BAB I PENDAHULUAN
D. Manfaat Hasil Penelitian
Dalam suatu penelitian diharapkan mampu untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Manfaatnya antara lain :
1. Manfaat Teoretis
a. Untuk menambah pengetahuan guru dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakter siswa seperti penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam pembelajaran sosiologi. make a macth merupakan salah satu teknik dalam pembelajaran kooperatif yang membentuk kelompok berpasangan yang dalam pelaksanaannya menggunakan media kartu soal dan kartu jawaban.
b. Sebagai bahan referensi bagi pembaca yang akan melakukan penelitian lanjutan yang relevan dengan penelitian ini.
2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa
Memberikan kemudahan bagi siswa dalam mempelajari ilmu sosiologi sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi dapat meningkat.
commit to user
b. Bagi guruMemberikan informasi kepada guru mata pelajaran sosiologi, tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dalam proses pembelajaran sosiologi, sebagai solusi alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih menyenangkan dan mudah di pahami oleh siswa sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi juga meningkat.
c. Bagi sekolah
Sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran, meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan hasil belajar siswa dan kinerja guru.
commit to user
7BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Tindakan Kelas
a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Menurut pendapat Suharsimi Arikunto (2009: 22-23) yang menjelaskan pengertian Penelitian Tindakan Kelas secara lebih sistematis yaitu :
1) Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2) Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3) Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok sisea yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dari ketiga pengertian diatas, yakni penelitian, tindakan, kelas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.
Suyanto (1997:4) berpendapat bahwa “penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat mempebaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional”. Sedangkan Ebbut dalam Basrowi dan Suwandi (2008:26) berpendapat bahwa”penelitian tindakan kelas merupakan studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki
commit to user
praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut”.
Dari definisi di atas disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara profesional. penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada interaksi belajar siswa, penggunaan metode mengajar, penggunaan metode mengajar, penggunaan media pengajaran, pendekatan evaluasi yang dilakukan, dan sebagainya. Dengan demikian penelitian tindakan untuk memperbaiki praktek-praktek pembelajaran menjadi lebih efektif.
b. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Suharsimi Arikunto (2009:60-61) berpendapat bahwa “Tujuan utama Penelitian tindakan kelas adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas”. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Suyanto dalam Basrowi dan Suwandi (2008:52) berpendapat bahwa “Tujuan akhir dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan (1) kualitas praktik pembelajaran di sekolah, (2) relevansi pendidikan, (3) mutu hasil pendidikan, dan (4) efisiensi pengelolaan pendidikan.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas bertujuan untuk meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di kelas serta kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya. Pada intinya penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.
commit to user
9
c. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas mempunyai karakter tersendiri jika dibandingkan dengan penelitian lain pada umumnya. Beberapa karakteristik penelitian tindakan kelas menurut Basrowi dan Suwandi, (2008:36-37) adalah sebagai berikut :
1) Penelitian tindakan kelas sifatnya situsional, berkaitan dengan upaya mendiagnosis masalah dalam konteks tertentu, yaitu di kelas dalam sekolah dan berupaya menyelesaikan dalam konteks tersebut.
2) Penelitian tindakan kelas merupakan upaya kolaboratif antara guru dan siswa-siswanya, yaitu satu satuan kerjasama dengan perspekstif berbeda, bisa juga antara guru dan kepala sekolah. Kerjasama ini sendiri bersifat partisipatori, yaitu setiap anggota tim secara langsung mengambil bagian dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dari tahap awal sampai tahap akhir.
3) Penelitian tindakan kelas bersifat self evaluative, dimana kegiatan merupakan modifikasi praktis yang dilakukan secara kontinu, dievaluasi dalam situasi yang berjalan.
4) Penelitian tindakan kelas bersifat luwes dan menyesuaikan, adanya penyesuaian ini menjadikannya suatu prosedur yang cocok untuk bekerja di kelas, yang memiliki banyak kendala yang melatarbelakangi masalah di sekolah.
5) Penelitian Tindakan Kelas terutama memanfaatkan data pengamatan dan perilaku empirik, perubahan kemajuandicermati dari peristiwa-peristiwa, dari waktu ke waktu, bukan sekedar impersionistik-subjektif, melainkan dengan evaluasi formatif.
6) Keketatan ilmiah penelitian tindakan kelas memang agak longgar, dimana Penelitian Tindakan Kelas merupakan antitesis dari desain penelitian eksperimental yang sebenarnya, sifat sasarannya situasional-spesifik, tujuannya pemecahan masalah praktis, sampel populasinya terbatas dan tidak representatif. Oleh karena itu temuan-temuannya tidak dapat digeneralisasikan.
commit to user
Sedangkan menurut Mc.Niff dalam Basrowi dan Suwandi (2008:36), Penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik yang bersifat umum, yaitu sebagai berikut. (1) penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru sendiri, (2) penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan praktik factual, dan (3) adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas yang bersangkutan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas ini merupakan tindakan-tindakan alternatif yang telah direncanakan oleh seorang guru. Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian yang lainnya, meskipun pada semua penelitian berupaya untuk memecahkan suatu masalah, namun Penelitian tindakan kelas dilihat dari masalah yang harus dipecahkan, masalah yang diangkat untuk dipecahkan berangkat dari awal pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru.
d. Cara Melakukan Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Mulyasa (2008:156-157), Untuk dapat melakukan penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu guru harus memiliki beberapa hal berikut : (a) perasaan ketidakpuasan terhadap praktek pembelajaran; (b) berani dan jujur terhadap diri sendiri; (c) memahami kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran yang dilakukannya.
Beberapa langkah umum yang harus diperhatikan guru dalam mengembangkan rancangan penelitian tindakan kelas, adalah sebagai berikut.
1) Identifikasi masalah
2) Analisis masalah dan menentukan berbagai faktor penyebabnya
3) Merumuskan ide-ide sementara tentang berbagai faktor penting yang berkaitan dengan masalah
4) Mengumpulkan dan menafsirkan data untuk mengembangkan alternative tindakan
5) Merumuskan tindakan 6) Menilai hasil tindakan
Beberapa petunjuk praktis yang harus diperhatikan guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas, dikemukakakan McNiff (1991), sebagai berikut:
commit to user
11
1) Mulailah dari hal-hal kecil yang terjadi dalam pembelajaran di kelas 2) Kembangkan desain penelitian tindakan kan secara cermat
3) Buatlah jadwal sesuai dengan kemampuan dan waktu yang tersedia secara realistik
4) Konsultasikan dan diskusikan hasil penelitian tindakan dengan orang lain 5) Carilah dukungan informasi dari pihak lain untuk memperkokoh asumsi
tindakan yang akan dilakukan
6) Ciptakanlah system umpan balik untuk melakukan koreksi terhadap setiap langkah yang dilakukan
7) Buatlah jadwal penulisan laporan tindakan kelas yang telah dilakukan baik secara formal maupun informal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa didalam penelitian tindakan kelas harus sesuai dengan cara-cara melakukan Penelitian tindakan kelas yang berawal dari ketidakpuasan akan praktik pembelajaran dan adanya masalah-masalah dalam proses pembelajaran.
e. Langkah Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Secara umum, terdapat empat tahap dalam melakukan penelitian tindakan kelas, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Berikut ini adalah gambaran keempat tahapan dalam penelitian tindakan kelas yang dikemukakakan oleh Arikunto dalam Suyadi (20011:49-67).
1) Tahap I : Perencanaan
Langkah pertama dalam penelitian tindakan kelas adalah melakukan perencanaan secara matang dan teliti. Pada masing-masing kegiatan, terdapat sub-sub kegiatan yang sebaiknya dilaksanakan untuk menunjang sempurnanya tahap perencanaan.
2) Tahap II : Pelaksanaan
Tahap kedua dari penelitian tindakan kelas adalah palaksanaan. Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak dikelas.
3) Tahap III : Observasi
commit to user
Tahap ketiga dalam penelitian tindakan kelas adalah observasi. Pof. Supardi menyatakan bahwa observasi yang dimaksud pada tahap III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk memotret sejauh mana efek tindakan telah mencapai sasaran.
4) Tahap IV :Refleksi
Tahap keempat atau terakhir dalam penelitian tindakan kelas adalah refleksi.
Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan.
Menurut Suyadi (2011:65-66), siklus dalam penelitian tindakan kelas adalah putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan hingga pada refleksi.
Dalam hal ini, yang dimaksud siklus-siklus dalam penelitian tindakan kelas adalah satu putaran penuh tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas, sebagaimana disebutkan di atas. Jadi, satu siklus adalah kegiatan penelitian yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Jika dalam penelitian tindakan kelas terdapat lebih dari satu siklus, maka siklus kedua dan seterusnya merupakan putaran ulang dari tahapan sebelumnya.
Hanya saja, antara siklus pertama, kedua, dan selanjutnya selalu mengalami perbaikan setahap demi setahap. Jadi antara siklus yang satu dengan yang lain tidak akan pernah sama, meskipun melalui tahap-tahap yang sama.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum langkah penelitian tindakan kelas adalah perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Langkah-langkah tersebut dilakukan secara berurutan, dan langkah-langkah tersebut saling berkaitan dalam pelaksanaan penelitian. Di dalam penelitian tindakan kelas terdapat siklus-siklus yang merupakan perulangan rangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai.
f. Urgensi Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Basrowi dan Suwandi (2008:51), alasan pentingnya penelitian tindakan kelas dilakukan, antara lain seperti berikut ini.
commit to user
13
1) Penelitian tindakan kelas menawarkan suatu cara baru untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar dikelas.
2) Penelitian tindakan kelas membuat guru dapat meneliti dan mengkaji sendiri kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dilakukan di kelas sehingga permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan aktual.
3) Penelitian tindakan kelas tidak membuat guru meninggalkan tugasnya, artinya guru tetap melakukan kegiatan mengajar seperti biasa, namun pada saat yang bersamaan dan secara terintegrasi, guru melaksanakan penelitian.
4) Penelitian tindakan kelas akan menjembati kesenjangan antara teori dan praktik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas sangat penting dalan dunia pendidikan. Sesuai dengan tujuan dari penelitian tindakan kelas yaitu memperbaiki kualitas pembelajaran serta meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran.
2. Belajar
a. Pengertian Belajar
Dimyati dan Mudjiono (2006: 7) berpandangan bahwa “Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dan dilakukan oleh setiap orang. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri”. (Slameto, 2003:2) berpendapat bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar.
Cronbach, Harold Spears, Morgan dan Geoch dalam Agus Suprijono (2009:2-3) sebagai berikut :
1) Cronbach memberikan definisi :
“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”.
commit to user
“Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.
2) Harold Spears memberikan batasan:
“Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.
Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.
3) Morgan, mendefinisikan :
Learning is any relatively permanent change in behavior that a result of past experience
“belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.”
4) Geoch, mengatakan :
“Learning is a change in performance as a result of practice”.
Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.
Beberapa ciri belajar menurut Darsono Dalam Hamdani (2011:22) adalah sebagai berikut.
1) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan.
2) Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
3) Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan.
4) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar.
Ciri – ciri umum dari kegiatan belajar menurut (Aunurrahman, 2009: 35 – 37), diantaranya yaitu:
1) Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Dalam aspek ini kita memahami begitu banyak aktivitas seseorang merupakan cerminan dari kegiatan belajar, walaupun diri individu tersebut tidak secara nyata memahami bahwa dirinya melakukan kegiatan belajar.
2) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau obyek – obyek lain yang
commit to user
15
memungkinkan individu memperoleh pengalaman – pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun yang pernah diperoleh akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi.
3) Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang berkenaan dengan aspek psikomotorik, aspek afektif dan aspek kognitif (kemampuan berfikir).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar itu merupakan suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Slameto (2003: 54) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar digolongkan menjadi faktor intern danfaktor ekstern.
1) Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan.
a) Faktor jasmaniah (1) Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya yang bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan ikut terganggu apabila kesehatannya juga terganggu, sehingga hal tersebut berpengaruh pula pada hasil belajar yang akan dicapainya.
(2) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat tubuh juga
commit to user
mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat tubuhnya, belajarnya juga akan terganggu.
b)Faktor psikologis
Ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
(1) Intelegensi
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
(2) Perhatian
Perhatian ialah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju pada suatu objek (benda atau hal) atau sekumpulan objek.
(3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.
(4) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru akan menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu.
(5) Motif
Motif erat kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar
commit to user
17
dapat belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar. Motif yang kuat sangatlah perlu dalam belajar, dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan maupun kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang kuat.
(6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
Anak yang sudah matang (siap) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.
(7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau reaksi.
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesipaan perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
c) Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi belajar, karena apabila jasmani dan rohani mengalami kelelahan maka sulit sekali untuk berkosentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.
2) Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar. Faktor ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
a) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa tingkat pendidikan orang tua, hubungan antara anggota keluarga, fasilitas belajar, dan keadaan ekonomi.
commit to user
(1) Tingkat pendidikan orang tuaTingkat pendidikan orang tua berkaitan erat dengan cara mendidik anak. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak tidak berhasil dalam belajarnya, sehingga hasil yang didapatkan tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya.
(2) Hubungan antara anggota keluarga
Hubungan antara anggota keluarga yang terpenting adalah orang tua dengan anaknya. Demi kelancaran serta keberhasilan anak, perlu diusahakan hubungan yang baik di dalam keluarga anak tersebut yaitu hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukumanhukuman untuk mensukseskan belajar anak.
(3) Penyediaan fasilitas belajar
Penyediaan fasilitas belajar di rumah dapat memperlancar proses belajar anak, apalagi dengan didukung suasana rumah yang nyaman untuk belajar. Suasana rumah yang tenang dan tenteram perlu diciptakan agar anak dapat belajar dengan baik.
(4) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu. Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhaitannya untuk belajar.
b) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat.
commit to user
19
Hal-hal yang berengaurh tersebut antara lain kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu pembelajaran dan hasil proses pembelajaran itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor eksternal maupun internal. Yang mana kedua factor tersebut sangat berpengaruh dalam jalannya pembelajaran.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match
a. Pengertian Model Pembelajaran
Isjoni dan Arif Ismail (2008: 146) Berpendapat bahwa “Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berfikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal”.
Mills dalam Agus Suprijono (2009:45-46) berpendapat bahwa “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”.
Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa system. Sedangkan menurut Joice dan Weil dalam Isjoni (2011:50) “Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya”.
Menurut Wirotaputra dalam Sugiyanto (2009: 3) Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai suatu pedoman bagi para
Menurut Wirotaputra dalam Sugiyanto (2009: 3) Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai suatu pedoman bagi para