diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
Oleh
Nida Fiqroh Fithriyah NIM 0905611
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
SISWA SMP
Oleh
NidaFiqrohFithriyah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan MatematikadanIlmuPengetahuanAlam
© Nida Fiqroh Fithriyah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Dr. Selly Feranie, M.Si.
NIP. 197411081999032004
Pembimbing II
Ika Mustikasari, S.Pd., M.PFis.
NIP. 198308242009122004
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
Dr. Ida Kaniawati, M.Si.
vi
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Variabel Penelitian ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian... 7
G. Struktur Organisasi Skripsi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kurikulum 2013 ... 9
B. Pembelajaran Inkuiri ... 11
C. Model InquiryLab ... 14
D. Prestasi Belajar ... 18
E. Kegiatan OSEAN ... 22
F. Hubungan Model Inquiry lab dengan kegiatan OSEAN dan Prestasi Belajar ... 26
BAB III METODEPENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 28
B. Populasi dan Sampel ... 29
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Instrumen Penelitian ... 30
E. Analisis Uji Coba Instrumen ... 31
F. Hasil Uji coba Instrumen ... 35
G. Prosedur Penelitian ... 38
H. Teknik Pengumpulan Data ... 41
I. Teknik Pengolahan Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keterlaksanaan Pembelajaran Model Inquiry Lab ... 45
B. Prestasi Belajar ... 46
C. Kegiatan OSEAN ... 50
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 62
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
LAMPIRAN A ... 68
LAMPIRAN B ... 71
LAMPIRAN C ... 96
LAMPIRAN D ... 155
LAMPIRAN E ... 202
v
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
IMPLEMENTASI MODEL INQUIRY LAB UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEGIATAN OSEAN SISWA SMP
Abstrak
Dalam proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, terdapat beberapa tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang guru, sesuai dengan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 65 pada kurikulum 2013, yakni salah satunya adalah pembelajaran proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah. Selain itu dikuatkan dengan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 81A mengenai implementasi kurikulum yang menyebutkan adanya lima pengalaman belajar pokok dalam proses belajar, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasi. Namun terdapat beberapa hambatan yang dialami guru untuk dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Selain itu berdasarkan studi pendahuluan didapatkan prestasi belajar dan aktifitas siswa yang muncul dalam proses pembelajaran sesuai dengan tuntutan lima pengalaman belajar pokok masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan masalah tersebut maka dilakukan penelitian menggunakan model
inquiry lab untuk meningkatkan prestasi belajar dan kegiatan OSEAN siswa.
Kegiatan OSEAN merupakan aktifitas siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 mengenai pengalaman belajar pokok, yakni O (Observing), S (queStioning),
E (collEcting information), A (Associating), dan N (commuNicating). Penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode quasi exsperiment dengan desain one
group pretest-posttest design. Sampel penelitian 30 siswa kelas VII-14.
Pengambilan data dilakukan melalui tes prestasi belajar berupa soal pilihan ganda,
open guided inquiry worksheet, dan lembar observasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa meningkat dengan nilai gain yang dinormalisasi 0,56 dalam kategori sedang. Hasil analisis pada aspek kognitifnya menunjukkan siswa mampu menyelesaikan persoalan berfikir tingkat tinggi yakni pada aspek pengetahuan menganalisis (C4). Kegiatan OSEAN berdasarkan hasil lembar observasi menunjukkan peningkatan kegiatan OSEAN dari pertemuan pertama, sedangkan kegiatan OSEAN dilihat dari prosentase ketuntasan open
guided inquiry workheet selama tiga pertemuan berturut-turut adalah 67%, 100%,
dan 100%.
vi
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
IMPLEMENTATION OF AN INQUIRY LAB MODEL FOR IMPROVING STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT AND OSEAN ACTIVITIES IN
MIDDLE SCHOOL
Abstract
In the process of learning based on the 2013 curriculum, there are some demands that must be met by a teacher, according to the minister of education and culture regulation No. 65 on the 2013 curriculum, which one of them is the use of reinforcement learning process as scientific approach. In addition, affirm by ministerial of education and culture regulation No. 81A on the implementation of the curriculum mentioned five basic learning experiences in the learning process are observe, questioning, gather information, associate, and communicate. However, there are several barriers that confront teachers to be able to provide a learning experience for students. In addition, based on preliminary studies found students' learning achievements and activities that appear in the learning process according to claim five basic learning experience still needs to be improved. Based on these problems, the research conducted using the inquiry lab models to improve student learning achievement and OSEAN activities. OSEAN activity is an student activity in accordance with the demands of the 2013curriculum on the subject of learning experience, which is O (Observing), S (questioning), E (Collecting Information), A (associating) and N (communicating). The study was conducted by using the method of quasi exsperiment with one group pretest-posttest design. The research sample of 30 students of 7th-14 class. Data were collected through a learning achievement tests with multiple choice questions, open-guided inquiry worksheet, and observation sheets. The results showed that student achievement increased by 0.56 normalized gain value in the medium category. The results of the analysis on the cognitive aspects of students capable of resolving the issue showed a high level of thinking that is the aspect of analyzing knowledge (C4). OSEAN activities based on the observation sheet result shows an increase in OSEAN activity from the first meeting, while the OSEAN activity seen in the percentage of completeness open guided inquiry workheet for three meetings was 67%, 100%, and 100%.
1
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terdapat beberapa perubahan yang dilakukan pada kurikulum 2013
didasarkan atas peraturan pemerintah No.32 tahun 2013 tentang perubahan atas
peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.
Kriteria dalam pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan disesuaikan dengan beberapa prinsip pembelajaran
yang digunakan. Terlampir dalam Permendikbud No. 81A tahun 2013 tentang
implementasi kurikulum mengacu pada standar kompetensi lulusan dan standar
isi. Prinsip pembelajaran yang digunakan antara lain (1) berpusat pada peserta
didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi
menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan
kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui
penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,
kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Selain itu berdasarkan Permendikbud No. 68 tahun 2013 tentang kerangka
dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah
disebutkan bahwa terdapat beberapa penyempurnaan pola pikir pada kurikulum
2013 yaitu: 1) pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, 2) pembelajaran
interaktif, 3) pembelajaran jejaring (peserta didik dapat memperoleh ilmu dari
berbagai sumber termasuk melalui internet), 4) pembelajaran aktif-mencari, 5)
pembelajaran kelompok atau berbasis tim, 6) pembelajaran berbasis alat
multimedia, 7) pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak, 8) pembelajaran
berdasarkan kebutuhan pelanggan, dan 9) pembelajaran kritis.
Dalam penyempurnaan pola pikir dari pola pembelajaran pasif menjadi
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
model pembelajaran pendekatan sains. Upaya penerapan pendekatan sains dalam
proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai ciri dari kurikulum 2013.
Pengggunaan pendekatan sains juga diperkuat dengan Permendikbud No. 65
tahun 2013 tentang standar prosessecara tersuratbahwa pembelajaran berupa
pembelajaran proses yang dipadu dengan pendekatan sains atau ilmiah. Selama
proses pembelajaran, fisika sendiri merupakan salah satu mata pelajaran dalam
rumpun IPA, yang sudah seharusnya memberikan pengalaman kepada siswa
melalui kegiatan-kegiatan ilmiah untuk memahami alam sekitar selama proses
pembelajaran berlangsung. Pendekatan sains selain dapat menjadikan siswa
untuklebih aktif dalam membangun pengetahuan dan keterampilannya, selain itu
dapat mendorong siswa untuk melakukan suatu penyelidikan untuk menemukan
fakta-fakta dari suatu kejadian.
Pada kurikulum 2013, guru diminta untuk memfasilitasi siswa selama proses
belajar-mengajar untuk mendapatkan lima pengalaman belajar pokok atau
kegiatan belajar pokok, terlampir juga dalam Permendikbud No. 81A tahun 2013,
yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi atau eksperimen,
mengasosiasi, dan mengkomunikasi. Pengalaman belajar tersebut tidak lain
merupakan serangkaian kegiatan dalam metode ilmiah, hal tersebut sesuai dengan
yang dikemukakan oleh McLelland (2006) dan Etherington (2011). Selanjutnya
pengalaman belajar melalui serangkaian kegiatan metode ilmiah ini digunakan
dengan istilah OSEAN (Observing, queStioning, collEcting information, Associating, commuNicating).
Namun, dalam proses pembelajaran terdapat beberapa hambatan yang dialami
oleh guru. Dari hasil studi pendahuluan di salah satu SMP dikota Bandung,
didapatkanprestasi belajar pada ranah kognitif siswa masih perlu ditingkatkan, hal
tersebut didasarkan dari prosentase jumlah siswa yang dapat memenuhi KKM
hanya sebesar 36,11% berdasarkan data yang didapatkan melalui hasil ulangan
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lembar observasi selama proses pembelajaran juga masih perlu ditingkatkan yaitu
observing 73,52%, questioning 14,71%, collecting information 38,23%,
associating 26,47%, communicating 17,64%, terlampir pada Lampiran A.
Kegiatan belajar hanya tinggi pada saat observing. Hal ini terjadi karena pada saat
proses pembelajaran berlangsung, masih banyak kegiatan yang berpusat pada
guru, siswa kurang diberi ruang untuk melakukan kegiatan OSEAN.Pembelajaran
aktif mencari dan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik selama proses
pembelajaran belum terlaksana secara maksimal. Pembelajaran yang dilakukan
oleh guru tidak hanya menggunakan metode ceramah, tetapi guru juga
menggunakan metode demonstrasi, namun ternyata penggunaan metode tersebut
belum memberikan banyak pengalaman belajar pada siswa. Dibutuhkan
perancangan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang
lebih mandiri.
Dari hasil temuan lapangan tersebut maka dibutuhkan penanganan agar para
siswa dapat menguasaikompetensi siswa, dalam penelitian ini yaitu dalam aspek
pengetahuan dan kegiatan OSEAN, sehingga siswa benar-benar mendapatkan
suatu pembelajaran yang bermakana. Dalam proses pembelajaran guru perlu
memperhatikan proses mentransformasikan ilmu kepada siswa. Solusi dari
permasalahan tersebut sebenarnya sudah disebutkan dalam kurikulum 2013, yaitu
dengan penggunaan pendekatan ilmiah. Penggunaan pendekatan ilmiah dibantu
dengan model pembelajaran, karena pendekatan memilikiarti sebagai
pandangansecara umum dalam proses pembelajaran sebagaimana dikemukakan
oleh Hamruni (2012), “...diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran... yang sifatnya masih sangat umum”. Pendekatan
pembelajaran tidak memuat rangkaian tahapan pembelajaran yang dapat
membantu guru dalam melakukan proses pembelajaran. Sedangkan model
pembelajaranmenurutArends (dalam Trianto, 2007) ‘The term teaching model
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
environment, and management system’. Istilah model pembelajaran menurut pandangan Arends mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran yang meliputi
tujuan pembelajaran, sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaannya.Model
pembelajaran berdasarkan pengertian tersebut dapat menggambarkan bahwa
model pembelajaran dapat memberikan kerangka dan arah pembelajaran.
Model pembelajaran yang akan diterapkan tentunya suatu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kegiatan OSEAN dan dipandang sejalan
dengan prinsip-prinsip pendekatan ilmiahyang ada dalam kurikulum 2013.Model
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sehingga peserta didik dapat
belajar aktif (student centered active learning) dengan sifat pembelajaran yang
kontekstual.
Terdapat beberapa model pembelajaran yang sesuai dengan prinsip
pendekatan ilmiah.Namun, model pembelajaran yang akan diterapkan adalah
model inquiry lab, karena modelinquiry lab dapat membuat siswa belajar aktif
selama proses belajar dan dapat mengembangkan keterampilan proses sainsnya,
berdasarkan dari hasil beberapa penelitian. Menurut Gulo (dalam Trianto, 2007),
inkuiri dapat mengembangkan seluruh potensi yang ada, karena siswa dituntut
untuk melakukan serangkaian kegiatan yang memaksimalkan potensinya bukan
hanya kemampuan kognitif atau pengetahuannya. Serangkaian kegiatan ilmiah ini
terdapat dalam tahapan pembelajaran model inquiry lab.
Dalam jurnalnya, Wenning (2011) menyebutkan tujuan utama pedagogis
inquiry lab adalah agar peserta didik menentukan hukum empiris berdasarkan
pengukuran variabel. Model inquiry lab ini dianggap mampu untuk memunculkan
OSEAN dan cocok dalam pembelajaran fisika yang memberikan ruang bagi
peserta didik untuk melakukan penyelidikan. Tahapan pembelajaran pada model
inquiry lab yang dipakai oleh Wenning (2010) merupakan tahapan learning cycle
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
belajar dengan menemukan permasalahan hingga menyelesaikan masalah tersebut
dengan penyelidikan sesuai tahapan yang telah disebutkan.
Dalam pelaksanaannya, penggunaan model inqury lab dibantu dengan media
berupa open guided inquiry worksheetyang disesuaikan pada level yang dibagi
oleh Hegarty-Hazel(Etherington, 2011: 39) berdasarkan level-level inkuiri
terbuka dalam aktifitas laboratorium (Levels of Openness of Inquiry in Laboratory
Activities).
Terdapat beberapa penelitian yang mengkaji permasalahan yang berhubungan
dengan permasalahan diatas. Pada penelitian yang dilakukan Permata (2012)
menunjukkan bahwa prestasi belajar maupun keterampilan proses sains siswa
setelah diterapkan pembelajaran inkuiri menunjukkan hasil yang baik, yaitu
prestasi belajar yang meningkat dan profil keterampilan proses siswa.Tayim
(2008) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa model pembelajaran inkuiri
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X. Maretasari (2012) dalam
penelitiannya mendapatkan hasil bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
laboratorium dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan nilai
gainternormalisasi sebesar 0,53 dan meningkatkan sikap ilmiah siswa. Tanti
(2012) menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri memberikan
hasil yang positif dengan meningkatkan potensi intelektual siswa dan pengajaran
lebih terpusat pada siswa.Raningsih (2010), dalam penelitiannya menggunakan
model inkuiri terbimbing pada tahapan inkuiri laboratorium, mendapatkan hasil
berupa peningkatan prestasi belajar siswa dengan taraf signifikansi 5% pada tiap
seri pembelajaran ditunjukkan dengan rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,45
dengan kategori sedang. Peneliti lainnya, Novians (2011), menerapkan model
inkuiri laboratorium terbimbing juga dapat meningkatkan KPS dan prestasi
belajar siswa dengan peningkatan pada gain ternormalisasi pada kategori sedang.
Annisa (2013), penelitiannya menggunakan metode inkuiri menunjukkan adanya
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam bertanya, menjawab, mempresentasikan hasil pembelajaran dan terlibat
aktif dalam pembelajaran, serta meningkatnya hasil belajar melalui peningkatan
nilai rata-rata siswa dari siklus 1 sebesar 61,1, siklus 2 menjadi 73,5 dan siklus 3
sebesar 82,3. Supriatin (2013), menuliskan kesimpulannya bahwa aktifitas siswa ,
yang meliputi aktifitas fisik (mengumpulkan data, mencatat materi pelajaran,
membuat laporan) mengalami peningkatan berdasarkan rata-rata dari tiap aktifitas
fisik sebesar 16,66%, untuk aktivitas mental (mengajukan pertanyaan, menjawab
pertanyaan, menanggapi jawaban, memecahkan masalah) mengalami peningkatan
berdasarkan rata-rata dari tiap aktivitas mentalsebesar 20%, sedangkan aktivitas
emosional juga mengalami peningkatan sebesar 34,9% setelah diterapkan metode
inkuiri. Abadi (2013) menunjukkan hasil penilitiannya dengan menggunakan
model inkuiri terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa, peningkatan pada
siklus 1 sebesar 25,01% dan siklus 2 sebesar 26,69%.
Berdasarkan pemikiran yang telah dijabarkan tersebut, maka penulis ingin
melakukan penelitian yang berjudul “Implementasi Model Inquiry Lab untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah disampaikan,
maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan
pembelajaran model inquiry lab?
b. Bagaimana peningkatan kegiatan OSEAN selama pembelajaran model inquiry
lab?
C. Batasan Masalah
Pada penelitian ini terdapat beberapa batasan masalah, agar penelitian yang
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Pembelajaran menggunakan model inquiry lab yang digunakan adalah
pembelajaran inquiry laboratorium menurut Wenning (2010). Wening (2010)
membagi inquiry lab menjadi tiga level, yaitu guided inquiry lab, bounded
inquiry lab, dan free inquiry lab, sedangkan dalam penelitian ini hanya
sampai pada tahap guided inquiry lab.
2. Prestasi belajar pada ranahkognitif yang diteliti berdasarkan taksonomi Bloom
yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl pada aspek mengingat (C1),
memahami (C2), mengaplikasikan (C3), dan menganalisis (C4).
3. Kegiatan OSEAN merupakankegiatansiswa yang dibatasi berdasarkan lima
pengalaman belajar pokok dalam proses pembelajaran yang mencakup
kegiatan mengamati (Observing), menanya (queStioning), mengumpulkan
informasi (collEcting information), assosiasi (Associating), dan
mengkomunikasi (commuNicating). Peningkatan kegiatan OSEAN dilihat
berdasarkan prosentase jumlah siswa yang melakukan kegiatan OSEAN pada
tiappertemuan selama proses pembelajaran.Kegiatan OSEAN selama proses
pembelajaran menggunakan lembar observasi dengan kriteria berdasarkan
Permendikbud No. 81A tahun 2013, dan kegiatan OSEAN dalam
penyelesaian masalah sains menggunakanopen guided inquiry worksheet.
D. Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model inquiry lab. Sedangkan
untuk variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar dan kegiatan
OSEAN siswa.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dan
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah bahwa hasil penelitan
dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif solusi bagi guru dalam
memenuhituntutan kurikulum 2013 dengan memberikan pengalaman belajar
selama pembelajaran untuk mencapai kompetensi pengetahuan siswa dan
memfalisilitasi siswa untuk melakukan kegiatan OSEAN dengan menggunakan
model inquiry lab.
G. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam skripsi ini berisi lima Bab. Pada Bab I yaitu pendahuluan yang berisi latar
belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, variabel penelitian,
tujuan penelitian, dan manfaatpenelitian. Bab II berisi tentang kajian pustaka
terdiri dari kurikulum 2013, pembelajaran inquiry,model inquiry lab, prestasi
belajar, dan kegiatan OSEAN dan kerangka pemikiran hubungan antara model
inquiry lab dengan kegiatan OSEAN dan juga prestasi belajar.Bab III berisi
penjabaran metode penelitian, yaitu metode dan desain penelitian, populasi dan
sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, analisis uji coba
instrumen,hasil uji coba instrumen, prosedur penelitian,teknik pengumpulan
data, dan teknik pengolahan data. Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan
pembahasanyang terdiri dari keterlaksanaan pembelajaran model inquiry lab,
pemaparan dan pembahasan datayang terdiri dari prestasi belajar, kegiatan
28
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode penelitian eksperimen. “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya” (Arikunto, 2010). Metode
penelitian eksperimen sendiri menurut Sugiyono (2008) merupakan metode
penelitian yang bertujuan atau digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Diperkuat oleh
pernyataan Arikunto (2010) yaitu “Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan”.
Desain penelitian dengan metode eksperimen inidalam bentuk one group
pre-test post-test design. Menurut Arikunto (2007), one group pre-test
post-test design merupakan penelitian pada satu kelompok saja dan tidak ada
kelompok pembanding. Alur dari desain penelitian ini adalah kelas yang
digunakan untuk penelitian (kelas eksperimen) diberi pre-test kemudian
dilanjutkan dengan pemberian perlakuan (treatment) yaitu penerapan model
inquiry labyang akan dilakukan observasi terhadap keterlaksanaan dan
kegiatan OSEAN, setelah itu kelas eksperimen tersebut diberi post-test.
Secara sederhana desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai
berikut:
Tabel 3.1.Desain Penelitian One Group Pre-test Post-test
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
02 : tes akhir (posttest) sesudah perlakuan pembelajaran.
Setelah dilakukan post-test, maka peneliti akan dapat melihat pengaruh
model inquiry lab terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif.
B. Populasidan Sampel Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalahsalah satu sekolah menengah
pertama negeri di kota Bandung. Sekolah yang dipilih tersebut disesuaikan
dengan materi pembelajaran dan waktu penelitian, yang tentunya sudah
mendapatkan persetujuan dari pihak sekolah. Populasi penelitian adalah
seluruh siswa kelas VII di salah satu sekolah menengah pertama negeri di
kota Bandung tahun ajaran 2013/2014.
Untuk sampel dalam penelitian ini diambil salah satu kelas dari
keseluruhan populasi secara cluster sampling.
C. Definisi Operasional
1. Model inquiry lab
Model inquiry lab merupakan model pembelajaran penyelidikan
laboratorium yang memiliki lima tahapan pembelajaran didasarkan oleh
tahapan pembelajaran learning cycle berdasarkan jurnal Wenning (2011),
yaitu tahap observation, manipulation, generalization, verification, dan
application. Inquiry lab memiliki tujuan umum pedagogis untuk
menentukan hukum empiris berdasarkan hasil pengukuran variabel. Untuk
mengetahui keterlaksanaan model inquiry lab ini digunakan lembar
observasi berupa lembar keterlaksanaan model inquiry lab.
2. Prestasi Belajar
Abdul Rahman Saleh (dalam Maulana, 2012) mendefinisikan prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai siswa dari mempelajari tingkat
penguasaan ilmu pengetahuan tertentu dengan alat ukur berupa evaluasi
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh sebagai hasil akhir dari
aktivitas belajar. Peningkatan prestasi belajar adalah peningkatan
penguasaan peserta didik setelah melakukan suatu proses pembelajaran
pada materi tertentu, yakni peningkatan penguasaan pada aspek kognitif.
Aspek kognitif disesuaikan dengan kategori proses kognitif taksonomi
Bloom yang telah direvisi yang dijabarkan Anderson dan Krathwohl
(2010) sampai pada kategori menganalisis (C4). Peningkatannya dilihat
dari perubahan positif dari hasil pre-test dan post-test dengan
menggunakan soal tes berupa tes tertulis pilihan ganda 30 soal melalui
nilai rata-rata gain dinormalisasi yang diklasifikasikan berdasarkan kriteria
oleh Hake (1998).
3. Kegiatan OSEAN
Kegiatan OSEAN merupakan kegiatan selama proses pembelajaran
yang disesuaikan dengan lima pengalaman belajar pokok berdasarkan
Permendikbud No. 81A tahun 2013. Kegiatan OSEAN meliputi kegiatan
mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi
(collecting information), assosiasi (associating), dan mengkomunikasi
(communicating). Kegiatan OSEAN selama proses pembelajaran dilihat
prosentase rata-rata jumlah siswa yang melakukan kegiatan OSEAN pada
pembelajaran model inquiry lab yang diukur melalui lembar observasi, dan
kegiatan OSEAN dalam menyelesaikan permasalahan sains
menggunakanopen guided inquiry worksheet.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Instrumen Tes
Penelitian ini menggunakan tes berupa tes tertulis 30 soal pilihan
ganda dengan empat alternatif jawabanyang digunakan untuk mengukur
prestasi belajar siswa pada ranah kognitif dengan aspek kognitif sampai
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berupa pembelajaran model inquiry lab pada materi kalor pada perubahan
suhu dan perubahan wujud benda. Selain itu, dalam pembelajaran
digunakan open guided inquiry worksheet, berisi permasalah yang perlu
dipecahkan siswa melalui percobaan.
2. Instrumen Non-Tes
Lembar observasi dalam penelitian ini berupa lembar keterlaksanaan
penerapan pembelajaran model inquiry lab. Selain itu digunakan juga
lembar observasi kegiatan OSEAN siswa untuk mengetahui apakah
dalam pembelajaran guru memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan
OSEAN dan kemunculannya pada tiap tahap pembelajaran.
E. Analisis Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen tes diberikan kepada sampel penelitian, terlebih dahulu
instrumen tersebut diujikan kepada kelas lain yang sederajat yang selanjutnya
hasil dari uji coba tersebut diolah dan dianalisis berdasarkan validitas,
reabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya.
1. Analisis Validitas
Arikunto (2010) menyebutkan “validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”.
Dalam Arikunto (2012) juga menuliskan pendapat dari beberapa ahli
yaknioleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan menyebutkan “A testis
valid if it measures what it purpose to measure”, dapat diartikan bahwa
sebuah tes yang valid jika tes tersebut dapat mengukur apa yang ingin
diukur. Untuk mengetahui nilai validitas dapat digunakan teknik korelasi
product momentdengan angka kasar yang ditemukan oleh Pearson,
menggunakan persamaan berikut:
= −
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
: koefisien korelasi antara variabel X dan Y.
X : skor tiap butir soal.
Y : skor total tiap butir soal.
N : jumlah peserta didik.
Tabel 3.2.Nilai Korelasi dan Interpretasi Validitas Instrumen
Nilai rxy Interpretasi
Reliabilitas tes berhubungan dengan ketetapan (ajeg)atau kestabilan
hasil yang diperoleh. Arikonto (1999) menerangkan bahwa ajeg atau
ketetapan maksudnya adalah, jika keadaan A mula-mula berada lebih
rendah dibandingkan dengan B, maka jika diadakan pengukuran ulang, si
A juga berada lebih rendah dari B.
Reliabilitas yang akan dianalisis berupa reabilitas internal yang
diperoleh dengan menganalisis data dari satu kali pengetesan. Teknik yang
dipilih untuk mengukur tingkat relibilitas instrumenyaitu denganteknik
belah dua (split half method)dengan rumus Spearman-Brown, yaitu:
11 =
11 : realibilitas instrumen
1
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3.Nilai Korelasi dan Interpretasi Realibilitas Instrumen
Nilai r11 Interpretasi
0, 800 – 1, 00 Sangat tinggi
0,600 – 0,800 Tinggi
0,400 – 0,600 Cukup
0,200 – 0,400 Rendah
0,00 – 0,200 Sangat rendah
(Arikunto, 2012)
3. Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal
Arikunto (1999) menyebutkan salah satu ciri soal yang baik jika soal
yang diberikan tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Terdapat
difficulty index atau indeks kesukaran yang dapat menunjukkan apakah
soal yang dibuat sukar, sedang, atau mudah. Indeks kesukaran disimbolkan
dengan P yang merupakan singkatan kata proporsi. Analisis taraf
kesukarandapat melalui hasil perhitungan dengan perumusan sebagai
berikut:
=
�
Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
Js : Jumlah peserta tes
Tabel 3.4.Indeks Kesukaran dan Klasifikasi
P Klasifikasi
0,00 – 0, 30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Analisis Daya Pembeda
Arikunto (2012) menerangkan bahwa daya pembeda soal merupakan
kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang
berkemampuan tinggidengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk
mengetahui daya pembeda suatu soal ditunjukkan dengan indeks
diskriminasi (D), dengan perumusan sebagi berikut:
=
� -� = PA - PB
Keterangan:
D = Daya pembeda butir soal
BA= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Dalam menganalisis daya pembeda, peneliti menggunakan kelompok
kecil yaitu yang kurang dari 100 orang, maka untuk pembagian kelompok
atas maupun kelompok bawah cukup dengan seluruh pengikut tes
dideretkan mulai dari skor teratas sampai terbawah, selanjutnyamembagi
dua sama besar.
Berikut kategori daya pembeda butir soal dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel3.5.Kategori Daya Pembeda
D Kategori
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D Kategori
butir soal yang mempunyai nilai
D negatif sebaiknya dibuang saja.
0, 00 – 0, 20 Jelek
menjawab butir soal tersebut dengan benar daripada kelompok tinggi.
F. Hasil UjiCoba Instrumen
Berdasarkan pemaparan mengenai teknik analisis instrumen, didapatkan
hasil uji coba instrumen yang dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6.Tabel Hasil Analisis Uji Coba Instrument
No. Soal
Validitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda Keterangan
Indeks Kriteria Indeks Kriteria Indeks Kriteria
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No.
Soal
Validitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda Keterangan
Indeks Kriteria Indeks Kriteria Indeks Kriteria
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No.
Soal
Validitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda Keterangan
Indeks Kriteria Indeks Kriteria Indeks Kriteria
42 0,68 Tinggi 0,67 Sedang 0,57 Baik Digunakan
Berdasarkan tabel tersebut untuk validitas instrumen tiap butir soal
terdapat14 soal atau sebanyak 25,92% soal dalam kategori sangat rendah, 12
soal atau 22,22% soal dalam kategori rendah, 22 soal atau 40,74% soal dalam
kategori cukup, danenam soal atau sebesar 11,11% soal dalam kategori tinggi.
Pada hasil analisis taraf kesukaran didapatkan, yaitu 13 soal atau sebanyak
24,07% soal dalam kategori mudah, 32 soal atau sebesar 59,26% soal dalam
kategori sedang, dan sembilan soal atau sebesar 17% soal dalam kategori
sukar.
Berdasarkan hasil analisis juga didapatkan daya pembeda soal, dengan 17
soal atau sebesar 31,48% soal dalam kategori jelek, 16 soal atau sebesar
29,63% soal dalam kategori cukup, 13 soal atau sebesar 24,07% soal dalam
kategori baik, dan untuk kategori baik sekali hanya ada satu soal atau sebesar
1,85% dari seluruh soal,sedangkan tujuh soal lainnya memiliki nilai daya
pembeda negatif, sehingga soal tersebut harus dibuang.
Untuk reliabilitas instrumen yang dianalisis menggunakan teknik belah
dua awal dan akhir didapatkan nilai reliabilitas untuk instrumen ini sebesar
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian, soal yang diambil hanya sebanyak 30 soal yang
dianggap baik dan telah melalui proses revisi kembali untuk diperbaiki yang
meliputi keterbacaan soal, keterkaitan soal dengan proses kognitif yang
diinginkan, kejelasan soal untuk dipahami oleh siswa, efisiensi penggunaan
kata dalam soal, dan perbaikan pilihan jawaban untuk lebih
homogen.Pemilihan soal untuk penelitian disesuaikan dengan proses kognitif
soal untuk tiap indikator yang ingin dicapai dengan proporsi soal C1
sebanyaktujuh soal, C2 sebanyak sembilan soal, C3 sebanyak delapan soal,
dan C4 sebanyak enam soal. Terdapat soal yang tidak digunakan,
berhubungan dengan pengambilan jumlah soal yang hanya sebanyak 30 soal,
meskipun soal tersebut memiliki validitas yang tinggi dan analisis lainnya
juga menunjukkan hasil yang baik. Terdapat juga soal yang diperbaiki
meskipun validitas dan analisis kriteria lainnya tidak bagus, hal itu dilakukan
untuk memenuhi indikator yang dibuat. Perbaikan dan pemilihan soal
tentunya telah dikonsultasikan kepada pembimbing.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan dan analisis data.
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan pendahuluan melalui studi kepustakaan dan lapangan. Studi
pustaka untuk memperoleh teori yang akurat dan sesuai dengan
permasalahan pada penelitian ini. Studi literatur yang dilakukan adalah
mengkaji model inquiry lab, prestasi belajar, dan telaah kurikulum
2013. Sedangkan studi pendahuluan ke lapangan untuk mengobservasi
proses pembelajaran, khususnya adalah kegiatan OSEAN, apakah guru
memberikan pengalaman belajar pada siswa melalui kegiatan
mengobservasi, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasi dan meminta data hasil tes siswa untuk mengetahaui
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Telaah Kurikulum 2013 mengenai kompetensi inti dari materi yang
akan diajarkan pada proses pembelajaran.
c. Menentukan tempat penelitian, yaitu sekolah yang akan dijadikan
tempat penelitian dan menyiapkan administrasi perizinan penelitian.
d. Menyiapkanperangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam
penelitian. Perangkat pembelajaran mengenai berbagai kegiatan selama
proses pembelajaran yang terdapat dalam rencana pelaksanaan
pembelajarandan skenario pembelajaran model inquiry labpada materi
kalor dan selanjutnya didiskusikan dengan dosen pembimbing.
e. Membuat instrumen penelitian berupa soal tes pilihan ganda,lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran model inquiry lab dan lembar
observasi kegitan OSEAN, danworksheet siswa.
f. Melakukan judgment ahli mengenai instrumen pembelajaran yang
digunakan, yang selanjutnya dilakukan revisi. Selanjutnya dilakukan
judgement lapangan.
2. Tahap pelaksanaan
a. Memberikan tes awal (pre-test) pada kelas penelitian untuk mengukur
kemampuan awal siswa sebelum diberikan treatment.
b. Memberikan treatment atau perlakukan berupa model inquiry lab pada
kelas penelitian yaitu menerapkan model inquiry lab.
c. Selama proses pembelajaran, observer melakukan observasi dengan
mengamati aktifitas siswa dan keterlaksanaan pembelajaran.
d. Memberikan tes akhir (post-test) pada kelas penelitian untuk melihat
peningkatan prestasi belajar siswa pada ranah kognitif siswa setelah
diberikan treatment berupa model inquiry lab.
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
a. Mengolah data hasil temuan saat penelitian berupa hasil pre-test dan
post-test, lembar observasi kegiatan OSEAN, hasil open guided inquiry
woorksheet siswa, dan lembar keterlaksanaan model inquiry lab.
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Menarik kesimpulan penelitian berdasarkan hasil analisis untuk dapat
menjawab permasalahan penelitian.
d. Menyusun laporan hasil penelitian
Alur penelitian secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1.Alur Penelitian
H. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data selama penelitian ini digunakan pengumpulan data
dalam bentuk data kuantitatif dan data kualitatif, yaitu:
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini data kuantitatif diperoleh melalui hasil tes prestasi
belajar berupa testertulis pilihan ganda yang diberikan pada saat pre-test
dan post-test untuk mengetahui prestasi belajar siswa dalam ranah kognitif.
Selanjutnya terdapat open guided inquiry worksheet yang digunakan untuk
mengetahui kegiatan OSEAN siswa dalam menyelesaikan permasalahan
sains menggunakan metode ilmiah, yaitu mengajukan pertanyaan, mencari
informasi, memformulasikan hipotesis, merancang percobaan,
mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan.
2. Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi keterlaksanaan model
inquiry lab dan lembar observasi kegiatan OSEAN. Lembar observasi
keterlaksanaan model inquiry lab yang berisi tentang aktivitas guru dan
siswa dalam menerapkan pembelajaran model inquiry lab. Sedangkan
lembar observasi kegiatan OSEAN yang berisi aktivitas siswa pada
kegiatan OSEAN dalam tiap tahapan pembelajaran.
I. Teknik Pengolahan Data
Setelah mendapatkan data, baik berupa data kuantitatif dan data kualitatif,
selanjutnya data tersebut akan diolah.
1. Soal Tes Prestasi Belajar
Dalam pengolahan data skor tes pilihan ganda yang diujikan pada saat
pre-test dan post-test dilakukan dengan menggunakan analisis kuantitatif
yang menggunakan perhitungan gain yang dinormalisasi dengan terlebih
dahulu memberikan skor pada tiap jawaban siswa.
Penskoran dilakukan dengan jawaban benar bernilai satu dan jawaban
salah bernilai nol. Dengan perumusan sebagai berikut:
= Σ
Dengan S adalah skor siswa dan R adalah jawaban siswa benar.
Setelah dilakukan penskoran selanjutnya adalah menghitung gain yang
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
antara skor pre dan post-test yang disebut skor gain aktual dibagi dengan
selisih antara skor maksimum post-test dan skor pre-test yang diperoleh
yang disebut skor gainmaksimum. Perumusan gain yang dinormalisasi
berdasarkan Hake (1998) adalah sebagai berikut:
1
gainyang dinormalisasi adalah dengan menentukan nilai rata-rata gainyang
dinormalisasi untuk keseluruhan siswa.
Tabel 3.7.Kriteria Skor Gain Ternormalisasi
<g> Kriteria
2. Lembar Observasi Kegiatan OSEAN
Lembar observasi kegiatan OSEAN diolah datanya untuk mengetahui
prosentase jumlah siswa yang melakukan kegiatan OSEAN pada proses
pembelajaran. Langkah awal adalah menghitung jumlah siswa yang
melakukan kegiatan OSEAN pada tiap aspeknya di tiap tahapan
pembelajaran. Selanjutnya adalah merata-ratakan jumlah siswa yang
melakukan kegiatan OSEAN pada tiap aspeknya dan dilihat
prosentasenya. Kegiatan OSEAN berupa kegiatan siswa dapat dinyatakan
dalam prosentase dengan menggunakan rumus di bawah ini:
P = � � � � � ���� �
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Open Guided Inquiry Worksheet
Open guided Inquiry worksheet mengukur kegiatan OSEAN siswa
dalam memecahkan masalah sains.Open guided inquiry worksheet ini
berada pada level 2a, didasarkan levels of openness of inquiry in
laboratory activities,Ethretington (2011). Levels of openness of inquiry in
laboratory activities dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8.Levels of Openness of Inquiry in Laboratory Activities.
Level Problem Equipment Procedure Answer Common name
0 Given Given Given Given Verification
1 Given Given Given Open Guided inquiry
2a Given Given Open Open Open guided inquiry
2b Given Open Open Open Open guided inquiry
3 Open Open Open Open Open inquiry
. Langkah pengolahan data melalui open guided inquiry lab worksheet
sebagai berikut:
a. Membuat rubrik penilaian yang memuat kriteria jawaban siswa.
b. Mengelompokkan tiap langkah pengerjaan open guided inquiry
worksheet ke dalam kegiatan OSEAN.
c. Menilai tiap langkah kerja LKS siswa sesuai dengan rubrik yang telah
dibuat dengan skor0 – 4, terlampir pada lampiranC.6.4.
d. Merata-ratakan skor tiap siswa untuk setiap kegiatan OSEAN di tiap
pertemuan.
e. Merata-ratakan skor seluruh siswa untuk setiap kegiatan OSEAN di
tiap pertemuan.
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran diolah selanjutnya
dianalisis untuk mengetahui kriteria keterlaksanaan melalui perhitungan
persentase dengan rumus :
% keterlaksanaan pembelajaran = � � � � � � � � � �
� � � � x 100 %
Tabel 3.9.Interpretasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan Pembelajaran (%) Interpretasi
0-32 Kurang
33-65 Cukup
66-100 Baik
62
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang didapatkan
melalui penelitian yang dilakukan pada salah satu SMP Negeri di kota
Bandung kelas VII, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Prestasi belajar siswa pada ranah kognitif setelah diterapkan model inquiry
lab memiliki nilai gain yang dinormalisasi sebesar 0,56 berada pada
kategori sedang. Sedangkan untuk tiap kategori proses kognitifnya pada
kategori mengingat (C1) memiliki gain yang dinormalisasi sebesar 0,7
berada pada kategori tinggi, memahami (C2) memiliki gain yang
dinormalisasi 0,3 pada kategori sedang, menerapkan (C3) memiliki gain
yang dinormalisasi sebesar 0,4 pada kategori sedang, menganalisis (C4)
memiliki gain yang dinormalisasi sebesar 0,58 pada kategori sedang.
Berdasarkan nilai gain yang dinormalisasi tersebut model inquiry lab
dianggap dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada ranah kognitif.
2. Peningkatan kegiatan OSEAN siswa selama proses pembelajaran dengan
model inquiry lab pada kegiatanObservingmengalami peningkatan
prosentase jumlah siswa pada pertemuan kedua sebesar 10,7% dan
pertemuan ketiga sebesar 4,7% dibandingkan dengan peretemuan pertama.
Kegiatan queStioning pada pertemuan kedua dan ketiga mengalami
peningkatan sebesar 14,6% dan 8,6% dibandingkan dengan pertemuan
pertama. Kegiatan collEcting informationpada pertemuan kedua dan ketiga
mengalami peningkatan sebesar 12% dan 8% dibandingkan dengan
pertemuan pertama. KegiatanAssociating mengalami peningkatan pada
pertemuan kedua dan ketiga sebesar 33,3% dan 20%, dibandingkan dengan
pertemuan pertama. KegiatancommuNicating mengalami peningkatan pada
pertemuan kedua dan ketiga sebesar 16% dan 8,6%, dibandingkan dengan
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Namun, pada pertemuan ketiga bila dibandingkan dengan pertemuan kedua
mengalami penurunan pada tiap kegiatan OSEAN secara berurutan sebesar,
6%, 6%, 4%, 13,3%, dan 7,4%.
3. Kegiatan OSEAN pada open guided inquiry lab worksheet berdasarkan
prosentase ketuntasan siswa dalam menyelesaikan permasalahan diperoleh
pada pertemuan pertama sebesar 67%, pertemuan kedua sebesar 100%
dengan peningkatan sebesar 33% mencapai prosentase maksimum, pada
pertemuan ketiga juga mencapai prosentase maksimum 100%.
B.Saran
Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Dalam pembagian kelompok, selain memperhatikan jumlah siswa pada tiap
kelompok, yaitu sebaiknyapada tiap kelompok beranggotakan kurang dari
lima orang, agar dalam kelompok itu setiap siswa dapat turut aktif dalam
berdiskusi. Dalam pembentukan kelompok juga diperhatiakan kenyamanan
anggota kelompoknya. Jika siswa kurang nyaman dalam pembagian
kelompok yang diberikan oleh guru, siswa enggan untuk berinteraksi
dengan anggota kelompoknya.
2. Sebelum diberikan open guided inquiry woorksheet pada saat pembelajaran,
sebaiknya siswa terlebih dahulu diberikan penjelasan mengenai metode
ilmiah seperti mengajukan pertanyaan, variabel penelitian, hipotesis, tabel,
grafik, analisis, dan kesimpulan, sehingga dalam pembelajaran siswa sudah
terfokus pada permasalahan yang diberikan, tidak lagi kebingungan dengan
cara pengisian.
3. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kegiatan OSEAN
selama proses pembelajaran, sampai pada mengasah keterampilan siswa
64
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Abadi, H.M. (2013). Peningkatan Aktivitas dan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
dengan Model Inkuiri disertai Metode Eksperimen pada Mata Pelajaran
Fisika Siswa Kelas IX F SMP Negeri 1 Rogojampi. (Skripsi). Jurusan
Pendidikan MIPA FKIP. Universitas Jember.
Anderson, L.W., Krahtwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Mengajar, dan Assesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan
Bloom). Yogyakarta: Pustaka Belajar
Ango, Marry L. (2002). Mastery of Science Process Skills and Their Effective
Use in the Teaching of Science: An Educology of Science Education in the
Nigerian Context. International Journal of Educologi, 16 (1), hlm. 11-30.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi
Aksara
Annisa, Nuri. (2013). Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Materi Tanah di
Sekolah Dasar. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP,
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Depdiknas. (2003). Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Etherington, Metthew B. (2011). Investigative Primary Science: A Problem-based
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Feng, H., Fan , J., & Yang, H. (2013). “The Relationship of Learning Morivation
and Achievement in EFL: Gender as an Intermediated Variable”.
Education Research International. 2, (2). Hlm. 50-58
Hake, R. R. (1998). Analizing Change/Gain Score. USA: Dept: Of Physics,
Indiana University.
Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.
Kunandar. (2013). Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013). Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan
Contoh. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
McLelland, C. V. (2006). Nature of Science and the Scientific Method. The
Geological Society of America. Tersedia :
http://wwwgeosociety.org/educate/naturescience.pdf
Maretasari, Esti. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Berbasis Laboratorium untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Sikap
Ilmiah Siswa. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
Maulana, Slamet. (2012). Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar
Peserta didik di SMK Negeri Bisnis Manajemen Se-Kota Bandung.
(Skripsi). Jurusan Pendidikan Manajemen Bisnis FPEB, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
Mundilarto. (2012). Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta: UNY Press.
National Researh Council. (1996). National Science Education Standards.
Washington, DC: The National Academies Press.
Novians, M.I. (2011). Penerapan Model Inkuiri Laboratorium Terbimbing pada
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterampilan Proses Sains pada Siswa SMP. (Skripsi). Jurusan
Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 68
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2013.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 68
tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah, 2013.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 81A
tentang Implementasi Kurikulum, 2013.
Permata, Evita. (2012). Penerapan Model Pembelajran Inkuiri Terbimbing pada
Pembelajaran Fisika SMA Kelas X untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
dan Mengetahui Profil Keterampilan Proses Sains. (Skripsi). Jurusan
Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Raningsih, Imas. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
sebagi Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Prestasi
Belajar Fisika Siswa SMA. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA,
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Silberman, M.L. (2004). Active Learning. 101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung: Nusamedia dan Nuansa.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Supriatin, Tutut. (2013). Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Aktivitas
Siswa dalam Pembelajaran IPA di SD. (Skripri). Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Surapranata, S. (2004). Panduan Penulisan Tes Tertulis. Bandung : PT. Remaja
Nida Fiqroh Fithriyah, 2014
Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tanti, T. (2012). Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran
Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Interferensi
dan Difraksi Gelombang. Edu-Physics, 3.
Tayim. (2008). Penerapan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil
belajar fisika siswa sma kelas XI pada pokok bahasan getaran (penelitian
kuasi eksperimen di kelas XI-2 SMA negeri 1 Sliyeg indramayu). (Skripsi).
Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Pendidikan
Indonesia,Bandung.
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Wenning Carl J. (2010). “Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning
sequences to teach science”. Journal Physics Teacher of Education
Online. 5, (4), hlm. 11-19.
Wenning, C.J. (2005). “Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical
practices and inquiry processes”. Journal of Physics Teacher Education
Online. 2, (3), hlm. 3-11.
Wenning, C.J. (2011). “The Levels of Inquiry of Science Teaching”. Journal of