• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of HUBUNGAN TINGKAT EKSPRESI EMOSI CAREGIVER DENGAN FREKUENSI REHOSPITALISASI PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of HUBUNGAN TINGKAT EKSPRESI EMOSI CAREGIVER DENGAN FREKUENSI REHOSPITALISASI PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI

Lisa Rahayu Pratiwi1, Victor Eliezer2, Rita Halim2

1Mahasiswa Progam Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

2Dosen Progam Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi e-mail: lissa.rahayyu14@gmail.com

ABSTRACT

Background: Schizophrenic patients are prone to rehospitalization by 40-60% after the first hospitalization within two years despite using antipsychotic medication. This can be influenced by the caregiver's emotional expression factor. Objectives: The purpose of this study was to determine the relationship between caregiver emotional expression level and rehospitalization frequency of schizophrenic patients. Methods: This study used an analytic design with a cross sectional approach.

The number of samples in this study were 100 respondents. The instrument to assess the caregiver's emotional expression level was a family questionnaire and to determine the frequency of rehospitalization of schizophrenia patients using medical records of schizophrenic patients at the Regional Mental Hospital of Jambi Province. Data analysis was univariate and bivariate using chi- square. Results: most of the schizophrenic patients had an age range of 46-55 years, were male, education level of SMP / MTS, most of the caregivers had an age range of 36-45 years, were female, SMP / MTS, informal caregiver, there was a relationship between caregiver emotional expression level and rehospitalization frequency of schizophrenia patients with p value of 0.000. Conclusions:

There is a relationship between the level of caregiver's emotional expression with the frequency of rehospitalization of schizophrenia patients at the Regional Mental Hospital of Jambi Province.

Keywords: Caregiver Emotional Expression Level, Frequency of Rehospitalization of Schizophrenia Patients

ABSTRAK

Latar Belakang: Pasien skizofrenia rentan mengalami rehospitalisasi sebesar 40-60% setelah rawat inap pertama kali dalam kurun waktu dua tahun meskipun telah menggunakan pengobatan antipsikotik. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor ekspresi emosi caregiver. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat ekspresi emosi caregiver dengan frekuensi rehospitalisasi pasien skizofrenia. Metode: Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden. Instrumen untuk menilai tingkat ekspresi emosi caregiver adalah family questionnaire dan untuk mengetahui frekuensi rehospitalisasi pasien skizofrenia menggunakan data rekam medik pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Analisis data dengan univariat dan bivariat dengan menggunakan chi-square. Hasil: sebagian besar pasien skizofrenia memiliki rentang usia 46-55 tahun, berjenis kelamin laki-laki, tingkat pendidikan SMP/MTS, sebagian besar caregiver memiliki

(2)

64 rentang usia 36-45 tahun, berjenis kelamin perempuan, SMP/MTS, caregiver informal, terdapat hubungan antara tingkat ekspresi emosi caregiver dengan frekuensi rehospitalisasi pasien skizofrenia dengan nilai p 0,000. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat ekpresi emosi caregiver dengan frekuensi rehospitalisasi pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.

Kata Kunci : Tingkat Ekspresi Emosi Caregiver, Frekuensi Rehospitalisasi Pasien Skizofrenia __________________________________________________________________________________________

PENDAHULUAN

Fenomena gangguan jiwa semakin meningkat tiap tahunnya dan terjadi pada siapa saja dan kapan saja tanpa mengenal batasan. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), terdapat 450 juta orang di dunia mengalami skizofrenia.

Disebutkan dari data tersebut bahwa pasien dengan 35% mengalami kekambuhan dan 20-40% yang diobati di rumah sakit, 15- 20% mencoba melakukan bunuh diri dan 10% diantaranya meninggal dunia karena bunuh diri.1 Data Riskesdas (2018) menyebutkan, di Indonesia prevalensi skizofrenia/psikosis adalah sebanyak 6,7 per 1.000 rumah tangga dengan Provinsi Jambi berada diurutan ke-16 dari seluruh provinsi di Indonesia. Berdasarkan data rekam medis pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi tahun 2019, jumlah pasien skizofrenia yang menjalani rawat jalan adalah sebanyak 1.836 orang.2 Sedangkan untuk total pasien rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi pada bulan Desember 2019 adalah sebanyak 52 orang, dimana 22 orang diantaranya telah mengalami rehospitalisasi dalam dua tahun terakhir sedangkan sisanya merupakan pasien yang baru menjalani rawat inap untuk pertama kalinya.2

Kekambuhan pada pasien skizofrenia didasari oleh berbagai faktor. Faktor yang dapat berperan adalah ekspresi emosi penanggung jawab (caregiver). Setelah pasien pulang dari rumah sakit, maka yang lebih banyak berinteraksi dengan pasien adalah penanggung jawab (caregiver) yang dapat mengidentifikasi secara dini gejala yang dialami oleh pasien untuk segera diambil tindakan.3 Beberapa penelitian yang telah dilakukan di Indonesia lebih banyak mengarah pada ekspresi emosi dengan kekambuhan pasien skizofrenia dibandingkan ekspresi emosi dengan rehospitalisasi pasien skizofrenia. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Tingkat Ekspresi Emosi Caregiver dengan Frekuensi Rehospitalisai Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah caregiver pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.

Sampel ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Untuk besar sampel, metode yang digunakan adalah

(3)

65 dengan perhitungan besar sampel minimal

berdasarkan rumus Lameshow, sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 100 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, dengan kriteria inklusi caregiver adalah usia 18-65 tahun, tinggal serumah dengan pasien skizofrenia, berhubungan dengan pasien minimal 5 jam sehari, berkunjung ke poli rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi, mampu membaca, menulis dan berkomunikasi dengan baik, bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani surat persetujuan sebagai peserta penelitian. Kriteria eksklusi caregiver adalah responden tidak mengisi kuesioner secara menyeluruh dan responden tidak berkenan menjawab identitas responden. Penelitian ini menggunakan Family Questionnaire (FQ) untuk mengukur variabel ekspresi emosi pada caregiver pasien skizofrenia.

Hasil penelitian terbagi menjadi dua yakni EE Tinggi >23 dan EE Rendah <23.

Penelitian ini menggunakan data rekam medik pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi periode Januari 2018-Januari 2020 untuk mengetahui frekuensi rehospitalisasi pasien skizofrenia.

Data primer didapatkan dari wawancara dan pengisian kuesioner oleh caregiver pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Data sekunder berasal dari data rekam medik pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi periode Januari 2018- Januari 2020 yang mengalami

rehospitalisasi minimal satu kali. Analisa univariat digunakan untuk menilai distribusi frekuensi karakteristik responden berupa usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan serta variabel penelitian yaitu tingkat ekspresi emosi responden dan frekuensi rehospitalisasi pasien skizofrenia. Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan analisa data secara statistik dengan menggunakan uji non parametik, yaitu uji statistik chi-square dengan α = < 0,05 dan CI 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pasien Skizofrenia

Berdasarkan Tabel 1. didapatkan bahwa sebagian besar pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi yang sedang menjalani rawat jalan dan telah mengalami rehospitaisasi memiliki karakteristik rentang usia 46-55 tahun sebanyak 33 orang (33,0%). Rentang usia tersebut tergolong kedalam kategori masa lansia awal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilaksanakan oleh Sri Novitayani yang menyebutkan bahwa lebih banyak pasien skizofrenia pada usia 25-65 tahun yang dimulai dari masa remaja akhir hingga masa lansia akhir.4

Pasien skizofrenia dalam penelitian ini sebagian besar memiliki jenis kelamin laki- laki dengan jumlah 68 orang (68,0%). Hasil karakteristik ini sejalan dengan yang disebutkan oleh Messias, Chen, & Eaton bahwa laki-laki memiliki tingkat kejadian lebih tinggi untuk menderita skizofrenia

(4)

66 dibandingkan perempuan dengan

perbandingan 1,4 : 1.5

Karakteristik yang terakhir adalah tingkat pendidikan. Didapatkan bahwa sebagian besar pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi yang telah mengalami rehospitalisasi memiliki tingkat pendidikan SMP/MTS dengan jumlah 40 orang (40%). Hasil tersebut dapat sejalan dengan penelitian

Amarita dalam Lesmanawati, yang menyebutkan bahwa pasien yang memiliki tingkat pendidikan rendah cenderung kurang memerhatikan kualitas hidup sehat yang dapat mempengaruhi terapi.6 Oleh karena itu, pasien skizofrenia tidak dapat menangani masalah skizofrenia yang menyebabkan gejala muncul kembali dan menjadi lebih parah, sehingga menimbulkan rehospitalisasi.

Tabel 1. Distribusi Data Karakteristik Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi (n=100)

Karakteristik Pasien Skizofrenia n %

Usia

17-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 56-65 tahun

7 19 20 33 21

7,0 19.0 20,0 33,0 21,0 Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

68 32

68,0 32,0 Tingkat Pendidikan

SD/MI SMP/MTS SMA/SMK/MAN Tidak Sekolah

24 40 29 7

24,0 40,0 29,0 7,0

Karakteristik Caregiver Pasien Skizofrenia

Berdasarkan Tabel 2. didapatkan bahwa sebagian besar caregiver pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi yang sedang menjalani rawat jalan dan telah mengalami rehospitalisasi memilik rentang usia 36-45 tahun sebanyak 50 orang (50,0%) yang

merupakan usia madya dan sudah dapat dikategorikan sebagai usia yang dapat merawat pasien skizofrenia. Dalam penelitian ini usia caregiver tidak terus bertambah banyak pada tiap klasifikasi yakni tersebar hampir rata pada usia 26-35 tahun sebanyak 20 orang (20,0%) dan 46- 65 tahun sebanyak 23 orang (23,0%). Hasil penilitian ini sejalan dengan penelitian yang

(5)

67 telah dilakukan oleh Zausneski bahwa usia

caregiver tidak berhubungan secara signifikan dengan distres emosional.7

Karakteristik kedua yang diteliti dari caregiver pasien skizofrenia dalam penelitian ini adalah jenis kelamin.

Caregiver dalam penelitian ini mayoritas berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 65 orang (65,0%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Brilianita yang menyebutkan bahwa 23,4%

perempuan lebih cenderung mengalami stres dan depresi dibandingkan dengan laki-laki yang lebih mengarah kepada perkembangan emosional dan dipengaruhi oleh berbagai stressor dan persepsi mengenai kemampuan individu dalam mengontrol kondisi stress yang dialaminya.8 Hal ini dapat menyebabkan caregiver perempuan tidak dapat mengontrol emosi dan memengaruhi kesehatan pasien skizofrenia yang berakibat kekambuhan dan mengharuskan tindakan rehospitalisasi.

Selanjutnya dalam tabel tersebut juga diperlihatkan bahwa, mayoritas caregiver memiliki tingkat pendidikan SMP/MTS dengan jumlah 54 orang (54,0%).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fadli disebutkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan keluarga dalam merawat dan bersikap terhadap pasien skizofrenia.3 Oleh karena itu,

meskipun tingkat pendidikan tidak secara langsung dalam memengaruhi rehospitalisasi pada pasien skizofrenia, namun tingkat pendidikan ternyata berhubungan dengan tingkat pengetahuan caregiver dalam merawat pasien skizofrenia. Sesuai dengan hasil penelitian dari Chorwe-Sungani, Namelo, Chiona, dan Nyirongo bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang maka dapat mempermudah dalam menerima informasi dan memanfaatkan pelayanan kesehatan bagi pasien skizofrenia dengan pendidikan yang dimilikinya.9

Dari hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa mayoritas caregiver yang merawat pasien skizofrenia yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi dan telah mengalami rehospitalisasi adalah caregiver informal (keluarga) sebanyak 81 orang (81,0%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Laeli Farkhah dan Fadli bahwa, anggota keluarga yang berperan sebagai caregiver memiliki peran sentral dalam merawat pasien dengan skizofrenia. Disebutkan pula bahwa beberapa faktor keluarga sangat berperan dalam kekambuhan pasien skizofrenia yang berujung pada kekambuhan pasien skizofrenia. Beberapa faktor tersebut adalah dukungan keluarga, pengetahuan keluarga, kualitas hidup, dan peristiwa hidup yang penuh stres.3,10

(6)

68 Tabel 2. Distribusi Data Karakteristik Caregiver Pasien Skizofrenia di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi (n=100)

Karakteristik Pasien Skizofrenia N % Usia

17-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 56-65 tahun

6 20 50 23 1

6,0 20,0 50,0 23,0 1,0 Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

35 65

35,0 65,0 Tingkat Pendidikan

SD/MI SMP/MTS SMA/SMK/MAN Perguruan Tinggi Tidak Sekolah

6 54 34 5 1

6,0 54,0 34,0 5,1 1,0 Jenis

Formal Informal

19 81

19,0 81,0

Distribusi Tingkat Ekspresi Emosi Caregiver Pasien Skizofrenia

Ekspresi emosi merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung caregiver untuk memberikan pasien skizofrenia rasa nyaman, kasih sayang, dukungan, empati, dan kepedulian sehingga pasien skizofrenia merasa berharga dan dapat diterima oleh orang sekitarnya. Jika ekspresi emosi yang ditampilkan oleh caregiver pasien skizofrenia rendah maka akan membantu dalam proses penyembuhan pasien skizofrenia begitupun sebaliknya. Hal ini dikarenakan caregiver memiliki peran penting dalam proses perawatan pasien baik saat pasien

di rumah sakit jiwa, persiapan pulang maupun saat di rumah sehingga pasien dapat beradaptasi dengan baik. Namun, dalam proses pelaksanaannya terkadang caregiver mengalami hal-hal yang dapat mempengaruhi ekspresi emosinya sehingga bisa berdampak pada perawatan terhadap pasien skizofrenia.

Hal ini bisa berasal dari faktor stres kerja, beban keperawatan, kepribadian maupun metakognisi yang dimiliki oleh caregiver itu sendiri yang apabila faktor ini meningkat tentunya akan menyebabkan meningkatnya ekspresi emosi caregiver pasien skizofrenia.

(7)

69 Berdasarkan Tabel 3. Dapat dilihat

bahwa sebagian besar caregiver pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi yang tengah menjalani rawat jalan dan telah mengalami rehospitalisasi memiliki tingkat ekspresi

emosi tinggi dengan jumlah 57 orang (57,0%). Hal ini dapat sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Carla RM bahwa terdapat 61,3% caregiver memiliki ekspresi emosi tinggi dan sisanya 38,7% memiliki ekspresi emosi rendah.11

Tabel 3. Distribusi Tingkat Ekspresi Emosi Caregiver Pasien Skizofrenia (n=100)

Tingkat Ekspresi Emosi n % Ekspresi Emosi Tinggi

Ekspresi Emosi Rendah

57 43

57,0 43,0

Distribusi Frekuensi Rehospitalisasi Pasien Skizofrenia

Rehospitalisasi merupakan tindakan rawat inap kembali pasien ke rumah sakit yang diperlukan apabila pasien mengalami kembali gejala psikosis yang tidak dapat dikontrol dan dapat membahayakan pasien maupun orang disekitar pasien.

Pada penelitian ini, rehospitalisasi pasien skizofrenia dinilai dari Januari 2018 hingga Januari 2020. Dari penelitian ini didapatkan bahwa dalam kurun waktu dua tahun terakhir, mayoritas pasien skizofrenia mengalami rehospitalisasi sebanyak ≥2x dengan jumlah 53 orang (53,0%). Penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh The Hongkong Medical Diary bahwa setiap tahun pasien skizofrenia akan mengalami peningkatan kejadian kekambuhan yang juga akan meningkat frekuensi rehospitalisasinya. Selain itu, pasien skizofrenia juga memiliki

kemungkinan sebesar 40-60% untuk mengalami rehospitalisasi dalam kurun waktu dua tahun terakhir setelah dirawat inap untuk pertama kalinya meskipun telah menggunakan antipsikotik.12

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Rehospitalisasi Pasien Skizofrenia (n=100)

Tingkat Ekspresi Emosi n %

≥ 2x 1x

53 47

53,0 47,0

Hubungan Tingkat Ekspresi Emosi Caregiver dengan Frekuensi Rehospitalisasi Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi

Ekspresi emosi merupakan persepsi yang dapat dinilai secara verbal maupun non verbal. Tingkat ekspresi emosi terbagi menjadi ekspresi emosi rendah dan ekspresi emosi tinggi. Ekspresi emosi yang ditampilkan oleh caregiver akan memengaruhi kesehatan dari pasien skizofrenia. Hal ini dikarenakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan kekambuhan dan berujung pada rehospitalisasi pasien skizofrenia adalah faktor caregiver terutama dari ekspresi emosi caregiver.

(8)

70 Penelitian ini menilai hubungan antara

tingkat ekspresi emosi caregiver dengan frekuensi rehospitalisasi pada pasien skizofrenia. Frekuensi rehospitalisasi pasien skizofrenia dinilai dalam kurun waktu dua tahun terakhir dengan membagi menjadi rehospitalisasi 1x dan rehospitalisasi ≥2x.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa caregiver dengan tingkat ekspresi emosi rendah yang merawat pasien skizofrenia dengan frekuensi rehospitalisasi 1x adalah sebanyak 33 orang (20,2%) dan frekuensi rehospitalisasi ≥2x adalah sebanyak 10 orang (22,8%). Sedangkan caregiver dengan tingkat ekspresi emosi tinggi yang merawat pasien skizofrenia dengan frekuensi rehospitalisasi 1x adalah sebanyak 14 orang (24,6%) dan frekuensi rehospitalisai ≥2x adalah sebanyak 43 orang (75,4%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pasien skizofrenia dengan caregiver yang memiliki ekspresi emosi tinggi lebih sering mengalami rehospitalisasi dibandingkan dengan pasien yang dirawat oleh caregiver yang memiliki ekspresi emosi rendah. Hasil penelitian ini dapat sejalan dengan pernyataan Sadock bahwa menurunkan ekspresi emosi keluarga/caregiver akan memperbaiki prognosis gangguan jiwa yang dialami oleh pasien skizofrenia.10 Selain itu juga, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Schwartz bahwa terdapat hubungan antara ekspresi emosi tinggi dengan meningkatnya depresi, masalah kognitif, kegelisahan, gejala psikotik, masalah interpersonal, defisit perawatan diri, dan rehospitalisasi pasien skizofrenia.13

Tabel 5. Hubungan Tingkat Ekspresi Emosi Caregiver dengan Frekuensi Rehospitalisasi Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi

(n=100)

Tingkat Ekspresi Emosi Caregiver

Frekuensi Rehospitalisasi Pasien Skizofrenia

Total p- value

≥2x 1x

n % n %

Ekspresi Emosi Tinggi 43 75,4 14 24,6 57

0.000

Ekspresi Emosi Rendah 10 23,3 33 76,7 43

Total 53 100,0 47 100,0 100

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat ekspresi emosi caregiver dengan frekuensi rehospitalisasi pasien skizofrenia di Rumah

Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi dengan hasil uji statistik menggunakan uji chi- square didapatkan nilai p 0,000 (p<0,05).

Peneliti menyarankan kepada Rumah Sakit Jiwa agar kedepannya dapat

(9)

71 memberikan informasi mengenai hal-hal

yang berkaitan dalam merawat pasien skizofrenia dan hal-hal yang dapat menyebabkan kekambuhan hingga berujung rehospitalisasi pasien skizofrenia kepada caregiver pasien skizofrenia yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa.

Bagi peneliti lain diharapkan dapat

menambahkan faktor lainnya pada caregiver selain faktor ekspresi emosi, dan juga lebih mendalami karakteristik caregiver yang dapat memengaruhi ekspresi emosi caregiver dan frekuensi rehospitalisasi pasien skizofrenia.

REFERENSI

1. Hasna Mufida Nuraini DN. Hubungan dukungan keluarga dengan frekuensi kekambuhan pada pasien skizofrenia. J Keperawatan. 2018;1–14.

2. Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Data Rekam Medik Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi Januari 2018-Januari 2020.

3. Fadli SM, Mitra M. Pengetahuan dan ekspresi emosi keluarga serta frekuensi kekambuhan penderita skizofrenia. Kesmas Natl Public Heal J. 2013;7(10):466.

4. Novitayani S. Karakteristik Pasien Skizofrenia dengan Riwayat Rehospitalisasi. Idea Nurs J. 2016;7(2): 23- 29.

5. Messias EL, Chen CY, Eaton WW. Epidemiology of Schizophrenia: Review of Findings and Myths.

Psychiatr Clin North Am. 2007;30(3):323–38.

6. Pratama Y, S, Ishak S. Hubungan Keluarga Pasien Terhadap Kekambuhan Skizofrenia Di Badan Layanan Umum Daerah (Blud) Rumah Sakit Jiwa Aceh. J Kedokt Syiah Kuala. 2015;15(2):77–86.

7. Zauszniewski & Bekhet. Factors Associated with the Emotional Distress Women Family Members of Adults with Serious Mental Illness.Arch Psychiatr Nurs. 2014;28:102–7.

8. Brillianita KA, Munawir A. Hubungan antara Gejala Positif dan Negatif Skizofrenia dengan Tingkat Depresi pada Caregiver Pasien Skizofrenia. J Fak Kedokt Univ Jember. 2014;Vol. 3:2–5.

9. Chorwe-sungani G, Namelo M, Chiona V, Nyirongo D. The Views of Family Members about Nursing Care of Psychiatric Patients Admitted at a Mental Hospital in Malawi. 2015;(March).

10. Farkhah L, Suryani S. Faktor Caregiver dan Kekambuhan Klien Skizofrenia. J Keperawatan Padjadjaran.

2017;5(1):37–46.

11. Marchira CR, Sumarni P, Lusia. Hubungan Antara Ekspresi Emosi Keluarga Pasien dengan Kekambuhan Penderita Skizofrenia di RS. Dr. Sardjito Yogyakarta. Ber Kedokt Masy. 2008;24(4):172–5.

12. The Hongkong Medical Diary. Medical Bulletin Vol 16 No %. 2011. Available from: http://www.fmshk.org 13. Hasna Mufida Nuraini DN. Hubungan dukungan keluarga dengan frekuensi kekambuhan pada pasien

skizofrenia. J Keperawatan. 2018;1–14.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun penelitian yang akan dilakukan berjudul “ Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Pembelajaran Termokimia Menggunakan Model Inkuiri Terbimbing”. Identifikasi

Hasil belajar siswa meningkat, prosentase tingkat penguasaan bacaan menunjukkan 67,81% pada siklus I, menjadi 80,31% pada siklus II.Dengan demikian maka penggunaan

(3) terdapat perbedaan yang signifikan tentang gambaran atau profil penyesuaian diri mahasiswa antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen setelah menggunakan model

[r]

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Teknik pengumpulan data pada penelitian adalah observasi dan wawancara. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Subyek

Berdasarkan hasil survei kebutuhan guru terkait pengembangan lembar kerja siswa (LKS) berbasis kecerdasan ganda dengan Ibu P sebagai wali kelas IIA di SD

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh jenis pelarut (akuades, KOH dan NaOH) terhadap rendemen, kadar sulfat dan sifat intrinsik karagenan yang dihasilkan.. Rumput

meningkatkan kemampuan kelincahan.Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui apakah latihan envelope run memberikan pengaruh yang signifikan terhadap