1. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola yang diterapkan berdasarkan keinginan orang tua dan anak dengan mempertimbangkan persetujuan antar kedua belah pihak dengan tujuan menyatukan antara pendapat anak dan orang tua. Anak diberi kebebasan untuk berbuat sesuai dengan kemauannya dibawah pengawasan orang tua atau pengasuh, sehingga membuat anak menjadi lebih berani berpendapat, mampu mengendalikan diri namun masih bisa diterima lingkungan sekitar (Agustiawati, 2014). Pola asuh demokratis diterapkan Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada setiap kegiatan.
Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melakukan pola asuh demokratis pada kegiatan makan dan belajar pada anak, pola asuh demokratis pada kegiatan makan diberikan bukan tanpa alasan, melainkan untuk kepentingan anak dalam hal tumbuh kembang. Pola belajar secara demokratis diberikan agar anak-anak senantiasa terbiasa disiplin dalam menjalani kegiatan sehari-hari.
Pola asuh demokratis juga diterapkan dengan memberikan kebebasan pada anak melalui pengawasan pengasuh, pengasuh cenderung lebih banyak mengarahkan keinginan anak dibanding keinginannya. Karena kegiatan bermain dan belajar merupakan kegiatan yang
berkesinambungan, pengasuh mengutamakan bermain pada anak-anak di Day Care UIN Syarif Hidayatullah, karena anak-anak harus bisa menikmati masa-masa bermainnya dengan senang. Ketika anak-anak merasa senang dalam bermain otomatis mereka akan fokus dalam menjalani kegiatan belajarnya.
Dalam hal ini pengasuhan secara denokratis diterapkan pada semua kegiatan di Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, namun pola asuh ini lebih ditekankan pada mengajarkan perilaku baik anak. Berdasarkan temuan peneliti, pengasuh cenderung menggunakan pengasuhan lama yang diberikan orang tua dengan diselingi oleh pengasuhan yang diterapkan oleh Day Care sendiri, karena menurutnya cara tersebut adalah cara paling mudah mengajarkan perilaku baik pada anak sehingga anak bisa mengikuti peraturan dan meniru perilaku baik yang dicontohkan oleh pengasuh Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
C. Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Ideologi yang berkembang dalam diri orang tua
Mindel dalam (Agustiawati, 2014) mengemukakan pendapat jika orang tua mempunyai ideologi yang berkembang dalam dirinya, ideologi tersebut dapat mempengaruhi pola pengasuhan yang diberikan kepada
anaknya yang kemudian diharapkan jika anak-anak dapat menerapkan apa yang orang tua inginkan.
Orang tua yang tidak sempat memberikan pengasuhan kepada anaknya diwaktu bekerja mempunyai pemikiran jika mereka harus mencari pengganti pengasuhan yang bisa melengkapi segala aspek mengenai tumbuh kembang anak yang orang tua inginkan, oleh karena itu mereka menitipkan anaknya pada Day Care UIN Sayrif Hidayatullah Jakarta agar segala fase mengenai tumbuh kembang anak bisa terlengkapi.
2. Status ekonomi serta pekerjaan orang tua
Faktor ekonomi merupakan faktor yang sangat krusial dalam membentuk pola pengasuhan pada anak, faktor ini juga berkesinambungan dengan pekerjaan yang dimiliki oleh orang tua. Ketika pekerjaan orang tua bisa menghasilkan nilai ekonomi yang baik maka pola pengasuhan yang diberikan akan lebih baik pula.
Dalam hal ini orang tua yang menitipkan anak pada Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta cenderung mempunyai pekerjaan dengan nilai ekonomi yang baik, namun nilai tersebut harus dibayar dengan jumlah jam dalam pekerjaan yang membuat orang tua tidak bisa memberikan pengasuhan di setiap harinya. Dengan nilai ekonomi tersebut akhirnya orang tua harus bertanggung jawab menitipkan anaknya pada Day Care UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta agar melengkapi pengasuhan yang diberikan orang tua.
3. Pola asuh yang diterapkan sebelumnya
Sebelum melengkapi atau menggantikan pengasuhan pada anak yang dititipkan, Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melihat bagaimana pengasuhan yang diberikan orang tua pada anak sebelumnya dirumah, karena pengasuh menganggap jika hal tersebut dilakukan maka pengasuhan yang diberikan Day Care akan mudah diterapkan. Pola tersebut dilakukan dengan diselingi oleh pengasuhan yang diberikan Day Care agar anak-anak dalam menerima pengasuhan tidak merasa terbebani oleh peraturan yang ada.
D. Kelekatan antara anak dengan pengasuh Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Proximity Seeking
Menurut (Bowlby, 1980) selain orang tuanya, anak akan mencari kelekatan pada orang lain melalui cara yang mereka bisa, hal itu dilakukan ketika anak ingin mencari afeksi pada saat anak tidak merasa nyaman.
Dalam melengkapi pola asuh, pengasuh Day Care UIN Syarif Hidayatullah berusaha berperan sebagai orang tua anak, saat itu pula anak merasa bahwa dirinya sedang berada dekat dengan orang tuanya yang membuatnya aman
dan nyaman yang membuat anak menjadi semakin tidak ingin dipisahkan oleh pengasuh tersebut.
2. Separation Protest
Anak mempunyai cara masing-masing dalam mencari kelekatan dengan orang lain, salah satunya adalah melalui cara Separation Protest yaitu anak menolak adanya perpisahan antara dia dengan orang yang membuatnya merasa nyaman dalam hal ini adalah pengasuh, biasanya anak melakukan penolakan dalam bentuk amarah dan menangis. Dalam penggantian pola asuh, pengasuh pada Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengalami hal tersebut.
E. Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Human Service Organization (HSO)
Menurut Marriane Woodside, Human Service Organization (HSO) merupakan sekumpulan orang yang tergabung dalam suatu organisasi dengan tujuan melindungi, melayani, dan memelihara serta meningkatkan kesejahteraan pribadi individu dengan cara menentukan, menetapkan, dan mengubah serta membentuk pribadi mereka.
Tujuan tersebut sesuai dengan Pusat Studi Gender anak dalam mewujudkan kampus ramah anak. Pusat Studi Gender dan Anak membuat dua program dalam hal ini, yaitu program Ruang Laktasi dan Program Day Care yang masing-masing merupakan program dengan tujuan yang sama.
Ruang Laktasi dibentuk agar orang tua yang memiliki anak usia 0-2 tahun bisa memberikan pengasuhan yang baik kepada anaknya dengan tetap memberikan ASI eksklusif yang bisa diletakan di ruang laktasi sehingga kemudian dapat diberikan kepada bayi.
Selain itu untuk pengaplikasian kampus ramah anak dalam umur 2 sampai 4 tahun Pusat Studi Gender dan Anak membuat sebuah program Day Care, dalam membentuk program Day Care Pusat Studi Gender dan Anak bekerjasama dengan tiga fakultas yaitu Fakultas Pendidikan, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Kesehatan Ilmu Kedokteran. Hal tersebut dilakukan agar proses tumbuh kembang dalam hal fisik dan mentalnya dapat terpenuhi dengan baik sehingga orang tua bisa dengan tenang dan profesional dalam bekerja tanpa memikirkan soal pengasuhan anak. Karena Day Care selain sebagai pelengkap pengasuhan anak ketika orang tua bekerja, juga sebagai lembaga atau program yang aman bagi anak untuk mendapatkan perlindungan, pendidikan, kasih sayang, dan sebagainya. Yang mungkin tidak mereka dapatkan ketika orang tua nya bekerja,
Namun pelaksanaan program Day Care menurut ketua Pusat Studi Gender dan Anak belum maksimal dikarenakan masih ada beberapa tugas atau fungsi Day Care yang belum teracpai, salah satunya adalah menjadikan Day Care sebagai lab terpadu tumbuh kembang anak untuk tiga fakultas yaitu Fakultas Kesehatan dan Kedokteran, Fakultas Pendidikan, dan Fakultas Psikologi.
F. Pembahasan Day Care Menurut Perspektif Islam Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Seperti yang tertera dalam sabda Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam berikut:
ِهِنا َر ِّ ِص َنُي ْوَأ ِهِناَدِِّوَهُي ُهاَوَبَأَف ، ِةَرْطِفْلا ىَلَع ُدَلوُي ٍدوُلْوَم ُّلُك
“Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani”.(HR.Bukhari-Muslim)
Dari hadits tersebut bisa disimpulkan bahwa ketika bayi lahir ke dunia mereka dalam keadaan fitrah dan tidak mengetahui apa-apa dan sesungguhnya fitrah adalah kodrat Tuhan. Ketika mereka lahir maka bayi merupakan tanggung jawab orang tua, disinilah peran orang tua dalam mengasuh anak diutamakan, orang tua wajib untuk memenuhi kebutuhan anaknya, mengajari, mendidik, dan mengarahkan.
Orang tua bertanggung jawab atas keimanan, materi, moral, fisik, akal, kejiwaan, seks, dan sosial pada anak. Bentuk tanggung jawab inilah yang disebut sebagai pengasuhan.
Tujuan pengasuhan yang diberikan orang tua pada anak tidak lain untuk membentuk anak menjadi apa yang orang tua harapkan tentunya dalam hal yang baik dan memiliki masa depan yang cerah. Untuk mewujudkan semua itu orang tua harus menerapkan pola asuh yang benar sesuai dengan syariat islam melalui beberapa sunnahnya. Orang tua berperan penting mengarahkan kehidupan anaknya baik atau buruk,
peran orang tua bukan hanya terpaku pada ibu namun juga pada ayah.
Ketika pengasuhan yang diberikan orang tua tidak dapat terpenuhi, maka orang tua wajib mencarikan pengganti atau pelengkap pengasuhan kepada anaknya. Dari perspektif tersebut, kita bisa melihat bahwa dengan menaruh anak di Day Care merupakan salah satu tanggung jawab orang tua dalam memenuhi dan melengkapi pengasuhan yang tidak sempat orang tua berikan kepada anaknya diwaktu bekerja.
Peran Pusat Studi Gender dan Anak sangat mulia dalam membentuk kampus ramah anak dengan tujuan agar orang tua bisa memenuhi kebutuhan anak ketika dirinya harus melakukan tuntutan pekerjaan secara profesional, semua itu dilakukan demi terwujudnya keluarga yang sejahtera.
149 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis serta penelitian yang peneliti jabarkan pada bab sebelumnya menggunakan teknik wawancara, observasi, serta studi dokumentasi. Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Implementasi Program Day Care Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) menurut model Teori David C.
Korten
Menurut model teori Implementasi Program David C. Korten, program Day Care memenuhi tiga elemen.
Ketiga elemen implementasi tersebut meliputi: pertama, adanya program yang disusun secara matang dibuktikan dengan sesuainya kebutuhan yang di cita-citakan oleh program dengan apa yang diinginkan oleh sasaran program. Kedua, pelaksana program dalam membentuk sebuah program sangat paham dengan tugasnya sehingga tujuan dan fungsi dari program tersebut berjalan sesuai dengan visi dan misi. Ketiga, kebutuhan sasaran program sesuai dengan program yang digagas.
2. Jenis Pola Asuh pada Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Program Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah program yang digagas oleh Pusat Studi Gender dan
Anak (PSGA) dalam rangka mewujdukan kampus ramah anak. Pusat Studi Gender dan Anak mempunyai dua program dalam mewujdukan kampus ramah anak, yang pertama adalah program ruang laktasi yang berfungsi agar anak usia 0 sampai 2 tahun terpenuhi ASI nya demi mencukupi gizi untuk masa tumbuh kembangnya, ruang tersebut berguna selain untuk menyusui juga berguna sebagai penyimpan ASI yang kemudian bisa diambil kembali dan diberikan kepada anak.
Untuk menjalankan kegiatan atau aktifitas pengganti dan pelengkap pengasuhan anak pada saat orang tua bekerja maka Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lebih menekankan jenis pola pengasuhan Demokratis dilakukan melalui setiap kegiatan anak, pola asuh tersebut dilakukan karena pola asuh tersebut tidak memberikan tekanan fisik atau verbal kepada anak, pola asuh tersebut dijalankan berdasarkan keinginan anak dan anjuran dari orang tua sesuai dengan umur dan kemampuan anak lewat bimbingan dan pengawasan pengasuh.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti mempunyai saran yang ingin peneliti sampaikan kepada pihak lembaga dan program sebagai berikut:
1. Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA)
Saran kepada pihak Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) dalam program kampus ramah anak agar dikembangkan lagi, seperti membuat pojok baca untuk anak, penyediaan playground, perbaikan fasilitas pada Day Care, juga meninjau kembali lebih dalam perihal Day Care sebagai lab terpadu tumbuh kembang anak, karena peneliti menganggap hal tersebut merupakan bagian penting dalam implementasi program kampus ramah anak, sehingga kesehatan anak bisa terjaga dengan baik yang lagi-lagi mengacu pada terciptanya keluarga yang sejahtera.
2. Program Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sebagai program pelayanan sosial individu, Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta harus terus melakukan perbaikan dan evaluasi berkala. Tingginya permintaan kebutuhan pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan adanya tempat penitipan anak atau Day Care membuat program Day Care yang digagas oleh Pusat Studi Gender dan Anak harus terus bebenah diri, khususnya dalam hal jumlah pengasuh karena semakin banyak pengasuh maka semakin banyak pula anak yang bisa
dititipkan. Selain jumlah pengasuh Day Care perlu meningkatkan infrastruktur seperti pemisahan tempat tidur antara anak laki-laki dan perempuan, membuat ruang terbuka sebagai sarana bermain anak, juga memberikan buku serta mainan yang lebih variatif lagi. Hal tersebut penting dilakukan karena ketika orang tua menitipkan anak pada lembaga yang terpercaya dengan fasilitas yang memadai, lingkungan yang kondusif, dan didukung oleh pengasuh dan pola belajar yang menunjang tumbuh kembang anak, maka dengan demikian profesionalitas kerja orang tua dapat tercapai untuk mendukung keluarga yang sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Moleong, L. J. (1991). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Setyosari, P. (2012). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Kencana.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: Alfabeta.
Yanggo, H. (2010). Fiqih Perempuan Kontemporer. Jakarta:
Ghalia.
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Penitipan Anak (2015).
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak Edisi ke 11 Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Setiawan, Guntur. 2004. Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan. Jakarta: Balai Pustaka.
Siti Napsiyah Ariefuzzaman, Lisma Diawati Fuaida. 2011. Belajar Teori Pekerjaan Sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Yunus, Abdul. t.thn. Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi Kebijakan (Fungsi - Fungsi Manajemen). Majalengka:
Unit Penerbitan Majalengka.
Jurnal:
Desiyanty, S. (2015). Pelayanan Pendidikan Taman Penitipan Anak DAlam Pengasuhan Anak Di TPA LKIA Pontianak.
Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSS, 1-13.
Hamdiani, Y. (2016). Layanan Anak Usia Dini/Pra Sekolah Dengan "Full DAycare" di Taman Penitipan Anak. Jurnal Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 155-291.
Hikmah, S. (2014). Optimalisasi Perkembangan Anak Dalam DayCare. Sawwa Jurnal Studi Gender dan Anak, 345-360.
Leny Blegur, F. F. (2014). Pola Asuh dan Perkembangan Anak Di Tempat Penitipan Anak. Jurnal Of Pediatric Nursing, 5-8.
Putri, N. R. (2018). Implementasi Peran TamanPenitipan Anak (TPA) Sebagai Wahana Pengasuhan Anak Bagi Orang Tua Bekerja. Jurnal Sosiologi, 113-125.
Wahid, M. (2017). 61Yahdinil Firda Nadirah Islam dan Dominasi Maskulin Global: Menimbang Kampus Aman bagi Perempuan dan Anak di Banten Masykur Wahid ISLAM
DAN DOMINASI MASKULIN GLOBAL:
MENIMBANG KAMPUS AMAN BAGI PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN . Jurnal Studi Gender dan Anak, 61-80.
Adawiah, Rabiatul. 2017. “Pola ASuh Orang tua dan Implikasinya Terhadap Anak.” Jurnal Pendidikan Kewarganergaraan 33-48.
Agustiawati, Isni. 2014. “Pengaruh pola asuh orangtua terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi.”
Jurnal UPI.
Muliati, Ni Made. 2019. “IMPLEMENTASI PROGRAM
JAMINAN KESEHATAN GRATISDAERAH DI
PUSKESMAS.” Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Rini, Jacinta F. 2002. “Psikologi Masalah Stres.” Jurnal Repistory Universitas Sumatera Utara.
Rosyada, N. 2017. “PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL ANAK AUTIS di SDN SUMBERSARI 2 MALANG.”
Jurnal PGSD 12-25.
Perundang-Undangan:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang Pekerja Sosial
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Kesetaraan Gender
Permendikbud Nomor 84 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 1 Tentang Pendirian Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Permendikbud Nomor 84 Tahun 2014 Pasal 19 Ayat 1
Tentang Pendirian Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1974 tentang
Kesejahteraan Anak.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 tentang Perkembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
Peraturan Meneteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 84 Tahun 2014 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Anak Usia Dini
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini.
Website:
Liputan6.com.
https://www.liputan6.com/health/read/3638537/tempat-penitipan-anak-andalan-ibu-pekerja-urban.
Merdeka.com
https://www.merdeka.com/peristiwa/ditinggal-orangtua-kerja-balita-ini-disiksa-tetangga-hingga-lebam.html.
BPS 2018
https://www.turc.or.id/wp-content/uploads/2018/06/BPS_Berita- Resmi-Statsitik_Keadaan-Ketenagakerjaan-Indonesia-Februari-2018.
Tafsirq.com
https://tafsirq.com/66-at-tahrim/ayat-6 Alihamdan.id. 2017
https://kbbi.web.id/implementasi.
Uinjkt.ac.id
https://www.uinjkt.ac.id/id/psga-uin-jakarta.
LAMPIRAN Lampiran 1 Catatan Observasi Penelitian
Hari/Tanggal Kegiatan Hasil Kegiatan Halaman
rujukan adanya Day Care di
UIN Jakarta adanya Day Care juga
saran agar Day Care lebih ditingkatkan
Rabu, 12 semua orang tua yang
ada dalam informan dan fasilitas Day Care
UIN Jakarta
Bertemu Ketua PSGA Peneliti bertemu ibu Ulfah dan
belum tercapai, beliau Suruin selaku mantan ketua PSGA dan
membentuk program Day Care.
Rabu, 11 Maret 2020
Peneliti melakukan observasi terakhir mengenai aktivitas anak di Day Care
Peneliti menemukan beberapa anak baru yang dititipkan oleh
orang tuanya
menangis ketika ditinggal oleh orang tuanya bekerja, anak-anak tersebut terlihat mencari pengasuh yang dianggap sebagai orang yang paling dekat dengannya pada hari itu. ketika pengasuh sedang berinteraksi dengan peneliti anak-anak itu meminta perhatian pengasuh dengan cara menangis
BAB IV, Hal 124
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KETUA PUSAT STUDI GENDER DAN ANAK (PSGA)
Hari/Tanggal : Rabu 12 Februari 2020 Waktu : 11:30-selesai
Nama Informan : Dr. Sururin, M. Ag.
Jabatan : Dekan FTIK (Mantan ketua PSGA) 1. Bagaimana cara PSGA mewujdukan kampus ramah
anak?
Gini, namanya aja PSGA ya, Pusat Studi Gender dan Anak karena disitu ada anak maka kita harus ehmmm... melakukan aktivitas karena yang dilakukan oleh PSGA itu tidak sekedar wacana bagaimana menyusun, membuat lingkungan yang ramah anak tapi juga dalam bentuk implementasi dan salah satu bentuknya adalah membuat Day Care karena kita ingin bahwa anak terpenuhi hak-haknya, yang pertama adalah hak anak untuk memperoleh ASI, ASI itu yang terbaik 2 tahun dan ada ASI eksklusif itu 6 bulan. Bagaimana agar ibu-ibu yang menjadi dosen dan karyawan di UIN Jakarta bisa menjalani tugasnya dengan baik tanpa meninggalkan bagaimana bisa memberikan ASI, karena ASI itu kan tidak hanya bisa diberikan langsung kepada anak tapi juga bisa kita ambil dulu dan kemudian kita simpan, maka PSGA pada saat saya menjadi ketua waktu itu ya membuat ruang laktasi dan ruangan itu sederhana sekali hanya dibutuhkan ruang kecil yang tertutup ada wastafel untuk mencuci tangan biar steril, ada tempat duduk yang nyaman, ada kulkas untuk menyimpan ASI. Jadi
sangat sederhana sekali asalkan tertutup jadi privasi seorang ibu ketika dia memerah ASI nya terjalankan dengan baik dan privasinya terjaga, itu terkait kampus ramah anak. Jadi kita mngadakan waktu itu bagaimana anak mendapatkan ASI dengan baik, dari program itu kita memberikan pengaplikasian atau implementasi berupa ruang laktasi di semua fakultas, akan tetapi hal itu tidak memungkinkan terjadi. Nah kalau itu pengaplikasian ASI untuk usia 0-2 tahun kemudian apa yang bisa kita lakukan untuk periode berikutnya? Periode berikutnya untuk anak 2-4 tahun kita membuat Day Care yang lagi-lagi sebagai upaya agar hak anak terpenuhi. Day Care itu sudah lama ingin di rencanakan dan menjadi inisiasi oleh PSW pada waktu itu, Dharma Wanita, Fakultas Psikologi, bahkan Fakultas Kesehatan juga. Jadi gini, nah PSGA pengganti PSW akhirnya menindak lanjuti itu sebenarnya sudah lama dibuat proposal dan alhamdulillah ketika saya menjadi kepala PSGA bisa mewujudkan Day Care. Kemudian apa yang bisa kita lakukan untuk memberikan perlindungan pada anak sesuai dengan hak anak untuk mendapatkan perhatian, sentuhan, kasih sayang, dan sebagainya juga mungkin pendidikan dasar sesuai usianya mungkin bisa terpenuhi maka kemudian kita membuat Day Care. Dan ini dalam rangka mewujudkan kampus ramah anak selain kita membuat ruang Laktasi kami juga membuat Day Care.
2. Apa tujuan dibentuknya program Day Care?
Sebenernya gini, dibentuknya Day Care dalam rangka untuk yang pertama memberikan hak-hak anak untuk bisa
memberikan perlindungan, pendidikan, dan sebagainya gitu kan.. jadi tujuannya untuk itu melindungi hak-hak anak sesuai dengan hak dia untuk dekat dengan ibunya, mendapatkan masa-masa bermain yang baik, oleh karena itu didalam membentuk Day Care misalnya dalam persiapannya kita tidak hanya konsultasi dengan bagian kesehatan tetapi juga kebetulan kita punya Fakultas Psikologi, maka kemudian disini bagaimana perspektif psikologinya, kita punya Fakultas Pendidikan bagaimana perspektif pendidikan nya, kita punya Fakultas Kesehatan dan Kedokteran bagaimana perspektif kesehatan nya. Sehingga ini bisa seiring berjalan yang membuat kebutuhan anak-anak dalam hal misalnya kebutuhan tumbuh kembang fisik nya dapat terperhatikan dengan baik.
Jadi tujuan nya kesana, tetep orang tua bisa deket dengan anak nya, orang tua juga bisa menitipkan dengan baik, dan kita ciptakan ruangan senyaman mungkin untuk anak.
Jadi tujuan nya kesana, tetep orang tua bisa deket dengan anak nya, orang tua juga bisa menitipkan dengan baik, dan kita ciptakan ruangan senyaman mungkin untuk anak.