Day Care UIN Jakarta
Program penggantian pola asuh pada Day Care UIN Jakarta
Kesesuaian
77 BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. Visi, Misi, dan Tujuan Lembaga Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1. Visi
Menjadi pusat kajian dan penelitian yang unggul dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dan keadilan gender, pemberdayaan perempuan, serta perlindungan anak dengan mengintegrasikan keilmuan, keislaman dan ke Indonesiaan.
2. Misi
a. Melakukan penelitian tentang isu gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dengan mengintegrasikan keilmuan, keislaman dan keindonesiaan.
b. Melakukan kajian dan publikasi ilmiah tentang isu gender, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak dengan mengintegrasikan keilmuan, keislaman dan keindonesiaan.
c. Melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai upaya mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
d. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan serta pelatihan yang berperspektif gender dan perlindungan anak.
e. Membangun kerjasama kemitraan dengan lembaga dalam negri dan luar negeri.
3. Tujuan
a. Menjadi Vocal Poin Gender di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baik untuk mengemban fungsi internal maupun eksternal
b. Menyasar seluruh civitas akademika dengan program-program melalui kegiatan tridarma perguruan tinggi, yaitu kegiatan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat.
c. Penguatan gender perspective dikalangan mahasiswa, dosen, pegawai, maupun pengambilan kebijakan.
B. Latar Belakang Lembaga
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) merupakan salah satu pusat yang ada di Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta didirikan pada 15 Maret 2013 berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lembaga ini didirikan atas dasar kesadaran dan respon terhadap pentingnya keterpaduan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat guna mendukung pencapaian target Rencana Strategis (Renstra) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menembus peringkat 500 besar universitas kelas dunia (world class university) pada 2036. LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang secara fungsional berada di bawah koordinasi Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Pengembangan Kelembagaan, membawahi lima pusat, yaitu: Pusat Penelitian dan Penerbitan (Puslitpen), Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM), Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Pusat Layanan Hubungan Masyarakat dan Bantuan Hukum (PLHMBH), dan Pusat Layanan Kerjasama Internasional (PLKI).
Nama Lembaga : Pusat Studi Gender Dan Anak (PSGA) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Alamat : Gedung Rektorat Lt. 1, Jl. Ir. H.
Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia
Telepon : (62-21) 7401925 Faksimile : (62-21) 7402982 Email : [email protected] Website : www.psga.uinjkt.ac.id
Kepala PSGA : Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si (081316029182)
Koordinator Anak : Dr. Iin Kandedes, M.Si Koordinator Gender : Dr. Fidrayani, M.Pd, M.Si
C. Legalitas
Tahun Pendirian : 2013
Akte Pendirian : Peraturan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
D. Program Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) 1. Kelas gender dan anak bagi dosen dan mahasiswa.
2. Pelatihan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG).
3. Kegiatan Kajian/FGD tematik terkait isu gender dan perlindungan anak.
4. Program Day Care dan Ruang Laktasi 5. Publikasi Jurnal Harkat
E. Struktur Organisasi
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Kepala Pusat Studi Gender dan Anak
Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M.Si
Staf Dr. Iin Kandedes, M.Pd
Divisi Bidang Anak Dr. Fidrayani, M.Pd, M.Si
Staff Administrasi Mulyani Hasni, S.Ag Miftachur Rosyida, M.Pd.I
Faisal
F. Program yang sudah dan sedang berjalan
Jakarta dan
FGD
Kelas Gender Mahasiswa dan dosen
Fakultas
dan pegawai
- PTKAI
Penganggara
FGD
ullah
Pulih dan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia Kunjungan Kerja
KerjaPSGA Syarif Hidayatullah Jakarta ke Sekolah Alam Cikeas dan School of Universe
Staf PSGA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bogor, Jawa Barat
Sekolah Alam Cikeas dan School of Universe
G. Kegiatan Pusat Studi Gender dan Anak
Gambar 3.1
PSGA UIN Jakarta mengadakan Kajian Kelas Gender dan Anak pada 9 Oktober 2015
Sumber: www.uinjkt.ac.id
Kegiatan ini bertujuan agar perempuan harus meningkatkan kemampuan diri untuk turut serta dalam aktifitas sosial ekonomi dan politik diluar tugas-tugas domestik dalam rumah tangga. Karena perempuan memiliki hak dan kewajiban yang setara dengan laki-laki.
esadaran gender yang memungkinkan perempuan mendapat peluang setara juga harus menjadi kesadaran seluruh masyarakat, termasuk kaum pria. Salah satunya dengan kesadaran masyarakat laki-laki untuk ikut serta dalam memahami isu-isu gender
Gambar 3.2
PSGA menggelar kuliah perdana kelas Gender dan Anak angkatan ke-4 sekaligus bedah buku AL Quran dan
Perempuan pada 18 Mei 2017
Sumber: www.uinjkt.ac.id
Kegiatan ini mempunyai tujuan sebagai pengkajian isu gender, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Kegiatan ini dilaksanakan di ruangan diorama.
Kegiatan ini telah dilaksanakan sejak tahun 2014 dan mendapatkan respon positif dari mahasiswa, maka PSGA kembali menyelenggarakan kegiatan ini, dan ini merupakan angkatan yang ke-4
Gambar 3.3
PSGA UIN Jakarta menyelenggarakan SeminarKesehatan Reproduksi dan Deteksi Dini Kanker Serviks pada 25
April 2018
Sumber: www.uinjkt.ac.id
Seminar Kesehatan Reproduksi dan Deteksi Dini Kanker Serviks merupakan tahun ke-4 yang diselenggarakan PSGA sebagai bentuk kepedulian UIN Jakarta terhadap kualitas hidup perempuan, khususnya di lingkungan UIN Jakarta. Dihari yang sama, PSGA juga membuka Pap Smear gratis bagi karyawati yang sudah pernah melahirkan.
Gambar 3.4
PSGA UIN Jakarta membuka kelas Gender dan Anak angkatan ke-5 dengan tema Tradisi Khatam Alquran Berbasis Kearifan Lokal dalam Rangka Penguatan
Karakter pada 7 Agustus 2018
Sumber: www.uinjkt.ac.id
Pembelajaran kelas gender ini diharapkan bisa menjadi model pembelajaran di wilayah lokal dan wilayah Indonesia. Tradisi khatam Al-Quran merupakan model pembelajaran yang dikaitkan dengan kearifan lokal dengan pemahaman terhadap budaya dan keadaan masyarakat di suatu tempat.
Gambar 3.5
PSGA UIN Jakarta mengadakan Sosialisasi Dan Pelatihan Penyususnan Perencanaan Dan Penganggaran
Responsif Gender (PPRG) pada 14 September 2018
Sumber: www.uinjkt.ac.id
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) menginginkan agar kegiatan-kegiatan di UIN Jakarta lebih berorientasi pada responsif gender. Hal tersebut bertujuan agar program gender mainstreaming dapat tercapai. Acara tersebut diikuti oleh sejumlah staf perwakilan dari 12 fakultas di UIN Jakarta.
Gambar 3.6
PSGA UIN Jakarta kembali menggelar deteksi dini kanker serviks pada 16 Juli 2019
Sumber: www.uinjkt.ac.id
PSGA UIN Jakarta kembali menggelar bakti sosial berupa Seminar Kesehatan dan periksa kesehatan Reproduksi serta Deteksi Dini Kanker Serviks, bertempat di Aula Madya untuk pemeriksaa kesehatan, sedang seminar dilaksanakan di ruang teater FITK kampus I UIN Jakarta. Pemeriksaan kesehatan yang diselenggarakan hasil kerja sama antara PSGA, Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Fakultas Kedokteran (FK), serta Rumah Sakit UIN Jakarta tersebut, melibatkan 27 orang Dokter dan dua orang tenaga medis. Dari ke 27 dokter tersebut, 26 di antaranya diterjunkan dari FK UIN Jakarta dan RS Syarif Hidayatullah, satu orang dokter dan dua orang tenaga medis lainya dari pihak YKI.
Gambar 3.7
PSGA UIN Jakarta menggelar ramah tamah di kantor walikota Tangerang Selatan pada 17 Oktober 2019
Sumber: www.uinjkt.ac.id
PSGA UIN Jakarta mengikuti konferensi pertama internasional gender dan gerakan sosial serta gala dinner juga ramah tamah di rung pertemuan kantor Wali Kota Tangerang Selatan. Acara tersebut diikuti oleh 58 Perguruan Tinggi Negeri Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se Indonesia, dihadiri oleh wakil walikota Tangerang Selatan Benyamin Davnie yang mana mewakili walikota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diani yang berhalangan hadir.
99 BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Sesuai dengan Pernyataan yang dikemukakan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) pada Januari 2015 lalu yang mengusulkan agar di setiap Instansi Pemerintahan maupun Swasta harus menyediakan Tempat Penitipan Anak (Day Care), Usulan tersebut juga didukung oleh Peratutan Menteri Sosial Nomor: 02/HUK/2008 tentang Tata Cara dan Syarat Pendirian Taman Penitipan Anak dan Kelompok Bermain (Permensos 2/2008) serta Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 84 Tahun 2014 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Anak Usia Dini (Permendikbud 84/2014). Usulan tersebut sangatlah penting mengingat jumlah pekerja perempuan dalam usia produktif sangat banyak, BPS 2018 menyebutkan bahwa ada 43,7 juta pekerja perempuan dalam usia produktif (BPS 2018), yang artinya ada 43,7 juta calon dan atau ibu yang harus di fasilitasi untuk memberikan ASI dan merawat anak-anak nya di tempat mereka bekerja yang tentunya dengan tidak meninggalkan kewajiban mereka sebagai pekerja.
Hasil dari data serta temuan di temuan di lapangan yang dilakukan oleh peneliti melalui teknik wawancara dan dokumentasi, maka diperoleh beberapa informasi mengenai Implementasi Program Day Care Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) dalam Menggantikan Pola Asuh Orang Tua Bekerja di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada bab IV ini peneliti akan memaparkan hasil dan data temuan penelitian terkait Implementasi program Day Care yang dilakukan oleh Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) dalam Menggantikan Pola Asuh Orang Tua Bekerja di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
A. Implementasi Program Day Care Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Implementasi program pada dasarnya adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh instansi pemerintah maupun swasta dalam mewujudkan tujuan yang sesuai dengan visi dan misi instansi tersebut, dalam hal ini peneliti menggunakan konsep teori Implementasi Program menurut David C. Korten untuk mengukur kesesuaian program Day Care Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA). David C. Korten menggunakan tiga elemen dalam mengukur Implementasi Program. Ketiga elemen tersebut adalah indikator untuk mengukur kesesuaian suatu implementasi program dengan tujuan, hal tersebut bisa dilihat dari hasil wawancara peneliti dengan ketiga pihak dibawah ini
1. Kesesuaian Program dengan Pemanfaat (Antara Day Care dengan Orang tua yang menitipkan anaknya)
Sejauh ini Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai program penitipan anak sebagai pengganti pengasuhan orang tua ketika sedang bekerja sudah sangat dirasakan manfaatnya oleh para orang tua, seperti yang
dijelaskan oleh Mbak Arnis selaku pengasuh di Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berikut ini:
“Mungkin itu berkesinambungan juga ya dengan apa yang orang tua rasakan, mereka merasakan manfaat nya sudah sejauh mana dengan adanya Day Care ini. Ada orang tua gitu ya seneng lah ya mereka tuh bilang “Bu Arnis Terimakasih yaa” ya saya sih seneng alhamdulillah gitu walaupun setitik yang saya kasih disini tapi itu bisa membuat mereka bahagia, bisa membuat mereka menjadi bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi gitu yaa kalo yang sudah-sudah sih alhamdulillah sejauh ini belum ada komplain segala macem.” (Arnis, Pengasuh Day Care. 2020)
Beberapa Orang tua yang menitipkan anak pada Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengaku sangat terbantu mengenai tumbuh kembang anak nya, berikut penjelasan dari beberapa orang tua yang peneliti temui di lapangan:
“dulu sebelum diDay Care itu ya dia memang full ya di rumah ada pengasuh nah itu memang membuat dia jadi sedikit tertutup dan agak takut gak percaya diri kalau ketemu orang banyak dia langsung menghindar menangis takut liat orang, trus kalo kita bawa ke kantor dia cuma berdiri di pojokan situ takut karna ga biasa. Nah sekarang
semenjak di Day Care itu banyak perubahan gitu jadi lebih berani gitukan ketemu orang mau salam terus hmm.. banyak lah perubahan nya terus udah bisa hafal doa, udah pinter sholat, bacaan Al-Fatihah” (Sandra, Orang tua anak. 2020)
Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dirasa juga membuat anak-anak mendapatkan bekal bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya nanti, seperti yang dijelaskan oleh Ay Maryani sebagai dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis berikut ini:
“Alhamdulillah terbantu ya kebetulan disana kan aman juga ya buat anak saya, juga bisa beradaptasi sama lingkungan di luar buat bekal dia masuk ke TK jadi lebih berani karena sebelumnya sudah pernah bersosialisasi sama temen-temen nya gitu...” (Ay Maryani, Orang tua anak. 2020)
Ay Maryani juga menjelaskan bahwa keberadaan Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bisa membuatnya menjadi profesional dalam bekerja, selain itu menitipkan anak di Day Care lebih membuat anak mendapatkan pendidikan yang baik dari pengasuhnya ketimbang dititipkan oleh baby sitter/asisten rumah tangga, berikut penjelasannya:
“Ya sangat terbantu sekali lah, ibaratnya kan kita sebagai ibu ada 2 tuntutan pekerjaan ya yang satu
ngurus anak dan yang satu lagi tuntutan pekerjaan sebagai dosen. Dan kedua nya menuntut harus profesional dalam menjalani nya karena mengurus anak pun ga bisa sembarangan ya semisal kita kasih ke pengasuh di rumah yaa bisa dilihat kira-kira pendidikan pengasuh itu sampai dimana, gitu sih... kan dampaknya nanti ke anak kita juga, jadi lebih baik saya titipkan ke Day Care aja.” (Ay Maryani, Orang tua anak. 2020)
Namun dalam pelaksanaanya banyak orang tua yang memberi saran terkait pemberian program Day Care, mereka berharap agar fasilitas serta teknis dalam pola pengasuhan lebih di maksimalkan lagi. Salah satunya adalah pemberian buku komunikasi seperti yang dijelaskan oleh orang tua anak dalam uraian wawancara berikut ini:
“barangkali ada buku komunikasi, jadi aktivitas dia harian bisa kita pantau kaya dia ngasih tau contoh Zubair hari ini sudah melakukan bla bla, Zubair hari ini sudah bisa apa gitu... misalkan seperti itu.” (Sandra, Orang tua anak.2020)
2. Kesesuaian Program dengan Pelaksana (Antara Day Care dengan Pusat Studi Gender dan Anak)
Program Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berdiri pada 5 Desember 2014 ini telah
memberikan pelayanan selama kurang lebih enam tahun, dalam kurun waktu tersebut pihak Day Care mengaku sudah berhasil menjalankan program dengan apa yang di rencanakan oleh Pusat Studi Gender dan Anak sebagai pelaksana program, seperti yang diungkapkan oleh mbak Arnis Qurli selaku pengasuh Day Care berikut ini:
“Kalo dari kami pihak Day Care sih ke PSGA nya yaa sebetulnya sudah sangat sesuai sih dengan apa yang diberikan mereka ke kami itu, mulai dari peraturan, terus kaya jam kerja, upah kerja, yaa trus kalo bicara sesuai dengan tujuan PSGA sih sejauh ini saya kira sudah sesuai ya dengan apa yang sudah kita jalankan selama ini gitu.” (Arnis, Pengasuh Day Care. 2020)
Apa yang dilakukan Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejauh ini juga menemui hambatan seperti yang dijelaskan dalam kutipan wawancara peneliti dengan ketua dan mantan ketua Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA).
Dalam pelaksanaan nya, Pusat Studi Gender dan Anak sebenarnya juga ingin menggabungkan Day Care selain sebagai tempat penitipan anak juga sebagai lab penelitian terpadu untuk tiga fakultas, yaitu Fakultas Psikologi, Fakultas Tarbiyah, serta Fakultas Kesehatan dan Kedokteran. Hal tersebut disampaikan oleh mantan ketua Pusat Studi Gender dan Anak berikut ini:
“Yang saya rasa belum tercapai justru bukan bagaimana anak itu mendapatkan program, tapi bahwa kebermanfaatan Day Care sebagai pusat atau Laboratorium Terpadu untuk tumbuh kembang anak itu yang belum ada. Kalau sebagai Lab Terpadu tumbuh kembang anak untuk 3 fakultas itu belum, kalau untuk melengkapi pengasuhan orang tua yang bekerja disini ya saya kira sebagian sudah, secara fisik, motorik halus, kasar, psikologisnya, spiritualnya, mungkin sudah.” (Sururin, Mantan Ketua PSGA. 2020)
Day Care juga mengalami kendala atau hambatan secara teknis, terutama pada bagian pengasuh dan fasilitas yang ada. Seperti yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M. Si. selaku ketua Pusat Studi Gender dan Anak berikut ini:
“Kalo menurut saya hambatan nya tuh paling secara teknis ya, itu di bagian pengasuhnya, karena pengasuh nya kurang karena kita tuh kepengen Day Care itu menanmpung banyak anak banyak orang gitu soalnya waiting list nya itu panjang banyak banget malah kadang sampe umur anaknya lewat dua tahun dari batas maksimal anak di Day Care itu gak di panggil-panggil.” (Ulfah, Ketua PSGA.
2020)
Anis Qurli sebagai pengasuh Day Care juga menambahkan bahwa Day Care masih mengalami sedikit kendala ringan pada segi fasilitasnya. Berikut merupakan penjelasan mengenai kendala teknis yang dihadapi Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta seperti penjelasan mbak Arnis Qurli:
Gambar 4.1 Gambar 4.2
Komputer Day Care tidak CCTV Day Care tidak
berfungsi berfungsi
Sumber: Dokumentasi Pribadi
“Tapi kalo boleh saran sih saya maunya kan ada beberapa barang atau fasilitas disini kaya komputer yang guna nya buat ngedata anak-anak, terus CCTV juga buat mantau anak-anak itu tuh semua kurang berfungsi dengan baik, bisa dikatakan rusak lah nah kalo bisa itu sih di ganti atau di benerin gitu, kan buat kebaikan kita
bersama juga soalnya hehe.” (Arnis, Pengasuh Day Care. 2020)
Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebetulnya masih membutuhkan tambahan pengasuh untuk membantu melengkapi pemenuhan kebutuhan anak-anak, berikut penjelasannya:
“apalagi masa-masa dia adaptasi itu kita harus bener-bener fokus sama dia makanya kadang kan sebetulnya kita butuh pengasuh tambahan karena kan tujuan nya kalo ada anak baru jadi biar ada yang salah satu fokus sama anak baru jadi yang lain tuh bisa tetep dikasih perhatian juga.” (Arnis, Pengasuh Day Care. 2020)
3. Kesesuaian Pemanfaat dengan Pelaksana (Antara Orang tua yang menitipkan anaknya dengan Pusat Studi Gender dan Anak)
Dalam pemberian pergantian pola asuh, selama ini orang tua merasakan dampak yang signifikan mengenai tumbuh kembang anak-anaknya, mereka menganggap Pusat Studi Gender dan Anak dalam membuat program kampus ramah anak sangatlah sesuai dengan keinginan para orang tua, berikut uraian hasil wawancara peneliti:
“Saya sih ga minta yang muluk-muluk ya saya udah bisa nitipin anak udah bersyukur sih, ngga yang
harus ini harus itu sih engga gitu..” (Ay Maryani, Orang tua anak.2020)
Orang tua percaya jika menitipkan anak pada Day Care, anak-anak akan mendapatkan nilai plus dalam pengasuhan yang diberikan, karena kebanyakan para orang tua hanya mempunyai waktu dengan anaknya di hari kerja pada sore hingga malam hari, seperti yang dijelaskan dalam uraian wawancara peneliti berikut ini:
“...nah jadi waktu bersama dia itukan hanya sore hari jadi waktu yang sore hari itu kayanya tidak begitu banyak waktu kita untuk mengajari dia, kebetulan pengasuh nya di UIN itu kan rata-rata semua lulusan pendidikan dan psikologi serta akademis yang bagus jadi mereka bisa mengisi pendidikan yang di sesuaikan dengan anak saya gitu, jadi saya merasa terbantu banget.” (Sandra, Orang tua anak.2020)
Namun, dalam menerapkan sistem pola asuhnya orang tua memiliki saran atau masukan untuk Pusat Studi Gender dan Anak dalam melaksanakan program Day Care, menurut Ay Maryani jumlah pengasuh agar ditambah serta peralatan dan fasilitasnya masih minim dan terbatas, berikut penjelasannya:
Gambar 4.3 Gambar 4.4 Sarana permainan anak Buku-buku cerita
Sumber: Dokumentasi Pribadi
“...mungkin pengasuh nya bisa di tambah ya, peralatan mainan dan fasilitas nya juga terbatas gitu, jadi buku-buku ceritanya kurang variatif dan monoton kasian juga anak-anak.” (Ay Maryani, Orang tua anak.2020
Ruang terbuka, serta kamar anak laki-laki dan perempuan juga menjadi saran untuk Pusat Studi Gender dan Anak dalam menerapkan program Day Care. Seperti yang dijelaskan dalam uraian wawancara berikut:
Gambar 4.5 Gambar 4.6
Kamar tidur anak Tidak adanya ruang yang tergabung antara terbuka sehingga anak harus laki-laki dan perempupan selalu beraktivitas didalam
Sumber: Dokumentasi Pribadi
“...fasilitasnya lebih di tingkatkan lagi khususnya ya ruang terbuka itu, sama kamar laki-laki dan perempuan di pisah.” (Armia, Orang tua anak.2020)
B. Jenis-jenis Pola Asuh pada Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Day Care pada dasarnya adalah sebuah lembaga atau program penitipan anak yang dapat menggantikan peran orang tua dalam mengasuh, merawat, bahkan mendidik anak disaat orang tua sedang bekerja atau melakukan aktivitas lainnya.
Adapun jenis-jenis pola asuh yang diterapkan dalam Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bila diklasifikasikan secara
ideal menurut peneliti disimpulkan menjadi pola asuh Demokratis, berikut penjelasannya:
1. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis pada dasarnya merupakan jenis pola asuh yang menerapkan nilai kebebasan pada anak dengan tetap memperhatikan dan mengawasi perilaku anak agar tidak keluar dari peraturan dan norma-norma yang berlaku. Dalam pola asuh ini, suatu keputusan diambil bersama atas pertimbangan kedua belah pihak yaitu anak dan orang tua atau pengasuh, serta tetap berada di bawah bimbingan orang tua atau pengasuh.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, jenis pola asuh demokratis pada Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di terapkan pada setiap kegiatan anak.
Pada saat penelitian, peneliti melihat bahwa Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memberikan pola asuh dalam jenis demokratis pada pemberian pola makan
Pada saat penelitian, peneliti melihat bahwa Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memberikan pola asuh dalam jenis demokratis pada pemberian pola makan