• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERAKSI SOSIAL PRIA GAY : Studi Pada Seorang Pria Dewasa Awal Yang Menjadi Gay di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTERAKSI SOSIAL PRIA GAY : Studi Pada Seorang Pria Dewasa Awal Yang Menjadi Gay di Kota Bandung."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

NO. SKRIPSI: 301/SKRIPSI/PSI-FIP/UPI.01.2013

INTERAKSI SOSIAL PRIA GAY

(Studi Pada Seorang Pria Dewasa Awal Yang Menjadi Gay di Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

Oleh

GUGUN PURNAMA WINAYAWAN

0608317

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

INTERAKSI SOSIAL PRIA GAY

(Studi Pada Seorang Pria Dewasa Awal Yang Menjadi Gay di Kota Bandung)

Oleh

Gugun Purnama Winayawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Gugun Purnama Winayawan 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)
(5)

GUGUN PURNAMA WINAYAWAN, 2013

ABSTRAK

Gugun Purnama Winayawan (0608317). Interaksi Sosial Pria Gay (Studi Pada Seorang Pria Dewasa Awal Yang Menjadi Gay di Kota Bandung). Skripsi. Psikologi FIP UPI, Bandung (2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum mengenai interaksi sosial pada pria dewasa awal yang menjadi gay di kota Bandung. Metode yang digunakan pada penelitan ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan studi kasus terhadap subjek tunggal yang menjadi gay. Pemilihan subjek didasarkan pada teknik purposif

sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam

terhadap subjek tunggal dan significant other yaitu teman gay dan teman heteroseksual subjek. Analisis data kualitatif menggunakan teknik analisis dari Miles dan Huberman (1984) yang meliputi tahap reduksi data, display data, dan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan empat episode selama rentang kehidupan subjek yaitu episode sebelum menjadi gay, episode kontak awal dengan teman gay, episode kehidupan setelah menjadi gay, dan episode penyesuaian diri sosial. Setiap episode merepresentasikan interaksi subjek dengan lingkungan sosialnya mulai dari hubungan masa kanak-kanak dengan orangtua, latar belakang menjadi gay, masa transisi, kehidupan sosial subjek setelah menjadi gay, serta upaya penyesuaian diri sosial subjek yang telah terintegrasi dengan kehidupannya. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah berupa jurnal mengenai gambaran umum interaksi sosial pada pria dewasa awal yang menjadi gay yang ditujukan kepada kalangan gay, kalangan non-gay, dinas sosial pemerintahan kota Bandung, dan peneliti selanjutnya.

(6)

GUGUN PURNAMA WINAYAWAN, 2013

ABSTRACT

Gugun Purnama Winayawan (0608317). Social Interaction of Gay Man (Study For The Gay Person In Early Adulthood In Bandung). Thesis. Major of Psychology, Faculty of Education, Indonesia University of Education, Bandung (2013).

Gugun Purnama Winayawan1 Elly Malihah2

M. Ariez Musthofa3

The study is attempt to describes social interaction in early adulthood for gay man in Bandung. Qualitative description approach is used to explain the case study within singular subject. Purposif sampling technique is used to find a singular subject. The depth interview technique is used to collect the comprehensive data including

significant other’s interview such as gay partner and heterosexual friend. Qualitative

data analysis using analytical techniques of Miles and Huberman (1984), including data reduction phase, the data display, and deduction. The result shown four typical episode for the gay within his entire life. There are pre-age becoming a gay episode, the first social contact with gay person episode, social life episode and social adjustman episode of the gay. Each episode representing every single experiences from early childhood interaction with the parents, gay partner first contact of interaction, social interaction and social adjustmen in social environment which were integrated by social life of the gay. Recommendation as a journal of the study is giving to the gay, the non-gay, department of social government in Bandung, and further researcher.

Keyword: Social Interaction, Gay

1

(7)

GUGUN PURNAMA WINAYAWAN, 2013

2 Faculty of Education Social Science, Indonesia University of Education. 3

(8)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN SKRIPSI LEMBAR HAK CIPTA

LEMBAR QUOTE ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR i

UCAPAN TERIMA KASIH ii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Fokus Penelitian 8

C. Rumusan Masalah 8

D. Tujuan Penelitian 9

E. Manfaat Penelitian 9

F. Metode Penelitian 10

G. Sistematika Penulisan 13

BAB II LANDASAN TEORITIS 14

A. Interaksi Sosial 14

1. Definisi Interaksi Sosial 14

2. Perspektif Psikologi Dalam Interaksi Sosial 15

3. Interaksi Sosial Individu Dengan Lingkungan Sosial 19

4. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial 22

5. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial 23

B. Homoseksualitas 24

1. Definisi Homoseksual 24

2. Faktor Pendorong Terjadinya Homoseksual 26

C. Dewasa Awal 28

1. Definisi Dewasa Awal 28

2. Tugas-Tugas Perkembangan Dewasa Awal 29

BAB III METODE PENELITIAN 33

A. Metodologi Penelitian 33

B. Subjek Penelitian 34

C. Teknik Pengumpulan Data 37

D. Instrumen Penelitian 38

E. Proses Pengambilan Data 43

F. Teknik Analisis Data 48

(9)

A. Profil Subjek 51

B. Display Data 55

C. Hasil 59

D. Pembahasan 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 119

A. Kesimpulan 119

B. Saran 121

DAFTAR PUSTAKA 124

LAMPIRAN-LAMPIRAN 127

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Pedoman Wawancara Semi-terstruktur 39

2. Verbatim Wawancara Ke-1 128

3. Verbatim Wawancara Ke-2 152

4. Verbatim Wawancara Ke-3 166

5. Verbatim Wawancara Ke-4 182

6. Display Data Hasil Reduksi Data 191

7. Kategorisasi Tema Hasil Reduksi Data 203

8. Verbatim Wawancara Membercheck Informan 1 204

9. Verbatim Wawancara Membercheck Informan 2 214

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1.1 Skema Konsep Berfikir 32

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku seksual manusia sangat ditentukan oleh pengaruh budaya. Setiap

masyarakat menetapkan beberapa larangan terhadap perilaku seksual. Hubungan

seks dalam keluarga dilarang oleh hampir semua kebudayaan. Aspek-aspek lain

dari perilaku seksual seperti homoseksual diperbolehkan dalam tingkatan yang

berbeda-beda oleh sebagian masyarakat (Atkinson dkk, 1983).

Boellstrof (2005) menjelaskan bahwa istilah gay sudah cukup dikenal dan

dipahami oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia. Kemunculan istilah gay

muncul pertama kali pada awal tahun 1970 dan mulai eksis di kota-kota besar. Hal

ini didorong oleh faktor globalisasi yang muncul seperti media massa dan

masuknya majalah gay Barat yang diimpor ke Indonesia. Majalah tersebut

mendorong orang untuk lebih terbuka dan menyadari akan keberadaan gay

ditengah-tengah masyarakat.

Budiman (dalam Boellstroff, 2005) melakukan studi mengenai

homoseksualitas di Indonesia. Dalam buku karangannya “Lelaki Perindu Lelaki”

yang diterbitkan pada tahun 1979, Budiman mencatat bahwa pada dasawarsa

sekarang [tahun 1970] nampaknya ada kecenderungan bahwa homoseks

merupakan sebuah masalah yang kian lama kian menarik perhatian banyak

kalangan masyarakat Indonesia. Harian-harian, baik yang terbit di ibu kota

maupun di daerah-daerah, sering memuat artikel-artikel dan berita-berita tentang

(13)

Psikiater, yang sering menjawab keluh kesah mereka-mereka yang homoseks dan

ingin mengubah orientasi seks mereka. Begitu pula halnya dengan

majalah-majalah pop, yang kian lama nampaknya juga kian mencolok memuat

artikel-artikel mengenai homoseksualitas, yang terkadang berisi kisah-kisah pribadi dari

beberapa homoseks lengkap disertai foto-foto mereka.

Organisasi gay pertama yang secara publik mengumumkan diri adalah

LambdaIndonesia, yang pada tahun 1982 mulai mempublikasikan majalah dan

menyelenggarakanacara-acara di Surabaya, dan dengan cepat mendapatkan

anggota dari daerah-daerah lain. Pada pertengahan tahun 1990, kehadiran suara

gay dan lesbi di media massa umum semakin besar, walaupun masih relatif kecil,

dengan peningkatan yangmenonjol setelah tahun 2002. Kemunculan gay atau

lesbi terbuka di media massa, merupakan sebuah tindakan radikal, karena hal

tersebut meruntuhkan batas antara dunia gay dan lesbi dengan dunia normal

sehingga kehadiran tersebut dapat memunculkan konsekuensi yang serius,

termasuk mempermalukan keluarga bahkan dikeluarkan dari rumah atau

tempatkerja (Boellstroff, 2005).

Menurut hasil penelitian dan penelusuran Yayasan Priangan Jawa Barat, pada

tahun 2003 kasus homoseksual di kalangan pelajar di kota Bandung sudah tinggi.

Bahkan 21 persen siswa SLTP dan 35 persen siswa SMU disinyalir melakukan

perbuatan homoseksual (Asmani, 2009).

Kota Bandung merupakan kota besar di Indonesia yang sebagian besar

masyarakat diluar kota akan datang berkunjung untuk belajar ataupun bekerja. Di

(14)

tampan saja, akan tetapi keberadaaan gay sudah mulai dikenal oleh sebagian

masyarakat. Sejarah praktik homoseksual di Indonesia termasuk di kota Bandung,

serta peningkatan jumlah homoseksual yang ada di masyarakat tidak lantas

menjadikan kaum homoseksual dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat.

Menurut Leong (1995) tempat umum sebagai sarana untuk berkumpul mulai

bermunculan seperti pusat perbelanjaan dan mall sehingga tempat-tempat

semacam itu menjadi salah satu elemen penting bagi keberadaan kaum gay (dalam

Boellstroff, 2005).

Di kota Bandung ini ada beberapa tempat yang biasa dijadikan bagi kaum gay

untuk berinteraksi. Mall adalah salah satu tempat yang paling banyak digunakan

oleh komunitas gay dalam berinteraksi. Bandung Indah Plaza, Cihampelas Walk,

dan Bandung SuperMall adalah beberapa tempat yang biasa menjadi tempat

bersosialisasi bagi komunitas gay. Selain itu, tempat seperti alun-alun kota

Bandung menjadi salah satu contoh tempat yang kerap dijadikan bagi komunitas

gay untuk berkumpul dan berinteraksi (pra-penelitian peneliti, 2012).

Saat ini kaum gay di kota Bandung sudah mulai dikenal dan nampak dalam

lingkungan masyarakat, terbukti dengan adanya halaman facebook untuk mereka

yang melakukan interaksi dengan sesamanya. Situs jejaring sosial seperti

facebook kerap dijadikan sebagai sarana untuk melakukan interaksi antar sesama

gay. Gay Bandung adalah salah satu halaman facebook yang menjadi tempat bagi

seseorang terutama bagi komunitas gay untuk melakukan interaksi antar sesama

(15)

Namun demikian, keberadaan kaum homoseksual di Indonesia pada beberapa

tahun terakhir ini menjadi sebuah sorotan publik. Hal ini dikarenakan dengan

munculnya berbagai kasus yang melibatkan kaum gay. Salah satu contohnya

adalah kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Veri Idham Heryansyah alias

Ryan terhadap Heri Santoso yang dilatarbelakangi kecemburuan terhadap korban

yang menyukai pasangan gay-nya Novel. Ryan terbukti membunuh bahkan

memutilasi Heri Santoso karena merasa cemburu dan tidak senang kepada korban

yang menaruh hati pada pacar sesama jenisnya Novel (Asmani, 2009).

Selain itu, di kota Bandung juga terdapat kasus pembunuhan serupa yang

melibatkan kaum gay. Pembunuhan dilakukan oleh Wellington terhadap salah

seorang mahasiswa NHI bernama Nopriadi. Kasus pembunuhan tersebut

dilatarbelakangi oleh rasa dendam pelaku terhadap korban yang menyebarkan isu

perselingkuhan terhadap pasangan gay-nya Hendri. Pelaku mengakui bahwa

perkenalan, janji kencan, hingga rencana pembunuhan dilakukan melalui chating

internet. Pembunuhan dilakukan dengan menggorok leher korban menggunakan

golok. Namun pada akhirnya pelaku menyerahkan diri kepada polisi

(http://nasional.kompas.com/read/2008/12/24/10504258/mahasiswa.nhi.bandung. tewas.digorok., diakses Selasa, 9 Agustus 2012, 01.04 WIB).

Sarlito (dalam Asmani, 2009) menjelaskan bahwa asmara yang tumbuh

diantara kaum homoseks adalah cinta Platonis, mencintai untuk menguasai

dengan pendekatan loose-loose solution dan bukan win-win solution. Dengan kata

(16)

kaum homoseks umumnya berprinsip “kalau saya tidak dapat, maka kamu pun

tidak akan mendapat dia”. Interaksi berlangsung agresif saling menghancurkan.

Dengan adanya kasus-kasus yang menambah pandangan negatif terhadap

kaum homoseksual, maka hal tersebut dapat memunculkan adanya diskriminasi

dan pembatasan terhadap kaum homoseksual. Karena kondisi tersebut, maka

mereka lebih memilih untuk berinteraksi dan menjalin persahabatan dengan

sesama homoseksual serta membentuk suatu kelompok pendukung homoseksual.

Persahabatan dapat terjadi baik antara sejenis maupun berbeda jenis kelamin

yang didasari saling pengertian, menghargai, serta mempercayai satu dan yang

lainnya (Dariyo, 2003).

Dalam masyarakat yang memiliki pandangan negatif terhadap kaum

homoseksual, maka banyak kaum homoseksual atau gay yang segan untuk

mengakui kepada teman atau keluarga bahwa ia adalah gay (Wells & Kline, dalam

Nevid dkk, 1995).

Dalam lingkungan masyarakat seperti ini, mengakui bahwa dirinya gay dapat

membawa resiko yang besar untuk kehilangan pekerjaan, pertemanan dan

kehidupan sosial (Padesky, dalam Nevid dkk, 1995). Seringkali kaum

homoseksual mendapatkan ejekan yang ditujukan pada dirinya melalui humor,

verbal abuse, ataupun kekerasan fisik.

Dalam keluarga yang memiliki anggota keluarganya menjadi seorang gay

dapat menyebabkan konflik, ketidaksetujuan dan penolakan sehingga

menyebabkan buruknya hubungan kekeluargaan dalam jangka waktu yang lama

(17)

Banyak orangtua yang mengusir anak gay dan lesbian mereka dari rumah dan

menghentikan dukungan finansial (Warren, dalam Miracle, 2003). Woog (dalam

Miracle, 2003) mengatakan bahwa orangtua juga dapat memberikan reaksi marah

atau perasaan bersalah terhadap tindakan apa yang "salah" dalam membesarkan

anak-anak mereka tersebut.

Biasanya pengakuan sebagai seorang gay terhadap keluarga ini terbatas pada

ibu dan saudara perempuan (Mays, Chatters, Cochran, & Mackness, dalam

Papalia, 2001).

Penelitian mengenai interaksi kaum gay pernah dilakukan oleh Danis (2011)

di kota Malang yaitu mengenai studi fenomenologi interaksi kaum gay di kota

Malang. Penelitian ini menunjukkan bahwa di kota Malang, kaum gay memiliki

tempat berkumpul dengan sesamanya. Gay atau yang biasa dikenal sebagai MSM

(Men who having Sex with Men) selalu melakukan aktivitas bersama seperti

berkumpul, mencari pasangan, mencari partner, atau sekedar bersenda gurau

dengan teman-teman sesama gay di beberapa titik lokasi yang merupakan lokasi

yang cukup dikenal di Kota Malang.

Penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Fahrenia (2009) di kota

Malang yang juga meneliti tentang keterlibatan situs jejaring sosial manjam (situs

komunitas homoseksual) terhadap interaksi sosial gay terhadap masyarakat

sekitar. Pada penelitian ini, situs jejaring sosial manjam menjadi salah satu media

bagi kaum homoseksual khususnya gay untuk dapat berinteraksi dengan

sesamanya. Situs jejaring sosial manjam merupakan situs internasional yang

(18)

Indonesia menjadi salah satu negara yang sebagian warga negaranya adalah

pengguna situs tersebut. Melalui situs jejaring sosial, komunitas homoseksual

menjadi semakin meluas ke berbagai negara di dunia.

Fenomena keberadaan kaum homoseksual sebagai suatu realitas sosial

menjadi sangat menarik untuk dikaji. Adanya diskriminasi, pandangan negatif dari

lingkungan sosial, serta kaum minoritas menjadikan suatu persoalan bagi

kalangan homoseksual. Brown (1989) meyakini bahwa kaum gay paling baik

menyesuaikan diri ketika mereka tidak mendefinisikan diri mereka dalam

polaritas, seperti mencoba hidup dalam dunia gay secara tertutup yang sama sekali

terpisah dari kebudayaan mayoritas atau tunduk menerima paksaan dan bias dari

kebudayaan mayoritas, menyeimbangkan tuntutan dari dua kebudayan yang

berbeda – minoritas kebudayaan gay dan kebudayaan heteroseksual yang

mayoritas – seringkali dapat mengarahkan pada strategi penyelesaian masalah

yang lebih efektif bagi kaum homoseksual (Santrock, 1995: 86).

Brown (dalam Santrock, 1995) menjelaskan bahwa gay sebagai kaum

minoritas mengalami hidup dalam sebuah kebudayaan yang dominan dan

mayoritas. Bagi kaum gay, membangun identitas bicultural menciptakan jalan

baru untuk mendefinisikan diri mereka.

Dengan melihat fenomena yang terjadi, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai interaksi sosial pria dewasa awal yang menjadi

(19)

B. Fokus Penelitian

Yang menjadi fokus utama pada penelitian ini adalah interaksi sosial pria

dewasa awal yang menjadi gay dengan lingkungan sosialnya yaitu: keluarga,

teman gay, dan teman non-gay.

Fokus kedua pada penelitian ini adalah bentuk-bentuk interaksi yang terjadi

pada pria dewasa awal yang menjadi gay.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fakta-fakta dan fenomena yang terjadi, maka peneliti mencoba

merumuskan mengenai permasalahan yang terjadi pada individu pria dewasa awal

yang menjadi gay. Permasalahan tersebut adalah:

a. Bagaimana interaksi sosial pria dewasa awal yang menjadi gaydengan anggota

keluarga?

b. Bagaimana interaksi sosial pria dewasa awal yang menjadi gaydengan teman

sesama gay?

c. Bagaimana interaksi sosial pria dewasa awal yang menjadi gay dengan teman

non-gay?

d. Bagaimana penyesuaian diri sosial pria dewasa awal yang menjadi gay dengan

(20)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui interaksi sosial pria dewasa awal yang menjadi gaydengan

anggota keluarga.

b. Untuk mengetahui interaksi sosial pria dewasa awal yang menjadi gay dengan

teman sesama gay.

c. Untuk mengetahui interaksi sosial pria dewasa awal yang menjadi gay dengan

teman non-gay.

d. Untuk mengetahui penyesuaian diri sosial pria dewasa awal yang menjadi gay

dengan lingkungan sosialnya.

E. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

1. Menambah wacana baru tentang studi masalah khususnya pada ruang

lingkup Psikologi Sosial mengenai interaksi sosial pria dewasa awal yang menjadi

gay.

2. Dapat bermanfaat bagi perkembangan dan pendalaman studi Psikologi

khususnya bagi peminat kajian kaum gay, sehingga mampu menjadi referensi bagi

penelitian serupa dimasa yang akan datang.

b. Praktis

1. Sebagai tambahan pedoman kajian mengenai interaksi sosial dan

perkembangan individu pria dewasa awal yang menjadi gay dalam

(21)

2. Sebagai bahan kajian literatur bagi masyarakat dalam memahami dinamika

interaksi sosial yang terjadi pada pria dewasa awal yang menjadi gay.

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif

deskriptif dengan studi kasus terhadap subjek tunggal. Peneliti memilih

menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti ingin mendapatkan

pemahaman yang mendalam mengenai interaksi sosial pada pria dewasa awal

yang menjadi seorang gay dengan anggota keluarga, teman sesama gay dan teman

non-gay.

Metode penelitian kualitatif sendiri ialah penelitian yang menggunakan

berbagai pendekatan metodologis berdasarkan bermacam-macam kaidah-kaidah

teori. Sasaran dari metode penelitian kualitatif adalah mengeksplorasi hubungan

sosial dan mendeskripsikan pendalaman melalui studi kasus.

Meleong (2005) menjelaskan bahwa pendekatan kualitatif sangat cocok

digunakan untuk menggambarkan mengenai fenomena dalam konteks sosial

secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi antara

peneliti dengan fenomena yang diteliti (dalam Herdiansyah, 2010).

Creswell (1998) menyatakan bahwa studi kasus (case study) adalah suatu

model yang menekankan pada eksplorasi dari suatu sistem yang berbatas pada

satu kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data

(22)

konteks. Studi kasus menekankan pada metode penelitian kualitatif yang

terperinci tentang individu atau suatu unit sosial tertentu selama kurun waktu

tertentu (dalam Herdiansyah, 2010).

Berikut adalah penjelasan mengenai penelitian ini:

1. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah pria dewasa awal, berusia 25 tahun, tinggal

di kota Bandung, sudah bekerja, dan mengidentifikasikan dirinya menjadi gay

minimal satu tahun.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di kota Bandung dengan penentuan waktu dan tempat

yang disesuaikan dengan kesepakatan bersama subjek penelitian.

3. Instrumen Penelitian

a. Kerangka pedoman wawancara semi-terstruktur

b. Profil atau riwayat singkat subjek penelitian

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara Mendalam (depth interview)

Wawancara dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada subjek

penelitian (pria dewasa awal yang menjadi gay). Wawancara yang dimaksud

adalah interview mendalam yang dilakukan oleh peneliti dengan mengajukan

beberapa pertanyaan secara lisan kepada subjek penelitian berdasarkan pedoman

wawancara.

Faslititas komunikasi seperti telepon seluler, situs internet jejaring sosial

(23)

antara peneliti dengan subjek, disamping wawancara langsung yang lebih

dominan.

b. Alat bantu pengumpulan data

Peneliti menggunakan alat bantu pengumpulan data berupa pedoman

wawancara dengan pertanyaan semi-terstruktur yang disusun dengan

batasan-batasan tema dan alur pembicaraan yang disertai dengan pertanyaan yang terbuka

(Herdiansyah, 2010).

Pertanyaan mengenai interaksi sosial disusun berdasarkan fenomena interaksi

yang terjadi antara pria dewasa awal yang menjadi gay dengan lingkungan sosial

yaitu keluarga, teman gay, dan teman non-gay dengan mengacu pada aspek-aspek

psikologis pendorong terjadinya interaksi yang dikemukakan oleh Vide Bonner

(dalam Gerungan, 2004). Selain itu, tema-tema yang berkaitan dengan

bentuk-bentuk interaksi menjadi satu acuan tema dalam menggali fenomena yang terjadi.

Pedoman wawancara tersebut terdiri atas tiga bagian:

 Pertanyaan tentang identitas subjek sebagai subjek penelitian

 Pertanyaan-pertanyaan yang menggali aspek-aspek dari faktor psikologis

pendorong terjadinya interaksi sosial.

 Pertanyaan mengenai bentuk-bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh pria

dewasa awal yang menjadi gay.

Selain itu, peneliti menggunakan fasilitas seperti tape recorder dengan tujuan

(24)

5. Teknik analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif berdasarkan

teori yang dikemukakan oleh Miles & Huberman (1984), teknik analisis data

terdiri dari empat tahapan yang harus dilakukan, tahapan pertama adalah tahapan

pengumpulan data, tahapan kedua adalah tahapan reduksi data, tahap ketiga

adalah tahapan display data, dan tahapan keempat adalah tahapan penarikan

kesimpulan dan/atau tahap verifikasi (dalam Herdiansyah, 2010).

G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I : berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode

penelitian.

BAB II : berisi tentang definisi interaksi sosial, perspektif psikologis dalam

interaksi sosial, interaksi sosial individu dengan lingkungannya,

dewasa awal, tugas-tugas perkembangan dewasa awal, dan

homoseksualitas.

BAB III : berisi tentang metodologi penelitian, subjek penelitian, tehnik

pengumpulan data, instrument penelitian, proses pengambilan

data, tehnik analisis data, dan pengecekan keabsahan data.

BAB IV : berisi tentang profil subjek, display data, hasil penelitian, dan

pembahasan penelitian

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran interaksi sosial yang terjadi

pada pria dewasa awal yang menjadi gay di kota Bandung dengan lingkungan

sosialnya.

Blumer (1975) memberikan rumusan interaksi sosial sebagai suatu hubungan

antara dua individu atau lebih dimana perilaku individu yang satu mempengaruhi,

mengubah, memperbaiki individu yang lain atau sebaliknya. Aspek-aspek yang

mendasari terjadinya interaksi sosial tersebut terdiri dari imitasi, identifikasi, sugesti,

dan simpati (dalam Gerungan, 2004).

Penelitian ini merupakan studi kasus mengenai interaksi sosial pada pria dewasa

awal yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang gay. Creswell (1998)

menyatakan bahwa studi kasus (case study) adalah suatu model yang menekankan

pada eksplorasi dari suatu sistem yang berbatas pada satu kasus atau beberapa kasus

secara mendetail, disertai dengan penggalian data secara mendalam yang melibatkan

beragam sumber informasi yang kaya akan konteks. Studi kasus menekankan pada

metode penelitian kualitatif yang terperinci tentang individu atau suatu unit sosial

(26)

Dengan demikian peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dan sangat

cocok untuk digunakan karena berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan

diuraikan secara mendalam mengenai individu tersebut secara utuh.

Menurut Cresswell (1998) penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk

memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian tertentu dengan cara

menyelidiki masalah individu atau masalah sosial. Peneliti membuat gambaran

kompleks yang bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan para

informan secara rinci dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah (dalam

Herdiansyah, 2010).

Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau samplingnya sangat

terbatas.Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena

yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Di sini yang lebih

ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas)

data.

B. Subjek Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi sosial yang

dilakukan oleh pria dewasa awal yang memiliki orientasi seksual menjadi gay yang

tinggal di kota Bandung. Untuk memenuhi tujuan tersebut, peneliti memerlukan

(27)

Penelitian ini mengambil satu orang subjek yang sudah bekerja. Alasan

pengambilan subjek penelitian ini adalah dengan mempertimbangkan interaksi yang

terjadi dengan lingkungan sosialnya. Pemilihan subjek didasarkan pada teknik

purposif sampling yaitu dengan cara melakukan komunikasi baik itu melalui situs

jejaring sosial, telepon seluler, maupun tatap muka serta menjelaskan tentang

penelitian yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang lengkap

dan akurat serta membangun rapport dengan subjek penelitian sehingga pelaksanaan

penelitan dapat berjalan dengan lancar dan alamiah.

Dalam penelitian ini, subjek penelitian memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Pria dewasa awal berusia 25 tahun

Lerner (1983) mengemukakan tentang fase dewasa awal sebagai suatu fase dalam

siklus kehidupan yang berbeda dengan fase-fase sebelum dan sesudahnya, karena fase

usia dewasa awal merupakan fase usia untuk membuat suatu komitmen pada diri

individu, khususnya membuat pilihan tentang pernikahan, anak, pekerjaan, dan gaya

hidup yang akan menentukan tempat mereka di fase dewasa awal. Fase usia dewasa

awal pada pria yang menjadi gayakan berbeda dengan harapan dan tuntutan dari

lingkungan sosialnya. Hal ini akan mempengaruhi individu tersebut dalam

berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, baik itu dengan anggota keluarga, teman

ditempat kerja, maupun dengan teman sesama gay.

(28)

Michael dkk. (dalam Kendall, 1998), mengidentifikasikan tiga kriteria dalam

menentukan seseorang itu homoseksual, yakni sebagai berikut :

a. Ketertarikan seksual terhadap orang yang memiliki kesamaan gender dengan

dirinya.

b. Keterlibatan seksual dengan satu orang atau lebih yang memiliki kesamaan

gender dengan dirinya.

c. Mengidentifikasikan diri sebagai gay

Pada penelitian ini, subjek penelitian harus benar-benar menyadari bahwa dirinya

adalah seorang gay dan memiliki pengetahuan mengenai dunia gay secara umum.

3. Sudah Bekerja

Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap dan

perilaku seseorang dalam berinteraksi.Menurut Zastrow dan Ashman (1987) faktor

lingkungan sosial yaitu kondisi, keadaan dan interaksi manusia yang berhubungan

dengan manusia.

Para pria dewasa awal, cenderung mulai memperhatikan dan memikirkan dalam

memenuhi kebutuhannya untuk bekerja, bahkan sering kali mereka mengabaikan

tugas lainnya seperti menunda untuk mencari calon pasangan hidup. Hal ini berbeda

jika dibandingkan dengan wanita dewasa awal yang cenderung belum begitu aktif

dalam menghadapi tuntutan pekerjaan (Havighurst, 1961).

Termasuk individu pria dewasa awal yang menjadi seorang gay. Meskipun mereka

(29)

memasuki fase dewasa awal memiliki kebutuhan sosial yang sama yaitu bekerja. Hal

ini dapat menjadi faktor dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial ditempat

pekerjaan yang memiliki heterogenitas yang beragam.

4. Tinggal di kota Bandung

Pada penelitian ini, peneliti memilih kota Bandung sebagai kriteria dalam

pemilihan subjek. Penentuan kriteria ini ditentukan dengan alasan untuk membatasi

dalam mencari dan menentukan subjek penelitian sehingga menjadi representatif dan

mudah untuk dilakukan penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dimulai pada bulan juni 2012. Penelitian diawali dengan melakukan

pengamatan dan survey ke lapangan terhadap permasalahan yang akan diungkapkan

yaitu mengenai fenomena kaum homoseksual yang berada di kota Bandung. Teknik

pengumpulan yang digunakan adalah wawancara semi-terstruktur dengan pertanyaan

terbuka dan fleksibel namun tetap mengacu pada tema dan alur pembicaraan.

Wawancara semi-terstruktur dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang

dijadikan acuan dalam alur, pembicaraan, dan tema dengan pertanyaan terbuka yang

disusun berdasarkan tujuan penelitian, fleksibel, dalam rangka memahami fenomena

tersebut (Herdiansyah, 2010).

Dalam penelitian ini, peneliti bertanya langsung kepada subjek penelitian (pria

(30)

mendalam yang dilakukan oleh peneliti dengan mengajukan beberapa pertanyaan

secara lisan kepada subjek penelitian.

Untuk melakukan wawancara secara mendalam dan terbuka, peneliti melakukan

beberapa langkah kegiatan:

1. Mendiskusikan kajian penelitian dengan orang lain yang memiliki pengetahuan

dengan pokok permasalahan, seperti dosen pembimbing dan mahasiswa yang

pernah melakukan penelitian serupa. Hal ini dilakukan agar peneliti memperoleh

informasi yang relevan.

2. Membangun rapport dengan subjek penelitian. Agar wawancara dapat berjalan dengan lancar dan mendalam, peneliti berusaha menjalin rapport dengan subjek

terlebih dahulu. Rapport dibentuk melalui situs jejaring sosial facebook dengan

chatting hingga pada tarap komunikasi melalui telepon seluler dan tatap muka.

Wawancara secara formal dilakukan ditempat dan waktu yang sudah disepakati

sebelumnya. Agar wawancara ini dapat berjalan dengan lancar dan dalam situasi yang

alamiah, peneliti mengajak subjek ke tempat tinggal peneliti. Hal ini dilakukan agar

hubungan yang terjalin antara peneliti dan subjek menjadi lebih baik dan terbuka.

D. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, yang menjadi instrumen utama dalam pengumpulan data

(31)

penelitian ini maka, peneliti sendiri yang melakukan pengumpulan data ke lapangan

sesuai dengan fokus penelitian.

Sehubungan dengan peran peneliti sebagai alat penelitian utama, maka peneliti

menyusun alat bantu tambahan berupa pedoman wawancara semi-terstruktur. Hal ini

bertujuan untuk mengumpulkan data secara utuh, termasuk makna interaksi, sehingga

peneliti diharapkan dapat menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dari ucapan

atau perbuatan subjek penelitian.

Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara

terstruktur. Pada penelitian ini, peneliti menyusun pedoman wawancara

semi-terstruktur berdasarkan teoriyang dikemukakan oleh Vide Bonner (dalam Gerungan,

2004) mengenai aspek-aspek psikologis yang mendorong terjadinya interaksi sosial

ke dalam bentuk pedoman wawancara semi-terstruktur. Untuk menambah serta

memperkaya data, peneliti menambahkan aspek-aspek seperti identitas subjek,

orientasi seksual subjek, serta aspek-aspek lain dari interaksi sosial seperti kontak,

komunikasi, serta bentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi. Adapun pedoman

[image:31.612.108.536.203.697.2]

wawancara dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel. 1

Pedoman Wawancara

Aspek Yang Diungkap Inti Pertanyaan Profil subjek Mengungkapkan identitas

subjek

a. Usia subjek

b. Pendidikan terakhir subjek c. Tempat tinggal

(32)

seksual subjek subjek menyukai sesama jenis b. Alasan menjadi seorang gay Faktor psikologis yang mendorong terjadinya interaksi sosial

Mengungkapkan pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku subjek dalam melakukan imitasi

a. Lingkungan sosial yang paling berpengaruh terhadap subjek b. Alasan yang mendasari subjek

melakukan imitasi terhadap lingkungan sosialnya

c. Mengungkap imitasi subjek dengan teman sesama gay d. Mengungkap imitasi subjek

dengan teman non-gay Mengungkapkan

kemampuan subjek dalam menerima & memberikan

sugesti terhadap

lingkungan sosialnya.

a. Pandangan subjek terhadap diri sendiri sebagai seorang gay

b. Pandangan subjek terhadap orang lain yang menjadi gay c. Pandangan subjek terhadap

orang lain yang melakukan penilaian terhadap gay

Mengungkapkan

kemampuan individu

dalam identifikasi

terhadap lingkungan

sosialnya

a. Pemahaman subjek mengenai lingkungan sosialnya, anggota keluarga, teman gay, teman non-gay

b. Kemampuan subjek dalam mengatasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya

Menjelaskan kondisi

personal subjek dalam

memberikan simpati

terhadap lingkungan

sosialnya.

a. Alasan subjek memiliki ketertarikan terhadap orang lain

b. Alasan subjek memiliki rasa ketertarikan terhadap teman sesama gay

c. Sikap subjek dalam

memberikan simpati terhadap lingkungan sosialnya, dengan teman sesama gay, dengan teman non-gay

(33)

subjek dalam melakukan

empati terhadap

lingkungan sosialnya

memunculkan rasa empati pada subjek

b. Mengungkapkan rasa empati subjek terhadap teman sesama gay

c. Upaya subjek dalam

memberikan rasa belas kasih terhadap lingkungan sosialnya, termasuk teman non-gay Syarat

Interaksi

Kontak a. Kegiatan yang dilakukan

dengan lingkungan sosialnya, anggota keluarga, teman non-gay

b. Kegiatan yang dilakukan dengan teman sesama gay

Komunikasi a. Hal yang menjadi bahan

pembicaraan dalam

berkomunikasi dengan teman sesama gay

b. Cara berkomunikasi dengan teman sesama gay

c. Cara berkomunikasi dengan anggota keluarga, teman non-gay

Bentuk Interaksi

Sosial

Mengungkapkan bentuk kerjasama subjek dengan lingkungan sosialnya

a. Kesediaan/ketidaksediaan subjek bekerja sama dengan lingkungan sosialnya

b. Bentuk kerja sama dengan lingkungan sosialnya

c. Alasan yang mendukung

subjek mampu dan mau

bekerja sama dengan

lingkungan sosialnya

d. Mengungkapkan lingkungan

sosial yang mendukung

terbentuknya kerja sama dengan subjek

e. Mengungkapkan hambatan yang muncul dalam bekerja sama

(34)

sesama gay Mengungkapkan bentuk

persaingan yang terjadi

dengan lingkungan

sosialnya

a. Lingkungan sosial yang

seringkali memunculkan

persaingan dengan subjek b. Mengungkapkan dampak yang

muncul dari persaingan dengan lingkungan sosialnya

c. Mengungkapkan bentuk

persaingan dengan teman sesama gay

Mengungkapkan bentuk pertentangan antara subjek dengan lingkungan sosialnya

a. Mengungkapkan konflik yang

pernah terjadi dengan

lingkungan sosialnya

b. Mengungkapkan konflik yang pernah terjadi dengan teman sesama gay

c. Upaya subjek dalam mengatasi pertentangan yang terjadi dengan lingkungan sosialnya

Peneliti memilih Ramdan sebagai subjek dalam penelitian ini. Ramdan

merupakan seorang pria dewasa yang berusia 25 tahun dan sudah bekerja sebagai

pegawai swasta di salah satu mall di kota Bandung. Ramdan dilahirkan di kabupaten

Ciamis, namun sudah menetap tinggal di kota Bandung, begitu juga dengan anggota

keluarga yang lainnya, termasuk ayah dan ibunya. Ramdan memiliki tempat tinggal

sendiri di daerah jalan babakan ciamis kota Bandung dan tidak tinggal bersama

orangtua atau anggota keluarga yang lain.

Pria yang memiliki orientasi seksual sebagai gay ini merupakan lulusan SMP dan

merupakan anak satu-satunya didalam keluarga. Ramdan dibesarkan dari keluarga

(35)

ibunya sudah menikah kembali dan memiliki anak, sehingga Ramdan dapat dikatakan

memiliki saudara tiri dari masing-masing orangtua kandungnya.

Sebagai seorang pria yang memiliki orientasi seksual sebagai gay, Ramdan

menyadari betul akan konsekuensi serta dampak yang akan dihadapinya. Namun

disisi lain, Ramdan memahami dan mengetahui bahwa ini adalah pilihan hidup yang

harus dijalaninya. Awal mula ketertarikan terhadap sesama jenis dimulai sejak

Ramdan memasuki bangku SMP, atau pada saat ia berusia 12 tahun. Ketertarikan

terhadap sesama jenis muncul dengan sendirinya. Menurut Ramdan, keinginannya

untuk tertarik terhadap teman sesama jenis muncul atas dasar suara hati dari diri

sendiri.

Ramdan termasuk sosok yang cukup dihormati dilingkungan ditempat ia bekerja,

karena Ramdan memiliki posisi sebagai Admin Team Leader sehingga memiliki

bawahan atau karyawan yang menjadi tanggung jawabnya. Ramdan mengakui bahwa

beberapa dari teman heteroseksual sudah mengetahui mengenai orientasi seksualnya.

Namun Ramdan menambahkan bahwa meskipun beberapa diantara teman-temannya

ada yang sudah mengetahui, hal itu tidak menjadikan Ramdan halangan dalam

menjalankan aktivitas pekerjaannya secara profesional. Menurut Ramdan selama ia

masih bisa menjaga hubungan yang baik dengan teman yang lain tanpa

memperhatikan orientasi seksualnya, hal itu bukan lagi menjadi masalah. Lebih jauh

(36)

ditempat kerja yang memandang sebelah tentang diri Ramdan, namun hal itu tidak

menjadi berpengaruh terhadap aktivitas pekerjaan di tempat ia bekerja.

E. Proses Pengambilan Data

1. Proses Wawancara Dengan Subjek

Pertemuan pertama peneliti dengan Ramdan dimulai pada hari Selasa, 11

September 2012, pukul 16.00 WIB, setelah sebelumnya peneliti dan Ramdan

melakukan perjanjian terlebih dahulu mengenai tempat dan waktu pertemuan melalui

telepon seluler. Dan setelah disepakati, akhirnya peneliti dan Ramdan sepakat untuk

bertemu di tempat tinggal peneliti di jalan Sukahaji.Pada tahap ini, peneliti belum

melakukan wawancara secara formal, namun hanya dalam bentuk perkenalan secara

tatap muka dan wawancara secara informal.

Sebenarnya, peneliti dan Ramdan telah menjalin komunikasi selama beberapa

bulan melalui situs jejaring sosial facebook. Awal perkenalan melalui situs jejaring

sosial tersebut dimulai pada saat peneliti sedang melakukan studi mengenai

permasalahan yang akan peneliti angkat yaitu mengenai gay. Peneliti seringkali

melakukan pengamatan melalui situs jejaring sosial facebook mengenai komunitas

gay, diantaranya peneliti mengamati halaman facebook yang berjudul Gay Bandung.

Gay Bandung merupakan group atau halaman yang dapat digunakan bagi komunitas

(37)

mengenal beberapa teman di facebook yang dianggap oleh peneliti memiliki orientasi

seksual sebagai gay.

Ramdan adalah salah satu diantara teman facebook yang pada awalnya peneliti

beranggapan bahwa Ramdan memiliki orientasi seksual sebagai gay. Peneliti

mencoba melakukan komunikasi melalui chatting facebook dengan Ramdan

mengenai pokok permasalahan yang sedang peneliti coba jelaskan. Hingga pada

akhirnya Ramdan bersedia menjadi subjek pada penelitian ini. Alasan penetapan

Ramdan sebagai subjek penelitian karena Ramdan memiliki orientasi seksual sebagai

gay, bersedia menjadi subjek penelitian, serta berusia pada rentang usia dewasa awal.

Perkenalan peneliti dengan Ramdan melalui situs jejaring sosial facebook dimulai

sejak awal bulan Juni 2012.

Pertemuan selanjutnya dilaksanakan pada hari Jumat, 14 September, pukul 20.00

WIB ditempat tinggal Ramdan di jalan babakan ciamis .Pada tahap ini pelaksanaan

wawancara dilakukan secara formal dan dalam suasana yang alamiah.Oleh karena

peneliti dan Ramdan telah menjalin hubungan yang baik, maka wawancara dapat

dilaksanakan dengan lancar dan tanpa adanya hambatan yang berarti.

Pada wawancara formal ini, Ramdan mengenakan pakaian kemeja pendek dan

celana katun abu-abu karena menurut penjelasan Ramdan,ia baru selesai pulang kerja

hingga tidak sempat untuk berganti pakaian. Ramdan cukup antusias dan terbuka

terhadap peneliti tanpa ada rasa canggung ataupun segan. Sebelum melakukan

(38)

1. Memberikan penjelasan lebih mendalam mengenai tujuan, setting, serta jadwal

dari wawancara kepada subjek.

2. Meminta izin kepada subjek untuk menggunakan alat pengumpulan data berupa

tape recorder pada saat wawancara berlangsung.

Selama proses wawancara berlangsung, Ramdan dapat memberikan jawaban yang

cukup memuaskan dan memenuhi tujuan dari aspek yang digali. Sesekali Ramdan

menggerak-gerakkan tangannya pada saat memberikan jawaban atas pertanyaan yang

diajukan oleh peneliti.Wawancara berlangsung selama kurang lebih 45 menit dengan

mengacu pada pedoman wawancara semi-terstruktur yang sudah disusun.Namun

demikian, pada beberapa aspek, peneliti berusaha mengembangkan pertanyaan

penelitian terbuka agar data yang diperoleh lebih komprehensif.

Wawancara kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 04 Oktober 2012 pukul

12.00. Wawancara tersebut dilaksanakan ditempat tinggal peneliti selama kurang

lebih 25 menit. Pada wawancara kedua ini, kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan

tanpa ada suatu hambatan yang berarti.

Pada saat wawancara, Ramdan menggunakan pakaian kaos merah muda dan

celana pendek berwarna hitam. Posisi duduk antara peneliti dan Ramdan adalah

dengan berhadapan sambil menyilangkan kaki dengan bersila. Perilaku yang khas

yang seringkali muncul pada saat wawancara berlangsung adalah, gerakan tangan

yang digunakan oleh Ramdan setiap kali menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

(39)

tersenyum, beberapa kali muncul sebagai bentuk dari ketidaksetujuan atau tanda

bahagia dari jawaban-jawaban yang disampaikan oleh Ramdan kepada peneliti.

Untuk menambah kelengkapan serta keabsahan data penelitian, Peneliti

berkesempatan untuk melakukan membercheck wawancara dengan salah seorang

sahabat Ramdan yang juga menjadi rekan kerja ditempat Ramdan bekerja. Setelah

mendapatkan kesepakatan jadwal untuk wawancara, peneliti melaksanakan

pertemuan dengan Nida (Sahabat Ramdan) untuk melakukan wawancara. Wawancara

membercheck dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 12 Oktober 2012 ditempat

tinggal peneliti.

Wawancara ketiga dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 14 November 2012

ditempat tinggal Ramdan di jalan babakan ciamis, Bandung. Wawancara ketiga ini

bertujuan untuk melengkapi data dan keabsahan data penelitian serta untuk melihat

perubahan atas jawaban-jawaban yang disampaikan oleh Ramdan pada wawancara

ke-1 dan ke-2. Pada wawancara ketiga ini, Ramdan menggunakan kaos kuning

bergaris dan celana panjang. Wawancara berlangsung dengan lancar dan tanpa ada

hambatan yang berarti.

Wawancara keempat dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 30 Desember 2012

ditempat tinggal peneliti. Wawancara keempat ini dilakukan untuk menambah

informasi data secara menyeluruh. Pada wawancara keempat ini, Ramdan

menggunakan celana pants hitam dan kaos putih dengan membawa tas berwarna

(40)

Untuk memperkaya data penelitian, peneliti berkesempatan untuk melakukan

membercheck wawancara dengan salah satu teman Ramdan yang juga memiliki

orientasi seksual yang menjadi seorang gay yaitu Dadan. Namun oleh karena

keterbatasan waktu, wawancara hanya dapat dilakukan melalui telepon seluler dengan

menggunakan fasilitas rekaman. Wawancara dilaksanakan pada hari Senin tanggal 26

November 2012 pada pukul 16.00 WIB.

2. Proses Observasi Terhadap Subjek

Observasi dilakukan pada saat wawancara berlangsung. Selama proses

wawancara, Ramdan cukup mampu dalam menjelaskan serta menjawab setiap

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sesekali Ramdan menggerak-gerakkan

tangannya ketika sedang menjelaskan atau menjawab pertanyaan. Posisi peneliti dan

Ramdan pada saat wawancara berlangsung adalah dengan berhadapan dan dalam

keadaan duduk bersila.

Selain itu, observasi dilakukan pada saat peneliti berkesempatan untuk

berkunjung ke tempat kerja Ramdan disalah satu mall di kota Bandung. Observasi

tersebut dilaksanakan pada tanggal 20 September 2012, pukul 17.00 WIB. Peneliti

diajak ke kantor Ramdan untuk melihat aktivitas atau kegiatan yang biasa dilakukan

selama waktu kerjanya. Ramdan merupakan Admin Team Leader yang bekerja dalam

melakukan monitoring terhadap setiap karyawan yang bekerja sebagai kasir toilet.

(41)

karyawan tersebut. Namun sesekali Ramdan datang ke lapangan untuk melakukan

pengecekan terhadap setiap karyawan.

Interaksi antara Ramdan dengan teman di tempat kerja dapat terjalin dengan baik.

Hal ini dapat diamati pada saat Ramdan bertemu dengan karyawan lain, Ramdan

mampu untuk bersikap ramah dan sopan, meskipun terhadap bawahannya. Ramdan

lebih jauh menjelaskan, terkadang ia merasa jenuh dengan aktivitas di tempat

kerjanya sehingga sesekali ia keluar ruangan kantornya hanya untuk sekedar

jalan-jalan saja.

F. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tehnik analisis data kualitatif. Teknik

analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif berdasarkan teori yang

dikemukakan oleh Miles & Huberman (1984) (dalam Herdiansyah, 2010). Teknik

analisis data terdiri dari empat tahapan yang harus dilakukan. Tahapan pertama

adalah tahapan pengumpulan data, tahapan kedua adalah tahapan reduksi data, tahap

ketiga adalah tahapan display data, dan tahapan keempat adalah tahapan penarikan

kesimpulan dan/atau tahap verifikasi.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan penyusunan abstraksi data berupa wawancara. Menurut

Meleong (2008), reduksi data adalah usaha untuk mengidentifikasi bagian terkecil

(42)

penelitian Reduksi data diperoleh dari hasil pernyataan yang mengandung tema yang

memiliki keterkaitan dengan tujuan penelitian (dalam Herdiansyah, 2010).

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada saat sebelum dan sesudah wawancara

berlangsung. Peneliti kualitatif sebaiknya sudah berfikir dan melakukan analisis

ketika penelitian kualitatif baru dimulai (Herdiansyah, 2010).

3. Display Data

Pada tahap ini, penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang

diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisis. Data hasil wawancara

diubah kedalam bentuk verbatim kemudian disusun berdasarkan tema-tema yang

muncul. Setiap tema berisi penjelasan yang mengarahkan pada tujuan penelitian.

Tema-tema yang sudah disusun tersebut dikategorisasikan kedalam beberapa episode

sehingga membentuk rangkaian cerita.

4. Kesimpulan/Verifikasi

Verifikasi data dimaksudkan untuk menarik kesimpulan dari hasil

pernyataan-pernyataan yang diungkapkan oleh subjek dari setiap episode yang muncul

berdasarkan tujuan penelitian.

G. Pengecekan Keabsahan Data

(43)

Untuk memperoleh data penelitian yang komprehensif, maka peneliti berusaha

memperpanjang waktu penelitian dengan melakukan wawancara lebih dari satu

kali.Dari hasil wawancara pertama menjadi pedoman wawancara kedua sampai

seterusnya hingga data hasil wawancara cukup relevan dengan tujuan penelitian dan

data tersebut menjadi jenuh.Wawancara secara berkala tersebut dilakukan sebagai

metode triangulasi waktu untuk memperoleh keabsahan data. Wawancara dilakukan

selama empat kali yaitu bulan September, Oktober, November, dan Desember tahun

2012.

2. Wawancara membercheck terhadap significant other

Wawancara ini dilakukan terhadap teman yang memiliki kedekatan hubungan

dengan subjek dan mengetahui orientasi seksual subjek yang menjadi gay. Hal ini

dimaksudkan untuk memverifikasi dan melakukan kroscek terhadap setiap

pernyataan dan jawaban subjek dari hasil wawancara. Wawancara dilakukan terhadap

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.1 Interaksi Dengan Anggota Keluarga

Subjek berasal dari keluarga tidak harmonis, sejak kecil subjek berada dalam

asuhan sang nenek karena ayah dan ibunya sudah bercerai. Subjek kurang

mendapatkan figur seorang ayah baik secara emosional maupun finansial yang

mengarahkan persoalan antara subjek dengan sang ayah. Meskipun sejak kecil subjek

berada dalam asuhan sang nenek, subjek memiliki kedekatan hubungan dengan sang

ibu, karena sejak kecil segala kebutuhan hidup subjek dan neneknya dipenuhi oleh

sang ibu. Sejak memasuki usia remaja, subjek dihadapkan pada permasalahan

ekonomi, hal ini dikarenakan terbatasnya sang ayah dalam memenuhi kebutuhan

hidup subjek. Adanya persoalan ekonomi dan ketidaknyamanan dengan lingkungan

tempat tinggal subjek mengarahkan pada persoalan pendidikan sekolah. subjek hanya

menempuh pendidikan hingga tingkat SMP setelah sebelumnya pernah duduk

dibangku SMA kelas IX. Persoalan dengan sang ayah, pendidikan sekolah, serta

adanya keinginan untuk memilih bekerja dan tinggal di kota Bandung mengarahkan

(45)

Adanya kedekatan hubungan dengan sang ibu mendorong subjek untuk

menyampaikan orientasi seksualnya yang menjadi gay. Aktivitas pekerjaan yang

memakan banyak waktu mengarahkan pada terbatasnya hubungan antara subjek

dengan anggota keluarga.

1.2 Interaksi Dengan Teman Gay

Latar belakang keluarga yang tidak harmonis dan hubungan dengan sang ayah

yang tidak baik menciptakan ketidakstabilan pada kondisi personal subjek.

Kecenderungan akan ketertarikan terhadap sesama jenis sebagai faktor bawaan

disertai pengalaman homoseksual mengarahkan pada kondisi subjek yang memilih

menjadi seorang gay. Pengaruh lingkungan seperti hubungan dengan teman sebaya

dan ketertarikan terhadap sesama jenis memberikan pengaruh yang kuat pada diri

subjek untuk menetapkan identitas dirinya sebagai seorang gay. Hubungan dengan

teman sesama gay mengarahkan pada pandangan hidup subjek sehingga menciptakan

interaksi diantara teman sesama gay-nya. Keterbatasan dalam berinteraksi dengan

lingkungan sosial serta kesalahpahaman diantara teman sesama gay mendorong

terciptanya sebuah konflik. Kenyamanan adalah faktor utama bagi subjek dalam

pencapaian hubungan berpacaran dengan pasangan gay.

1.3 Interaksi Dengan Teman Non-Gay

(46)

menciptakan perubahan sosial dan memilih tinggal di kota Bandung. Keterbukaan

subjek mengenai orientasi seksualnya terhadap lingkungan sekitar mengarahkan pada

konflik dan pertentangan. Adanya dukungan sosial dari teman-teman heteroseksual

menciptakan kesejahteraan psikologis pada diri subjek sehingga mengarahkan pada

sikap dan hubungan yang profesional di lingkungan sosial.

1.4Penyesuaian Diri Sosial

Penolakan dan diskriminasi mengarahkan pada strategi dan upaya penyesuaian

diri yang telah terintegrasi dengan kehidupan sosial subjek. Upaya penyesuaian diri

sosial yang dilakukan subjek adalah dengan memposisikan diri serta membedakan

dalam cara berinteraksi dengan lingkungan yang berbeda sehingga subjek hidup pada

lingkungan bikultural. Diam adalah strategi dalam mengatasi konflik dan

pertentangan yang dihadapi oleh subjek dengan tujuan untuk meredakan ketegangan.

2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka peneliti akan mengemukakan

saran-saran sebagai berikut:

2.1Subjek

Diharapkan bagi subjek untuk mengisi aktivtas-aktivitas yang bermanfaat dan

(47)

diri dengan lingkungan sosial sesama gay maupun non-gay. Hal ini diperlukan agar

kehidupan subjek lebih terarah dan memiliki preferensi hidup yang lebih baik.

2.2Keluarga

Secara umum bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga yang menjadi gay

diharapkan untuk lebih terbuka dan menerima keadaan anggota keluarganya tersebut,

karena hal itu akan mendorong individu yang menjadi gay untuk dapat menjalani

kehidupan di lingkungan sosialnya menjadi lebih baik.

2.3Teman Gay

Diharapkan bagi teman sesama gay untuk saling memberi dukungan dan

pengaruh yang positif dalam menjalin pertemanan dilingkungannya. Karena hal ini

akan menciptakan image yang baik terhadap kaum gay untuk dapat diterima oleh

masyarakat sehingga memberikan sumbangan psikologis yang baik bagi teman-teman

gay lain untuk dapat menjalin hubungan sosial yang lebih baik.

2.4Teman Non-Gay

Untuk menjalin hubungan sosial yang baik, disarankan bagi teman-teman non-gay

untuk dapat lebih terbuka dan menerima keberadaan kaum gay ditengah-tengah

masyarakat tanpa memberikan perlakuan berupa penolakan maupun diskriminasi.

(48)

kesejahteraan psikologis pada kaum gay serta meningkatkan pencapaian kehidupan

yang lebih baik.

2.5Masyarakat Umum

Kehidupan kaum gay ditengah-tengah masyarakat adalah fakta yang telah terjadi

karena kaum gay telah menjadi bagian dari kehidupan sosial. Oleh karena itu,

diharapkan masyarakat untuk mengetahui dan memahami keberadaan kaum gay.

Dengan pemahaman mengenai kondisi individu yang menjadi gay, masyarakat

disarankan untuk menerima dan memberikan perlakuan yang adil terhadap kaum gay

karena hal tersebut akan menciptakan pandanga-pandangan yang lebih terbuka

terhadap kaum gay yang posisinya sebagai kaum minoritas.

2.6Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif

deskriptif yaitu dengan studi kasus terhadap subjek tunggal. Bagi peneliti selanjutnya

yang akan melakukan penelitan dengan tema yang sama, disarankan untuk

mengambil subjek lebih banyak dan beragam dengan karakteristik yang lebih khas.

Hal tersebut dilakukan agar dapat memperoleh gambaran yang lebih dalam dan luas

serta dapat membandingkan perbedaan setiap interaksi sosial yang terjadi pada

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. (1991). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmani, Jamal Ma’mur. (2009). Awas Bahaya Homoseks Mengintai Anak-Anak

Kita. Jakarta: Pustaka Al-Mawardi.

Atkinson, Rita L., Atkinson, Richard C., & Hilgard, Ernest R. (1983). Pengantar

Psikologi alih bahasa oleh Dra. Nurdjananah Taufiq dari buku

Introduction To Psychology, Eightth, Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Jakarta: Erlangga.

Azwar, Saifuddin. (1995). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura, A. (1993). Perceived Self-efficacy in Cognitive Development and

Functioning, dalam Educational Psychologist, Vol. 28.

Baron, Robert A. & Byrne, Donn. (2004). Psikologi Sosial Jilid 1 alih bahasa

Dra. Ratna Juwita, Dipl. Psychl., dkk, dari buku Social Psychology 10th Edition. Jakarta: Erlangga.

Baron, Robert A. & Byrne, Donn. (2008). Psikologi Sosial Jilid 2 alih bahasa

Dra. Ratna Juwita, Dipl. Psychl., dkk, dari buku Social Psychology 10th Edition. Jakarta: Erlangga.

Boellstroff, Tom. (2005). Gay Archypelago Bahasa Indonesia. New Jersey: Princeton Press.

Carlson, N. R. (1994). Psychology of Behavior 5th Edition. Boston: Allyn and

Bacon.

Dariyo, Agoes. (2003). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.

Danis, Albertinus. (2011). Studi Fenomenologi Interaksi Kaum Gay Di Kota

Malang. Skripsi.Universitas Brawijaya.

Fahrenia, Nena. (2009). Korelasi Keterlibatan Dalam Situs Komunitas Homo

Dengan Interaksi Sosial Kaum Gay Terhadap Masyarakat Sekitar (Studi Pada Komunitas manjam.com di Malang). Skripsi. Universitas

Muhammadiyah Malang.

(50)

Gerungan, W.A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Gerungan, W.A. (2009). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner. (1985). Introduction to Theories of

Personality. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

Havighurst, R.J. (1961). Human Development & Education. New York: David Mckay.

Hurlock, Elizabeth B. (1993). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elizabeth.B. (2004). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan alih bahasa Istiwidayanti dan Soedjarwo.

Jakarta: Erlangga.

Herdiansyah, Haris. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika

Ihromi., T.O. (1999). Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Johnson, Doyle Paul. (1988). Teori Sosiologi Klasik dan Modern, alih bahasa

Robert M.Z Lawang dari buku Sociological Theory Classical Founders and Contemporary Prespective. Jakarta: Gramedia.

Kadir, Hatib Abdul. (2007). Tangan-Tangan Kuasa Dalam Kelamin/Benedict

Anderson: Editor. Yogyakarta: INSIST Press.

Kendall, P. C. (1998). Abnormal Psychology Human Problem Understanding

2th Edition. Boston: Houghton Mifflin Company.

Lerner, R.M. & Hultsch, D. F. (1983). Human Development: A Life Span

Perspective. New York: McGraw-Hill

Masters, W.H., Johnson, V.E., & Kolodny, R.C. (1992). Human Sexuality 4th

Ed. New York : Harper Collins Publishers, Inc.

Miracle, T.S. (2003). Human Sexuality: Meeting Our Basic Needs. New Jersey: Pearson Education, Inc.

(51)

http://nasional.kompas.com/read2008/12/24/10504258/mahasiswa.nhi.ban dung.[09Agustus 2012].

Nevid, J.S., Rathus & L.F., Rathus, S.A. (1995). Human Sexuality in a World of

Diversity, Second Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Papalia, D.E., Olds S.W., & Feldman R.D. (2001). Human Development.8th Edition. Boston: McGraw-Hill.

Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2009). Perkembangan Manusia

Edisi 10 Buku 1 alih bahasa Brian Marswendy dari buku Human Develovment 10th Edition. New York: McGraw-Hill Companiens, Inc.

Jakarta: Salemba Humanika.

Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2009). Perkembangan Manusia

Edisi 10 Buku 2 alih bahasa Brian Marswendy dari buku Human Develovment 10th Edition. New York: McGraw-Hill Companiens, Inc.

Jakarta: Salemba Humanika.

Rakhmat, Jalaludin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Santrock, J.W. (1995). Perkembangan Masa Hidup alih bahasa Achmad

Chusairi, S.Psi.,dkk dari buku Life-Span Development, Fifth Edition. University of Texas at Dallas: Brown and Brencmark. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. (2008). Educational Psychology.New York: McGraw-Hill.

Schneider, Alexander A. (1964). Personal Adjusment and Mental Health. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Soekanto, Soerjono. (2001). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada.

Sopiah, Dr., M.Pd., MM. (2008). Perilaku Organisasional. Yogyakarta: ANDI OFFSET.

Taylor, S.E.(1999). Health Psychology Fourth Edition. New York: McGraw-Hill.

Walgito, Bimo. (2001). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: ANDI

Walgito, Bimo. (2003). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI

Zastrow, C.H., & Kirst-Ashman, K. (1987). Understanding Human Behavior and

Gambar

Tabel. 1 Pedoman Wawancara

Referensi

Dokumen terkait

In this paper, a control parameter selection algorithm is proposed by genetic algorithm to select the gain switching (k) and sliding surface constant parameter (s) so that

Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di RSUD Labuang Baji

Sahabat - sahabat DIII kebidanan Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang selalu memberikan dorongan, motivasi, ide – ide cemerlang dan bersama-sama berjuang

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, permasalahan yang akan diungkap adalah apakah metode pendampingan individual melalui bimbingan dan

EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Rekapitulasi Hasil Angket dan Wawancara Pandangan Guru Selama Kegiatan Inkuiri Ilmiah Berlangsung... Hasil Uji Prasyarat dan Uji Statistik D.1 Uji Prasyarat

Bahasa Pemrograman Borland Delphi mudah digunakan dibandingkan dengan bahasa pemrograman lainnya karena Borland Delphi awalnya dari Pascal yang mana banyak orang mengetahui

Pembuatan Aplikasi Pembacaan 10 Surat Terpendek Dalam Juz Amma Dengan Menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 merupakan sebuah aplikasi multimedia yang berisi 10 surat juz amma