SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh :
PRIANTO VREDIAWAN
0913010190/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
JAWA TIMUR
Di Indonesia Periode 2007 – 2012
Disusun Oleh :
PRIANTO VREDIAWAN
0913010190/FE/EA
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal 13 Juni 2013
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama : Ketua
Drs. Ec. Eko Riyadi, M.Aks Drs. Ec. H. Muslimin, MSi Sekretaris
Dra. Ec. Siti Sundari, MSi Anggota
Drs. Ec. Eko Riyadi, M.Aks
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Analisis
Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Profitabilitas pada Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Periode 2007-2012”, dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian
persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di
Surabaya.
Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagagi pihak. Oleh karena
itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya:
1. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dany Ichsanudin, MSi, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. R.A. Suwaidi, Ms selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi
5. Bapak Drs. Ec. Eko Riyadi, M.Aks selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan,
pengarahan, dorongan, serta saran untuk penulis.
6. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Secara khusus dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih
sedalam-dalamnya kepada Ayah, Ibu, dan Kakak, beserta seluruh anggota keluarga
yang telah memberikan banyak dorongan, semangat serta doa restu, baik
secara moril maupun materiil.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
guna kesempurnaan usulan penelitian ini.
Semoga ALLAH SWT selalu melindungi, memberikan balasan dan segala
kebaikan atas semua bantuan kepada peneliti.
Akhir kata semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak demi kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi khususnya. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Surabaya, 20 Juni 2013
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
ABSTRAK... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….... 1
1.2 Perumusan Masalah ………... 8
1.3 Tujuan Penelitian ………... 9
1.4 Manfaat Penelitian ………... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ………... 11
2.2 Landasan Teori ………... 16
2.2.1 Pengertian Bank...………... 16
2.2.2 Pengertian Bank BUMN... 18
iv
2.2.4 Dasar Hukum... 19
2.2.5 Laporan Keuangan... 22
2.2.5.1 Pengertian Laporan keuangan... 22
2.2.5.2 Arti Penting Laporan Keuangan... 24
2.2.5.3 Pemakai Laporan Keuangan... 24
2.2.5..4 Tujuan Laporan Keuangan... 27
2.2.5.5 Komponen Laporan Keuangan Bank... 28
2.2.5.6 Penyajian Laporan Keuangan... 30
2.2.5.7 Keterbatasan Laporan Keuangan... 34
2.2.6 Analisa Laporan Keuangan... 35
2.2.7 Analisa Rasio Keuangan... 37
2.2.8 Kinerja Perusahaan... 38
2.2.8.1 Pengertian Kinerja Perusahaan... 38
2.2.8.2 Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan.... 40
2.2.8.3 Penilaian Kinerja Perusahaan... 40
2.2.8.4 Profitabilitas (ROA)... 41
2.2.9 Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode CAMEL ... 42
2.3 Kerangka pemikiran Rasio CAMEL dengan Probabilitas...…... 46
v
2.5 Hipotesis... 51
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel …………... 52
3.2 Teknik Penentuan Sampel... 56
3.3 Teknik Pengumpulan data... 57
3.3.1 Jenis Data……….……….…………. 57
3.3.2 Sumber Data………….……… 58
3.4 Uji Kualitas Data...……….……….. 58
3.4.1 Uji Normalitas... ……….………….. 58
3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 59
3.5.1 Uji Asumsi Klasik... 59
3.5.2 Teknik Analisis...…... 61
3.5.3 Uji Hipotesis... 62
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian... 65
4.1.1 Bank Rakyat Indonesia... 65
4.1.2 Bank Negara Indonesia... 66
4.1.3 Bank Tabungan Negara... 69
4.1.4 Bank Mandiri... 70
vi
4.2.1 CAR (Capital Adequancy Ratio)... 72
4.2.2 NPL (Non Performing Loan)... 75
4.2.3 NIM (Net Interest Margin)... 77
4.2.4 LDR (Loan to Deposit Ratio)... 79
4.2.5 Profitabilitas ROA (Return On Asset)... 81
4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis... 83
4.3.1 Uji Normalitas... 83
4.3.2 Uji Asumsi Klasik Regresi... 86
4.3.3 Analisis Regresi Linear Berganda... 88
4.3.4 Koefisien Determinasi ... 90
4.3.5 Uji Hipotesis... 91
4.3.5.1 Uji Hipotesis dengan Uji F... 91
4.3.5.2 Uji Hipotesis dengan Uji t... 92
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian... 93
4.5 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang 98
4.6 Keterbatasan penelitian... 100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN... 102
5.2 SARAN... 103
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 1.1 Hasil perhitungan Rata- rata Return On Assets Bank BUMN yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia...
6
Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang... 15
Tabel 3.1 Tahun Beroperasi Empat Bank BUMN di Indonesia... 57
Tabel 4.1 Data Capital Adequancy Ratio Pada Bank Rakyat Indonesia, Bank
Negara Indonesia, Bank Tabungan Negara, Bank Mandiri...
73
Tabel 4.2 Data Non Performing Loan Pada Bank Rakyat Indonesia, Bank
Negara Indonesia, Bank Tabungan Negara dan Bank Mandiri... 75
Tabel 4.3 Data Net Interest Margin Pada Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara
Indonesia, Bank Tabungan Negara, Bank Mandiri... 78
Tabel 4.4 Data Loan Deposit Ratio Pada Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara
Indonesia, Bank Tabungan Negara, Bank Mandiri...
80
Tabel 4.5 Data Return On Asset Pada Bank Rakyat Indonesia, bank Negara
Indonesia, Bank Tabungan Negara, Bank Mandiri...
82
Tabel 4.6 Test Normalitas... 84
Tabel 4.10 Pengaruh Regresi Antar Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat... 90
Tabel 4.11 Hasil Uji F... 91
Tabel 4.12 Hasil Uji T... 92
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Perkembangan ROA Bank BUMN... 6
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran... 51
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 : Perhitungan Rasio Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia,
Bank Tabungan Negara, dan Bank Mandiri Tahun 2007-2012
2 : Input Data
3 : Regresi Linier Berganda
4 : Tes Normalitas
By :
PRIANTO VREDIAWAN
ABSTRACT
Good management of national banks and national banking supervision tightened greatly to the success of the performance of banking itself. In the
The research was conducted at the General Board 4 Bank Owned (SOEs) in Indonesia, which consists of Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, Bang National Savings, and Bank Mandiri with secondary data financial reporting period 2007-2012. Tool used is regression analysis. Analysis results are then analyzed by the classical assumption test and F-test and t-test statistics.
OLEH :
PRIANTO VREDIAWAN
ABSTRAK
Pengelolaan perbankan nasional yang baik serta pengawasan perbankan nasional yang diperketat sangat menunjang keberhasilan kinerja perbankan itu sendiri. Dalam pengelolaan dalam perbankan sendiri harus dilakukan secara professional, sehingga dapat memperoleh keuntungan, seperti tujuan utama lainnya bank didirikan yaitu selain sebagai lembaga intermediasi dan penghimpun dana, bank memiliki tujuan untuk memperoleh laba secara berkelanjutan. Ketentuan BI tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dalam Surat Edaran No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang menjelaskan rasio CAMEL sebagai alat ukur tingkat kesehatan mengevaluasi kinerja bank.
Penelitian ini dilakukan pada 4 Bank Badan Umum Milik Negara (BUMN) di Indonesia yang terdiri dari Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, Bang Tabungan Negara, dan Bank Mandiri dengan data sekunder laporan keuangan periode tahun 2007-2012. Alat analisis yang digunakan adalah regresi. Hasil analisis tersebut kemudian dianalisis dengan uji asumsi klasik serta uji F dan uji t statistik.
Berdasarkan kesimpulan bahwa model regresi linier berganda yang dihasilkan sesuai untuk mengetahui pengaruh CAR (X1), NPL (X2), NIM (X3), dan LDR (X4) terhadap Profitabilitas ROA (Y). Hal ini diketahui dari uji F yaitu diperoleh tingkat signifikan sebesar 0,000 kurang dari 5% (sig < 0,05). Sedangkan, secara parsial CAR (X1) berpengaruh positif terhadap Profitabilitas ROA (Y) dengan menggunakan uji t dimana tingkat signifikan sebesar 0,026 kurang dari 5% (sig < 0,05), NIM (X2) berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas ROA (Y) dengan hasil signifikan 0,000 kurang dari 5% (sig < 0,05), NIM (X3) berpengaruh positif terhadap Profitabilitas ROA (Y) berasal dari tingkat signifikan 0,000 kurang dari 5% (sig < 0,05), dan LDR (X4) berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas ROA (Y) dengan hasil signifikan 0,000 kurang dari 5% (sig < 0,05).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada era globalisasi, dalam perekonomian tumbuh dan berkembang
berbagai macam lembaga keuangan.Salah satu diantara lembaga-lembaga
keuangan tersebut yang nampaknya paling besar peranannya dalam
perekonomian adalah lembaga keuangan bank, yang lazimnya disebut bank.
Sehingga lembaga ini berperan sebagai perantara keuangan (financial
intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan
pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit) serta sebagai lembaga
yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Disamping itu,
bank juga sebagai suatu industri yang dalam kegiatan usahanya
mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga mestinya tingkat
kesehatan bank perlu dipelihara. Kestabilan lembaga perbankan sangat
dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini tidak saja dilihat dari
jumlah uang yang beredar, namun juga dilihat dari jumlah bank yang ada
sebagai perangkat penyelenggaraan keuangan.
Perbankan merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam
utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya
(Kasmir, 2000).
Ditinjau dari segi kepemilikannya, bank dapat dibagi atas empat
kelompok (Kasmir, 2004) yaitu bank milik pemerintah (BUMN), bank milik
swasta nasional, bank milik asing, dan bank campuran. Keempat kelompok
bank ini dalam kenyataannya bersaing ketat untuk menunjukkan good
performance di mata publik. Untuk menilai kinerja perusahaan perbankan
umumnya digunakan proksi rasio keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa
proksi rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai tingkat kesehatan
bank.
Sektor perbankan dianggap sebagai roda penggerak perekonomian
suatu negara. Melalui kegiatan perkreditan dan jasa lain yang diberikan,
bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem
pembayaran bagi semua sistem perekonomian. Bank juga mempunyai peran
sebagai pelaksana kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas sistem
keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan. Dengan adanya sistem perbankan yang sehat maka
akan mendorong perekonomian negara. Sehat atau tidaknya suatu bank
tidak terlepas dari kinerja bank itu sendiri.
Tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas kondisi laporan
keuangan bank pada periode dan saat tertentu dengan standar Bank
keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca kondisi
bank yang sesungguhnya termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki.
Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu
periode. Dalam laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah
kekayaan (assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki. Kemudian juga
akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta
ekuitas (modal sendiri) yang dimilikinya. Kemudian laporan keuangan juga
memberikan informasi tentang hasil-hasil yang diperoleh bank dalam suatu
periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk
memperoleh hasil tersebut (Kasmir : 2000).
Untuk menilai kinerja perusahaan dapat menggunakan analisis laporan
keuangan. Analisis laporan keuangan dapat membantu para pelaku bisnis,
baik pemerintah maupun swasta serta para pemakai laporan keuangan
lainnya untuk menilai kondisi keuangan perbankan. Untuk menilai kinerja
perbankan umumnya menggunakan beberapa aspek penilaian yaitu capital,
assets quality, management,earning, liquidity. Aspek-aspek tersebut
menggunakan rasio-rasio keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa rasio
keuangan juga dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.
Kinerja perusahaan adalah pengukuran prestasi perusahaan yang
ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen
yang kompleks, karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal,
efisiensi dan rentabilitas kegiatan perusahaan (Meriewaty, 2005). Kinerja
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan diantaranya
adalah untuk menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan.
Dalam hal ini, Profitabilitas merupakan indikator yang dapat digunakan
sebagai ukuran dari prestasi atau kinerja yang dicapai oleh perusahaan
perbankan. Return on Assets (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh earning dalam kegiatan operasi perusahaan dengan
memanfaatkan aktiva yang di milikinya. Sehingga dalam penelitian ini ROA
digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan. Tujuan utama operasional
bank adalah mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. ROA penting
bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilkinya. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk
menghasilkan/memperoleh laba secara efektif dan efisien. Profitabilitas
yang digunakan adalah ROA karena dapat memperhitungkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dimilikinya untuk
menghasilkan income. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi
bank tersebut dari segi penggunaan asset. (Dendawijaya : 2005)
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva
bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan
pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana
adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal
yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan risiko, missal kredit yang diberikan (Dendawijaya : 2005).
Hubungan antara CAR dan ROA suatu bank adalah positif, dimana jika
CAR suatu bank meningkat maka ROA akan meningkat juga. Standar
besarnya CAR adalah sebesar 8%. Tahun 2007 Bank Indonesia
mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/13/PBI/2007 tentang
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dengan Memperhitungkan Risiko
Pasar, dan Tahun 2004 Bank Indonesia menentukan presentase Giro Wajib
Minimum (GWM) yang disesuaikan dengan besarnya Dana Pihak Ketiga
(DPK). Modal bank merupakan alat pendorong kegiatan operasional bank.
Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban penyediaan modal inti
minimum bank umum sebesar Rp. 80 M pada akhir tahun 2007 dan
meningkat menjadi Rp. 100 M pada akhir tahun 2010.
Mengingat begitu pentingnya peranan perbankan di Indonesia maka
pihak bank perlu meningkatkan kinerjanya agar tercipta perbankan yang
sehat dan efisien, berikut hasil perhitungan Return On Assets Perusahaan
Tabel 1.1 : Hasil perhitungan Rata- rata Return On Assets Bank BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sumber : Indonesian Capital Market Directories (Diolah)
Gambar 1.1 : Grafik Perkembangan ROA Bank BUMN
Dilihat dari perkembangan Return On Asset perhitungan di atas yang
dimiliki oleh bank-bank milik pemerintah mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Kinerja Bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
mengalami peningkatan yang konsisten dari tahun ketahun. Hal ini dapat
diliat dari grafik perkembangan ROA Bank BUMN yang mengalami
peningkatan sejak tahun 2007 – 2012.
Penilaian kinerja perusahaan bagi manajemen dapat diartikan sebagai
digunakan sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai dalam suatu
perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan, baik oleh 7
manajemen, pemegang saham, pemerintah, maupun pihak lain yang
berkepentingan dan terkait dengan distribusi kesejahteraan di antara mereka,
tidak terkecuali perbankan.
Berdasarkan ketentuan perundang – undangan tentang perbankan.
Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia
No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 yang mengatur tentang Tata Cara
Penilaian Tingkat kesehatan Bank. Ketentuan ini merupakan
penyempurnaan dari ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia dengan
surat edaran No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Untuk menilai kinerja
perbankan umumnya digunakan lima aspek penilaian, yaitu CAMEL (1)
Capital, merupakan rasio kecukupan permodalan. (2) Assets Quality,
merupakan rasio kualitas aktiva. (3) Management, digunakan untuk menilai
kualitas manajemen. (4) Earning, merupakan rasio rentabilitas bank. (5)
Liquidity, merupakan rasio likuiditas bank. Karena laba sebagai proksi dari
kinerja, maka laporan keuangan menempati posisi dominant sebagai alat
untuk mengevaluasi kinerja perusahaan.
Dalam kamus perbankan ( Institut Bankir Indonesia 1999 ) CAMEL
adalah aspek yang berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank yang
berpengaruh juga terhadap kondisi suatu kesehatan bank. CAMEL
merupakan tolak ukur objek pemeriksaan bank yang dilakukan oleh
Penelitian rasio tersebut telah dilakukan oleh beberapa peneliti
diantaranya, Merkusiwati (2007) CAMEL pada tahun 1996-2000
berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 1998-2001. CAMEL pada
tahun 1997 tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 1998.
CAMEL pada tahun 1999 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun
2000. CAMEL pada tahun 2000 berpengaruh signifikan terhadap ROA
tahun 2001. Linna (2008), melakukan penelitian dengan variabel CAMELS
terhadap pertumbuhan laba. Hasil yang didapat secara bersama-sama
variabel tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan,
secara parsial hanya variabel ROA dan LDR yang tidak memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan laba. Erna (2010), melakukan penelitian dengan
variabel CAR, NIM, KAP, LDR, BOPO dan ROA terhadap perubahan laba.
Hasil yang didapat hanya rasio LDR yang memiliki pengaruh terhadap
perubahan laba. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti
mengambil judul “Analisis Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap
Profitabilitas Pada BANK Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Di Indonesia Periode 2007 - 2012”
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan judul dan latar belakang yang telah diuraikan diatas,
maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah:
Apakah variabel–variabel CAMEL dapat mempengaruhi profitabilitas
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan permasalahan yang di ajukan, tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh analisis
CAMEL terhadap Profitabilitas pada Bank BUMN di Indonesia periode
2007 – 2012.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai penerapan Peraturan Bank Indonesia Nomor
6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 mengenai Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 38, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4382).
b. Sebagai wacana tambahan yang diharapkan dapat berguna bagi
civitas akademis dengan memberikan pengetahuan mengenai
profitabilitas Bank BUMN.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pengelola Bank
Sebagai pertimbangan pengelola bank dalam mengambil
keputusan perbaikan peningkatan kualitas pelayanan nasabah
b. Bagi Investor
Sebagai informasi untuk meningkatkan kepercayaan dan
pertimbangan masyarakat / investor terhadap Bank BUMN.
c. Bagi Akademis
Sebagai media untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh di
2.1. PENELITIAN TERDAHULU 1. Merkusiwati (2007)
Judul : “Evaluasi Pengaruh Camel Terhadap Kinerja Perusahaan”
Perumusan Masalah :
1. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997 – 2000 terhadap
kinerja perusahaan (ROA) tahun 1998 - 2001?
2. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997 terhadap kinerja
perusahaan (ROA) tahun 1998?
3. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1998 terhadap kinerja
perusahaan (ROA) tahun 1999?
4. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1997 terhadap kinerja
perusahaan (ROA) tahun 2000?
5. Bagaimanakah pengaruh CAMEL tahun 1998 terhadap kinerja
perusahaan (ROA) tahun 2001?
Hasil Penelitian :
1. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan
Liquidity (CAMEL) pada tahun 1997 – 2000 berpengaruh
2. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan
Liquidity (CAMEL) pada tahun 1997 tidak berpengaruh
signifikan terhadap Return On Asset (ROA) tahun 1998.
3. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan
Liquidity (CAMEL) pada tahun 1998 berpengaruh signifikan
terhadap Return On Asset (ROA) tahun 1999.
4. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan
Liquidity (CAMEL) pada tahun 1999 berpengaruh signifikan
terhadap Return On Asset (ROA) tahun 2000.
5. Rasio Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan
Liquidity (CAMEL) pada tahun 2000 tidak berpengaruh
signifikan terhadap Return On Asset (ROA) tahun 2001.
2. Yuliani (2007)
Judul : “Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas
pada Sektor Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta”.
Perumusan Masalah : Bagaimana hubungan antara tingkat efisiensi
operasional terhadap kinerja profitabilitas untuk perusahaan
perbankan go public di Indonesia?
Hasil Penelitian :
Variabel MSDN, BOPO, CAR, dan LDR secara
bersama-sama/simultan mampu memberikan kontribusi terhadap variabel
berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan MSDN dan LDR
tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.
3. Vesadianti (2009)
Judul : Analisis Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Kinerja
Profitabilitas pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2005 –
2008
Perumusan Masalah : Apakah variabel–variabel CAMEL dapat
mempengaruhi kinerja profitabilitas pada Bank Umum Syariah di
Indonesia?
Hasil Penelitian : Rasio CAMEL periode 2005-2008 berpengaruh
secara simultan terhadap ROA. Tetapi secara parsial tidak
berpengaruh terhadap ROA kecuali rasio Earning NOM.
4. Mapantau (2012)
Judul : Analisis Laporan Keuangan Berdasarkan Metode Vertikal -
Horizontal dan Rasio Keuangan untuk Mengevaluasi Kinerja
Keuangan Perbankan Pada Bank BUMN periode 2008-2010.
Perumusan Masalah :
1. Apakah kinerja keuangan bank BUMN (BRI, BNI, Bank
Mandiri dan BTN) optimal berdasarkan analisis
2. Bagaimana gambaran rasio keuangan bank BUMN(BRI, BNI,
BTN, dan Bank Mandiri) dan pengaruhnya terhadap ROA
selama periode 2008-2010?
Kesimpulan :
1. Berdasarkan analisis vertikal dapat disimpulkan bahwa indeks
neraca dan laporan laba rugi Bank BUMN optimal dan laporan
arus kas Bank BUMN cenderung tidak optimal karena arus kas
masuk Bank BUMN cenderung meningkat secara signifikan
sedangkan arus kas keluar cenderung tidak stabil, dimana
kadang angka indeks dari satu tahun ke tahun berikutnya
menurun drastis.
2. Berdasarkan analisis horizontal dapat disimpulkan bahwa neraca
dan laporan laba rugi Bank BUMN optimal sedangkan laporan
arus kas bank BUMN cenderung tidak optimal dimana masih
terdapat arus kas yang berfluktuatif.
3. Berdasarkan analisis rasio CA-EL dapat disimpulkan bahwa dari
segi Capital, Aset, dan Earning, Bank BUMN telah memenuhi
standar minimal Bank Indonesia. Bank Mandiri memiliki rasio
NIM dan NPL yang lebih baik dibandingkan Bank BRI, BNI
dan BTN. Bank BRI memiliki rasio ROA yang lebih tinggi
dibandingkan Bank Mandiri, BNI dan BTN. Bank BTN
memiliki rasio CAR yang lebih tinggi dibanding Bank BUMN
likuiditas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sedangkan
Bank BNI memiliki rasio NPL tertinggi di banding Bank
BUMN lainnya, akan tetapi rasio ini terus menurun dari tahun
2008-2010, hal ini berarti kredit bermasalah Bank BNI mulai
menurun dan Bank BNI terus berusaha memperbaiki kinerjanya,
dan memiliki berpengaruh secara signifikan terhadap ROA.
Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang
No Peneliti Judul Variabel (X) Variabel (Y)
1. Merkusiwati Evaluasi Pengaruh CAMEL terhadap Kinerja
2. Yuliani Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja
3. Vesadianti Analisis Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Kinerja
4. Mapantau Analisis Laporan Keuangan Berdasarkan Metode
5. Vrediawan Analisis Pengaruh Rasio
Berdasarkan persamaan dan perbedaan di atas maka dapat dikatakan bahwa
penelitian yang akan dilakukan merupakan pengembangan dari penelitian
terdahulu.
2.2 LANDASAN TEORI 2.2.1. Pengertian Bank
Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10
November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak (Kasmir, 2001 : 23).
Kasmir (2002) menyatakan bahwa bank secara sederhana dapat
diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana
tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya.
Secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk
berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik
fungsi bank dapat sebagai agent of trust, agent of development, dan agen of
1. Agen of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik
dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat
akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur
kepercayaan.
2. Agen of Development
Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat
diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil.
Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan
investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat
semua kegiatan investasi-distribusi-konsumsi berkaitan dengan
penggunaan uang.
3. Agen of Services
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana,
bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain
kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya
dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.
Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan
pokok perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya
2.2.2. Pengertian Bank BUMN
Bank BUMN adalah bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya
dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia. Sebelum terjadi krisis
moneter, jumlah bank BUMN di Indonesia cukup banyak, namun setelah
periode krisis moneter jumlah bank BUMN hanya empat buah, yaitu Bank
Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan
Nasional (BTN) dan Bank Mandiri yang beradal dari penggabungan Bank
Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor (Bank Exim), Bank Bumi Daya
(BBD) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo).
Operasi Bank BUMN tidak berbeda dengan bank umum lainnya.
Kegiatan utama bank ini tetap menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya dalam bentuk kredit. Sebelum ada deregulasi di bidang
moneter, bank BUMN memang mendapat perlakuan istimewa dari
pemerintah. Hal ini menyebabkan banyaknya kredit macet di bank
pemerintah tersebut. Namun, setelah adanya deregulasi, perlakuan istimewa
tersebut tidak ada lagi sehingga bank BUMN pun harus bisa berkompetisi
dana dari masyarakat.
2.2.3. Tujuan Bank BUMN
Tujuan didirikannya Bank BUMN antara lain:
1. Berperan serta dalam meningkatkan mutu industri perbankan di
Indonesia, memperlancar perputaran uang di masyarakat, menjadi
2. Memberikan tambahan penghasilan bagi pemegang saham melalui
dividen yang dibagikan sesuai keuntungan dna keputusan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
3. Memberikan bantuan di bidang permodalan dan mengamankan dana
masyarakat serta member jasa perbankan melalui pelayanan dan
kualitas yang terbaik, sehingga memberi nilai tambah yang wajar dan
terpeliharanya hubungan kemitraan dengan nasabah.
4. Memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bertujuan
meningkatkan Sektor Riil dan memberdayakan UKMK (Usaha Mikro,
Kecil, Menengah dan Koperasi). Kebijakan pengembangan dan
pemberdayaan UMKMK yang mencakup Peningkatan akses pada
sumber pembiayaan, pengembangan kewirausahan, peningkatan pasar
produk UMKMK, reformasi regulasi UMKMK.
2.2.4. Dasar Hukum
Ketentuan BI tentang Bank BUMN :
Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998
Tentang Perubahan Atas UU No. 7 TAHUN 1992 Tentang Perbankan.
Azas dan Prinsip-Prinsip Perbankan :
Pasal 2 UU No 7 tahun 1992 menetapkan bahwa Perbankan Indonesia
dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian. Untuk mempertegas makna asas
demokrasi ekonomi ini penjelasan umum dan penjelasan Pasal 2 berbunyi :
berdasarkan Pancasila dan undang-undang dasar 1945. Demokrasi ekonomi
ini tersimpul dalam Pasal 33 UUD 1945, yaitu perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Menurut Rochmat
Soemitro ( 1991: 185 ) pembangunan di bidang ekonomi yang didasarkan
pada demokrasi ekonomi menentukan masyarakat harus memegang peran
aktif dalam kegiatan pembangunan, memberikan pengarahan dan bimbingan
terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi
perkembangan dunia usaha.
Dalam hukum perbankan dikenal beberapa prinsip perbankan, yaitu
prinsip kepercayaan ( fiduciary relation principle ), prinsip kehati-hatian (
prudential principle ), prinsip kerahasiaan ( secrecy principle), dan prinsip
mengenal nasabah ( know how costumer principle ) .
1) Prinsip Kepercayaan ( fiduciary relationprinciple )
Prinsip kepercayaan adalah suatu asas yang melandasi hubungan
antara bank dan nasabah bank. Bank berusaha dari dana masyarakat
yang disimpan berdasarkan kepercayaan, sehingga setiap bank perlu
menjaga kesehatan banknya dengan tetap memelihara dan
mempertahankan kepercayaan masyarakat. Prinsip kepercayaan diatur
dalam Pasal 29 ayat (4) UU No 10 Tahun 1998.
2) Prinsip Kehatihatian ( prudential principle )
Prinsip kehati-hatian adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa
terutama dalam penyaluran dana kepada masyarakat harus sangat
berhati-hati. Tujuan dilakukannya prinsip kehati-hatian ini agar bank
selalu dalam keadaan sehat menjalankan usahanya dengan baik dan
mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku
di dunia perbankan. Prinsip kehati-hatian tertera dalam Pasal 2 dan
Pasal 29 ayat (2) UU No 10 tahun 1998.
3) Prinsip Kerahasiaan ( secrecy principle)
Prinsip kerahasiaan bank diatur dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal
47 A UU No 10 Tahun 1998. Menurut Pasal 40 bank wajib
merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya. Namun dalam ketentuan tersebut kewajiban
merahasiakan itu bukan tanpa pengecualian. Kewajiban merahasiakan
itu dikecualikan untuk dalam hal-hal untuk kepentingan pajak,
penyelesaian utang piutang bank yang sudah diserahkan kepada badan
Urusan Piutang dan Lelang / Panitia Urusan Piutang Negara
(UPLN/PUPN), untuk kepentingan pengadilan perkara pidana, dalam
perkara perdata antara bank dengan nasabah, dan dalam rangka tukar
menukar informasi antar bank.
4) Prinsip Mengenal Nasabah ( know how costumer principle )
Prinsip mengenal nasabah adalah prinsip yang diterapkan oleh bank
kegiatan transaksi nasabah termasuk melaporkan setiap transaksi yang
mencurigakan. Prinsip mengenal nasabah nasabah diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia No.3/10/PBI/2001 tentang Penerapan
Prinsip Mengenal nasabah. Tujuan yang hendak dicapai dalam
penerapan prinsip mengenal nasabah adalah meningkatkan peran
lembaga keuangan dengan berbagai kebijakan dalam menunjang
praktik lembaga keuangan, menghindari berbagai kemungkinan
lembaga keuangan dijadikan ajang tindak kejahatan dan aktivitas
illegal yang dilakukan nasabah, dan melindungi nama baik dan
reputasi lembaga keuangan.
Ketentuan BI tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum:
Surat Edaran No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum
Faktor-faktor penilaian tingkat Kesehatan Bank terdiri dari:
a. permodalan (capital);
b. Good Corporate Governance (GCG);
c. Profil risiko (risk profile));
d. rentabilitas (earning);
2.2.5. Laporan Keuangan
2.2.5.1Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan
untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau
mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan (Jumingan,
2006:4).
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana),
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya
informasi keuangan segmen industry dan geografis serta pengungkapan
pengaruh perubahan harga.
Menurut SAK (Standar Akuntansi Keuangan) (2009:3) tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Karakteristik laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat
informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat empat
karakteristik pokok yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat
2.2.5.2Arti Penting Laporan Keuangan
Laporan keuangan sangat perlu untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan
hanyalah sebagai ‘alat penguji’ dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi
untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja
tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi
keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisa tersebut pihak –
pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan. Jadi untuk
mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil – hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan tersebut perlu adanya laporan keuangan dari
perusahaan yang bersangkutan.
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akunt ansi yang dapat digunakan sebagai alat kom unikasi ant ara dat a keuangan at au akt ivit as suat u perusahaan dengan pihak – pihak yang berkepent ingan dengan dat a at au akt ivit as perusahaan t ersebut .
2.2.5.3Pemakai Laporan Keuangan
Laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kinerja
perusahaan hingga mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut.
Sebagai fungsi sumber informasi, laporan akan sangat diperlukan oleh
Kerangka Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan SAK
(Standar Akuntansi Keuangan) (2009:2), para pemakai dari laporan
keuangan meliputi:
1. Investor
Penanam Modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan
dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi
yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk
membantu menetukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual
investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang
memugkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk
membayar deviden.
2. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik
pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.
Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa,
imbalan pascakerja dan kesempatan kerja.
3. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskakn apakah jumlah yang
tertuang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha
berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih
pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan
utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
5. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam
perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan.
6. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah
kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena
itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga
membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan,
menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun
statistik pendapatan nasional dan statistic lainnya.
7. Masyarakat
Perusahaan memengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.
Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan
perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan
kecenderungan (tren) dan perkembanagn terakhir kemakmuran
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.2.5.4Tujuan Laporan Keuangan
Berikut tujuan laporan keuangan yang dikemukakan oleh Mamduh
(2004:79).
a. Menyajikan informasi sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
b. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk pemakai eksternal
untuk memperkirakan jumlah, waktu dan ketidakpastian (yang berarti
resiko) penerimaan kas yang berkaitan.
c. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk membantu pihak
eksternal untuk memperkirakan jumlah, waktu dan ketidakpastian
aliran kas masuk bersih perusahaan,
d. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi perusahaan
dan klaim-klaim atas sumber daya tersebut yang meliputi utang dan
modal saham.
e. Memberikan informasi mengenai prestasi perusahaan selama periode
tertentu untuk membantu pihak eksternal menentukan harapannya
mengenai prestasi perusahaan pada masa-masa mendatang atau
dengan kata lain memberikan informasi mengenai pendapatan dan
komponen-komponennya.
f. Memberikan informasi mengenai aliran kas perusahaan, bagaimana
pinjaman, mengenai transaksi permodalan termasuk dividen yang
dibayarkan dan mengenai faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi
likuiditas perusahaan.
2.2.5.5Komponen Laporan Keuangan BANK
Berikut ini merupakan komponen laporan keuangan pada bank:
1. Neraca
Neraca atau laporan posisi keuangan (bahasa Inggris:balance
sheet atau statement of financial position) adalah bagian dari laporan
keuangan suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi
yang menunjukkan posisi keuangan entitas tersebut pada akhir periode
tersebut. Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aset,liabilitas,
dan ekuitas.
2. Laporan Laba/Rugi Bank
Laporan laba/rugi bank (Profit and Loss Statement) atau lebih
dikenal juga dengan Income Statement dari suatu Bank umum adalah
suatu laporan keuanganbank yang menggambarkan pendapatan dan
biaya operasional dan nonoperasional bank serta keuntungan bersih
3. Laporan Kualitas Aktiva Produktif
Aktiva diartikan sebagai jasa yang akan datang dalam bentuk
uang atau jasa mendatang yang dapat ditukarkan menjadi uang
(kecuali jasa-jasa yang timbul dari kontrak yang belum dijalankan
kedua belah pihak secara sebanding) yang didalamnya terkandung
kepentingan yang bermanfaat yang dijamin menurut hukum atau
keadilan bagi orang atau sekelompok orang tertentu. Aktiva juga
diartikan sebagai manfaat ekonomi yang sangat mungkin diperoleh
atau dikendalikan oleh entitas tertentu pada masa mendatang sebagai
hasil transaksi atau kejadian masa lalu (Marianus Sinaga, 1997)
4. Laporan Komitmen & Kontigensi
Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) merupakan
bidang yang sangat luas.Untuk lebih memahami implikasi riset
akuntansi keperilakuan (behavioral accounting research/BAR)
terhadap pengembangan akuntansi manajemen (managerial
accounting), kajian akan dimulai dari perkembangan akuntansi
keperilakuan, akuntansi manajemen, riset akuntansi keperilakuan
dalam akuntansi manajemen, seperti budgeting, balanced scorecard
(BSC), just in time (JIT), total quality management, dan activity based
5. Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan bank merupakan suatu alat atau cara
yang palingumum digunakan dalam membuat analisis laporan
keuangan. Analisis rasiomenggambarkan hubungan matematis antara
suatu jumlah dengan jumlah lainnya.Karena penginterprestasikan
terhadap rasio – rasio ini cukup kompleks, makakeefektifan rasio
keuangan ini sebagai suatu alat analisis sangat tergantung
dankemampuan dan keahlian analisis dalam menginterprestasikannya.
2.2.5.6Penyajian Laporan Keuangan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 berisi tentang
penyajian laporan keuangan. Laporan keuangan adalah suatu penyajian
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Catatan
informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang
dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
Penyajian Laporan Keuangan meliputi:
1. Laporan Keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan;
kinerja keuangan; perubahan ekuitas; arus kas; perubahan investasi
terikat; sumber dan penggunaan dana disertai pengungkapan yang
2. Aktiva disajikan berdasarkan karateristiknya menurut urutan
likuiditas, kewajiban disejikan menurut urutan jatuh temponya, dan
investasi tidak terikat disajikan dalam unsure terendiri.
3. Saldo transaksi sehubungan dengan kegiatan operasi normal bank
disajikan dan diungkapkan secara terpisah antara pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa dengan pihak-pihak yang tidak
mempunyai hubungan yang istimewa. Dalam hal ini yang dimaksud
dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa termasuk
pihak-pihak yang terkait sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
4. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan dan beban menurut
karakteristiknya yang dikelompokkan secara berjenjang (multiple
step) dari kegiatan utama bank dan kegiatan lainnya.
5. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis
dengan urutan penyajian sesuai dengan komponen utamanya. Setiap
pos dalamkomponen laporan keuangan harus berkaitan dengan
informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan
atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
laporan keuangan, yang sifatnya memberikan penjelasan baik yang
bersifat kualitatif maupun kuantitatif terhadap laporan keuangan
pokok, sehingga laporan keuangan secara keseluruhan tidak akan
menyesatkan pembaca. Informasi yang diungkapkan dalam catatan
1) Gambaran umum bank;
2) Ikhtisar kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan;
3) Penjelasan atas pos-pos yang terdapat dalam setiap komponen
laporan keuangan; dan
4) Pengungkapan hal-hal penting lainnya yang berguna untuk
pengambilan keputusan
Dalam catatan atas laporan keuangan tidak diperkenankan
menggunakan kata “sebagian besar” untuk menggambarkan bagian
dari suatu jumlah tetapi harus dinyatakan dalam jumlah nominal atau
persentase.
6. Perubahan akuntansi wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Perubahan estimasi akuntansi
Estimasi akuntansi dapat diubah apabila terdapat perubahan
kondisi yang mendasarinya. Selain itu juga wajib diungkapkan
pengaruh material dari perubahan yang terjadi baik pada
periode berjalan maupun periode-periode berikutnya.
2) Perubahan kebijakan akuntansi
(1) Terdapat peraturan perundangan atau standar
akuntansi yang berbeda penerapannya; atau
(2) Diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan
menghasilkan penyajian kejadian atau transaksi yang
lebih sesuai dalam laporan keuangan.
b) Dampak perubahan kebijakan akuntansi harus
diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan
penyajian ulang untuk seluruh periode sajian dan
melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode
sajian.
c) Dalam hal perlakuan secara retrospektif dianggap tidak
praktis maka cukup diungkapkan alasannya atau
memngikuti ketentuan dalam PSAK yang berlaku apabila
terdapat aturan lain dalam ketentuan masa transisi pada
standar akuntansi keuangan baru.
3) Terdapat kesalahan mendasar
Koreksi kesalahan mendasar dilakukan secara retrospektif
dengan melakukan penyajian ulang untuk seluruh periode sajian
dalam melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode
7. Pada setiap lembar neraca; laporan laba rugi; laporan perubahan
ekuitas; laporan arus kas; laporan perubahan investasi terikat; laporan
sumber dan penggunaan dana harus diberi pernyataan “catatan atas
laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan
keuangan”.
8. Disamping hal-hal di atas, penyajian laporan keuangan bagi bank
wajib mengikuti ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia,
sedangkan bagi bank yang telah go public wajib pula mengikuti
ketentuan yang dikeluarkan oleh otoritas pasar modal.
2.2.5.7Keterbatasan Laporan Keuangan
Laporan keuangan juga memiliki beberapa keterbatasan yang perlu
diketahui, antara lain:
a. Laporan keuangan dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan
integritas report (laporan yang harus dibuat antara waktu tertentu
yang sifatnya sementara) dan bukan laporan yang final. Karena itu
jumlah dan hal-hal interim report ini terdapat pendapat pribadi yang
dilakukan oleh akuntan maupun manajemen.
b. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang
kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar
penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau
c. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi
keuangan nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu
dimana daya beli uang tersebut berubah dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya sehingga kenaikan volume penjualan yang
dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan unit yang dijual
semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan turunnya nilai uang
yang diikuti dengan kenaikan tingkat inflasi.
d. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai fakta yang
dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena
faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dalam satuan uang.
2.2.6 Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis
untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan
untuk mmenghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam
analisis bisnis. Analisis laporan keuangan mengurangi ketergantungan pada
firasat, tebakan, dan intuisi dalam pengambilan keputusan. Analisis ini
mengurangi ketidakpastian analisis bisnis dengan tidak mengurangi
perlunya penilaian ahli, namun menyediakan dasar yang sistematis dan
Kegiatan analisis laporan keuangan ini sangat berguna sebagai
informasi. Tujuan laporan Keuangan menurut Bernstein (1983) dalam buku
Harahap (1998:19) adalah sebagai berikut :
1. Screening
Analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi
perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.
2. Understanding
Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya.
3. Forcasting
Analisa digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di
masa yang akan datang.
4. Diagnosis
Analisa dimaksud untuk melihat kemungkinan adanya
masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau
masalah lain dalam perusahaan.
5. Evaluation
Analisa dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola
perusahaan.
Dengan kata lain, kegiatan analisa laporan keuangan akan dapat
memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan
akan terlihat dari tiap laporan keuangan yang merupakan kumpulan
2.2.7 Analisa Rasio Keuangan
Dalam melakukan analisa laporan keuangan biasanya membutuhkan
ukuran tertentu untuk mengukur dan menilai kinerja perusahaan. Ukuran
yang digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah berupa Rasio
Keuangan. Menurut Riyanto (2001:329), Rasio Keuangan merupakan alat
yang dinyatakan dalam “arithmetical terms” yang dapat digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara dua macam data finansiil.
Analisa rasio keuangan memiliki keunggulan dibanding teknik analisa
lainnya. Keunggulan (Harahap, 1998:298) tersebut adalah :
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih
mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi.
5. Menstandarisir size perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau “time
series”.
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di
Disamping keunggulan yang dimiliki analisa rasio ini, teknik ini juga
memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu
penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaannya. Adapun
keterbatasan analisa rasio itu adalah (Harahap, 1998:298-299):
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga
menjadi keterbatasan teknik ini seperti :
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan
menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar
akuntansi yang dipakai tidak sama. oleh karenanya jika dilakukan
perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
2.2.8 Kinerja Perusahaan
2.2.8.1Pengertian Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan tentang kondisi financial
perusahaan selama periode waktu tertentu. Kinerja bank ini merupakan
ukuran keberhasilan bagi direksi bank tersebut, sehingga apabila kinerja ini
buruk bukan tidak mungkin para direksi ini akan diganti dan kinerja ini juga
merupakan pedoman hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana
suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keuangan serta data
non keuangan lain.
Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan
perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi dan
karyawan berdasarkan sasaran, standard dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya (Mulyadi, 2000:415). Kinerja perusahaan dapat diukur dari
laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan
berupa neraca, rugi-laba, arus kas, dan perubahan modal yang secara
bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan
perusahaan. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan digunakan
investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan deviden dimasa
mendatang dan resiko atas penilaian tersebut (Weston dan Brigham, 1993)
Kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kinerja (perfomance)
adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Menurut
Machfoedz (1999) dalam jurnal Merkusiwati (2007), bahwa kinerja
keuangan dapat diukur dengan efisiensi, sedangkan efisiensi bisa diartikan
rasio perbandingan antara masukan dan keluaran. Dengan pengeluaran biaya
tertentu diharapkan dapat memperoleh hasil yang optimal atau dengan hasil
tertentu diharapkan mengeluarkan biaya seminimal mungkin. Mahfoedz
(1999) juga menerangkan bahwa kinerja keuangan perusahaan diukur
2.2.8.2Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan
Menurut Mulyadi (2001:416), penilaian kinerja dimanfaatkan oleh
manajemen untuk :
a. Mengelola operasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara umum.
b. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan,
seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.
c. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan
dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program
pelatihan karyawan.
d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilai kinerja mereka.
e. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
2.2.8.3Penilaian Kinerja Perusahaan
Ukuran kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan mengukur
kinerja kuantitatif terdapat tiga macam, yaitu: (Mulyadi, 2001:434-435)
a. Ukuran kriteria tunggal (Single Criterium)
Ukuran ini merupakan suatu ukuran untuk menilai kinerja yang hanya
menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer.
b. Ukuran kriteria beragam (Multiple Criterium)
Ukuran kriteria beragam merupakan cara untuk mengatasi kelemahan
ini adalah agar manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan
usahanya kepada berbagai kriteria kinerja.
c. Ukuran kriteria gabungan (Composite Criterium)
Ukuran ini merupakan ukuran kinerja yang menggunakan berbagai
macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dalam
pengukuran kinerja.
2.2.8.4Profitabilitas (ROA)
Dari keempat rasio diatas yang berkaitan dengan kepentingan analisis
profitabilitas perusahaan adalah dengan menggunakan Rasio Profitabilitas
berupa Return on Assets (ROA).
Pengembalian atas Aktiva (Return on Assets) digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh profitabilitas dan
manajeril efisiensi overal (Kasmir, 2000:281). ROA menunjukkan
kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income dari pengelolaan
asset yang dimiliki (Yuliani, 2007). ROA yang tinggi menunjukkan efisiensi
manajemen asset, yang berarti efisiensi manajemen dapat menciptakan laba
perusahaan (Hanafi dan Halim, 2005:85). ROA yang tinggi berarti
profitabilitas juga tinggi, maka perusahaan sukses dalam menghasilkan laba,
dengan pencapaian laba yang tinggi itulah investor dapat mengharapkan
keuntungan yang berasal dari distribusi bunga. Dan sebaliknya, ROA yang
rendah berarti profitabilitas perusahaan juga rendah, dengan rendahnya
mengalami penurunan tingkat laba. Begitu pula pendapat Yuliani (2007),
Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
kecil.
Return On Asset (ROA) atau yang sering disebut juga Return On
Investment (ROI) diperoleh dengan cara membandingkan net income
terhadap total asset. Rumus dari Rasio Return On Asset (ROA) adalah
sebagai berikut :
ROA = Laba bersih sebelum pajak X 100% Total aktiva
2.2.9 Penilaian Kesehatan Bank Menurut Metode CAMEL
Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal & mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku (Susilo, 2000:22). Kesehatan suatu bank
merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola
bank, masyarakat pengguna jasa bank. Pentingnya tingkat kesehatan ini
untuk perusahaan adalah dapat dipergunakan sebagai salah satu alat untuk
menetapkan strategi dan kebijakan yang akan datang untuk meningkatkan
efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga kemampuan untuk
potensi kebangkrutan. Selain itu dengan tingkat kesehatan keuangan, maka
akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua
kewajiban-kewajibannya.
Bank Indonesia sebagai pengawas bank di Indonesia, bertanggung
jawab untuk mengawasi rambu-rambu perbankan pada jalur yang benar dan
melakukan pengawasan prudential. Menurut Gandapraja (2004:34),
pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia tersebut dilakukan agar dapat
mengendalikan risiko yang timbul dan kegiatan bank, sehingga bisa
diharapkan terwujudnya bank yang aman dan sehat, serta mendukung
terciptanya keamanan dan kesehatan sistem perbankan. Wujud pengawasan
Bank Indonesia adalah dengan melakukan penilaian terhadap sehat atau
tidak sehatnya suatu bank dengan menggunakan pendekatan CAMEL, yaitu
Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity.
Penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank Indonesia yaitu
kepada bank-bank diharuskan membuat laporan baik yang bersifat rutin
maupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode
tertentu. Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank biasanya
menggunakan analisis CAMEL (Kasmir, 2008 : 50-53).Dalam penelitian ini
rasio yang digunakan adalah rasio berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
mengenai penilaian tingkat kesehatan bank, yaitu dengan rasio CAMEL
(capital(modal), asset quality (aktiva) modal (management),
masing-masing aspek tersebut meliputi : Komponen-komponen CAMEL sebagai
variabel pengukur kesehatan perbankan dijelaskan sebagai berikut :
1. Permodalan (capital)
Modal merupakan faktor yang penting dalam rangka pengembangan
usaha dan untuk menampung risiko kerugiannya. Modal berfungsi
untuk membiayai operasi, sebagai instrumen untuk mengantisipasi
rasio, dan sebagai alat untuk ekspansi usaha. Aspek permodalan
dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atau berapa modal bank
tersebut telah memadai untuk menunjang kebutuhannya (Merkusiwati,
2007).
Rasio Permodalan dapat dihitung dengan rumus berikut:
CAR = Modal
AktivaTer timbangMenur utRisiko 100 %
2. Kualitas Asset (asset quality)
Kualitas Aktiva Produktif (KAP) untuk memastikan kualitas asset
yang dimiliki bank dan nilai real dari asset tersebut. Kemerosotan
kualitas dan nilai asset merupakan sumber erosi terbesar bagi modal
bank (Gandapraja, 2004:34).
Rasio yang dapat dihitung adalah dengan rumus berikut:
3. Manajemen (management)
Untuk memastikan kualitas dan tingkat kedalaman penerapan prinsip
manajemen bank yang sehat, terutama yang terkait dengan manajemen
risiko. Manajemen yang kompeten dan memiliki integritas yang tinggi
merupakan ujung tombak atau pemeran terdepan dari pertahanan atas
risiko (Gandapraja, 2004:34).
Penilaian manajemen mencakup dua komponen, yaitu:
a. Manajemen umum, dimana manajemen umum ini meliputi :
strategis/sarana,struktur, system, sumber daya manusia,
kepemimpinan, dan budaya kerja. Dimana aspek tersebut
merupakan faktor-faktor yang turut mempengaruhi tingkat
kesehatan bank dalam operasionalnya.
b. Manajemen Risiko, meliputi Resiko likuiditas, resiko pasar,
resiko kredit, resiko pemilik dan pengurus. Resiko tersebut
merupakan suatu kendala yang apabila tidak diperhatikan dan
tidak dikendalikan akan mempengaruhi kesehatan bank.
Dalam mendapatkan nilai faktor manajemen ini adalah dengan
cara mengukur kemampuan keseluruhan manajemen bank melalui
pemberian pertanyaan dan dari pertanyaan tersebut akan dinilai sesuai
dengan skala yang telah ditentukan. Untuk pemberian pertanyaan
tersebut dipercayakan oleh Bank Indonesia. Sehingga dalam analisis