• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Implementasi Program Day Care Pusat Studi Gender

3. Kesesuaian pemanfaat dengan pelaksana

Studi Gender dan Anak)

Dalam pemberian pergantian pola asuh, selama ini orang tua merasakan dampak yang signifikan mengenai tumbuh kembang anak-anaknya, mereka menganggap Pusat Studi Gender dan Anak dalam membuat program kampus ramah anak sangatlah sesuai dengan keinginan para orang tua, berikut uraian hasil wawancara peneliti:

“Saya sih ga minta yang muluk-muluk ya saya udah bisa nitipin anak udah bersyukur sih, ngga yang

harus ini harus itu sih engga gitu..” (Ay Maryani, Orang tua anak.2020)

Orang tua percaya jika menitipkan anak pada Day Care, anak-anak akan mendapatkan nilai plus dalam pengasuhan yang diberikan, karena kebanyakan para orang tua hanya mempunyai waktu dengan anaknya di hari kerja pada sore hingga malam hari, seperti yang dijelaskan dalam uraian wawancara peneliti berikut ini:

“...nah jadi waktu bersama dia itukan hanya sore hari jadi waktu yang sore hari itu kayanya tidak begitu banyak waktu kita untuk mengajari dia, kebetulan pengasuh nya di UIN itu kan rata-rata semua lulusan pendidikan dan psikologi serta akademis yang bagus jadi mereka bisa mengisi pendidikan yang di sesuaikan dengan anak saya gitu, jadi saya merasa terbantu banget.” (Sandra, Orang tua anak.2020)

Namun, dalam menerapkan sistem pola asuhnya orang tua memiliki saran atau masukan untuk Pusat Studi Gender dan Anak dalam melaksanakan program Day Care, menurut Ay Maryani jumlah pengasuh agar ditambah serta peralatan dan fasilitasnya masih minim dan terbatas, berikut penjelasannya:

Gambar 4.3 Gambar 4.4 Sarana permainan anak Buku-buku cerita

Sumber: Dokumentasi Pribadi

“...mungkin pengasuh nya bisa di tambah ya, peralatan mainan dan fasilitas nya juga terbatas gitu, jadi buku-buku ceritanya kurang variatif dan monoton kasian juga anak-anak.” (Ay Maryani, Orang tua anak.2020

Ruang terbuka, serta kamar anak laki-laki dan perempuan juga menjadi saran untuk Pusat Studi Gender dan Anak dalam menerapkan program Day Care. Seperti yang dijelaskan dalam uraian wawancara berikut:

Gambar 4.5 Gambar 4.6

Kamar tidur anak Tidak adanya ruang yang tergabung antara terbuka sehingga anak harus laki-laki dan perempupan selalu beraktivitas didalam

Sumber: Dokumentasi Pribadi

“...fasilitasnya lebih di tingkatkan lagi khususnya ya ruang terbuka itu, sama kamar laki-laki dan perempuan di pisah.” (Armia, Orang tua anak.2020)

B. Jenis-jenis Pola Asuh pada Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Day Care pada dasarnya adalah sebuah lembaga atau program penitipan anak yang dapat menggantikan peran orang tua dalam mengasuh, merawat, bahkan mendidik anak disaat orang tua sedang bekerja atau melakukan aktivitas lainnya.

Adapun jenis-jenis pola asuh yang diterapkan dalam Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bila diklasifikasikan secara

ideal menurut peneliti disimpulkan menjadi pola asuh Demokratis, berikut penjelasannya:

1. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis pada dasarnya merupakan jenis pola asuh yang menerapkan nilai kebebasan pada anak dengan tetap memperhatikan dan mengawasi perilaku anak agar tidak keluar dari peraturan dan norma-norma yang berlaku. Dalam pola asuh ini, suatu keputusan diambil bersama atas pertimbangan kedua belah pihak yaitu anak dan orang tua atau pengasuh, serta tetap berada di bawah bimbingan orang tua atau pengasuh.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, jenis pola asuh demokratis pada Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di terapkan pada setiap kegiatan anak.

Pada saat penelitian, peneliti melihat bahwa Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memberikan pola asuh dalam jenis demokratis pada pemberian pola makan (snack time, dan makan siang) dan pola belajar anak yang dilakukan setiap hari senin hingga jumat. Berikut ini dijelaskan oleh Arnis selaku pengasuh terkait pemberian pola makan:

Gambar 4.7

Kegiatan anak diwaktu snack time dan makan siang

Sumber: Dokumentasi Day Care

“Jadi kalo snack time itu pagi sama sore.. nah snack time tuh dari kita makanan nya... terus jam 1 mereka makan siang yang wajib dibawa masing-masing dari rumah, tapi kalo jumat dapet dari sini sih makan nya gitu...” (Arnis, Pengasuh Day Care.2020)

Dari penjelasan diatas terlihat bahwa dalam memberikan pola makan pada anak pengasuh menggunakan cara demokratis yakni pengasuh memberi arahan kepada anak dan orang tua untuk membawa makanan dan minuman yang sehat. Kegiatan tersebut dilakukan melalui pengawasan pengasuh.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Devi selaku asisten pengasuh dan hasil observasi peneliti bahwa pemberian pola makan pada anak adalah secara demokratis. Seperti yang dijelaskan oleh (Yatim dan

Irwanto, 1991) dengan pola asuh demokratis membuat anak menajdi lebih mandiri, berani berpendapat, mampu mengendalikan perilaku diri sendiri namun masih dalam batasan yang diterima oleh lingkungan. Hal tersebut mampu membuat anak untuk bertanggung jawab dan percaya diri, daya cipta anak berkembang dengan baik karena orang tua selalu mendukung dan mempengaruhi perasaan positif kepada anak. Sehingga dengan pola asuh demokratis anak diharapkan bisa menerima kritik dari orang lain juga mampu menghargai orang lain dan mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan mampu bertanggung jawab atas perbuatannya terhadap lingkungan, berikut kutipan wawancaranya:

“kadang malah mau yang instan aja kaya nugget, padahal kan gak boleh... ya kalo bisa si di biasain dari kecil makan makanan yang sehat biar nanti kalo udah gede ngerti kalo sayur, daging, ikan, susu, dan sebagainya itu bagus dan sehat..” (Devi, Asisten Pengasuh. 2020)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat terlihat bahwa pemberian pola makan anak secara demokratis yang dilakukan pengasuh Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mempunyai tujuan agar pemenuhan kebutuhan pangan terjaga. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat penting untuk meningkatkan imunitas tubuh

anak sehingga diharapkan dapat membantu tumbuh kembang anak secara baik.

Selain pemberian pola makan, pemberian pola belajar anak pada Day care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga menerapkan pola asuh demokratis, pola asuh demokratis diterapkan untuk membiasakan anak dalam menganalisa, berimajinasi, mempergunakan bahasa yang baik untuk menyampaikan sesuatu di lingkungan sekitarnya, serta mengajarkan anak dalam tata cara ber ibadah yang baik. Pola asuh tersebut diterapkan juga untuk membentuk segi kognitif dan motorik halus serta kasarnya.

Berikut penjelasan yang diberikan pengasuh terkait pola asuh autoritatif dalam permainan anak:

Gambar 4.8 Gambar 4.9

Kegiatan anak belajar Kegiatan anak membaca membaca Iqra buku cerita

Sumber: Dokumentasi Day Care

“kalo hari Senin itu mereka sharing time maju ke depan dan cerita dan temen nya mendengarkan, Selasa itu selain fun learning kita juga ada brain gym senam otak gitu, hari Rabu itu kita ada senam nah senam nya itu ada dua yang pertama senam bebek, yang kedua itu senam sehat anak soleh, setelah mereka senam kita rabu itu biasanya ada ekstra extra balok nanti kita kasih terus mereka berkreasi deh tuh bikin kaya misalnya bangunan apa gitu, nah disitu kan mereka ber imajinasi ya...

masuk lagi pada segi kognitifnya ya kan, motorik, sosial emosional, kesabaran juga. Kamis tuh kita ada fun cooking dari situ juga banyak yang bisa diambil dari segi kesabaran dan lain-lain nya, kalo Jumat itu kita ada latihan sholat, wudhu dulu sih yang pertama, itu kita contohin nah mereka ngeliat sambil mencontoh juga.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas, pola asuh anak dalam belajar cara pola asuh belajarnya secara demokratis yakni pengasuh menerapkan peraturan dalam belajar dan harus diikuti oleh anak, cara belajar ini biasanya dilakukan dengan cara memberikan contoh terlebih dahulu kepada anak-anak yang kemudian mereka ikuti dengan diarahkan oleh pengasuh, pengasuh juga sudah menetapkan jadwal keseharian yang harus diikuti oleh

anak-anak seperti sharing time, fun learning, senam, ekstra balok, fun cooking, dan latihan beribadah.

Pola Asuh Demokrtais pada Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga di terapkan pada pola mainan dan pola istirahat anak.

Mainan adalah suatu benda yang berfungsi sebagai hiburan serta sebagai edukasi untuk anak saat mereka dititipkan di Day Care, dengan begitu anak bisa bermain dan beraktivitas dengan mainannya, mereka akan berimajinasi dalam memainkan mainannya. Dalam hal ini pola asuh yang diterapkan pengasuh menggunakan jenis pola asuh demokratis, berikut wawancara peneliti dengan pengasuh:

Gambar 4.10 Gambar 4.11 Kegiatan bermain dan belajar anak

Sumber: Dokumentasi Day Care

“...jadi kamu ambil apa yang kamu suka duduk bersama teman-teman dan yaudah mereka main kita awasin kita monitor, ada juga permainan

muatan edukasi lah gitu misalkan kaya basic shape.

Dari satu mainan itu ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil seperti segi kognitif nya, gaya bahasa nya, dari kita menyampaikan lalu mereka menerima, dari segi sosial emosional nya apakah mereka bisa tertib atau tidak gitu kan.” (Arnis, Pengasuh Day Care.2020)

Berdasarkan hasil penelitian terkait pola asuh dalam permainan anak, pengasuh menerapkan cara demokratis dalam mengasuh anak. Pengasuh membolehkan anak mengambil mainan apa yang ia suka, dengan tetap diawasi oleh pengasuh. Pengasuh juga memberikan permainan dengan muatan edukasi yang berguna untuk segi kognitif, emosional, motorik halus dan kasarnya.

Selain pola mainan yang diberikan secara demokratis, pola istirahat anak di Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga menggunakan pola asuh demokratis, dalam pola istirahat anak harus mendapatkan pengasuhan yang baik, anak yang masih berusia dua sampai empat tahun harus memiliki waktu dan kualitas istirahat yang baik. Berikut kutipan hasil wawancara peneliti dengan pengasuh:

“kalo ada yang susah tidur atau gak mau tidur bahkan bangun duluan nanti kita kasih arahan kita kasih pengertian misalnya “ini masih jam segini

loh kak, temen-temen nya masih pada bobo nanti kalo kakak bangun duluan pas pulang ngantuk..”

dan biasanya abis di gituin mereka tidur lagi, kalo ada anak yang susah tidur ya gak kita paksain suruh tidur nanti yang ada dia jadi beban dong buat dirinya, kalo kaya gitu sih biasanya ditemenin dulu main sampe tidur nanti tiba-tiba.” (Arnis, Pengasuh Day Care.2020)

Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melihat kondisi bagaimana anak-anak yang ingin dititipkan orang tuanya, mereka mencari informasi tentang cara pengasuhan anak dirumah, kemudian sebelum dititipkan anak-anak menjalani masa trial terlebih dahulu sehingga nantinya anak akan terbiasa dan bisa menerima pola pengasuhan yang diberikan Day Care. Seperti yang dijelaskan oleh pengasuh dalam kutipan wawancara berikut ini:

“Jadi mereka datang kita trial adaptasi dulu gitu kan dua hari biasanya nanti kita lihat kan beberapa hari ke depan. Seminggu kan bisa kelihatan ya misalnya pola tidurnya, makan nya bagaimana dan sebagainya, sebelumnya juga udah ada info dari otang tua mengenai anak nya sewaktu pengisian form.” (Arnis, Pengasuh Day Care.2020)

pola asuh ini diterapkan dengan tidak melakukan kontrol penuh terhadap anak, pola asuh ini disesuaikan

dengan kondisi anak, pengasuh lebih mementingkan kemauan anak atau orang tuanya dan biasanya pola asuh ini bersifat fleksibel dan luwes yang artinya pengasuh tidak berpedoman pada pola asuh tertentu. Dalam hal ini pola asuh demokratis diterapkan di hampir semua pola asuh yang ada di Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hal tersebut bisa dilihat dari cara pengasuh memberikan pengasuhan dengan tidak memaksakan kehendak anak walaupun harus menaati peraturan-peraturan yang ada.

Dalam uraian wawancara berikut peneliti menemukan cara pengasuhan demokratis dalam pola berkelakuan baik pada anak:

“Ya kaya pembiasaan gitu ya, kebiasaaan sehari-hari, sikap terpuji, akhlak, contohnya kaya mereka datang terus ngasih salam, salim sama guru sama temen-temen nyaterus kalo ada temen yang perlu bantuan misalkan mereka nanti kita ajarin untuk menolong kaya gitu nanti lama-lama mereka terbiasa sini aku bantu, kadang kalo kita nawarin

“siapa yang mau bantu bu guru yaa?” terus pada nyaut “aku.. aku..” gitu.. Yaa seperti itu lah jadi lewat kebiasaan yang sederhana-sederhana dan tidak memaksakan anak.” (Anis, Pengasuh Day Care.2020)

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh pada Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pergantian pola asuh oleh Day Care ketika orang tua tidak bisa memberikan pengasuhan secara optimal di kesehariannya dipengaruhi oleh beberapa hal yang melatar belakanginya.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang tua harus menitipkan anak pada lembaga Day Care, mulai dari ideologi yang berkembang dalam diri orang tua, status ekonomi, hingga jenis pekerjaan orang tua. Berikut uraian dari alasan-alasan tersebut

1. Ideologi yang berkembang dalam diri orang tua

Ideologi merupakan sebuah pemikiran yang berkembang dalam diri seseorang yang dipengaruhi dan dapat mempengaruhi kehidupan di sekitarnya, dalam hal ini ideologi orang tua menjadi faktor dalam menitipkan anak pada Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, karena orang tua berfikir ketika menitipkan anak pada Day Care otomatis semua pola pengasuhan yang tidak bisa diberikan kepada anak telah digantikan oleh Day Care daripada harus dititipkan pada baby sitter atau asisten rumah tangga. Seperti yang dijelaskan dalam wawancara peneliti dengan orang tua anak berikut ini:

“Nah kebetulan pengasuh nya di UIN itu kan rata-rata semua lulusan pendidikan dan psikologi serta akademis yang bagus jadi mereka bisa mengisi pendidikan yang di sesuaikan dengan anak saya

gitu, jadi saya merasa terbantu banget.” (Sandra, Orang tua anak.2020)

Menurut ibu Armia sebagai orang tua, beliau lebih memilih menitipkan anak pada Day Care dengan alasan pendidikan dan keamanan anak lebih terjamin. Berikut penjelasannya:

“karena saya pernah pengalaman dengan anak ke dua itu jadi kita pergi anak pun juga di bawa pergi untuk kerja yang lain jadi mereka nyambi kerja dengan ngurus anak gitu... karena itu kita lebih memilih Day Care kalo Day Care itu kan memang ada penanggung jawab dan terjamin terus ada CCTV untuk kita melihat kondisi udah gitu juga kita pengen anak itu mandiri, kalo dengan pembantu aja minum pun juga diambilin gitu.” (Armia, Orang tua anak.2020)

Selain dari segi pendidikan dan keamanan, Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga memberikan pendidikan agama, seperti yang dijelaskan oleh Ibu Sandra berikut ini:

“yang diberikan itu gak cuman ilmu yang formal tapi juga belajar mengaji yang kaya gitu tuh jadi sesuai lah dengan keinginan kita.” (Sandra, Orang tua anak.2020)

2. Status ekonomi serta pekerjaan orang tua

Selain karena ideologi pada diri orang tua, faktor ekonomi dan jenis pekerjaan orang tua adalah dua faktor penting yang saling berhubungan satu sama lain, serta berperan pentung dalam pembentukan pola asuh. Orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya membuat peran pengasuhan kepada anak menjadi berkurang atau bahkan tidak ada, keadaan ini membuat fungsi orang tua digantikan dengan asisten rumah tangga, baby sitter, bahkan lembaga Day Care. Dalam hal ini lembaga atau program Day Care mengambil peran penting dalam penggantian pola asuh anak. Berikut adalah uraian hasil wawancara peneliti:

“Ya karena saya kan pulang sore terusnya di rumah yang jagain kan terbatas ya, jadi saya tititpin karena pulang sore dan tidak ada yang jaga dirumah dan tuntutan pekerjaan juga.” (Ay Maryani, Orang tua anak.2020)

Faktor ekonomi juga turut mempengaruhi dalam hal ini, karena kedua faktor tersebut saling berkesinambungan, faktor ini terlihat ketika orang tua dengan pekerjaan yang mendukung mampu menghasilkan ekonomi keluarga yang cukup baik maka mereka akan menitipkan anak pada lembaga Day Care, seperti yang dijelaskan dalam kutipan wawancara berikut:

“yaa kalo punya biaya lebih mending di titipin ke Day Care sih mas daripada ke baby sitter atau

pembantu gitu kan kurang terjamin juga hehe.” (Ay Maryani, Orang tua anak.2020)

3. Pola asuh yang diterapkan sebelumnya

Berdasarkan fungsi Day Care sebagai pengganti pengasuhan anak, pola asuh yang diberikan oleh Day Care sendiri menyesuaikan dengan pola pengasuhan orang tua dirumah, mereka terbiasa menggunakan pola asuh menggunakan basis pengasuhan yang diberikan orang tua dirumah dan diiringi dengan pola asuh yang diberikan oleh pihak Day Care agar anak-anak tidak merasa terbebani dengan peraturan yang ada, seperti yang dijelaskan oleh pengasuh dalam uraian wawancara berikut ini:

“jadi pokoknya disini tuh awal-awal kita mengikuti kebiasaan anak dulu yang dia bawa dari rumah kan gak langsung lah mereka datang terus tiba-tiba langsung mengikuti aktiivtas dan peraturan di Day Care ini.” (Arnis, pengasuh Day Care.2020)

D. Kelekatan antara anak dengan pengasuh Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi tempat penitipan anak yang otomatis berguna untuk menggantikan pola asuh orang tua yang tidak sempat diberikan ketika orang tua sedang melakukan aktivitasnya diluar rumah. Dalam hal ini pengasuh berperan sangat penting dalam kelangsungan tumbuh kembang anak, delapan jam sehari selama lima hari dihabiskan anak bersama dengan pengasuhnya, hal tersebut membuat anak

dengan pengasuh menjadi semakin dekat. Peneliti menemukan dua cara anak di Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mencari kelekatan kepada pengasuhnya melalui:

1. Proximity Seeking

Pengasuh di Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi objek kelekatan paling utama bagi anak, rasa nyaman dan aman yang diciptakan oleh pengasuh membuat anak cenderung lebih inigin dekat dengan pengasuhnya ketimbang orang lain pada saat di Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Seperti yang dijelaskan dalam uraian wawancara peneliti dengan pengasuh berikut:

“kadang mereka ada yang deket nya tuh sampe deket banget, ada pernah gitu sampe anak itu gak mau pulang mungkin karena udah nyaman kali ya..

trus dia gak mau lepas meskipun misalkan pengasuh itu mau ke kamar mandi atau kemana lah ya gitu dia mau ngikut” (Arnis, Pengasuh Day Care.2020)

2. Separation Protest

Kedekatan anak dengan pengasuh bisa tercipta karena perlakuan baik seorang pengasuh terhadap anak, pengasuh sebagai pengganti ibu dalam merawat dan mengasuh anak memiliki pengaruh yang berdampak pada perkembangan anak. Dalam hal ini anak akan menghalangi adanya perpisahan antar pengasuh dengan dirinya, anak akan memberontak, bahkan menangis ketika pengasuh

ingin pergi atau berpisah dengannya, seperti yang dijelaskan dalam uraian wawancara peneliti dengan asisten pengasuh berikut ini:

“Pernah waktu itu saya mau keluar sebentar kan beli makanan eh dia mau ikut sampe ngambek dan akhrinya nangis narik-narik baju saya hehe...”

(Devi, Pengasuh Day Care.2020)

Melalui observasi partisipatif Peneliti juga menyaksikan beberapa anak baru yang dititipkan oleh orang tuanya menangis ketika ditinggal oleh orang tuanya bekerja, anak-anak tersebut terlihat mencari pengasuh yang dianggap sebagai orang yang paling dekat dengannya pada hari itu. ketika pengasuh sedang berinteraksi dengan peneliti anak-anak itu meminta perhatian pengasuh dengan cara menangis.

E. Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Human Service Organization (HSO)

Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta membuat sebuah program khusus dalam rangka mewujudkan kampus ramah anak, program tersebut bernama Day Care. Hal tersebut dikemukakan oleh Dr.

Sururin, M. Ag. selaku mantan ketua Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam hasil wawancara antara peneliti dengan beliau, beliau menjelaskan bahwa program tersebut di cetuskan berdasarkan keinginan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk menjadikan kampus ramah anak, berikut penjelasannya:

“karena yang dilakukan oleh PSGA itu tidak sekedar wacana bagaimana menyusun, membuat lingkungan yang ramah anak tapi juga dalam bentuk implementasi dan salah satu bentuknya adalah membuat Day Care karena kita ingin bahwa anak terpenuhi hak-haknya” (Sururin, Mantan Ketua PSGA. 2020.)

Hingga saat ini Pusat Studi Gender dan Anak belum sepenuhnya mampu untuk mewujudkan kampus ramah anak, karena masih ada beberapa program atau fasilitas yang belum memadai untuk menerapkan kampus ramah anak tersebut, namun Pusat Studi Gender dan Anak terus mencoba menerapkan beberapa program untuk mewujudkan kampus ramah anak seperti penjelasan Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M. Si.

berikut ini:

“Kampus ramah anak itu kan artinya dia aman dan nyaman untuk anak, saya sebenrnya disini nganggep nya masih belum, kaya perpustakaan anak, pojok bermain buat anak, kalau ini sih belum gitu.. tetapi diusahakan” (Ulfah, Ketua PSGA. 2020.)

“Kampus ramah anak itu kan artinya dia aman dan nyaman untuk anak, saya sebenrnya disini nganggep nya masih belum, kaya perpustakaan anak, pojok bermain buat anak, kalau ini sih belum gitu.. tetapi diusahakan” (Ulfah, Ketua PSGA. 2020.)