Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti mempunyai saran yang ingin peneliti sampaikan kepada pihak lembaga dan program sebagai berikut:
1. Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA)
Saran kepada pihak Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) dalam program kampus ramah anak agar dikembangkan lagi, seperti membuat pojok baca untuk anak, penyediaan playground, perbaikan fasilitas pada Day Care, juga meninjau kembali lebih dalam perihal Day Care sebagai lab terpadu tumbuh kembang anak, karena peneliti menganggap hal tersebut merupakan bagian penting dalam implementasi program kampus ramah anak, sehingga kesehatan anak bisa terjaga dengan baik yang lagi-lagi mengacu pada terciptanya keluarga yang sejahtera.
2. Program Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sebagai program pelayanan sosial individu, Day Care UIN Syarif Hidayatullah Jakarta harus terus melakukan perbaikan dan evaluasi berkala. Tingginya permintaan kebutuhan pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan adanya tempat penitipan anak atau Day Care membuat program Day Care yang digagas oleh Pusat Studi Gender dan Anak harus terus bebenah diri, khususnya dalam hal jumlah pengasuh karena semakin banyak pengasuh maka semakin banyak pula anak yang bisa
dititipkan. Selain jumlah pengasuh Day Care perlu meningkatkan infrastruktur seperti pemisahan tempat tidur antara anak laki-laki dan perempuan, membuat ruang terbuka sebagai sarana bermain anak, juga memberikan buku serta mainan yang lebih variatif lagi. Hal tersebut penting dilakukan karena ketika orang tua menitipkan anak pada lembaga yang terpercaya dengan fasilitas yang memadai, lingkungan yang kondusif, dan didukung oleh pengasuh dan pola belajar yang menunjang tumbuh kembang anak, maka dengan demikian profesionalitas kerja orang tua dapat tercapai untuk mendukung keluarga yang sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Moleong, L. J. (1991). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Setyosari, P. (2012). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Kencana.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: Alfabeta.
Yanggo, H. (2010). Fiqih Perempuan Kontemporer. Jakarta:
Ghalia.
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Penitipan Anak (2015).
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak Edisi ke 11 Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Setiawan, Guntur. 2004. Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan. Jakarta: Balai Pustaka.
Siti Napsiyah Ariefuzzaman, Lisma Diawati Fuaida. 2011. Belajar Teori Pekerjaan Sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Yunus, Abdul. t.thn. Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi Kebijakan (Fungsi - Fungsi Manajemen). Majalengka:
Unit Penerbitan Majalengka.
Jurnal:
Desiyanty, S. (2015). Pelayanan Pendidikan Taman Penitipan Anak DAlam Pengasuhan Anak Di TPA LKIA Pontianak.
Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSS, 1-13.
Hamdiani, Y. (2016). Layanan Anak Usia Dini/Pra Sekolah Dengan "Full DAycare" di Taman Penitipan Anak. Jurnal Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 155-291.
Hikmah, S. (2014). Optimalisasi Perkembangan Anak Dalam DayCare. Sawwa Jurnal Studi Gender dan Anak, 345-360.
Leny Blegur, F. F. (2014). Pola Asuh dan Perkembangan Anak Di Tempat Penitipan Anak. Jurnal Of Pediatric Nursing, 5-8.
Putri, N. R. (2018). Implementasi Peran TamanPenitipan Anak (TPA) Sebagai Wahana Pengasuhan Anak Bagi Orang Tua Bekerja. Jurnal Sosiologi, 113-125.
Wahid, M. (2017). 61Yahdinil Firda Nadirah Islam dan Dominasi Maskulin Global: Menimbang Kampus Aman bagi Perempuan dan Anak di Banten Masykur Wahid ISLAM
DAN DOMINASI MASKULIN GLOBAL:
MENIMBANG KAMPUS AMAN BAGI PEREMPUAN DAN ANAK DI BANTEN . Jurnal Studi Gender dan Anak, 61-80.
Adawiah, Rabiatul. 2017. “Pola ASuh Orang tua dan Implikasinya Terhadap Anak.” Jurnal Pendidikan Kewarganergaraan 33-48.
Agustiawati, Isni. 2014. “Pengaruh pola asuh orangtua terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi.”
Jurnal UPI.
Muliati, Ni Made. 2019. “IMPLEMENTASI PROGRAM
JAMINAN KESEHATAN GRATISDAERAH DI
PUSKESMAS.” Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Rini, Jacinta F. 2002. “Psikologi Masalah Stres.” Jurnal Repistory Universitas Sumatera Utara.
Rosyada, N. 2017. “PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL ANAK AUTIS di SDN SUMBERSARI 2 MALANG.”
Jurnal PGSD 12-25.
Perundang-Undangan:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 Tentang Pekerja Sosial
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Kesetaraan Gender
Permendikbud Nomor 84 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat 1 Tentang Pendirian Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Permendikbud Nomor 84 Tahun 2014 Pasal 19 Ayat 1
Tentang Pendirian Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1974 tentang
Kesejahteraan Anak.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 tentang Perkembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
Peraturan Meneteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 84 Tahun 2014 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Anak Usia Dini
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini.
Website:
Liputan6.com.
https://www.liputan6.com/health/read/3638537/tempat-penitipan-anak-andalan-ibu-pekerja-urban.
Merdeka.com
https://www.merdeka.com/peristiwa/ditinggal-orangtua-kerja-balita-ini-disiksa-tetangga-hingga-lebam.html.
BPS 2018
https://www.turc.or.id/wp-content/uploads/2018/06/BPS_Berita- Resmi-Statsitik_Keadaan-Ketenagakerjaan-Indonesia-Februari-2018.
Tafsirq.com
https://tafsirq.com/66-at-tahrim/ayat-6 Alihamdan.id. 2017
https://kbbi.web.id/implementasi.
Uinjkt.ac.id
https://www.uinjkt.ac.id/id/psga-uin-jakarta.
LAMPIRAN Lampiran 1 Catatan Observasi Penelitian
Hari/Tanggal Kegiatan Hasil Kegiatan Halaman
rujukan adanya Day Care di
UIN Jakarta adanya Day Care juga
saran agar Day Care lebih ditingkatkan
Rabu, 12 semua orang tua yang
ada dalam informan dan fasilitas Day Care
UIN Jakarta
Bertemu Ketua PSGA Peneliti bertemu ibu Ulfah dan
belum tercapai, beliau Suruin selaku mantan ketua PSGA dan
membentuk program Day Care.
Rabu, 11 Maret 2020
Peneliti melakukan observasi terakhir mengenai aktivitas anak di Day Care
Peneliti menemukan beberapa anak baru yang dititipkan oleh
orang tuanya
menangis ketika ditinggal oleh orang tuanya bekerja, anak-anak tersebut terlihat mencari pengasuh yang dianggap sebagai orang yang paling dekat dengannya pada hari itu. ketika pengasuh sedang berinteraksi dengan peneliti anak-anak itu meminta perhatian pengasuh dengan cara menangis
BAB IV, Hal 124
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KETUA PUSAT STUDI GENDER DAN ANAK (PSGA)
Hari/Tanggal : Rabu 12 Februari 2020 Waktu : 11:30-selesai
Nama Informan : Dr. Sururin, M. Ag.
Jabatan : Dekan FTIK (Mantan ketua PSGA) 1. Bagaimana cara PSGA mewujdukan kampus ramah
anak?
Gini, namanya aja PSGA ya, Pusat Studi Gender dan Anak karena disitu ada anak maka kita harus ehmmm... melakukan aktivitas karena yang dilakukan oleh PSGA itu tidak sekedar wacana bagaimana menyusun, membuat lingkungan yang ramah anak tapi juga dalam bentuk implementasi dan salah satu bentuknya adalah membuat Day Care karena kita ingin bahwa anak terpenuhi hak-haknya, yang pertama adalah hak anak untuk memperoleh ASI, ASI itu yang terbaik 2 tahun dan ada ASI eksklusif itu 6 bulan. Bagaimana agar ibu-ibu yang menjadi dosen dan karyawan di UIN Jakarta bisa menjalani tugasnya dengan baik tanpa meninggalkan bagaimana bisa memberikan ASI, karena ASI itu kan tidak hanya bisa diberikan langsung kepada anak tapi juga bisa kita ambil dulu dan kemudian kita simpan, maka PSGA pada saat saya menjadi ketua waktu itu ya membuat ruang laktasi dan ruangan itu sederhana sekali hanya dibutuhkan ruang kecil yang tertutup ada wastafel untuk mencuci tangan biar steril, ada tempat duduk yang nyaman, ada kulkas untuk menyimpan ASI. Jadi
sangat sederhana sekali asalkan tertutup jadi privasi seorang ibu ketika dia memerah ASI nya terjalankan dengan baik dan privasinya terjaga, itu terkait kampus ramah anak. Jadi kita mngadakan waktu itu bagaimana anak mendapatkan ASI dengan baik, dari program itu kita memberikan pengaplikasian atau implementasi berupa ruang laktasi di semua fakultas, akan tetapi hal itu tidak memungkinkan terjadi. Nah kalau itu pengaplikasian ASI untuk usia 0-2 tahun kemudian apa yang bisa kita lakukan untuk periode berikutnya? Periode berikutnya untuk anak 2-4 tahun kita membuat Day Care yang lagi-lagi sebagai upaya agar hak anak terpenuhi. Day Care itu sudah lama ingin di rencanakan dan menjadi inisiasi oleh PSW pada waktu itu, Dharma Wanita, Fakultas Psikologi, bahkan Fakultas Kesehatan juga. Jadi gini, nah PSGA pengganti PSW akhirnya menindak lanjuti itu sebenarnya sudah lama dibuat proposal dan alhamdulillah ketika saya menjadi kepala PSGA bisa mewujudkan Day Care. Kemudian apa yang bisa kita lakukan untuk memberikan perlindungan pada anak sesuai dengan hak anak untuk mendapatkan perhatian, sentuhan, kasih sayang, dan sebagainya juga mungkin pendidikan dasar sesuai usianya mungkin bisa terpenuhi maka kemudian kita membuat Day Care. Dan ini dalam rangka mewujudkan kampus ramah anak selain kita membuat ruang Laktasi kami juga membuat Day Care.
2. Apa tujuan dibentuknya program Day Care?
Sebenernya gini, dibentuknya Day Care dalam rangka untuk yang pertama memberikan hak-hak anak untuk bisa
memberikan perlindungan, pendidikan, dan sebagainya gitu kan.. jadi tujuannya untuk itu melindungi hak-hak anak sesuai dengan hak dia untuk dekat dengan ibunya, mendapatkan masa-masa bermain yang baik, oleh karena itu didalam membentuk Day Care misalnya dalam persiapannya kita tidak hanya konsultasi dengan bagian kesehatan tetapi juga kebetulan kita punya Fakultas Psikologi, maka kemudian disini bagaimana perspektif psikologinya, kita punya Fakultas Pendidikan bagaimana perspektif pendidikan nya, kita punya Fakultas Kesehatan dan Kedokteran bagaimana perspektif kesehatan nya. Sehingga ini bisa seiring berjalan yang membuat kebutuhan anak-anak dalam hal misalnya kebutuhan tumbuh kembang fisik nya dapat terperhatikan dengan baik.
Jadi tujuan nya kesana, tetep orang tua bisa deket dengan anak nya, orang tua juga bisa menitipkan dengan baik, dan kita ciptakan ruangan senyaman mungkin untuk anak.
3. Seberapa penting program Day Caredalam menggantikan pola asuh orang tua bekerja di UIN Jakarta?
Sebenernya menurut saya bukan menggantikan pola asuh ya, tapi lebih ke melengkapi pola asuh jadi gini Day Care itu punya kurikulum dan punya tujuan, ketika punya tujuan dia punya program yang walaupun itu sederhana dan kita mencoba menyusun itu dengan baik disesuaikan dengan kondisi tumbuh kembang anak, periode anak itu masanya bagaimana, dan semua itu harus ada ilmunya. Dan kita punya semua sumber daya ilmu itu. Dari Psikologi selalu ada pantauan dari aspek Psikologi mbak Zulfa yang langsung menangani kebetulan dia
Psikolog anak. Kebetulan waktu zaman saya, saya punya program prioritas yang menurut saya walaupun sederhana Day Care ini merupakan program prioritas yang artinya karena PSGA A nya itu anak dan G Gender yang artinya bagaimana agar tidak bias gender dan lebih memihak kepada yang maksud saya terdiskriminasi atau apapun double burden yang biasa lah terkait dengan gender. Tapi menurut saya itu bagian yang harus kita amati dan menurut saya itu tidak langsung menggantikan pola asuh anak engga, tapi mungkin melengkapi, menyeimbangi, itu yang kita lakukan. Karena saya paham dosen-dosen UIN insya Allah bahwa memberikan pola asuh yang baik sehingga kami itu tidak menggantikan tapi melengkapi dimana orang tua itu tidak sempat, jadi seperti itu.
Hanya saja ini ada di kampus maka dengan begitu ada tujuan, program, ada kegiatan-kegiatan yang memang tersistematisasi dengan baik. Itu aja, kalo bahasanya menggantikan kok kurang tepat nah menurut saya tuh melengkapi ketika orang tua tidak bisa, kita yang menggantikan. Nah disitu ada program nya termasuk program visit dokter anak tiap bulan, mereka tidak dibayar karena kami tidak ada anggaran untuk itu, andaikan dibayar pun salah jadi judulnya adalah pengabdian bagi masyarakat di lingkungan kampus yaitu di Day Care. Jadi itu yang kami lakukan dengan membayarkan sejumlah uang untuk menitipkan anak lengkap dengan pemeriksaan dokter nya, ya selain makan tiap hari jumat nya, dan pengasuhan-pengasuhan yang lain dengan beberapa kurikulum dan program.
4. Bagaimana alur pemberian program pengasuhan yang diberikan oleh Day Care UIN Jakarta?
Hmmm.. prosedurnya sudah ada semua yang jelas sudah ada semua kami sudah membuat SOP nya dari jadwal minute to minute hingga hours to hours itu ada semua. Seinget saya semuanya tuh lengkap bahkan kita sampai punya kurikulumnya. Kira-kira seperti pengembangan motorik halusnya bagaimana, motorik kasarnya bagaimana. Jadi gini...
kalo alur sampai ke pemberian pola asuh anak itu, anak yang mau dimasukan ke Day Carepertama harus masuk ke waiting list dulu karena kan gantian juga sama yang lagi disana nunggu keluar kalo udah umur 4 tahun soalnya kan diwajibkan ngelanjutin TK kalo disini. Kalo udah ada slot bisa masuk baru kita hubungi, nah sampai disitu ga langsung masuk masih ada tahap ke 2 yaitu tahap trial atau penyesuaian anak terhadap lingkungan Day Care dan pengasuhnya yaaa bisa dibilang tahap adaptasi lah gitu, kalo anak kurang srek atau sesuai dia itu biasanya gamau ditinggal sama orang tua nya dan nangis terus, kalo sampe dua hari masih kaya gitu yaa kita konsultasi lagi ke orang tua nya. Apa anak nya mau dititipin kesini atau mau cari tempat lain. Gitu... nah buat anak yang lolos tahap trial atau adaptasi tadi selama 2 hari, kita langsung hubungin orang tua nya buat melakukan registrasi atau pembayaran ke PSGA nya dan kita kasih formulir pendaftaran yang harus diisi orang tua nya langsung. Setelah itu anak otomatis akan menjadi peserta Day Care secara bulanan.
5. Apakah tujuan pemberian program Day Care sudah tercapai?
Jadi gini, program Day Care hmm... karena saya sudah tidak disana untuk tau persis tujuan sudah tercapai atau belum paling tidak gini, tujuan kami untuk mendirikan Day Care paling tidak agar orang tua itu bisa nyaman bekerja tanpa hmmm...
masih bisa peduli, masih memperhatikan, masih bisa ngikutin terus perkembangan anak itu sebenernya tujuan di dirikan Day Care. Karena beberapa dosen dan karyawan UIN Jakarta yang bawa anak bisa nitipin disana ada yang puas ada yang tidak puas yaa... karena gini kalo program kan kegiatan yang ada di dalamnya kan ada tujuan ada program, nah program ini sudah mengarah kepada tujuan kalo menurut saya sudah sesuai dengan apa yang kita rencanakan gitu aja sih, walaupun kami masih punya banyak mimpi yang belum ter realisasikan tapi paling tidak sudah ada Day Care. Pada waktu itu saya sudah merencanakan ini harus gini dan begini, dan alhamdulillah ter realisasi gituloh. Kita membangun budaya dimana antar pengelola dan pengasuh Day Care mempunyai Chemistry yang nyambung. Jadi antara saya dan pengasuh itu sudah kaya saudara dan kalo ada apa-apa pasti cerita gitu. Nah artinya apa?
Lingkungan yang mendukung itu juga sangat mendukung kesuksesan ketercapapian sebuah program yang sudah kita rencanakan. Ketika kita sudah membuat satu sistem mekanisme dan kemudian didukung dengan budaya, dengan rasa memiliki, rasa saling melengkapi, itu nyaman dan itu yang
saya ciptakan dalam hal ini. Sehingga temen-temen Day Care dan kita itu saling support.
6. Apakah ada hambatan yang dialami oleh Day Care UIN Jakarta dalam mencapai tujuan?
Gini, ekspetasi orang tua tuh seringkali tinggi. Yang belum tercapai adalah kami ingin mengintergerasikan bahwa saya menamakan Day Care itu adalah Lab Terpadu untuk Fakultas pendidikan maksudnya itu Tarbiyah, Fakultast Psikologi, Fakultas Kesehatan, Kedokteran, itu yang sekarang saya malah belum menemukan itu. Yang saya rasa belum tercapai justru bukan bagaimana anak itu mendapatkan program, tapi bahwa kebermanfaatan Day Care sebagai pusat atau Laboratorium Terpadu untuk tumbuh kembang anak itu yang belum ada.
Dulu saya sempet senang ketika ada Mba Zulfa sebagai psikolog anak, kemudian ada Dokter Reva, jadi kan bisa mendata. Nah repotnya lagi kan orang tua yang menitipkan di Day Care gamau kalo anaknya menjadi objek ya kan repot padahal kan untuk pengamatan bagaimana keseharian nya, ternayata ga semua orang tua itu mau. Waktu itu ada yang komplain dia gamau anaknya jadi objek penelitian, padahal kan bukan objek penelitian, loh bukan nya objek penelitian kita kan ga merugikan orang tua juga.. jadi yang terakhir ini kami merasa sudah mencapai tujuan, tujuan yang mana ini? Kalau sebagai Lab Terpadu tumbuh kembang anak untuk 3 fakultas itu belum, kalau untuk melengkapi pengasuhan orang tua yang bekerja disini ya saya kira sebagian sudah tapi belum ada penelitian nya jadi saya rasa harus ada penelitian lebih lanjut
lagi. Sampeyan yang harus meneliti ini hehe. jadi kalo apakah ada hambatan Day Care dalam mencapai tujuan, kalau tujuan Lab Terpadu itu belum. Tapi kalo untuk melengkapi pengasuhan mungkin iya, bahwa ini pada anak secara fisik, motorik halus, kasar, psikologisnya, spiritualnya, mungkin sudah.
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KETUA PUSAT STUDI GENDER DAN ANAK (PSGA)
Hari/Tanggal : Rabu 19 Februari 2020 Waktu : 13:30 - selesai
Nama Informan : Prof. Dr. Ulfah Fajarini, M. Si.
Jabatan : Ketua Pusat Studi Gender dan Anak 1. Bagaimana cara PSGA mewujdukan kampus ramah
anak?
Kampus ramah anak itu kan artinya dia aman dan nyaman untuk anak, saya sebenrnya disini nganggep nya masih belum kaya perpustakaan anak, pojok bermain buat anak, kalau ini sih belum gitu.. tetapi diusahakan, kalo saya ya kampus ramah anak itu implementasi nya seperti misal ada pegawi terus dia bawa anak ya gak apa-apa gitu loh fine-fine aja, kita terima lah bagaimana orang itu dia bisa berkarir kalau dia kepikiran sama anak nya. tetapi di UIN ini belum ada kan kalo kamu suka liat kaya di bandara kan ada playground, terusnya ada perpustakaan anak ya minimal buat lari-lari di taman kan lumayan lah, ya sementara ini yang saya lakukan adalah kalo ada pegawai, karyawan, staff, bahkan dosen yang bawa anak untuk dia bekerja selama itu tidak sangat mengganggu ya gak apa-apa.
2. Apa tujuan dibentuknya program Day Care?
Tujuan nya itukan pertama dari awal dari Bu Sururin, tapi yang saya tau adalah seorang ibu itu dia ingin bekerja tapi kan anaknya itu siapa yang jaga, nah Day Care itu membantu
karyawan dan karyawati serta dosen itu yang mempunyai anak supaya dia bisa tetap berkarir, tujuan nya seperti itu.
3. Seberapa penting program Day Caredalam menggantikan pola asuh orang tua bekerja di UIN Jakarta?
Kalo menurut saya sih orang yang punya anak kecil terus dia bisa kuliah lagi dia bisa ngajar maka anaknya di taroh di Day Care terus dia merasa aman itu sih penting banget dibanding dengan dititipkan sama pembantu rumah tangga. Pembantu rumah tangga kan bagaimana pun juga pendidikan nya dibawah lah, gak ada kurikulumnya, gak ada program-program nya, gak bersosialisasi dengan yang lain, jadi yang masuk ke anak tuh gak ada. Jadi maksud saya sih penting banget sih gitu.
4. Bagaimana alur pemberian program pengasuhan yang diberikan oleh Day Care UIN Jakarta?
Jadi dia harus daftar, waiting list sih.. karena memang Day Care disini jika dibandingkan dengan yang ada di UI atau di UNJ fasilitasnya sangat di bawah, itu udah lumayan banget dapet seperti itu ruangan seperti itu, tapi yang di UIN itu bener-bener dia bayaran nya mahal, mahal sekali... bahkan uang muka nya aja delapan juta, perbulan bisa 3.500.000 rupiah, kalo disini kan cuma 750.000 sekarang baru mau naik jadi 1.000.000 itupun juga Day Care itu gak seperti dulu sekarang Day Care itu jadi pemasukan UIN jadi uang nya gak masuk ke PSGA jadi masuknya ke rekening UIN gitu.
5. Apakah tujuan pemberian program Day Care sudah tercapai?
Ini kan ada buku petunjuk teknis pembentukan Day Care ya skala nasional sih, ya menurut saya sih belum tercapai semua ya tapi minimal sudah ada.. PSGA itu di seluruh Indonesia yang ada Day Care nya itu baru berapa sedikit banget kayanya presentase nya, maksud saya dari puluhan PSGA yang ada di UIN maupun IAIN itu yang ada Day Care nya paling cuma tiga tempat di seluruh Indonesia, nah kalo mau ideal sih seperti yang ada dalam buku ini gitu.
Ini kan ada buku petunjuk teknis pembentukan Day Care ya skala nasional sih, ya menurut saya sih belum tercapai semua ya tapi minimal sudah ada.. PSGA itu di seluruh Indonesia yang ada Day Care nya itu baru berapa sedikit banget kayanya presentase nya, maksud saya dari puluhan PSGA yang ada di UIN maupun IAIN itu yang ada Day Care nya paling cuma tiga tempat di seluruh Indonesia, nah kalo mau ideal sih seperti yang ada dalam buku ini gitu.