commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Disusun Oleh BUDI DWI NURYANTI
K8408029
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Disusun Oleh BUDI DWI NURYANTI
K8408029
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Disusun Oleh BUDI DWI NURYANTI
K8408029
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Budi Dwi Nuryanti
Nim : K8408029
Jurusan/ Progam Studi: P.IPS/ Pendidikan Sosiologi Antropologi
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini benar-banar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012 Yang membuat pernyataan
Budi Dwi Nuryanti
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Disusun Oleh BUDI DWI NURYANTI
K8408029
Skripsi
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Disusun Oleh BUDI DWI NURYANTI
K8408029
Skripsi
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Disusun Oleh BUDI DWI NURYANTI
K8408029
Skripsi
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 2 Juli 2012
commit to user
commit to user
vi ABSTRAK
Budi Dwi Nuryanti. K8408029. “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK TAHUN PELAJARAN 2011/2012”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Juli. 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sosiologi kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 34 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik trianggulasi metode. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan, nilai rata-rata siswa 71,50 dengan persentase ketuntasan siswa sebesar 55,88%, siklus I nilai rata-rata siswa 73,35 dengan persentase ketuntasan siwa sebesar 67,65%, dan siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 80,12 dengan presentase ketuntasan siswa sebesar 85,29%.
Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaraan kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kata kunci : pembelajaran kooperatif, make a match, hasil belajar siswa , pembelajaran Sosiologi.
commit to user
ABSTRACTBudi Dwi Nuryanti. K8408029 “APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL MAKE A MATCH TECHNIQUE TO INCREASE STUDENT’S LEARNING RESULT IN SOCIOLOGY CLASS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK ACADEMIC YEAR 2011/2012”. Thesis.
Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University in July. 2012
The aim of this research is to determine application of cooperative learning model make a match technique to increase student’ learning result in sociology Class XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak Academic Year 2011/2012.
This research used classroom action research conducted by two cycles.
Every cycles consists of four steps i.e planning, implementation of the action, observation and reflection. The subjects of the research were students class XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak academic year 2011/2012 which is 34 students. The collecting data used interview, observation, test and documentation method.
Validity of the data used techniques of method triangulation. Data analysis used qualitative descriptive.
The result of the research showed that through the application of cooperative learning model make a match technique can be increased students’
cognitive learning result. This proved on the initial condition of research the average value of students were 71,50 with the completeness percentage of students 55,88%, on the first cycles the average value of students increased become 73,35 with the completeness percentage of students 67,65% and on the second cycles the everage value of students increased become 80,12 with the completeness percentage of students 85,29%.
The conclusion of this research is the application of cooperative learning model make a match technique can be increased students’ cognitive learning result class XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak academic year 2011/2012.
Keywords : cooperative learning, make a match, students’ learning result, sociology learning
commit to user
viii MOTTO
“Hay orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada ALLAH) dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya ALLAH beserta orang-orang yang sabar.
(Al-Baqarah: 45)
“Barang Siapa yang suka memberikan kemudahan kepada orang yang sedang dalam kesempitan, maka ALLAH akan memberikan kemudahan baginya
di dunia dan akhirat”
(H.R. Ibnu Majah)
commit to user
PERSEMBAHANKarya kecil nan istimewa ini penulis persembahkan kepada:
Bapak dan Ibuku Tercinta
Bapak (Kadianto) yang menjadi teladan bagiku untuk menjadi seorang yang baik dan kuat menghadapi tantangan dalam hidup ini, Ibu (Parti) seorang motivator
hidupku yang menguatkan hati menghadapi hidup ini.
Serta doa dan pengorbanan mereka yang tak pernah tergantikan apapun.
Adikku satu-satunya, Vivin Yunita Sari yang menjadi motivasiku dalam menyelesaikan skripsi ini.
Almamater kebanggaanku
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menghadapi banyak hambatan.
Namun berkat bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, sehinngga terselesaikannya skripsi ini. Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada:
1. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan. M.Si, a.n. Dekan, Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. MH. Sukarno,M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku pembimbing 1 yang dengan bijaksana dalam memberikan masukan, dorongan, bimbingan, dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Dra.Hj. Siti Rochani, M.Pd, selaku pembimbing Akademik yang telah memberi dukungan dan bimbingan.
5. Atik Catur Budiati, S.Sos, M.A selaku pembimbing II yang dengan bijaksana dalam memberikan masukan, dorongan, bimbingan, dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Drs. Wahyu Purnomojati. M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ngemplak yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian, dan Dra. Saptatiarti selaku guru sosiologi kelas XI SMA Negeri 1 Ngemplak serta siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak yang telah banyak membantu penulis dan menyediakan waktu dalam penelitian ini.
commit to user
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu segala kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca agar dapat memperbaiki penulisan yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user
xii DAFTAR ISI
JUDUL... ... i i
PERNYATAAN... ii
PENGAJUAN... ... iii
PERSETUJUAN... ... iv
HALAMAN PENGESAHAN... v
ABSTRAK... ... vi
MOTTO... ... viii
PERSEMBAHAN... ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... .... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN... ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Hasil Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA... .. 7
A. Kajian Pustaka... 7
1. Penelitian Tindakan Kelas... 7
2. Belajar . ... 13
3. Model Pembelajaran kooperatif Teknik Make a Match ... 19
4. Hasil Belajar... 25
5. Pembelajaran Sosiologi ... 30
B. Kerangka Berfikir... 31
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN... 34
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
B. Subyek Penelitian... 35
C. Data dan Sumber Data... .. 35
D. Pengumpulan Data ... 36
E. Uji Validitas Data... 38
F. Analisis Data... .. 39
G. Indikator Kinerja Penelitian... .. 40
H. Prosedur Penelitian... 40
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN... .... 45
A. Deskripsi Pratindakan... .. 45
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus... 50
1. Siklus I... ... 50
2. Siklus II... ... 60
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus... 70
D. Pembahasan... 75
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN……….... 78
A. Simpulan ... 78
B. Implikasi... 78
C. Saran... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
LAMPIRAN... 82
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Alokasi Waktu penelitian... 34
Tabel 4.1. Hasil Nilai Ulangan Harian Pratindakan... 47
Tabel 4.2. Hasil tes Ulangan Harian Siswa... 48
Tabel 4.3 Jadwal Penelitian Siklus I ... ... 50
Tabel 4.4. Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... ... 57
Tabel 4.5. Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... ... 58
Tabel 4.6. Jadwal Penelitian Siklus II... ... 60
Tabel 4.7. Hasil Tes Evaluasi Siklus II ... ... 67
Tabel 4.8. Hasil Tes Evaluasi Siklus II ... ... 68
Tabel 4.9. Perbandingan Nilai Terendah dan Tertinggi Antarsiklus ... 70
Tabel 4.10. Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Siswa Antarsiklus ... 71
Tabel 4.11. Perbandingan prosentase ketuntasan siswa Antarsiklus ... 72
Tabel 4.12. Perbandingan Jumlah Siswa mencapai KKM... 73
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Karangka berfikir Penelitian Tindakan Kelas ... 33
Gambar 3.1. Bagan Siklus Analisis Interaktif Milles Huberman... 39
Gambar 3.2. Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 41
Gambar 4.1. Grafik Frekuensi Nilai Ulangan Harian Siswa PraTindakan ... 47
Gambar 4.2. Grafik nilai Ulangan Harian Siswa PraTindakan... 48
Gambar 4.3. Grafik Frekuensi Nilai Tes Evaluasi Siklus I... 57
Gambar 4.4. Grafik Hasil Nilai Tes Evaluasi Siklus I ... 58
Gambar 4.5. Grafik Frekuensi Nilai Tes Evaluasi Siklus II ... 68
Gambar 4.6. Grafik Hasil Nilai Tes Evaluasi Siklus II ... 69
Gambar 4.7. Grafik Perbandingan Nilai Terendah dan Tertinggi Antarsiklus ... 71
Gambar 4.8. Perbandingan Nilai Rata-Rata Siswa Antarsiklus ... 72
Gambar 4.9. Perbandingan Prosentase ketuntasan Siswa... ... 73
Gambar 4.10. Perbandingan jumlah siswa yang mencapai KKM ... 74
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus ... 84
Lampiran 2. Daftar Absensi Siswa ... 85
Lampiran 3. Nilai Ulangan Harian Siswa Pratindakan ... 86
Lampiran 4. Catatan Lapangan Pratindakan ... 87
Lampiran 5. RPP Siklus I Pertemuan 1... 89
Lampiran 6. RPP Siklus I Pertemuan 2... 93
Lampiran 7. RPP Siklus I Pertemuan 3... 98
Lampiran 8. Materi RPP Siklus I ... 102
Lampiran 9. Pembelajaran Make a Match Siklus I ... 108
Lampiran 10. Soal Evaluasi Siklus I ... 113
Lampiran 11. Kunci Jawaban Soal Tes Evaluasi Siklus I... 119
Lampiran 12. Nilai Siswa Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... 122
Lampiran 13. Lembar Observasi Siklus I Pertemuan I ... 123
Lampiran 14. Lembar Observasi Siklus I Pertemuan 2 ... 125
Lampiran 15. Lembar Observasi Siklus I Pertemuan 3 ... 127
Lampiran 16. Catatan Lapangan Siklus I... 129
Lampiran 17. RPP Siklus II pertemuan 1 ... 135
Lampiran 18. RPP Siklus II Pertemuan 2 ... 139
Lampiran 19. RPP Siklus II Pertemuan 3 ... 143
Lampiran 20. Materi RPP Siklus II... 147
Lampiran 21. Pembelajaran Make a match Siklus II ... 150
Lampiran 22. Soal Evaluasi Siklus II... 160
Lampiran 23. Kunci Jawaban Tes Evaluasi Siklus II ... 167
Lampiran 24. Nilai Siswa Hasil Tes Evaluasi Siklus II ... 170
Lampiran 25. Lembar Observasi Siklus II Pertemuan 1 ... 171
Lampiran 26. Lembar Observasi Siklus II Pertemuan 2 ... 173
Lampiran 27. Lembar Observasi Siklus II Pertemuan 3 ... 175
Lampiran 28. Catatan Lapangan Siklus II ... 177
Lampiran 29. Pedoman Wawancara (Guru)... 182
commit to user
Lampiran 30. Pedoman Wawancara (Siswa) ... 183
Lampiran 31. Hasil Wawancara (Guru) ... 184
Lampiran 32. Hasil Wawancara (Siswa)... 186
Lampiran 33. Gambar-gambar Kegiatan……….. 190 Lampiran 34. Surat-surat Ijin Penelitian
commit to user
1BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan penting. Banyak perhatian khusus yang diarahkan pada perkembangan dan kemajuan pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk menumbuh kembangkan sumber daya manusia dalam proses belajar mengajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Keberhasilan dalam menempuh setiap jalur pendidikan yang telah di tempuh, diukur berdasarkan hasil belajar dari masing- masing peserta didik.
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan dengan pembaharuan kurikulum pendidikan. Saat ini kurikulum yang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Secara umum, menurut E. Mulyasa (2007: 22) tujuan diterapkannya KTSP ini adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Menurut Suharsimi Arikunto,dkk, (2009:2) berdasarkan hak otonom yang diberikan, sekolah sebagai satuan pendidikan harus mampu mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan kondisi sekolah, sehingga kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut dapat berjalan secara efektif dan kondusif. Prinsip dalam pengembangan KTSP adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan lingkunganya. Dalam hal ini seorang guru dituntut kreatif dalam memilih serta mengembangkan materi pembelajaran.
Guru merupakan tenaga pengajar atau pendidik yang secara langsung terlibat dalam proses belajar mengajar, maka guru sebagai pendidik memegang
commit to user
peranan penting dalam menentukan hasil belajar yang akan dicapai siswa dan memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, baik sebagai ujung tombak peningkatan mutu pendidikan, pengajar maupun pendidik sehingga guru dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi yang diperlukan agar materi yang disampaikan dapat diterima dangan baik. Begitu pentingnya peranan guru, sehingga Basrowi (2008:5) mengemukakan bahwa mutu guru akan sangat menentukan mutu generasi muda. Oleh karena itu, peningkatan mutu generasi muda dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas pembelajaran.
Dalam hal ini, guru menggunakan strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa membangun pengetahuan di benak mereka sendiri.
Bagi seorang guru, mengajar adalah aktivitas utama. Oleh karena itu, ia layak disebut guru, karena ada transfer ilmu kepada siswa. Untuk dapat membantu daya kreatif dan perkembangan siswa, dibutuhkan pendidik yang kreatif, inovatif, menguasai banyak metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan, situasi, dan intelegensi anak. Model pembelajaran yang digunakan guru sangat berpengaruh dalam menciptakan situasi belajar yang benar-benar menyenangkan dan mendukung kelancaran proses belajar mengajar, serta sangat membantu dalam pencapaian prestasi belajar yang memuaskan.
Kekurang aktifan dan rendahnya hasil belajar siswa merupakan fenomena yang umum terjadi di dalam pembelajaran. Jika hal tersebut tidak segera diatasi pembelajaran lebih lanjut tidak akan memberikan hasil yang optimal dan makin lama akan semakin buruk hasilnya. Pemahaman siswa merupakan hal yang sangat penting bagi tenaga pengajar didalam proses belajar mengajar, sehingga dapat menciptakan situasi dan kondisi yang tepat di dalam proses belajar mengajar serta memberi pengaruh yang optimal bagi siswa untuk mencapai hasil belajar yang baik. Dalam rangka meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa melalui kegiatan belajar mengajar di kelas, guru perlu mengembangkan kreativitasnya dan terus berinovasi dalam menata kembali desain pembelajaran yang selama ini di gunakan. Hal ini merupakan suatu tuntutan yang harus dilakukan oleh guru
commit to user
3
sehingga dengan perubahan ini diharapkan dapat memberikan kemajuan pada pola pikir siswa.
Sekolah menegah atas (SMA) adalah salah satu dari lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang siap bersaing untuk bisa melanjutkan studi akademik di perguruan tinggi negeri. Salah satu mata pelajaran yang ada di kurikulum SMA adalah Sosiologi. Sosiologi merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional untuk program Ilmu Sosial.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh penulis terhadap guru mata pelajaran sosiologi SMA Negeri 1 Ngemplak di temukan adanya permasalahan – permasalahan yang muncul dalam kegiatan belajar mengajar khususnya mata pelajaran Sosiologi, sebagai mata pelajaran pokok yang harus benar – benar di kuasai oleh para siswa ternyata masih terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajarinya, sehingga menghasilkan belajar yang kurang optimal.
Permasalahan – permasalahan yang terjadi dapat di kemukakan sebagai berikut:
(1). Kekurang aktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran; (2). Kurang tepatnya model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam menyampaikan materi di kelas; (3). Nilai rata – rata kelas belum memenuhi nilai KKM pelajaran sosiologi.
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti terhadap guru mata pelajaran sosiologi pada kelas XI IPS 2 SMA N 1 Ngemplak yang terdiri dari 34 siswa, dalam mata pelajaran sosiologi yang batas ketuntasannya (KKM) nya 72, diperoleh bahwa siswa yang mampu mencapai >72 hanya 55,88%. Sisanya memperoleh nilai di bawah batas ketuntasan nilai minimal. Dari hal tersebut menjadi permasalahan yang dipandang peneliti perlu segera diatasi. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sosiologi. Berangkat dari kondisi tersebut maka, penulis tergerak untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif. Dengan pembelajaran kooperatif ini diharapkan hasil belajar siswa meningkat
Banyak kendala yang dihadapi siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang secara keseluruhan menimbulkan kesulitan bagi siswa. Selain itu proses transfer ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh guru selama ini masih konvensional, kegiatan yang di lakukan siswa di dalam proses belajar mengajar
commit to user
adalah mendengar dan mencatat apa yang disampaikan guru. Adapun faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar adalah model mengajar yang digunakan guru. Dalam rangka menciptakan proses pembelajaran yang efektif agar hasil yang di capai siswa dapat optimal maka diperlukan usaha dari guru dalam memotivasi seluruh siswa untuk belajar dan saling membantu belajar satu sama lain serta usaha dari guru untuk dapat menyusun kegiatan kelas sedemikian rupa sehingga siswa dapat memahami ide, konsep, dan ketrampilan yang di berikan.
Penerapan model pembelajaran kooperatif di dalam kelas dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik. Melalui kegiatan belajar dengan teman sebaya maka akan membantu siswa dalam memahami konsep yang sulit. Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe pendekatan yang salah satu di antaranya adalah make a match. Pemilihan teknik make a match pada penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang dihadapi di kelas yang akan diberikan tindakan. make a match digunakan untuk menumbuhkan keaktifan siswa saling memberi semangat dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif teknik make a match dicirikan oleh permainan kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban. Keberhasilan belajar menurut model pembelajaran kooperatif teknik make a macth ini bukan semata – mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh melainkan perolehan belajar itu akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama – sama dalam kelompok kecil.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan penulis mengangkat judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik make a match sebagai Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Sosiologi Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012”.
commit to user
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
“Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sosiologi di Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan secara umum adalah untuk memperbaiki pembelajaran sosiologi di SMA Negeri 1 Ngemplak, sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam meningkatan hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran sosiologi kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Dalam suatu penelitian diharapkan mampu untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Manfaatnya antara lain :
1. Manfaat Teoretis
a. Untuk menambah pengetahuan guru dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakter siswa seperti penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam pembelajaran sosiologi. make a macth merupakan salah satu teknik dalam pembelajaran kooperatif yang membentuk kelompok berpasangan yang dalam pelaksanaannya menggunakan media kartu soal dan kartu jawaban.
b. Sebagai bahan referensi bagi pembaca yang akan melakukan penelitian lanjutan yang relevan dengan penelitian ini.
2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa
Memberikan kemudahan bagi siswa dalam mempelajari ilmu sosiologi sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi dapat meningkat.
commit to user
b. Bagi guruMemberikan informasi kepada guru mata pelajaran sosiologi, tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam proses pembelajaran sosiologi, sebagai solusi alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih menyenangkan dan mudah di pahami oleh siswa sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi juga meningkat.
c. Bagi sekolah
Sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran, meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan hasil belajar siswa dan kinerja guru.
commit to user
7BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas
a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Menurut pendapat Suharsimi Arikunto (2009: 22-23) yang menjelaskan pengertian Penelitian Tindakan Kelas secara lebih sistematis yaitu :
1) Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2) Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3) Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok sisea yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dari ketiga pengertian diatas, yakni penelitian, tindakan, kelas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.
Suyanto (1997:4) berpendapat bahwa “penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan- tindakan tertentu agar dapat mempebaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional”. Sedangkan Ebbut dalam Basrowi dan Suwandi (2008:26) berpendapat bahwa”penelitian tindakan kelas merupakan studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki
commit to user
praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut”.
Dari definisi di atas disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan- tindakan tertentu agar dapat dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara profesional. penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada interaksi belajar siswa, penggunaan metode mengajar, penggunaan metode mengajar, penggunaan media pengajaran, pendekatan evaluasi yang dilakukan, dan sebagainya. Dengan demikian penelitian tindakan untuk memperbaiki praktek-praktek pembelajaran menjadi lebih efektif.
b. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Suharsimi Arikunto (2009:60-61) berpendapat bahwa “Tujuan utama Penelitian tindakan kelas adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas”. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Suyanto dalam Basrowi dan Suwandi (2008:52) berpendapat bahwa “Tujuan akhir dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan (1) kualitas praktik pembelajaran di sekolah, (2) relevansi pendidikan, (3) mutu hasil pendidikan, dan (4) efisiensi pengelolaan pendidikan.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas bertujuan untuk meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di kelas serta kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya. Pada intinya penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.
commit to user
9
c. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas mempunyai karakter tersendiri jika dibandingkan dengan penelitian lain pada umumnya. Beberapa karakteristik penelitian tindakan kelas menurut Basrowi dan Suwandi, (2008:36-37) adalah sebagai berikut :
1) Penelitian tindakan kelas sifatnya situsional, berkaitan dengan upaya mendiagnosis masalah dalam konteks tertentu, yaitu di kelas dalam sekolah dan berupaya menyelesaikan dalam konteks tersebut.
2) Penelitian tindakan kelas merupakan upaya kolaboratif antara guru dan siswa-siswanya, yaitu satu satuan kerjasama dengan perspekstif berbeda, bisa juga antara guru dan kepala sekolah. Kerjasama ini sendiri bersifat partisipatori, yaitu setiap anggota tim secara langsung mengambil bagian dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dari tahap awal sampai tahap akhir.
3) Penelitian tindakan kelas bersifat self evaluative, dimana kegiatan merupakan modifikasi praktis yang dilakukan secara kontinu, dievaluasi dalam situasi yang berjalan.
4) Penelitian tindakan kelas bersifat luwes dan menyesuaikan, adanya penyesuaian ini menjadikannya suatu prosedur yang cocok untuk bekerja di kelas, yang memiliki banyak kendala yang melatarbelakangi masalah di sekolah.
5) Penelitian Tindakan Kelas terutama memanfaatkan data pengamatan dan perilaku empirik, perubahan kemajuandicermati dari peristiwa-peristiwa, dari waktu ke waktu, bukan sekedar impersionistik-subjektif, melainkan dengan evaluasi formatif.
6) Keketatan ilmiah penelitian tindakan kelas memang agak longgar, dimana Penelitian Tindakan Kelas merupakan antitesis dari desain penelitian eksperimental yang sebenarnya, sifat sasarannya situasional-spesifik, tujuannya pemecahan masalah praktis, sampel populasinya terbatas dan tidak representatif. Oleh karena itu temuan-temuannya tidak dapat digeneralisasikan.
commit to user
Sedangkan menurut Mc.Niff dalam Basrowi dan Suwandi (2008:36), Penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik yang bersifat umum, yaitu sebagai berikut. (1) penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru sendiri, (2) penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan praktik factual, dan (3) adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas yang bersangkutan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas ini merupakan tindakan-tindakan alternatif yang telah direncanakan oleh seorang guru. Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian yang lainnya, meskipun pada semua penelitian berupaya untuk memecahkan suatu masalah, namun Penelitian tindakan kelas dilihat dari masalah yang harus dipecahkan, masalah yang diangkat untuk dipecahkan berangkat dari awal pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru.
d. Cara Melakukan Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Mulyasa (2008:156-157), Untuk dapat melakukan penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu guru harus memiliki beberapa hal berikut : (a) perasaan ketidakpuasan terhadap praktek pembelajaran; (b) berani dan jujur terhadap diri sendiri; (c) memahami kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran yang dilakukannya.
Beberapa langkah umum yang harus diperhatikan guru dalam mengembangkan rancangan penelitian tindakan kelas, adalah sebagai berikut.
1) Identifikasi masalah
2) Analisis masalah dan menentukan berbagai faktor penyebabnya
3) Merumuskan ide-ide sementara tentang berbagai faktor penting yang berkaitan dengan masalah
4) Mengumpulkan dan menafsirkan data untuk mengembangkan alternative tindakan
5) Merumuskan tindakan 6) Menilai hasil tindakan
Beberapa petunjuk praktis yang harus diperhatikan guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas, dikemukakakan McNiff (1991), sebagai berikut:
commit to user
11
1) Mulailah dari hal-hal kecil yang terjadi dalam pembelajaran di kelas 2) Kembangkan desain penelitian tindakan kan secara cermat
3) Buatlah jadwal sesuai dengan kemampuan dan waktu yang tersedia secara realistik
4) Konsultasikan dan diskusikan hasil penelitian tindakan dengan orang lain 5) Carilah dukungan informasi dari pihak lain untuk memperkokoh asumsi
tindakan yang akan dilakukan
6) Ciptakanlah system umpan balik untuk melakukan koreksi terhadap setiap langkah yang dilakukan
7) Buatlah jadwal penulisan laporan tindakan kelas yang telah dilakukan baik secara formal maupun informal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa didalam penelitian tindakan kelas harus sesuai dengan cara-cara melakukan Penelitian tindakan kelas yang berawal dari ketidakpuasan akan praktik pembelajaran dan adanya masalah- masalah dalam proses pembelajaran.
e. Langkah Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Secara umum, terdapat empat tahap dalam melakukan penelitian tindakan kelas, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Berikut ini adalah gambaran keempat tahapan dalam penelitian tindakan kelas yang dikemukakakan oleh Arikunto dalam Suyadi (20011:49-67).
1) Tahap I : Perencanaan
Langkah pertama dalam penelitian tindakan kelas adalah melakukan perencanaan secara matang dan teliti. Pada masing-masing kegiatan, terdapat sub-sub kegiatan yang sebaiknya dilaksanakan untuk menunjang sempurnanya tahap perencanaan.
2) Tahap II : Pelaksanaan
Tahap kedua dari penelitian tindakan kelas adalah palaksanaan. Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak dikelas.
3) Tahap III : Observasi
commit to user
Tahap ketiga dalam penelitian tindakan kelas adalah observasi. Pof. Supardi menyatakan bahwa observasi yang dimaksud pada tahap III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk memotret sejauh mana efek tindakan telah mencapai sasaran.
4) Tahap IV :Refleksi
Tahap keempat atau terakhir dalam penelitian tindakan kelas adalah refleksi.
Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan.
Menurut Suyadi (2011:65-66), siklus dalam penelitian tindakan kelas adalah putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan hingga pada refleksi.
Dalam hal ini, yang dimaksud siklus-siklus dalam penelitian tindakan kelas adalah satu putaran penuh tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas, sebagaimana disebutkan di atas. Jadi, satu siklus adalah kegiatan penelitian yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Jika dalam penelitian tindakan kelas terdapat lebih dari satu siklus, maka siklus kedua dan seterusnya merupakan putaran ulang dari tahapan sebelumnya.
Hanya saja, antara siklus pertama, kedua, dan selanjutnya selalu mengalami perbaikan setahap demi setahap. Jadi antara siklus yang satu dengan yang lain tidak akan pernah sama, meskipun melalui tahap-tahap yang sama.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum langkah penelitian tindakan kelas adalah perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Langkah-langkah tersebut dilakukan secara berurutan, dan langkah- langkah tersebut saling berkaitan dalam pelaksanaan penelitian. Di dalam penelitian tindakan kelas terdapat siklus-siklus yang merupakan perulangan rangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai.
f. Urgensi Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Basrowi dan Suwandi (2008:51), alasan pentingnya penelitian tindakan kelas dilakukan, antara lain seperti berikut ini.
commit to user
13
1) Penelitian tindakan kelas menawarkan suatu cara baru untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar dikelas.
2) Penelitian tindakan kelas membuat guru dapat meneliti dan mengkaji sendiri kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dilakukan di kelas sehingga permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan aktual.
3) Penelitian tindakan kelas tidak membuat guru meninggalkan tugasnya, artinya guru tetap melakukan kegiatan mengajar seperti biasa, namun pada saat yang bersamaan dan secara terintegrasi, guru melaksanakan penelitian.
4) Penelitian tindakan kelas akan menjembati kesenjangan antara teori dan praktik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas sangat penting dalan dunia pendidikan. Sesuai dengan tujuan dari penelitian tindakan kelas yaitu memperbaiki kualitas pembelajaran serta meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran.
2. Belajar
a. Pengertian Belajar
Dimyati dan Mudjiono (2006: 7) berpandangan bahwa “Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dan dilakukan oleh setiap orang. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri”. (Slameto, 2003:2) berpendapat bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar.
Cronbach, Harold Spears, Morgan dan Geoch dalam Agus Suprijono (2009:2-3) sebagai berikut :
1) Cronbach memberikan definisi :
“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”.
commit to user
“Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.
2) Harold Spears memberikan batasan:
“Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.
Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.
3) Morgan, mendefinisikan :
Learning is any relatively permanent change in behavior that a result of past experience
“belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.”
4) Geoch, mengatakan :
“Learning is a change in performance as a result of practice”.
Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.
Beberapa ciri belajar menurut Darsono Dalam Hamdani (2011:22) adalah sebagai berikut.
1) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan.
2) Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
3) Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan.
4) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar.
Ciri – ciri umum dari kegiatan belajar menurut (Aunurrahman, 2009: 35 – 37), diantaranya yaitu:
1) Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Dalam aspek ini kita memahami begitu banyak aktivitas seseorang merupakan cerminan dari kegiatan belajar, walaupun diri individu tersebut tidak secara nyata memahami bahwa dirinya melakukan kegiatan belajar.
2) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek – obyek lain yang
commit to user
15
memungkinkan individu memperoleh pengalaman – pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun yang pernah diperoleh akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi.
3) Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang berkenaan dengan aspek psikomotorik, aspek afektif dan aspek kognitif (kemampuan berfikir).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar itu merupakan suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Slameto (2003: 54) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar digolongkan menjadi faktor intern danfaktor ekstern.
1) Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan.
a) Faktor jasmaniah (1) Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian- bagiannya yang bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan ikut terganggu apabila kesehatannya juga terganggu, sehingga hal tersebut berpengaruh pula pada hasil belajar yang akan dicapainya.
(2) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat tubuh juga
commit to user
mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat tubuhnya, belajarnya juga akan terganggu.
b)Faktor psikologis
Ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
(1) Intelegensi
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
(2) Perhatian
Perhatian ialah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju pada suatu objek (benda atau hal) atau sekumpulan objek.
(3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.
(4) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru akan menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu.
(5) Motif
Motif erat kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar
commit to user
17
dapat belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar. Motif yang kuat sangatlah perlu dalam belajar, dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan maupun kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang kuat.
(6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
Anak yang sudah matang (siap) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.
(7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau reaksi.
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesipaan perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
c) Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi belajar, karena apabila jasmani dan rohani mengalami kelelahan maka sulit sekali untuk berkosentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar. Faktor ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
a) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa tingkat pendidikan orang tua, hubungan antara anggota keluarga, fasilitas belajar, dan keadaan ekonomi.
commit to user
(1) Tingkat pendidikan orang tuaTingkat pendidikan orang tua berkaitan erat dengan cara mendidik anak. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak tidak berhasil dalam belajarnya, sehingga hasil yang didapatkan tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya.
(2) Hubungan antara anggota keluarga
Hubungan antara anggota keluarga yang terpenting adalah orang tua dengan anaknya. Demi kelancaran serta keberhasilan anak, perlu diusahakan hubungan yang baik di dalam keluarga anak tersebut yaitu hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukumanhukuman untuk mensukseskan belajar anak.
(3) Penyediaan fasilitas belajar
Penyediaan fasilitas belajar di rumah dapat memperlancar proses belajar anak, apalagi dengan didukung suasana rumah yang nyaman untuk belajar. Suasana rumah yang tenang dan tenteram perlu diciptakan agar anak dapat belajar dengan baik.
(4) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu. Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhaitannya untuk belajar.
b) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat.
commit to user
19
Hal-hal yang berengaurh tersebut antara lain kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu pembelajaran dan hasil proses pembelajaran itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor eksternal maupun internal. Yang mana kedua factor tersebut sangat berpengaruh dalam jalannya pembelajaran.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match
a. Pengertian Model Pembelajaran
Isjoni dan Arif Ismail (2008: 146) Berpendapat bahwa “Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berfikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal”.
Mills dalam Agus Suprijono (2009:45-46) berpendapat bahwa “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”.
Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa system. Sedangkan menurut Joice dan Weil dalam Isjoni (2011:50) “Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya”.
Menurut Wirotaputra dalam Sugiyanto (2009: 3) Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai suatu pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu strategi yang digunakan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan antusias, motivasi dan minat siswa berdasarkan model yang diterapkan.
commit to user
b. Pengertian Pembelajaran KooperatifPembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin dalam Isjoni dan Arif Ismail (2008: 150) mengemukakan bahwa “Pempelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana kelompok belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar”.
Sedangkan Sugiyanto (2009: 40) menyatakan “Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permasalahan, sebagai latihan hidup di masyarakat”. Anita Lie dalam Isjoni dan arif ismail (2008: 23) menyebut “Pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur”.
Menurut Agus Suprijono (2009:54-55), Pembelajaran kooperatif adalah
“suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih”. Sedangkan Slavin dalam Etin Sholihatin (2007:4) mengatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil secara kolaboratif dengan strukturkelompok yang heterogen”
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model dalam pembelajaran yang secara sadar mengembangkan kerja sama dan interaksi baik antar siswa mupun siswa dengan guru dalam bentuk kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan dari pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan sehingga banyak digunakan untuk meningkatkan berbagai kekurangan di dalam kelas. Adapun kelebihan dari
commit to user
21
pembelajaran kooperatif menurut Jarolimek dan Parker dalam Isjoni (2011: 24) antara lain sebagai berikut:
1) Saling ketergantungan yang positif, dimana siswa dalam kegiatan belajar bergantung kepada teman satu kelompoknya. Untuk itulah setiap siswa harus melaksanakan tugas dan kewajiban dari kelompok asalnya, karena semua anggota kelompok bergantung pada teman lain. Namun demikian, setiap anggota memiliki tugasnya masing-masig sehingga semua anggota harus bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil kelompok terbaik.
2) Adanya pengakuan merespon perbedaan individu, siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. Pembelajaran kooperatif membagi kelompok berdasarkan perbedaan. Dalam satu kelompok diusahakan berdasarkan latarbelakang budaya siswa yang berbeda, sehingga kelompok akan mendapatkan ide yang beragam dari latar belakang siswa masing-masing.
3) Suasana pembelajaran rileks dan menyenangkan. Hal ini dikarenakan guru bukanlah pemegang peran utama dalam kegiatan pembelajaran, namun siswa yang bergerak melaksanakan kegiatan belajar mereka sendiri.
4) Terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. Guru sebagai fasilitator bukan diktator, sehingga komunikasi antara siswa dan guru akan lebih fleksibel.
5) Memiliki banyak kesempatan untuk mengeksresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. Berbagai model dan teknik kooperatif banyak yang mengandung unsur bermain, meskipun yang ditekankan utamanya adalah belajar kelompok.
Meskipun banyak digunakan dalam kegiatan pembelajaran, pembelajaran kooperatif juga memiliki beberapa kelemahan. Untuk itulah perlu diketahui beberapa kelemahan dari pembelajaran kooperatif sehingga sedapat mungkin dipersiapkan oleh guru atau peneliti. Sedangkan kelemahan dari pembelajaran kooperatif diungkapkan oleh Isjoni (2011: 25)antara lain sebagai berikut:
1) Guru harus mempersiapkan kegiatan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. Kegiatan
commit to user
pembelajaran memerlukan perencanaan yang panjang, pembagian materi dan penjelasan kepada siswa akan teknik yang digunakan.
2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, biaya yang cukup memadai. Berbagai model dan teknik kooperatif paling tidak membutuhkan alat dan media yang menunjang kegiatan belajar berlangsung.
3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan materi diskusi akan melebar sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Waktu merupakan salah satu permasalahan kurang suksesnya pembelajaran kooperatif.
4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa lain menjadi pasif. Untuk itulah guru harus berusaha mengatur diskusi kelas sehingga kelas tidak didominasi begitu saja oleh sebagaian siswa saja.
Menurut Miftahul Huda (2011:46) ada beberapa elemen dasar yang membuat pembelajaran kooperatif lebih produktif dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif dan individual. Elemen- elemen tersebut antara lain:
1) Positive interdependence (saling ketergantunagan positif) 2) Promotive interaction (interaksi promotif)
3) Interpersonal and small group skill (Ketrampilan interpersonal dan kelompok kecil)
4) Individual accountability (akuntabilitas individu) 5) Group processing (pemrosesan kelompok)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu model pembelajaran tidak ada yang sempurna didalamnya pasti ada kelebihan dan kelemahannya, dari titulah seorang guru harus pandai dalam memanfaatkan kelebihan yang ada dan dapat meminimalisi kekurangan dalam proses pembelajaran.
c. Pengertian make a match
Pada model pembelajaran kooperatif, siswa yang merupakan makhluk individualis (homo homini lupus) diharapkan menjadi seorang makhluk sosial
commit to user
23
(homo homini socius). Salah satu teknik belajar mengajar dalam pembelajaran model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk mengasah kemampuan homo homini socius adalah teknik belajar mengajar mencari pasangan (Make A Match). Teknik ini dikembangkan oleh Lorna Curran.
Menurut Isjoni (2011: 77) “Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan”. Teknik ini memberi kesempatan siswa bekerja sama dengan orang lain dan bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Ciri utama model pembelajaran kooperatif teknik make a match adalah siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal dalam waktu tertentu. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Model pembelajaran kooperatif teknik make a match merupakan salah satu teknik dalam model kooperatif yang membentuk kelompok berpasangan yang dalam pelaksanaannya menggunakan media kartu soal dan kartu jawaban. Anita Lie (2002: 46) menjelaskan bahwa kelompok berpasangan mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
1) Kelebihan:
a) Meningkatkan partisipasi antar anggota kelompok.
b) Cocok untuk tugas sederhana.
c) Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok.
d) Interaksi menjadi lebih mudah dan cepat membentuknya.
2) Kelemahan:
a) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
b) Lebih sedikit ide yang muncul.
c) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.
Berdasarkan prosedur proses pembelajaran make a match siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Setelah guru
commit to user
memerintahkan siswa untuk mengambil kartu tampak sebagian besar siswa bersemangat dan termotivasi untuk menarik satu kartu soal.
Setelah siswa mendapatkan kartu soal, Masing-masing tampak memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Kelompok dengan pasangannya ingin saling mendahului untuk mencari pasangan dan mencocokkan dengan kartu (kartu soal atau kartu jawaban) yang dimilikinya. Di sinilah terjadi interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa di dalam kelompok untuk membahas kembali soal dan jawaban. Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa.
Pada penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match ini dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Dengan menerapkan pembelajaran model pembelajaran kooperatif teknik make a match diharapkan kegiatan pembelajaran lebih kondusif, sederhana, bermakna dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match
Hisyam Zaini (2007:69-70) Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif teknik Make a Match sebagai berikut
1) Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah siswa yang ada dalam kelas, 2) Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama,
3) Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan,
4) Pada separoh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang tadi dibuat
5) Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban,
commit to user
25
6) Beri setiap siswa satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas untuk dilakukan berpasangan. Separoh siswa akan mendapat soal dan separoh yang lain yang akan mendapat jawaban,
7) Minta siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu yang mereka dapatkan kepada teman lain.
8) Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal tersebut di jawab oleh pasangan-pasangan yang lain,
9) Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
Setiap langkah-langkah tersebut memiliki tujuan yang telah disesuaikan denga tujuan pembelajaran kooperatif.
Dalam pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif teknik make a match seorang guru harus benar-benar memahami tekniknya agar siswa dapat menjalankan pembelajaran dengan baik. Guru harus menuntun siswanya dalam setiap langkahnya dan langkah demi langkah dijalankan dengan berurutan dan di akhir guru memberikan kesimpulan tentang materi yang di gunakan dalam teknik make a match.
4. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar dilakukan oleh setiap manusia dalam hidupnya. Belajar merupakan proses yang dilaksanakan seumur hidup dari saat manusia lahir hingga ia mati.
Proses belajar banyak sekali melibatkan kegiatan yang kompleks. Makna belajar itu sendiri sangat beragam tergantung sudut pandang masing-masing individu yang memaknai.
Hasil belajar merupakan tujuan yang ingin dicapai seseorang ketika ia melakukan sebuah kegiatan pembelajaran. Nana Syaodih Sukmadinata (2006:102- 103) menyatakan bahwa, “hasil belajar yang merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensi atau kapasitas yang dimiliki seseorang yang dapat dilihat
commit to user
dari perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, kemempuan berfikir, maupun ketrampilan motorik”.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengrtian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne dalam (Agus suprijono, 2009:5-7) hasil belajar berupa:
1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tertulis.kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.
2) Ketrampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konssep dan lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analisis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
3) Strategi kognitif
Kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
Kemapuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Ketrampilan motorik
Kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap
Kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemampuan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang di kategorisasikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. Pada penelitian ini hasil belajar yang diukur adalah prestasi belajar.
commit to user
27
b. Pengertian Prestasi Belajar
Sutratinah T. (2001: 43) berpendapat bahwa ”prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto. (2009: 6-8) guru maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian terhadap hasil belajar siswa karena dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan penilaian hasil belajar mempunyai makna yang penting, baik bagi siswa, guru maupun pihak sekolah. W.S Winkel (2004:39) berpendapat bahwa
”prestasi belajar adalah bukti keberhasilan belajar yang dapat dicapai dalam suatu proses yang berlangsung dalam interaksi subyek dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai yang akan disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan”.
Dari definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan pengukuran atau pencapaian hasil usaha belajar siswa dalam bentuk angka pada materi tertentu sebagai bukti keberhasilan siswa yang dicapai selama proses pembelajaran.
c. Pengukuran Prestasi Belajar
Adapun cara yang ditempuh untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa, Muhibinsyah (2010:142) antara lain:
1) Tes diagnostik, yaitu tes untuk mengetahui kelemahan siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat.
2) Tes formatif, merupakan tes yang berfungsi mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengetahui suatu sub bab tertentu.
3) Tes sumatif, merupakan tes yang dilaksanakan setelah berakhir pembelajaran program. Tes tersebut dilakukan setiap caturwulan atau semester.
4) Pre-Test dan post Test
Kegiatan pre-test dilakukan di awal pembelajaran dengan tujuan mengidentifikasi saraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan