DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………...i
LEMBAR PERSETUJUAN………ii
PERNYATAAN……….iii
ABSTRAK………..iv
KATA PENGANTAR……….v
UCAPAN TERIMA KASIH……….vii
DAFTAR ISI ………...xiii
DAFTAR LAMPIRAN……… ….. BAB I PENDAHULUAN ……… A. Latar Belakang Masalah ……….1
B. Identifikasi Masalah ………13
C. Pembatasan Masalah ……….14
D. Perumusan Masalah ………. 15
E. Tujuan Penelitian ……….16
F. Manfaat Penelitian………17
G. Hipotesis Penelitian ……….18
H. Kerangka Pemikiran ……….18
I. Definisi Operasional Variabel ………20 J. Waktu dan Tempat Penelitian ………..24
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar………26
B. Disiplin Kerja Pamong Belajar………..29
C. Iklim Organisasi Kerja Pamong Belajar………32
E. Hubungan Disiplin Kerja dengan Motivasi Kerja Pamong Belajar ……39
F. Hubungan Iklim Organisasi Kerja dengan Motivasi Kerja Pamong Belajar……….41
G. Hubungan Pendidikan dan Latihan dalam Jabatan ( Diklat ) dengan Motivasi Kerja Pamong Belajar……….42
H. Hubungan antara Persepsi tentang Tugas Pokok , Iklim Organisasi Kerja, Disiplin Kerja , Pendidikan dan Latihan dengan Motivasi Kerja Pamong Belajar ………...46
I. Motivasi Kerja Pamong Belajar……….48
J. Hakekat Pamong Belajar………62
BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ………63
B. Populasi dan Sampel Penelitian ………..64
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ………...66
D. Langkah- Langkah Penelitian………...68
E. Instrumen Penelitian dan Pengolahan……….69
F. Uji Coba Instrumen……….77
G. Validitas dan Relibilitas Instrumen……….79
H. Teknik Analisis Data………. .96
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Analisis Data ………..99
B. Hitungan Korelasi antar Variabel Penelitian………....113
C. Pembahasan………..121
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ………132
B. Rekomendasi………133
DAFTAR PUSTAKA………..137
LAMPIRAN-LAMPIRAN………143
REKAP SKOR JAWABAN UJI COBA INSTRUMENVARIABEL BEBAS DAN VARIABEL TERIKAT………..144 UJI VALIDITAS ( KESAHEHAN ) INSTRUMEN PENELITIAN…………...145
ANALISIS HASIL UJI COBA VALIDITAS………..152
UJI RELIABILITAS ( KEANDALAN ) INSTRUMEN PENELITIAN……...164 VARIABEL TERIKAT ( Y )………...186
REKAPITULASI JAWABAN RESPONDEN TERHADAP INSTRUMEN PENELTIAN………...202 ANALISIS PRODUCT MOMENT……….219
KORELASI VARIABEL TERIKAT (Y) DENGAN EMPAT VARIABEL BEBAS (X1,X2,X3,X4)………..220
TUGAS POKOK DAN WEWENANG PAMONG BELAJAR (PB) SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB)………..222
DATA RESPONDEN (PAMONG BELAJAR) IIIC ………..225
DATA RESPONDEN (PAMONG BELAJAR) IIID ………..226
PETA KEMAMPUAN RESPONDEN GOLONGAN IIIC……….. 227
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Abad XXI, merupakan suatu era dimana globalisasi semakin mewarnai
tata budaya, tata ekonomi, tata hukum maupun tata politik dari setiap Negara
maupun bangsa.Banyak perubahan yang telah terjadi sebagai dampak dari hasil
perkembangan ilmu dan teknologi pada era globalisasi sekarang ini. Era
globalisasi bukan merupakan ancaman akan tetapi bisa dijadikan sebagai peluang
khususnya bagi generasi muda untuk lebih maju dan mampu
berkompetensi.Sumber daya manusia yang berkualitas dapat memanfaatkan
peluang serta meminimalisasi tantangan untuk maju serta berkompetensi.
Negara Indonesia dituntut untuk bisa menghadapi berbagai kemungkinan
dengan adanya perkembangan dan perubahan.Oleh sebab itu, perlu adanya
kesiapan sumber daya manusia supaya mempunyai daya saing untuk
mengahadapi kemungkinan berbagai perubahan dalam berbagai aspek.
Pendidikan merupakan landasan untuk melahirkan banyak generasi muda yang
mampu berkiprah untuk merebut peluang dan tantangan guna mendukung tegak
dan lestarinya negara Indonesia yang maju dalam masyarakat pasar bebas global
abad milinium yang sarat dengan kompetensi.
Persiapan sumber daya manusia yang handal merupakan kata kunci
utama untuk memetik kemenangan pada persaingan era globalisasi.Indonesia yang
merupakan salah satu negara anggota yang sudah menandatangani konvensi
menyepakati deklarasi The Dakar Framework for Action (kerangka aksi Dakar ).
Untuk mencapai target EFA merupakan bagian dari upaya pembangunan
pendidikan nasional secara menyeluruh, sedangkan pendidikan merupakam salah
satu indeks untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia ( Human
Development Index ).
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung
kebutuhan sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik untuk mendukung
perkembangan dan perubahan struktur ekonomi di dalam negeri. Disadari atau
tidak kita semua dihadapkan pada masalah –masalah diantaranya masih banyak
terdapat anak usia sekolah formal yang keluar dari sistem pendidikan
persekolahan; banyaknya alumni sekolah dasar SD, SMP dan SMA yang tidak
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan belum siap untuk
memasuki dunia kerja; banyaknya jumlah penduduk angkatan kerja yang
menganggur karena belum mampu bersaing dalam pasar kerja; serta beratnya
beban keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya disebabkan
kemiskinan dan kebodohan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam
meningkatkan dan mempersipkan keterampilan generasi muda yang akan datang
ialah hanya dengan melalui pendidikan.
Kaitannya dengan ketidaktuntasan pendidikan sekolah formal didalam
menjalankan fungsinya mendidik anak dan remaja usia sekolah, maka peran
pendidikan nonformal sangat diperlukan untuk memberikan solusi adanya
keterbatasan yang dimiliki pendidikan nonformal tersebut.Dalam Undang-
jelas, bahwa Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
membutuhkan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti ( substitution),
penambah ( supplement ) dan atau pelengkap ( complement ) pendidikan formal
dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat ( life long education )
.Selain dari pada itu pula ditegaskan bahwa pendidikan non formal berfungsi
untuk mengembangkan potensi peserta didik atau warga belajar dengan lebih
menekankan pada penguasaan pengetahuan ( knowledge) dan keterampilan (skills)
fungsional serta pengembangan sikap, dan kepribadian professional.
Mengacu pada Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional yang telah
disebutkan diatas, maka pendidikan nonformal perlu dikembangkan dengan
didukung oleh sumber daya manusia ( human resources ) sebagai pelaku dan atau
pelaksana yang berkualitas. Sumber daya manusia sebagai pelaku pendidikan
nonformal tersebut ialah mereka yang mengabdikan dirinya sebagai pendidik pada
jalur pendidikan nonformal, diantaranya tutor, instruktur, falisitator, pamong
belajar, dan tenaga kependidikan misalnya pengelola kursus, pengelola Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ), dan atau pengelola satuan- satuan
pendidikan sejenis lainnya.
Program pendidikan luar sekolah semakin sarat dengan beban tugas yang
diembannya berhubung dengan adanya program pencanangan wajib berlajar
Sembilan tahun. Kegiatan- kegiatan pada jalur pendidikan luar sekolah memang
belum mampu menjangkau sasaran wajib belajar yang belum tuntas,apalagi
keadaan sosial ekonomi masyarakat saat ini belum menentu sehingga
pengangguran. Untuk itu peranan lembaga yang sangat mempengaruhi dan lebih
menentukan keberhasilan penuntasan wajib belajar sembilan tahun, adalah jalur
pendidikan luar sekolah. Implementasinya untuk memerankan fungsi dan tugas
dari aparat penyelenggara pendidikan luar sekolah harus didukung kuantitas
sumber daya yang memadai. Pamong Belajar merupakan salah satu komponen
penyelenggara pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal dan
pengemban tugas fungsional serta aparat Sanggar Kegiatan Belajar ( SKB ) yang
dalam dalam hal ini sebagai pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan
nonformal yang bertugas sebagai Pegawai Negeri Sipil pada unit- unit pelaksana
teknis seperti Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) baik yang berada di SKB
Kabupaten maupun Kota, UPTD di Provinsi yang berada di Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar (BPKB) dan pada Pusat Pengembangan Pendidikan Nonformal
dan Informal (P2PNFI) Regional I Jayagiri Bandung memegang peranan strategis
sebagai ujung tombak dan mitra kerja kepala atau pimpinan dalam melaksanakan
tugas di lapangan yang secara langsung terlibat dengan masyarakat harus
memiliki bekal pengetahuan dan keteramplian yang memadai. Dengan demikian
pamong belajar dituntut bekerja sebagai seorang professional,yang mampu
melaksanakan kegiatan mulai dari mengidentifikasi sampai dengan menganalisis
dan melaporkan secara tertulis, baik yang menyangkut data kelompok sasaran
maupun langkah- langkah kegiatan dalam rangka mendidik, mengajar dan atau
melatih , memotivasi, serta menggerakan calon warga belajar menjadi warga
belajar. Selain itu juga pamong belajar dituntut untuk melakukan tugas- tugas
mengembangkan alat pelajaran, serta mampu mengembangkan pribadinya dalam
arti harus belajar baik melaui pelatihan maupun belajar sendiri.
Agar seorang pamong belajar menjadi profesional, selalu dituntut untuk
mampu mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan di bidang pendidikan
laur sekolah dan atau pendidikan nonformal khususnya, serta mampu memantau
sistem pendidikan, terutama yang berkaitan dengan program pendidikan luar
sekolah, kebijakan- kebijakan serta keberhasilan program-program pembangunan
dan pemberdayaan pendidikan nonformal dan informal.
Visi, Misi dan kebijakan- kebijakan pendidikan nonformal dan informal
hanya akan terwujud diantaranya dengan melalui kinerja Pamong Belajar yang
ditentukan oleh kompetensi para Pamong Belajar itu sendiri. Belum optimalnya
kinerja Pamong Belajar secara umum dapat dilihat dari beberapa aspek , antara
lain : Pertama , 19 Tugas Pokok Pamong Belajar sebagaimana tersurat dalam SK
MENPAN No.17 Tahun 1989 ( telah diganti dengan SK MENPAN No :25
/MENPAN / 1999, belum sepenuhnya dilaksanakan. Kedua ,belum seluruh
Pamong Belajar melibatkan dan terlibat dalam keseluruhan aktifitas kegiatan
secara penuh ( all out ). Baik dari segi pemikiran, waktu maupun tenaga.Ketiga,
dalam forum-forum tertentu baik secara formal ataupun informal, sering
terungkap ungkapan- ungkapan aspirasi Pamong Belajar, yang intinya mereka
belum bisa mencurahkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk
mencurahkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk memberikan yang
terbaik bagi lembaga dimana para Pamong Belajar berada.Keempat, adanya
penilik Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, khususnya Penilik Pendidikan
Luar Sekolah ( PLS).Hal ini menunjukan bahwa jabatan profesi Pamong Belajar
masih dianggap kurang bergengsi.
Berdasarkan pemantauan, diketahui bahwa 55 orang pamong belajar di
SKB Propinsi Jawa Barat dalam menjalankan tugasnya tidak merata.Bagi
Pamong Belajar yang banyak inisiatif, kreatif dan memiliki keterampilan, mereka
kelihatan sibuk karena pekerjaan yang dilakukan.Akan tetapi ada pula pamong
belajar yang kelihatan santai dan waktu tidak banyak digunakan untuk bekerja
karena bekerja hanya merupakan perintah dari atasannya. Hal – hal seperti ini jika
berlanjut akan dapat mengakibatkan :
1. Khusus bagi pamong belajar, yang mempunyai beban tugas banyak semakin
terampil karena semakin banyak tugas berarti semakin banyak
pengalaman.Pamong belajar yang tidak banyak menerima tugas berarti tidak
banyak memperoleh tambahan pengetahuan dan pengalaman, akibatnya akan
menjadi tenaga yang tidak berkualitas.
2. Pamong belajar yang tidak banyak menerima tugas berarti tidak banyak
bekerja, maka diangap kurang mampu atau tidak terampil.Jika ada pelatihan
atau peningkatan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, mereka sulit
mendapatkan untuk diikutkannya, akibatnya pamong belajar yang terampil
semakin tinggi kemampuannya, dan yang tidak terampil tidak dapat
berkembang.
3. Pamong belajar yang tinggi kinerjanya, akan mempengaruhi jenjang
sebaliknya, bagi pamong belajar yang kinerjanya rendah kenaikan
kepangkatannya akan terlambat.Bahkan jika kenaikan pangkatnya lebih dari 4
tahun, akan mendapatkan peringatan dari atasan sebagai pamong belajar
dapat dicabut sehingga mereka menjadi tenaga administrasi.
Konsekuensi dari adanya keragaman kualitas pamong belajar ialah
timbulnya keragaman hasil pencapaian pelaksanaan program pendidikan luar
sekolah antara daerah satu dengan daerah yang lain. Peraturan Pemerintah No. 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan telah menetapkan delapan
standar pendidikan.Pasal 28 ayat (1) dalam peraturan tersebut dinyatakan, bahwa
pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran,sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya pada ayat (3) dalam
peraturan tersebut dinyatakan, bahwa kompetensi pendidik sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak
usia dini meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, professional, dan sosial.
Implikasi dari peraturan pemerintah tersebut bahwa penyelengaraan pendidikan
harus memenuhi standar kompetensi.
Kiranya persoalan di atas tidak akan teratasi jika tugas pamong belajar
sebagai pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal yang ada tidak
berusaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
jabatannya.Tinggi rendahnya kinerja dan motivasi kerja pamong belajar dalam
melaksanakan pengembangan model, proses belajar mengajar, dan penilaian
nonformal dalam hal ini pendidikan luar sekolah dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain : sosial budaya dan geografis, manajemen personel, serta
penunjang, kemampuan menelaah terhadap tugas- tugas yang diterima, iklim
organisasi kerja, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja mereka dan
kebijakan- kebijakan pimpinan. Dalam Surat Edaran Bersama Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan dan kepala BAKN : ( 1990) kemampuan pamong belajar dituntut
untuk dapat mengikuti dan melaksanakan berbagai kegiatan pada jabatan pamong
belajar yang meliputi : (1) Pendidikan dan latihan, (2) Penyuluhan dan proses
kegiatan belajar mengajar, (3) Pengembangan profesi, dan (4) Kegiatan penunjang
penyuluhan dan proses kegiatan belajar mengajar.
Asumsi sementara bahwa kinerja seorang pamong belajar di SKB
Propinsi Jawa Barat ada kaitannya dengan pendidikan formal dan jenis latihan
yang pernah diikuti, serta banyaknya pengalaman yang dimiliki. Berkaitan dengan
tingkat pendidikan formal, keberadaan dan peranan pamong belajar dalam
kehidupan masyarakat sangat penting, baik ditinjau dari segi pembinaan
masyarakat bidang moral, bidang keterampilan maupun bidang intelektual.
Jabantan pamong belajar sangat penting keberadaanya di Sanggar Kegiatan
Belajar dalam kehidupan dan pembangunan masyarakat, karena dalam kegiatan
sehari- hari pamong belajar berhubungan langsung dengan warga masyarakat
dengan memberikan pengetahuaan maupun keterampilan untuk kehidupan
sehari-sehari .
Pamong Belajar SKB mempunyai peranan yang sangat strategis dan
salah satu lembaga yang mengelola pendidikan melalui jalur pendidikan luar
sekolah.Pamong Belajar memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi
keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi S K B sebagaimaa yang tertuang dalam
SK Mendikbud No.023/0/ 1997.Walaupun begitu untuk memperoleh gambaran
tentang pamong belajar yang ideal dengan berbagai tugas yang telah dilaksanakan
dan beberapa kecakapan yang perlu dikuasai tidak mudah karena adanya latar
belakang sosial, pendidikan pamong yang berbeda- beda.
Pamong belajar sebagai pemangku jabatan professional perlu dibekali
dengan berbagai kemampuan dan kecapakan agar dalam melaksanakan tugasnya
dapat berhasil.Selanjutnya dalam Kepmenkowasbangpan tertuang:
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan
dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25 / KEP/
MENKOWASPAN/ 6 /1999 tentang Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya, Pasal 2 menyebutkan bahwa tugas pokok pamong belajar terdiri atas : 1) Melaksanakan pengembangan model program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olah raga; 2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka pengembangan model dan pembuatan percontohan program pendidikan luar sekolah , pemuda dan olah raga; dan 3) Melaksanakan penilaian dalam rangka pengendalian dan dampak pelaksanaan program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olah raga. ( Lazuardi, dkk, 2008 : 1 ).
Kinerja Pamong belajar yang dalam hal ini apabila dikaitkan dengan
tugas pokoknya (SK Menpan No.127 / MENPAN /198) sebagai salah satu tenaga
pendidikan luar sekolah mempunyai makna ganda, artinya kinerja dapat dilihat
dari kualitas unjuk kerjanya dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan dan proses
pembelajaran serta pengembangan profesi, dan usahanya untuk meningkatkan
serta memperkaya kualitas kemampuannya sebagai pamong belajar dan wawasan
diselenggarakan oleh SKB maupun pihak lain dituntut untuk dapat
mengakomodir perubahan dengan berpegang pada tugas , pokok dan fungsi serta
tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, pamong belajar harus memiliki
kompetensi yang disyaratkan sebagai pendidik dan tenaga kependidikan.
Dalam melakukan tugasnya, tanaga PLS berfungsi sebagai pendidik ( seperti …. Pamong belajar ), ...Tenaga PLS harus mampu mengakomodir dinamika perubahan yang terjadi dalam lingkup nasional, regional dan global, dengan tetap berpegang pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional.Tenaga PLS yang mampu mengemban tugas tersebut adalah tenaga yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan.Pada tataran operasional tenaga PLS dapat mengelola program pembelajaran, memfasilitasi proses pembelajaran dan memperhatikan perkembangan peserta didik dalam berbagai dimensinya, yang mengarah pada kepemilikan dan perkembangan intelegensi, kebutuhan belajar, ketempilan belajar, keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional, dan kemandirian sosial, membentuk dan mengelola satuan pendidikan luar sekolah, serta mengembangkan program pendidikan sesuai dengan satuan pendidikannya. ( Sutisna, A, 2007 : 4 ).
Berangkat dari hal- hal tersebut diatas,penulis mencoba menyinggung
peran salah satu sub aktor yang ikut bertanggung jawab atas perkembangan dalam
dunia pendidikan,khususnya pendidikan luar sekolah atau yang disebut istilah
sekarang yaitu pendidikan nonformal dan informal (PNFI) yakni Pamong Belajar.
Secara global sudah jelas skenario tugas, pokok dan fungsi ( tupoksi ) Pamong
Belajar yang tertuang dalam Kep.Menpan Nomor. 127 / MENPAN/ 1989, pasal 3
( telah diganti dengan SK MENPAN No :25 /MENPAN / 1999, namun yang lebih
penting adalah bagaimana Pamong Belajar mampu menjabarkan tugas- tugas
pokok tersebut di arena pendidikan luar sekolah bagi masyarakat sehingga bisa
berdaya guna dan berhasil guna.
Kompleksnya tugas yang diemban Pamong Belajar di lapangan , dituntut
dengan apa adanya, sehingga memberikan dampak kurang berkembangnya pola
berpikir kreatif yang mengarah pada kemampuan statis. Sebagaimana ditegaskan
oleh Kusmiadi (2006:19-2007), bahwa :
Pamong Belajar sebagai petugas lapangan,ternyata selain orang yang secara langsung berhubungan dengan sasaran layanan pendidikan
nonformal dan informal, juga sebagai penentu dalam
mengimplementasikan dan memadukan keseluruhan program pendidikan nonformal baik secara horizontal maupun secara vertikal. Di sisi lain mereka juga menjadi penyeimbang antara kebutuhan yang akan datang dari penentu kebijakan maupun yang berasal dari masyarakat itu sendiri.Untuk itulah,maka Pamong Belajar senantiasa dituntut untuk berusaha mengembangkan kemampuannya baik bersifat pengetahuan maupun keterampilan sebagai perwujudan atas upaya meningkatkan produktivitas dan kinerja dirinya yang pada hakekatnya adalah juga meningkatkan produktivitas organisasi atau lembaga tempat di mana mereka bekerja.
Pamong Belajar sebagai pendidik pendidikan nonformal dan informal
dituntut untuk melaksanakan tugas, pokok dan fungsinya secara
professional.Peningkatan profesionalisme pendidik pendidikan nonformal dan
informal merupakan sebuah kiniscahayaan dalam mencapai pendidikan
nonformal yang berkualitas,apalagi jika hal itu dikaitkan dengan perubahan yang
terjadi dalam semua aspek termasuk di dalamnya pendidikan.Dunia pendidikan
seyogyanya terus mengalami peningkatan dan perubahan, sehingga menuntut
peran pendidik nonformal khusunya Pamong Belajar yang ada di UPTD SKB
baik diwilayah Kabupaten atau Kotamadya agar dapat merespon, mengakomodir,
serta mengkondisikan kompetensinya untuk dapat mengantisipasi segala
permasalahan dan perkembangan yang terjadi di masyarakat khususnya
Peningkatan kompetensi dan kualifikasi Pamong Belajar merupakan
salah satu kebutuhan yang tentunya tidak bisa dihindari dan harus selalu dilakukan
sebagai sebuah langkah antisipasi dan jawaban pada perubahan- perubahan yang
ada di masyarakat pada umumnya, dan perkembangan pendidikan nonformal dan
informal pada khususnya.Terlebih lagi pada saat ini teknologi yang sudah
berkembang dengan pesat menuntut Pamong Belajar untuk selalu mengikuti
keterbelakangan dan ketertinggalannya.Perkembangan sistem teknologi informasi
dan komunikasi tidak bisa dihindari, mau tidak mau,siap atau tidak siap teknologi
dan informasi ini akan hadir di tengah- tengah kehidupan masyarakat.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja Pamong Belajar dalam
menjalankan tugas, pokok dan fungsinya di antaranya yaitu kompetensi yang
dimilikinya, motivasi atau dorongan,ketersediaan sarana dan prasarana demi
untuk menunjang kinerjanya yang berada dimasyarakat,dukungan dan pembinaan
yang secara langsung dilakukan oleh pemimpin dalam hal ini kepala SKB.
Pamong Belajar tentu dituntut untuk bisa mengakomodir perubahan dan
tantangan dengan merujuk pada tugas, pokok dan fungsi yang tercantum pada
tujuan pendidikan nasional.Untuk itu, Pamong Belajar diharuskan mempunyai
kompetensi dan kualifikasi yang telah disyaratkan dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional sebagai tenaga pendidik nonformal dan informal yang
profesional.
Untuk melaksanakan dan mengimplementasikan program–program
pendidikan nonformal dan informal serta kinerja Pamong Belajar dipengaruhi oleh
Belajar.Topik bahasan dalam penelitian ini adalah faktor- faktor determinan
terhadap motivasi kerja Pamong Belajar di UPTD SKB Kabupaten Propinsi Jawa
Barat.
B. Identifikasi Masalah
Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam sekolah formal maupun di luar sekolah
nonformal.Pada dasarnya seorang pamong belajar selaku pelaksana pendidikan
luar sekolah harus mampu mengembangkan profesinya sebagai pamong belajar di
Sanggar Kegiatan Belajar.Oleh sebab itu seorang pamong belajar selama
melaksanakan tugas- tugas yang diembannya sering mengalami beberapa masalah
yang berkaitan dengan profesinya sebagai tenaga lapangan atau tenaga SKB.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat penulis identifikasikan beberapa
permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan professional yang dapat
mempengaruhi motivasi kerja pamong belajar di SKB adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk mempersepsikan tugas pokok antara pamong belajar
yang satu dengan pamong belajar yang lainnya berbeda-beda.
2. Ada pamong belajar yang belum dapat melaksankan manajemen personal
dengan baik, dan ada pula yang sudah dapat melaksanakan manajemen
personelnya dengan baik
3. Tingkat disiplin pamong belajar antara SKB yang satu dengan yang lain
berbeda-beda, ada yang tinggi dan ada yang rendah.
4. Iklim organisasi kerja antar SKB di Jawa Barat berbeda- beda, ada yang
5. Terdapat kesenjangan antara latar belakang pendidikan formal dengan
tugas pamong belajar yang diembannya.
6. Pengalaman kerja pamong belajar berbeda- beda, dan bagi pamong belajar
yang belum banyak pengalaman, mereka sulit dan berat dalam
melaksanakan tugas- tugasnya sebagai pamong belajar.
Selain masalah- maslah tersebut diatas, faktor lingkungan sosial diduga
juga berpengaruh dalam pembentukan sikap dan kinerja pamong belajar, terutama
dalam melaksanakan pekerjaan agar pelaksanaan program pendidikan nonformal,
pemuda dan olah raga di Provinsi Jawa Barat dapat berjalan dengan baik dan
berhasil secara optimal sesuai dengan harapan. Akan tetapi dari beberapa faktor
yang berhubungan dengan kinerja pamong belajar tersebut seluruhnya diteliti
dalam penelitian ini, maka dari masalah yang akan diteliti perlu dibatasi.
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa permasalahan di atas, penelitian ini membatasi
permasalahan yang akan diteliti pada kemampuan professional dan faktor- faktor
determinan yang mempengaruhi motivasi kerja pamong belajar dalam
melaksanakan tugas- tugas sebagai tenaga teknis lapangan.Oleh karena itu dari
sejumlah permasalahan yang timbul pada indetifikasi masalah penelitian ini
dimaksudkan untuk mencoba menelusuri sejauh mana usaha yang dilakukan
pamong belajar dalam melaksanakan tugas.Untuk menelaah motivasi kerja
pamong belajar, tidak terlepas dari faktor-faktor individu pamong belajar itu
sendiri. Mengingat banyaknya faktor- faktor yang mempengaruhi terhadap
memfokuskan pada faktor- faktor yang diperkirakan mempunyai hubungan yang
berarti terhadap motivasi kerja pamong belajar. Oleh karena itu, variable bebas
yang merupakan determinan dapat mempengaruhi motivasi kerja pamong belajar
dibatasi pada persepsi terhadap tugas pokok pamong belajar, disiplin kerja, iklim
kerja , organisasi kerja, pendidikan dan latihan dalam jabatan. Diharapkan dengan
pembatasan variabel yang diteliti akan diperoleh hasil kajian yang lebih
mendalam terhadap permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan indetifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Seberapa jauh pengaruh persepsi tentang tugas pokok Pamong Belajar
terhadap motivasi kerja di SKB Propinsi Jawa Barat ?
2. Berapa besar pengaruh disiplin kerja Pamong Belajar terhadap motivasi
kerja Pamong belajar di Propinsi Jawa Barat ?
3. Berapa besar pengaruh iklim organisasi kerja Pamong Belajar terhadap
motivasi kerja Pamong belajar di Propinsi Jawa Barat ?
4. Berapa besar pengaruh pendidikan dan latihan Pamong Belajar terhadap
motivasi kerja pamong Belajar di Propinsi Jawa Barat ?
5. Berapa besar pengaruh secara bersama- sama tentang tugas pokok ,disiplin
kerja, iklim kerja, pendidikan dan latihan dalam jabatan terhadap motivasi
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan untuk
penyempurnaan kebijakan dan secara khusus dapat dirinci sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang tugas pokok Pamong Belajar
terhadap motivasi kerja di SKB Propinsi Jawa Barat
2. Untuk mengetahui pengaruh disiplin kerja Pamong Belajar terhadap
motivasi kerja Pamong belajar di Propinsi Jawa Barat
3. Untuk mengetahui pengaruh iklim organisasi kerja Pamong Belajar
terhadap motivasi kerja Pamong belajar di Propinsi Jawa Barat
4. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan dan latihan Pamong Belajar
terhadap motivasi kerja pamong Belajar di Propinsi Jawa Barat
5. Untuk mengetahui pengaruh secara bersama- sama tentang tugas pokok
,disiplin kerja, iklim kerja, pendidikan dan latihan dalam jabatan terhadap
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah
raga melalui Kepala Bidang Pendidikan Nonformal dan Informal baik di
tingkat daerah sampai tingkat pusat dan Kepala SKB untuk mendorong,
memotivasi dan membimbing tenaga pamong belajar dalam lingkungan
kinerjanya.
2. Sebagai masukan bagi para pamong belajar SKB untuk meningkatkan
kemampuan kerja yang lebih tinggi, dengan tidak mengabaikan faktor-
faktor yang dapat mendukung kemampuan profesionalnya.
3. Sebagai bahan untuk mengevaluasi pamong belajar dalam meningkatkan
kualitas dan kuantitas kerjanya.
Secara praktis hasil dari pada penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan
masukan (input) untuk menyusun strategi atau program kegiatan baik bagi Pusat
Pengembangan Pendidikan NonFormal dan Informal ( P2PNFI) yang dapat
menunjang untuk meningkatkan kinerja pamong belajar, dan institusi pendidikan
maupun sebagai penentu kebijakan untuk lebih mengimplementasikan dan
mengakomodir program-program pendidikan nonformal dan informal khususnya
G. Hipotesis Penelitian
Bertitik tolak dari uraian tersebut diatas , pada bagian ini akan
dikemukakan hipotesis. Hipotesis yang dimaksud diatas adalah sebagai berikut :
1. Semakin tinggi persepsi tentang tugas pokok, maka semakin tinggi
pula motivasi kerja pamong belajar di SKB.
2. Semakin tinggi disiplin bekerja, maka semakin tinggi pula motivasi
kerja pamong belajar di SKB.
3. Semakin tinggi iklim organisasi kerja, maka semakin tinggi pula
motivasi kerja pamong belajar di SKB.
4. Semakin tinggi pendidikan dan latihan dalam jabatan, maka semakin
tinggi pula motivasi kerja pamong belajar di SKB..
5. Terdapat hubungan secara bersama-sama antara persepsi tentang
tugas pokok, disiplin kerja, iklim kerja, iklim organisasi kerja,
pendidikan dan latihan dalam jabatan terhadap motivasi kerja pamong
belajar.
H. Kerangka Pemikiran
Karangka pemikiran sebagai asumsi dasar yang akan dikemukakan dalam
Bagan I-I
HUBUNGAN ANTAR VARIABEL BEBAS DAN TERIKAT
Keterangan Variabel
X1 = Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar
X2 = Disiplin dalam Kerja
X3 = Iklim Kerja
X4 = Pendidikan dan Latihan dalam Jabatan
Y = Motivasi Kerja Pamong Belajar
X1
X2
X3
X4
I. Definisi Operasional Variabel
a.Persepsi Tentang Tugas Pokok Pamong Belajar
Mar’at ( 1981: 154 ) menjelaskan bahwa, persepsi merupakan proses
pengamatan yang berasal dari komponen kognisi. Di lain pihak Buss (1978: 78 )
mengartikan sebagai suatu proses pengumpulan, penginterpretasikan informasi.
Sementara menurut Crow dan Chow (1972: 56 ) memberikan batasan bahwa,
persepsi adalah proses mengorganisasikan dan menginterpretasikan data
berdasarkan hasil pengalaman sebelumnya. Persepsi sebagai fungsi spikologis
yang memungkinkan individu menerima dan mengolah informasi dari lingkungan
dan mengadakan perubahan di lingkungannya. Disamping itu Hothersall (1985:55
) mengasumsikan persepsi sebagai interpretasi pengalaman yang terelaborasi,
sedangkan Bower dkk. ( 1987: 65 ) memaknai persepsi sebagai keseluruhan
proses stimulasi eksternal yang tampak pada cara pandang seseorang. Munculnya
persepsi dapat dipengaruhi oleh faktor stimulus dan faktor fungsional. Menurut
Buss ( 1978:15 ) faktor stimulus berupa kesamaan ( similarity), kelancaran,
kedekatan dan konteks. Sedangkan faktor fungsional adalah pengaruh dalam diri
seseorang, seperti perhatian, kebutuhan, dan sebagainya. Persepsi juga
berhubungan dengan tingkah laku. Sedangkan tingkah laku manusia ditentukan
oleh persepsinya terhadap obyek tertentu, yang kemudian digunakan sebagian
dasar dalam mengambil kesempatan terhadap obyek tersebut. Tindakan orang
Yang dimaksud dengan persepsi tentang tugas pokok pamong belajar
dalam penelitian ini adalah bagaimana seorang pamong belajar dapat menerima,
menterjemaahkan, menguraikan atau menjabarkan, serta mengorganisir terhadap
tugas-tugas yang mudah dilaksanakan, dengan tugas- tugas tersebut dapat
mendorong untuk meningkatkan semangat kerja dan kemampuan kerjanya.
Oleh karena itu persepsi tentang tugas pokok pamong belajar, adalah
proses untuk mencoba memberikan arti terhadap tugas pokoknya yang dipahami
melalui belajar, latihan dan interaksi dengan lingkungan sekitar.
Persepsi juga sebagai cara pandang yang dimaksud dalam penelitian ini
meliputi : tanggapan terhadap tugas yang diterima, dorongan untuk meningkatkan
kemampuan kerja, rasa betah dan bergairah untuk bekerja.
b.Disiplin dalam Bekerja
Yang dimaksud dengan disiplin dalam bekerja bagi pamong belajar di
Sanggar Kegiatan Belajar ( SKB ), adalah suatu sikap ketaatan melaksanakan
pekerjaan secara tertib dan lancar serta berusaha bekerja sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, dan selalu berusaha untuk berfikir secara dinamis kearah masa
depan. Disiplin dalam bekerja merupakan proses untuk perubahan sikap diri
seorang pamong belajar untuk melatih diri dan belajar sambil bekerja,
pertumbuhan dan perkembangan kearah tingkah laku yang bermoral guna
mencapai kinerja yang lebih tinggi. Disiplin dalam bekerja pamong belajar
dimaksudkan sebagai ketaatan untuk melaksanakan pekerjaan secara tertib dan
menyelesaikan tugas- tugas tepat waktu serta bertanggung jawab terhadap tugas-
tugas yang diterimanya.
c.Iklim Organisasi Kerja
Iklim organisasi kerja pamong belajar adalah suasana dan kondisi fisik
tempat bekerja, nilai- nilai budaya lingkungan pamong belajar yang terwujud
dalam bentuk mendukung atau tidak mendukung, menyenangkan atau tidak
menyenangkan bagi pamong belajar dari hasil interaksi antara sesama pamong
belajar ( teman sekerja ). Adapun iklim organisasi kerja pada penelitian ini
meliputi: hubungan dengan sesama pamong belajar, hubungan dengan Kepala
SKB, hubungan dengan tenaga administrasi, hubungan dengan Penilik PLS,
hubungan dengan masyarakat dan warga belajar, rasa tenang dan aman, motivasi
untuk kerja, dapat mendiskusikan informasi- informasi baru yang berkaitan
dengan tugasnya sehingga dapat diselesaikan bersama- sama.
d.Pendidikan dan Latihan dalam Jabatan
Yang dimaksud pendidikan dalam penelitian ini adalah kesempatan yang
diperoleh seorang pamong belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang telah diikuti melalui sekolah, dari tingkat dasar hingga tingkat
perguruan tinggi, dan secara formal dapat ditunjukan dengan Surat Tanda Tamat
Belajar ( STTB) atau surat- surat lain yang mememiliki nilai yang sama dengan
STTB tersebut.Adapun jenjang pendidikan yang ada pada pamong belajar saat ini
berbagai jurusan,, Diploma III Pendidikan Luar sekolah, dan Strata I(S1) dan
Strata 2 ( S2 ) dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda- beda.
Adapun latihan dalam jabatan dimaksud dalam penelitian ini adalah ikut
sertanya pamong belajar dalam berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan kerja. Kegiatan tersebut meliputi
pelatihan yang berkaitan dengan tugas- tugas sebagai pamong belajar SKB,
kursus, dan pendidikan sejenisnya sejak diangkat sebagai pamong belajar hingga
saat penelitian dilakukan.
Pendidikan dan latihan, yaitu suatu kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan secara terprogram dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap pesertanya.Pendidikan dan latihan yang dimaksudkan
adalah jenis pelatihan atau kegiatan yang diselenggarakan di P2PNFI yang
pesertanya pamong belajar dari SKB di Propinsi Jawa Barat dan dengan waktu
tertentu dapat memberikan dampak peningkatan pengetahuan, keterampilan,
damsikap bagi pamong belajar yang mengikutinya sehingga akan meningkatkan
motivasi dan kinerjanya.
e. Motivasi kerja
Secara etimologi kata motivasi berasal dari kata movere yang berarti
bergerak, atau dorongan bagi seseorang untuk berbuat, atau ide pokok yang selalu
berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia dalam hal ini pamong belajar
dalam melaksanakan tugas- tugas dalam jabatannya yang merupakan realisasi dari
belajar.Adapun motivasi dan kinerja pamong belajar sesuai dengan tugas
pokoknya dalam penelitian ini meliputi : bimbingan, penyuluhan, proses
pembelajaran, pengembangan profesi, pengamdian pada masyarakat, dan
keterlibatan dalam kegiatan- kegiatan kerja baik di kantor maupun di masyarakat.
f.Pamong Belajar
adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk; (a)
melaksanakan pengembangan model program pendidikan luar sekolah, pemuda
dan olah raga ,(b) melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka
pengembangan model dan pembuatan percontohan program pendidikan luar
sekolah,pemuda dan olah raga dan (c) melaksanakan penilaian dalam rangka
pengendalian mutu dan dampak pelaksanaan program pendidikan luar sekolah. (
KEP /MENKOWASPAN / 6 / 1999 )
statistik.Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam
penelitian, yaitu statistik deskriftif dan statistik inferensial.
J. Waktu dan Tempat Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara intensif mulai dari mengurus perijinan
hingga pengumpulan data dari responden, yaitu pada bulan Maret, April dan Mei
2010.Sebagai lokasi penelitian yang telah dilaksanakan yaitu di Pusat
Pengembangan Pendidikan NonFormal dan Informal ( P2PNFI) Regional I Jaya
Adapun Sampel dalam pelaksanaan penelitian ini adalah 8 UPTD
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yaitu pada:
1. UPTD SKB Kabupaten Purwakarta.
2. UPTD SKB Kabupaten Sumedang.
3. UPTD SKB Kabupaten Subang,
4. UPTD SKB Kabupaten Karawang
5. UPTD SKB Kabupaten Cimahi.
6. UPTD SKB Kabupaten Garut
7. UPTD SKB Kabupaten Cianjur .
8. UPTD SKB Kabupaten Bogor
Jumlah Populasi Sampel seluruhnya yaitu sebanyak 55 orang pamong
belajar. Yang menjadi obyek populasi dari penelitian ini ialah Pamong Belajar.
Karena semua pamong belajar yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian
ini dapat disebut penelitian populasi.Penelitian ini dilaksanakan di SKB di
Wilayah Provinsi Jawa Barat sebagai lokasi tersebut dipilih dimana pamong
belajar berada. Alasan mengambil lokasi penelitian ini ialah peneliti bertugas di
SKB Kabupaten Purwakarta, dan menurut pengamatan sementara peneliti terjadi
variasi motivasi dan kinerja pamong belajar khususnya di SKB. Selain itu juga
bahwa di SKB Provinsi Jawa Barat hingga saat ini belum ada penelitian berkaitan
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif dimana dalam penelitian kuantitatif analisis
data merupakan kegiatan setelah data dari responden atau sumber data lain
terkumpul.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kuantitatif
menggunakan statisitk. Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dalam penelitian, yaitu statistik deskriftif dan statistik
nonparametrik. Statistik parametrik digunakan untuk mengetahui keterkaitan atau
hubungan antar variabel digunakan uji korelasi person product moment terhadap
fokus permasalahan yang dilaksanakan. Statistik deskrifrif adalah merupakan
statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya.
Dalam penelitian ini tentunya informasi dan data dikumpulkan terlebih dahulu
dari para responden dengan menggunakan beberapa kuesioner.Setelah data
tersebut diperoleh lalu hasilnya akan dipaparkan secara deskriptif dan pada akhir
penelitian itu akan dianalisis untuk menguji suatu hipotesis yang diajukan pada
awal penelitian tersebut
Metode deskritif yaitu suatu metode dalam meneliti status komunitas
manusia yang dianggap suatu objek, suatu perangkat situasi, suatu sistem
metode deskriptif yaitu untuk membuat deskripsi atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat tentang fakta-fakta serta korelasi antara fenomena yang
diinvestigasi ( Nazir, 1988 : 63 ) . .
Merujuk pada asumsi yang disebutkan diatas, maka penulis dapat
menarik suatu kesimpulan bahwa metode deskriptif korelasional sangat sesuai
apabila digunakan di dalam penelitian ini dikarenakan dimaksudkan untuk
mengungkap korelasi antara variabel Independen (X), persepsi tentang tugas
pokok pamong belajar( X1), variabel disiplin dalam bekerja ( X2 ), variabel iklim
kerja ( X3), variabel pendidikan dan pelatihan ( X4) dengan variabel Dependen(
Y) Motivasi Kerja Pamong Belajar.
B.Populasi dan Sampel Penelitian
1.Populasi Penelitian
Populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang merupakan kuantitas dan ciri- ciri tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 2002 : 57 ).
Interpretasi lain dari populasi menurut ( Nazir, 1988 : 3 ) ialah berhubungan
dengan data, bukan orang atau bendanya.Populasi merupakan totalitas seluruh
nilai yang mungkin, baik dari hasil penghitungan ataupun pengukuran kuantitatif
maupun kualitatif dari pada ciri- ciri tertentu tentang sekumpulan objek yang
Dengan demikian bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian,
baik itu berupa tempat, benda, maupun simbol- simbol yang biasa dijadikan
sebagai sumber data.Sebab penelitian ini berhubungan antara Persepsi tentang
Tugas Pokok Pamong Belajar ,Disiplin dalam Bekerja, Iklim Organisasi Kerja,
Pendidikan dan Latihan dalam jabatan dan dengan motivasi kerja Pamong Belajar
,oleh karena itu Sampel merupakan bagian dari atau wakil populasi yang diteliti
termasuk didalammnya karakteristik dan jumlahnya. Teknik sampling yang
digunakan dalam sampel penelitian ini ialah sampling acak sederhana. Dalam
penelitian ini dimana jumlah populasi sebanyak 55 orang pamong belajar tersebut
semuanya dijadikan responden peneltian dari 8 UPTD Sanggar Kegiatan Belajar
(SKB).
).
Tabel 3.1.
POPULASI PENELITIAN
No Pamong Belajar UPTD SKB di Jawa Barat Jumlah
Pamong
1 UPTD SKB Kabupaten Purwakarta 9 orang
2. UPTD SKB Kabupaten Karawang 8 orang
3. UPTD SKB Kabupaten Subang 30 orang
4. UPTDSKB Kabupaten Cianjur 10 orang
5.. UPTD SKB Kabupaten Sumedang 18 orang
6. UPTD SKB Kabupaten Garut 14 orang
7 8..
UPTD SKB Kota Cimahi UPTD SKB Kabupaten Bogor
10 orang 10 orang
Jumlah 99 orang
2.Sampel penelitian
Sampel merupakan bagian dari atau wakil populasi yang diteliti termasuk
didalammnya karakteristik dan jumlahnya. Teknik sampling yang digunakan
dalam sampel penelitian ini ialah sampling acak sederhana. Dalam penelitian ini
dimana jumlah populasi sebanyak 55 orang pamong belajar tersebut semuanya
dijadikan responden penelitian dari 8 UPTD Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).
C.Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Sesuai dengan fokus permasalahan penelitian, data- data yang
diperlukan dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara, observasi dan
dokumentasi. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan
dengan variabel- variabel seperti variabel bebas ( independen) ( X ) yaitu Persepsi
tentang Tugas Pokok Pamong Belajar (X1), Disiplin dalam Bekerja (X2). Iklim
Organisasi Kerja (X3) ,Pendidikan dan Latihan dalam Jabatan (X4) Sedangkan
untuk variabel terika ( independen ) yakni Motivasi Pamong Belajar selain
menggunakan kuesioner juga menggunakan observasi dan catatan- catatan atau
dokumentasi tentang motivasi kerja Pamong Belajar yang menjadi responden
dalam penelitian ini.
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik untuk mendapatkan keterangan
atau hal- hal dari responden secara lebih mendalam.Hal ini dilakukan
berhubungan dengan Faktor- faktor Determinan dan Motivasi Kerja
Pamong Belajar.Hasil wawancara tentu sangat bermanfaat terutama untuk
2. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data yang bisa dilakukan dengan
pengamatan secara langsung, sengaja dan sistematis melalui pengamatan
dan pencatatan terhadap penomena yang sedang diteliti.Kegunaan teknik
observasi dalam penelitian ini yaitu untuk mengamati kompetensi dan
motivasi kerja Pamong Belajar yang ada di masing- masing satuan unit
kerja UPTD SKB.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik Dokumentasi yaitu
pengumpulan data melalui hasil laporan tulisan yang secara
formal.Adapun tujuan dari teknik dokumentasi adalah untuk melihat
perkembangan kinerja dan motivasi Pamong Belajar.
4. Angket atau Kuisioner
Kuisioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
pertanyaan- pertanyaan dalam bentuk tertutup.Kegunaan dari angket atau
kuisioner digunakan untuk menggali serta dapat mengungkapkan hal- hal
atau informasi yang bersifat rahasia sehingga data yang diperoleh akan
lebih lengkap, konsisiten dan akurat. Adapun bahan- bahan yang diambil
untuk penyusunan kuisioner ini dikumpulkan dari berbagai sumber
diantaranya melalui; wawancara, observasi dan dokumentasi.
Beberapa pertimbangan utama dalam menggunakan dan memilih alat
a. .Agar hasil dari pengukuran terhadap variabel- variabel yang diteliti bisa
dianalisis serta diolah secara statistik.
b. Dengan alat pengumpul data yang dimaksud akan sangat memungkinkan
memperoleh data yang seobyektif mungkin.
c. Penelitian ini tentunya bisa dilakukan dengan mudah serta bisa
menghemat biaya, waktu dan tenaga.
D.Langkah- langkah Penelitian
Pada umumnya dalam sebuah penelitian dapat dilakukan dalam beberapa
tahap, diantaranya :
1. Tahap persiapan; tahapan dimana seorang peneliti melakukan
penjajakan serta pengkajian terhadap fokus masalah penelitian,
menentukan populasi dan sampel, kelengkapan administrasi, studi
pendahuluan,penyusunan instrumen pengumpulan data serta
kelengkapan- kelengkapan lainnya.
2. Pengumpulan data merupakan suatu tahapan di mana seorang peneliti
melakukan pengumpulan data, dengan menggunakan alat ( kuisioner)
yang telah divalidasi dan atau direvisi.
3. Pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian sebagai bentuk
pertanggung jawaban. Data- data yang diolah dan dianalisis dengan
menggunakan prosedur statistik.
Berikut ini dikemukakan secara rinci proses perumusan instrumen
1.Penyusunan Kuesioner
Untuk mengungkap persepsi tentang tugas pamong belajar ( X1),
disiplin dalam bekerja ( X2 ), iklim organisasi kerja ( X3 ) , pendidikan dan latihan
( X4 ) dengan motivasi kerja Pamong Belajar (Y) digunakan skala tertentu untuk
meminta seseorang ataupun responden agar supaya memberikan jawaban dan atau
pilihan dari berberapa statemen yang ada dalam lembaran kuisioner.
Setiap pernyataan disusun berdasarkan penjabaran dari bagian - bagian
yang terkandung dalam setiap variabel penelitian. Dalam hal ini baik wawancara,
observasi dan studi kepustakaan yang dilakukan sebelumnya sangat mendukung
dan menjadi suatu landasan dalam menyusun bagian pertanyaan dan atau
pernyataan.
E.Instrumen Penelitian dan Pensekoran
Instrumen merupakan alat pengumpul data yang disusun dan
dikembangkan berdasarkan prosedur serta tahapan-tahapan tertentu. Adapun
sebagai langkah-langkah dalam pengembangan instrument pada penelitian ini
adalah :
Menentukan konstruksi yang diukur, merumuskan definisi operasional.
Mendefinisikan konstruk, menyusun butir-butir pertanyaan, melakukan uji coba,
dan menyempurnakan pernyataan.
Secara garis besar bahwa penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan
variabel terikat. Agar diperoleh data yang lengkap tentang kedua varabel tersebut,
digunakan beberapa insturmen dengan skala pengukurnnya. Adapun jenis
angket berupa kuestioner dengan skala sikap. Kuesioner dipakai untuk
mendapatkan data yang berhubungan dengan variable-variabel persepsi tentang
tugas pokok pamong belajar, disiplin kerja, iklim organisasi kerja, pendidikan dan
latihan dalam jabatan, motivasi kerja pamong belajar.
Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan pada kisi-kisi yang
mengacu pada konsep teoritik. Kisi-kisi tersebut disusun berdasarkan variabel
peneltian yaitu : Persepsi tentang tugas pokok pamong belajar sebanyak 36 item;
Disiplin dalam bekerja sebanyak 20 butir; iklim organisasi kerja sebanyak 67 butir
item; Motivasi Kerja pamong belajar ( golongan IIIc sebanyak 40 butir item;
Golongan IIId sebanyak 56 butir item).
1. Instrumen Pengukuran Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar
Data tentang persepsi tugas pamong belajar ini, diperoleh melalui
pengukuran dengan menggunakan angket. Angket ini memuat indikator seperti
tanggapan terhadap cara kerja, dorongan untuk meningkatkan kemampuan kerja,
rasa betah dan bergairah. Adapun instrumen yang dikembangkan untuk mengukur
persepsi terhadap tugas pokok pamong belajar kisi- kisinya sebagai berikut :
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Pengumpulan Data untuk Variabel Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar
Sub variabel Indikator Respon
den
pertanyaan- pertanyaan yang terdiri dari lima pilihan jawaban yang diberikan skor
lima sampai dengan satu.Untuk jawaban positif diberi bobot skor seperti : sangat
setuju = 5, setuju= 4, ragu- ragu = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1.
Sedangkan jawaban negative diberi bobot skor : sangat setuju = 1, setuju= 2, ragu-
ragu= 3, tidak setuju = 4, sangat stidak setuju = 5. Dengan pensekoran tersebut,
2. Instrumen Pengukuran Disiplin dalam Bekerja
Data tentang disiplin dalam bekerja pamong belajar di SKB Propinsi
Jawa Barat akan dikumpulkan berdasarkan indikator- indikator : ketaatan terhadap
peraturan, tanggung jawab terhadap tugasnya, inisiatif dalam bekerja, dan
pengendalian diri. Adapun untuk jelasnya dapat dilihat pada kisi- kisi berikut:
Tabel 3.3
Kisi- Kisi Instrumen Pengumpulan Data untuk Variabel Disiplin dalam Bekerja
Sub variabel Indikator Responden Nomor Butir Jumlah
a.Disiplin
checklist dan disertai pedoman untuk memberikan nilai dengan menggunakan
lima pilihan, yaitu dari kedisiplinannya tinggi sampai rendah, dengan rentang nilai
: sangat tinggi = 5, tinggi = 4, sedang = 3, rendah = 2, sangat rendah = 1. Data ini
diisi oleh kepala SKB terhadap setiap pamong belajar yang dijadikan responden.
Dengan pensekoran tersebut akan diperoleh sekor minimal 20, dan sekor
3. Instrumen Pengukuran Iklim Organisasi Kerja Pamong Belajar
Data tentang iklim organisasi kerja pamong belajar dikumpulkan
berdasarkan indikator- indikator : hubungan sesama pamong belajar, hubungan
dengan kepala SKB, hubungan dengan penilik PLS ( PNFI), hubungan dengan
tenaga administrasi, hubungan dengan warga belajar, hubungan dengan warga
masyarakat, hubungan dengan orang tua warga belajar. Berdasarkan indikator-
indikator tersebut disusun kisi- kisi instrumen sebagai berikut :
Tabel 3.4
Kisi- kisi Instrumen Pengumpulan Data untuk Variabel Iklim Organisasi Kerja
Sub variabel Indikator Respon
a.7.Hubungan PB
positifnya jika ya = 3, ragu- ragu / kadang- kadang = 2, tidak = 1. Dan sebaiknya
untuk pernyataan negatif , jika ya = 1, ragu- ragu / kadang- kadang= 2, jika tidak
3. Dengan pensekoran tersebut, akan diperoleh sekor minimal 67, dan sekor
maksimal 201.
4. Instrumen Pengukuran Pendidikan dan Latihan dalam Jabatan
Data mengenai pendidikan dan latihan dalam jabatan, diperoleh melalui
pengukuran dengan angket isian menurut : jenis dan jenjang pendidikan, jenis
latihan, waktu / hari dan tempat pelaksanaan pelatihan. Berdasakan keputusan
Menpan dalam menetapkan angka kredit bagi jabatan pamong belajar SKB
adalah : jumlah hari untuk setiap latihan. Untuk memperoleh data latihan maka
dibuat lima alternatif penilaian sebagai berikut : 1- 7 hari = 1, 8- 14 hari= 2, 15-
21 hari = 3, 22 – 28 hari = 4 ,29 hari keatas = 5. Sedangkan untuk penilaian data pendidikan formal bagi pamong belajar dibuat alternatif penilaian sebagai
berikut : Diploma = 4 ,S1 Umum = 8 , S1 Kependidikan = 6 , dan S1 PLS = 6
5. Instrumen Pengukuran Motivasi Kerja Pamong Belajar
Sehubungan dengan pamong belajar di Sanggar Kegiatan Belajar ( SKB)
Propinsi Jawa Barat terdiri dari golongan IIIc, dan golongan IIId, maka untuk
menjaring data- data tentang motivasi kerja pamong belajar,isntrumennya juga
dipisahkan antara pamong belajar golongan IIIc, dengan pamong belajar golongan
IIId. Data tentang motivasi kerja pamong belajar golongan III, diperoleh dengan
angket isian untuk mengukur indikator- indikator : bimbingan, penyuluhan, proses
pembelajaran, pengembangan profesi, pengabdian pada masyarakat, keterlibatan
dalam kegiatan kerja. Dari indikator yang ada, disusun kisi- kisi sebagai berikut :
Tabel 3.5
Kisi –Kisi Instrumen Pengumpulan Data untuk Variabel Motivasi kerja Pamong Belajar Golongan III c
Indikator Responden Nomor Butir Jumlah
JUMLAH 56
Berdasarkan kisi- kisi yang ada disusun instrumen sesuai dengan
keperluannya. Setiap pertanyaan atau pernyataan dalam instrumen disediakan
empat pilihan jawaban dengan kategori : selalu / sangat aktif, sering / aktif,
kadang- datang / kurang aktif, dan pernah / tidak pernah. Adapun pensekorannya
ialah 4 untuk pilihan jawaban selalu / sangat aktif , 3 untuk pilihan jawaban sering
/ aktif, 2 untuk pilihan jawaban kadang- kadang / kurang aktif, dan1 untuk pilihan
jawaban tidak pernah / tidak aktif. Dalam instrumen ini juga terdapat pertanyaan/
pernyataan tentang bimbingan , maka untuk bimbingan maupun latihan dengan
kategori pensekorannya : 6 kelompok / lebih = 4, 4-5 kelompok = 3, 2-3
kelompok = 2, 0-1 kelompok = 1. Dari pensekoran tersebut, maka akan diperoleh
sekor minimal 56, dan sekor maksimal 224.
Sedangkan kisi- kisi instrumen untuk variabel Motivasi Kerja Pamong
Belajar golongan III d, sebagai berikut:
Tabel 3. 6
Kisi- Kisi Instrumen Pengumpulan Data untuk Variabel Motivasi kerja Pamong Belajar Golongan IIId
Indikator Responden Nomor Butir Jumlah
5. Keterlibatan dalam kegiatan.
PB 8,9,22,23,31,37
JUMLAH 40
Berdasarkan kisi- kisi yang ada disusun instrumen sesuai dengan
keperluannya.Setiap pertanyaan / pernyataan dalam instrumen disediakan empat
pilihan jawaban dengan kategori : selalu/ sangat aktif, sering / aktif, kadang-
kadang / kurang aktif, dan tidak pernah / tidak aktif. Adapun pensekorannya ialah
4 untuk pilihan jawaban selalu / sangat aktif, 3 untuk pilihan sering/ aktif, 2 untuk
pilihan jawaban kadang- kadang / kurang aktif, dan 1 untuk pilihan jawaban tidak
pernah / tidak aktif.
Sedangkan untuk kegiatan bimbingan disediakan juga empat pilihan
jawaban dengan kriteria sekor 4 untuk pilihan jawaban 6 kelompok / lebih, skor 3
untuk pilihan jawaban 4 -5 kelompok, skor 2 untuk pilihan jawaban 2 -3
kelompok, dan sekor 1 untuk pilihan jawaban 0 – 1 kelompok. Dari penyekoran tersebut, maka akan diperoleh sekor minimal 40, dan sekor maksimal 160.
F. Uji Coba Instrumen
Setelah instrumen tersusun dan sebelum digunakan untuk mengumpulkan
data, maka instrumen tersebut perlu penyempurnaan dengan cara uji coba terlebih
dahulu terhadap sejumlah sampel tertentu. Dengan uji coba ini diharapkan dapat
memperoleh suatu instrumen yang baik memiliki reliabilitas dan validitas yang
coba ini dimaksudkan pula untuk mengetahui apakah instrument yang telah
dikembangkan berdasarkan konstruk teori dapat mencakup indicator- indicator
yang dikembangkan secara teoritis. Untuk itu perlu pengujian secara redibiliti
maupun secara empirik.
Pengujian secara reabiliti dilakukan terhadap teman sejawat, dalam hal
ini pamong belajar SKB Purwakarta dan mahasiswa Program Pasca Sarjana UPI
Bandung sebanyak 10 orang.Pengujian ini juga untuk mengetahui bagaimana
item-item yang telah disusun dapat dipahami atau belum sekaligus untuk
mendapatkan koreksi, masukan dan saran- saran untuk menyempurnaan masing-
masing item. Sedangkan pengujian secara empirik dilakukan terhadap sampel
sebanyak 99 orang pamong belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Adapun
pamong belajar yang dijadikan sampel uji coba berasal dari : SKB Kabupaten
Purwakarta sebanyak 9 orang, SKB Kabupaten Sumedang sebanyak 18 orang,
SKB Kabupaten Garut sebanyak 14 Orang., SKB Kabupaten Cimahi sebanyak10.
Orang, SKB Kabupaten Subang sebanyak 30 Orang, SKB Kabupaten Cianjur
sebanyak 10 Orang, SKB Kabupaten Karawang sebanyak 8 Orang, SKB
Kabupaten Bogor sebanyak 10 Orang. Dipilihnya delapan SKB tersebut sebagai
tempat uji coba, karena dilihat dari segi geografis dan keberadaan pamong
belajarnya memiliki karakteristik yang hampir mirip dengan SKB yang akan
dijadikan wilayah penelitian khususnya di Propinsi Jawa Barat
Adapun langkah- langkah yang ditempuh dalam uji coba ini ialah : (1)
Mengidentifikasi pamong belajar yang memiliki karakteristik mirip dengan
Menetapkan jumlah sampel sebanyak 99 orang.( 3) Melaksanakan uji coba dari
tanggal 15 Maret sampai dengan 31 Mei 2010.(4) Menelaah hasil uji coba. (5)
Merevisi instrumen.
G.Validitas dan Relibilitas Instrumen
Sebuah instrumen dikatakan baik sebagai alat ukur apabila memenuhi
cirri- cirri sahih ( valid) dan andal ( reliable ). Untuk itu diperlukan uji coba
instrument dengan maksud untuk melihat keandalan dan kesahihan ( validitas dan
reliabilitas). Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat ukur pengukur itu
mengukur apa yang ingin diukur ( Masri Singaribuan, 1990). Sebagi alat ukur
pada penelitian ini adalah instrumen, dan lebih lanjut lagi Djamaludin Ancok (
1991 ) mengatakan bahwa, validitas menunjukan sejauh mana instrumen yang
disusun dapat mengukur apa yang ingin diukur. Adapun validitas yang akan diuji
adalah validitas isi ( content validity ) yaitu sejauh mana isi alat pengukur tersebut
mewakili semua aspek dianggap sebagai aspek kerangka konsep ( Marsi
Singaribuan, 1990). Suatu instrumen akan dinyatakan valid jika koefisien
korelasinya > 0,50 ( Gay, 1991 ).
Malalui uji coba instrumen dapat disempurnakan antara lain dengan cara
Menghilangkan butir- butir pertanyaan yang tidak sahih, memperbaiki pertanyaan
yang tidak dimengerti oleh responden, menyempurnakan kalimat dalam
pertanyaan tertentu, dan menyesuaikan waktu yang tepat.
Dalam hal ini instrumen yang diuji cobakan ada lima bagian. Yaitu
persepsi terhadap tugas pokok pamong belajar ( X1 ), disiplin dalam bekerja (
motivasi kerja pamong belajar ( Y). Namun dari lima instrumen ini hanya empat
yang dilakukan pengujian kesahihan dan keandalannya, yakni persepsi terhadap
tugas pokok pamong belajar, disiplin dalam bekerja, iklim organisasi kerja, dan
motivasi kerja pamong belajar. Sedangkan ubahan latihan dalam jabatan
dilakukan uji coba hanya untuk mendapatkan gambaran dari responden dan
menyempurnakan angket.
1.Instrumen Pengukuran Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar
Untuk memperoleh data ubahan persepsi tentang tugas pokok pamong
belajar digunakan angket yang berisi daftar pertanyaan / pernyataan dengan lima
katagori jawaban. Angket tersebut diberikan kepada pamong belajar yang tidak
sebagai responden penelitian. Selanjutnya pada data tersebut dilakukan analisis
faktor untuk untuk mengetahui kesahihan dan keandalan instrumen.
a.Validitas
Validitas yang akan dilakukan pada penelitian ini adalaha validitas isi,
sehingga uji validitas isi terhadap alat ukur penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan " Rational Judgment ' , yaitu apakah butir instrumen dapat
menggambarkan sesuai dengan indikator dari variabel yang dimaksudkan atau
belum. Validitas isi dilakukan dengan penelaahan secara cermat terhadap butir-
butir pertanyaan karena setiap butir pernyataan sangat erat kaitannya dengan isi
dari variabel yang bersangkutan.
Uji kesahihan dilakukan juga dengan teknik analisis faktor yang
Penggunaan teknik analisis tersebut dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi
butir- butir pertanyaan / pernyataan yang dijabarkan dari konstruk- konstruk
secara konseptual dengan pengujian secara empirik. Dengan demikian tujuan
analisis faktor yang digunakan ialah untuk mengkonfirmasikan hasil
pengembangan butir pertanyaan/ pernyataan secara konseptual dengan pengujian
berdasarkan data empirik. Butir- butir pertanyaan / pernyataan yang masuk lebih
dari satu faktor, atau tidak masuk dalam faktor, maka butir- butir pertanyaan /
pernyataan tersebut dinyatakan gugur (lampiran3). Adapun hasil uji coba
instrumen persepsi terhadap tugas pokok pamong belajar dapat dilihat pada Tabel
berikut:
Tabel 3.7
Pengelompokan Butir Angket Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar
Karangka Teori Butir Hasil Analisis
Dengan meilhat tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa dari 37
butir pertanyaaan/ pernyataan pada instrumen persepsi tentang tugas pokok
pamong belajar terdapat empat butir yang dinyatakan gugur karena tidak
memenuhipersyarakatn yaitu nomor butir 2, 17, 31, dan 32. Selain itu ada pula
butirpertanyaan/ pernyataan yang mengalami pergeseran atau perpindahan dari
indicator ke indikator lain. Adapun nomor butir ynga mengalami perpindahan
tersebut berjumlah delapan butir yaitu butir nomor 6, 8,19, 22, 25, 29, dan 34.
b.Reliabilitas
Uji keandalan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keandalan
isntrumen yang akan digunakan dalam pengelompokan data penelitian. Pengujian
instrumen ini dilakukan dengan teknik koefisien alpha dari Cronbach. Teknik ini
dipakai karena instrumen yang dikembangkan berbentuk skala sikap dengan
rentangan 1 sampai dengan 5. Kriteria yang digunakan untuk menetapkan
keterandalan instrumen adalah jika koefisien gabungan > 0,50 maka instrumen
tersebut dinyatakan andal ( Gay, 1991)
Pengujian dilakukan terhadap masing- masing faktor/ indikator untuk
mengetahui tingkat keandalan yang dimiliki faktor/ indikator pada
variabel.Formula ini digunakan berdasarkan atas jawaban angket yang
dikembangkan..Pengujian ini dilakukan dua tahap.Tahap pertama pengujian
keandalan masing- masing faktor, dan tahap kedua pengujian keandalan faktor
angket secara keseluruhan butir. Dengan bantuan komputer paket program SPSS