• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD N SURYODININGRATAN II TAHUN AJARAN 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD N SURYODININGRATAN II TAHUN AJARAN 2015/2016."

Copied!
255
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD N SURYODININGRATAN II TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Rendi Lilit Iman Pambudi NIM 11108244015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD N SURYODININGRATAN II TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Rendi Lilit Iman Pambudi NIM 11108244015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(3)
(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya tulis ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 16 September 2016 Yang menyatakan,

Rendi Lilit Iman Pambudi

(5)
(6)

v MOTTO

“Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan”. (Terjemahan QS. Al Insyiraah ayat 6).

“Kunci kesuksesan adalah kegigihan memperbaiki diri dan kesungguhan untuk mempersembahkan yang terbaik dari hidup ini”.

(7)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT dan juga mengharap ridha-Nya, karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan doa, semangat dan kasih sayang yang tiada henti diberikan selama ini.

(8)

vii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD N SURYODININGRATAN II TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh

Rendi Lilit Iman Pambudi NIM 11108244015

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN Suryodiningratan II Tahun Ajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran talking stick.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan pendekatan model Kemmis dan Mc. Taggart. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II sebanyak 21 siswa. Objek penelitian ini adalah hasil belajar matematika. Teknik pengumpulan data penelitian menggunakan tes dan observasi. Instrumen penelitian menggunakan tes dan lembar observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran talking stick yang memperhatikan banyaknya anggota dalam setiap kelompok, dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II. Sebelum diterapkannya tindakan, pada ulangan harian ada 13 siswa (62%) yang mendapat nilai ≥65 dan pada hasil pre-tes ada 11 siswa (52%). Setelah diterapkannya tindakan, pada hasil tes siklus I ada 15 siswa (71%) dan pada siklus II ada 18 siswa (86%) dari seluruh siswa yang mendapat nilai ≥65. Persentase aktivitas guru pada siklus I dan II adalah sebesar 89%. Persentase aktivitas siswa pada siklus I-1 adalah 36%, I-2 adalah 50%, I-3 adalah 64%, I-4 adalah 64%, dan pada siklus II-1 adalah 86%, II-2 adalah 93%.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, kesehatan, kekuatan, dan hidayah sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick untuk Mengingkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV SD Negeri Suryodningratan II Tahun Ajaran 2015/2016”.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya kerjasama, bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk menimba ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan pengarahan dan motivasi sehingga Tugas Akhir Skripsi ini terselesaikan dengan baik.

(10)

ix

5. Ibu Sekar Purbarini Kawuryan, M.Pd. dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, senantiasa memberikan saran dan motivasi hingga penulisan Tugas Akhir Skripsi ini terselesaikan dengan baik.

6. Kepala SD Negeri Suryodininratan II Ibu Sri Wahyuni, S.Pd. SD yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD Negeri Suryodiningratan II.

7. Guru kelas IV SD Negeri Suryodiningratan II Ibu Nur Halimah, S.Pd.SD yang telah banyak membantu sehingga proses penelitian berjalan dengan lancar.

8. Semua Siswa kelas IV SD Negeri Suryodiningratan II yang telah membantu saya untuk mencari data.

9. Pakde saya Eko Budi Prasetyo yang telah memberikan nasihat dan motivasi tak henti-hentinya. Terimakasih banyak atas semuanya.

10. Kakak, sahabat-sahabat, dan teman-teman. Terimakasih atas motivasi dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik serta saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis.

Yogyakarta, 16 September 2016 Penulis

(11)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ………. ii

HALAMAN PERNYATAAN ………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ………... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. vi

ABSTRAK ……… vii

KATA PENGANTAR ……….. viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ………. xii

DAFTAR DIAGRAM ……….. xiii

DAFTAR GAMBAR ……….... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ……… 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Hasil Belajar Matematika ... 9

1. Pengertian Matematika ………... 9

2. Peranan Matematika di SD ………. 10

(12)

xi

4. Ranah Hasil Belajar ………. 12

a. Aspek Kognitif ………. 13

b. Aspek Afektif ………... 14

c. Aspek Psikomotorik ………. 15

B. Kajian Karakteristik Siswa SD … ... 16

1. Klasifikasi Tingkat Perkembangan Berpikir Anak ………. 17

2. Karakteristik Masa Kanak-Kanak Kelas Tinggi ………. 17

C. Kajian Model Pembelajaran Talking Stick ... 19

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ………... 19

2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ………... 19

3. Tipe Model Pembelajaran Kooperatif ………. 20

4. Model Pendukung Pembelajaran Kooperatif ……….. 21

a. PQ4R ……… 21

b. Concept Mapping ………. 21

c. Guided Note Taking ………. 21

d. Talking Stick ……… 22

5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick ……… 22

D. Penelitian Relevan ... 25

E. Kerangka Pikir ... 27

F. Hipotesis Tindakan ... 29

G. Definisi Operasional Variabel ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 30

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 34

C. Setting Penelitian ... 34

D. Prosedur Penelitian ... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Instrumen Penelitian …….. ... 40

G. Analisis Data Penelitian …... 45

H. Uji Validitas Instrumen ... 46

(13)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ……… 48

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ………. 48

2. Deskripsi Hasil Penelitian Keseluruhan ………... 49

3. Deskripsi Hasil Penelitian Persiklus …..………... 50

B. Pembahasan Hasil Penelitian ………... 94

C. Keteebatasan Penelitian ………... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………... 101

B. Saran ……….. 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Nilai Rata-rata Ulangan Harian Siswa ………... 4

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Tes Tindakan Siklus I ... 41

Tabel 3. Tingkatan Kognitif Tes Tindakan Siklus I ………... 41

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Guru ... 43

Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa ... 44

Tabel 6. Data Proses Aktivitas Siswa dan Guru pada Siklus I dan II …….... 48

Tabel 7. Data Hasil Belajar Siswa secara Keseluruhan ………... 49

Tabel 8. Hasil Tes Evaluasi Tindakan Siklus I ………... 71

Tabel 9. Perbandingan Nilai Hasil Ulangan Harian, Pretes dan Tes Siklus I.. 72

Tabel 10. Persentase Keaktifan Siswa pada Siklus I ……….…………... 72

Tabel 11. Persentase Aktivitas Guru pada Siklus I ….…..……….... 74

Tabel 12. Refleksi Siklus I ……….……….. 76

Tabel 13. Hasil Tes Evaluasi Tindakan Siklus II .……...………. 89

Tabel 14. Perbandingan Nilai Ulangan Harian, Pretes, Tes Siklus I dan II ... 90

Tabel 15. Persentase Keaktifan Siswa pada Siklus II ……….. 91

(15)

xiv

DAFTAR DIAGRAM

hal Diagram 1. Perbandingan Aktivitas Siswa dan Guru ……….. 49 Diagram 2. Perbandingan Persentase Keaktifan Siswa pada Siklus I dari

Pertemuan ke-1 sampai dengan Pertemuan ke-4 ………... 73 Diagram 3. Perbandingan Persentase Aktivitas Guru pada Siklus I dari

Pertemuan ke-1 sampai dengan Pertemuan ke-4 ………..…. 75 Diagram 4. Perbandingan Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar dari Nilai

Ulangan Harian, Pretes, Siklus I, dan Siklus II …... 91 Diagram 5. Perbandingan Persentase Keaktifan Siswa pada Siklus II dari

pertemuan ke-1 sampai dengan pertemuan ke-2 ... 92 Diagram 6. Perbandingan Persentase Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar pada

Ulangan Harian, Pretes, Siklus I, dan Siklus II …..……….... 96 Diagram 7. Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar pada Ulangan Harian,

Pretes, Siklus I, dan Siklus II …………..……..………. 97 Diagram 8. Perbandingan Persentase Aktivitas Guru pada Siklus I dan

Siklus II ……….. 98 Diagram 9. Perbandingan Persentase Aktivitas Siswa pada Siklus I dan

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian ... 27

Gambar 2. Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart ... 31

Gambar 3. Siswa Memegang Tongkat ... 54

Gambar 4. Siswa Membentuk Kelompok ..……….………... 62

Gambar 5. Siswa Memegang Tongkat ………... 69

Gambar 6. Siswa sedang Mengerjakan Pertanyaan yang Diberikan oleh Guru ... 82

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Soal Pretes ………... 107

Lampiran 2. Kunci Jawaban Pretes ……….. 109

Lampiran 3. Nilai Hasil Pretes ………. 110

Lampiran 4. Dokumen Hasil Pretes ………. 111

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……….. 113

Lampiran 6. Soal Tes Evaluasi Tindakan Siklus I ………... 165

Lampiran 7. Kunci Jawaban Tes Evaluasi Tindakan Siklus I ………. 167

Lampiran 8. Nilai Hasil Tes Siklus I ………... 170

Lampiran 9. Dokumen Hasil Tes Siklus I ………... 171

Lampiran 10. Hasil Lembar Observasi Guru Siklus I ………... 173

Lampiran 11. Hasil Lembar Observasi Siswa Siklus I ……….. 177

Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ………. 181

Lampiran 13. Kisi-kisi Tes Tindakan Siklus II ……….. 218

Lampiran 14. Soal Tes Evaluasi Tindakan Siklus II ….………. 219

Lampiran 15. Kunci Jawaban Tes Tindakan Siklus II .……….. 222

Lampiran 16. Nilai Hasil Tes Siklus II ………... 224

Lampiran 17. Dokumen Hasil Tes Siklus II ……….….. 225

Lampiran 18. Hasil Lembar Observasi Guru Siklus II ……….... 227

Lampiran 19. Hasil Lembar Observasi Siswa Siklus II ………... 229

Lampiran 20. Foto-foto Penelitian ………... 231

Lampiran 21. Dokumen Hasil Uji Validitas Instrumen ..………. 234

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di era sekarang ini, merupakan prioritas utama bagi suatu

bangsa dan bagi sumber daya manusia (SDM) itu sendiri. Suatu bangsa tidak

akan maju jika SDM pada bangsa itu sendiri rendah. Maka dari itu, salah satu

upaya untuk meningkatkan kualitas SDM yaitu melalui pendidikan. G. Terry

Page, J.B. Thomas dan AR. Marshall (Dwi Siswoyo, 2011: 54)

mengemukakan bahwa pendidikan adalah proses pengembangan kemampuan

dan perilaku manusia secara keseluruhan. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa dengan adanya pendidikan, maka kualitas SDM akan dapat

ditingkatkan.

Pendidikan dasar merupakan titik paling penting dalam pendidikan,

karena di pendidikan dasar inilah individu mulai dibentuk dengan diberikan

bekal-bekal ilmu pengetahuan yang nantinya akan menentukan langkah

mereka selanjutnya. Permasalahan yang seringkali terjadi pada pendidikan

dasar di Indonesia yaitu pada proses pembelajaran (www.rumahbangsa.

net/2014/07/masalah-yang-dihadapi-siswa-sekolah). Guru Sekolah Dasar

(SD) merupakan faktor utama penentu keberhasilan suatu proses

pembelajaran. Salah satu indikator suatu proses pembelajaran dapat

dikatakatan berhasil yaitu dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik.

Snelbeker (Rusmono, 2014: 8) hasil belajar adalah perubahan atau

(19)

2

Hasil belajar peserta didik dapat dilihat melalui nilai yang diperoleh peserta

didik. Jika nilai yang diperoleh masih di bawah standar Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang telah ditetapkan, maka dapat dikatakan bahwa hasil

belajar peserta didik rendah dan suatu proses pembelajaran belum dapat

dikatakan berhasil, dan sebaliknya.

Hasil belajar yang rendah dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah

satu diantaranya yaitu metode yang dilakukan oleh guru ketika mengajar.

Siswa SD biasanya akan lebih tertarik dengan hal-hal yang menggunakan

permainan (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 90). Karena, apabila guru lebih

sering menggunakan metode ceramah, biasanya siswa akan merasa bosan dan

akhirnya siswa tidak dapat menyerap secara maksimal materi yang telah

diajarkan oleh guru. Hal ini pernah dibuktikan oleh Sulistyani dengan

penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Metode Bermain dalam Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV SD N 2

Rejowinangun, Yogyakarta”.

Matematika adalah salah satu cabang ilmu yang diajarkan di sekolah

dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Mata

pelajaran matematika SD merupakan salah satu mata pelajaran yang berkaitan

tentang logika mengenai sebuah konsep yang saling berhubungan satu sama

lain. Selain itu, dalam suatu proses pembelajaran matematika supaya tidak

terkesan membosankan oleh siswa, kegiatan belajar matematika juga dapat

dilakukan dengan menggunakan permainan sehingga pembelajaran

(20)

3

Melalui mata pelajaran matematika yang menyenangkan ini, siswa dapat

termotivasi untuk memperoleh nilai di atas KKM. Berdasarkan hasil

observasi pra penelitian yang dilakukan peneliti di kelas IV SD N

Suryodiningratan II pada tanggal 13 Agustus 2015 sebanyak satu kali,

menemukan permasalahan yaitu pada hasil belajar matematika siswa.

Berdasarkan hasil pre-tes materi perkalian dan pembagian bilangan, siswa

yang dapat dinyatakan tuntas (yaitu jika siswa memperoleh nilai ≥ 65 yang

ditetapkan sebagai KKM) adalah 11 siswa dari total 21 siswa, jadi persentase

ketuntasan belajar klasikalnya adalah 52%.

Sebelumnya peneliti juga sempat melakukan wawancara terhadap guru

kelas IV SD N Suryodiningratan II, beliau mengatakan bahwa permasalahan

yang ada adalah terdapat pada hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan

hasil dokumen tersebut diperoleh data rata-rata nilai hasil ulangan harian

siswa materi perkalian dan pembagian bilangan adalah 64,28 dan siswa yang

dapat dikatakan tuntas adalah 13 siswa dari 21 siswa, maka persentase

ketuntasan belajar siswa adalah 62%. Selain itu, apabila dibandingkan dengan

mata pelajaran lain, matematika menempati urutan terbawah dalam perihal

nilai rata-rata. Hal ini dibuktikan berdasarkan data yang diperoleh sebagai

(21)

4

Tabel 1. Nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II Tahun Ajaran 2015/2016

No Mata Pelajaran Nilai Rata-rata

1. Bahasa Indonesia 74,19

2. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 75,04

3. Matematika 64,28

4. IPA 70,38

5. IPS 72,95

Hal ini dapat terjadi dikarenakan oleh banyak faktor, antara lain karena

media yang digunakan dalam mengajar, fasilitas pembelajaran yang kurang

memadai, metode yang digunakan dalam mengajar.

Selain permasalahan pada hasil belajar, berdasarkan hasil pengamatan

yang dilakukan peneliti, menemukan permasalahan lain yaitu pada fasilitas

pembelajaran. Beberapa buku ada yang rusak, meja-meja kondisinya pun

beberapa sudah tidak bagus dan banyak terdapat coretan-coretan di meja

sehingga dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa karena dapat membuat

konsentrasi siswa lebih tertuju pada tulisan yang ada di meja daripada

memperhatikan guru ketika proses pembelajaran berlangsung, dan ada

beberapa tempat duduk siswa yang dapat dikatakan sudah kurang layak untuk

dipakai. Hal ini dapat membuat siswa menjadi kurang nyaman dalam belajar.

Berkaitan dengan permasalahan yang ada di atas, salah satu alternatif

yang dapat digunakan guru untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa

yaitu dengan mencoba menggunakan model baru, salah satunya yaitu melalui

penerapan model pembelajaran talking stick untuk meningkatkan hasil belajar

matematika. Talking Stick ini dapat juga meningkatkan hasil belajar siswa,

(22)

5

siswa SD adalah masih senang bermain (http://www.sekolahdasar.net/

2011/05/karakteristik-dan-kebutuhan-anak-usia.html). Selain itu dengan

menggunakan model talking stick, guru dapat mengetahui mana siswa yang

sudah paham materi dan yang belum, yang kemudian guru menjelaskan

kepada siswa yang masih kesulitan sehingga siswa tersebut menjadi paham,

dengan demikian hasil belajar siswa dapat meningkat.

Talking stick ini juga pernah dibuktikan oleh Siti Rahayu dalam

penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Talking Stick untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD N 1 Sudagaran,

Banyumas tahun ajaran 2012/2013”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

sebelum diterapkannya tindakan, persentase ketuntasan belajar siswa adalah

sebesar 45%. Setelah diadakan tindakan siklus I persentase ketuntasan belajar

siswa meningkat menjadi 65%. Kemudian setelah diadakan tindakan siklus II

persentase ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 90%.

Melihat pentingnya hasil belajar dalam suatu pembelajaran untuk

membantu siswa dalam mencapai ketuntasan belajar, maka kiranya perlu

diadakan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penerapan model

pembelajaran talking stick untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada

(23)

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah yang ada, antara lain:

1. Hasil belajar matematika siswa masih belum memuaskan.

2. Penggunaan metode ceramah sewaktu mengajar menyebabkan siswa

merasa bosan.

3. Fasilitas pembelajaran masih kurang memadai.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dengan melihat kondisi serta

permasalahan yang kompleks, maka peneliti membatasi permasalahan pada

nomor 1 yaitu hasil belajar matematika siswa masih belum memuaskan dan

masalah nomor 2 yaitu mengenai penggunaan metode mengajar.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV

SD N Suryodiningratan II Tahun Ajaran 2015/2016 melalui penerapan

model pembelajaran talking stick?

2. Jika meningkat, seberapa besar persentase peningkatan hasil belajar

matematika pada siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II Tahun Ajaran

2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran talking stick?

3. Seberapa besar persentase kualitas proses pembelajaran aktivitas siswa

dan guru?

(24)

7

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD N

Suryodiningratan II Tahun Ajaran 2015/2016 melalui penerapan model

pembelajaran talking stick.

2. Mengetahui besar persentase peningkatan hasil belajar matematika pada

siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II Tahun Ajaran 2015/2016

melalui penerapan model pembelajaran talking stick.

3. Mengetahui besar persentase kualitas proses pembelajaran aktivitas siswa

dan guru.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan

informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran

menggunakan model pembelajaran talking stick untuk meningkatkan

hasil belajar pada mata pelajaran matematika .

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada mata

(25)

8

2) Membantu siswa dalam mengatasi masalah kesulitan belajar dan

memperbaiki cara belajar siswa agar lebih baik lagi, serta

mampu memberikan motivasi belajar kepada siswa.

b. Bagi Guru

1) Membantu guru dalam mengatasi kesulitan belajar pada

siswanya.

2) Sebagai bahan referensi bagi guru untuk meningkatkan mutu

pembelajaran selanjutnya.

c. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan sebagai bahan refleksi bagi penulis

sebagai calon pendidik untuk mencoba menyelesaikan permasalahan

yang ada dalam pembelajaran, serta untuk terus mencari dan

mengembangkan inovasi dalam hal pembelajaran menuju hal yang

(26)

9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Hasil Belajar Matematika

1. Pengertian Matematika

Soejadi (2000:11) mengemukakan bahwa matematika ke SD-an

adalah ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai alat untuk

mengkomunikasikan gagasan-gagasan melalui simbol dan tabel serta

sebagai alat untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan

bilangan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 723) matematika adalah

ilmu yang mempelajari tentang bilangan, hubungan antar bilangan dan

prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah

tentang bilangan. Antonius Cahya (2006: 1) mengemukakan bahwa

matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk

mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap

matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika harus

dipahami dengan benar sejak dini karena konsep dalam matematika

merupakan sebab akibat. Suatu konsep disusun berdasarkan konsep

sebelumnya dan akan menjadi dasar bagi konsep selanjutnya.

Pemahaman yang salah akan berakibat pada kesalahan pemahaman

(27)

10

2. Peranan Matemtika di Sekolah Dasar

Asep Jihad (2008: 153) mengemukakan bahwa pembelajaran

matematika di sekolah dasar mempunyai kedudukan atau peranan yang

penting, antara lain:

a. Menyiapkan siswa agar dapat memenuhi kebutuhan pokoknya

Dengan belajar matematika, orang akan semakin cermat dalam

memilih pekerjaan dan usaha yang tepat untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya, sehingga dapat memberi hasil yang memadai.

b. Memberi bekal kepada siswa agar dapat berkembang sesuai

bakatnya

Seperti telah diketahui bersama bahwa bakat anak-anak itu

berbeda-beda. Khususnya bagi siswa yang mempunyai bakat kuat

dan pintar dalam matematika. Anak-anak semacam ini perlu diberi

jalan agar dapat mencapai hasil maksimal sesuai dengan bakatnya.

c. Memberi bekal kepada siswa dengan pendidikan yang bermakna dan

produktif melalui pendidikan ketrampilan dan lingkungan

Setiap kegiatan ketrampilan melibatkan unsur matematika.

Misalnya seorang gadis akan menyulam dan hasilnya akan dijual di

dalam bazar. Maka ia harus tahu dengan tepat:

1) Harga material yang dipergunakan

2) Harga jual hasil sulamannya

(28)

11

Demikian pula halnya dengan penanganan masalah lingkungan

senantiasa berkaitan dengan matematika. Misalnya masalah

penggelontoran kali Surabaya yang menurut penelitian kadar

polusinya sudah dianggap berbahaya. Dalam hal ini yang berwenang

harus melakukan berbagai macam hal:

1) Menghitung jumlah air yang dibutuhkan

2) Menghitung jumlah areal sawah yang akan tidak mendapat

pengairan

3) Menghitung jumlah petugas pelaksana

Dengan kedua contoh sederhana di atas tampaklah dengan jelas

eratnya hubungan antara pengetahuan matematika dengan pekerjaan

yang berkaitan dengan ketrampilan dan lingkungan.

d. Menyiapkan siswa agar dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri

Dengan belajar matematika, siswa akan dapat mengatur

pendapatan dan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri

dalam kehidupan sehari-hari.

e. Menyiapkan siswa agar menjadi seorang pemikir yang hebat

Melalui pengajaran matematika yang baik di sekolah dasar,

maka akan dapat dibina calon-calon pemikir yang hebat dan

berbakat.

f. Mendidik siswa agar mencintai kebenaran dan kejujuran

Kejujuran dapat ditumbuhkan dengan membiasakan siswa

(29)

12

kembali ternyata hasil salah maka dengan tulus hati dan kejujuran

siswa yakin bahwa ia berbuat salah. Dengan demikian melalui

pelajaran matematika dapat melatih siswa untuk menanam kebenaran

dan kejujuran.

3. Pengertian Hasil Belajar

Nana Sudjana (2002: 22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Abdurrahaman (2009:14) hasil belajar adalah

hasil usaha yang diperoleh anak setelahmelalui kegiatan belajar. Dimyati

dan Mudjiono (2010: 200) hasil belajar yaitu tingkat keberhasilan yang

dicapai siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana

tingkat keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai berupa huruf

atau kata atau simbol. Nasution (2006: 36) mendefinisikan hasil belajar

adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya

ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Pendapat lain

mengenai hasil belajar dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2008: 38)

hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri

seseorang yang dapat di amati dan di ukur meliputi tiga ranah, yaitu

kognitif, afektif, dan psikomotorik.

4. Ranah Hasil Belajar

Tiga domain hasil belajar dalam taksonomi Anderson dan Krathwohl

dikelompokan menjadi tiga kelompok yang terdiri dari kognitif, afektif,

(30)

13

a. Kognitif

Aspek kognitif adalah ketrampilan yang ditandai dengan

kreativitas, kelincahan berpikir, dan memecahkan masalah.

Anderson dan Krathwohl (diterjemahkan oleh Prihantoro, 2010: 20)

bahwa pembagian aspek kognitif meliputi enam tingkatan pikiran

sebagai berikut:

1) Pengetahuan(C1)

Merupakan kemuampuan memanggil kembali fakta yang

disimpan dalam otak digunakan untuk merespon suatu masalah.

Ciri utama taraf ini adalah ingatan.

2) Pemahaman (C2)

Pemahaman merupakan kemampuan menangkap makna dari

suatu konsep.

3) Penerapan (C3)

Penerapan adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi

suatu konsep, ide, hukum, rumus, dalam situasi yang baru.

4) Analisis (C4)

Analisis adalah kesanggupan mengurai suatu integritas

(kesatuan yang utuh) menjadi unsure-unsur atau bagian-bagian

yang mempunyai arti, sehingga hirarkinya menjadi jelas.

5) Evaluasi (C5)

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang

(31)

14

6) Kreasi(C6)

Kreasi atau menciptakan adalah menggabungkan unsur-unsur ke

dalam bentuk atau pola yang sebelumnya kurang jelas.

b. Afektif

Aspek afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Alex Shiran

(2008: 18) membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat,

sebagai berikut:

1) Receiving/Penerimaan

Penerimaan yaitu semacam kepekaan dalam menerima

rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada peserta didik,

baik dalam bentuk masalah situasi atau gejala.

2) Responding/Jawaban

Yaitu reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang

datang dari luar.

3) Valuing/Menghayati nilai

Yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala

atau stimulus tersebut. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya

kesediaan menerima nilai.

4) Organization/Organisasi

Organisasi yaitu pengembangan nilai ke dalam satu sistem

organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan

nilai lain dan kemantapan, serta prioritas nilai yang telah

(32)

15

5) Characterization by a value/Internalisasi nilai

Internalisasi nilai adalah keterpaduan dari semua sistem nilai

yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola

kepribadian dan tingkah lakunya.

c. Psikomotorik

Alex Shiran (2008: 19) menguraikan hasil belajar aspek

psikomotor dalam berbagai taraf sebagai berikut ini:

1) Persepsi

Taraf pertama dalam melakukan kegiatan yang bersifat motorik

ialah menyadari tentang objek-objek, sifat atau

hubungan-hubungan melalui alat indera. Taraf ini mencakup kemampuan

menafsirkan rangsangan.

2) Kesiapan

Pada taraf ini terdapat kesiapan untuk melakukan suatu tindakan

atau untuk bereaksi terhadap suatu kejadian dengan cara-cara

tertentu. Kesiapan mencakup tiga aspek, yaitu: intelektual, fisik,

dan emosional.

3) Gerakan terbimbing

Taraf ini merupakan permulaan pengembangan ketrampilan

motorik, yang ditekankan adalah yang merupakan kemampuan

dari ketrampilan yang lebih kompleks. Gerak terbimbing adalah

(33)

16

4) Gerakan terbiasa

Gerak pada taraf ini peserta didik sudah yakin akan

kemampuannya dan sedikit terampil dalam melakukan suatu

perbuatan. Jadi peserta didik sudah berpegang pada suatu pola

tertentu.

5) Gerakan kompleks

Pada taraf ini peserta didik melakukan perbuatan motorik yang

kompleks, karena pola gerakan yang dituntut memang sudah

kompleks.

Dari uraian tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil

belajar matematika dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh siswa

melalui proses belajar matematika yang dinyatakan dalam bentuk angka

atau huruf yang diukur melalui tes pada siswa. Selain itu, sesuai dengan

pendapat Suharsimi Arikunto (2006: 121) bahwa karakteristik anak usia

SD baru sampai pada tahap (C3), belum sampai pada tahap analisa dan

seterusnya, maka dalam penelitian ini yang diukur hanya pada ranah

kognitif, yaitu C1, C2, dan C3 saja.

B. Kajian tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Sehubungan dengan pembelajaran matematika di sekolah dasar, guru

perlu memahami karakteristik siswa usia sekolah dasar secara mendalam.

Pemahaman guru mengenai karakteristik siswa yang dihadapinya dapat

(34)

17

pembelajaran dengan tepat. Keberhasilan proses pembelajaran diantaranya

juga ditentukan oleh ketepatan pemahaman guru terhadap perkembangan

siswanya. Pemahaman terhadap perkembangan siswa tersebut, dapat menjadi

dasar bagi pengembangan strategi dan metode dalam proses pembelajaran

sehingga membantu siswa mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan

perilaku-perilakunya ke arah yang lebih baik.

1. Klasifikasi Tingkat Perkembangan Berpikir Anak

Jean Piaget dalam Sri Subarinah (2006: 2) mengklasifikasikan

tingkat-tingkat perkembangan berpikir anak sebagai berikut:

a. Tahap Sensori Motorik (usia kurang dari 2 tahun)

b. Tahap Praoperasi (usia 2−7 tahun)

c. Tahap Operasi Kongret (usia 7−11 tahun)

d. Tahap Operasi Formal (usia 11 tahun keatas)

Berdasarkan klasifikasi di atas, pada tahap operasi konkret banyak

ahli memasukkan tahap ini sebagai tahap perkembangan intelektual.

Dimana dalam tahap ini anak sudah dapat berpikir secara logis serta

membuat keputusan tentang apa yang dihubungkannya secara logis.

Masa perkembangan intelektual meliputi masa siap bersekolah dan masa

anak bersekolah, yaitu umur 7 sampai 12 tahun.

2. Karakteristik Masa Kanak-kanak Kelas Tinggi

Syaiful Bahri Djamarah (2002: 90) membagi masa kanak-kanak di

sekolah dasar dibagi menjadi dua, yaitu masa kanak-kanak kelas rendah

(35)

18

sekolah dasar mempunyai beberapa sifat khas, antara lain sebagai

berikut:

a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.

b. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

c. Ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.

d. Anak-anak pada masa ini masih gemar bermain dan membentuk

kelompok sebaya.

Salah satu karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu anak masih

gemar bermain. Oleh karenanya pembelajaran matematika di SD

sebaiknya dilakukan dengan menggunakan permainan, supaya siswa

lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran matematika dan

pembelajaran matematika juga tidak terkesan membosankan bagi siswa.

Apabila siswa merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran matematika,

hal ini menyebabkan siswa tidak dapat menyerap secara maksimal materi

yang telah diajarkan oleh guru dan menyebabkan siswa mengalami

kesulitan ketika sedang mengerjakan soal-soal ulangan yang pada

akhirnya menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa karakteristik anak usia sekolah dasar

pada umumnya masih senang bermain, maka dalam penelitian ini salah satu

alternatif cara yang dapat digunakan oleh guru adalah dengan menerapkan

(36)

19

C. Kajian tentang Model Pembelajaran Talking Stick

1. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick

Slavin (diterjemahkan oleh Nurlilita, 2008: 6) mengemukakan

bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode

pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi

pelajaran. Isjoni (2009: 8) model pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran yang memberi siswa untuk berkomunikasi dan berinteraksi

sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agus

Suprijono (2009:54) pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan

oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan

serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk

membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru

biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Adapun karakteristik pembelajaran kooperatif yang dikemukakan

oleh Slavin (Isjoni, 2009: 33) antara lain:

a. Pertanggungjawaban individu, pada semua aktivitas secara individu

siap menghadapi tes dan tugas secara mandiri.

b. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan, semua siswa

baik yang berprestasi rendah, sedang atau tinggi memperoleh

(37)

20

c. Pembelajaran yang menyenangkan, membuat siswa tidak merasa

tertekan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

3. Tipe Model Pembelajaran Kooperatif

Trianto (2009:22) mengemukakan beberapa tipe dalam pembelajaran

kooperatif, antara lain:

a. TAI (Team Assited Individualization atau Team Accelerated

Instruction)

Dalam TAI, siswa mengikuti tingkatan yang bersifat individual

berdasarkan tes penempatan, kemudian maju ke tahapan selanjutnya

berdasarkan tingkat kecepatan belajar. Rekan sekelompok

memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan

memberikan bantuan. Tes secara individual diberikan diakhir unit

dan diberikan skor.

b. STAD (Student Team-Achievement Division)

Dalam STAD, semua siswa dalam anggota tim mengerjakan kuis.

Kemudian poin yang didapat tiap-tiap siswa dijumlahkan untuk

memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kiteria

tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya.

c. TGT (Teams Games-Tournament)

Secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal, yaitu

TGT menggunakan turnamen akademik, dimana para siswa

berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang

(38)

21

d. Jigsaw

Dalam teknik ini, tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk

menjadi “ahli” dalam aspek tertentu. Setelah membaca materinya,

para ahli dari tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan topik yang

sedang mereka bahas, lalu mereka kembali kepada timnya untuk

mengajarkan topik mereka itu kepada teman satu timnya.

4. Model Pendukung Pembelajaran Kooperatif

Agus Suprijono (2009: 102) mengemukakan ada beberapa model

pendukung dalam pembelajaran kooperatif, antara lain:

a. PQ4R (Preview Question Read Reflect Recite Review)

Inti dari model pembelajaran ini adalah peserta didik mampu

merumuskan kesimpulan sebagai jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukannya.

b. Concept Mapping

Dalam model ini, para peserta didik mendapatkan

potongan-potongan kartu yang bertuliskan konsep-konsep utama yang

kemudian peserta didik membuat garis penghubung antar

konsep-konsep tersebut.

c. Guided Note Taking

Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan handout. Kemudian

bagian-bagian handout yang kosong diisi oleh peserta didik dan

(39)

22

d. Talking Stick

Dalam model ini, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan

sebuah tongkat dan setiap peserta didik yang memegang tongkat

diwajibkan untuk menjawab pertanyaan dari guru.

5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Salah satu model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran talking stick. Adapun langkah-langkah dari model

pembelajaran talking stick (Miftahul Huda, 2013: 225) adalah sebagai

berikut:

a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.

b. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ± 30 cm.

c. Guru menjelaskan materi pokok yang dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan

mempelajarinya lagi.

d. Siswa berdiskusi membahas masalah yang berkaitan dengan materi.

e. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran, mempelajari,

dan mendiskusikannya, guru mempersilahkan anggota kelompok

untuk menutup semua buku bacaan.

f. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa,

kemudian siswa yang memegang tongkat tersebut harus

menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa

mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

(40)

23

h. Guru melakukan evaluasi atau penilaian.

i. Guru menutup pembelajaran.

Agus Suprijono (2009: 109) menyebutkan langkah-langkah dalam

menerapkan model talking stick adalah sebagai berikut:

a. Guru menyiapkan sebuah tongkat untuk media pembelajarannya.

b. Guru menyiapkan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan teks atau materi tersebut kepada siswa untuk dipahami.

c. Setelah selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya,

guru mempersilahkan siswa untuk menutup isi bacaan.

d. Siswa membentuk lingkaran, kemudian guru mengambil tongkat.

e. Siswa diajak menyanyikan sebuah lagu sebagai awal mula tongkat

berputar.

f. Ketika lagu berakhir, siswa yang memegang tongkat diwajibkan

menjawab pertanyaan dari guru dan mengerjakannya di papan tulis,

sementara siswa yang lain kembali ke tempat duduk masing-masing

ikut mengerjakan.

g. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa langkah-langkah model pembelajaran talking

stick yang dikemukakan, penelitian ini menggunakan langkah-langkah

yang memadukan dari kedua pendapat tersebut yaitu:

a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.

(41)

24

c. Guru menjelaskan materi pokok yang dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan

mempelajarinya lagi.

d. Siswa berdiskusi membahas masalah yang berkaitan dengan materi.

e. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran, mempelajari,

dan mendiskusikannya, guru mempersilahkan anggota kelompok

untuk menutup semua buku bacaan.

f. Siswa membentuk lingkaran, kemudian guru mengambil tongkat dan

siswa diajak menyanyikan sebuah lagu sebagai awal mula tongkat

berputar.

g. Ketika lagu berakhir, siswa yang memegang tongkat diwajibkan

menjawab pertanyaan dari guru dan mengerjakan di papan tulis,

sementara siswa yang lain kembali ke tempat duduk masing-masing

dan ikut mengerjakan. Demikian seterusnya sampai sebagian besar

siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

h. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran.

i. Guru melakukan evaluasi atau penilaian.

(42)

25

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Siti

Rahayu yang berjudul Penerapan Model Talking Stick untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD N 1 Sudagaran, Banyumas

Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai

rata-rata kelas adalah 57,5. Siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar adalah

9 siswa atau sebesar 45% sedangkan yang belum mencapai ketuntasan belajar

sebanyak 11 siswa atau sebesar 55%. Setelah diadakan tindakan siklus I nilai

rata-rata siswa meningkat menjadi 65,25. Siswa yang mencapai ketuntasan

belajar sebanyak 13 siswa atau sebesar 65% dan siswa yang belum mencapai

ketuntasan belajar adalah 7 siswa atau sebesar 35%. Kemudian setelah

diadakan tindakan siklus II nilai-nilai rata-rata siswa meningkat menjadi

73,75. Siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 18 anak atau 90%

sedangkan yang belum mengalami ketuntasan adalah 2 anak atau sebesar

10%.

Selanjutnya penelitian milik Galih Dwiana Putra yang berjudul Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Model

Pembelajaran Talking Stick pada Siswa kelas IV SD N 3 Gunungpati Tahun

Ajaran 2011/2012. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nilai rata-rata

kelas adalah 55,79. Siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar adalah 15

siswa (55%), sedangkan yang belum sebanyak 12 siswa (45%). Setelah

diadakan tindakan siklus I, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 67,92.

(43)

26

yang belum tuntas adalah 10 siswa (37%). Kemudian setelah diadakan

tindakan siklus II, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 79,59. Siswa yang

mencapai ketuntasan belajar sebanyak 23 siswa (85%), sedangkan yang

belum tuntas sebanyak 4 siswa (15%).

Dari penelitian diatas ada kesamaan dengan penelitian yang dilakukan,

persamaannya adalah sama-sama meneliti dengan mengunakan model talking

stick. Perbedaannya terletak pada tempat penelitian, maka sehubungan

dengan penelitian ini, peneliti mencoba mengobati permasalahan dengan

menggunakan model pembelajaran talking stick, tetapi pada tempat penelitian

(44)

27

E. Kerangka Pikir

Bagan kerangka pikir pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai

[image:44.612.137.538.144.679.2]

berikut:

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Hasil belajar matematika siswa rendah, disebabkan siswa mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal-soal ulangan, guru mengajar

menggunakan metode ceramah.

Analisis hasil belajar matematika berdasarkan hasil ulangan harian materi perkalian dan pembagian bilangan

Siswa yang belum mencapai standar KKM (<65) adalah 8siswa dari 21 siswa dengan persentase sebesar 38%.

Siswa yang telah mencapai standar KKM (≥65) adalah 13 siswa dari 21 siswa dengan persentase sebesar 62%

Penerapan tahap-tahap model pembelajaran talking stick

- Siswa menjadi lebih tertarik mengikuti proses pembelajaran - Motivasi belajar siswa meningkat

- Siswa yang belum paham menjadi paham materi

(45)

28

Berdasarkan bagan di atas, dapat dijelaskan bahwa hasil belajar

matematika siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II masih rendah, hal ini

disebabkan siswa mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal-soal ulangan,

guru mengajar menggunakan metode ceramah, sehingga perlu dilakukan

analisis hasil belajarnya.

Setelah dilakukan analisis hasil belajar matematika berdasarkan hasil

ulangan harian siswa materi perkalian dan pembagian bilangan, dapat

diketahui berapa banyak siswa yang belum dapat mencapai KKM (nilainya

<65) dan berapa banyak siswa yang telah dapat mencapai KKM (nilainya

≥65). Siswa yang belum dapat mencapai KKM adalah 8 siswa dari 21 siswa dengan persentase 38%, dan siswa yang telah mencapai KKM adalah 13

siswa dari 21 siswa dengan persentase 62%. Kemudian pembelajaran

dilakukan dengan menerapkan tahap-tahap pembelajaran talking stick.

Pembelajaran dengan menggunakan model talking stick membuat siswa

menjadi lebih tertarik mengikuti proses pembelajaran, motivasi belajar siswa

meningkat, dan siswa yang belum paham menjadi paham materi. Melalui

model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II.

Berdasarkan uraian di atas, maka model pembelajaran talking stick juga

dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas IV SD N Suryodiningratan

(46)

29

F. Hipotesis Tindakan

Setelah peneliti melakukan kajian teori serta berdasarkan ditemukannya

penelitian yang relevan, kemudian peneliti merumuskan hipotesis tindakan

dalam penelitian ini yaitu bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran

talking stick secara tepat, dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa

kelas IV SD N Suryodiningratan II Tahun Ajaran 2015/2016.

G. Definisi Operasional Variabel

1. Model pembelajaran talking stick yang dimaksud dalam penelitian ini

merupakan model pembelajaran dengan bantuan tongkat, dimana siswa

yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah

mereka mempelajari materi pokoknya. Kegiatan ini diulang

terus-menerus sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab

pertanyaan dari guru.

2. Hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai

yang diperoleh siswa melalui proses belajar matematika tentang materi

KPK & FPB, dan penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa yang

dinyatakan dalam bentuk angka diukur melalui tes pada siswa dan hanya

(47)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah PTK. Ciri utama dari penelitian tindakan

kelas adalah memperbaiki pelaksanaan praktik pendidikan khususnya

dalam pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas ini merupakan

penelitian tindakan kolaboratif. Penelitian tindakan kolaboratif

merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan

perbaikan yang diinginkan. Upaya perbaikan proses dan hasil

pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti, tetapi ia harus

berkolaborasi dengan guru. Dalam hal ini guru bertindak sebagai

pelaksana tindakan (pengajar) dan peneliti bertindak sebagai observer

serta perancang tindakan.

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan permasalahan pada siswa

kelas IV SD Suryodiningratan II yaitu hasil belajar matematika siswa

masih rendah. Peneliti bermaksud memecahkan permasalahan tersebut

dengan cara melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action

research) melalui model pembelajaran Talking Stick untuk meningkatkan

hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II,

(48)

2. Model Peneliti

Model pen

sebuah peneliti

model Kemmis

perencanan, tin

gambaran secar

[image:48.612.176.497.259.407.2]

model Kemmis

Gambar 2. Peneliti

Berikut pen

a. Perencanaa

Pada t

yang selanj

Penjelasan

sebagai ber

1) Menem

a) Pa

aw

me

31

itian

enelitian adalah suatu gambaran yang dilakuk

itian. Dalam penelitian ini, model yang digunak

is & Mc Taggart dalam bentuk spiral yang t

tindakan, observasi, dan refleksi. Berikut ini m

ara visual tahapan pada setiap siklus dari desain

is & Mc. Taggart. :

litian Tindakan Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart

enjelasan dari masing-masing tahap dalam peneli

aan

tahap ini dimulai dari penemuan masalah terleb

anjutnya peneliti merancang tindakan yang akan

n secara rinci terkait langkah-langkah pada tahap

erikut:

emukan permasalahan yang terdapat di lapangan,

Pada tahap ini, sebelumnya peneliti melakukan

awal dan diskusi terlebih dahulu dengan guru k

mengetahui permasalahan apa yang terdapat dal

ukan dalam

akan adalah

terdiri dari

i merupakan

in penelitian

itian ini:

lebih dahulu,

n dilakukan.

ap ini adalah

n, yaitu:

an observasi

kelas untuk

(49)

32

pembelajaran. Dan dapat disimpulkan permasalahan yang

terdapat di lapangan pada penelitian ini adalah masih

rendahnya hasil belajar matematika siswa.

b) Selanjutnya bersama dengan guru kelas, peneliti mencoba

menganalisa terkait dengan masalah pembelajaran tersebut,

yaitu denganmenganalisa hasil ulangan harian.

c) Berdasarkan hasil analisa ulangan harian tersebut, maka

dapat diketahui siswa yang masih mengalami kesulitan

sehingga pembelajaran perlu ditindaklanjuti melalui

penerapan model pembelajaran talking stick yang berbeda

dari pembelajaran sebelumnya.

2) Merancang tindakan yang akan dilakukan.

Setelah permasalahan yang terjadi dapat diketahui dengan

jelas, selanjutnya peneliti bersama guru menyusun rencana

mengenai tindakan apa yang sebaiknya dilakukan untuk dapat

memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa

sebagai solusi dari permasalahan yang ada.

a) Peneliti terlebih dahulu menentukan alternatif tindakan

yang akan dilakukan agar dapat mengatasi masalah yang

terdapat pada pembelajaran matematika. Solusi yang

diberikan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran

(50)

33

b) Melakukan kegiatan pra siklus yaitu memberikan soal

pre-tes kepada siswa terkait materi yang telah disampaikan oleh

guru. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) terkait langkah-langkah pembelajaran

talking stick pada siklus I.

c) Peneliti menyiapkan instrumen penelitian.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting), dan Observasi

1) Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran melalui

model pembelajaran talking stick . Guru yang melaksanakan

pembelajaran adalah guru kelas IV. Selama pembelajaran

berlangsung, guru mengajar berdasarkan RPP yang telah

disusun. Sementara itu peneliti mengamati aktivitas saat

pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar

observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti sebelumnya.

2) Observasi

Observasi dilakukan pada saat tindakan sedang

dilaksanakan. Observer melakukan observasi terhadap tindakan

yang dilakukan dengan mengisi kolom-kolom pada lembar

observasi sesuai dengan petunjuk pengisian. Observer

menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan untuk

(51)

34

proses pembelajaran sehingga akan dapat diperbaiki pada siklus

berikutnya.

c. Refleksi

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan menganalisis data

yang diperoleh selama observasi, yaitu data yang diperoleh dari

lembar observasi. Refleksi bertujuan untuk mengetahui

kekurangan-kekurangan yang terjadi selama pembelajaran dan kemudian

memikirkan kemungkinan yang menjadi penyebab kekurangan yang

terdapat pada hasil observasi. Hasil observasi tersebut dianalisis

penyebab kekurangannya yang kemudian menentukan

langkah-langkah perbaikan yang akan diterapkan pada siklus selanjutnya.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II,

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 sebanyak 21 siswa, terdiri dari 12 siswa

laki-laki dan 9 siswa perempuan. Adapun objek dalam penelitian ini adalah

hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II,

Yogyakarta.

C. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD N Suryodiningratan II

(52)

35

Suryodiningratan Mantrijeron, Yogyakarta 55141. SD N

Suryodiningratan II mempunyai beberapa fasilitas, antara lain yaitu ruang

kepala sekolah, ruang guru, ruang tamu, ruang kelas untuk kegiatan

proses pembelajaran, perpustakaan, UKS, koperasi sekolah, ruang alat

olahraga, kamar mandi, kantin, halaman parkir guru dan siswa. SD N

Suryodiningratan II dipimpin oleh seorang kepala sekolah, beliau

bernama Ibu Sri Wahyuni, S.Pd.SD. Jumlah guru di sekolah ini

berjumlah 9 orang yang terdiri dari 6 orang guru kelas, 1 orang guru

Bahasa Inggris, 1 orang guru agama Islam, 1 orang guru olah raga. Selain

itu, juga terdapat seorang karyawan perpustakaan dan seorang penjaga

sekolah.

Pada penelitian ini, peneliti memilih kelas IV dengan jumlah

keseluruhan siswa yaitu 21 siswa yang terdiri dari 12 laki-laki dan 9

perempuan sebagai subjek penelitian. Proses pembelajaran dilaksanakan

oleh seorang guru kelas IV yaituIbu Ima, S.Pd dan peneliti berkolaborasi

dengan beliau dengan tujuan untuk meningkatan hasil belajar matematika

siswa dan demi kemajuan sekolah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakasanakan pada semester I tahun ajaran 2015/2016,

(53)

36

D. Prosedur Penelitian

Pada penelitian ini prosedur penelitian terdiri dari dua siklus. Berikut ini

merupakan penjelasan secara rinci mengenai prosedur penelitian dalam

penelitian ini:

1. Pratindakan (Pra Siklus)

Pratindakan atau pra siklus merupakan kegiatan yang dilakukan

untuk mendukung pelaksanaan tindakan agar dapat berjalan dengan

lancar dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berikut ini merupakan

pratindakan (pra siklus) dalam penelitian ini:

a. Sebagai studi pendahuluan, peneliti bersama guru terlebih dahulu

melakukan analisa terhadap hasil ulangan harian siswa. Dari hasil

ulangan harian tersebut diperoleh 8 siswa dari total 21 siswa yang

nilainya masih di bawah KKM dan dapat disimpulkan bahwa

persentase ketuntasan belajar siswa hanya sebesar 62%. Kemudian

untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hasil belajar siswa, peneliti

bersama guru melakukan pre-test. Berdasarkan hasil pre-test

tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada 10 siswa yang masih

memperoleh nilai dibawah KKM sehingga persentase ketuntasan

hasil belajar siswa hanya sebesar 52%. Berdasarkan hasil data yang

telah diperoleh tersebut membuktikan bahwa hasil belajar

matematika di kelas IV SD N Suryodiningratan II belum

(54)

37

b. Peneliti bersama guru menetapkan hasil analisa ulangan harian dan

hasil pre-tes sebagai data prasiklus tindakan penelitian.

2. Siklus I

a. Rencana Tindakan

Pada rencana tindakan siklus I ini, peneliti hanya sebagai

pengamat dan guru sebagai pelaksana tindakan. Pada tahap ini, ada

beberapa hal yang perlu dipersiapkan antara lain:

1) Menyusun RPP talking stick

2) Menyiapkan media, alat dan bahan yang sesuai dengan materi.

3) Menyusun lembar observasi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan ini guru sebagai pelaksana

tindakan melaksanakan tindakan berdasarkan perencanaan yang

telah dibuat dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran dan

sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar

matematika siswa, sedangkan peneliti hanya sebagai pengamat. Guru

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disiapkan oleh peneliti.

c. Observasi

Tahap observasi ini dilakukan oleh peneliti pada saat tindakan

sedang dilaksanakan oleh guru. Observasi merupakan kegiatan

mengamati pelaksanaan atau proses tindakan, pengaruh tindakan,

(55)

38

pelaksanaan tindakan. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati

kegiatan pembelajaran talking stick yang sedang berlangsung, dan

alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu berupa tes dan

lembar observasi.

d. Refleksi

Tahap refleksi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah

melaksanakan tindakan. Pada tahap ini peneliti dan guru

menganalisis seberapa jauh tindakan yang telah dilakukan dapat

menghasilkan perubahan. Kolaborasi yang dilakukan oleh peneliti

bersama dengan guru memberikan peranan penting dalam

memutuskan seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan dan

mendiskusikan mengenai hal-hal yang dirasa masih perlu untuk

diperbaiki atau dirasa cukup. Apabila masih terdapat kekurangan

atau kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang telah dilakukan,

maka peneliti dan guru mengatasinya dengan membuat perencanaan

kembali pada siklus selanjutnya.

3. Siklus II

Siklus II harus dilaksanakan apabila siklus I belum dapat memenuhi

indikator keberhasilan yang ditetapkan. Tahapan alur pada siklus II yaitu

hampir sama dengan tahapan pada alur siklus I. Letak perbedaannya

antara siklus II dengan siklus I adalah pada siklus II sudah ada perbaikan

(56)

39

tahapan dalam siklus II disusun secara lebih matang dengan

memperhatikan hasil refleksi dari siklus I.

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Tes

Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan

untuk mengukur pengetahuan individu. Tes dalam penelitian ini yaitu tes

untuk mengukur hasil belajar matematika siswa. Tes dikerjakan siswa

secara individual yang diberikan pada tiap akhir siklus.

2. Metode Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman untuk melakukan

pengamatan guna memperoleh data yang diinginkan. Lembar observasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang

digunakan untuk mengamati penerapan model pembelajaran talking stick.

Lembar observasi ini menggunakan skala Guttman yaitu berbentuk check

list dengan opsi pilihan ya atau tidak, serta disampingnya terdapat kolom

keterangan yang digunakan untuk mendeskripsikan proses yang teramati.

Selain dengan menggunakan lembar observasi, peneliti juga mengambil

(57)

40

bertujuan untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai

kegiatan pembelajarantalking stick.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah soal tes evaluasi tindakan untuk memperoleh data hasil belajar

siswa dan lembar observasi untuk memperoleh data berkaitan dengan

aktivitas proses pembelajaran.

1. Soal tes evaluasi tindakan

Pada penelitian ini, tes digunakan sebagai pedoman untuk

memperoleh data hasil belajar. Tes diberikan pada akhir siklus yang

digunakan untuk menunjukkan hasil belajar yang dicapai pada setiap

siklus bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar

siswa setelah menggunakan model pembelajaran talking stick didalam

pembelajaran matematika. Tes ini terdiri dari 20 soal di setiap siklusnya.

Berikut ini kisi-kisi instrumen tes evaluasi yang diberikan setelah

(58)

41

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Tes Matematika Tindakan Siklus I

Standar Kompetensi:

2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah Aspek Nomor Butir Soal Jumlah Butir Soal

Kompetensi Dasar Indikator

2.3 Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)

2.3.2 Menentukan KPK dari dua bilangan dengan benar

1, 3, 5, 6 4

2.3.3 Menentukan KPK dari tiga bilangan dengan benar

7, 8 2

2.3.4 Memecahkan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan KPK

13, 14, 15, 16

4

2.3.5 Menentukan FPB dari dua bilangan dengan benar

2, 4, 9, 10 4

2.3.6 Menentukan FPB dari tiga bilangan dengan benar

11, 12 2

2.3.7 Memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan FPB

17, 18, 19, 20

4

[image:58.612.171.521.147.513.2]

Jumlah 20

Tabel 3. Tingkatan Kognitif Tes Tindakan Siklus I

Tingkatan Taksonomi Bloom Nomor Soal

Pengetahuan (C1) 1, 2

Pemahaman (C2) 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12

(59)

42

3. Lembar observasi

Lembar observasi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

berfungsi sebagai petunjuk dalam melakukan pengamatan terhadap

aktivitas kegiatan siswa dan guru sesuai dengan perencanaan

pembelajaran (RPP). Adapun kisi-kisi lembar observasi dalam penelitian

(60)
[image:60.612.172.520.103.597.2]

43

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Obesrvasi Guru

Aspek Indikator No.

Item

Jumlah Item 1. Pengelompokan

siswa

a. Pembentukan kelompok mencakup berbagai tingkat kemampuan siswa

1 2

b. Pembentukan kelompok mencakup dua jenis kelamin siswa

2

2. Belajar dalam kelompok (diskusi)

a. Kejelasan dalam menyampaikan tugas sebagai bahan diskusi kelompok

3 3

b. Memberi pengarahan kepada siswa jika

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas diskusi

4

c. Penggunaan media dalam diskusi kelompok untuk membantu siswa agar lebih mudah dalam memahami materi

5

3. Pelaksanaan permainan

talking stick

a. Kejelasan dalam menyampaikan aturan permainan talking stick

6 2

b. Memberi pengarahan kepada siswa jika

mengalami kesulitan dalam pelaksanaan permainan

talking stick

7

4. Evaluasi a. Kesesuaian soal-soal evaluasi dengan kisi-kisi soal

8 2

b. Kesesuaian tingkat kesulitan soal dengan alokasi waktu

9

(61)
[image:61.612.172.522.99.607.2]

44

Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa

Aspek Indikator No.

Item

Jumlah Item 1. Pengelompoka

n siswa

a. Penerimaan siswa terhadap kelompoknya

1 2

b. Kemampuan adaptasi siswa di dalam kelompok

2

2. Belajar dalam kelompok (diskusi)

a. Kerjasama siswa di dalam kelompok

3 3

b. Keaktifan bertanya dan menjawab siswa mengenai tugas yang didiskusikan di dalam kelompok

4

c. Tanggung jawab siswa dalam diskusi kelompok

5

3. Pelaksanaan permainan

talking stick

a. Perhatian siswa dalam pelaksanaan permainan

6 6

b. Ketertarikan siswa dalam mengikuti permainan

talking stick

7

c. Kekompakan siswa dalam pelaksanaan permainan

talking stick

8

d. Kejujuran siswa dalam pelaksanaan permainan

Gambar

Tabel 1. Nilai
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 2. Penelitilitian Tindakan Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart
Tabel 3. Tingkatan Kognitif Tes Tindakan Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan materi yang di ajarkan. 2) Sekolah di harapkan dapat menerapkan model pembelajaran Talking Stick. secara berkelanjutan baik

Dengan demikian, penerapan model pembelajaran discovery dengan metode talking stick dapat meningkatkan aktivitas belajar notasi musik kelas XI semester ganjil SMA

Objek penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran talking stick untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi pokok aljabar di kelas VII SMP

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa penerapan metode Talking Stick dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri Pabelan 01

menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah : “ Penerapan Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Sikap Kreatif Siswa Pada Pelajaran IPA Materi Energi

Eksperimen Setelah Penerapan Sebelum Penerapan Hasil Belajar PAI.. pembelajaran cooperative learning tipe talking stick dengan tidak diterapkan model Coopearative

Berdasarkan analisis data hasil belajar pada siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick membawa

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa” Apakah penerapan model talking stick dengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar