 Nadya Kharima sebagai dosen yang mem- bawa anak ke kampus ... 133
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Anak pada masa tumbuh dan kembangnya masih sangat membutuhkan pola asuh optimal dari orang tua di kehidupan sehari-harinya. Masa tumbuh kembang merupakan kunci penting terhadap penentu masa depan seorang anak. Aspek fisik, mental, spiritual dan sosial pada anak menjadi bagian penting dalam perkembangan sebagai pembentukan fase pertumbuhan pada anak. Ketercapaian aspek perkembangan pada anak sangat dipengaruhi oleh kehadiran orang tua dalam pengasuhan di kesehariannya. Orang tua terutama seorang ibu sangat berperan dalam kematangan pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga menjadi penting untuk perkembangan awal seorang anak. Ibu memiliki peran penting dalam tercapainya keberhasilan perkembangan anak, seorang ibu memiliki kelekatan dengan anak melalui hubungan erat yang terbentuk sejak anak berada dalam kandungan.
Orang tua merupakan guru paling penting yang dimiliki seorang anak, orang tua mempunyai kesempatan untuk membentuk intelegensi tertentu dan sebagai tempat sosialisasi pertama dan pengembangan diri bagi anak. Pola asuh dan pendidikan yang terarah dengan baik dan didasari dengan kasih sayang akan berpengaruh terhadap perkembangan seorang anak pada fase berikutnya.
Peran orang tua terhadap anak direncanakan dan disesuaikan dengan baik terhadap peran lainnya didalam kehidupan sehingga peran ini dikembangkan dengan melihat situasi ekonomi individu (Santrock, 2007). Semakin tinggi tuntutan ekonomi saat ini, membuat manusia selalu berusaha mengelola dan mencari penghasilan lebih banyak untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan hidup guna mencapai kesejahteraan dan menjadi lebih baik untuk ke depannya.
Keadaan tersebut menjadikan bukan hanya suami yang bekerja mencari nafkah namun seorang ibu juga harus turut serta dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Dewasa ini, perempuan berkarir menjadi sangat lazim. Tingkat pendidikan yang tinggi membuat perempuan kini berhak menyandang gelar dan mempunyai potensi akademis yang baik sehingga menjadi faktor pendorong seorang perempuan mempunyai kesempatan kerja yang terbuka luas. Potensi yang dimiliki perempuan membuatnya dapat masuk hampir dalam segala bidang. Seperti menjadi karyawan, tenaga pengajar, pegawai negeri sipil, dokter, menteri, bahkan presiden sekalipun (Yanggo, 2010).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari tahun 2018 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan berada pada 55,44 persen. Dibandingkan dengan kondisi setahun yang lalu, TPAK perempuan meningkat hingga 0,40 persen (BPS, 2018).
Islam memandang bahwa kedua orang tua memiliki tanggung jawab terhadap pertumbuhan fisik dan
perkembangan psikis anaknya, bahkan lebih daripada itu membebaskan anaknya dari siksaan api neraka, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah SWT dalam surat (At- Tahrim: 66) ayat 6:
ُةَرا َج ِح ْ
لا َو ُساَّنلا ا َه ُدوُق َو اًراَن ْم ُكيِل ْه َ
أَو ْم ُك َس ُفن َ
أ اوُق اوُن َمآ َني ِذ َّلا اَهُّيَأ اَي ا َم َنو لَع ْفَي َو ْم ُهَر َم ُ َ
أ ا َم َ َّاللَّ َنو ُصْعَي َ
لَ ٌدا َد ِش ٌظ َلَِغ ٌةَكِئ َلََم اَهْيَلَع
َنوُر َم ْؤُي
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (tafsirq.com, TT)
Ayat diatas menjelaskan bahwa setiap individu termasuk orang tua harus berusaha membebaskan diri dan keluarganya dari siksaan api neraka. Orang tua juga harus bertanggung jawab dalam memberikan asupan makanan terutama makanan yang sehat dan halal juga baik serta memberikan pola asuh dan pendidikan sesuai dengan usianya yang mengarah kepada pembentukan akhlak anak.
Peranan orang tua terhadap anak juga terkandung dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dalam Pasal 1 ayat 11 terdapat istilah “Kuasa Asuh” yang berarti kekuasaan orang tua untuk
mengasuh, mendidik, membina, memelihara, dan menumbuhkembangkan anak sesuai dengan agama yang dianutnya dan kemampuan bakat, serta minatnya.
Orang tua berperan mengarahkan anak-anaknya sebagai generasi yang unggul, karena potensi anak tidak akan tumbuh dengan sendirinya tanpa bantuan dari orang tua (Leny Blegur, 2014). Namun dalam hal ini, orang tua yang bekerja pada umumnya bekerja dari matahari terbit dan pulang hingga matahari sudah terbenam, sehingga hanya bisa menemani anak sepulang dari rutinitas bekerjanya, itupun hanya dalam hitungan jam per hari. Hal ini semakin menambah dampak kurangnya pola pengasuhan dan komunikasi antara anak dan orang tua, dengan demikian anak pun merasa kurang kasih sayang dan perhatian dari orang tua.
Dalam beberapa kasus, ditemukan bahwa anak yang ditinggal orang tuanya bekerja rentan mengalami masalah psikis bahkan fisik. Seperti yang terjadi pada balita berusia empat tahun berinisial MIR warga Ngemplak, Surabaya, Jawa Timur yang kerap kali mengalami penganiayaan oleh tetangganya. MIR sering ditinggal bekerja oleh kedua orang tuanya selama berhari-hari oleh karena itu MIR diititpkan ke tetangganya untuk menggantikan pengasuhan orang tuanya.
Namun bukannya kasih sayang yang didapat oleh MIR melainkan penyiksaan. Penganiayaan dilakukan tetangga MIR karena kesal MIR tidak mau tidur siang dan sangat hiperaktif, mata dan wajah MIR dipukul oleh tetangganya menggunakan botol minyak angin hingga lebam (Merdeka.com, 2016).
Untuk mengantisipasi hal tersebut pada akhirnya orang tua harus mencari alternatif pengasuhan sementara bagi anak selama dirinya tengah melakukan aktivitas kerjanya, yang nantinya bisa menggantikan posisi orang tua dalam hal mengasuh, merawat, melindungi, dan memberikan pendidikan pada anaknya agar terhindar dari keterlambatan proses tumbuh kembang yang pada akhirnya berdampak pada perkembangan pertumbuhan kepribadian anak di masa depan. Beberapa orang tua biasanya menyerahkan anak kepada pengasuh pengganti misalnya sanak keluarga, kakak, nenek dan kakek, baby sitter, atau bahkan menitipkannya pada tempat penitipan anak seperti lembaga Day Care.
Day Care merupakan sebuah program dimana anak akan diajarkan mengenai tata cara atau kemampuan kegiatan yang dilakukan sehari-hari, baik verbal maupun non verbal seperti berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, berbicara sopan, meminta tolong, hingga nantinya dapat melakukan semuanya dengan mandiri. Menurut Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2008 dalam Pasal 1 ayat 1 Day Care atau Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan lembaga pelayanan sosial anak yang memberikan pelayanan holistik dan integratif kepada anak balita yang berusia diatas 3 bulan sampai dengan sebelum 5 tahun berupa perawatan dan pengasuhan, pemenuhan gizi, bimbingan sosial, mental spiritual, stimulan edukatif, permainan dan rekreasi.
Kehadiran Day Care juga sebagai bentuk untuk mendukung fungsi keluarga yang bahagia dan sejahtera
sebagai salah satu unsur pembangun wellbeing (kesejahteraan).
Hal ini terkait dukungan terhadap ibu bekerja untuk terus berkarya dan berkarir. Konsep wellbeing sangat penting demi terciptanya keluarga yang sejahtera. Wellbeing juga termasuk unsur sukses bagi tumbuh kembang anak dan faktor kesuksesan ibu sebagai pekerja dalam menjalani rutinitas sehari-harinya di kantor (Liputan 6, 2018).
Untuk mendukung terciptanya keluarga yang sejahtera UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) membuat sebuah program Day Care sebagai bentuk perhatian terhadap kinerja pegawai dan dosen agar mampu fokus memenuhi tuntutan pekerjaan secara profesional, disisi lain kehadiran Day Care diharapkan bisa menggantikan peran ibu dalam hal pola asuh anak. Menurut Armia Putriana sebagai Staf UIN Jakarta sekaligus orang tua wali, ia menitipkan anaknya pada Day Care UIN Jakarta karena keduanya sibuk bekerja, keduanya senang karena disana anak-anak merasa seperti berada dirumah sendiri juga diajarkan untuk lebih mandiri dalam setiap kegiatannya, bersosialisasi, dan diberikan pelajaran yang sesuai dengan usianya.
Dari penjelasan diatas peneliti melihat bahwa permasalahan penggantian pola asuh memang sangat penting untuk dibahas karena pola pengasuhan merupakan penentu masa depan anak, dimana anak dalam masa pertumbuhannya cenderung meniru hingga mengaplikasikan apa yang mereka lihat dan diajarkan kepada mereka melalui orang terdekatnya.
Relevansi orang tua yang dituntut harus menjalani pekerjaannya sementara mereka harus mengurus dan memberikan pengasuhan anak yang masih kecil (dependent children) jika dibiarkan atau tidak dititipkan pada pihak pengganti dan pelengkap pengasuhan anak maka akan berpengaruh ke kinerja dan produktivitas kerja para dosen dan pegawai di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk itu dalam memilih lembaga Day Care harus didasarkan pada pengetahuan mengenai cara mengasuh anak yang baik dan benar, dengan begitu kemudian orang tua bisa melihat dan membandingkan cara pengasuhan mereka dengan cara pengasuhan Day Care yang akan dipilih. Dalam penelitian ini peneliti akan membahas mengenai implementasi program Day Care yang diterima oleh anak dan sejauh mana manfaat dari program tersebut yang bisa diaplikasikan oleh anak didalam kehidupan sehari-harinya. Secara umum implementasi program merupakan suatu upaya yang dilakukan pihak tertentu untuk mencapai tujuan dengan menggunakan serangkaian kegiatan program agar dapat berjalan secara terstruktur dan sesuai dengan tujuan.
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian pada salah satu model implementasi program, yaitu model yang dikemukakan oleh David C. Korten. Model ini mempunyai tiga elemen yaitu program itu sendiri, pemanfaat program atau kelompok sasaran, dan pelaksana program. Model ini biasa digunakan untuk menilai keberhasilan program, pelaksanaan program dikatakan berhasil jika terdapat kesesuaian antara tiga
elemen implementasi program diatas. Dari hasil tersebut nantinya diharapkan akan menjadi bahan acuan bagi Day care UIN Jakarta untuk menggantikan pola asuh orang tua.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti bermaksud melakukan penelitian mendalam mengenai Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul:
“Implementasi Program Day Care Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Dalam Menggantikan Pola Asuh Orangtua Bekerja Di Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Bagaimana Implementasi program Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menurut model Teori David C. Korten?
2. Bagaimana Pola Asuh pada Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan hasil dari pembatasan dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui Implementasi Program Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menurut model Teori Implementasi Program David C.
Korten
2. Untuk mengetahui Pola Asuh yang digunakan oleh Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Studi Strata 1 dan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.sos).
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis
a. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian bagi para peneliti lain, masyarakat umum dan orang tua mengenai program Day Care yang diberikan oleh Pusat Studi Gender dan Anak UIN Jakarta dalam menggantikan pola asuh orang tua.
b. Penelitian khususnya juga dapat bemanfaat bagi peneliti yaitu dalam rangka menganalisa dan menjawab keingin tahuant peneliti terhadap perumusan masalah dalam penelitian.
2. Manfaat praktis
Sebagai bahan masukan terhadap lembaga Pusat Studi Gender dan Anak UIN Jakarta mengenai program Day Care yang diberikan kepada anak-anak yang dititipkan dalam menggantikan pola asuh orang tua.
E. Kajian Terdahulu
Dalam penelitian ini peneliti melakukan review terdahulu terhadap beberapa mahasiswa dengan judul dan penelitian yang relevan dengan apa yang ingin peneliti buat, tentunya untuk menghindari kesamaan judul dan lain-lain dari yang sudah ada sebelumnya
1. Sari Desianty, Program Studi Sosiologi, Universitas Tanjungpura Pontianak, Tahun 2015. Dengan Judul Jurnal
“Pelayanan Pendidikan Taman Penitipan Anak Dalam Pengasuhan Anak di TPA LKIA Pontianak”.
Didalam penelitian ini menerangkan bahwa Keberadaan TPA LKIA dirasakan manfaatnya bagi ibu yang bekerja di luar rumah tangga terutama di dalam membantu proses tumbuh kembangnya anak.
Dititipkannya anak di TPA LKIA oleh ibu yang bekerja di luar rumah tangga terjadi perkembangan fisik dan mental yang normal di dalam diri anak sehingga orang tua merasakan manfaatnya. Sebagian besar responden menyatakan merasa bangga terhadap hasil penitipan anaknya di TPA LKIA karena perkembangan daya pikir, keterampilan dan kesehatan anak, keuntungan yang diperoleh anak yang dititipkan di TPA LKIA di antaranya perkembangan dan kesehatan anak dapat terawasi, disiplin dan dapat bersosialisasi karena diberikan kegiatan di bawah bimbingan para pegawai TPA. Dengan demikian apa yang dilakukan TPA LKIA terhadap anak titipan dapat
menggantikan fungsi dan peranan ibu dalam sementara waktu selama bekerja di luar rumah tangga.
2. Novia Rachmanik Putri, Program Studi Sosiologi, Universitas Lampung, Tahun 2018. Dengan Judul Jurnal
“Implementasi Peranan Taman Penitipan Anak (TPA) Sebagai Wahana Pengasuhan Anak Bagi Orangtua Bekerja”.
Penelitian ini menerangkan bahwa banyaknya orang tua yang keduanya memutuskan untuk bekerja membuat pemenuhan kebutuhan anak semakin berkurang, oleh sebab itu sebagian orang tua menitipkan anaknya pada lembaga penitipan anak seperti Tempat Penitipan Anak (TPA) atau Day Care. Karena pada orang tua merasa takut dan kurang percaya bila menitipkan anak pada babysitter, sehingga orangtua lebih percaya untuk menitipkan anak pada TPA agar dapat mendidik dan mengasuh anaknya.
Para orangtua juga mengetahui pada saat anak dititipkan di TPA bukan hanya diasuh melainkan juga mendapat pembelajaran sesuai dengan usianya serta pembiasaan yang memang harus diajarkan sejak dini. Pada akhirnya, dengan menitipkan anak di ketiga TPA orangtua merasakan dampak positif bagi diri anak.
3. Yulinda Hamdiani, Program Studi Kesejahteraan Sosial, Universitas Padjajaran, Tahun 2016. Dengan Judul Jurnal
“Layanan Anak Usia Dini/Pra Sekolah Dengan “Full Day Care” di Taman Penitipan Anak”.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan full day care yang ada di salah satu TPA yang ada di Kabupaten Bandung. Bagaimana pelaksanaan full day care dari segi program perawatan/pengasuhan, pendidikan, gizi dan kesehatan, sumber daya manusia, dan hambatannya. Subjek penelitian ini adalah Lembaga Taman Penitipan Anak Subjek diambil dengan teknik jenis purposive sampling atau sampel bertujuan karena diharapkan memperoleh informan yang mengetahui mengenai objek penelitian. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualititatif Analisis data yang digunakan adalah analisis dengan menggunakan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi serta triangulasi.. Hasil analisis dengan studi pustaka menunjukkan bahwa pelaksanaan system full day harus berdasarkan pada pedoman teknis penyelenggaraan taman penitipan anak.
Dimana semua program dan kegiatan berbasiskan pada pemenuhan hak-hak anak dan minat anak dan atas pertimbangan kebutuhan di fase perkembangan.
4.
Siti Hikmah, Program Studi Psikologi, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, Tahun 2014. Dengan Judul Jurnal “Optimalisasi Perkembangan Anak Dalam DayCare”.Penelitian ini menjelaskan bahwa perkembangan dan pertumbuhan psikologis anak harus didampingi secara signifikan oleh pengasuh yang memiliki integritas tinggi, kesulitan mencari pengasuh pengganti membuat orang tua
memilih day care sebagai alternatif. Memilih day care yang baik dan memenuhi standar menjadi sebuah keharusan bagi orang tua. Jika tidak, maka perkembangan psikologis anak menjadi taruhannya. Day care menjadi sebuah pilihan yang tepat apabila mampu memainkan perannya sebagai
‘pengganti orang tua’ dalam proses perkembangan anak dalam berbagai dimensinya baik perkembangan bahasa, fisik, sosial, emosi dan psikologisnya.
5. Lulu El Maknun, Jurnal Harkat: Media Komunikasi Gender, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2018.
Dengan Judul Jurnal “Urgensi Revitalisasi Day Care Dalam Lingkungan Kerja Ramah Anak”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan mengkaji sejauh mana Urgensi dari Revitalisasi Day Care UIN Jakarta, dalam hal ini peneliti melakukan analisis SWOT. Setelah selesai melakukan analisis, peneliti mengambil kesimpulan dan poin-poin yang diharapkan dapat merevitalisasi Day Care. Diantaranya peningkatan mutu, perbaikan sistem, penambahan infrastruktur, dan evaluasi. Dan didapat kesimpulan bahwa Day Care UIN Jakarta sangat mungkin untuk menjadi laboratorium pengasuhan anak namun disamping itu dibutuhkan nilai luhur seperti keberanian, dan keterbukaan dalam menjalani fungsi manajemen (POAC) demi terciptanya lingkungan kerja ramah anak di UIN Jakarta.
6. Masykur Wahid, Jurnal Studi Gender dan Anak, IAIN Sultan Hassanudin Banten, Tahun 2017. Dengan Judul
Jurnal “Islam Dan Dominasi Maskulin Global: Menimbang Kampus Aman Bagi Perempuan Dan Anak di Banten”.
Penelitian ini merupakan gambaran kritis mengenai perlindungan anak dan perempuan korban kekerasan di Banten. Yang di latarbelakangi oleh kekerasan yang melewati batas perilaku manusia di zaman global ini.
Dengan penjeleasan menganai perempuan dan anak korban kekerasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi pertama, dominasi maskulin global yang membuat manusia tega melakukan perbuatan keji tersebut. dominasi maskulin global sebagai argumentasi ontologis pada eksistensi manusia yang tega bertindak keji dan tega. Kedua, dominasi maskulin global didasari oleh budaya patriarki yang melekat pada masyarakat. engan demikian, “kampus aman” sebagai konsep tanggung jawab sosial budaya akademisi dipertimbangkan untuk melindungi perempuan dan anak secara periodik, sustainable, dan intensif.
erlindungan periodik merupakan bentuk pelayanan, pencegahan, dan pemberdayaan korban kekerasan yang dilaksanakan secara bertahap.
F. Metodologi Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data (Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), 2017).
1. Pendekatan Penelitian
Peneliti menggunakan jenis pendekatan penelitian kualitatif, Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Kirk dan Miller juga mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif berupa tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dan kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut yang dalam bahasanya dan dalam peristilahannya (Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 1991).
Metode kualitatif digunakan atas dasar beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan penelitian kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda;
kedua, metode ini menyajikan hakikat hubungan langsung antara peneliti dengan responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 1991).
Pendekatan kualitatif ini dipilih berdasarkan tujuan peneliti yang ingin mendapatkan gambaran mengenai implementasi
program Day Care yang digunakan oleh Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Jakarta dalam menggantikan pola asuh anak yang dititipkan oleh orang tuanya. Dilihat dari jenis penelitian, penelitian ini menggunakan jenis deskriptif.
2. Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif, istilah deskriptif berasal dari bahasa inggris to describe yang berarti memaparkan atau menggambarkan suatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan lain-lain.
Penelitian deskriptif bukan hanya satu jenis kegiatan saja tetapi sekurang-kurangnya ada lima jenis, yaitu a. Penelitian deskriptif murni atau survei, b. Penelitian korelasi, c.
Penelitian kompatasi, d. Penelitian penelusuran (tracer study), dan e. Penelitian evaluasi (Arikunto, 2013).
Penelitian deskriptif adalah “Penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata” (Setyosari, 2012). Data uang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka- angka. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan- lapangan, foto, video, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya (Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 1991)
Pendekatan ini dipilih berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan dan menggambarkan implementasi program Day Care yang digunakan oleh Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Jakarta dalam menggantikan pola asuh anak yang dititipkan oleh orang tuanya. Berdasarkan hal itu peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, dalam penelitian ini peneliti akan menggambarkan apa saja yang diperoleh saat melakukan penelitian sesuai dengan permasalahan dan kemudian peneliti akan menarik kesimpulan.
3. Sumber Data
Lofland berpendapat bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata- kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto, atau film. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperanserta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya (Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 1991).
Walaupun dikatakan bahwa sumber diluar kata dan tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber
buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi (Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 1991).
Selain berasal dari sumber tertulis, foto juga menjadi bagian dari sumber data yang bisa menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga, Bogdan dan Biklen berpendapat bahwa ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan oleh orang dan oleh peneliti sendiri (Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 1991).
Selanjutnya penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperanserta. Pengamatan berperanserta pada dasarnya berarti mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara cermat mungkin sampai pada yang sekecil-kecilnya sekalipun. Bogdan mendefinisikan secara tepat pengamatan berperanserta sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dan subjek dalam lingkungan subjek (Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 1991).
Dalam pengumpulan data ini, peneliti mengambil dua sumber data yang terdiri dari sumber data primer dan sekunder, sumber data primer diperoleh melalui sumber data utama yaitu responden atau orang-orang yang menjadi informan yang mengetahui pokok permasalahan atau objek penelitian. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh melalui observasi, dan dokumentasi pada tempat penelitian.
4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini bertempat di Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Ir H. Juanda No.95, Cempaka Putih, Kec. Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten. Dengan waktu penelitian terhitung dari bulan Desember 2019 sampai dengan bulan Maret 2020.
Tabel 1.1
Tabel Rancangan Penelitian
No. Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Desember Januari Februari Maret 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Proses BAB I 2. Proses BAB
II 3. Proses BAB
III
4.
Observasi Pada Tempat
Penelitian dan Pengumpulan
Data
5. Proses BAB
IV 6. Proses BAB
V dan VI 5. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Catherine Marshall, Gretchen B. Rossman, dalam penelitian kualtiatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer,
dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi (Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), 2017).
a. Observasi
Nasution (1998) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja melalui data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Marshall (1995) juga berpendapat bahwa melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut (Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), 2017).
Menurut Spradley (1980) menjelaskan bahwa tahapan observasi ada tiga yaitu 1) observasi deskriptif, 2) observasi terfokus, dan 3) observasi terseleksi (Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), 2017)
Dalam hal ini, observasi yang akan dilakukan oleh peneliti adalah observasi partisipasi sebagian (particial participation observation). Peneliti secara partisipatif mengikuti dalam beberapa kegiatan dari program Day Care Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Jakarta. Kegiatan tersebut dilakukan pada tanggal 27 Februari 2020 yang meliputi, pendampingan anak baru dalam proses adaptasi, mendampingi kegiatan anak seperti bermain, belajar, dan makan siang, kemudian peneliti juga melihat
beberapa sarana dan prasarana pada Day Care. Peneliti akan mengambil sebagian untuk menjadi sumber pengamatan yaitu bagaimana proses pemberian layanan, dan sarana prasarana pengasuhan pada program Day Care.
b. Wawancara
Esterberg (2002) mendefinisikan bahwa wawncara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), 2017).
Susan Stainback (1998) mengemukakan bahwa dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi (Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), 2017).
Peneliti melakukan wawancara terhadap informan untuk memperoleh informasi yang tidak didapat melalui observasi, ini disebabkan karena peneliti tidak dapat melakukan observasi seluruhnya.
c. Teknik Pemilihan Informan
Dalam pemilihan teknik informan, peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling yang merupakan salah satu bentuk penentuan atau pemilihan sample dengan menggunakan suatu pertimbangan terhadap subjek dan objek penelitian.
Peneliti memilih informan tersebut berdasarkan pemberian informasi dan data sesuai dengan kebutuhan dari peneliti yang didasari setelah melalui proses wawancara, observasi dan studi dokumentasi dari hasil peneltian yang diteliti oleh peneliti.
Tabel 1.2
Tabel Informan Wawancara
No. Informan Informasi Yang Dicari Jumlah 1
Mantan ketua Pusat Studi Gender dan
Anak
Memperoleh data dan profil
lembaga 1
2 Ketua Pusat Studi Gender dan Anak
Memperoleh data dan profil
lembaga 1
3
Pengasuh Day Care UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Untuk Mengetahui penerapan Day Care dalam menggantikan pola asuh
orang tua
2
4
Orang tua yang menitipkan anak
pada Day Care UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Untuk mengetahui Pelaksanaan penerima layanan program Day Care
3
5
Orang tua yang tidak menitipkan anak di Day Care
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Untuk mengetahui pendapat serta pandangan orang tua
mengenai Day Care
2
d. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari sesorang.
Bogdan menyatakan dalam sebagian besar tradisi
penelitian kualitatif, frasa dokumen pribadi digunakan secara luas untuk merujuk pada narasi orang pertama yang dihasilkan oleh seorang individu yang menggambarkan tindakan, pengalaman, dan keyakinannya sendiri. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada (Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), 2017)
Metode dokumentasi digunakan peneliti untuk melakukan pengambilan gambar atau foto dan catatan- catatan kegiatan penelitian guna memperkuat data- data yang telah dikumpulkan. Pengambilan foto dapat dilakukan oleh peneliti sendiri maupun dengan bantuan orang lain agar terlihat peran serta dalam penelitian. Peneliti menggunakan metode dokumentasi karena dokumentasi merupakan sumber data yang stabil dan mudah didapatkan. Data dari dokumentasi mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi akan kebenarannya, dokumentasi menjad salah satu sumber yang dapat memperjelas subjek penelitian sehingga diharapkan dapat membantu mempercepat proses penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini, peneliti menerapkan sistematika penulisan karya ilmiah sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Dan Disertasi) yang dibuat oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah diperbaharui pada tahun 2017.
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan dan mempermudah dalam memahami secara menyeluruh mengenai penelitian ini, maka secara sistematis penulisannya dibagi menjadi enam bab dan terdiri dari beberapa sub bab, seperti berikut berikut ini:
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab yang berisikan teori yang melandasi pemikiran dalam menganalisa data-data yang sudah terkumpul. Landasan teori yang digunakan merupakan teori-teori yang berkaitan seperti teori implementasi program, dan teori pola asuh.
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
Bagian ini berisi tentang data kelembagaan seperti data geografis, historis, visi dan misi lembaga, profil lembaga, struktur organisasi, program yang dijalankan, relasi dengan pihak lain, pendanaan lembaga, sarana dan prasarana.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bentuk analisa tentang Implementasi Program Pada Pusat Studi Gender dan Anak UIN Jakarta Dalam Menggantikan Pola Asuh Orang Tua
BAB V PEMBAHASAN
Berisikan uraian pembahasan mengenai permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.
BAB VI PENUTUP
Dalam bab ini akan ditarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah didapat, dan disertakan saran-saran sebagai bentuk dari hasil penelitian.
27 BAB II
LANDASAN TEORI A. Implementasi Program
1. Pengertian Implementasi
Implementasi dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai penerapan atau pelaksanaan.
Sedangkan menurut pengertian umum adalah sebagai tindakan atau pelaksanaan yang telah disusun secara matang untuk melaksanakan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang baik (Alihamdan.id 2017).
Higgins dalam (Abdul Yunus, TT) mengemukakan bahwa implementasi adalah gabungan dari berbagai kegiatan yang di dalamnya terdapat sumber daya manusia menggunakan sumber daya lain untuk mencapai sasaran dari strategi. Implementasi merupakan perluasan aktivitas yang menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana dan birokrasi yang efektif (Guntur Setiawan 2004).
Menurut Meter dan Van Horn dalam (Agustino 2004:124) mengemukakan bahwa proses implememtasi diartikan sebagai tindakan yang dikerjakan oleh individu maupun kelompok baik pemerintah atau swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijaksanaan. Tindakan yang dimaksud mencakup
usaha untuk mengubah keputusan menjadi tindakan- tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan kecil hingga besar yang ditetapkan oleh program. Selanjutnya, Donald P Warwick dalam (Syukur Abdullah, 1988:17) mengatakan bahwa dalam tahap implementasi terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan, yaitu faktor pendorong (Facilitating Conditions), dan faktor penghambat (Impending Conditions).
Lebih lanjut dalam proses Implementasi (Syukur Abdullah, 1988:398) sekurang-kurangnya terdapat empat unsur yang penting yaitu;
a. Implementasi program atau kebijaksanaan tidak mungkin dilaksanakan dalam ruang hampa. Oleh karena itu faktor lingkungan berupa fisik, sosial, dan budaya juga ikut mempengaruhi proses implementasi program.
b. Target group yaitu kelompok yang menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat program tersebut.
c. Adanya program yang dilaksanakan.
d. Unsur pelaksanaan atau implementer, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan dan pengawaasan implementasi tersebut.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses pelaksanaan yang dibuat dari satu program, baik dalam lingkup masyarakat, pemerintahan, maupun organisasi yang hasilnya dapat dilihat dari kesesuaian antara capaian target dengen tujuan awal.
2. Pengertian Program
Program merupakan suatu kerangka dari sebuah rencana yang terstruktur sehingga membentuk rangkaian pelaksanaan untuk suatu kegiatan. Menurut (Westra, 1989) program adalah rumusan yang memuat gambaran pekerjaan yang akan dilaksanakan beserta petunjuk cara-cara pelaksanaanya. Menurut Manullang 1987 dalam (Ni Made, 2019) mengatakan bahwa program sebagai unsur dari suatu perencanaan, program dapat pula dikatakan sebagai gabungan dari politik, prosedur, dan anggaran yang di maksudkan untuk menetapkan suatu tindakan untuk waktu yang akan datang. Selanjutnya masih dalam (Ni Made,2019) S.P. Siagian berpendapat bahwa program merupakan penjabaran suatu rencana yang telah dipaparkan sedemikian rupa sehingga program kerja memiliki ciri- ciri teknis tertentu. Suatu program yang baik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tujuan yang dirumuskan secara jelas.
b. Penentuan alat dengan baik dan jelas untuk mencapai tujuan tersebut
c. Suatu kerangka dan kebijakan yang konsisten dan saling berkaitan untuk mencapai program seefektif mungkin.
d. Pengukuran biaya yang diperkirakan dan keuntungan yang diharapkan akan dihasilkannya program tersebut.
e. Hubungan dengan kegiatan atau usaha lain yang berhubungan dengan program, karena suatu program tidak dapat berjalan sendiri.
f. Dibutuhkan upaya dalam bidang manajemen, teramsuk penyediaan tenaga, pembiayaan, dan lain- lain untuk melaksanakan program tersebut.
Melalui sebuah program maka segala bentuk rencana kegiatan akan terorganisir dengan jelas serta lebih mudah dioperasikan. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang telah diungkapkan oleh Korten dalam (Nurhanifah, 2016) bahwa suatu program adalah sekumpulan rencana pekerjaan yang berhubungan dan telah dirancang untuk melaksanakan kegiatan yang selaras dan secara integratif untuk mencapai sasaran kebijaksanaan secara menyeluruh.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa program adalah suatu pelaksanaan untuk menyelesaikan suatu masalah yang
didasari pada model teoritis yang jelas. Sehingga sebelum menentukan suatu masalah dan memulai intervensi, ada baiknya harus ada pengkajian lebih lanjut terlebih dulu mengenai mengapa masalah tersebut bisa terjadi dan bagaimana solusinya. Dengan demikian untuk menentukan suatu program harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar dapat mencapai tujuan dan sesuai dengan kebutuhan.
3. Konsep Implementasi Program
Implementasi program adalah salah satu proses yang sangat penting ketika berbicara pengaplikasian program baik yang sifatnya sosial maupun dalam dunia pendidikan. Implementasi program adalah serangkaian pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai tujuan dari program itu sendiri, Jones dalam (N Nurhanifah, 2016) mengemukakan implementasi program merupakan usaha yang berwenang untuk mencapai tujuan. Masih dalam (N Nurhanifah, 2016) Charles O.
Jones mengemukakan bahwa ada tiga pilar aktivitas dalam pengoperasian program yaitu:
1. Pengorganisasian
Struktur organisasi yang jelas diperlukan untuk berjalannya suatu program sehingga tenaga pelaksana dapat terbentuk dari sumber daya manusia yang mempunyai integritas dan berkompetensi tinggi.
2. Interpretasi
Para pelaksana program harus mampu menjalankan program sesuai dengan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksana agar tujuan yang diharapkan tercapai.
3. Penerapan atau Aplikasi
Perlu adanya pembuatan prosedur kerja yang jelas agar program kerja dapat berjalan sesuai dengan jadwal kegiatan sehingga tidak berbenturan dengan kegiatan yang lain.
Salah satu model Implementasi Program adalah model yang dikemukakan oleh David C. Korten (MY Irfan, 2018)
Gambar 2.1
Model Teori Implementasi Program David C. Korten PROGRAM
Output Tugas
Kebutuhan Kompetensi
PEMANFAAT LEMBAGA Tuntutan Putusan
Sumber: (MY Irfan, 2018)
David C. Korten menggambarkan model ini dengan tiga elemen pokok yang ada dalam pelaksanaan program, yaitu program itu sendiri, pelaksana program, dan kelompok sasaran program. Korten menegaskan suatu program akan berhasil dilaksanakan jika terdapat kesesuaian dari tiga unsur implementasi program. Pertama, kesesuaian antara program dengan manfaat, yaitu kesesuaian antara apa yang ditawarkan oleh program dengan apa yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran (pemanfaat). Kedua, kesesuaian antara program dengan organisasi pelaksana yaitu kesesuaian antara tugas yang di isyaratkan oleh program dengan kemampuan organisasi pelaksana. Ketiga, kesesuaian antara kelompok pemanfaat dengan organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian antara syarat yang diputuskan organisasi untuk dapat memperoleh output program dengan apa yang dapat dilakukan oleh kelompok sasaran program.
Dari berbagai pendapat mengenai Implementasi Program diatas, peneliti menyimpulkan bahwa Implementasi Program adalah sebuah perwujudan dari suatu kebijakan yang dibuat oleh instansi pemerintah, swasta, kelompok maupun individu yang berisi sekumpulan perintah atau arahan yang dibuat untuk menyelesaikan atau memperbaiki permasalahan yang sedang terjadi. Didalam suatu kebijakan harus terdapat sejumlah program agar hal tersebut dapat berjalan secara
tersturktur dan sesuai dengan tujuan awal dari program tersebut.
B. Day Care (Taman Penitipan Anak) 1. Pengertian Day Care
Bila ditinjau dari pengertian tiap kata, maka arti kata Taman adalah kebun yang ditanami bunga-bunga atau tempat yang menyenangkan dan sebagainya.
Sedangkan arti kata Penitipan adalah menaruh, menumpang, atau meletakan. Penitipan memiliki arti proses menaruh barang yang kemudian dirawat dan dijaga (KBBI, TT). Kemudian dari hasil pengertian beberapa kata tersebut, Taman Penitipan Anak mempunyai arti sebuah tempat yang menyenangkan untuk menitipkan anak oleh orang tuanya yang kemudian dijaga dan dirawat.
Sesuai dengan yang ditulis oleh Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Penitipan Anak (TPA), Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan salah satu bentuk satuan PAUD jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun dengan prioritas sejak lahir sampai usia empat tahun (NSPK Juknis TPA, 2015). Taman Penitipan Anak merupakan salah satu bentuk PAUD nonformal sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan yang fungsinya sebagai pengganti keluarga dengan jangka waktu tertentu bagi
anak-anak yang orang tua nya bekerja. Day Care berfokus pada penyelenggaraan program pendidikan sekaligus pola pengasuhan hingga kesejahteraan sosial terhadap anak sejak lahir sampai usia enam tahun dengan prioritas usia empat tahun kebawah.
Menurut Patmonodewo (2003:77) Day Care merupakan salah satu sarana pengasuhan anak berbasis kelompok, yang biasanya dilakukan pada saat jam kerja. Day Care merupakan upaya untuk memberikan pola asuh kepada anak yang kurang atau jarang menerima asuhan dari orang tua yang biasanya sibuk bekerja atau melakukan tugas lain pada jam kerja, bukan untuk menggantikan tugas orang tua dalam mengasuh anak.
2. Tujuan Layanan Day Care
Menurut Direktorat Pembinaan PAUD (2011) dalam (Kusumawati D, 2017) tujuan diselenggarakannya Day Care adalah untuk memberikan layanan kepada anak usia 0-6 tahun yang terpaksa ditinggal oleh orang tuanya karena pekerjaan atau hal lainnya, memberikan layanan untuk mendukung tumbuh kembang, mendapatkan perlindungan dan kasih sayang, serta hak untuk berpartisipasi dan bersosialisasi dengan lingkungannya.
3. Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Day Care
Untuk membantu terciptanya anak usia dini yang berkualitas, maju, mandiri, dan berprestasi maka prinsip penyelenggaraan pada Day Care dapat disimpulkan menjadi Tempa, Asah, Asih, Asuh (NSPK Juknis TPA, 2013)
1. Tempa
Tempa bertujuan untuk mewujudkan kualitas fisik anak usia dini melalui upaya pemeliharaan kesehatan, peningkatan mutu gizi melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi, olahraga yang teratur, juga aktivitas jasmani agar anak mempunyai fisik yang kuat, lincah, dan mempunyai daya tahan juga disiplin yang tinggi.
2. Asah
Asah berarti memberi dukungan kepada anak untuk dapat belajar melalui bermain agar memiliki pengalaman yang berguna dalam mengembangkan seluruh potensinya. Kegiatan bermain yang bermakna, menarik, dan merangsang imajinasi, kreativitas anak untuk melakukan, mengekplorasi, memanipulasi, dan menemukan inovasi sesuai dengan minat dan gaya belajar anak.
3. Asih
Pada prinsipnya, Asih merupakan bentuk dari menjamin bahwa anak akan mendapatkan pemenuhan kebutuhan yang sesuai dengan usianya, juga tidak akan menerima pengaruh buruk yang dapat merugikan
pertumbuhan dan perkembangan semisal perlakuan kasar, penganiayaan fisik dan mental, serta eksploitasi.
4. Asuh
Melalui kebiasaan yang dibentuk secara konsisten untuk membentuk perilaku dan kualitas kepribadian hingga jati diri anak dalam hal:
a. Integritas, iman, dan taqwa
b. Patriotisme, nasionalisme, dan kepeloporan c. Rasa tanggung jawab, jiwa kesatria, dan
sportivitas
d. Jiwa kebersamaan, demokratis, dan tahan uji e. Jiwa tanggap (penguasaan ilmu pengetahuan,
dan teknologi), daya kritis dan idealisme.
f. Optimis dan keberanian mengambil resik g. Jiwa kewirausahaan, kreatif dan profesional.
4. Jenis-jenis Day Care
Secara garis besar Day Care terbagi menjadi dua jenis, yaitu berdasarkan waktu pelayanan dan tempat penyelenggaraan (NSPK Juknis TPA, 2013).
a. Berdasarkan Waktu Pelayanan 1. Full Day
TPA Full day diselenggarakan selama satu hari penuh dari jam 7.00 sampai dengan 16.00, untuk melayani anak-anak yang dititipkan baik yang dititipkan sewaktuwaktu maupun dititipkan secara rutin/setiap hari.
2. Semi Day/ Half Day
TPA semi day/half day diselenggarakan selama setengah hari dari jam 7.00 s/d 12.00 atau 12.00 s/d 16.00. TPA tersebut melayani anak yang telah selesai mengikuti pembelajaran di Kelompok Bermain atau Taman KanakKanak, dan yang akan mengikuti program TPQ pada siang hari.
3. Temporer
TPA yang diselenggarakan hanya pada waktu- waktu tertentu saat dibutuhkan oleh masyarakat.
Penyelenggara TPA Temporer bisa menginduk pada lembaga yang telah mempunyai izin operasional. Contohnya : di daerah nelayan dapat dibuka TPA saat musim melaut, musim panen didaerah pertanian dan perkebunan, atau terjadi situasi khusus seperti terjadi bencana alam dll.
b. Berdasarkan Tempat Penyelenggaraan 1. TPA Perumahan
TPA yang diadakan dalam perumahan untuk menggantikan pengasuhan anak-anak yang ditinggal oleh orang tuanya bekerja.
2. TPA Pasar
TPA yang melayani anak-anak dari para pekerja pasar dan anak-anak yang orangtuanya berbelanja di pasar.
3. TPA Pusat Pertokoan Layanan
TPA yang diselenggarakan di pusat perkantoran.
Tujuan utamanya untuk melayani anak-anak yang orangtuanya bekerja di kantor pemerintahan/swasta tertentu namun tidak menutup kemungkinan TPA ini melayani anak - anak di luar pegawai kantor.
4. TPA Rumah Sakit
Layanan yang diberikan selain untuk karyawan rumah sakit juga melayani masyarakat di lingkungan Rumah Sakit
5. TPA Perkebunan
Taman Penitipan Anak (TPA) Berbasis Perkebunan adalah layanan yang dilaksanakan di daerah perkebunan. Layanan ini bertujuan untuk melayani anak-anak pekerja perkebuanan selama mereka ditinggal bekerja oleh orangtua.
6. TPA Perkantoran
Layanan TPA yang diselenggarakan di pusat perkantoran. Tujuan utamanya untuk melayani anak-anak yang orangtuanya bekerja di kantor Pemerintahan/Swasta tertentu namun tidak menutup kemungkinan TPA ini melayanianak- anak di luar pegawai kantor.
7. TPA Pantai
Layanan TPA Pantai bertujuan untuk mengasuh anak-anak para nelayan dan pekerja pantai, namun
tidak menutup kemungkinan melayani anak-anak disekitar daerah tersebut. Tempat penyelenggaraan TPA seperti contoh diatas bisa berkembang sesuai kebutuhan masyarakat, dengan mengembangkan layanan diberbagai tempat seperti : di komplek Indusri, tempat-tempat nelayan dan pekerja pantai, namun tidak menutup ke. mungkinan melayani anakanak disekitar daerah tersebut.
8. TPA Pabrik
Layanan TPA Pabrik bertujuan untuk melayani anakanak para pekerja Pabrik dan namun tidak menutup kemungkinan melayani anak-anak disekitar daerah tersebut.
Tempat penyelenggaraan TPA seperti contoh diatas bisa berkembang sesuai kebutuhan masyarakat, dengan mengembangkan layanan diberbagai tempat.
Namun tidak menutup kemungkinan melayani anak- anak disekitar daerah tersebut. Bagi TPA yang memberikan layanan secara temporer jadwal kegiatan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan anak.
c. Komponen Penyelenggara Day Care
Berikut ini merupakan beberapa komponen dalam penyelenggaraan Day Care (NSPK Juknis TPA, 2013).
1. Kurikulum
Mengacu pada kurikulum standar perkembangan anak Permendiknas No. 58 tahun 2009 atau acuan
lainnya yang sesuai. Kurikulum TPA mencakup seluruh aspek perkembangan anak yaitu:
a. Nilai agama dan moral
b. Fisik: Motorik kasar, halus, dan kesehatan fisik
c. Kognitif: pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, dan ukuran, pola, konsep bilangan, lambang bilangan, dan huruf.
d. Sosial emosional.
e. Bahasa: bahasa yang diterima dan didengar, bahasa untuk mengungkapkan hasil pikiran, perasaan, dan keaksaraan.
2. Peserta Didik a. Sasaran
b. Pengelompokan Usia 1. 3 bulan -< 12 bulan 2. 12 bulan - < 18 bulan 3. 18 bulan - < 24 bulan 4. 2 tahun - < 3 tahun 5. 3 tahun - < 4 tahun 6. 4 tahun - < 5 tahun 7. 5 tahun - < 6 tahun
3. Tenaga Pendidik dan Kependidikan a. Guru
b. Guru Pendamping c. Pengasuh
d. Pengelola
e. Saran jumlah Guru/Guru Pendamping dengan anak.
Tabel 2.1
Saran jumlah pendamping dalam satu kelompok di TPA
Sumber:Time Saver Standards For Building Types (Chiara & Crossbie, 2001)
4. Alokasi Waktu Pelayanan 5. Contoh Kegiatan Day Care 6. Tempat Belajar
7. Prasarana Belajar
a. Satu ruang sebaguna (untuk proses pembelajaran, makan dan tidur anak, dilengkapi buku bacaan anak)
b. Satu ruang untuk kantor/administrai.
c. Satu dapur
Umur Anak 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28
Bayi
(0-12 bulan) 1:3 1:4
Batita (12-24 bulan)
1:3 1:4 1:5 1:4
2 tahun 1:4 1:5 1:6
2,5 tahun 1:5 1:6 1:7
3 tahun 1:7 1:8 1:9 1:10
4 tahun 1:8 1:9 1:10
5 tahun 1:8 1:9 1:10
6-8 tahun
(usiasekolah) 1:10 1:11 1:12
d. Satu kamar mandi/WC anak
e. Satu kamar mandi untuk orang dewasa f. Satu tempat cuci
g. Ruang UKS atau khusus bagi yang sakit.
Menurut Time Saver Standards for Building Types fasilitas pada pendidikan awal (usia dini) berupa Day Care ataupun PreSchool harus memiliki ruangan berupa:
a. Large motor area b. Discovery area c. Art area d. Music area e. House area
f. Reading/listening area g. Block building area h. Manipulative area
i. Woodworking/construction area j. Science area
k. Math and computer area l. Storage cubbies
m. Toilets n. Kitchenette o. Diapering station
p. Sleeping and napping area