• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR- FAKTOR DETERMINAN TERHADAP MOTIVASI KERJA PAMONG BELAJAR DI UPTD SANGGAR KEGIATAN BELAJAR ( SKB) PROPINSI JAWA BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR- FAKTOR DETERMINAN TERHADAP MOTIVASI KERJA PAMONG BELAJAR DI UPTD SANGGAR KEGIATAN BELAJAR ( SKB) PROPINSI JAWA BARAT."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………...i

LEMBAR PERSETUJUAN………ii

PERNYATAAN……….iii

ABSTRAK………..iv

KATA PENGANTAR……….v

UCAPAN TERIMA KASIH……….vii

DAFTAR ISI ………...xiii

DAFTAR LAMPIRAN……… ….. BAB I PENDAHULUAN ……… A. Latar Belakang Masalah ……….1

B. Identifikasi Masalah ………13

C. Pembatasan Masalah ……….14

D. Perumusan Masalah ………. 15

E. Tujuan Penelitian ……….16

F. Manfaat Penelitian………17

G. Hipotesis Penelitian ……….18

H. Kerangka Pemikiran ……….18

I. Definisi Operasional Variabel ………20 J. Waktu dan Tempat Penelitian ………..24

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar………26

B. Disiplin Kerja Pamong Belajar………..29

C. Iklim Organisasi Kerja Pamong Belajar………32

(2)

E. Hubungan Disiplin Kerja dengan Motivasi Kerja Pamong Belajar ……39

F. Hubungan Iklim Organisasi Kerja dengan Motivasi Kerja Pamong Belajar……….41

G. Hubungan Pendidikan dan Latihan dalam Jabatan ( Diklat ) dengan Motivasi Kerja Pamong Belajar……….42

H. Hubungan antara Persepsi tentang Tugas Pokok , Iklim Organisasi Kerja, Disiplin Kerja , Pendidikan dan Latihan dengan Motivasi Kerja Pamong Belajar ………...46

I. Motivasi Kerja Pamong Belajar……….48

J. Hakekat Pamong Belajar………62

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ………63

B. Populasi dan Sampel Penelitian ………..64

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ………...66

D. Langkah- Langkah Penelitian………...68

E. Instrumen Penelitian dan Pengolahan……….69

F. Uji Coba Instrumen……….77

G. Validitas dan Relibilitas Instrumen……….79

H. Teknik Analisis Data………. .96

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Analisis Data ………..99

B. Hitungan Korelasi antar Variabel Penelitian………....113

C. Pembahasan………..121

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ………132

B. Rekomendasi………133

DAFTAR PUSTAKA………..137

(3)

LAMPIRAN-LAMPIRAN………143

REKAP SKOR JAWABAN UJI COBA INSTRUMENVARIABEL BEBAS DAN VARIABEL TERIKAT………..144 UJI VALIDITAS ( KESAHEHAN ) INSTRUMEN PENELITIAN…………...145

ANALISIS HASIL UJI COBA VALIDITAS………..152

UJI RELIABILITAS ( KEANDALAN ) INSTRUMEN PENELITIAN……...164 VARIABEL TERIKAT ( Y )………...186

REKAPITULASI JAWABAN RESPONDEN TERHADAP INSTRUMEN PENELTIAN………...202 ANALISIS PRODUCT MOMENT……….219

KORELASI VARIABEL TERIKAT (Y) DENGAN EMPAT VARIABEL BEBAS (X1,X2,X3,X4)………..220

TUGAS POKOK DAN WEWENANG PAMONG BELAJAR (PB) SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB)………..222

DATA RESPONDEN (PAMONG BELAJAR) IIIC ………..225

DATA RESPONDEN (PAMONG BELAJAR) IIID ………..226

PETA KEMAMPUAN RESPONDEN GOLONGAN IIIC……….. 227

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Abad XXI, merupakan suatu era dimana globalisasi semakin mewarnai

tata budaya, tata ekonomi, tata hukum maupun tata politik dari setiap Negara

maupun bangsa.Banyak perubahan yang telah terjadi sebagai dampak dari hasil

perkembangan ilmu dan teknologi pada era globalisasi sekarang ini. Era

globalisasi bukan merupakan ancaman akan tetapi bisa dijadikan sebagai peluang

khususnya bagi generasi muda untuk lebih maju dan mampu

berkompetensi.Sumber daya manusia yang berkualitas dapat memanfaatkan

peluang serta meminimalisasi tantangan untuk maju serta berkompetensi.

Negara Indonesia dituntut untuk bisa menghadapi berbagai kemungkinan

dengan adanya perkembangan dan perubahan.Oleh sebab itu, perlu adanya

kesiapan sumber daya manusia supaya mempunyai daya saing untuk

mengahadapi kemungkinan berbagai perubahan dalam berbagai aspek.

Pendidikan merupakan landasan untuk melahirkan banyak generasi muda yang

mampu berkiprah untuk merebut peluang dan tantangan guna mendukung tegak

dan lestarinya negara Indonesia yang maju dalam masyarakat pasar bebas global

abad milinium yang sarat dengan kompetensi.

Persiapan sumber daya manusia yang handal merupakan kata kunci

utama untuk memetik kemenangan pada persaingan era globalisasi.Indonesia yang

merupakan salah satu negara anggota yang sudah menandatangani konvensi

(5)

menyepakati deklarasi The Dakar Framework for Action (kerangka aksi Dakar ).

Untuk mencapai target EFA merupakan bagian dari upaya pembangunan

pendidikan nasional secara menyeluruh, sedangkan pendidikan merupakam salah

satu indeks untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia ( Human

Development Index ).

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung

kebutuhan sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik untuk mendukung

perkembangan dan perubahan struktur ekonomi di dalam negeri. Disadari atau

tidak kita semua dihadapkan pada masalah –masalah diantaranya masih banyak

terdapat anak usia sekolah formal yang keluar dari sistem pendidikan

persekolahan; banyaknya alumni sekolah dasar SD, SMP dan SMA yang tidak

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan belum siap untuk

memasuki dunia kerja; banyaknya jumlah penduduk angkatan kerja yang

menganggur karena belum mampu bersaing dalam pasar kerja; serta beratnya

beban keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya disebabkan

kemiskinan dan kebodohan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam

meningkatkan dan mempersipkan keterampilan generasi muda yang akan datang

ialah hanya dengan melalui pendidikan.

Kaitannya dengan ketidaktuntasan pendidikan sekolah formal didalam

menjalankan fungsinya mendidik anak dan remaja usia sekolah, maka peran

pendidikan nonformal sangat diperlukan untuk memberikan solusi adanya

keterbatasan yang dimiliki pendidikan nonformal tersebut.Dalam Undang-

(6)

jelas, bahwa Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang

membutuhkan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti ( substitution),

penambah ( supplement ) dan atau pelengkap ( complement ) pendidikan formal

dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat ( life long education )

.Selain dari pada itu pula ditegaskan bahwa pendidikan non formal berfungsi

untuk mengembangkan potensi peserta didik atau warga belajar dengan lebih

menekankan pada penguasaan pengetahuan ( knowledge) dan keterampilan (skills)

fungsional serta pengembangan sikap, dan kepribadian professional.

Mengacu pada Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional yang telah

disebutkan diatas, maka pendidikan nonformal perlu dikembangkan dengan

didukung oleh sumber daya manusia ( human resources ) sebagai pelaku dan atau

pelaksana yang berkualitas. Sumber daya manusia sebagai pelaku pendidikan

nonformal tersebut ialah mereka yang mengabdikan dirinya sebagai pendidik pada

jalur pendidikan nonformal, diantaranya tutor, instruktur, falisitator, pamong

belajar, dan tenaga kependidikan misalnya pengelola kursus, pengelola Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ), dan atau pengelola satuan- satuan

pendidikan sejenis lainnya.

Program pendidikan luar sekolah semakin sarat dengan beban tugas yang

diembannya berhubung dengan adanya program pencanangan wajib berlajar

Sembilan tahun. Kegiatan- kegiatan pada jalur pendidikan luar sekolah memang

belum mampu menjangkau sasaran wajib belajar yang belum tuntas,apalagi

keadaan sosial ekonomi masyarakat saat ini belum menentu sehingga

(7)

pengangguran. Untuk itu peranan lembaga yang sangat mempengaruhi dan lebih

menentukan keberhasilan penuntasan wajib belajar sembilan tahun, adalah jalur

pendidikan luar sekolah. Implementasinya untuk memerankan fungsi dan tugas

dari aparat penyelenggara pendidikan luar sekolah harus didukung kuantitas

sumber daya yang memadai. Pamong Belajar merupakan salah satu komponen

penyelenggara pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal dan

pengemban tugas fungsional serta aparat Sanggar Kegiatan Belajar ( SKB ) yang

dalam dalam hal ini sebagai pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan

nonformal yang bertugas sebagai Pegawai Negeri Sipil pada unit- unit pelaksana

teknis seperti Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) baik yang berada di SKB

Kabupaten maupun Kota, UPTD di Provinsi yang berada di Balai Pengembangan

Kegiatan Belajar (BPKB) dan pada Pusat Pengembangan Pendidikan Nonformal

dan Informal (P2PNFI) Regional I Jayagiri Bandung memegang peranan strategis

sebagai ujung tombak dan mitra kerja kepala atau pimpinan dalam melaksanakan

tugas di lapangan yang secara langsung terlibat dengan masyarakat harus

memiliki bekal pengetahuan dan keteramplian yang memadai. Dengan demikian

pamong belajar dituntut bekerja sebagai seorang professional,yang mampu

melaksanakan kegiatan mulai dari mengidentifikasi sampai dengan menganalisis

dan melaporkan secara tertulis, baik yang menyangkut data kelompok sasaran

maupun langkah- langkah kegiatan dalam rangka mendidik, mengajar dan atau

melatih , memotivasi, serta menggerakan calon warga belajar menjadi warga

belajar. Selain itu juga pamong belajar dituntut untuk melakukan tugas- tugas

(8)

mengembangkan alat pelajaran, serta mampu mengembangkan pribadinya dalam

arti harus belajar baik melaui pelatihan maupun belajar sendiri.

Agar seorang pamong belajar menjadi profesional, selalu dituntut untuk

mampu mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan di bidang pendidikan

laur sekolah dan atau pendidikan nonformal khususnya, serta mampu memantau

sistem pendidikan, terutama yang berkaitan dengan program pendidikan luar

sekolah, kebijakan- kebijakan serta keberhasilan program-program pembangunan

dan pemberdayaan pendidikan nonformal dan informal.

Visi, Misi dan kebijakan- kebijakan pendidikan nonformal dan informal

hanya akan terwujud diantaranya dengan melalui kinerja Pamong Belajar yang

ditentukan oleh kompetensi para Pamong Belajar itu sendiri. Belum optimalnya

kinerja Pamong Belajar secara umum dapat dilihat dari beberapa aspek , antara

lain : Pertama , 19 Tugas Pokok Pamong Belajar sebagaimana tersurat dalam SK

MENPAN No.17 Tahun 1989 ( telah diganti dengan SK MENPAN No :25

/MENPAN / 1999, belum sepenuhnya dilaksanakan. Kedua ,belum seluruh

Pamong Belajar melibatkan dan terlibat dalam keseluruhan aktifitas kegiatan

secara penuh ( all out ). Baik dari segi pemikiran, waktu maupun tenaga.Ketiga,

dalam forum-forum tertentu baik secara formal ataupun informal, sering

terungkap ungkapan- ungkapan aspirasi Pamong Belajar, yang intinya mereka

belum bisa mencurahkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk

mencurahkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk memberikan yang

terbaik bagi lembaga dimana para Pamong Belajar berada.Keempat, adanya

(9)

penilik Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, khususnya Penilik Pendidikan

Luar Sekolah ( PLS).Hal ini menunjukan bahwa jabatan profesi Pamong Belajar

masih dianggap kurang bergengsi.

Berdasarkan pemantauan, diketahui bahwa 55 orang pamong belajar di

SKB Propinsi Jawa Barat dalam menjalankan tugasnya tidak merata.Bagi

Pamong Belajar yang banyak inisiatif, kreatif dan memiliki keterampilan, mereka

kelihatan sibuk karena pekerjaan yang dilakukan.Akan tetapi ada pula pamong

belajar yang kelihatan santai dan waktu tidak banyak digunakan untuk bekerja

karena bekerja hanya merupakan perintah dari atasannya. Hal – hal seperti ini jika

berlanjut akan dapat mengakibatkan :

1. Khusus bagi pamong belajar, yang mempunyai beban tugas banyak semakin

terampil karena semakin banyak tugas berarti semakin banyak

pengalaman.Pamong belajar yang tidak banyak menerima tugas berarti tidak

banyak memperoleh tambahan pengetahuan dan pengalaman, akibatnya akan

menjadi tenaga yang tidak berkualitas.

2. Pamong belajar yang tidak banyak menerima tugas berarti tidak banyak

bekerja, maka diangap kurang mampu atau tidak terampil.Jika ada pelatihan

atau peningkatan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, mereka sulit

mendapatkan untuk diikutkannya, akibatnya pamong belajar yang terampil

semakin tinggi kemampuannya, dan yang tidak terampil tidak dapat

berkembang.

3. Pamong belajar yang tinggi kinerjanya, akan mempengaruhi jenjang

(10)

sebaliknya, bagi pamong belajar yang kinerjanya rendah kenaikan

kepangkatannya akan terlambat.Bahkan jika kenaikan pangkatnya lebih dari 4

tahun, akan mendapatkan peringatan dari atasan sebagai pamong belajar

dapat dicabut sehingga mereka menjadi tenaga administrasi.

Konsekuensi dari adanya keragaman kualitas pamong belajar ialah

timbulnya keragaman hasil pencapaian pelaksanaan program pendidikan luar

sekolah antara daerah satu dengan daerah yang lain. Peraturan Pemerintah No. 19

tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan telah menetapkan delapan

standar pendidikan.Pasal 28 ayat (1) dalam peraturan tersebut dinyatakan, bahwa

pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen

pembelajaran,sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya pada ayat (3) dalam

peraturan tersebut dinyatakan, bahwa kompetensi pendidik sebagai agen

pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak

usia dini meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, professional, dan sosial.

Implikasi dari peraturan pemerintah tersebut bahwa penyelengaraan pendidikan

harus memenuhi standar kompetensi.

Kiranya persoalan di atas tidak akan teratasi jika tugas pamong belajar

sebagai pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal yang ada tidak

berusaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan

jabatannya.Tinggi rendahnya kinerja dan motivasi kerja pamong belajar dalam

melaksanakan pengembangan model, proses belajar mengajar, dan penilaian

(11)

nonformal dalam hal ini pendidikan luar sekolah dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain : sosial budaya dan geografis, manajemen personel, serta

penunjang, kemampuan menelaah terhadap tugas- tugas yang diterima, iklim

organisasi kerja, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja mereka dan

kebijakan- kebijakan pimpinan. Dalam Surat Edaran Bersama Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan dan kepala BAKN : ( 1990) kemampuan pamong belajar dituntut

untuk dapat mengikuti dan melaksanakan berbagai kegiatan pada jabatan pamong

belajar yang meliputi : (1) Pendidikan dan latihan, (2) Penyuluhan dan proses

kegiatan belajar mengajar, (3) Pengembangan profesi, dan (4) Kegiatan penunjang

penyuluhan dan proses kegiatan belajar mengajar.

Asumsi sementara bahwa kinerja seorang pamong belajar di SKB

Propinsi Jawa Barat ada kaitannya dengan pendidikan formal dan jenis latihan

yang pernah diikuti, serta banyaknya pengalaman yang dimiliki. Berkaitan dengan

tingkat pendidikan formal, keberadaan dan peranan pamong belajar dalam

kehidupan masyarakat sangat penting, baik ditinjau dari segi pembinaan

masyarakat bidang moral, bidang keterampilan maupun bidang intelektual.

Jabantan pamong belajar sangat penting keberadaanya di Sanggar Kegiatan

Belajar dalam kehidupan dan pembangunan masyarakat, karena dalam kegiatan

sehari- hari pamong belajar berhubungan langsung dengan warga masyarakat

dengan memberikan pengetahuaan maupun keterampilan untuk kehidupan

sehari-sehari .

Pamong Belajar SKB mempunyai peranan yang sangat strategis dan

(12)

salah satu lembaga yang mengelola pendidikan melalui jalur pendidikan luar

sekolah.Pamong Belajar memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi

keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi S K B sebagaimaa yang tertuang dalam

SK Mendikbud No.023/0/ 1997.Walaupun begitu untuk memperoleh gambaran

tentang pamong belajar yang ideal dengan berbagai tugas yang telah dilaksanakan

dan beberapa kecakapan yang perlu dikuasai tidak mudah karena adanya latar

belakang sosial, pendidikan pamong yang berbeda- beda.

Pamong belajar sebagai pemangku jabatan professional perlu dibekali

dengan berbagai kemampuan dan kecapakan agar dalam melaksanakan tugasnya

dapat berhasil.Selanjutnya dalam Kepmenkowasbangpan tertuang:

Keputusan Menteri Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan

dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25 / KEP/

MENKOWASPAN/ 6 /1999 tentang Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya, Pasal 2 menyebutkan bahwa tugas pokok pamong belajar terdiri atas : 1) Melaksanakan pengembangan model program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olah raga; 2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka pengembangan model dan pembuatan percontohan program pendidikan luar sekolah , pemuda dan olah raga; dan 3) Melaksanakan penilaian dalam rangka pengendalian dan dampak pelaksanaan program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olah raga. ( Lazuardi, dkk, 2008 : 1 ).

Kinerja Pamong belajar yang dalam hal ini apabila dikaitkan dengan

tugas pokoknya (SK Menpan No.127 / MENPAN /198) sebagai salah satu tenaga

pendidikan luar sekolah mempunyai makna ganda, artinya kinerja dapat dilihat

dari kualitas unjuk kerjanya dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan dan proses

pembelajaran serta pengembangan profesi, dan usahanya untuk meningkatkan

serta memperkaya kualitas kemampuannya sebagai pamong belajar dan wawasan

(13)

diselenggarakan oleh SKB maupun pihak lain dituntut untuk dapat

mengakomodir perubahan dengan berpegang pada tugas , pokok dan fungsi serta

tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, pamong belajar harus memiliki

kompetensi yang disyaratkan sebagai pendidik dan tenaga kependidikan.

Dalam melakukan tugasnya, tanaga PLS berfungsi sebagai pendidik ( seperti …. Pamong belajar ), ...Tenaga PLS harus mampu mengakomodir dinamika perubahan yang terjadi dalam lingkup nasional, regional dan global, dengan tetap berpegang pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional.Tenaga PLS yang mampu mengemban tugas tersebut adalah tenaga yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan.Pada tataran operasional tenaga PLS dapat mengelola program pembelajaran, memfasilitasi proses pembelajaran dan memperhatikan perkembangan peserta didik dalam berbagai dimensinya, yang mengarah pada kepemilikan dan perkembangan intelegensi, kebutuhan belajar, ketempilan belajar, keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional, dan kemandirian sosial, membentuk dan mengelola satuan pendidikan luar sekolah, serta mengembangkan program pendidikan sesuai dengan satuan pendidikannya. ( Sutisna, A, 2007 : 4 ).

Berangkat dari hal- hal tersebut diatas,penulis mencoba menyinggung

peran salah satu sub aktor yang ikut bertanggung jawab atas perkembangan dalam

dunia pendidikan,khususnya pendidikan luar sekolah atau yang disebut istilah

sekarang yaitu pendidikan nonformal dan informal (PNFI) yakni Pamong Belajar.

Secara global sudah jelas skenario tugas, pokok dan fungsi ( tupoksi ) Pamong

Belajar yang tertuang dalam Kep.Menpan Nomor. 127 / MENPAN/ 1989, pasal 3

( telah diganti dengan SK MENPAN No :25 /MENPAN / 1999, namun yang lebih

penting adalah bagaimana Pamong Belajar mampu menjabarkan tugas- tugas

pokok tersebut di arena pendidikan luar sekolah bagi masyarakat sehingga bisa

berdaya guna dan berhasil guna.

Kompleksnya tugas yang diemban Pamong Belajar di lapangan , dituntut

(14)

dengan apa adanya, sehingga memberikan dampak kurang berkembangnya pola

berpikir kreatif yang mengarah pada kemampuan statis. Sebagaimana ditegaskan

oleh Kusmiadi (2006:19-2007), bahwa :

Pamong Belajar sebagai petugas lapangan,ternyata selain orang yang secara langsung berhubungan dengan sasaran layanan pendidikan

nonformal dan informal, juga sebagai penentu dalam

mengimplementasikan dan memadukan keseluruhan program pendidikan nonformal baik secara horizontal maupun secara vertikal. Di sisi lain mereka juga menjadi penyeimbang antara kebutuhan yang akan datang dari penentu kebijakan maupun yang berasal dari masyarakat itu sendiri.Untuk itulah,maka Pamong Belajar senantiasa dituntut untuk berusaha mengembangkan kemampuannya baik bersifat pengetahuan maupun keterampilan sebagai perwujudan atas upaya meningkatkan produktivitas dan kinerja dirinya yang pada hakekatnya adalah juga meningkatkan produktivitas organisasi atau lembaga tempat di mana mereka bekerja.

Pamong Belajar sebagai pendidik pendidikan nonformal dan informal

dituntut untuk melaksanakan tugas, pokok dan fungsinya secara

professional.Peningkatan profesionalisme pendidik pendidikan nonformal dan

informal merupakan sebuah kiniscahayaan dalam mencapai pendidikan

nonformal yang berkualitas,apalagi jika hal itu dikaitkan dengan perubahan yang

terjadi dalam semua aspek termasuk di dalamnya pendidikan.Dunia pendidikan

seyogyanya terus mengalami peningkatan dan perubahan, sehingga menuntut

peran pendidik nonformal khusunya Pamong Belajar yang ada di UPTD SKB

baik diwilayah Kabupaten atau Kotamadya agar dapat merespon, mengakomodir,

serta mengkondisikan kompetensinya untuk dapat mengantisipasi segala

permasalahan dan perkembangan yang terjadi di masyarakat khususnya

(15)

Peningkatan kompetensi dan kualifikasi Pamong Belajar merupakan

salah satu kebutuhan yang tentunya tidak bisa dihindari dan harus selalu dilakukan

sebagai sebuah langkah antisipasi dan jawaban pada perubahan- perubahan yang

ada di masyarakat pada umumnya, dan perkembangan pendidikan nonformal dan

informal pada khususnya.Terlebih lagi pada saat ini teknologi yang sudah

berkembang dengan pesat menuntut Pamong Belajar untuk selalu mengikuti

keterbelakangan dan ketertinggalannya.Perkembangan sistem teknologi informasi

dan komunikasi tidak bisa dihindari, mau tidak mau,siap atau tidak siap teknologi

dan informasi ini akan hadir di tengah- tengah kehidupan masyarakat.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja Pamong Belajar dalam

menjalankan tugas, pokok dan fungsinya di antaranya yaitu kompetensi yang

dimilikinya, motivasi atau dorongan,ketersediaan sarana dan prasarana demi

untuk menunjang kinerjanya yang berada dimasyarakat,dukungan dan pembinaan

yang secara langsung dilakukan oleh pemimpin dalam hal ini kepala SKB.

Pamong Belajar tentu dituntut untuk bisa mengakomodir perubahan dan

tantangan dengan merujuk pada tugas, pokok dan fungsi yang tercantum pada

tujuan pendidikan nasional.Untuk itu, Pamong Belajar diharuskan mempunyai

kompetensi dan kualifikasi yang telah disyaratkan dalam Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional sebagai tenaga pendidik nonformal dan informal yang

profesional.

Untuk melaksanakan dan mengimplementasikan program–program

pendidikan nonformal dan informal serta kinerja Pamong Belajar dipengaruhi oleh

(16)

Belajar.Topik bahasan dalam penelitian ini adalah faktor- faktor determinan

terhadap motivasi kerja Pamong Belajar di UPTD SKB Kabupaten Propinsi Jawa

Barat.

B. Identifikasi Masalah

Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam sekolah formal maupun di luar sekolah

nonformal.Pada dasarnya seorang pamong belajar selaku pelaksana pendidikan

luar sekolah harus mampu mengembangkan profesinya sebagai pamong belajar di

Sanggar Kegiatan Belajar.Oleh sebab itu seorang pamong belajar selama

melaksanakan tugas- tugas yang diembannya sering mengalami beberapa masalah

yang berkaitan dengan profesinya sebagai tenaga lapangan atau tenaga SKB.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat penulis identifikasikan beberapa

permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan professional yang dapat

mempengaruhi motivasi kerja pamong belajar di SKB adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan untuk mempersepsikan tugas pokok antara pamong belajar

yang satu dengan pamong belajar yang lainnya berbeda-beda.

2. Ada pamong belajar yang belum dapat melaksankan manajemen personal

dengan baik, dan ada pula yang sudah dapat melaksanakan manajemen

personelnya dengan baik

3. Tingkat disiplin pamong belajar antara SKB yang satu dengan yang lain

berbeda-beda, ada yang tinggi dan ada yang rendah.

4. Iklim organisasi kerja antar SKB di Jawa Barat berbeda- beda, ada yang

(17)

5. Terdapat kesenjangan antara latar belakang pendidikan formal dengan

tugas pamong belajar yang diembannya.

6. Pengalaman kerja pamong belajar berbeda- beda, dan bagi pamong belajar

yang belum banyak pengalaman, mereka sulit dan berat dalam

melaksanakan tugas- tugasnya sebagai pamong belajar.

Selain masalah- maslah tersebut diatas, faktor lingkungan sosial diduga

juga berpengaruh dalam pembentukan sikap dan kinerja pamong belajar, terutama

dalam melaksanakan pekerjaan agar pelaksanaan program pendidikan nonformal,

pemuda dan olah raga di Provinsi Jawa Barat dapat berjalan dengan baik dan

berhasil secara optimal sesuai dengan harapan. Akan tetapi dari beberapa faktor

yang berhubungan dengan kinerja pamong belajar tersebut seluruhnya diteliti

dalam penelitian ini, maka dari masalah yang akan diteliti perlu dibatasi.

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa permasalahan di atas, penelitian ini membatasi

permasalahan yang akan diteliti pada kemampuan professional dan faktor- faktor

determinan yang mempengaruhi motivasi kerja pamong belajar dalam

melaksanakan tugas- tugas sebagai tenaga teknis lapangan.Oleh karena itu dari

sejumlah permasalahan yang timbul pada indetifikasi masalah penelitian ini

dimaksudkan untuk mencoba menelusuri sejauh mana usaha yang dilakukan

pamong belajar dalam melaksanakan tugas.Untuk menelaah motivasi kerja

pamong belajar, tidak terlepas dari faktor-faktor individu pamong belajar itu

sendiri. Mengingat banyaknya faktor- faktor yang mempengaruhi terhadap

(18)

memfokuskan pada faktor- faktor yang diperkirakan mempunyai hubungan yang

berarti terhadap motivasi kerja pamong belajar. Oleh karena itu, variable bebas

yang merupakan determinan dapat mempengaruhi motivasi kerja pamong belajar

dibatasi pada persepsi terhadap tugas pokok pamong belajar, disiplin kerja, iklim

kerja , organisasi kerja, pendidikan dan latihan dalam jabatan. Diharapkan dengan

pembatasan variabel yang diteliti akan diperoleh hasil kajian yang lebih

mendalam terhadap permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan indetifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Seberapa jauh pengaruh persepsi tentang tugas pokok Pamong Belajar

terhadap motivasi kerja di SKB Propinsi Jawa Barat ?

2. Berapa besar pengaruh disiplin kerja Pamong Belajar terhadap motivasi

kerja Pamong belajar di Propinsi Jawa Barat ?

3. Berapa besar pengaruh iklim organisasi kerja Pamong Belajar terhadap

motivasi kerja Pamong belajar di Propinsi Jawa Barat ?

4. Berapa besar pengaruh pendidikan dan latihan Pamong Belajar terhadap

motivasi kerja pamong Belajar di Propinsi Jawa Barat ?

5. Berapa besar pengaruh secara bersama- sama tentang tugas pokok ,disiplin

kerja, iklim kerja, pendidikan dan latihan dalam jabatan terhadap motivasi

(19)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang dapat

digunakan sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan untuk

penyempurnaan kebijakan dan secara khusus dapat dirinci sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang tugas pokok Pamong Belajar

terhadap motivasi kerja di SKB Propinsi Jawa Barat

2. Untuk mengetahui pengaruh disiplin kerja Pamong Belajar terhadap

motivasi kerja Pamong belajar di Propinsi Jawa Barat

3. Untuk mengetahui pengaruh iklim organisasi kerja Pamong Belajar

terhadap motivasi kerja Pamong belajar di Propinsi Jawa Barat

4. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan dan latihan Pamong Belajar

terhadap motivasi kerja pamong Belajar di Propinsi Jawa Barat

5. Untuk mengetahui pengaruh secara bersama- sama tentang tugas pokok

,disiplin kerja, iklim kerja, pendidikan dan latihan dalam jabatan terhadap

(20)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah

raga melalui Kepala Bidang Pendidikan Nonformal dan Informal baik di

tingkat daerah sampai tingkat pusat dan Kepala SKB untuk mendorong,

memotivasi dan membimbing tenaga pamong belajar dalam lingkungan

kinerjanya.

2. Sebagai masukan bagi para pamong belajar SKB untuk meningkatkan

kemampuan kerja yang lebih tinggi, dengan tidak mengabaikan faktor-

faktor yang dapat mendukung kemampuan profesionalnya.

3. Sebagai bahan untuk mengevaluasi pamong belajar dalam meningkatkan

kualitas dan kuantitas kerjanya.

Secara praktis hasil dari pada penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan

masukan (input) untuk menyusun strategi atau program kegiatan baik bagi Pusat

Pengembangan Pendidikan NonFormal dan Informal ( P2PNFI) yang dapat

menunjang untuk meningkatkan kinerja pamong belajar, dan institusi pendidikan

maupun sebagai penentu kebijakan untuk lebih mengimplementasikan dan

mengakomodir program-program pendidikan nonformal dan informal khususnya

(21)

G. Hipotesis Penelitian

Bertitik tolak dari uraian tersebut diatas , pada bagian ini akan

dikemukakan hipotesis. Hipotesis yang dimaksud diatas adalah sebagai berikut :

1. Semakin tinggi persepsi tentang tugas pokok, maka semakin tinggi

pula motivasi kerja pamong belajar di SKB.

2. Semakin tinggi disiplin bekerja, maka semakin tinggi pula motivasi

kerja pamong belajar di SKB.

3. Semakin tinggi iklim organisasi kerja, maka semakin tinggi pula

motivasi kerja pamong belajar di SKB.

4. Semakin tinggi pendidikan dan latihan dalam jabatan, maka semakin

tinggi pula motivasi kerja pamong belajar di SKB..

5. Terdapat hubungan secara bersama-sama antara persepsi tentang

tugas pokok, disiplin kerja, iklim kerja, iklim organisasi kerja,

pendidikan dan latihan dalam jabatan terhadap motivasi kerja pamong

belajar.

H. Kerangka Pemikiran

Karangka pemikiran sebagai asumsi dasar yang akan dikemukakan dalam

(22)

Bagan I-I

HUBUNGAN ANTAR VARIABEL BEBAS DAN TERIKAT

Keterangan Variabel

X1 = Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar

X2 = Disiplin dalam Kerja

X3 = Iklim Kerja

X4 = Pendidikan dan Latihan dalam Jabatan

Y = Motivasi Kerja Pamong Belajar

X1

X2

X3

X4

(23)

I. Definisi Operasional Variabel

a.Persepsi Tentang Tugas Pokok Pamong Belajar

Mar’at ( 1981: 154 ) menjelaskan bahwa, persepsi merupakan proses

pengamatan yang berasal dari komponen kognisi. Di lain pihak Buss (1978: 78 )

mengartikan sebagai suatu proses pengumpulan, penginterpretasikan informasi.

Sementara menurut Crow dan Chow (1972: 56 ) memberikan batasan bahwa,

persepsi adalah proses mengorganisasikan dan menginterpretasikan data

berdasarkan hasil pengalaman sebelumnya. Persepsi sebagai fungsi spikologis

yang memungkinkan individu menerima dan mengolah informasi dari lingkungan

dan mengadakan perubahan di lingkungannya. Disamping itu Hothersall (1985:55

) mengasumsikan persepsi sebagai interpretasi pengalaman yang terelaborasi,

sedangkan Bower dkk. ( 1987: 65 ) memaknai persepsi sebagai keseluruhan

proses stimulasi eksternal yang tampak pada cara pandang seseorang. Munculnya

persepsi dapat dipengaruhi oleh faktor stimulus dan faktor fungsional. Menurut

Buss ( 1978:15 ) faktor stimulus berupa kesamaan ( similarity), kelancaran,

kedekatan dan konteks. Sedangkan faktor fungsional adalah pengaruh dalam diri

seseorang, seperti perhatian, kebutuhan, dan sebagainya. Persepsi juga

berhubungan dengan tingkah laku. Sedangkan tingkah laku manusia ditentukan

oleh persepsinya terhadap obyek tertentu, yang kemudian digunakan sebagian

dasar dalam mengambil kesempatan terhadap obyek tersebut. Tindakan orang

(24)

Yang dimaksud dengan persepsi tentang tugas pokok pamong belajar

dalam penelitian ini adalah bagaimana seorang pamong belajar dapat menerima,

menterjemaahkan, menguraikan atau menjabarkan, serta mengorganisir terhadap

tugas-tugas yang mudah dilaksanakan, dengan tugas- tugas tersebut dapat

mendorong untuk meningkatkan semangat kerja dan kemampuan kerjanya.

Oleh karena itu persepsi tentang tugas pokok pamong belajar, adalah

proses untuk mencoba memberikan arti terhadap tugas pokoknya yang dipahami

melalui belajar, latihan dan interaksi dengan lingkungan sekitar.

Persepsi juga sebagai cara pandang yang dimaksud dalam penelitian ini

meliputi : tanggapan terhadap tugas yang diterima, dorongan untuk meningkatkan

kemampuan kerja, rasa betah dan bergairah untuk bekerja.

b.Disiplin dalam Bekerja

Yang dimaksud dengan disiplin dalam bekerja bagi pamong belajar di

Sanggar Kegiatan Belajar ( SKB ), adalah suatu sikap ketaatan melaksanakan

pekerjaan secara tertib dan lancar serta berusaha bekerja sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, dan selalu berusaha untuk berfikir secara dinamis kearah masa

depan. Disiplin dalam bekerja merupakan proses untuk perubahan sikap diri

seorang pamong belajar untuk melatih diri dan belajar sambil bekerja,

pertumbuhan dan perkembangan kearah tingkah laku yang bermoral guna

mencapai kinerja yang lebih tinggi. Disiplin dalam bekerja pamong belajar

dimaksudkan sebagai ketaatan untuk melaksanakan pekerjaan secara tertib dan

(25)

menyelesaikan tugas- tugas tepat waktu serta bertanggung jawab terhadap tugas-

tugas yang diterimanya.

c.Iklim Organisasi Kerja

Iklim organisasi kerja pamong belajar adalah suasana dan kondisi fisik

tempat bekerja, nilai- nilai budaya lingkungan pamong belajar yang terwujud

dalam bentuk mendukung atau tidak mendukung, menyenangkan atau tidak

menyenangkan bagi pamong belajar dari hasil interaksi antara sesama pamong

belajar ( teman sekerja ). Adapun iklim organisasi kerja pada penelitian ini

meliputi: hubungan dengan sesama pamong belajar, hubungan dengan Kepala

SKB, hubungan dengan tenaga administrasi, hubungan dengan Penilik PLS,

hubungan dengan masyarakat dan warga belajar, rasa tenang dan aman, motivasi

untuk kerja, dapat mendiskusikan informasi- informasi baru yang berkaitan

dengan tugasnya sehingga dapat diselesaikan bersama- sama.

d.Pendidikan dan Latihan dalam Jabatan

Yang dimaksud pendidikan dalam penelitian ini adalah kesempatan yang

diperoleh seorang pamong belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang telah diikuti melalui sekolah, dari tingkat dasar hingga tingkat

perguruan tinggi, dan secara formal dapat ditunjukan dengan Surat Tanda Tamat

Belajar ( STTB) atau surat- surat lain yang mememiliki nilai yang sama dengan

STTB tersebut.Adapun jenjang pendidikan yang ada pada pamong belajar saat ini

(26)

berbagai jurusan,, Diploma III Pendidikan Luar sekolah, dan Strata I(S1) dan

Strata 2 ( S2 ) dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda- beda.

Adapun latihan dalam jabatan dimaksud dalam penelitian ini adalah ikut

sertanya pamong belajar dalam berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan kerja. Kegiatan tersebut meliputi

pelatihan yang berkaitan dengan tugas- tugas sebagai pamong belajar SKB,

kursus, dan pendidikan sejenisnya sejak diangkat sebagai pamong belajar hingga

saat penelitian dilakukan.

Pendidikan dan latihan, yaitu suatu kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan secara terprogram dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap pesertanya.Pendidikan dan latihan yang dimaksudkan

adalah jenis pelatihan atau kegiatan yang diselenggarakan di P2PNFI yang

pesertanya pamong belajar dari SKB di Propinsi Jawa Barat dan dengan waktu

tertentu dapat memberikan dampak peningkatan pengetahuan, keterampilan,

damsikap bagi pamong belajar yang mengikutinya sehingga akan meningkatkan

motivasi dan kinerjanya.

e. Motivasi kerja

Secara etimologi kata motivasi berasal dari kata movere yang berarti

bergerak, atau dorongan bagi seseorang untuk berbuat, atau ide pokok yang selalu

berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia dalam hal ini pamong belajar

dalam melaksanakan tugas- tugas dalam jabatannya yang merupakan realisasi dari

(27)

belajar.Adapun motivasi dan kinerja pamong belajar sesuai dengan tugas

pokoknya dalam penelitian ini meliputi : bimbingan, penyuluhan, proses

pembelajaran, pengembangan profesi, pengamdian pada masyarakat, dan

keterlibatan dalam kegiatan- kegiatan kerja baik di kantor maupun di masyarakat.

f.Pamong Belajar

adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,

wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk; (a)

melaksanakan pengembangan model program pendidikan luar sekolah, pemuda

dan olah raga ,(b) melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka

pengembangan model dan pembuatan percontohan program pendidikan luar

sekolah,pemuda dan olah raga dan (c) melaksanakan penilaian dalam rangka

pengendalian mutu dan dampak pelaksanaan program pendidikan luar sekolah. (

KEP /MENKOWASPAN / 6 / 1999 )

statistik.Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam

penelitian, yaitu statistik deskriftif dan statistik inferensial.

J. Waktu dan Tempat Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara intensif mulai dari mengurus perijinan

hingga pengumpulan data dari responden, yaitu pada bulan Maret, April dan Mei

2010.Sebagai lokasi penelitian yang telah dilaksanakan yaitu di Pusat

Pengembangan Pendidikan NonFormal dan Informal ( P2PNFI) Regional I Jaya

(28)

Adapun Sampel dalam pelaksanaan penelitian ini adalah 8 UPTD

Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yaitu pada:

1. UPTD SKB Kabupaten Purwakarta.

2. UPTD SKB Kabupaten Sumedang.

3. UPTD SKB Kabupaten Subang,

4. UPTD SKB Kabupaten Karawang

5. UPTD SKB Kabupaten Cimahi.

6. UPTD SKB Kabupaten Garut

7. UPTD SKB Kabupaten Cianjur .

8. UPTD SKB Kabupaten Bogor

Jumlah Populasi Sampel seluruhnya yaitu sebanyak 55 orang pamong

belajar. Yang menjadi obyek populasi dari penelitian ini ialah Pamong Belajar.

Karena semua pamong belajar yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian

ini dapat disebut penelitian populasi.Penelitian ini dilaksanakan di SKB di

Wilayah Provinsi Jawa Barat sebagai lokasi tersebut dipilih dimana pamong

belajar berada. Alasan mengambil lokasi penelitian ini ialah peneliti bertugas di

SKB Kabupaten Purwakarta, dan menurut pengamatan sementara peneliti terjadi

variasi motivasi dan kinerja pamong belajar khususnya di SKB. Selain itu juga

bahwa di SKB Provinsi Jawa Barat hingga saat ini belum ada penelitian berkaitan

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan pendekatan kuantitatif dimana dalam penelitian kuantitatif analisis

data merupakan kegiatan setelah data dari responden atau sumber data lain

terkumpul.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kuantitatif

menggunakan statisitk. Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dalam penelitian, yaitu statistik deskriftif dan statistik

nonparametrik. Statistik parametrik digunakan untuk mengetahui keterkaitan atau

hubungan antar variabel digunakan uji korelasi person product moment terhadap

fokus permasalahan yang dilaksanakan. Statistik deskrifrif adalah merupakan

statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan

atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya.

Dalam penelitian ini tentunya informasi dan data dikumpulkan terlebih dahulu

dari para responden dengan menggunakan beberapa kuesioner.Setelah data

tersebut diperoleh lalu hasilnya akan dipaparkan secara deskriptif dan pada akhir

penelitian itu akan dianalisis untuk menguji suatu hipotesis yang diajukan pada

awal penelitian tersebut

Metode deskritif yaitu suatu metode dalam meneliti status komunitas

manusia yang dianggap suatu objek, suatu perangkat situasi, suatu sistem

(30)

metode deskriptif yaitu untuk membuat deskripsi atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat tentang fakta-fakta serta korelasi antara fenomena yang

diinvestigasi ( Nazir, 1988 : 63 ) . .

Merujuk pada asumsi yang disebutkan diatas, maka penulis dapat

menarik suatu kesimpulan bahwa metode deskriptif korelasional sangat sesuai

apabila digunakan di dalam penelitian ini dikarenakan dimaksudkan untuk

mengungkap korelasi antara variabel Independen (X), persepsi tentang tugas

pokok pamong belajar( X1), variabel disiplin dalam bekerja ( X2 ), variabel iklim

kerja ( X3), variabel pendidikan dan pelatihan ( X4) dengan variabel Dependen(

Y) Motivasi Kerja Pamong Belajar.

B.Populasi dan Sampel Penelitian

1.Populasi Penelitian

Populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang merupakan kuantitas dan ciri- ciri tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 2002 : 57 ).

Interpretasi lain dari populasi menurut ( Nazir, 1988 : 3 ) ialah berhubungan

dengan data, bukan orang atau bendanya.Populasi merupakan totalitas seluruh

nilai yang mungkin, baik dari hasil penghitungan ataupun pengukuran kuantitatif

maupun kualitatif dari pada ciri- ciri tertentu tentang sekumpulan objek yang

(31)

Dengan demikian bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian,

baik itu berupa tempat, benda, maupun simbol- simbol yang biasa dijadikan

sebagai sumber data.Sebab penelitian ini berhubungan antara Persepsi tentang

Tugas Pokok Pamong Belajar ,Disiplin dalam Bekerja, Iklim Organisasi Kerja,

Pendidikan dan Latihan dalam jabatan dan dengan motivasi kerja Pamong Belajar

,oleh karena itu Sampel merupakan bagian dari atau wakil populasi yang diteliti

termasuk didalammnya karakteristik dan jumlahnya. Teknik sampling yang

digunakan dalam sampel penelitian ini ialah sampling acak sederhana. Dalam

penelitian ini dimana jumlah populasi sebanyak 55 orang pamong belajar tersebut

semuanya dijadikan responden peneltian dari 8 UPTD Sanggar Kegiatan Belajar

(SKB).

).

Tabel 3.1.

POPULASI PENELITIAN

No Pamong Belajar UPTD SKB di Jawa Barat Jumlah

Pamong

1 UPTD SKB Kabupaten Purwakarta 9 orang

2. UPTD SKB Kabupaten Karawang 8 orang

3. UPTD SKB Kabupaten Subang 30 orang

4. UPTDSKB Kabupaten Cianjur 10 orang

5.. UPTD SKB Kabupaten Sumedang 18 orang

6. UPTD SKB Kabupaten Garut 14 orang

7 8..

UPTD SKB Kota Cimahi UPTD SKB Kabupaten Bogor

10 orang 10 orang

Jumlah 99 orang

(32)

2.Sampel penelitian

Sampel merupakan bagian dari atau wakil populasi yang diteliti termasuk

didalammnya karakteristik dan jumlahnya. Teknik sampling yang digunakan

dalam sampel penelitian ini ialah sampling acak sederhana. Dalam penelitian ini

dimana jumlah populasi sebanyak 55 orang pamong belajar tersebut semuanya

dijadikan responden penelitian dari 8 UPTD Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

C.Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Sesuai dengan fokus permasalahan penelitian, data- data yang

diperlukan dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara, observasi dan

dokumentasi. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan

dengan variabel- variabel seperti variabel bebas ( independen) ( X ) yaitu Persepsi

tentang Tugas Pokok Pamong Belajar (X1), Disiplin dalam Bekerja (X2). Iklim

Organisasi Kerja (X3) ,Pendidikan dan Latihan dalam Jabatan (X4) Sedangkan

untuk variabel terika ( independen ) yakni Motivasi Pamong Belajar selain

menggunakan kuesioner juga menggunakan observasi dan catatan- catatan atau

dokumentasi tentang motivasi kerja Pamong Belajar yang menjadi responden

dalam penelitian ini.

1. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik untuk mendapatkan keterangan

atau hal- hal dari responden secara lebih mendalam.Hal ini dilakukan

berhubungan dengan Faktor- faktor Determinan dan Motivasi Kerja

Pamong Belajar.Hasil wawancara tentu sangat bermanfaat terutama untuk

(33)

2. Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data yang bisa dilakukan dengan

pengamatan secara langsung, sengaja dan sistematis melalui pengamatan

dan pencatatan terhadap penomena yang sedang diteliti.Kegunaan teknik

observasi dalam penelitian ini yaitu untuk mengamati kompetensi dan

motivasi kerja Pamong Belajar yang ada di masing- masing satuan unit

kerja UPTD SKB.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik Dokumentasi yaitu

pengumpulan data melalui hasil laporan tulisan yang secara

formal.Adapun tujuan dari teknik dokumentasi adalah untuk melihat

perkembangan kinerja dan motivasi Pamong Belajar.

4. Angket atau Kuisioner

Kuisioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk

pertanyaan- pertanyaan dalam bentuk tertutup.Kegunaan dari angket atau

kuisioner digunakan untuk menggali serta dapat mengungkapkan hal- hal

atau informasi yang bersifat rahasia sehingga data yang diperoleh akan

lebih lengkap, konsisiten dan akurat. Adapun bahan- bahan yang diambil

untuk penyusunan kuisioner ini dikumpulkan dari berbagai sumber

diantaranya melalui; wawancara, observasi dan dokumentasi.

Beberapa pertimbangan utama dalam menggunakan dan memilih alat

(34)

a. .Agar hasil dari pengukuran terhadap variabel- variabel yang diteliti bisa

dianalisis serta diolah secara statistik.

b. Dengan alat pengumpul data yang dimaksud akan sangat memungkinkan

memperoleh data yang seobyektif mungkin.

c. Penelitian ini tentunya bisa dilakukan dengan mudah serta bisa

menghemat biaya, waktu dan tenaga.

D.Langkah- langkah Penelitian

Pada umumnya dalam sebuah penelitian dapat dilakukan dalam beberapa

tahap, diantaranya :

1. Tahap persiapan; tahapan dimana seorang peneliti melakukan

penjajakan serta pengkajian terhadap fokus masalah penelitian,

menentukan populasi dan sampel, kelengkapan administrasi, studi

pendahuluan,penyusunan instrumen pengumpulan data serta

kelengkapan- kelengkapan lainnya.

2. Pengumpulan data merupakan suatu tahapan di mana seorang peneliti

melakukan pengumpulan data, dengan menggunakan alat ( kuisioner)

yang telah divalidasi dan atau direvisi.

3. Pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian sebagai bentuk

pertanggung jawaban. Data- data yang diolah dan dianalisis dengan

menggunakan prosedur statistik.

Berikut ini dikemukakan secara rinci proses perumusan instrumen

(35)

1.Penyusunan Kuesioner

Untuk mengungkap persepsi tentang tugas pamong belajar ( X1),

disiplin dalam bekerja ( X2 ), iklim organisasi kerja ( X3 ) , pendidikan dan latihan

( X4 ) dengan motivasi kerja Pamong Belajar (Y) digunakan skala tertentu untuk

meminta seseorang ataupun responden agar supaya memberikan jawaban dan atau

pilihan dari berberapa statemen yang ada dalam lembaran kuisioner.

Setiap pernyataan disusun berdasarkan penjabaran dari bagian - bagian

yang terkandung dalam setiap variabel penelitian. Dalam hal ini baik wawancara,

observasi dan studi kepustakaan yang dilakukan sebelumnya sangat mendukung

dan menjadi suatu landasan dalam menyusun bagian pertanyaan dan atau

pernyataan.

E.Instrumen Penelitian dan Pensekoran

Instrumen merupakan alat pengumpul data yang disusun dan

dikembangkan berdasarkan prosedur serta tahapan-tahapan tertentu. Adapun

sebagai langkah-langkah dalam pengembangan instrument pada penelitian ini

adalah :

Menentukan konstruksi yang diukur, merumuskan definisi operasional.

Mendefinisikan konstruk, menyusun butir-butir pertanyaan, melakukan uji coba,

dan menyempurnakan pernyataan.

Secara garis besar bahwa penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan

variabel terikat. Agar diperoleh data yang lengkap tentang kedua varabel tersebut,

digunakan beberapa insturmen dengan skala pengukurnnya. Adapun jenis

(36)

angket berupa kuestioner dengan skala sikap. Kuesioner dipakai untuk

mendapatkan data yang berhubungan dengan variable-variabel persepsi tentang

tugas pokok pamong belajar, disiplin kerja, iklim organisasi kerja, pendidikan dan

latihan dalam jabatan, motivasi kerja pamong belajar.

Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan pada kisi-kisi yang

mengacu pada konsep teoritik. Kisi-kisi tersebut disusun berdasarkan variabel

peneltian yaitu : Persepsi tentang tugas pokok pamong belajar sebanyak 36 item;

Disiplin dalam bekerja sebanyak 20 butir; iklim organisasi kerja sebanyak 67 butir

item; Motivasi Kerja pamong belajar ( golongan IIIc sebanyak 40 butir item;

Golongan IIId sebanyak 56 butir item).

1. Instrumen Pengukuran Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar

Data tentang persepsi tugas pamong belajar ini, diperoleh melalui

pengukuran dengan menggunakan angket. Angket ini memuat indikator seperti

tanggapan terhadap cara kerja, dorongan untuk meningkatkan kemampuan kerja,

rasa betah dan bergairah. Adapun instrumen yang dikembangkan untuk mengukur

persepsi terhadap tugas pokok pamong belajar kisi- kisinya sebagai berikut :

(37)

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Pengumpulan Data untuk Variabel Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar

Sub variabel Indikator Respon

den

pertanyaan- pertanyaan yang terdiri dari lima pilihan jawaban yang diberikan skor

lima sampai dengan satu.Untuk jawaban positif diberi bobot skor seperti : sangat

setuju = 5, setuju= 4, ragu- ragu = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1.

Sedangkan jawaban negative diberi bobot skor : sangat setuju = 1, setuju= 2, ragu-

ragu= 3, tidak setuju = 4, sangat stidak setuju = 5. Dengan pensekoran tersebut,

(38)

2. Instrumen Pengukuran Disiplin dalam Bekerja

Data tentang disiplin dalam bekerja pamong belajar di SKB Propinsi

Jawa Barat akan dikumpulkan berdasarkan indikator- indikator : ketaatan terhadap

peraturan, tanggung jawab terhadap tugasnya, inisiatif dalam bekerja, dan

pengendalian diri. Adapun untuk jelasnya dapat dilihat pada kisi- kisi berikut:

Tabel 3.3

Kisi- Kisi Instrumen Pengumpulan Data untuk Variabel Disiplin dalam Bekerja

Sub variabel Indikator Responden Nomor Butir Jumlah

a.Disiplin

checklist dan disertai pedoman untuk memberikan nilai dengan menggunakan

lima pilihan, yaitu dari kedisiplinannya tinggi sampai rendah, dengan rentang nilai

: sangat tinggi = 5, tinggi = 4, sedang = 3, rendah = 2, sangat rendah = 1. Data ini

diisi oleh kepala SKB terhadap setiap pamong belajar yang dijadikan responden.

Dengan pensekoran tersebut akan diperoleh sekor minimal 20, dan sekor

(39)

3. Instrumen Pengukuran Iklim Organisasi Kerja Pamong Belajar

Data tentang iklim organisasi kerja pamong belajar dikumpulkan

berdasarkan indikator- indikator : hubungan sesama pamong belajar, hubungan

dengan kepala SKB, hubungan dengan penilik PLS ( PNFI), hubungan dengan

tenaga administrasi, hubungan dengan warga belajar, hubungan dengan warga

masyarakat, hubungan dengan orang tua warga belajar. Berdasarkan indikator-

indikator tersebut disusun kisi- kisi instrumen sebagai berikut :

Tabel 3.4

Kisi- kisi Instrumen Pengumpulan Data untuk Variabel Iklim Organisasi Kerja

Sub variabel Indikator Respon

(40)

a.7.Hubungan PB

positifnya jika ya = 3, ragu- ragu / kadang- kadang = 2, tidak = 1. Dan sebaiknya

untuk pernyataan negatif , jika ya = 1, ragu- ragu / kadang- kadang= 2, jika tidak

3. Dengan pensekoran tersebut, akan diperoleh sekor minimal 67, dan sekor

maksimal 201.

4. Instrumen Pengukuran Pendidikan dan Latihan dalam Jabatan

Data mengenai pendidikan dan latihan dalam jabatan, diperoleh melalui

pengukuran dengan angket isian menurut : jenis dan jenjang pendidikan, jenis

latihan, waktu / hari dan tempat pelaksanaan pelatihan. Berdasakan keputusan

Menpan dalam menetapkan angka kredit bagi jabatan pamong belajar SKB

adalah : jumlah hari untuk setiap latihan. Untuk memperoleh data latihan maka

dibuat lima alternatif penilaian sebagai berikut : 1- 7 hari = 1, 8- 14 hari= 2, 15-

21 hari = 3, 22 – 28 hari = 4 ,29 hari keatas = 5. Sedangkan untuk penilaian data pendidikan formal bagi pamong belajar dibuat alternatif penilaian sebagai

berikut : Diploma = 4 ,S1 Umum = 8 , S1 Kependidikan = 6 , dan S1 PLS = 6

(41)

5. Instrumen Pengukuran Motivasi Kerja Pamong Belajar

Sehubungan dengan pamong belajar di Sanggar Kegiatan Belajar ( SKB)

Propinsi Jawa Barat terdiri dari golongan IIIc, dan golongan IIId, maka untuk

menjaring data- data tentang motivasi kerja pamong belajar,isntrumennya juga

dipisahkan antara pamong belajar golongan IIIc, dengan pamong belajar golongan

IIId. Data tentang motivasi kerja pamong belajar golongan III, diperoleh dengan

angket isian untuk mengukur indikator- indikator : bimbingan, penyuluhan, proses

pembelajaran, pengembangan profesi, pengabdian pada masyarakat, keterlibatan

dalam kegiatan kerja. Dari indikator yang ada, disusun kisi- kisi sebagai berikut :

Tabel 3.5

Kisi –Kisi Instrumen Pengumpulan Data untuk Variabel Motivasi kerja Pamong Belajar Golongan III c

Indikator Responden Nomor Butir Jumlah

(42)

JUMLAH 56

Berdasarkan kisi- kisi yang ada disusun instrumen sesuai dengan

keperluannya. Setiap pertanyaan atau pernyataan dalam instrumen disediakan

empat pilihan jawaban dengan kategori : selalu / sangat aktif, sering / aktif,

kadang- datang / kurang aktif, dan pernah / tidak pernah. Adapun pensekorannya

ialah 4 untuk pilihan jawaban selalu / sangat aktif , 3 untuk pilihan jawaban sering

/ aktif, 2 untuk pilihan jawaban kadang- kadang / kurang aktif, dan1 untuk pilihan

jawaban tidak pernah / tidak aktif. Dalam instrumen ini juga terdapat pertanyaan/

pernyataan tentang bimbingan , maka untuk bimbingan maupun latihan dengan

kategori pensekorannya : 6 kelompok / lebih = 4, 4-5 kelompok = 3, 2-3

kelompok = 2, 0-1 kelompok = 1. Dari pensekoran tersebut, maka akan diperoleh

sekor minimal 56, dan sekor maksimal 224.

Sedangkan kisi- kisi instrumen untuk variabel Motivasi Kerja Pamong

Belajar golongan III d, sebagai berikut:

Tabel 3. 6

Kisi- Kisi Instrumen Pengumpulan Data untuk Variabel Motivasi kerja Pamong Belajar Golongan IIId

Indikator Responden Nomor Butir Jumlah

(43)

5. Keterlibatan dalam kegiatan.

PB 8,9,22,23,31,37

JUMLAH 40

Berdasarkan kisi- kisi yang ada disusun instrumen sesuai dengan

keperluannya.Setiap pertanyaan / pernyataan dalam instrumen disediakan empat

pilihan jawaban dengan kategori : selalu/ sangat aktif, sering / aktif, kadang-

kadang / kurang aktif, dan tidak pernah / tidak aktif. Adapun pensekorannya ialah

4 untuk pilihan jawaban selalu / sangat aktif, 3 untuk pilihan sering/ aktif, 2 untuk

pilihan jawaban kadang- kadang / kurang aktif, dan 1 untuk pilihan jawaban tidak

pernah / tidak aktif.

Sedangkan untuk kegiatan bimbingan disediakan juga empat pilihan

jawaban dengan kriteria sekor 4 untuk pilihan jawaban 6 kelompok / lebih, skor 3

untuk pilihan jawaban 4 -5 kelompok, skor 2 untuk pilihan jawaban 2 -3

kelompok, dan sekor 1 untuk pilihan jawaban 0 – 1 kelompok. Dari penyekoran tersebut, maka akan diperoleh sekor minimal 40, dan sekor maksimal 160.

F. Uji Coba Instrumen

Setelah instrumen tersusun dan sebelum digunakan untuk mengumpulkan

data, maka instrumen tersebut perlu penyempurnaan dengan cara uji coba terlebih

dahulu terhadap sejumlah sampel tertentu. Dengan uji coba ini diharapkan dapat

memperoleh suatu instrumen yang baik memiliki reliabilitas dan validitas yang

(44)

coba ini dimaksudkan pula untuk mengetahui apakah instrument yang telah

dikembangkan berdasarkan konstruk teori dapat mencakup indicator- indicator

yang dikembangkan secara teoritis. Untuk itu perlu pengujian secara redibiliti

maupun secara empirik.

Pengujian secara reabiliti dilakukan terhadap teman sejawat, dalam hal

ini pamong belajar SKB Purwakarta dan mahasiswa Program Pasca Sarjana UPI

Bandung sebanyak 10 orang.Pengujian ini juga untuk mengetahui bagaimana

item-item yang telah disusun dapat dipahami atau belum sekaligus untuk

mendapatkan koreksi, masukan dan saran- saran untuk menyempurnaan masing-

masing item. Sedangkan pengujian secara empirik dilakukan terhadap sampel

sebanyak 99 orang pamong belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Adapun

pamong belajar yang dijadikan sampel uji coba berasal dari : SKB Kabupaten

Purwakarta sebanyak 9 orang, SKB Kabupaten Sumedang sebanyak 18 orang,

SKB Kabupaten Garut sebanyak 14 Orang., SKB Kabupaten Cimahi sebanyak10.

Orang, SKB Kabupaten Subang sebanyak 30 Orang, SKB Kabupaten Cianjur

sebanyak 10 Orang, SKB Kabupaten Karawang sebanyak 8 Orang, SKB

Kabupaten Bogor sebanyak 10 Orang. Dipilihnya delapan SKB tersebut sebagai

tempat uji coba, karena dilihat dari segi geografis dan keberadaan pamong

belajarnya memiliki karakteristik yang hampir mirip dengan SKB yang akan

dijadikan wilayah penelitian khususnya di Propinsi Jawa Barat

Adapun langkah- langkah yang ditempuh dalam uji coba ini ialah : (1)

Mengidentifikasi pamong belajar yang memiliki karakteristik mirip dengan

(45)

Menetapkan jumlah sampel sebanyak 99 orang.( 3) Melaksanakan uji coba dari

tanggal 15 Maret sampai dengan 31 Mei 2010.(4) Menelaah hasil uji coba. (5)

Merevisi instrumen.

G.Validitas dan Relibilitas Instrumen

Sebuah instrumen dikatakan baik sebagai alat ukur apabila memenuhi

cirri- cirri sahih ( valid) dan andal ( reliable ). Untuk itu diperlukan uji coba

instrument dengan maksud untuk melihat keandalan dan kesahihan ( validitas dan

reliabilitas). Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat ukur pengukur itu

mengukur apa yang ingin diukur ( Masri Singaribuan, 1990). Sebagi alat ukur

pada penelitian ini adalah instrumen, dan lebih lanjut lagi Djamaludin Ancok (

1991 ) mengatakan bahwa, validitas menunjukan sejauh mana instrumen yang

disusun dapat mengukur apa yang ingin diukur. Adapun validitas yang akan diuji

adalah validitas isi ( content validity ) yaitu sejauh mana isi alat pengukur tersebut

mewakili semua aspek dianggap sebagai aspek kerangka konsep ( Marsi

Singaribuan, 1990). Suatu instrumen akan dinyatakan valid jika koefisien

korelasinya > 0,50 ( Gay, 1991 ).

Malalui uji coba instrumen dapat disempurnakan antara lain dengan cara

Menghilangkan butir- butir pertanyaan yang tidak sahih, memperbaiki pertanyaan

yang tidak dimengerti oleh responden, menyempurnakan kalimat dalam

pertanyaan tertentu, dan menyesuaikan waktu yang tepat.

Dalam hal ini instrumen yang diuji cobakan ada lima bagian. Yaitu

persepsi terhadap tugas pokok pamong belajar ( X1 ), disiplin dalam bekerja (

(46)

motivasi kerja pamong belajar ( Y). Namun dari lima instrumen ini hanya empat

yang dilakukan pengujian kesahihan dan keandalannya, yakni persepsi terhadap

tugas pokok pamong belajar, disiplin dalam bekerja, iklim organisasi kerja, dan

motivasi kerja pamong belajar. Sedangkan ubahan latihan dalam jabatan

dilakukan uji coba hanya untuk mendapatkan gambaran dari responden dan

menyempurnakan angket.

1.Instrumen Pengukuran Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar

Untuk memperoleh data ubahan persepsi tentang tugas pokok pamong

belajar digunakan angket yang berisi daftar pertanyaan / pernyataan dengan lima

katagori jawaban. Angket tersebut diberikan kepada pamong belajar yang tidak

sebagai responden penelitian. Selanjutnya pada data tersebut dilakukan analisis

faktor untuk untuk mengetahui kesahihan dan keandalan instrumen.

a.Validitas

Validitas yang akan dilakukan pada penelitian ini adalaha validitas isi,

sehingga uji validitas isi terhadap alat ukur penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan " Rational Judgment ' , yaitu apakah butir instrumen dapat

menggambarkan sesuai dengan indikator dari variabel yang dimaksudkan atau

belum. Validitas isi dilakukan dengan penelaahan secara cermat terhadap butir-

butir pertanyaan karena setiap butir pernyataan sangat erat kaitannya dengan isi

dari variabel yang bersangkutan.

Uji kesahihan dilakukan juga dengan teknik analisis faktor yang

(47)

Penggunaan teknik analisis tersebut dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi

butir- butir pertanyaan / pernyataan yang dijabarkan dari konstruk- konstruk

secara konseptual dengan pengujian secara empirik. Dengan demikian tujuan

analisis faktor yang digunakan ialah untuk mengkonfirmasikan hasil

pengembangan butir pertanyaan/ pernyataan secara konseptual dengan pengujian

berdasarkan data empirik. Butir- butir pertanyaan / pernyataan yang masuk lebih

dari satu faktor, atau tidak masuk dalam faktor, maka butir- butir pertanyaan /

pernyataan tersebut dinyatakan gugur (lampiran3). Adapun hasil uji coba

instrumen persepsi terhadap tugas pokok pamong belajar dapat dilihat pada Tabel

berikut:

Tabel 3.7

Pengelompokan Butir Angket Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar

Karangka Teori Butir Hasil Analisis

(48)

Dengan meilhat tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa dari 37

butir pertanyaaan/ pernyataan pada instrumen persepsi tentang tugas pokok

pamong belajar terdapat empat butir yang dinyatakan gugur karena tidak

memenuhipersyarakatn yaitu nomor butir 2, 17, 31, dan 32. Selain itu ada pula

butirpertanyaan/ pernyataan yang mengalami pergeseran atau perpindahan dari

indicator ke indikator lain. Adapun nomor butir ynga mengalami perpindahan

tersebut berjumlah delapan butir yaitu butir nomor 6, 8,19, 22, 25, 29, dan 34.

b.Reliabilitas

Uji keandalan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keandalan

isntrumen yang akan digunakan dalam pengelompokan data penelitian. Pengujian

instrumen ini dilakukan dengan teknik koefisien alpha dari Cronbach. Teknik ini

dipakai karena instrumen yang dikembangkan berbentuk skala sikap dengan

rentangan 1 sampai dengan 5. Kriteria yang digunakan untuk menetapkan

keterandalan instrumen adalah jika koefisien gabungan > 0,50 maka instrumen

tersebut dinyatakan andal ( Gay, 1991)

Pengujian dilakukan terhadap masing- masing faktor/ indikator untuk

mengetahui tingkat keandalan yang dimiliki faktor/ indikator pada

variabel.Formula ini digunakan berdasarkan atas jawaban angket yang

dikembangkan..Pengujian ini dilakukan dua tahap.Tahap pertama pengujian

keandalan masing- masing faktor, dan tahap kedua pengujian keandalan faktor

angket secara keseluruhan butir. Dengan bantuan komputer paket program SPSS

Gambar

Tabel 3.1.
Tabel  3.2
Tabel 3.3 Kisi- Kisi Instrumen Pengumpulan Data untuk Variabel
Tabel 3.4 Kisi- kisi Instrumen Pengumpulan Data untuk Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemikiran di atas dan melihat realitas dunia pendidikan sekarang, khususnya dengan adanya ujian nasional yang memberikan berbagai dampak psikologis siswa, maka

The headmaster states that the purpose of the English teaching learning process in SMP N 2 Gatak is to the requirement of international standard which requires good English

Komik Legenda Pohon Maja yang begitu singkat ini akan susah menangkap sifat yang ada dalam diri setiap tokohnya, oleh karena itu penulis memberi warna pada setiap karakter

Dari hasil percobaan diperoleh rata-rata waktu yang diperlukan oleh setiap kelompok untuk penyembuhan luka, pada kelompok pertama 6,8 hari, kelompok kedua 5,8

Penerapan Simbol Jari Tangan Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Akor Lagu Dalam Pembelajaran Angklung Di Smp Mutiara 5 Lembang.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kacang tanah dan untuk menganalisis elastisitas penawaran terhadap

di Sumatera Utara pada tahun 2007 - 2013 dapat dilihat pada Tabel 1... Dari Tabel 1, dapat dilihat bahwa luas panen, produksi,

Penerapan Simbol Jari Tangan Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Akor Lagu Dalam Pembelajaran Angklung Di Smp Mutiara 5 Lembang.. Universitas Pendidikan Indonesia |