• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE QUANTUM LEARNING ANAK TUNANETRA KELAS IV SDLB NEGERI CANGAKAN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE QUANTUM LEARNING ANAK TUNANETRA KELAS IV SDLB NEGERI CANGAKAN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010 2011"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE QUANTUM LEARNINGANAK TUNANETRA KELAS IV

SDLB NEGERI CANGAKAN KARANGANYAR

TAHUN AJARAN 2010/2011

Skripsi

Oleh : Afti Lestari

K 5107002

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE QUANTUM LEARNINGANAK TUNANETRA KELAS IV

SDLB NEGERI CANGAKAN KARANGANYAR

TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh :

Afti Lestari K 5107002

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Afti Lestari. PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE QUANTUM LEARNING ANAK TUNANETRA KELAS IV SDLB NEGERI CANGAKAN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April, 2011.

Penelitian ini berkenaan dengan upaya meningkatkan prestasi belajar IPA anak tunanetra melalui metode Quantum Learning. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan prestasi belajar IPA setelah menerapkan metode Quantum Learning dalam pembelajaran anak tunanetra di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011. Metode Quantum Learning merupakan metode yang memberikan rasa nyaman dan menyenangkan saat pembelajaran. Quantum Learning merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Prestasi Belajar IPA adalah tingkat ilmu alam yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang berupa fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan kehidupan alam pada bahan kajian biologi, fisika, kimia dan ilmu alam semesta.

Penelitian ini berbentukClassroom Action Research/Penelitian Tindakan Kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian ini berupa kolaborasi atau kerjasama antara peneliti, guru, dan siswa. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas IV SDLB N Cangakan Karanganyar dan data berupa prestasi belajar IPA. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan dokumentasi. Untuk menguji validitas data penulis menggunakan triangulasi teknik dan review informan kunci. Teknis analisis yang digunakan adalah dengan analisis kritis dan analisis deskriptif komparatif. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis kritis sedangkan data yang berupa tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif komparatif, yakni membandingkan nilai tes antar siklus dengan indikator pencapaian.

(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Afti Lestari. IMPROVING LEARNING SCIENCE LEARNING

ACHIEVEMENT THROUGH QUANTUM LEARNING METHOD VISUAL

IMPAIRMENT CHILDREN IN CLASS IV SDLB N CANGAKAN

KARANGANYAR IN ACADEMIC YEAR 2010/2011. Thesis: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, January,2011.

The research is concerned with efforts to improve science learning achievement of children with visual impairments through Quantum Learning methods. The purpose this study was the increase in science achievement after applying the Quantum Learning methods in learning visual impairment children in SDLB N Cangakan Karanganyar in Academic Year 2010/2011. Quantum Learning Method is a method that gives a sense of comfort and fun when learning. Quantum Learning is the interaction that converts energy into light. Achievement learning science is the level of natural science who owned student in accept, rejecting, and assess information in the form of facts, concepts, and generalizations relating to natural life in study materials of biology, physics, chemistry and science of the universe.

This study belongs to a Clasroom Action Research involving an observation on the learning activity in the form of an action generated and occurring deliberately in a class collectively. This research is a collaboration or cooperation between the researcher, teacher, and student. The data source of research is the students in class IV SDLB N Cangakan Karanganyar and the data used the achievement learning science. Techniques of collecting data used were tests and documentation. The qualitative data was analyzed using critical analyzed descriptively and comparatively, by comparing the inter-cycles test values and the indicator of achievement.

(7)

commit to user

vii MOTTO

• “...hendaklah engkau bersikap tenang, maka sesungguhnya kebaikan itu dengan cara tidak tergesa– gesa”

(Terjemahan Hadis Riwayat Bukhari)

• “Dan sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan Kepada:

1. Ibu dan Nenekku, Suparni dan Wongso Sukarti atas pancaran doa dan kasih sayangnya.

2. Calon Suamiku, Ali Mustofa Effendi Ujianto, SH atas pancaran doa, kasih sayangnya, bantuannya serta motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi. 3. Adik-adikku dan sahabatku, Labib dan Lutfi

atas segala bantuan serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi, dan Retno yang selalu memberikan semangat.

4. Bapak dan Ibu Dosen PLB yang telah banyak memberikan ilmu.

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian;

2. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Prof. Dr.rer.nat. Sajidan, M.Si yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian;

3. Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Amir Fuady, M.Hum yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian;

4. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd dan sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi;

5. Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Abdul Salim Choiri, M.Kes;

6. Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Maryadi, M.Ag ;

7. Bapak Drs. R. Djatun, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi;

(10)

commit to user

x

9. Bapak Yusuf, selaku guru kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar yang telah banyak membantu, memberikan masukan serta kerjasama dalam bentuk kolaborasi dengan penulis dalam penelitian;

10. Seluruh bapak dan ibu guru SDLB Negeri Cangakan Karanganyar yang telah ikut memberikan semangat dan bantuan selama pelaksanaan penelitian;

11. Siswa kelas IV SDLB N Cangakan Karanganyar yang telah membantu pelaksanaan penelitian;

12. Sahabat-sahabatku (Retno, Dita, Miftah, Nurul, Mbak Nurul, Mbak Resti, Mas Vian, dan Mas Eko), terimakasih banyak untuk persaudaraan yang indah ini, terimakasih untuk semua nasehat-nasehat,dukungan dan semangatnya aku banyak belajar dari kalian semua;

13. Teman-teman PLB angkatan 2007yang memberikan semangat dan dukungan; 14. Keluargaku ( Bu Suparni, Nenekku, adik-adikku, dan Mas Ali ) yang

memberikan pancaran doa dan semangat;

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, April 2011

(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN ABSTRAK... v

HALAMAN ABSTRACT ... vi

HALAMAN MOTTO... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GRAFIK... xv

DAFTAR SKEMA ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI... 8

A. Tinjauan Pustaka... 8

1. Tinjauan Pengertian Anak Tunanetra ... 8

a. Pengertian Anak Tunanetra ... 8

b. KlasifikasiAnak Tunanetra ... 10

c. Faktor–Faktor Penyebab Ketunanetraan ... 11

d. Karakteristik Anak Tunanetra ... 16

e. Dampak Ketunanetraan ... 19

(12)

commit to user

xii

a. Pengertian Belajar……… 22

b. Pengertian Prestasi ... 23

c. Pengertian Prestasi Belajar ... 24

d. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 25

3. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam ... 28

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 28

b. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 30

c. Pembelajaran IPA di SD ... 31

d. Standar Isi Mata Pelajaran IPA Tingkat SD... 33

4. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar IPA ... 35

5. Tinjauan Tentang MetodeQuantum Learning... 36

a. PengertianQuantum Learning... 36

b. Faktor Yang Mendukung MetodeQuantum Learning ... 38

c. Penerapan MetodeQuantum Learningdalam Pembe-lajaran ... 40

d. Pengaruh MetodeQuantum Learning terhadap Prestasi Belajar IPA ... . 44

B. Penelitian yang Relevan ... 45

C. Kerangka Pikiran ... 46

D. Hipotesis Tindakan ... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 48

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

B. Pendekatan penelitian ... 49

C. Subjek Penelitian... 52

D. Data dan Sumber Data ... 52

E. Teknik-Teknik Pengumpulan Data... 52

F. Uji Validitas Data... 56

(13)

commit to user

xiii

H. Indikator Ketercapaian... 58

I. Prosedur Penelitian... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 66

A. Pelaksanaan Tindakan ... 66

1. Deskripsi Kondisi Awal ... 66

2. Siklus Pertama………... 69

a. Perencanaan Tindakan I ... 69

b. Pelaksanaan Tindakan I... 71

c. Observasi dan Interpretasi ... 72

d. Analisis dan Refleksi ... 74

3. Siklus Kedua... 75

a. Perencanaan Tindakan II ... 75

b. Pelaksanaan Tindakan II ... 77

c. Observasi dan Interpretasi ... 79

d. Analisis dan Refleksi... 81

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 81

1. Deskripsi Siklus I ... 81

2. Deskripsi Siklus II ... 86

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 91

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 94

A. Simpulan ... 99

B. Saran ... 94

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Standar Isi Mata Pelajaran IPA 2006 Kelas IV Semester 2... 33

Tabel 2 : Waktu Penelitian ... 48

Tabel 3 : Kisi–Kisi Soal Tes IPA Kelas IV ... 54

Tabel 4 : Penilaian Tingkat Penguasaan Materi ... 55

Tabel 5 : Bobot Penilaian Tiap Soal ... 55

Tabel 6 : Perolehan Nilai Kondisi Awal ... 66

Tabel 7 : Keaktifan Siswa pada Kegiatan Belajar Mengajar ... 84

Tabel 8 : Perolehan Nilai Presatasi Belajar IPA pada Siklus I ... 85

Tabel 9 : Keaktifan Siswa pada Kegiatan Belajar Mengajar... 89

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1 : Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDLB Negeri

Cangakan Karanganyar Pada Kondisi Awal ... 67 Grafik 2 : Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDLB Negeri

Cangakan Karanganyar Pada Siklus I... 86 Grafik 3 : Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDLB Negeri

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 1 : Kerangka Berpikir ... 47

Skema 2 : Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 50

Skema 3 : Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 51

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Silabus ... 100

Lampiran 2 : Kisi–Kisi Soal Tes IPA Kelas IV ... 102

Lampiran 3 : Soal–Soal Pre Test IPA Kelas IV ... 103

Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I... 107

Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II... 115

Lampiran 6 : Soal–Soal Siklus I... 123

Lampiran 7 : Kunci Jawaban Siklus I ... 126

Lampiran 8 : Soal–Soal Siklus II... 127

Lampiran 9 : Kunci Jawaban Siklus II... 130

Lampiran 10 : Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I... 131

Lampiran 11 : Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II ... 133

Lampiran 12 : Lembar Pengamatan Siswa Siklus I... 135

Lampiran 13 : Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ... 136

Lampiran 14 : Daftar Siswa ... 137

(18)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting, tidak hanya bagi perkembangan dan perwujudan diri individu tetapi juga bagi pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan adalah hak asasi setiap manusia. Oleh karena itu, pendidikan harus dapat dinikmati oleh setiap warga negara tanpa kecuali. Pendidikan dapat diartikan sebagai pemberian bimbingan kepada anak didik untuk dapat berkembang menuju kedewasaan. Untuk itu anak luar biasa dalam usia sekolah berhak mendapat bimbingan menuju kedewasaan seperti tujuan pendidikan.

Kemajuan suatu kebudayaan tergantung dari bagaimana kebudayaan tersebut mengenali dan menghargai serta memanfaatkan sumber daya manusianya. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada seluruh anggota masyarakat, termasuk masyarakat yang memiliki kebutuhan khusus. Karena kesempatan memperoleh pendidikan yang berkualitas berlaku untuk semua (education for all) tanpa ada diskriminasi, baik itu untuk pendidikan umum maupun pendidikan khusus.

Hal ini sejalan dengan amanat Undang - Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 2 bahwa, “Warga negara yang

memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak

memperoleh pendidikan khusus”. Undang-Undang tersebut mengisyaratkan

bahwa anak tunanetra berhak memperoleh pendidikan yang berkualitas tanpa adanya diskriminasi. Anak tunanetra adalah anak dimana kondisi dari penglihatan mereka tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kondisi tersebut disebabkan oleh kerusakan mata, saraf optik dan atau bagian otak yang mengolah stimulus visual. Kerusakan tersebut dapat secara total atau sebagian. Apabila seseorang mengalami kerusakan secara total, maka yang bersangkutan disebut penyandang

buta total atau “totally blind” dan apabila kerusakan dari visual hanya sebagian

kurang lihat atau“low vision”.

(19)

commit to user

Anak tunanetra mempunyai kebutuhan belajar dan bersekolah untuk melatih dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Ketunanetraan membawa akibat dalam keterbatasan belajar. Di dalam belajar anak tunanetra mengalami kesulitan di dalam proses pembentukan pengertian atau konsep terhadap rangsang atau objek yang berada di luar dirinya yang tidak didapat secara utuh. “Ketidakutuhan

tersebut disebabkan anak tidak memiliki kesan, persepsi, pengertian, ingatan dan

pemahaman yang bersifat visual terhadap objek yang diamati”, T. Sutjihati

Somantri (2006:55). Karena anak tunanetra mengalami kesulitan dalam proses pembentukan konsep secara utuh hal tersebut menjadikan siswa mendapat kesulitan belajar, sulit mengingat, sulit memahami dan akhirnya menjadikan siswa jenuh dan putus asa dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang ada termasuk Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sehingga hal tersebut menjadikan prestasi belajar IPA anak tunanetra menjadi rendah.

Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang di peroleh dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar tidak terlepas dari tiga komponen utama, yaitu: guru, siswa dan bahan pembelajaran. Proses belajar mengajar merupakan interaksi antar berbagai sumber, serta situasi belajar yang memberikan kemungkinan kegiatan belajar mengajar. Meskipun demikian guru merupakan faktor yang cukup menentukan, seperti melakukan pengembangan bahan pembelajaran serta perangkat lainnya.

(20)

commit to user

Semua ilmu pengetahuan yang ada termasuk Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) membutuhkan komunikasi yang efektif saat proses pembelajaran, sehingga tujuan dari pembelajaran IPA dapat tercapai. Adapun tujuan dari pembelajaran IPA. Menurut Sri Sulistyorini (2007: 40), mengemukakan tujuan pembelajaran IPA yaitu :

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan peradaban, keindahan dan keteraturan ciptaanNya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4) Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya

Sedangkan pengertian dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta – fakta, konsep – konsep, atau prinsip – prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari – hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah ( scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah

(21)

commit to user

karena itu , pembelajaran IPA di SDLB menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Berdasarkan pernyataan tersebut Ilmu Pengetahuan Alam sangat penting bagi tunanetra karena menunjang perkembangan karakter dan kepribadian yang baik dalam diri anak tunanetra sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif dalam masyarakat, namun masalah yang ada di lapangan sekarang prestasi belajar IPA anak tunanetra rendah, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru kelas IV SDLB Negeri Cangkaan Karanganyar pada tanggal l3 November 2010 yang menyatakan bahwa sedikit siswa yang mendapat nilai 6 ke atas saat diadakan ulangan bersama.

Berdasarkan hasil survei di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar, pembelajaran IPA di sekolah ini dilaksanakan dengan metode ceramah, yaitu guru masih terpaku pada buku teks yang ada. Penggunaan metode ceramah yang dominan atau komunikasi satu arah yang akibatnya pelajaran IPA bagi siswa cenderung kearah teoritis belaka sehingga sulit bagi siswa untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA yang penyajiannya hanya dengan ceramah mengakibatkan siswa merasa bosan dan beranggapan IPA sebagai mata pelajaran yang membingungkan, kering, tidak menarik dan membosankan. “Situasi membosankan siswa, ketidakmutakhiran sumber belajar yang ada, kurang

variasi metode pembelajaran dan pencapaian tujuan belajar yang kognitif ” (Jurnal Pendidikan, Maret 2005, Volume 6 No. l, Hal.118). Pembelajaran yang demikian yang membuat prestasi belajar IPA siswa menjadi rendah akibat lunaknya isi pelajaran dan kontradiksi materi dengan kenyataan.

(22)

commit to user

kondusif yang termasuk didalamnya pemilihan metode pembelajaran yang tepat. “Iklim belajar yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang besar

tehadap keberhasilan dan kegairahan belajar siswa” (Jurnal Pendidikan, Maret

2005, Volume 6 No. 1 hal.116).

Dan sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), secara otomatis peran guru harus berubah sesuai tuntutan kurikulum tesebut. Dalam Pasal 40 ayat 2, berbunyi,

“Tenaga pendidikan berkewajiban menciptakan sistem pembelajaran yang

bermakna, menyenangkan, dialogis, kreatif dan dinamis”. Dari pasal ini di

harapkan guru dengan kreativitasnya dapat membuat suasana kelas dan pembelajaran menjadi nyaman, menyenangkan, dan bermakna. Sehingga bagi siswa belajar merupakan sesuatu yang menarik dan di tunggu-tunggu. Oleh karena seorang guru sebelum memulai proses belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran IPA yang diharapkan. Menurut Wahab (Jurnal Pendidikan, Maret 2405, Volume 6 N0.1 Hal.120) “Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat di pengaruhi oleh kemampuan dan ketetapan guru memilih dan menggunakan

metode pembelajaran”.

Quantum Learning adalah metode pembelajaran yang mengoptimalkan modalitas belajar siswa dan karakteristiknya. Menurut Bobby de Porter dan Mike

(2010:16) “Quantum Learning adalah interaksi yang mengubah energi menjadi

cahaya”. Quantum Learning adalah penggubahan bermacam-macam interaksi

yang ada di dalam dan disekitar lingkungan belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur - unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi- interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain.

“Quantum Learning menggabungkan teknik pemercepatan belajar, yaitu menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan

pelajaran yang sesuai, cara efektif penyajian dan keterlibatan aktif ”, Bobby dan

(23)

commit to user

yang mudah dan alami. Quantum Learning merupakan salah satu cara membelajarkan siswa yang digagas oleh Potter. MelaluiQuantum Learningsiswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.

Metode Quantum Learning sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran IPA yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan. Siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa. Dalam kegiatan belajar siswa, guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru.

Dalam pembelajaran hubungan guru dan siswa dideskripsikan melalui prinsip Quantum Learning sebagai berikut, “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia

Kita, Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”, Bobby de Porter, Mark Reardon,

Sarah, Nourie (2008 :7). Adapun maksudnya adalah kita sebagai guru memasuki dahulu dunia siswa, karena tindakan ini akan memberikan kita ijin untuk memimpin, menuntun dan memudahkan perjalanan siswa menuju kesadaran terhadap ilmu pengetahuan yang lebih luas. Setelah kita mendapatkan ijin secara tidak langsung maka kita dapat membawa siswa kedalam dunia kita, dan memberikan pemahaman kita kepada siswa mengenai pengetahuan yang kita miliki.

Dari fenomena diatas, maka sangat diperlukan berbagai studi yang dapat memberikan masukan tentang pemberian pembelajaran yang berkualitas bagi anak tunanetra dengan memperhatikan aspek psikologisnya. Besarnya kewenangan guru dalam pembelajaran tanpa di sadari telah menghambat siswa dalam mencapai prestasi belajar yang baik.

(24)

commit to user

Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Quantum Learning Anak Tunanetra

Kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: “Apakah dengan menerapkan metode

Quantum Learningdalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar IPA anak tunanetra ke IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Tahun Ajaran

2010/2011?”.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatan prestasi belajar IPA setelah menerapkan metode Quantum Learning dalam pembelajaran anak tunanetra kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

a. Untuk membantu siswa mengatasi kesulitan dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan metodeQuantum Learning.

b. Untuk meningkatkan motivasi, kreatifitas dan memberi pengalaman baru bagi siswa dengan penggunaan metodeQuantum Learning dalam pembelajaran IPA anak tunanetra kelas IV di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar.

2. Bagi Guru

a. Membantu guru dalam rangka mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran IPA dengan metode Quantum Learning, bagi anak tunanetra kelas IV di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar.

(25)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Pengertian Anak Tunanetra

a. Pengertian Anak Tunanetra

Dalam bidang pendidikan luar biasa anak dengan gangguan penglihatan lebih akrab disebut anak tunanetra. Tunanetra biasanya menempel pada subyek atau penderita, yaitu seseorang yang mengalami kerugian atau kerusakan mata. Pengertian tunanetra tidak saja mereka yang buta, tetapi mancakup juga mereka yang mampu melihat tapi terbatas sekali dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari dalam belajar.

Menurut Purwaka Hadi (2007:8) istilah tunanetra secara harfiah berasal dari dua kata, “yaitu: a. Tuna (tuno: Jawa) yang berarti rugi yang kemudian di identikkan dengan rusak, hilang, terhambat, terganggu, tidak memiliki dan b. Netra (netro:Jawa) yang berarti mata”. Namun demikian, kata tunanetra adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan yang berarti adanya kerugian yang disebabkan oleh kerusakan atau terganggunya organ mata, baik anatomi maupun fisiologis.

Menurut Pertuni dalam situs http://kontunet.blogspot.com pengertian tunanetra bahwa, “tunanetra ialah mereka yang berindera penglihatan lemah pada kedua matanya sedemikian rupa sehingga tidak memiliki kemampuan membaca tulisan atau huruf cetak ukuran normal (ukuran huruf ketik pika) pada keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kacamata, sampai dengan mereka buta total”. Sedangkan T.Sutjihati Somantri (2006:52) mengemukakan bahwa,

“pengertian anak tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari -hari seperti halnya orang awas”.

(26)

commit to user

Mohammad Efendi (2006:52) mengemukakan bahwa, “secara definisi seseorang dikatakan tunanetra apabila memiliki visus sentralis 6/60 lebih kecil dari itu atau setelah dikoreksi secara maksimal tidak mungkin menggunakan fasilitas pendidikan dan pengajaran yang dipergunakan untuk orang awas”. Pendapat lain dikemukakan oleh Anastasia Widdjajantin (2006:3), “anak tunanetra adalah anak yang tidak dapat menggunakan penglihatannya dan bergantung pada indera lain seperti pendengaran, perabaan dan penciuman”.

Purwaka Hadi (2004: 11) “definisi tunanetra tidak dapat diartikan dalam satu sudut pandang”. Sudut pandang yang dimaksud Purwaka Hadi

dapat penulis jelaskan sebagai berikut:

1) Pengertian dari segi pendidikan. Tunanetra diartikan sebagai suatu cacat penglihatan sehingga mengganggu proses belajar dan pencapaian belajar secara optimal sehingga diperlukan metode pengajaran, pembelajaran, penyesuaian bahan pelajaran, dan lingkungan belajar.

2) Secara anatomis-fisiologis, ketunanetraan menyangkut struktur anatomi dan fungsi organ mata. Sehingga tunanetra adalah rusaknya organ anatomi mata yang menyebabkan terganggunya fungsi penglihatan.

3) Secara medis, ketunanetraan dikaitkan dengan penyakit dan kelainan. Tunanetra adalah kerusakan mata yang disebabkan oleh penyakit dan kelainan anatomi dan atau kelainan fungsi penglihatan, sehingga tunanetra perlu mendapatkan pengobatan pada mata dan atau diberikan koreksi pada fungsi penglihatannya. 4) Keperluan rehabilitasi, disampaikan oleh Sigelman. Tunanetra

terdiri dari 3 istilah, yaitu ketunaan/ kekurangan (impairment), ketakmampuan (disability), dan hambatan atau kendala (handicap).

Menurut Irham Hosni (2007: 26), ”tunanetra merupakan terjadinya

gangguan kemampuan siswa dalam melakukan pembelajaran yang

disebabkan gangguan penglihatan yang dialaminya”. Gangguan yang

(27)

commit to user

Berdasarkan dari batasan-batasan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan penglihatan secara fisik maupun anatomi sehingga berdampak pada segala aspek kehidupannya termasuk dalam hal belajar, sehingga mereka memerlukan alat khusus, material khusus, latihan khusus dan bantuan khusus supaya dapat memfungsikan diri secara optimal di dalam belajar serta diperlukan metode pengajaran, pembelajaran, penyesuaian bahan pelajaran, dan lingkungan belajar.

b. Klasifikasi Anak Tunanetra

Menurut Jamila K.A. Muhammad (2008:79) masalah penglihatan dapat dibedakan dalam tingkatan-tingkatan berikut:

1) Menengah

Pala masalah tingkat menengah, anak-anak masih mendapat melihat cahaya dan menjalankan aktivitas yang membutuhkan indera penglihatan dengan menggunakan alat bantu khusus seperti kacamata.

2) Serius

M a s a l a h pa d a t a ha p s e r i u s m e n ye b a bk a n a na k - a na k m u n gk i n memerlukan lebih banyak waktu dan tenaga untuk menjalankan aktivitas sehari-hari, bahwa mereka mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas yang menggunakan penglihatan, walaupun telah memakai bantuan alat khusus. 3) Sangat serius

M a s a l a h pa da t i ngka t s a nga t s e ri us m e nga ki ba t ka n a na k-a na k menghadapi kesulitan dalam melakukan aktivitas visual, seperti membaca, dan harus mengandalkan indera lain. Pendapat lain dikemukakan oleh Purwaka Hadi (2005: 45),mengklasifikasikan tunanetra atas dasar fungsi penglihatan kedalam lima kategori :

1) Kelompok yang memiliki penglihatan agak normal tetapi membutuhkan koreksi lensa dan alat bantu membaca.

2) Kelompok yang ketanjaman penglihatannya kurang atau sedang yang memerlukan pencahayaan dan alat bantu penglihatan khusus.

3) Kelompok yang memiliki penglihatan pusat rendah, lantang penglihatan sedang, ketikmaampuan memperoleh pengalaman akibat kerusakan penglihatan.

(28)

commit to user

buruk, dan perlu bantuan untuk membaca yang kuat. 5) Kelompok yang tergolong buta total.

Sedangkan menurut Mohammad Efendi (2006:52-53), klasifikasi anak tunanetra menurut jenjangnya dapat dikelompokkan menjadi:

1) Anak yang mengalami ketunanetraan yang memungkinkan dikoreksi alat optik atau terapi medis.

2) Anak yang mengalami ketunanetraan yang memungkinkan dikoreksi alat optik atau terapi medis, tetapi masih mengalami kesulitan menggunakan fasilitas orang awas/lemah penglihatan 3) Anak mengalami ketunanetraan yang tidak memungkinkan

dikoreksi alat optik atau terapi medis serta tidak dapat sama sekali memanfaatkan penglihatan untuk kepentingan pendidikan.

B e rda s a rka n kl a s i fi ka s i t e rs e but s e c a ra ga ri s be s a r pe nul i s da pa t menyimpulkan bahwa klasifikasi anak tunanetra sebagai berikut:

1) Blind (Buta)

Yaitu menggambarkan kondisi dimana penglihatan tidak dapat difungsikan lagi dan sudah tidak mampu menerima rangsangan cahaya dari luar meskipun menggunakan alat bantu penglihatan sehingga sangat mengandalkan indera lainnya. 2) LowVision(penglihatan kurang)

Yaitu menggambarkan kondisi penglihatan dengan ketajaman yang kurang dan masih mampu menerima rangsangan cahaya dari luar serta masih dapat b e r f u n g s i a p a b i l a d i b a n t u d e n g a n a l a t k h u s u s w a l a u p u n t i n g k a t keberhasilannya belum tentu maksimal.

c. Faktor Penyebab Ketunanetraan

T.Sutjihati Somantri (2006:53) mengemukakan bahwa, “secara ilmiah ketunanetraan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, apakah itu faktor dalam diri anak (internal) atau faktor dari luar anak

(29)

commit to user

yang erat hubungannya dengan keadaan bayi selama masih dalam kandungan. Kemungkinannya karena faktor gen (sifat pembawa keturunan), kondisi psikis ibu, kekurangan gizi, keracunan, obat, dan sebagainya. Sedangkan hal-hal yang termasuk faktor eksternal diantaranya faktor-faktor yang terjadi saat atau sesudah bayi dilahirkan. Misalnya: kecelakaan, terkena penyakit siphilis yang mengenai matanya saat dilahirkan, pengaruh alat medis (tang) saat melahirkan sehingga sistem persyarafannya rusak, kurang gizi atau vitamin, terkena racun, virus trachoma, panas badan yang terlalu tinggi, serta peradangan mata karena penyakit, bakteri, ataupun virus.

Menurut Ronald L. Taylor., Lydia R. Smiley., Stephen B. Richard. (2009:291) menyatakan sebagai berikut :

“Blindness and low vision have many possible causes than can affect various parts and functions of the eye. It is helpful to understand some of the

major causes of vision loss and how the eye functions. Similarly, the possible

characteries emerging as a result of vision loss can be quite diverse”.

Menurut Ronald L. Taylor., Lydia R. Smiley., Stephen B. Richard. (2009:291) dijelaskan bahwa kebutaan dan penglihatan rendah memliki banyak kemungkinan penyebab yang dapat mempengaruhi berbagai bagian dan fungsi mata, akan sangat membantu untuk memahami beberapa penyebab utama kehilangan penglihatan dan bagaimana fungsi mata. Karakteristik yang sama akan muncul sebagai hasil dari kehilanagn penglihatan biasanya sangat beragam.

J a m i l a K.A. M uha m m a d (2008: 78) be rp e nda pa t te rda pa t be rba ga i penyebab kecacatan, yaitu sebagai berikut:

1) Penyakit turunan

2) Komplikasi saat masa kehamilan dan saat melahirkan 3) Rubela

4) Sifilis (syphilis)

5) Kecelakaan

(30)

commit to user

Sedangka menurut Mohammad Efendi (2006:53), “penyebab terjadinya insiden ketunanetraan dilihat dari kurun waktu terjadinya: masa sebelum lahir (prenatal), saat lahir (neonatal), dan setelah (postnatal). Sedangkan faktor penyebab dapat berasal dari penyakit (maternal rubella, retrolenta fibroplasias, katarak dan lain– lainnya), kecelakan dan keturunan”.

Menurut C.Mpyet dan A.W Solomom dalam Br. J. Opththalmol. Br.J. Opththalmol.2005 April ,89(4): 417 – 419 mengukapkan hal sebagi berikut “cataract was the commonest cause of blindnees. Other major cause were non thachomatous coineal opacity and trachoma. Blindness and low vision are highly prevalent among leprosy patients in this seting. Blindness and low

vision are highly prevalent among leprosy patients in this setting”.

Menurt C.Mpyet dan A.W Solomom dalam Br. J. Opththalmol diatas

dijelaskan bahwa “katarak penyebab paling umum kebutaan. Penyebab utama

lainnya adalah opasitas kornea, non-trachomatous dan trachoma. Kebutaan dan low vision sangat lazim di antara pasien kusta dalam pengaturan ini. Hanya sepertiga dari beban patologi mata berhubungan dengan efek langsung

dari kusta”.

M e n u r u t D i r e k o r a t P e m b i n a a n S e k o l a h L u a r B i a s a (htpp://www.ditplb.or.id/2010) faktor yang menyebabkan terjadinya ketunanetraan antara lain:

1) Pre-natal

Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan yaitu:

a) Keturunan

b) Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan

Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhan kandungan dapat disebabkan oleh:

(1) Gangguan waktu ibu hamil

(31)

commit to user

darah tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan.

(3) Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga, j antung dan si stem susunan saraf pusat pada j anin yang seda ng berkembang.

(4) Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasma, trachoma dan tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.

(5) Kekurangan vitamin tertentu dapat menyebabkan gangguan pada mata sehingga hilangnya fungsi penglihatan.

2) Post-natal

Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau setelah bayi lahir antara lain:

a) Kerusakan pada mata atau syaraf mata pada waktu persalinan akibat benturan alat atau benda keras.

b) Pa da wa kt u pe rs a l i na n i bu m e nga l a m i gonorhoe , s e hi n gga ba ks i l gonorhoe menular pada bayi yang pada akhirnya setelah bayi mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan. c) Mengalami penyakit mata yang menyebakan ketunanetraan misalnya:

(1) Xeropthalmia yaitu penyakit mata karena kekurangan vitamin A.

(2) Trachoma yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon trachomis.

(3) Katarak yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih.

(4) Glaucoma yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat.

(32)

commit to user

disebabkan karena diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-pembuluh darah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi hingga merusak penglihatan.

(6) Macular Degmeration adalah kondisi umum yang agak baik, dimana daerah tengah dari retina secara berangsur memburuk. Anak dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan perifer akan tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas objek-objek dibagian tengah bidang penglihatan.

(7) Retinopathy of Prematurity biasanya anak yang mengalami ini karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih memiliki potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan kadar tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa ini sering menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan tunanetra total.

d) Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya, kecelakaan, seperti masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari kendaraan, dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat di atas disimpulka n faktor-faktor penyebab ketunanetraan antara lain:

1) Keturunan atau bawaan sejak lahir. 2) Kesehatan ibu saat mengandung.

3) Kecelakaan yang terjadi saat masih dalam kandungan, saat kelahiran dan setelah kelahiran.

(33)

commit to user

glaucoma, diabetik retinopathy dan sebagainya.

5) Faktor gizi saat ibu mengandung dan saat anak setelah lahir. d. Karakteristik Anak Tunanetran

Tingkah laku anak tunanetra sering menunjukkan perbedaan dengan anak awas, hal ini tentunya di sebabkan oleh ketidakmampuannya menerima rangsang akibat dari ketidakfungsian indera penglihatannya. Dengan hanya melihat tingkah laku anak tunanetra sudah terlihat jelas perbedaan yang mencolok antara anak tunanetra dengan anak awas.

Menurut Mohammad Al – Zyoud di dalam situsnya: http: www. Internationaljournalofspecialeducation.com.

“Self-concept is on important concept of any chil’s development. As children develop a sense of self and interact with and gain experience in the world. Their self-concept is a afeected. Self-concept is defined as the value that an individual places an his on her awn characteristic, qualities, abilities,, and action”.

Al- Zyoud menjelaskan bahwa “konsep diri sangat penting dibangun

bagi anak-anak. Membangun pengertian dari diri sendiri dan interaksi dari pengalaman sehari–hari . Konsep diri hendaknya jangan dibuat–buat. Konsep diri memberikan pengertian nilai – nilai pemahaman diri didalam atau diluar

karakteristik, kualitas, kecakapan, dan tindakan”.

Menurut Jamila K. A Muhammad (2008:80-81), gejala yang biasa terjadi pada anak-anak yang mungkin mengalami masalah penglihatan dapat dilihat dengan tiga aspek, yaitu:

1) Pertanda fisik :

a) Bola mata selalu berputar-putar b) Mata selalu bergerak-gerak

c) Tidak merepons terhadap cahaya yang terang d) Terdapat bintik-bintik putih pada pupil e) Bagian tepi mata berwarna merah f) Mata selalu berair

g) Mata terlalu sensitif terhadap cahaya 2) Tingkah Laku:

(34)

commit to user

melihat papan tulis atau objek tertentu b) Selalu memicingkan kepala

c) Sering mengedipkan mata d) Sering mengusap-usap mata. e) Sering menutup sebelah matanya f) Sering menabrak benda

g) Sering salah dalam mengenali huruf

h) Selalu menonton televisi atau membaca buku dengan jarak yang sangat dekat

i) Sering memegangi kepala dengan cara yang aneh j) Sering mengeluarkan air mata

k) Memegang buku atau bacaan yang terlalu dekat dengan wajahnya

l) Sering mencari-cari baris kalimat yang dibaca m) Sering mencontek pekerjaan teman

n) Sering tidak membuat tugas yang diberikan

o) Selalu menghindar untuk membuat setiap tugas yang diberikan 3) Keluhan:

a) Selalu mengeluh sakit kepala, mual, dan pening b) Penglihatan kabur

c) Penglihatan berbayang-bayang

d) Penglihatan kabur setelah melakukan pekerjaan dengan konsentrasi tinggi

e) Sensitive terhadap cahaya f) Mata selalu gatal

Purwaka Hadi (2007:23-25) mengemukakan karakteristik fisik dan psikis tunanetra adalah antara lain :

1) Karakteristik fisik

a) Ciri khas fisik tunanetra buta

(35)

commit to user

b) Ciri khas fisik tunanetra kurang penglihatan

Tunanetra kurang lihat karena masih adanya sisa penglihatan biasanya berusaha mencari rangsang yang ada disekitarnya. Dalam upaya mencari rangsang ini kadang berperilaku yang tidak terkontrol, misalnya: tangan selalu terayun, mengerjap-kerjapkan mata, mengarahkan mata ke cahaya, melihat ke suatu objek dengan cara yang sangat dekat, melihat objek dengan memicingkan atau membelalakkan mata.

2) Karakteristik psikis

a) Ciri khas psikis tunanetra buta

Tunanetra buta tidak memiliki kemampuan menguasai lingkungan jarak jauh dan bersifat meluas pada waktu yang singkat. Ketidakmampuan ini mengakibatkan rasa khawatir, ketakutan dan kecemasan berhadapan dengan lingkungan. Akibatnya tunanetra buta mempunyai sikap dan perilaku sulit percaya diri pada dirinya, rasa curiga pada lingkungan, tidak mandiri atau ketergantungan pada orang lain, pemarah atau mudah tersinggung atau senitif, penyendiri inferiorty, self centered, pasif, mudah putus asa, sulit menyesuaikan diri.

b) Ciri khas psikis tunanetra kurang lihat

Tunanetra kurang lihat seolah-olah berdiri dalam dua dunia, yaitu antara tunanetra dengan awas. Hal ini menimbulkan dampak psikologis bagi penyandangnya. Apabila tunanetra kurang lihat berada di kelompok tunanetra buta, dia akan mendominasi karena memiliki kemampuan lebih. Namun bila berada di antara orang awas maka tunanetra kurang lihat sering timbul perasaan rendah diri karena sisa penglihatannya tidak mampu diperlihatkan sebagaimana anak awas.

Apabila diperhatikan bahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik ketunanetran dapat ditinjau dari:

(36)

commit to user

3) Keluhan yang ada

4) Kondisi psikis yang muncul e. Dampak Ketunanetraan

Seberapa jauh dampak kehilangan atau kelainan penglihatan terhadap kemampuan seseorang tergantung pada banyak faktor misalnya kapan (sebelum atau sesudah lahir, masa balita atau sesudah lima tahun) terjadinya kelainan, berat ringannya kelainan, jenis kelainan dan lain-lain. Seseorang yang kehilangan penglihatan sebelum lahir sering sampai usia lima tahun pengalaman visualnya sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Sedangkan yang kehilangan penglihatan setelah usia lima tahun atau lebih dewasa biasanya masih memiliki pengalaman visual yang lebih baik tetapi memiliki dampak yang lebih buruk terhadap penerimaan diri.

Menurut Mohammad Effendi (2006:37), “dengan terganggunya salah satu, atau lebih alat inderanya (penglihatan, pendengaran, pengecap, pembau, maupun peraba), niscaya akan berpengaruh terhadap indera-indera yang lain”. Pada gilirannya akan membawa konsekuensi terhadap kemampuan dirinya berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Menurut Purwaka Hadi (2005:53), “terjadinya kelainan atau

kerusakan penglihatan mengakibatkan keguncangan secara psikologis bagi penyandangnya”. Misalnya pada kasus kerusakan mata akibat kecelakaan, kemungkinan akan m e y e b a b k a n k e g u n c a n g a n j i w a y a n g b e r a k i b a t t e r g a n g g u n y a p r o s e s pertumbuhan dan perkembangan secara umum bagi penyandang tunanetra. Sedangkan menurut Purwaka Hadi (2007: 27-30) ak i b a t d a r i m u n c u l n y a k e t u n a n e t r a a n p a d a s e s e o r a n g a k a n b e r d a m p a k s e c a r a k h u s u s b a g i penyandangnya, yaitu:

1) Dampak personal atau individu

(37)

commit to user

4) Dampak pada kognitif

5) Dampak pada perkembangan gerak serta orientasi dan mobilitas.

Menurut Lowerfeld dalam Juang Sunanto (2005: 47) mengemukakan

bahwa, “kehilangan penglihatan mengakibatkan tiga keterbatasan yang serius

yaitu (1) variasi dan jenis pengalaman (kognisi), (2)kemampuan untuk bergerak di dalam lingkungannya (orientasi clan mobilitas), dan (3) berinteraksi dengan lingkungannya (sosial dan emosi)”. Juang Sunanto (2005:48) mengemukakan bahwa, “dampak kehilangan penglihatan akan berpengaruh dalam empat bidang, yaitu sosial dan emosi, bahasa, kognitif, serta orientasi dan mobilitas”.

Dari beberapa penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dampak dari kehilangan penglihatan akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak tunanetra pada beberapa bidang, diantaranya:

1) Bidang kognitif

2) Bidang sosial dan emosi 3) Bidang orientasi dan mobilitas

Dari bidang-bidang tersebut dapat penulis uraikan sebagai berikut:

1) Bidang kognitif

(38)

commit to user

normal.

2) Bidang sosial dan emosi

Perkembangan sosial berarti dikuasainya seperangkat kemampuan untuk bertingkah laku sesuai dengan tuntutan masyarakat. Bagi anak tunanetra penguasaan seperangkat kemampuan bertingkah laku tersebut tidaklah mudah. Dibandingkan dengan anak awas, anak tunanetra lebih banyak menghadapi masalah dalam perkembangan sosial. Hambatan-hambatan tersebut terutama m u n c u l s e b a g a i a k i b a t l a n g s u n g m a u p u n t i d a k l a n g s u n g d a r i ketunanetraannya. Kurangnya motivasi, ketakutan menghadapi lingkungan sosial yang lebih luas atau baru, perasan-perasaan rendah diri, malu, sikap m a s ya ra ka t ya ng s e ri n gka l i t i da k m e ngunt u n gka n s e pe rt i pe nol a ka n, penghinaan, sikap acuh, ketidakjelasan tuntutan sosial, serta terbatasnya kes em pa tan ba gi a na k unt uk be laj ar, pol a ti ngkah la ku ya ng di te rima m e r u p a k a n k e c e n d e r u n g a n t u n a n e t r a y a n g d a p a t m e n g a k i b a t k a n perkembangan sosialnya menjadi terhambat. Kesulitan lain dalam m ela ksa na kan t uga s pe rke mbanga n s os ial i ni ia lah kete rba ta sa n ana k tunanetra untuk dapat belajar sosial melalui proses identifikasi dan imitasi, juga memiliki keterbatasan untuk mengikuti bentuk-bentuk permainan sebagai wahana penyerapan norma-norma atau aturan-aturan dalam bersosialisasi.

(39)

commit to user

menimpa dirinya. Selain rasa malu, khawatir dan cemas, anak tunanetra memiliki pola emosi yang mudah marah, menarik diri dari pergaulannya. Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa perkembangan sosial dan emosi anak tunanetra mengalami hambatan dibandingkan dengan anak awas.

3) Bidang orientasi dan mobilitas

Anak tunanetra mengalami kehilangan fungsi persepsi visual sebagai alat o ri e nt a s i m e n ye ba b ka n k e m a m p ua n un t uk m e l a k uka n m o bi l i t a s d i lingkungannya menjadi terhambat. Praktis karenanya, kesempatan untuk melakukan eksplorasi juga menjadi terbatas. Sempitnya kebebasan yang dimiliki anak tunanetra menjadikan mereka cenderung bersikap pasif, enggan untuk bergerak dan kontak dengan lingkungannya. Mereka lebih banyak menunggu aksi daripada melakukan prakarsa. Dengan demikian, kesempatan untuk mendapatkan pengalaman baru dari lingkungan sekitar melalui hubungan sosial menjadi terbatas.

2)Tinjauan Prestasi Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2002: 12) , “ Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat“. Bagi para pelajar

atau mahasiswa kata belajar merupakan kata yang tidak asing. Sedangkan Hilgrad dalam S. Nasution (2000: 25) mengatakan : “Learning is the prosess by which an activity originates or is changed though training procedures as

distinguished from changes by factors not attributable to training”. Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan yang dibedakan dari perubahan– perubahan oleh faktor– faktor yang tidak termasuk latihan.

(40)

commit to user

experience”. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan belajar menurut Thursan Hakim (2005:1) didefinisikan sebagai “Suatu proses perubahan di

dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan”.

Sardiman A.M. (2007: 22) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi , fakta konsep atau teori”. Dalam proses interaksi ini terkandung dua maksud yaitu: (1) Proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar. (2) Proses ini dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera berperan. Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarakan , meniru dan lain sebagainya

b. Pengertian Prestasi

Prestasi berasal dari bahasa serapan Belanda yaitu,

“Prestatie”. Kemudian dalam bahasa Indonesia menj adi

“Prestasi”, yang be rarti merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang

setelah melakukan kegiatan. Hal ini sesuai dengan makna prestasi yang di ungkapkan oleh beberapa pendapat para ahli, antara lain

1) http://sunartombs.com.2010 menyatakan bahwa, “prestasi

merupakan, kecakapan atau hasil konkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu”.

2) http://sunartombs.com. 2010 menyatakan bahwa, “prestasi dapat diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah

dilakukan”.

Menurut Sardiman A.M. (2007:25) berpendapat: “prestasi adalah

(41)

commit to user

Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan suatu hasil usaha yang dilakukan siswa dengan kemampuan nyata yang dimiliki oleh siswa setelah melalui proses pengalaman atau belajar yang dapat langsung ditampilkan dalam situasi tertentu. Prestasi dapat dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, atau pernyataan verbal.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut S Nasution (1996:17) dalam http://sunartombs. com.

2010 pengertian “prestasi belajar sebagai kesempurnaan yang dicapai

seseorang dalam berpikir, merasa dan berbuat”. Menurut

http://www.sunartombs .com.2010 pengertian prestasi belajar

sebagai berikut, “pengukuran dari penilaian usaha hasil belajar

ya n g dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf, maupun kalimat yang menceritakan h a s i l y a n g s u d a h d i c a p a i o l e h s e t i a p a n a k p a d a

pe riode te rte ntu” .

Menurut Sardiman A.M. (2007:25) berpendapat: “prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar“. Sedangkan Menurut Nana Syaodah Sukmadinata (2004:103-14) berpendapat

bahwa “Prestasi belajar atau achievement merupakan realisasi dari kecakapan

– kecakapan potensial yang dimiliki seseorang. Prestasi belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan

pengetahuan, keterampilan berpikir maupun kemampuan motorik”.

(42)

commit to user

evaluasi. Tinggi rendahnya hasil evaluasi mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.

Sutratinah Tirtonegoro (1984:43), menyatakan bahwa “prestasi belajar adalah hasil dari usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, huruf , maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang dicapai”. Prestasi belajar merupakan catatan yang dibuat oleh seseorang yang berwenang atau bertanggung jawab memberikan penilaian terhadap subjek belajar. Dalam hal ini prestasi akademis, prestasi bakat dan lain sebagainya.

Dari batasan-batasan di atas disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar, dan tingkat kemanusiaan tersebut dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang disesuaikan dengan faktor kognitif, afektif dan psikomotor yang dimiliki siswa.

d. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai tujuan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Thursan Hakim (2005:11), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1) Faktor internal, adalah faktor yang terdapat di dalam diri inidividu itu sendiri, seperti kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegensia), daya ingat, kemauan, dan bakat.

2) Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri individu yang bersangkutan, seperti keadaan lingkungan rumah, sekolah, masyarakat, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan semua lingkungan tersebut.

Menurut S Nasution d a l a m http://sunartombs.com.2010 faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:

1) Faktor Intern, meliputi:

a) Kecerdasan/intelegensi b) Bakat

(43)

commit to user

2) Faktor Ekstern, meliputi:

a) Keadaan keluarga b) Keadaan sekolah

c) Lingkungan masyarakat.

Faktor-faktor diatas penulis uraikan sebagai berikut :

1) Faktor intern adalah faktor yang disebut dari dalam individu itu sendiri. Faktor intern meliputi :

(a) Kecerdasan/Intelegensi

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi. Intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Ada kalanya perkembangan ini di tandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan teman sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar, karena faktor ini sangat mempengaruhi bagi seorang anak dalam usaha belajar.

(b) Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil prestasi yang baik.

(c) Minat

(44)

commit to user

minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan, sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.

(d) Motivasi

Motivasi adalah suatu daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk belajar.

2) Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar siswa. Faktor-faktor ekstern meliputi:

(a) Keadaan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.

(b) Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan siswa, karena lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar lebih giat.

(c) Lingkungan Masyarakat

(45)

commit to user

dapat diklasifikaikan menjadi faktor dari dalam diri individu dan dari luar individu yang belajar.

3)Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia. Kata scientia yang berarti “saya tahu”. IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam yang merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu

“Natural Science atau Science”.Natural artinya alamiah, berhubungan dengan

alam atau sangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi, IPA secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa yang terjadi di alam , Srini M. Iskandar ( 2001: 2)

Menurut Leo Sutrisno, dkk (2007: 1-19) mengemukakan, “IPA merupakan kemampuan manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth)”. Jadi, IPA mengandung tiga hal: (1) proses adalah aktivitas manusia dalam memahami alam semesta, (2) prosedur adalah pengetahuan IPA dibangun melalui pengamatan yanmg tepat dan (3) prosedur adalah hasil akhir atau kesimpulan yang betul. Menurut The Liang Gie dalam Leo Sutrisno, dkk (2007:1-16) menyatakan bahwa

scienceadalah kumpulan sistematis dari pengetahuan”.

For example, consider the image of Dr. Faustus: “in this narrative, scientists willingly too willingly sell their souls to acquire youth and knowledge (1). Science seems to involve magical ability. Another image is Dr.

Strangelove: in this blackhumor caricature, scientist and engineers sign up too readily to create and buttress a military industrial complex (2). Science seems to be motivated by unlimited curiosity and raw power,

(46)

commit to user

cultures” contrast the responsible engineer, physician, or citizen with a largely imaginary “mad scientist”.Rodney W. Nichols (2010:18)

Kutipan jurnal diatas mengemukakan bahwa contoh Dr. Faustus : di cerita ini , ilmuwan dengan sepenuh hati menjual jiwa – jiwa mereka untuk memperoleh kemudahan dan pengetahuan (1). Ilmu pengetahuan sepertinya meliputi kemampuan gaib. Pendapat lain yaitu Dr.Strangelove: di dalam karikatur humornya ilmuwan dan insiyur menandatangai kontrak kesediaaannya membuat dalam kekuatan militer atau industri gabung (2). Ilmu pengetahuan sepertinya adalah motivasi dengan kecurigaan tidak terbatas dan kekuatan mentah, tak dikendalikan dengan moral. Orang –orang berfikir hari ini, “two cultures” atau dua klutur kontras yang bertanggung jawab antara

insiyur, dokter, atau penduduk kota dengan sebagian besar khayal “mad ilmuwan”.

Menurut Sri Sulistyorini (2007:39), “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

berhubungan dengan mencari tahu tentang alam semesta sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta – fakta, konsep- konsep, atau prinsip –prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sedangkan menurut Hendro Darmojo dan Jenny Kaligis (1992:5) menyatakan bahwa: “IPA dapat dipandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam. Untuk ini diperlukan suatu tata cara yang sifatnya analitis, cermat, lengkap serta menghubungkan gejala alam satu dengan gejala alam yang lain sehingga keseluruhannya

membentuk suatu sudut pandang yang baru tentang objek yang diamatinya”.

(47)

commit to user

konsep-konsep atau prinsip-prinsip serta proses penemuan tentang gejala-gejala alam serta upaya mencari pengetahuan dalam fenomena alam atau mencoba menerangkan fenomena alam melalui berbagai proses ilmiah .

b. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Pembelajaran IPA adalah Pembelajaran yang membahas ilmu tentang alam ini. IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa alam. Salah satu tujuan dari pembelajaran IPA yaitu agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Menurut Sri Sulistyorini (2007:40), mengemukakan tujuan pembelajaran IPA yaitu

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan peradaban, keindahan dan keteraturan ciptaanNya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4) Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya .

Menurut kebijaksanaan umum kurikulum berbasis Kompetensi (2006) dalam Leo Sutrisno ,dkk (2007:2-29) mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep – konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari–hari . 2) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adannya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan teknologi dan masyarakat.

(48)

commit to user

4) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam.

Menurut Hendro Darmojo dan Jenny Kaligis (1992:6) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah sebagai berikut:

1) Memahami alam sekitarnya, meliputi benda – benda alam dan buatan manusia serta konsep–konsep IPA yang terkandung di dalamnya. 2) Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu berupa keterampilan

proses atau metode ilmiah yang sederhana.

3) Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan masalah yang dihadapinya; serta menyadari kebesaran penciptaNya.

4) Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Untuk mencapai tujuan IPA dalam proses pembelajaran, guru harus mengetahui ruang lingkup IPA. Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan dan hubungan serta interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan

2) Benda, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi padat, cair dan gas

3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya.

c. Pembelajaran IPA di SD

Menurut Srini M. Iskandar (2001:18-19) mengatakan: “pelajaran IPA lebih mementingkan kemampuan berpikir daripada kemampuan menghafal disamping itu dipentingkan juga kemampuan mengadakan pengamatan secara teliti, menggunakan prinsip, memecahkan percobaan sederhana, menyusun data,dan mengemukakan dugaan”.

(49)

commit to user

ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Sebelum mengajarkan materi IPA atau mata pelajaran yang lain kepada anak usia sekolah dasar terlebih dahulu harus mengetahui karakteristik masing-masing anak. Hal ini untuk mengetahui metode pembelajaran apa yang paling tepat untuk mengajarkan IPA atau mata pelajaran yang lain pada anak SD.

“Pembelajaran IPA merupakan media pengembangan potensi siswa SD

yang didasarkan pada karakteristik psikologi anak, memberikan kesenangan bermain dan kepuasan intelektual bagi mereka dalam membongkar misteri, seluk beluk dan teka – teki fenomena alam sekitar dirinya, mengembangkan potensi saintis yang terdapat dalam dirinya, memperbaiki konsepsi mereka yang masih keliru tentang fenomena alam, sambil membekali keterampilan dan membangun konsep–konsep baru yang harus dikuasainya” (http://www.scribd. com/doc/17087298/ Karakteristik-Pembelajaran – IPA-SD).

Teori belajar yang menonjol di dalam pendidikan IPA adalah teori piaget dan teori konstruktivisme. Teori Piaget menguraikan perkembangan kognitif dari masa bayi sampai masa dewasa. Sedangkan teori konstruktivisme menekankan bahwa peserta didik tidak menerima begitu saja ide – ide dari orang lain.

Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo dan Marten yang dikutip oleh Iskandar (2001:16) sebagai berikut:

1) Mengamati apa yang terjadi.

2) Mencoba memahami apa yang diamati.

3) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi.

4) Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan-ramalan itu benar.

(50)

commit to user

bermain dan kepuasan intelektual bagi mereka dalam membongkar misteri, seluk-beluk dan teka-teki fenomena alam di sekitar dirinya, mengembangkan potensi saintis yang terdapat dalam dirinya, memperbaiki konsepsi mereka yang masih keliru tentang fenomena alam, sambil membekali keterampilan dan membangun konsep-konsep baru yang harus di kuasainya.

d. Standar Isi Mata Pelajaran IPA Tingkat SD Kelas IV dalam Pelaksanaan Kurikulum 2006 (KTSP)

Standar Isi 2006

[image:50.612.143.516.210.721.2]

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA SD Kelas IV Semester 2

Table 1 Standar Isi Mata Pelajaran IPA 2006 Kelas IV Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Gaya dan Perubahan 7. Memahami gaya dapat

mengubah gerak dan /atau bentuk suatu benda.

7.1. Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda.

7.2. Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (doro

Gambar

Tabel 1: Standar Isi Mata Pelajaran IPA 2006 Kelas IV Semester 2........
Grafik 1: Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDLB Negeri
Gambar Kegiatan Proses Belajar Mengajar IPA
Table 1 Standar Isi Mata Pelajaran IPA 2006 Kelas IV Semester 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini menunjukkan model dengan KTP kurang dapat mengakomodasi data yang digunakan dan hanya satu peubah laten eksogen yaitu tangible yang signifikan

Dengan tidak menentunya perekonomian indonesia, maka para produsen otomotif saling berlomba-lomba mengembangkan produk yang ekonomis, berkualitas, dan ramah

Adapun kesimpulan khusus pada penelitian ini adalah (1) Penerapan sistem pembelajaran moving class di SMP Negeri 34 Bandung berdasarkan hasil pengolahan data

Tujuan penelitian adalah (1) Mengetahui dan menganalisis obyek atau daerah tujuan wisata eksisting, (2) Mengidentifikasi dan menganalisis obyek atau daerah/kawasan wisata

[r]

Variabel yang memiliki nilai koefisien terbesar adalah luas lahan tidak produktif tahun 2010 dengan nilai koefisiensi sebesar 0.755, artinya semakin luas lahan

Kertas kerja Mahasiswa bisa menjelaskan pengaruh persepsi dalam pembentukan citra konsumen terhadap suatu produk.. 6 Pembentukan dan

Nama Perusahaan : PT/ CV. Menyatakan sanggup untuk membayar BJPSDA dan Pajak Pemanfaatan Air Permukaan serta memenuhi segala ketentuan yang tercantum dalam Surat I zin