BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
3. Model Pembelajaran kooperatif Teknik Make a Match
a. Pengertian Model Pembelajaran
Isjoni dan Arif Ismail (2008: 146) Berpendapat bahwa “Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berfikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal”.
Mills dalam Agus Suprijono (2009:45-46) berpendapat bahwa “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”.
Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa system. Sedangkan menurut Joice dan Weil dalam Isjoni (2011:50) “Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya”.
Menurut Wirotaputra dalam Sugiyanto (2009: 3) Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai suatu pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu strategi yang digunakan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan antusias, motivasi dan minat siswa berdasarkan model yang diterapkan.
commit to user
b. Pengertian Pembelajaran KooperatifPembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin dalam Isjoni dan Arif Ismail (2008: 150) mengemukakan bahwa “Pempelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana kelompok belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar”.
Sedangkan Sugiyanto (2009: 40) menyatakan “Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permasalahan, sebagai latihan hidup di masyarakat”. Anita Lie dalam Isjoni dan arif ismail (2008: 23) menyebut “Pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur”.
Menurut Agus Suprijono (2009:54-55), Pembelajaran kooperatif adalah
“suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih”. Sedangkan Slavin dalam Etin Sholihatin (2007:4) mengatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil secara kolaboratif dengan strukturkelompok yang heterogen”
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model dalam pembelajaran yang secara sadar mengembangkan kerja sama dan interaksi baik antar siswa mupun siswa dengan guru dalam bentuk kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan dari pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan sehingga banyak digunakan untuk meningkatkan berbagai kekurangan di dalam kelas. Adapun kelebihan dari
commit to user
21
pembelajaran kooperatif menurut Jarolimek dan Parker dalam Isjoni (2011: 24) antara lain sebagai berikut:
1) Saling ketergantungan yang positif, dimana siswa dalam kegiatan belajar bergantung kepada teman satu kelompoknya. Untuk itulah setiap siswa harus melaksanakan tugas dan kewajiban dari kelompok asalnya, karena semua anggota kelompok bergantung pada teman lain. Namun demikian, setiap anggota memiliki tugasnya masing-masig sehingga semua anggota harus bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil kelompok terbaik.
2) Adanya pengakuan merespon perbedaan individu, siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. Pembelajaran kooperatif membagi kelompok berdasarkan perbedaan. Dalam satu kelompok diusahakan berdasarkan latarbelakang budaya siswa yang berbeda, sehingga kelompok akan mendapatkan ide yang beragam dari latar belakang siswa masing-masing.
3) Suasana pembelajaran rileks dan menyenangkan. Hal ini dikarenakan guru bukanlah pemegang peran utama dalam kegiatan pembelajaran, namun siswa yang bergerak melaksanakan kegiatan belajar mereka sendiri.
4) Terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. Guru sebagai fasilitator bukan diktator, sehingga komunikasi antara siswa dan guru akan lebih fleksibel.
5) Memiliki banyak kesempatan untuk mengeksresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. Berbagai model dan teknik kooperatif banyak yang mengandung unsur bermain, meskipun yang ditekankan utamanya adalah belajar kelompok.
Meskipun banyak digunakan dalam kegiatan pembelajaran, pembelajaran kooperatif juga memiliki beberapa kelemahan. Untuk itulah perlu diketahui beberapa kelemahan dari pembelajaran kooperatif sehingga sedapat mungkin dipersiapkan oleh guru atau peneliti. Sedangkan kelemahan dari pembelajaran kooperatif diungkapkan oleh Isjoni (2011: 25)antara lain sebagai berikut:
1) Guru harus mempersiapkan kegiatan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. Kegiatan
commit to user
pembelajaran memerlukan perencanaan yang panjang, pembagian materi dan penjelasan kepada siswa akan teknik yang digunakan.
2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, biaya yang cukup memadai. Berbagai model dan teknik kooperatif paling tidak membutuhkan alat dan media yang menunjang kegiatan belajar berlangsung.
3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan materi diskusi akan melebar sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Waktu merupakan salah satu permasalahan kurang suksesnya pembelajaran kooperatif.
4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa lain menjadi pasif. Untuk itulah guru harus berusaha mengatur diskusi kelas sehingga kelas tidak didominasi begitu saja oleh sebagaian siswa saja.
Menurut Miftahul Huda (2011:46) ada beberapa elemen dasar yang membuat pembelajaran kooperatif lebih produktif dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif dan individual. Elemen- elemen tersebut antara lain:
1) Positive interdependence (saling ketergantunagan positif) 2) Promotive interaction (interaksi promotif)
3) Interpersonal and small group skill (Ketrampilan interpersonal dan kelompok kecil)
4) Individual accountability (akuntabilitas individu) 5) Group processing (pemrosesan kelompok)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu model pembelajaran tidak ada yang sempurna didalamnya pasti ada kelebihan dan kelemahannya, dari titulah seorang guru harus pandai dalam memanfaatkan kelebihan yang ada dan dapat meminimalisi kekurangan dalam proses pembelajaran.
c. Pengertian make a match
Pada model pembelajaran kooperatif, siswa yang merupakan makhluk individualis (homo homini lupus) diharapkan menjadi seorang makhluk sosial
commit to user
23
(homo homini socius). Salah satu teknik belajar mengajar dalam pembelajaran model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk mengasah kemampuan homo homini socius adalah teknik belajar mengajar mencari pasangan (Make A Match). Teknik ini dikembangkan oleh Lorna Curran.
Menurut Isjoni (2011: 77) “Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan”. Teknik ini memberi kesempatan siswa bekerja sama dengan orang lain dan bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Ciri utama model pembelajaran kooperatif teknik make a match adalah siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal dalam waktu tertentu. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Model pembelajaran kooperatif teknik make a match merupakan salah satu teknik dalam model kooperatif yang membentuk kelompok berpasangan yang dalam pelaksanaannya menggunakan media kartu soal dan kartu jawaban. Anita Lie (2002: 46) menjelaskan bahwa kelompok berpasangan mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
1) Kelebihan:
a) Meningkatkan partisipasi antar anggota kelompok.
b) Cocok untuk tugas sederhana.
c) Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok.
d) Interaksi menjadi lebih mudah dan cepat membentuknya.
2) Kelemahan:
a) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
b) Lebih sedikit ide yang muncul.
c) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.
Berdasarkan prosedur proses pembelajaran make a match siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Setelah guru
commit to user
memerintahkan siswa untuk mengambil kartu tampak sebagian besar siswa bersemangat dan termotivasi untuk menarik satu kartu soal.
Setelah siswa mendapatkan kartu soal, Masing-masing tampak memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Kelompok dengan pasangannya ingin saling mendahului untuk mencari pasangan dan mencocokkan dengan kartu (kartu soal atau kartu jawaban) yang dimilikinya. Di sinilah terjadi interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa di dalam kelompok untuk membahas kembali soal dan jawaban. Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa.
Pada penerapan model pembelajaran kooperatif teknik make a match ini dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Dengan menerapkan pembelajaran model pembelajaran kooperatif teknik make a match diharapkan kegiatan pembelajaran lebih kondusif, sederhana, bermakna dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match
Hisyam Zaini (2007:69-70) Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif teknik Make a Match sebagai berikut
1) Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah siswa yang ada dalam kelas, 2) Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama,
3) Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan,
4) Pada separoh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang tadi dibuat
5) Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban,
commit to user
25
6) Beri setiap siswa satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas untuk dilakukan berpasangan. Separoh siswa akan mendapat soal dan separoh yang lain yang akan mendapat jawaban,
7) Minta siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu yang mereka dapatkan kepada teman lain.
8) Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal tersebut di jawab oleh pasangan-pasangan yang lain,
9) Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
Setiap langkah-langkah tersebut memiliki tujuan yang telah disesuaikan denga tujuan pembelajaran kooperatif.
Dalam pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif teknik make a match seorang guru harus benar-benar memahami tekniknya agar siswa dapat menjalankan pembelajaran dengan baik. Guru harus menuntun siswanya dalam setiap langkahnya dan langkah demi langkah dijalankan dengan berurutan dan di akhir guru memberikan kesimpulan tentang materi yang di gunakan dalam teknik make a match.
4. Hasil Belajar