• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Tingkat Aspirasi Pekerjaan Siswa Kelas XI SMK Kristen (BM) Salatiga T1 132009066 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Tingkat Aspirasi Pekerjaan Siswa Kelas XI SMK Kristen (BM) Salatiga T1 132009066 BAB II"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

1.1Aspirasi Pekerjan

2.1.1 Tingkat Aspirasi Pekerjaan

Berbicara aspirasi adalah harapan dan tujuan hidup yang akan datang. Setiap orang memiliki aspirasi tersendiri. Karena setiap orang memiliki harapan dan tujuan yang berbeda. Harapan dan tujuan ini, guna untuk mencapai setiap cita-cita. Hanya saja, untuk menempuh semua itu dibutuhkan waktu yang cukup lama, tetapi yang terpenting adalah ada keinginan dari diri sendiri dan juga dalam benak seseorang memiliki aspirasi dalam dirinya dalam melakukan sesuatu. Dalam Lewin et.al, (1944), the concept level of aspirationincludes several element. At perhaps the most fundamental level, the termindicates that one or

more persons are oriented toward a goal, yang artinya tingkatan konsep aspirasi terdiri dari beberapa elemen, pada tingkatan yang paling mendasar, aspirasi mengindikasikan seseorang atau kelompok yang berorientasi pada suatu tujuan.

Tingkat konsep aspirasi yang meliputi beberapa elemen menurut beberapa ahli diantaranya Lewin et.al (1944)

(2)

(2) Orientasi seseorang adalah variabel dalam 2 cara, salah satunya telah menerima banyak perhatian dalam tulisan, dan yang lainnya telah sebagian besar diabaikan.

1. Orientasi orang adalah variabel dalam kecenderungan pusat mungkin terletak pada titik manapun atau kisaran terbatas poin sepanjang tahapan/tingkat kesulitan.

2. Orientasi orang yang kedua adalah kecenderungan sentral dapat bervariasi pada rentang titik pada tingkat kesulitan

Kisaran tingkat tujuan dimana valensi dari semua tingkatan tujuan tertentu relatif tinggi: beberapa ahli memandang tingkat aspirasi seseorang berkonsentrasi pada satu titik. Tendesi pusat dari orientasi seseorang adalah titik /kisaran terbatas dari titik yang mempunyai valensi tertinggi baginya, itu adalah tingkat aspirasi seseorang, dalam Lewin et.al (1944). tetapi beberapa penulis memandang bahwa aspirasi seerang berkonsentrasi pada1 titik. Diantara individu yang mengakui keberadaan kisaran titik daripada 1 titik ada 2 penekanan yan berbeda, beberapa penekanan variasi pada tingkat aspirasi pada 1 waktu.

2.1.2 Fungsi Tingkat Aspirasi Pekerjaan

Aspirasi pekerjaan disini berfungsi dalam mencapai suatu tujuan yang

diharapakan oleh seseorang. Juga untuk mengetahui seberasa besar tingkat

aspirasi seseorang dalam pekerjaan atau jua seberapa antusias seseorang dalam

(3)

2.1.3 Aspek Tingkat Aspirasi Pekerjan

Aspek - aspek Tingkat Aspirsi Pekerjaan menurut Lewin et.al (1944) yaitu sebagai berikut :

1. Gaji

Adalah imbalan finansial yang di bayarkan kepada karyawan secara teratur, seperti tahun, caturwulan, bulanan atau mingguan atau bisa juga balas jasa yang diterima pekerja dalam bentuk uang berdasarkan waktu tertentu.

2. Gengsi

Adalah kehormatan dan pengaruh yang sesuai atau tidaknya pada keadaan pada diri individu tersebut.

3. Kecerdasan

(4)

latar belakang budaya atau lebih. Dengan kata lain kecerdasan dapat bervariasi menurut konteknya.

4. Ketertarikan

Adalah senang atau tertarik pada dunia kerja yang sesuai dengan keinginan individu tersebut.

5. Keahlian

Adalah memiliki kemampuan yang khusus dibidang individu yang digeluti. Jadi individu lebih memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

1.2Self - Efficacy

2.2.1 Pengertian Self - Efficacy

Istilah self-efficacy diperkenalkan pertama kali oleh Bandura. Dalam penelitiannya Bandura menyampaikan bahwa prediksi tetang kemungkinan hasil dari tinkah laku dalam sumber penting dai motivasi. “Saya akan berhasil atau

(5)

ditingkatkan, atau diturunkan melalui salah satu atau kombinasi empat sumber yakni :

1. Pengalaman menguasai sesuatu prestasi (performance accomplishment), 2. Pengalaman Vikarius (vicarious experience),

3. Persuasi Sosial (Social Persuation) dan

4. Pembangkitan Emosi (Emotional/Psysilogical states).

Berbicara self efficacy sama juga berbicara tentang keyakinan diri seseorang. Setiap orang mempunyai tingkat kepercayaan diri yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Secara definitif, menurut Bandura (1997) Self Efficacy adalah keyakinan seseorang bahwa individu dapat menguasai situasi dan

menghasilkan luaran yang positif. Menurut Wallatey (2001) efikasi didefinisikan sebagai kapasitas untuk mendapatkan hasil atau pengaruh yangdiinginkannya, dan orang yang diinginkan. Definisi lain dari self-efficacy antara lain adalah keyakinan seseorang tentang kemampuanya untuk melaksanakan suatu tingkah laku dengan berhasil (Jones, dkk 1998). Secara keseluruhan, self-efficacy berarti kepercayaan diri terhadap kompetensi diri. Kepercayaan terhadap kompetensi ini berkaitan dengan sifat sifat yangmengantarkan seseorang untuk mencapai keberhasian, antara lain integritas, kerendahan hatikesetiaan, pengontrolan diri, keberanian, keadilan, kesabaran, kerajinan, kreatifitas dan kesederhanaan.

Self-efficacy merupakan masalah kemampuan yang dirasakan individu

(6)

menekankan hubungan kausal timbal balik antara faktor lingkungan dengan faktor personal yang saling berkaitan (Norwich, 1987). Melihat self-efficacy disini, melihat bagaimana seseorang menjalani kehidupannya. Mengukur kapasitas diri berhubungan dengan seberapa jauh seseorang mengerti konsep dirinya sendiri. Konsep diri adalah sebuah pandangan yang lahir daripengalaman langsung individu selama hidup dan bagaimana orang yang berpengaruh disekitar individu memberikan penilaian kepada dirinya. Hal ini berhubungan dengan bagaimana individu itu dapat menimbang perbedaan antara dirinya yang ideal dan aktual.

Self-efficacy ditentukan oleh pengalaman sebelumnya (kesuksesandan

kegagalan), pengalaman yang diakui oleh orang lain (dengan mengamati kesuksesan dan kegagalan orang lain), persuasi verbal (dari teman, kolega, saudara) dan keadaan emosi (kekhawatiran). Persepsi yang dimiliki oleh seseorang terhadap kemampuannya untuk melaksanakan tugas akan meningkatkan kemungkinan tugas tersebut dapat diselesaikan dengan sukses. Secara ringkas dapat disebutkan dua pengertian penting dari efikasi diri yaitu: self-efficacy atau efikasi ekspektasi (self effication – efficacy expectation) adalah

“Persepsi diri sendiri mengenai seberapabaik dirinya dapat berfungsi dalam situasi

tertentu’’. Seilf-efficacy berhubungan dengan keyakinan bahwa individu memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan. Ekspektasi hasil (outcome expectation): perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri

(7)

aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya (dapat dicapai), sedang efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri. Self-efficacy menurut Kinicky (2007) menguatkan jalan menuju keberhasilan ataupun kegagalan. Menurut Wallatey (2001), self -efficacy didefinisikan sebagai kapasitas untuk mendapatkan hasil atau pengaruh yang diinginkannya, dan orang yang diinginkan. Definisi lain dari self-efficacy antara lain adalah keyakinan seseorang tentang kemampuanya untuk melaksanakan suatu tingkah laku denganberhasil (Jones, dkk 1998).

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, self-efficacy merupakan keyakinan sesorang akan kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya shingga dapat mempenaruhi dan mengatur fungsi kemampuan individu melalui cara berfikir memotivasi diri sendiri, merasakan, dan proses pengambilan keputusan.

2.2.2 Sumber-sumber Self - Efficacy

(8)

Pertama, Enactive attainment and performance accomplishment (pengalaman keberhasilan dan pencapaian prestasi), yaitu sumber ekspektasi self-efficacy yang penting, karena berdasar pengalaman individu secara langsung.

Individu yang pernah memperoleh suatu prestasi, akan terdorong meningkatkan keyakinan dan penilaian terhadap self-efficacy. Pengalaman keberhasilan indidu ini meningkatkan ketekunan dan kegigihan dalam berusaha mengatasi kesulitan, sehingga dapat mengurangi kegagalan.

Kedua, Vicarious experience (pengalaman orang lain), yaitu mengamati perilaku dan pengalaman orang lain sebagai proses belajar individu. Melalui model ini self-efficacy individu dapat meningkat, terutama jika individu merasa memiliki kemampuan yang setara atau bahkan merasa lebih baik dari pada orang yang menjadi subyek belajarnya. individu akan mempunyai kecenderungan merasa mampu melakukan hal yang sama. Meningkatnya self-efficacy individu ini dapat meningkatkan motivasi untuk mencapai suatu prestasi. Peningkatan efikasi diri ini akan menjadi efektif jika subyek yang menjadi model tersebut mempunyai banyak kesamaan karakteristik antara individu dengan model, kesamaan tingkat kesulitan tugas, kesamaan situasi dan kondisi, serta keanekaragaman yang dicapai oleh model.

(9)

apalagi kemudian individu mengalami peristiwa traumatis yang tidak menyenangkan.

Keempat, Physiological state and emotional arousal (keadaan fisiologis dan psikologis). Situasi yang menekan kondisi emosional dapat mempengaruhi self-efficacy. Gejolak emosi, goncangan, kegelisahan yang mendalam dan keadaan

fisiologis yang lemah yang dialami individu akan dirasakan sebagai suatu isyarat akan terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, maka situasi yang menekan dan mengancam akan cenderung dihindari.

Empat hal tersebut dapat menjadi sumber bagi tubuh dan perkembangan efikasi diri satu siswa. Dengan kata lain efikasi diri dapat diupayakan untuk meningkat dengan membuat manipulasi melalui empat hal tersebut.

2.2.3 Komponen Self - Efficacy

Bandura (1986) mengungkapkan bahwa perbedaan self-efficacy pada setiap individu terletak pada tiga komponen, yaitu magnitude, strength dan generality. Masing-masing mempunyai implikasi penting di dalam performansi,

yang secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:

(10)

Kedua, Strength (kekuatan keyakinan), yaitu berkaitan dengan kekuatan pada keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang kuat dan mantap pada individu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai tujuan, walaupun mungkin belum memiliki pengalaman–pengalaman yang menunjang. Sebaliknya pengharapan yang lemah dan ragu-ragu akan kemampuan diri akan mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang.

Ketiga, Generality (generalitas), yaitu hal yang berkaitan cakupan luas bidang tingkah laku di mana individu merasa yakin terhadap kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya, tergantung pada pemahaman kemampuan dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi.

2.2.4 Fungsi Self Efficacy

Fungsi self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura (1986) adalah sebagai penentu aktif tindakan atau perilaku yang harus dipilih, menentukan besarnya usaha yang harus dilakukan, serta mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosi yang harus dilakukan individu.

Secara esensial self-efficacy memiliki dua pengertian penting, yaitu : 1. self-efficacy atau efikasi ekspektasi (self effication – efficacy expectation)

(11)

2. Ekspektasi hasil (outcome expectation) atau perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu.

2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Self - Efficacy

Banyak faktor yang memang sangat mempengaruhi self-efficacy seseorang. Self-efficacy beragam dalam tiap-tiap situasi, individu dapat memiliki self-efficacy yang relatif tinggi dalam satu situasi, tetapi tidak pada situasi lainnya,

misalnya. Hal ini tergantung dari kompetensi dirinya bagi aktivitas yang berbeda-beda dalam tuntutan, tingkat persaingan diantara individu, predisposisi pribadi dalam menghadapi kegagalan, dan kondisi fisiologis berkaitan juga dengan kesehatan diri secara fisikal mapun psikis.

Di sisi lainnya juga dipengaruhi oleh penilaian pribadi tentang hal kemampuan dirinya tersebut. Penilaian yang salah atau keliru terhadap kemampuan diri akan berdampak signifikan terhadap efikasi diri orang tersebut. Penilaian diri yang tepat akan mendorong individu untuk melakukan suatu tugas atau tantangan dengan realistis dan memberikannya motivasi internal untuk pengembangan diri dalam mencapai proses aktualisasi diri yang sehat (Maslow, melalui Hall, 1993).

Menurut Bandura, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan self-efficacy seseorang antara lain :

1. Pencapaian secara aktif

(12)

kenyataan keberhasilan seseorang dapat menjalankan suatu tugas atau ketrampilan tertentu akan meningkatkan self-efficacy dan kegagalan yang berulang akan mengurangi efikasi diri.

2. Pengalaman tidak langsung

Dengan melihat kesuksesan orang lain yang memiliki kesamaan dengan pengamat akan dapat meningkatkan harapan self-efficacy pengamat, dapat menilai dirinya memiliki kemampuan seperti yang dimiliki orang yang diamati sehingga dapat melakukan usaha-usaha untuk memperoleh atau meningkatkan ketrampilannya. Dengan prinsip yang sederhana, jika orang lain dapat melakukannya begitu pula dengan saya. Pengamat dapat melihat cara-cara dan ketrampilan orang yang diamatinya. Dengan model yang kompeten pengamat dapat belajar cara-cara yang efektif untuk menghadapi hambatan maupun keadaan yang menakutkan. 3. Persuasi verbal

(13)

berlangsung untuk meningkatkan perkembangan keterampilan dan self-efficacy.

4. Keadaan fisiologis

Seseorang akan memperoleh informasi melalui keadaan fisiologisnya dalam menilai kemampuannya sehingga akan cenderung memiliki harapan kesuksesan dalam melakukan tugas yang lebih besar, bila dalam kondisi yang tidak diwarnai oleh ketegangan dan tidak merasakan adanya keluhan atau gangguan somatis dalam dirinya. Sebab ketegangan akan mengakibatkan seseorang menjadi terhambat dalam berunjuk kerja yang baik. Dalam kegiatan sehari-hari yang meliputi kegiatan stamina dan kekuatan fisik, seseorang akan melihat kelelahan dan sakit sebagai indikasi ketidak efektifan fisiknya sehingga akan mempengaruhi unjuk kerjanya. Hal ini akan berpengaruh terhadap efikasi dirinya, sehingga unjuk kerjanya menjadi tidak optimal. (Astutik,2003)

2.2.6 Aspek –aspek Self - Efficacy

Menurut Bandura (1997) aspek-aspek self efficacy adalah sebagai berikut : a. Outcome Expectancy

Adalah suatu kemungkinan hasil dari suatu perilaku yaitu suatu perkiraan laku, tindakan tertentu yang bersifat khusus. Outcome Expectancy mengandung keyakinan sejauh mana perilaku tertentu akan menimbulkan konsekuensi tertentu.

(14)

Adalah harapan akan dapat membentuk perilaku secara tepat suatu keyakian bahwa seseorang akan berhasil dalam bertindak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Aspek ini menunjukkan bahwa harapan seseorang berkaitan dengan kesanggupan melakukan suatu perilaku yang dikehendaki Efficacy expectancy tergantung pada situasi dan berupa persepsi dari hasil suatu

tindakan yang didapatkan melalui kehidupan, modeling, persuasi verbal, dan keadaan emosi yang mengancam.

c. Outcome value

Adalah nilai yang mempunyai arti dari konsekuensi-konsekuensi yang terjadi bila suatu pilihan dilakukan dan seseorang harus mempunyai outcome value yang tertinggi untuk mendukung outcome expectancy yang dimiliki.

1.3Teori Hubungan Self-Efficacy dengan Tingkat Aspirasi Pekerjaan

Dalam Bandura, efikasi diri akan mempengaruhi bagaimana individu merasakan, berfikir, memotivasi diri sendiri, dan bertingkah laku. Efikasi diri, kapabilitas yang memiliki individu akan mempengaruhi tingkah lakunya dalam beberapa hal, seperti:

(15)

2. Usaha, efikasi diri mencerminkan seberapa besar upaya yang dikeluarkan individu untuk mencapai tujuannya. Individu dengan keyakinan terhadap kemampuan diri tinggi akan berusaha maksimal untuk mengetahui cara – cara belajar serta kegiatan - kegiatan yang sesuai dengan minatnya. Individu dengan keyakinan terhadap kemampuan diri tinggi akan berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Tingkat pencapaian yang akan terealisasikan, individu dengan efikasi diri yang kini dapat membuat tujuan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki serta mempu menentukan bidang pendidikan sesuai dengan minat dan kemampuannya tersebut.

1.4. Penelitian yang Relevan

Sampai saat ini belum ditemukan adanya penelitian yang relevan atau peneliti lain yang mengungkap tentang Hubungan Tingkat Aspirasi Pekerjaan dan Efikasi Diri Siswa SMK. Akan tetapi penulis mendapatkan penelitian “Efikasi Diri dengan Minat Berwirausaha Siswa, yaitu penelitian Arista Lukmayanti (2012), dengan judul “ Hubungan Efikasi Diri dengan Harapan Berwirausaha

Siswa Kelas XII Program Keahlian Jasa Boga di SMK Negeri 6 Yogyakarta”.

(16)

2.5 Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan intensitas warna pada ikan badut menunjukkan bahwa pemberian astaxanthin sebanyak 30 mg (perlakuan C) dan 40 mg (perlakuan D) kedalam pakan memberikan

Dalam hal terjadinya kahar atau gangguan teknis (contoh : gangguan daya listrik, gangguan jaringan, gangguan aplikasi) terkait dengan pelaksanaan e-Tendering yang mengakibatkan

Skripsi dengan judul PENGARUH PERSEPSI HALAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK POP MIE(Studi Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang) adalah hasil karya

• Bagian ini berisi kajian berbagai teori dan hasil penelitian yang relevan dengan. masalah yang

[r]

[r]

Dalam MLR, multikolinearitas pada matriks X menghasilkan ( X X T ) yang tidak berpangkat penuh ( singular ) sehingga dengan metode Ordinary Least Square (OLS) tidak

Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi yang tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relative rendah, namun ada siswa yang walaupun