PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD N SURYODININGRATAN II TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Rendi Lilit Iman Pambudi NIM 11108244015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD N SURYODININGRATAN II TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Rendi Lilit Iman Pambudi NIM 11108244015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya tulis ilmiah yang telah lazim.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.
Yogyakarta, 16 September 2016 Yang menyatakan,
Rendi Lilit Iman Pambudi
v MOTTO
“Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan”. (Terjemahan QS. Al Insyiraah ayat 6).
“Kunci kesuksesan adalah kegigihan memperbaiki diri dan kesungguhan untuk mempersembahkan yang terbaik dari hidup ini”.
vi
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT dan juga mengharap ridha-Nya, karya ini penulis persembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan doa, semangat dan kasih sayang yang tiada henti diberikan selama ini.
vii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD N SURYODININGRATAN II TAHUN AJARAN 2015/2016
Oleh
Rendi Lilit Iman Pambudi NIM 11108244015
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN Suryodiningratan II Tahun Ajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran talking stick.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan pendekatan model Kemmis dan Mc. Taggart. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II sebanyak 21 siswa. Objek penelitian ini adalah hasil belajar matematika. Teknik pengumpulan data penelitian menggunakan tes dan observasi. Instrumen penelitian menggunakan tes dan lembar observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran talking stick yang memperhatikan banyaknya anggota dalam setiap kelompok, dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II. Sebelum diterapkannya tindakan, pada ulangan harian ada 13 siswa (62%) yang mendapat nilai ≥65 dan pada hasil pre-tes ada 11 siswa (52%). Setelah diterapkannya tindakan, pada hasil tes siklus I ada 15 siswa (71%) dan pada siklus II ada 18 siswa (86%) dari seluruh siswa yang mendapat nilai ≥65. Persentase aktivitas guru pada siklus I dan II adalah sebesar 89%. Persentase aktivitas siswa pada siklus I-1 adalah 36%, I-2 adalah 50%, I-3 adalah 64%, I-4 adalah 64%, dan pada siklus II-1 adalah 86%, II-2 adalah 93%.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, kesehatan, kekuatan, dan hidayah sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick untuk Mengingkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV SD Negeri Suryodningratan II Tahun Ajaran 2015/2016”.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya kerjasama, bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk menimba ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan pengarahan dan motivasi sehingga Tugas Akhir Skripsi ini terselesaikan dengan baik.
ix
5. Ibu Sekar Purbarini Kawuryan, M.Pd. dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, senantiasa memberikan saran dan motivasi hingga penulisan Tugas Akhir Skripsi ini terselesaikan dengan baik.
6. Kepala SD Negeri Suryodininratan II Ibu Sri Wahyuni, S.Pd. SD yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD Negeri Suryodiningratan II.
7. Guru kelas IV SD Negeri Suryodiningratan II Ibu Nur Halimah, S.Pd.SD yang telah banyak membantu sehingga proses penelitian berjalan dengan lancar.
8. Semua Siswa kelas IV SD Negeri Suryodiningratan II yang telah membantu saya untuk mencari data.
9. Pakde saya Eko Budi Prasetyo yang telah memberikan nasihat dan motivasi tak henti-hentinya. Terimakasih banyak atas semuanya.
10. Kakak, sahabat-sahabat, dan teman-teman. Terimakasih atas motivasi dan dukungannya.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik serta saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis.
Yogyakarta, 16 September 2016 Penulis
x DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ………. ii
HALAMAN PERNYATAAN ………. iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ………... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. vi
ABSTRAK ……… vii
KATA PENGANTAR ……….. viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ………. xii
DAFTAR DIAGRAM ……….. xiii
DAFTAR GAMBAR ……….... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ……… 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Hasil Belajar Matematika ... 9
1. Pengertian Matematika ………... 9
2. Peranan Matematika di SD ………. 10
xi
4. Ranah Hasil Belajar ………. 12
a. Aspek Kognitif ………. 13
b. Aspek Afektif ………... 14
c. Aspek Psikomotorik ………. 15
B. Kajian Karakteristik Siswa SD … ... 16
1. Klasifikasi Tingkat Perkembangan Berpikir Anak ………. 17
2. Karakteristik Masa Kanak-Kanak Kelas Tinggi ………. 17
C. Kajian Model Pembelajaran Talking Stick ... 19
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ………... 19
2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ………... 19
3. Tipe Model Pembelajaran Kooperatif ………. 20
4. Model Pendukung Pembelajaran Kooperatif ……….. 21
a. PQ4R ……… 21
b. Concept Mapping ………. 21
c. Guided Note Taking ………. 21
d. Talking Stick ……… 22
5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick ……… 22
D. Penelitian Relevan ... 25
E. Kerangka Pikir ... 27
F. Hipotesis Tindakan ... 29
G. Definisi Operasional Variabel ... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 30
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 34
C. Setting Penelitian ... 34
D. Prosedur Penelitian ... 36
E. Teknik Pengumpulan Data ... 39
F. Instrumen Penelitian …….. ... 40
G. Analisis Data Penelitian …... 45
H. Uji Validitas Instrumen ... 46
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ……… 48
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ………. 48
2. Deskripsi Hasil Penelitian Keseluruhan ………... 49
3. Deskripsi Hasil Penelitian Persiklus …..………... 50
B. Pembahasan Hasil Penelitian ………... 94
C. Keteebatasan Penelitian ………... 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………... 101
B. Saran ……….. 102
DAFTAR PUSTAKA ... 103
xiii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Nilai Rata-rata Ulangan Harian Siswa ………... 4
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Tes Tindakan Siklus I ... 41
Tabel 3. Tingkatan Kognitif Tes Tindakan Siklus I ………... 41
Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Guru ... 43
Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa ... 44
Tabel 6. Data Proses Aktivitas Siswa dan Guru pada Siklus I dan II …….... 48
Tabel 7. Data Hasil Belajar Siswa secara Keseluruhan ………... 49
Tabel 8. Hasil Tes Evaluasi Tindakan Siklus I ………... 71
Tabel 9. Perbandingan Nilai Hasil Ulangan Harian, Pretes dan Tes Siklus I.. 72
Tabel 10. Persentase Keaktifan Siswa pada Siklus I ……….…………... 72
Tabel 11. Persentase Aktivitas Guru pada Siklus I ….…..……….... 74
Tabel 12. Refleksi Siklus I ……….……….. 76
Tabel 13. Hasil Tes Evaluasi Tindakan Siklus II .……...………. 89
Tabel 14. Perbandingan Nilai Ulangan Harian, Pretes, Tes Siklus I dan II ... 90
Tabel 15. Persentase Keaktifan Siswa pada Siklus II ……….. 91
xiv
DAFTAR DIAGRAM
hal Diagram 1. Perbandingan Aktivitas Siswa dan Guru ……….. 49 Diagram 2. Perbandingan Persentase Keaktifan Siswa pada Siklus I dari
Pertemuan ke-1 sampai dengan Pertemuan ke-4 ………... 73 Diagram 3. Perbandingan Persentase Aktivitas Guru pada Siklus I dari
Pertemuan ke-1 sampai dengan Pertemuan ke-4 ………..…. 75 Diagram 4. Perbandingan Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar dari Nilai
Ulangan Harian, Pretes, Siklus I, dan Siklus II …... 91 Diagram 5. Perbandingan Persentase Keaktifan Siswa pada Siklus II dari
pertemuan ke-1 sampai dengan pertemuan ke-2 ... 92 Diagram 6. Perbandingan Persentase Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar pada
Ulangan Harian, Pretes, Siklus I, dan Siklus II …..……….... 96 Diagram 7. Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar pada Ulangan Harian,
Pretes, Siklus I, dan Siklus II …………..……..………. 97 Diagram 8. Perbandingan Persentase Aktivitas Guru pada Siklus I dan
Siklus II ……….. 98 Diagram 9. Perbandingan Persentase Aktivitas Siswa pada Siklus I dan
xv
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian ... 27
Gambar 2. Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart ... 31
Gambar 3. Siswa Memegang Tongkat ... 54
Gambar 4. Siswa Membentuk Kelompok ..……….………... 62
Gambar 5. Siswa Memegang Tongkat ………... 69
Gambar 6. Siswa sedang Mengerjakan Pertanyaan yang Diberikan oleh Guru ... 82
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Soal Pretes ………... 107
Lampiran 2. Kunci Jawaban Pretes ……….. 109
Lampiran 3. Nilai Hasil Pretes ………. 110
Lampiran 4. Dokumen Hasil Pretes ………. 111
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……….. 113
Lampiran 6. Soal Tes Evaluasi Tindakan Siklus I ………... 165
Lampiran 7. Kunci Jawaban Tes Evaluasi Tindakan Siklus I ………. 167
Lampiran 8. Nilai Hasil Tes Siklus I ………... 170
Lampiran 9. Dokumen Hasil Tes Siklus I ………... 171
Lampiran 10. Hasil Lembar Observasi Guru Siklus I ………... 173
Lampiran 11. Hasil Lembar Observasi Siswa Siklus I ……….. 177
Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ………. 181
Lampiran 13. Kisi-kisi Tes Tindakan Siklus II ……….. 218
Lampiran 14. Soal Tes Evaluasi Tindakan Siklus II ….………. 219
Lampiran 15. Kunci Jawaban Tes Tindakan Siklus II .……….. 222
Lampiran 16. Nilai Hasil Tes Siklus II ………... 224
Lampiran 17. Dokumen Hasil Tes Siklus II ……….….. 225
Lampiran 18. Hasil Lembar Observasi Guru Siklus II ……….... 227
Lampiran 19. Hasil Lembar Observasi Siswa Siklus II ………... 229
Lampiran 20. Foto-foto Penelitian ………... 231
Lampiran 21. Dokumen Hasil Uji Validitas Instrumen ..………. 234
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di era sekarang ini, merupakan prioritas utama bagi suatu
bangsa dan bagi sumber daya manusia (SDM) itu sendiri. Suatu bangsa tidak
akan maju jika SDM pada bangsa itu sendiri rendah. Maka dari itu, salah satu
upaya untuk meningkatkan kualitas SDM yaitu melalui pendidikan. G. Terry
Page, J.B. Thomas dan AR. Marshall (Dwi Siswoyo, 2011: 54)
mengemukakan bahwa pendidikan adalah proses pengembangan kemampuan
dan perilaku manusia secara keseluruhan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa dengan adanya pendidikan, maka kualitas SDM akan dapat
ditingkatkan.
Pendidikan dasar merupakan titik paling penting dalam pendidikan,
karena di pendidikan dasar inilah individu mulai dibentuk dengan diberikan
bekal-bekal ilmu pengetahuan yang nantinya akan menentukan langkah
mereka selanjutnya. Permasalahan yang seringkali terjadi pada pendidikan
dasar di Indonesia yaitu pada proses pembelajaran (www.rumahbangsa.
net/2014/07/masalah-yang-dihadapi-siswa-sekolah). Guru Sekolah Dasar
(SD) merupakan faktor utama penentu keberhasilan suatu proses
pembelajaran. Salah satu indikator suatu proses pembelajaran dapat
dikatakatan berhasil yaitu dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik.
Snelbeker (Rusmono, 2014: 8) hasil belajar adalah perubahan atau
2
Hasil belajar peserta didik dapat dilihat melalui nilai yang diperoleh peserta
didik. Jika nilai yang diperoleh masih di bawah standar Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang telah ditetapkan, maka dapat dikatakan bahwa hasil
belajar peserta didik rendah dan suatu proses pembelajaran belum dapat
dikatakan berhasil, dan sebaliknya.
Hasil belajar yang rendah dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
satu diantaranya yaitu metode yang dilakukan oleh guru ketika mengajar.
Siswa SD biasanya akan lebih tertarik dengan hal-hal yang menggunakan
permainan (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 90). Karena, apabila guru lebih
sering menggunakan metode ceramah, biasanya siswa akan merasa bosan dan
akhirnya siswa tidak dapat menyerap secara maksimal materi yang telah
diajarkan oleh guru. Hal ini pernah dibuktikan oleh Sulistyani dengan
penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Metode Bermain dalam Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV SD N 2
Rejowinangun, Yogyakarta”.
Matematika adalah salah satu cabang ilmu yang diajarkan di sekolah
dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Mata
pelajaran matematika SD merupakan salah satu mata pelajaran yang berkaitan
tentang logika mengenai sebuah konsep yang saling berhubungan satu sama
lain. Selain itu, dalam suatu proses pembelajaran matematika supaya tidak
terkesan membosankan oleh siswa, kegiatan belajar matematika juga dapat
dilakukan dengan menggunakan permainan sehingga pembelajaran
3
Melalui mata pelajaran matematika yang menyenangkan ini, siswa dapat
termotivasi untuk memperoleh nilai di atas KKM. Berdasarkan hasil
observasi pra penelitian yang dilakukan peneliti di kelas IV SD N
Suryodiningratan II pada tanggal 13 Agustus 2015 sebanyak satu kali,
menemukan permasalahan yaitu pada hasil belajar matematika siswa.
Berdasarkan hasil pre-tes materi perkalian dan pembagian bilangan, siswa
yang dapat dinyatakan tuntas (yaitu jika siswa memperoleh nilai ≥ 65 yang
ditetapkan sebagai KKM) adalah 11 siswa dari total 21 siswa, jadi persentase
ketuntasan belajar klasikalnya adalah 52%.
Sebelumnya peneliti juga sempat melakukan wawancara terhadap guru
kelas IV SD N Suryodiningratan II, beliau mengatakan bahwa permasalahan
yang ada adalah terdapat pada hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan
hasil dokumen tersebut diperoleh data rata-rata nilai hasil ulangan harian
siswa materi perkalian dan pembagian bilangan adalah 64,28 dan siswa yang
dapat dikatakan tuntas adalah 13 siswa dari 21 siswa, maka persentase
ketuntasan belajar siswa adalah 62%. Selain itu, apabila dibandingkan dengan
mata pelajaran lain, matematika menempati urutan terbawah dalam perihal
nilai rata-rata. Hal ini dibuktikan berdasarkan data yang diperoleh sebagai
4
Tabel 1. Nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II Tahun Ajaran 2015/2016
No Mata Pelajaran Nilai Rata-rata
1. Bahasa Indonesia 74,19
2. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 75,04
3. Matematika 64,28
4. IPA 70,38
5. IPS 72,95
Hal ini dapat terjadi dikarenakan oleh banyak faktor, antara lain karena
media yang digunakan dalam mengajar, fasilitas pembelajaran yang kurang
memadai, metode yang digunakan dalam mengajar.
Selain permasalahan pada hasil belajar, berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan peneliti, menemukan permasalahan lain yaitu pada fasilitas
pembelajaran. Beberapa buku ada yang rusak, meja-meja kondisinya pun
beberapa sudah tidak bagus dan banyak terdapat coretan-coretan di meja
sehingga dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa karena dapat membuat
konsentrasi siswa lebih tertuju pada tulisan yang ada di meja daripada
memperhatikan guru ketika proses pembelajaran berlangsung, dan ada
beberapa tempat duduk siswa yang dapat dikatakan sudah kurang layak untuk
dipakai. Hal ini dapat membuat siswa menjadi kurang nyaman dalam belajar.
Berkaitan dengan permasalahan yang ada di atas, salah satu alternatif
yang dapat digunakan guru untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa
yaitu dengan mencoba menggunakan model baru, salah satunya yaitu melalui
penerapan model pembelajaran talking stick untuk meningkatkan hasil belajar
matematika. Talking Stick ini dapat juga meningkatkan hasil belajar siswa,
5
siswa SD adalah masih senang bermain (http://www.sekolahdasar.net/
2011/05/karakteristik-dan-kebutuhan-anak-usia.html). Selain itu dengan
menggunakan model talking stick, guru dapat mengetahui mana siswa yang
sudah paham materi dan yang belum, yang kemudian guru menjelaskan
kepada siswa yang masih kesulitan sehingga siswa tersebut menjadi paham,
dengan demikian hasil belajar siswa dapat meningkat.
Talking stick ini juga pernah dibuktikan oleh Siti Rahayu dalam
penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Talking Stick untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD N 1 Sudagaran,
Banyumas tahun ajaran 2012/2013”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
sebelum diterapkannya tindakan, persentase ketuntasan belajar siswa adalah
sebesar 45%. Setelah diadakan tindakan siklus I persentase ketuntasan belajar
siswa meningkat menjadi 65%. Kemudian setelah diadakan tindakan siklus II
persentase ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 90%.
Melihat pentingnya hasil belajar dalam suatu pembelajaran untuk
membantu siswa dalam mencapai ketuntasan belajar, maka kiranya perlu
diadakan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penerapan model
pembelajaran talking stick untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah yang ada, antara lain:
1. Hasil belajar matematika siswa masih belum memuaskan.
2. Penggunaan metode ceramah sewaktu mengajar menyebabkan siswa
merasa bosan.
3. Fasilitas pembelajaran masih kurang memadai.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dengan melihat kondisi serta
permasalahan yang kompleks, maka peneliti membatasi permasalahan pada
nomor 1 yaitu hasil belajar matematika siswa masih belum memuaskan dan
masalah nomor 2 yaitu mengenai penggunaan metode mengajar.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV
SD N Suryodiningratan II Tahun Ajaran 2015/2016 melalui penerapan
model pembelajaran talking stick?
2. Jika meningkat, seberapa besar persentase peningkatan hasil belajar
matematika pada siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II Tahun Ajaran
2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran talking stick?
3. Seberapa besar persentase kualitas proses pembelajaran aktivitas siswa
dan guru?
7
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD N
Suryodiningratan II Tahun Ajaran 2015/2016 melalui penerapan model
pembelajaran talking stick.
2. Mengetahui besar persentase peningkatan hasil belajar matematika pada
siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II Tahun Ajaran 2015/2016
melalui penerapan model pembelajaran talking stick.
3. Mengetahui besar persentase kualitas proses pembelajaran aktivitas siswa
dan guru.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran talking stick untuk meningkatkan
hasil belajar pada mata pelajaran matematika .
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada mata
8
2) Membantu siswa dalam mengatasi masalah kesulitan belajar dan
memperbaiki cara belajar siswa agar lebih baik lagi, serta
mampu memberikan motivasi belajar kepada siswa.
b. Bagi Guru
1) Membantu guru dalam mengatasi kesulitan belajar pada
siswanya.
2) Sebagai bahan referensi bagi guru untuk meningkatkan mutu
pembelajaran selanjutnya.
c. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan sebagai bahan refleksi bagi penulis
sebagai calon pendidik untuk mencoba menyelesaikan permasalahan
yang ada dalam pembelajaran, serta untuk terus mencari dan
mengembangkan inovasi dalam hal pembelajaran menuju hal yang
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian tentang Hasil Belajar Matematika
1. Pengertian Matematika
Soejadi (2000:11) mengemukakan bahwa matematika ke SD-an
adalah ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai alat untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasan melalui simbol dan tabel serta
sebagai alat untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan
bilangan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 723) matematika adalah
ilmu yang mempelajari tentang bilangan, hubungan antar bilangan dan
prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah
tentang bilangan. Antonius Cahya (2006: 1) mengemukakan bahwa
matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk
mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap
matematika mutlak diperlukan dan konsep-konsep matematika harus
dipahami dengan benar sejak dini karena konsep dalam matematika
merupakan sebab akibat. Suatu konsep disusun berdasarkan konsep
sebelumnya dan akan menjadi dasar bagi konsep selanjutnya.
Pemahaman yang salah akan berakibat pada kesalahan pemahaman
10
2. Peranan Matemtika di Sekolah Dasar
Asep Jihad (2008: 153) mengemukakan bahwa pembelajaran
matematika di sekolah dasar mempunyai kedudukan atau peranan yang
penting, antara lain:
a. Menyiapkan siswa agar dapat memenuhi kebutuhan pokoknya
Dengan belajar matematika, orang akan semakin cermat dalam
memilih pekerjaan dan usaha yang tepat untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya, sehingga dapat memberi hasil yang memadai.
b. Memberi bekal kepada siswa agar dapat berkembang sesuai
bakatnya
Seperti telah diketahui bersama bahwa bakat anak-anak itu
berbeda-beda. Khususnya bagi siswa yang mempunyai bakat kuat
dan pintar dalam matematika. Anak-anak semacam ini perlu diberi
jalan agar dapat mencapai hasil maksimal sesuai dengan bakatnya.
c. Memberi bekal kepada siswa dengan pendidikan yang bermakna dan
produktif melalui pendidikan ketrampilan dan lingkungan
Setiap kegiatan ketrampilan melibatkan unsur matematika.
Misalnya seorang gadis akan menyulam dan hasilnya akan dijual di
dalam bazar. Maka ia harus tahu dengan tepat:
1) Harga material yang dipergunakan
2) Harga jual hasil sulamannya
11
Demikian pula halnya dengan penanganan masalah lingkungan
senantiasa berkaitan dengan matematika. Misalnya masalah
penggelontoran kali Surabaya yang menurut penelitian kadar
polusinya sudah dianggap berbahaya. Dalam hal ini yang berwenang
harus melakukan berbagai macam hal:
1) Menghitung jumlah air yang dibutuhkan
2) Menghitung jumlah areal sawah yang akan tidak mendapat
pengairan
3) Menghitung jumlah petugas pelaksana
Dengan kedua contoh sederhana di atas tampaklah dengan jelas
eratnya hubungan antara pengetahuan matematika dengan pekerjaan
yang berkaitan dengan ketrampilan dan lingkungan.
d. Menyiapkan siswa agar dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri
Dengan belajar matematika, siswa akan dapat mengatur
pendapatan dan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri
dalam kehidupan sehari-hari.
e. Menyiapkan siswa agar menjadi seorang pemikir yang hebat
Melalui pengajaran matematika yang baik di sekolah dasar,
maka akan dapat dibina calon-calon pemikir yang hebat dan
berbakat.
f. Mendidik siswa agar mencintai kebenaran dan kejujuran
Kejujuran dapat ditumbuhkan dengan membiasakan siswa
12
kembali ternyata hasil salah maka dengan tulus hati dan kejujuran
siswa yakin bahwa ia berbuat salah. Dengan demikian melalui
pelajaran matematika dapat melatih siswa untuk menanam kebenaran
dan kejujuran.
3. Pengertian Hasil Belajar
Nana Sudjana (2002: 22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Abdurrahaman (2009:14) hasil belajar adalah
hasil usaha yang diperoleh anak setelahmelalui kegiatan belajar. Dimyati
dan Mudjiono (2010: 200) hasil belajar yaitu tingkat keberhasilan yang
dicapai siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana
tingkat keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai berupa huruf
atau kata atau simbol. Nasution (2006: 36) mendefinisikan hasil belajar
adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Pendapat lain
mengenai hasil belajar dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2008: 38)
hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
seseorang yang dapat di amati dan di ukur meliputi tiga ranah, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4. Ranah Hasil Belajar
Tiga domain hasil belajar dalam taksonomi Anderson dan Krathwohl
dikelompokan menjadi tiga kelompok yang terdiri dari kognitif, afektif,
13
a. Kognitif
Aspek kognitif adalah ketrampilan yang ditandai dengan
kreativitas, kelincahan berpikir, dan memecahkan masalah.
Anderson dan Krathwohl (diterjemahkan oleh Prihantoro, 2010: 20)
bahwa pembagian aspek kognitif meliputi enam tingkatan pikiran
sebagai berikut:
1) Pengetahuan(C1)
Merupakan kemuampuan memanggil kembali fakta yang
disimpan dalam otak digunakan untuk merespon suatu masalah.
Ciri utama taraf ini adalah ingatan.
2) Pemahaman (C2)
Pemahaman merupakan kemampuan menangkap makna dari
suatu konsep.
3) Penerapan (C3)
Penerapan adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi
suatu konsep, ide, hukum, rumus, dalam situasi yang baru.
4) Analisis (C4)
Analisis adalah kesanggupan mengurai suatu integritas
(kesatuan yang utuh) menjadi unsure-unsur atau bagian-bagian
yang mempunyai arti, sehingga hirarkinya menjadi jelas.
5) Evaluasi (C5)
Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang
14
6) Kreasi(C6)
Kreasi atau menciptakan adalah menggabungkan unsur-unsur ke
dalam bentuk atau pola yang sebelumnya kurang jelas.
b. Afektif
Aspek afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Alex Shiran
(2008: 18) membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat,
sebagai berikut:
1) Receiving/Penerimaan
Penerimaan yaitu semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada peserta didik,
baik dalam bentuk masalah situasi atau gejala.
2) Responding/Jawaban
Yaitu reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang
datang dari luar.
3) Valuing/Menghayati nilai
Yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala
atau stimulus tersebut. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya
kesediaan menerima nilai.
4) Organization/Organisasi
Organisasi yaitu pengembangan nilai ke dalam satu sistem
organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan
nilai lain dan kemantapan, serta prioritas nilai yang telah
15
5) Characterization by a value/Internalisasi nilai
Internalisasi nilai adalah keterpaduan dari semua sistem nilai
yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya.
c. Psikomotorik
Alex Shiran (2008: 19) menguraikan hasil belajar aspek
psikomotor dalam berbagai taraf sebagai berikut ini:
1) Persepsi
Taraf pertama dalam melakukan kegiatan yang bersifat motorik
ialah menyadari tentang objek-objek, sifat atau
hubungan-hubungan melalui alat indera. Taraf ini mencakup kemampuan
menafsirkan rangsangan.
2) Kesiapan
Pada taraf ini terdapat kesiapan untuk melakukan suatu tindakan
atau untuk bereaksi terhadap suatu kejadian dengan cara-cara
tertentu. Kesiapan mencakup tiga aspek, yaitu: intelektual, fisik,
dan emosional.
3) Gerakan terbimbing
Taraf ini merupakan permulaan pengembangan ketrampilan
motorik, yang ditekankan adalah yang merupakan kemampuan
dari ketrampilan yang lebih kompleks. Gerak terbimbing adalah
16
4) Gerakan terbiasa
Gerak pada taraf ini peserta didik sudah yakin akan
kemampuannya dan sedikit terampil dalam melakukan suatu
perbuatan. Jadi peserta didik sudah berpegang pada suatu pola
tertentu.
5) Gerakan kompleks
Pada taraf ini peserta didik melakukan perbuatan motorik yang
kompleks, karena pola gerakan yang dituntut memang sudah
kompleks.
Dari uraian tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil
belajar matematika dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh siswa
melalui proses belajar matematika yang dinyatakan dalam bentuk angka
atau huruf yang diukur melalui tes pada siswa. Selain itu, sesuai dengan
pendapat Suharsimi Arikunto (2006: 121) bahwa karakteristik anak usia
SD baru sampai pada tahap (C3), belum sampai pada tahap analisa dan
seterusnya, maka dalam penelitian ini yang diukur hanya pada ranah
kognitif, yaitu C1, C2, dan C3 saja.
B. Kajian tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Sehubungan dengan pembelajaran matematika di sekolah dasar, guru
perlu memahami karakteristik siswa usia sekolah dasar secara mendalam.
Pemahaman guru mengenai karakteristik siswa yang dihadapinya dapat
17
pembelajaran dengan tepat. Keberhasilan proses pembelajaran diantaranya
juga ditentukan oleh ketepatan pemahaman guru terhadap perkembangan
siswanya. Pemahaman terhadap perkembangan siswa tersebut, dapat menjadi
dasar bagi pengembangan strategi dan metode dalam proses pembelajaran
sehingga membantu siswa mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan
perilaku-perilakunya ke arah yang lebih baik.
1. Klasifikasi Tingkat Perkembangan Berpikir Anak
Jean Piaget dalam Sri Subarinah (2006: 2) mengklasifikasikan
tingkat-tingkat perkembangan berpikir anak sebagai berikut:
a. Tahap Sensori Motorik (usia kurang dari 2 tahun)
b. Tahap Praoperasi (usia 2−7 tahun)
c. Tahap Operasi Kongret (usia 7−11 tahun)
d. Tahap Operasi Formal (usia 11 tahun keatas)
Berdasarkan klasifikasi di atas, pada tahap operasi konkret banyak
ahli memasukkan tahap ini sebagai tahap perkembangan intelektual.
Dimana dalam tahap ini anak sudah dapat berpikir secara logis serta
membuat keputusan tentang apa yang dihubungkannya secara logis.
Masa perkembangan intelektual meliputi masa siap bersekolah dan masa
anak bersekolah, yaitu umur 7 sampai 12 tahun.
2. Karakteristik Masa Kanak-kanak Kelas Tinggi
Syaiful Bahri Djamarah (2002: 90) membagi masa kanak-kanak di
sekolah dasar dibagi menjadi dua, yaitu masa kanak-kanak kelas rendah
18
sekolah dasar mempunyai beberapa sifat khas, antara lain sebagai
berikut:
a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
b. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.
c. Ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.
d. Anak-anak pada masa ini masih gemar bermain dan membentuk
kelompok sebaya.
Salah satu karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu anak masih
gemar bermain. Oleh karenanya pembelajaran matematika di SD
sebaiknya dilakukan dengan menggunakan permainan, supaya siswa
lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran matematika dan
pembelajaran matematika juga tidak terkesan membosankan bagi siswa.
Apabila siswa merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran matematika,
hal ini menyebabkan siswa tidak dapat menyerap secara maksimal materi
yang telah diajarkan oleh guru dan menyebabkan siswa mengalami
kesulitan ketika sedang mengerjakan soal-soal ulangan yang pada
akhirnya menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa karakteristik anak usia sekolah dasar
pada umumnya masih senang bermain, maka dalam penelitian ini salah satu
alternatif cara yang dapat digunakan oleh guru adalah dengan menerapkan
19
C. Kajian tentang Model Pembelajaran Talking Stick
1. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick
Slavin (diterjemahkan oleh Nurlilita, 2008: 6) mengemukakan
bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi
pelajaran. Isjoni (2009: 8) model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang memberi siswa untuk berkomunikasi dan berinteraksi
sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agus
Suprijono (2009:54) pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan
oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan
serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk
membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru
biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Adapun karakteristik pembelajaran kooperatif yang dikemukakan
oleh Slavin (Isjoni, 2009: 33) antara lain:
a. Pertanggungjawaban individu, pada semua aktivitas secara individu
siap menghadapi tes dan tugas secara mandiri.
b. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan, semua siswa
baik yang berprestasi rendah, sedang atau tinggi memperoleh
20
c. Pembelajaran yang menyenangkan, membuat siswa tidak merasa
tertekan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
3. Tipe Model Pembelajaran Kooperatif
Trianto (2009:22) mengemukakan beberapa tipe dalam pembelajaran
kooperatif, antara lain:
a. TAI (Team Assited Individualization atau Team Accelerated
Instruction)
Dalam TAI, siswa mengikuti tingkatan yang bersifat individual
berdasarkan tes penempatan, kemudian maju ke tahapan selanjutnya
berdasarkan tingkat kecepatan belajar. Rekan sekelompok
memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan
memberikan bantuan. Tes secara individual diberikan diakhir unit
dan diberikan skor.
b. STAD (Student Team-Achievement Division)
Dalam STAD, semua siswa dalam anggota tim mengerjakan kuis.
Kemudian poin yang didapat tiap-tiap siswa dijumlahkan untuk
memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kiteria
tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya.
c. TGT (Teams Games-Tournament)
Secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal, yaitu
TGT menggunakan turnamen akademik, dimana para siswa
berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang
21
d. Jigsaw
Dalam teknik ini, tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk
menjadi “ahli” dalam aspek tertentu. Setelah membaca materinya,
para ahli dari tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan topik yang
sedang mereka bahas, lalu mereka kembali kepada timnya untuk
mengajarkan topik mereka itu kepada teman satu timnya.
4. Model Pendukung Pembelajaran Kooperatif
Agus Suprijono (2009: 102) mengemukakan ada beberapa model
pendukung dalam pembelajaran kooperatif, antara lain:
a. PQ4R (Preview Question Read Reflect Recite Review)
Inti dari model pembelajaran ini adalah peserta didik mampu
merumuskan kesimpulan sebagai jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukannya.
b. Concept Mapping
Dalam model ini, para peserta didik mendapatkan
potongan-potongan kartu yang bertuliskan konsep-konsep utama yang
kemudian peserta didik membuat garis penghubung antar
konsep-konsep tersebut.
c. Guided Note Taking
Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan handout. Kemudian
bagian-bagian handout yang kosong diisi oleh peserta didik dan
22
d. Talking Stick
Dalam model ini, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
sebuah tongkat dan setiap peserta didik yang memegang tongkat
diwajibkan untuk menjawab pertanyaan dari guru.
5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Salah satu model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran talking stick. Adapun langkah-langkah dari model
pembelajaran talking stick (Miftahul Huda, 2013: 225) adalah sebagai
berikut:
a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
b. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ± 30 cm.
c. Guru menjelaskan materi pokok yang dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan
mempelajarinya lagi.
d. Siswa berdiskusi membahas masalah yang berkaitan dengan materi.
e. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran, mempelajari,
dan mendiskusikannya, guru mempersilahkan anggota kelompok
untuk menutup semua buku bacaan.
f. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa,
kemudian siswa yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
23
h. Guru melakukan evaluasi atau penilaian.
i. Guru menutup pembelajaran.
Agus Suprijono (2009: 109) menyebutkan langkah-langkah dalam
menerapkan model talking stick adalah sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan sebuah tongkat untuk media pembelajarannya.
b. Guru menyiapkan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan teks atau materi tersebut kepada siswa untuk dipahami.
c. Setelah selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya,
guru mempersilahkan siswa untuk menutup isi bacaan.
d. Siswa membentuk lingkaran, kemudian guru mengambil tongkat.
e. Siswa diajak menyanyikan sebuah lagu sebagai awal mula tongkat
berputar.
f. Ketika lagu berakhir, siswa yang memegang tongkat diwajibkan
menjawab pertanyaan dari guru dan mengerjakannya di papan tulis,
sementara siswa yang lain kembali ke tempat duduk masing-masing
ikut mengerjakan.
g. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran.
Berdasarkan beberapa langkah-langkah model pembelajaran talking
stick yang dikemukakan, penelitian ini menggunakan langkah-langkah
yang memadukan dari kedua pendapat tersebut yaitu:
a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
24
c. Guru menjelaskan materi pokok yang dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan
mempelajarinya lagi.
d. Siswa berdiskusi membahas masalah yang berkaitan dengan materi.
e. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran, mempelajari,
dan mendiskusikannya, guru mempersilahkan anggota kelompok
untuk menutup semua buku bacaan.
f. Siswa membentuk lingkaran, kemudian guru mengambil tongkat dan
siswa diajak menyanyikan sebuah lagu sebagai awal mula tongkat
berputar.
g. Ketika lagu berakhir, siswa yang memegang tongkat diwajibkan
menjawab pertanyaan dari guru dan mengerjakan di papan tulis,
sementara siswa yang lain kembali ke tempat duduk masing-masing
dan ikut mengerjakan. Demikian seterusnya sampai sebagian besar
siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
h. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran.
i. Guru melakukan evaluasi atau penilaian.
25
D. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Siti
Rahayu yang berjudul Penerapan Model Talking Stick untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SD N 1 Sudagaran, Banyumas
Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai
rata-rata kelas adalah 57,5. Siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar adalah
9 siswa atau sebesar 45% sedangkan yang belum mencapai ketuntasan belajar
sebanyak 11 siswa atau sebesar 55%. Setelah diadakan tindakan siklus I nilai
rata-rata siswa meningkat menjadi 65,25. Siswa yang mencapai ketuntasan
belajar sebanyak 13 siswa atau sebesar 65% dan siswa yang belum mencapai
ketuntasan belajar adalah 7 siswa atau sebesar 35%. Kemudian setelah
diadakan tindakan siklus II nilai-nilai rata-rata siswa meningkat menjadi
73,75. Siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 18 anak atau 90%
sedangkan yang belum mengalami ketuntasan adalah 2 anak atau sebesar
10%.
Selanjutnya penelitian milik Galih Dwiana Putra yang berjudul Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Model
Pembelajaran Talking Stick pada Siswa kelas IV SD N 3 Gunungpati Tahun
Ajaran 2011/2012. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nilai rata-rata
kelas adalah 55,79. Siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar adalah 15
siswa (55%), sedangkan yang belum sebanyak 12 siswa (45%). Setelah
diadakan tindakan siklus I, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 67,92.
26
yang belum tuntas adalah 10 siswa (37%). Kemudian setelah diadakan
tindakan siklus II, nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 79,59. Siswa yang
mencapai ketuntasan belajar sebanyak 23 siswa (85%), sedangkan yang
belum tuntas sebanyak 4 siswa (15%).
Dari penelitian diatas ada kesamaan dengan penelitian yang dilakukan,
persamaannya adalah sama-sama meneliti dengan mengunakan model talking
stick. Perbedaannya terletak pada tempat penelitian, maka sehubungan
dengan penelitian ini, peneliti mencoba mengobati permasalahan dengan
menggunakan model pembelajaran talking stick, tetapi pada tempat penelitian
27
E. Kerangka Pikir
Bagan kerangka pikir pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai
[image:44.612.137.538.144.679.2]berikut:
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian
Hasil belajar matematika siswa rendah, disebabkan siswa mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal-soal ulangan, guru mengajar
menggunakan metode ceramah.
Analisis hasil belajar matematika berdasarkan hasil ulangan harian materi perkalian dan pembagian bilangan
Siswa yang belum mencapai standar KKM (<65) adalah 8siswa dari 21 siswa dengan persentase sebesar 38%.
Siswa yang telah mencapai standar KKM (≥65) adalah 13 siswa dari 21 siswa dengan persentase sebesar 62%
Penerapan tahap-tahap model pembelajaran talking stick
- Siswa menjadi lebih tertarik mengikuti proses pembelajaran - Motivasi belajar siswa meningkat
- Siswa yang belum paham menjadi paham materi
28
Berdasarkan bagan di atas, dapat dijelaskan bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II masih rendah, hal ini
disebabkan siswa mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal-soal ulangan,
guru mengajar menggunakan metode ceramah, sehingga perlu dilakukan
analisis hasil belajarnya.
Setelah dilakukan analisis hasil belajar matematika berdasarkan hasil
ulangan harian siswa materi perkalian dan pembagian bilangan, dapat
diketahui berapa banyak siswa yang belum dapat mencapai KKM (nilainya
<65) dan berapa banyak siswa yang telah dapat mencapai KKM (nilainya
≥65). Siswa yang belum dapat mencapai KKM adalah 8 siswa dari 21 siswa dengan persentase 38%, dan siswa yang telah mencapai KKM adalah 13
siswa dari 21 siswa dengan persentase 62%. Kemudian pembelajaran
dilakukan dengan menerapkan tahap-tahap pembelajaran talking stick.
Pembelajaran dengan menggunakan model talking stick membuat siswa
menjadi lebih tertarik mengikuti proses pembelajaran, motivasi belajar siswa
meningkat, dan siswa yang belum paham menjadi paham materi. Melalui
model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II.
Berdasarkan uraian di atas, maka model pembelajaran talking stick juga
dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas IV SD N Suryodiningratan
29
F. Hipotesis Tindakan
Setelah peneliti melakukan kajian teori serta berdasarkan ditemukannya
penelitian yang relevan, kemudian peneliti merumuskan hipotesis tindakan
dalam penelitian ini yaitu bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran
talking stick secara tepat, dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa
kelas IV SD N Suryodiningratan II Tahun Ajaran 2015/2016.
G. Definisi Operasional Variabel
1. Model pembelajaran talking stick yang dimaksud dalam penelitian ini
merupakan model pembelajaran dengan bantuan tongkat, dimana siswa
yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah
mereka mempelajari materi pokoknya. Kegiatan ini diulang
terus-menerus sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab
pertanyaan dari guru.
2. Hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai
yang diperoleh siswa melalui proses belajar matematika tentang materi
KPK & FPB, dan penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa yang
dinyatakan dalam bentuk angka diukur melalui tes pada siswa dan hanya
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah PTK. Ciri utama dari penelitian tindakan
kelas adalah memperbaiki pelaksanaan praktik pendidikan khususnya
dalam pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas ini merupakan
penelitian tindakan kolaboratif. Penelitian tindakan kolaboratif
merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan
perbaikan yang diinginkan. Upaya perbaikan proses dan hasil
pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti, tetapi ia harus
berkolaborasi dengan guru. Dalam hal ini guru bertindak sebagai
pelaksana tindakan (pengajar) dan peneliti bertindak sebagai observer
serta perancang tindakan.
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan permasalahan pada siswa
kelas IV SD Suryodiningratan II yaitu hasil belajar matematika siswa
masih rendah. Peneliti bermaksud memecahkan permasalahan tersebut
dengan cara melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action
research) melalui model pembelajaran Talking Stick untuk meningkatkan
hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II,
2. Model Peneliti
Model pen
sebuah peneliti
model Kemmis
perencanan, tin
gambaran secar
[image:48.612.176.497.259.407.2]model Kemmis
Gambar 2. Peneliti
Berikut pen
a. Perencanaa
Pada t
yang selanj
Penjelasan
sebagai ber
1) Menem
a) Pa
aw
me
31
itian
enelitian adalah suatu gambaran yang dilakuk
itian. Dalam penelitian ini, model yang digunak
is & Mc Taggart dalam bentuk spiral yang t
tindakan, observasi, dan refleksi. Berikut ini m
ara visual tahapan pada setiap siklus dari desain
is & Mc. Taggart. :
litian Tindakan Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart
enjelasan dari masing-masing tahap dalam peneli
aan
tahap ini dimulai dari penemuan masalah terleb
anjutnya peneliti merancang tindakan yang akan
n secara rinci terkait langkah-langkah pada tahap
erikut:
emukan permasalahan yang terdapat di lapangan,
Pada tahap ini, sebelumnya peneliti melakukan
awal dan diskusi terlebih dahulu dengan guru k
mengetahui permasalahan apa yang terdapat dal
ukan dalam
akan adalah
terdiri dari
i merupakan
in penelitian
itian ini:
lebih dahulu,
n dilakukan.
ap ini adalah
n, yaitu:
an observasi
kelas untuk
32
pembelajaran. Dan dapat disimpulkan permasalahan yang
terdapat di lapangan pada penelitian ini adalah masih
rendahnya hasil belajar matematika siswa.
b) Selanjutnya bersama dengan guru kelas, peneliti mencoba
menganalisa terkait dengan masalah pembelajaran tersebut,
yaitu denganmenganalisa hasil ulangan harian.
c) Berdasarkan hasil analisa ulangan harian tersebut, maka
dapat diketahui siswa yang masih mengalami kesulitan
sehingga pembelajaran perlu ditindaklanjuti melalui
penerapan model pembelajaran talking stick yang berbeda
dari pembelajaran sebelumnya.
2) Merancang tindakan yang akan dilakukan.
Setelah permasalahan yang terjadi dapat diketahui dengan
jelas, selanjutnya peneliti bersama guru menyusun rencana
mengenai tindakan apa yang sebaiknya dilakukan untuk dapat
memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa
sebagai solusi dari permasalahan yang ada.
a) Peneliti terlebih dahulu menentukan alternatif tindakan
yang akan dilakukan agar dapat mengatasi masalah yang
terdapat pada pembelajaran matematika. Solusi yang
diberikan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
33
b) Melakukan kegiatan pra siklus yaitu memberikan soal
pre-tes kepada siswa terkait materi yang telah disampaikan oleh
guru. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) terkait langkah-langkah pembelajaran
talking stick pada siklus I.
c) Peneliti menyiapkan instrumen penelitian.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting), dan Observasi
1) Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran melalui
model pembelajaran talking stick . Guru yang melaksanakan
pembelajaran adalah guru kelas IV. Selama pembelajaran
berlangsung, guru mengajar berdasarkan RPP yang telah
disusun. Sementara itu peneliti mengamati aktivitas saat
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti sebelumnya.
2) Observasi
Observasi dilakukan pada saat tindakan sedang
dilaksanakan. Observer melakukan observasi terhadap tindakan
yang dilakukan dengan mengisi kolom-kolom pada lembar
observasi sesuai dengan petunjuk pengisian. Observer
menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan untuk
34
proses pembelajaran sehingga akan dapat diperbaiki pada siklus
berikutnya.
c. Refleksi
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan menganalisis data
yang diperoleh selama observasi, yaitu data yang diperoleh dari
lembar observasi. Refleksi bertujuan untuk mengetahui
kekurangan-kekurangan yang terjadi selama pembelajaran dan kemudian
memikirkan kemungkinan yang menjadi penyebab kekurangan yang
terdapat pada hasil observasi. Hasil observasi tersebut dianalisis
penyebab kekurangannya yang kemudian menentukan
langkah-langkah perbaikan yang akan diterapkan pada siklus selanjutnya.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II,
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 sebanyak 21 siswa, terdiri dari 12 siswa
laki-laki dan 9 siswa perempuan. Adapun objek dalam penelitian ini adalah
hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N Suryodiningratan II,
Yogyakarta.
C. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD N Suryodiningratan II
35
Suryodiningratan Mantrijeron, Yogyakarta 55141. SD N
Suryodiningratan II mempunyai beberapa fasilitas, antara lain yaitu ruang
kepala sekolah, ruang guru, ruang tamu, ruang kelas untuk kegiatan
proses pembelajaran, perpustakaan, UKS, koperasi sekolah, ruang alat
olahraga, kamar mandi, kantin, halaman parkir guru dan siswa. SD N
Suryodiningratan II dipimpin oleh seorang kepala sekolah, beliau
bernama Ibu Sri Wahyuni, S.Pd.SD. Jumlah guru di sekolah ini
berjumlah 9 orang yang terdiri dari 6 orang guru kelas, 1 orang guru
Bahasa Inggris, 1 orang guru agama Islam, 1 orang guru olah raga. Selain
itu, juga terdapat seorang karyawan perpustakaan dan seorang penjaga
sekolah.
Pada penelitian ini, peneliti memilih kelas IV dengan jumlah
keseluruhan siswa yaitu 21 siswa yang terdiri dari 12 laki-laki dan 9
perempuan sebagai subjek penelitian. Proses pembelajaran dilaksanakan
oleh seorang guru kelas IV yaituIbu Ima, S.Pd dan peneliti berkolaborasi
dengan beliau dengan tujuan untuk meningkatan hasil belajar matematika
siswa dan demi kemajuan sekolah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakasanakan pada semester I tahun ajaran 2015/2016,
36
D. Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini prosedur penelitian terdiri dari dua siklus. Berikut ini
merupakan penjelasan secara rinci mengenai prosedur penelitian dalam
penelitian ini:
1. Pratindakan (Pra Siklus)
Pratindakan atau pra siklus merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk mendukung pelaksanaan tindakan agar dapat berjalan dengan
lancar dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berikut ini merupakan
pratindakan (pra siklus) dalam penelitian ini:
a. Sebagai studi pendahuluan, peneliti bersama guru terlebih dahulu
melakukan analisa terhadap hasil ulangan harian siswa. Dari hasil
ulangan harian tersebut diperoleh 8 siswa dari total 21 siswa yang
nilainya masih di bawah KKM dan dapat disimpulkan bahwa
persentase ketuntasan belajar siswa hanya sebesar 62%. Kemudian
untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hasil belajar siswa, peneliti
bersama guru melakukan pre-test. Berdasarkan hasil pre-test
tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada 10 siswa yang masih
memperoleh nilai dibawah KKM sehingga persentase ketuntasan
hasil belajar siswa hanya sebesar 52%. Berdasarkan hasil data yang
telah diperoleh tersebut membuktikan bahwa hasil belajar
matematika di kelas IV SD N Suryodiningratan II belum
37
b. Peneliti bersama guru menetapkan hasil analisa ulangan harian dan
hasil pre-tes sebagai data prasiklus tindakan penelitian.
2. Siklus I
a. Rencana Tindakan
Pada rencana tindakan siklus I ini, peneliti hanya sebagai
pengamat dan guru sebagai pelaksana tindakan. Pada tahap ini, ada
beberapa hal yang perlu dipersiapkan antara lain:
1) Menyusun RPP talking stick
2) Menyiapkan media, alat dan bahan yang sesuai dengan materi.
3) Menyusun lembar observasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan ini guru sebagai pelaksana
tindakan melaksanakan tindakan berdasarkan perencanaan yang
telah dibuat dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran dan
sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa, sedangkan peneliti hanya sebagai pengamat. Guru
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disiapkan oleh peneliti.
c. Observasi
Tahap observasi ini dilakukan oleh peneliti pada saat tindakan
sedang dilaksanakan oleh guru. Observasi merupakan kegiatan
mengamati pelaksanaan atau proses tindakan, pengaruh tindakan,
38
pelaksanaan tindakan. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati
kegiatan pembelajaran talking stick yang sedang berlangsung, dan
alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu berupa tes dan
lembar observasi.
d. Refleksi
Tahap refleksi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah
melaksanakan tindakan. Pada tahap ini peneliti dan guru
menganalisis seberapa jauh tindakan yang telah dilakukan dapat
menghasilkan perubahan. Kolaborasi yang dilakukan oleh peneliti
bersama dengan guru memberikan peranan penting dalam
memutuskan seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan dan
mendiskusikan mengenai hal-hal yang dirasa masih perlu untuk
diperbaiki atau dirasa cukup. Apabila masih terdapat kekurangan
atau kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang telah dilakukan,
maka peneliti dan guru mengatasinya dengan membuat perencanaan
kembali pada siklus selanjutnya.
3. Siklus II
Siklus II harus dilaksanakan apabila siklus I belum dapat memenuhi
indikator keberhasilan yang ditetapkan. Tahapan alur pada siklus II yaitu
hampir sama dengan tahapan pada alur siklus I. Letak perbedaannya
antara siklus II dengan siklus I adalah pada siklus II sudah ada perbaikan
39
tahapan dalam siklus II disusun secara lebih matang dengan
memperhatikan hasil refleksi dari siklus I.
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Tes
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan
untuk mengukur pengetahuan individu. Tes dalam penelitian ini yaitu tes
untuk mengukur hasil belajar matematika siswa. Tes dikerjakan siswa
secara individual yang diberikan pada tiap akhir siklus.
2. Metode Observasi
Lembar observasi digunakan sebagai pedoman untuk melakukan
pengamatan guna memperoleh data yang diinginkan. Lembar observasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang
digunakan untuk mengamati penerapan model pembelajaran talking stick.
Lembar observasi ini menggunakan skala Guttman yaitu berbentuk check
list dengan opsi pilihan ya atau tidak, serta disampingnya terdapat kolom
keterangan yang digunakan untuk mendeskripsikan proses yang teramati.
Selain dengan menggunakan lembar observasi, peneliti juga mengambil
40
bertujuan untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai
kegiatan pembelajarantalking stick.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah soal tes evaluasi tindakan untuk memperoleh data hasil belajar
siswa dan lembar observasi untuk memperoleh data berkaitan dengan
aktivitas proses pembelajaran.
1. Soal tes evaluasi tindakan
Pada penelitian ini, tes digunakan sebagai pedoman untuk
memperoleh data hasil belajar. Tes diberikan pada akhir siklus yang
digunakan untuk menunjukkan hasil belajar yang dicapai pada setiap
siklus bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar
siswa setelah menggunakan model pembelajaran talking stick didalam
pembelajaran matematika. Tes ini terdiri dari 20 soal di setiap siklusnya.
Berikut ini kisi-kisi instrumen tes evaluasi yang diberikan setelah
41
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Tes Matematika Tindakan Siklus I
Standar Kompetensi:
2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah Aspek Nomor Butir Soal Jumlah Butir Soal
Kompetensi Dasar Indikator
2.3 Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)
2.3.2 Menentukan KPK dari dua bilangan dengan benar
1, 3, 5, 6 4
2.3.3 Menentukan KPK dari tiga bilangan dengan benar
7, 8 2
2.3.4 Memecahkan masalah sehari-hari yang berhubungan dengan KPK
13, 14, 15, 16
4
2.3.5 Menentukan FPB dari dua bilangan dengan benar
2, 4, 9, 10 4
2.3.6 Menentukan FPB dari tiga bilangan dengan benar
11, 12 2
2.3.7 Memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan FPB
17, 18, 19, 20
4
[image:58.612.171.521.147.513.2]Jumlah 20
Tabel 3. Tingkatan Kognitif Tes Tindakan Siklus I
Tingkatan Taksonomi Bloom Nomor Soal
Pengetahuan (C1) 1, 2
Pemahaman (C2) 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12
42
3. Lembar observasi
Lembar observasi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
berfungsi sebagai petunjuk dalam melakukan pengamatan terhadap
aktivitas kegiatan siswa dan guru sesuai dengan perencanaan
pembelajaran (RPP). Adapun kisi-kisi lembar observasi dalam penelitian
43
Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Obesrvasi Guru
Aspek Indikator No.
Item
Jumlah Item 1. Pengelompokan
siswa
a. Pembentukan kelompok mencakup berbagai tingkat kemampuan siswa
1 2
b. Pembentukan kelompok mencakup dua jenis kelamin siswa
2
2. Belajar dalam kelompok (diskusi)
a. Kejelasan dalam menyampaikan tugas sebagai bahan diskusi kelompok
3 3
b. Memberi pengarahan kepada siswa jika
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas diskusi
4
c. Penggunaan media dalam diskusi kelompok untuk membantu siswa agar lebih mudah dalam memahami materi
5
3. Pelaksanaan permainan
talking stick
a. Kejelasan dalam menyampaikan aturan permainan talking stick
6 2
b. Memberi pengarahan kepada siswa jika
mengalami kesulitan dalam pelaksanaan permainan
talking stick
7
4. Evaluasi a. Kesesuaian soal-soal evaluasi dengan kisi-kisi soal
8 2
b. Kesesuaian tingkat kesulitan soal dengan alokasi waktu
9
44
Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa
Aspek Indikator No.
Item
Jumlah Item 1. Pengelompoka
n siswa
a. Penerimaan siswa terhadap kelompoknya
1 2
b. Kemampuan adaptasi siswa di dalam kelompok
2
2. Belajar dalam kelompok (diskusi)
a. Kerjasama siswa di dalam kelompok
3 3
b. Keaktifan bertanya dan menjawab siswa mengenai tugas yang didiskusikan di dalam kelompok
4
c. Tanggung jawab siswa dalam diskusi kelompok
5
3. Pelaksanaan permainan
talking stick
a. Perhatian siswa dalam pelaksanaan permainan
6 6
b. Ketertarikan siswa dalam mengikuti permainan
talking stick
7
c. Kekompakan siswa dalam pelaksanaan permainan
talking stick
8
d. Kejujuran siswa dalam pelaksanaan permainan