HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI, MOTIVASI BERPRESTASI, DAN PARTISIPASI AKTIF SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS IX SMP STELLA DUCE II YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Maria Tri Rahayu Sulistyawati NIM: 041424016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI, MOTIVASI BERPRESTASI, DAN PARTISIPASI AKTIF SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS IX SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar sarjana pendidikan
Program studi pendidikan fisika
Oleh:
Maria Tri Rahayu Sulistyawati NIM: 041424016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai;
kasih dan kemuliaan Ia berikan;
Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela.”
Mazmur 84:12
”Jangan menganggap tugas belajarmu sebagai kewajiban, melainkan
pandanglah itu sebagai sebuah kesempatan untuk menikmati betapa indahnya
dunia ilmu pengetahuan, kepuasan hati yang diberikannya serta manfaat yang
akan diterima oleh masyarakat apabila jerih payahmu berhasil.”
Albert Einstein
“Barangsiapa yang tidak pernah melakukan kesalahan, maka dia tidak pernah
mencoba sesuatu yang baru.”
Albert Einstein
v
ABSTRAK
Sulistyawati, Maria Tri Rahayu. 2009. Hubungan Konsep Diri, Motivasi Berprestasi, dan Partisipasi Aktif Siswa dalam Proses Belajar Mengajar Dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas IX SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) apakah ada hubungan konsep diri dengan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif; (2) apakah ada hubungan motivasi dengan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif; (3) apakah ada hubungan partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar dengan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta, pada bulan November 2008. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX Tanjung dan siswa kelas IX Nagasari SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang semuanya berjumlah 68 siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan beberapa siswa untuk mengetahui lebih lanjut hubungan partisipasi aktif siswa dan motivasi belajar siswa dengan prestasi belajar siswa yang diperoleh melalui tanya-jawab langsung dari siswa. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis Korelasi Product Moment Pearson dengan taraf signifikansi 5%.
vi
ABSTRACT
Sulistyawati, Maria Tri Rahayu. 2009. The relationship of self concept, achievement motivation, and students’active participation in teaching-learning process; with achievement in teaching-learning physics of SMP Stella Duce 2 Yogyakarta grade IX students. Physics Education Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University Yogyakarta.
The purposes of this research to find out: (1) whether self concept has relationship with students’ learning result in cognitive knowledge; (2) whether motivation has relationship with students’ learning result in cognitive knowledge; (3) whether students’ active participation in the teaching-learning process has relationship with students’ learning result in cognitive knowledge. This research was conducted in SMP Stella Duce 2 Yogyakarta on November 2008. The subjects of this research were the students of grade IX Tanjung and the students of grade IX Nagasari of SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. They were 68 students. Data was collected using questionnaire, observation, documentation, and interview with some students to know in advance about the relationship of students’ active participation and students’ learning motivation with students’ learning result which was gained through direct interview with the students. Research data was analyzed using Product Moment Pearson correlation analysis with significance level 5%.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan
membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal sampai akhir
penyusunan skripsi yang berjudul ”Hubungan Antara Konsep Diri, Motivasi
Berprestasi, dan Partisipasi Aktif Siswa dalam Proses Belajar Mengajar dengan
Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas IX SMP Stella Duce 2 Yogyakarta”.
Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada pihak lain yang telah
mendukung dan membantu saya dalam penyusunan skripsi ini. Rasa terima kasih
ini saya ucapkan kepada:
1. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Fisika dan sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi yang selalu
membantu dan membimbing dalam penyelesaian skripsi.
2. Drs. Fr.Y. Kartika Budi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
3. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendididkan Fisika
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan
dukungan dan bimbingannya
4. Bapak Sunarjo, Bapak Sugeng, dan Ibu Heni selaku staf sekretariat
JPMIPA yang telah membantu selama proses perkuliahan dan
kelancaran dalam menyelesaiakan skripsi.
5. Ibu Kepala Sekolah SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang sudah
viii
Parno, S.Pd.Si guru fisika SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah
mendukung dan memberikan nasihat dalam melakukan penelitian.
6. Ayah dan ibu yang selalu memberikan semangat, sehingga tidak ada
kata putus asa untuk terus mencoba yang terbaik .
7. Saudaraku, Ig. Primandaru dan Benediktus Indriawan yang selalu
mendukung dalam doa dan memberi semangat untuk segera
menyelesaikan skripsi
8. Buat teman spesialku, Yohanes Nova Probo Wicaksono. Terima kasih
selama ini selalu memberiku semangat dan membuat aku menjadi
seseorang yang lebih dewasa.
9. Temanku Fitri Wulansih, yang selalu menemaniku dalam melakukan
penelitian
10.Buat temen kos (Aster, Iken, Retno, Rina, dan Cristin),
temen-temenku Pendidikan Fisika angkatan 2004 khususnya (Made, Heti,
Dina, Sisca, Wiwi, Woro, Tia, Meta, Ita, Wil, Budi, Bene, Teguh,
Andri, Deny, Fredy, Ion, Yosep, Silvester) dan temen-temenku yang
lain khususnya (Hani, Novi, Mery, Yovita, Intan, Endah, Pandu, Adi
Nugroho, Yanuarius, Dedi, Arnanto, Yoyok) yang selalu membuatku
tersenyum.
11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima
kasih banyak atas bantuan dan dukungannya.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 4
C.Tujuan Penelitian ... 4
D.Manfaat Penelitian ... 5
BAB II DASAR TEORI ... 6
A. Hakikat Fisika ... 6
B. Konsep Diri ... 7
1. Pengertian Konsep Diri ... 7
x
3. Konsep Diri Negatif dan Konsep Diri Positif ... 9
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 11
C. Motivasi Berprestasi ... 13
1. Pengertian Motivasi Belajar ... 13
2. Jenis Motivasi Belajar ... 15
3. Fungsi Motivasi Belajar ... 16
4. Ciri-ciri motivasi Belajar Tinggi ... 16
D. Partisipasi Aktif Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar Fisika ... 18
1. Pengertian Partisipasi Aktif Siswa ... 18
2. Ciri-ciri Partisipasi Aktif Siswa dalam Proses Belajar Mengajar .. 19
E. Prestasi Belajar Fisika ... 20
1. Pengertian Belajar ... 20
2. Pengertian Prestasi Belajar... 21
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 22
F. Kerangka Berpikir ... 25
1. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Prestasi Belajar Fisika .... 25
2. Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Fisika ... 26
3. Hubungan Antara Partisipasi Aktif Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar Fisika Dengan Prestasi Belajar Fisika ... 27
G. Pengajuan Hipotesis ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29
xi
B.Definisi Operasional Variabel ... 29
C.Design Penelitian ... 31
D.Lokasi dan Waktu Penelitian ……... 32
E. Subyek Penelitian ... 32
F. Metode Pengumpulan Data ……….. ... 32
G.Instrument Penelitian ... 34
H.Validitas Instrumen ... 36
I. Metode Analisis Data ... 37
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA ... 42
A.Pelaksanaan Penelitian ... 42
B.Hasil Penelitian ... 43
C.Analisis Data ... 55
BAB V PENUTUP ... 61
A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 63
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 3.1. Sebaran Butir Pernyataan Konsep Diri ... 35
TABEL 3.2. Sebaran Butir Pernyataan Motivasi Berprestasi ... 35
TABEL 3.3. Aspek yang Diamati dalam Observasi dan Pengelompokannya 36 TABEL 3.4. Penyekoran untuk Setiap Butir Pernyataan Positif dan Negatif 38
TABEL 3.5. Penyekoran Konsep Diri dan Motivasi Belajar pada Siswa... 38
TABEL 3.6. Skor Terakhir dari Konsep Diri, Motivasi Belajar Siswa, dan Hasil Prestasi Belajar Masing-masing Siswa ... 39
TABEL 3.7. Kualifikasi Konsep Diri dan Kualifikasi Motivasi Belajar ... 39
TABEL 3.8. Penyekoran Partisipasi Aktif Siswa ... 39
TABEL 3.9. Skor Partisipasi Aktif Siswa untuk 4 kali Pengamatan ... 40
TABEL 4.1. Prestasi Belajar Siswa ... 43
TABEL 4.2. Skor Konsep Diri ... 45
TABEL 4.3. Skor Motivasi Berprestasi ... 47
TABEL 4.4. Skor Partisipasi Aktif Sisa ... 49
TABEL 4.5. Korelasi Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Fisika ... 56
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1. Surat Ijin Penelitian ... 66
LAMPIRAN 2. Surat Keterangan ... 67
LAMPIRAN 3. Kuesioner Konsep Diri... 68
LAMPIRAN 4. Kuesioner Motivasi Berprestasi ... 70
LAMPIRAN 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 73
LAMPIRAN 6. Lembar Wawancara ... 74
LAMPIRAN 7. Data Hasil Belajar Siswa ... 75
LAMPIRAN 8. Tabel Penyekoran Konsep Diri ... 83
LAMPIRAN 9. Tabel Penyekoran Motivasi Belajar ... 89
LAMPIRAN 10. Lembar Partisipasi Akktif Siswa ... 95
LAMPIRAN 11. Data Hasil Penelitian ... 100
LAMPIRAN 12. Hasil Uji Korelasi dengan Program SPSS 16 ... 102
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemerosotan kualitas pendidikan nasional adalah persoalan serius
bangsa yang menjadi salah satu penyebab dari krisis multidimensi yang
berkepanjangan bagi warga bangsa Indonesia. Kualitas pendidikan di
Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara-negara
lainnya.
Pendidikan merupakan upaya mempersiapkan dan mencetak SDM
yang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan mempunyai peranan yang
penting dalam meningkatkan kualitas SDM di Indonesia.
Kenyataan di atas menunjukkan bahwa masih rendahnya prestasi
belajar siswa Indonesia. Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk
skor yang diperoleh dari hasil tes sejumlah materi pelajaran tertentu.
Untuk mencapai prestasi belajar yang diinginkan dipengaruhi oleh
karakteristik-karakteristik psikologis pada diri siswa.
Karakteristik-karakteristik psikologis pada diri siswa yang mempengaruhi kualitas dan
kuantitas belajar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: 1)
karakteristik-karakteristik kognitif (seperti kognitif, kemampuan intelektual, kreativitas dan
sebagainya), dan 2) karakteristik-karakteristik afektif (seperti motivasi, minat,
Fisika termasuk mata pelajaran yang “ditakuti” di kalangan siswa.
Banyak teori, rumus dengan segala perhitungan dan kegiatan dalam
mempelajari fisika sering membuat siswa menyerah di tengah jalan dan tidak
berminat menekuninya. Hal itu mengakibatkan hasil belajar siswa untuk mata
pelajaran fisika relatif rendah dibanding mata pelajaran lain.
Di dalam mempelajari mata pelajaran fisika diperlukan adanya
dorongan dari dalam diri individu yang sedang belajar, dorongan dari dalam
inilah yang disebut motif. Dengan demikian, pelajaran fisika akan berhasil
mencapai sasarannya jika siswanya mempunyai motivasi belajar yang tinggi.
Dengan kata lain, hasil belajar fisika seseorang ditentukan pula oleh motivasi
di dalam belajar fisika itu. Bila anak mempunyai motivasi yang cukup tinggi
untuk belajar maka ia akan berusaha agar dapat belajar dengan
sebaik-baiknya sehingga dapat dibayangkan bahwa hasil belajarnya akan baik pula.
Motivasi beprestasi merupakan dorongan untuk maju, dorongan untuk
selalu memperbaiki prestasi yang telah dicapai sehingga akhirnya akan
diperoleh prestasi yang optimal. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi
dalam belajar fisika, ia akan selalu terdorong untuk berusaha dengan berbagai
cara untuk mendapatkan nilai yang tinggi, baik melalui belajar sendiri,
bertanya atau pun berdiskusi dengan teman, guru maupun belajar dari
literature yang dapat menyebabkan prestasi belajar fisikanya lebih baik.
Untuk mempelajari fisika dengan baik juga diperlukan keterampilan
dan ketelitian dari siswa. Hal ini berarti partisipasi aktif atau keterlibatan
mengerjakan soal-soal, bertanya terhadap hal-hal yang belum jelas, menjawab
pertanyaan guru, diskusi dan lain sebagainya. Usman (1995:23) melukiskan
kadar keaktifan siswa itu dalam interaksi diantara siswa dengan guru dan
siswa dengan siswa lainnya. Apabila kita perhatikan suasana kelas pada waktu
terjadi kegiatan instruksional, akan tampak komunikasi yang beraneka ragam.
Komunikasi tersebut dibangun oleh guru bersama dengan para siswa dalam
rangka mewujudkan pola pembelajaran yang interaktif atau interaksi
instruksional dan tidak didominasi oleh guru.
Di dalam penelitian ini, konsep diri juga dilibatkan karena konsep diri
merupakan salah satu faktor dalam diri siswa yang mempengaruhi prsetasi
akademik siswa. Konsep diri merupakan harapan dan penilaian tentang
perilaku seseorang. Harapan dan penilaian mempengaruhi perilaku seseorang
dalam mencapai tujuan hidupnya serta dalam mencapai tujuan belajarnya
(prestasi akademik). Dengan demikian kemampuan konsep diri tersebut
menjadi penting dan berpengaruh terhadap prestasi akademik.
Berdasarkan uraian di atas dapat diungkapkan bahwa konsep diri,
motivasi berprestasi dan partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar
akan berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi berkenaan dengan
hubungan antara konsep diri, motivasi berprestasi dan partisipasi aktif siswa
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat disusun rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar siswa?
2. Bagaimanakah hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi
belajar siswa?
3. Bagaimanakah hubungan antara partisipasi aktif siswa dalam proses
belajar mengajar dengan prestasi belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban dari rumusan
masalah yang telah disebutkan di atas. Dengan demikian tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui:
1. Hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar siswa
2. Hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa
3. Hubungan antara partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak, antara lain sebagai berikut:
1. Secara praktis
a. Penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi guru dalam meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar dengan memperhatikan konsep diri
siswa, motivasi berprestasi siswa dan partisipasi aktif siswa dalam
proses belajar mengajar
b. Hasil penelitian bagi siswa adalah agar terbiasa dapat memotivasi diri
dan berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Secara teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran tentang tentang konsep diri,
motivasi berprestasi dan partisipasi aktif siswa dalam proses belajar
mengajar
b. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan kepustakaan dalam
bidang pendidikan, khususnya yang melihat permasalahan yang
berkaitan dengan konsep diri, motivasi berprestasi dan partisipasi aktif
6
BAB II DASAR TEORI
A. Hakikat Fisika
Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam atau sains.
Oleh karena itu hakikat yang dimiliki oleh sains dimiliki pula oleh fisika.
Allonso dan Finn menyatakan bahwa ilmu pengetahuan alam adalah ilmu
yang lahir dan berkembang berdasarkan observasi dan eksperimentasi.
Berdasarkan definisi di atas dapat pula dikatakan bahwa ilmu pengetahuan
atau sains adalah merupakan suatu rangkaian konsep yang lahir dan
berkembang berdasarkan hasil pengamatan dan eksperimen.
Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam,
maka dapat dikatakan bahwa fisika juga merupakan ilmu yang lahir dan
berkembang berdasarkan pengamatan dan eksperimen. Fisika juga
merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah
observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis
lewat eksperimen, penarikan kesimpulan dan penemuan teori atau konsep.
Di dalam fisika, teori dan konsep yang diperoleh dikembangkan
lewat observasi dan eksperimen, sehingga diperoleh penemuan baru. Hasil
penemuan ini berguna untuk observasi dan eksperimen yang lebih lanjut
sehingga menuju ke arah penemuan yang lebih sempurna. Demikian
Mempelajari fisika tidak dapat hanya mendengar lewat ceramah atau
membaca buku teks saja, tetapi harus disertai dengan keaktifan. Jadi disini
siswa dituntut aktif dan diberi kesempatan untuk ikut serta dalam
diskusi-diskusi, melakukan eksperimen, serta melakukan penelitian guna
memecahkan suatu masalah.
B. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri
Setiap individu memiliki pengalaman hidup yang berbeda,
pengalaman hidup sejak lahir sampai dewasa akan membentuk penilaian
individu terhadap dirinya sendiri. Burns (1993:53) merinci konsep diri
sebagai kesan individu terhadap dirinya secara keseluruhan, mencakup
pendapatnya tentang gambaran dirinya di mata orang lain dan pendapatnya
tentang hal-hal yang dicapainya.
Brooks (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2007:100) menyatakan bahwa
konsep diri adalah pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya yang
bersifat psikologis, sosial, dan fisik. Persepsi tentang diri ini diperoleh dari
pengalaman dan interaksi dengan orang lain.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri
adalah semua hal yang dipikirkan dan dirasakan seseorang tentang dirinya
yang diperoleh dari hasil observasi terhadap dirinya di masa lalu dan pada
2. Aspek-aspek Konsep Diri
Menurut Pudjijogyanti (1985:2), konsep diri memiliki dua aspek,
yaitu:
a. Aspek kognitif, yaitu pengetahuan individu mengenai keadaan dirinya
sendiri. Aspek kognitif ini merupakan penjelasan dari pertanyaan “siapa
saya?” dan yang akan memberi gambaran tentang diri sendiri
(self-picture). Gambaran mengenai diri sendiri akan membentuk citra diri
(self image). Aspek kognitif merupakan data yang bersifat objektif,
contohnya saya seorang wanita, muda usia.
b. Aspek afektif, merupakan penilaian individu terhadap diri. Penilaian
tersebut akan membentuk penerimaan terhadap diri (self-acceptance),
serta harga diri (self esteem) individu. Aspek merupakan data yang
bersifat subjektif, contohnya adalah saya puas dan senang dengan
keadaan saya.
Sedangkan Berzonsky (1981) dalam www.aristorahadi.word
press.com menyatakan dalam konsep diri terdapat 4 aspek, yaitu:
1) Aspek fisik, didalamnya meliputi penilaian individu terhadap segala
sesuatu yang dimilikinya secara fisik seperti penampilan diri, kondisi
fisik, dan arti penting tubuhnya dalam hubungan dengan penampilannya
2) Aspek psikis, yang di dalamnya terdapat pikiran, perasaan, dan sikap
yang dimiliki oleh individu terhadap diri sendiri yang ditunjukkan oleh
kemampuan atau kepribadian yang mendukung untuk berhubungan
3) Aspek sosial, meliputi bagaimana peranan sosial yang dilakukan
individu dan penilaian individu terhadap tindakan tersebut
4) Aspek moral, yang didalamnya meliputi nilai dan prinsip yang memberi
arti serta arah bagi kehidupan seseorang
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
aspek-aspek konsep diri antara lain aspek-aspek kognitif, aspek-aspek afektif, aspek-aspek sosial,
aspek fisik, aspek psikis, dan aspek moral. Namun demikian, aspek-aspek
konsep diri yang peneliti gunakan untuk pembuatan angket hanyalah
aspek-aspek konsep diri dari Berzonsky, karena aspek-aspek ini lebih luas mengungkap
konsep diri dari pada aspek yang dikemukakan oleh Pudjijogyanti.
3. Konsep Diri Negatif dan Konsep Diri Positif
Konsep diri merupakan pengertian, harapan dan penilaian individu
mengenai dirinya sendiri. Konsep diri meliputi konsep diri negatif dan
konsep diri positif.
a. Konsep diri negatif
Individu yang mempunyai konsep diri negatif umumnya
memiliki sedikit pengetahuan tentang dirinya sendiri. Individu yang
mempunyai konsep diri negatif biasanya ia kurang tahu siapa dirinya,
kekuatannya dan kelemahannya.
Harapan individu yang mempunyai konsep diri negatif tidak
realistis. Bila ia mengalami kegagalan, maka kegagalan ini akan merusak
Individu yang mempunyai konsep diri negatif akan memberi
penilaian terhadap dirinya juga negatif. Apapun keadaan dirinya, tidak
pernah cukup baik. Apapun yang diperolehnya tampak tidak berharga
dibanding dengan apa yang diperoleh orang lain.
Individu yang mempunyai konsep diri negatif mempunyai
pengertian tidak tepat tentang dirinya, pengharapan yang tidak realistis
dan harga diri yang rendah. Individu ini memandang dirinya tidak punya
potensi dan mempunyai motivasi yang rendah untuk belajar, mudah
cemas dan putus asa, kurang mampu mengaktualisasikan potensinya,
sensitif dan mudah curiga. Individu dengan konsep diri negatif
menganggap suatu keberhasilan diperoleh bukan karena kemampuannya
tapi karena suatu kebetulan atau nasib semata.
b. Konsep diri positif
Individu yang mempunyai konsep diri positif mengenal dirinya
dengan baik. Individu ini dapat menyimpan informasi tentang dirinya
sendiri baik positif atau negatif. Individu dengan konsep diri positif
dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat
bermacam-macam tentang dirinya.
Pengharapan individu yang berkonsep diri positif dirancang
dengan tujuan-tujuan yang sesuai dengan realistis. Artinya memiliki
kemunginan besar untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Individu
dengan konsep diri positif dapat tampil ke depan dengan bebas, ia akan
serta hormat. Individu ini memandang hidup lebih menyenangkan dan
penuh harapan. Individu ini juga dapat menerima dirinya apa adanya dan
juga dapat menerima orang lain apa adanya.
Individu yang mempunyai konsep diri positif, memiliki
pengertian yang luas dan bermacam-macam tentang dirinya,
pengharapan yang realistis dan harga diri yang tinggi.
Kemampuannya dalam berinteraksi dengan lingkungan sangat
bagus. Individu yang berkonsep diri positif sangat menghargai dirinya
dan orang lain, spontan, bebas dan dapat mengantisipasi hal-hal negatif,
bebas mengemukakan pendapat, memiliki motivasi yang tinggi untuk
mencapai prestasi serta mampu mengaktualisasikan potensinya.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Burns (1993:25) faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan konsep diri seseorang adalah:
a. Usia. Adaya perbedaan usia menentukan perbedaan bagaimana
konsep diri akan dibentuk. Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan pengalaman yang diperoleh seseorang sehingga akan
semakin mempengaruhi luasnya wawasan kognitif. Selanjutnya
akan menentukan bagaimana persepsi seseorang terhadap
pengalamannya dan akhirnya turut juga berpengaruh dalam
b. Peran seksual. Jenis kelamin merupakan penentu untuk menetapkan
apakah individu digolongkan sebagai laki-laki ataukah sebagai
perempuan berdasarkan fakta-fakta biologisnya. Peran seksual akan
mempengaruhi perkembangan konsep diri individu. Itu berarti, peran
seksual yang diterapkan pada seorang anak lambat-laun akan
membentuk konsep diri anak. Misalnya, seorang anak perempuan
tunggal yang mempunyai beberapa saudara laki-laki, dapat
dimungkinkan bahwa lambat laun akan berperilaku seperti layaknya
laki-laki.
c. Keadaan fisik. Keadaan fisik merupakan faktor yang dominan bagi
seseorang, khususnya bagi seorang wanita. Ini disebabkan keadaan
fisik memegang peranan penting dalam pembentukan konsep diri.
Gambaran fisik dipahami melalui pengalaman langsung dan
persepsinya mengenai tubuhnya sendiri. Adanya ketidaksempurnaan
tubuh seseorang, akan mempengaruhi konsep diri secara tidak
langsung. Penilaian yang positif terhadap keadaan fisik seseorang baik
dari diri sendiri maupun dari orang lain sangat membantu
perkembangan konsep diri yang positif.
d. Sikap-sikap orang di lingkungan sekitarnya. Konsep diri ditentukan
oleh interaksi yang terbentuk antara individu dengan lingkungan
sekitarnya. Ini berhubungan dengan feed back atau umpan balik yang
diberikan oleh orang-orang disekitarnya terhadap perilaku individu
mempengaruhi konsep diri individu. Jika umpan balik yang diberikan
orang-orang di lingkungannya menunjukkan penerimaan maka
individu merasa diterima dan akan membantu perkembangan konsep
diri ke arah positif. Tetapi jika umpan balik yang diberikan oleh
orang-orang di lingkungannya menunjukkan penolakan, individu akan
merasa terabaikan, terasing, merasa rendah diri, dan akan membentuk
konsep diri yang negatif.
e. Figur-firgur bermakna. Banyak figur yang bermakna bagi individu
yang pada intinya memberi pengaruh pada dirinya. Figur-figur tersebut
memberi pengaruh yang sangat terasa dalam pembentukan dan
perkembangan konsep diri. Figur bermakna biasanya orang yang
mempunyai arti khusus bagi individu meliputi orangtua, angota
keluarga, guru, teman, pacar dan tokoh idola.
C. Motivasi Berprestasi
1. Pengertian Motivasi Belajar
Di dalam kaitannya dalam belajar, motivasi merupakan daya
penggerak untuk melakukan belajarnya. Individu yang memiliki motivasi
yang tinggi dalam belajarnya akan berusaha melaksanakan kegiatan
belajarnya tersebut dengan efektif dan efisien. Oleh karena itu, motivasi
belajar harus dipelihara, baik oleh guru maupun oleh siswa itu sendiri.
Sardiman (1996:75) mengatakan bahwa motivasi belajar adalah
belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh sub belajar dapat tercapai. Di dalam hal ini, tugas guru
adalah membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau melakukan belajar.
Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul akibat
pengaruh dari luar dirinya.
Pembelajaran yang bermotivasi menuntut kreatifitas guru untuk
berupaya secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasa
guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru
hendaknya berupaya agar siswa memiliki motivasi sendiri yang baik, sehingga
diharapkan timbul kesadaran sendiri dari siswa untuk melakukan kegiatan
belajar.
Kehadiran motivasi dalam belajar merupakan faktor psikis yang dapat
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar, sehingga
peranan motivasi dalam belajar dapat menimbulkan gairah, minat, senang dan
semangat dalam belajar. Siswa harus mempunyai motivasi untuk mengikuti
kegiatan belajar atau pendidikan yang sedang berlangsung. Apabila
mempunyai motivasi yang kuat, siswa akan menunjukkan minatnya,
aktivitasnya, dan partisipasinya dalam proses belajar-mengajar yang sedang
dilaksanakan.
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi apabila nilai
ujiannya tidak baik ia akan merasa menyesal dan marah pada dirinya sendiri,
karena seharusnya ia dapat mencapai hasil yang lebih baik. Sedangkan siswa
hanya untuk menghindari kegagalan, jadi kalau ia mendapat nilai baik berarti
suatu keberuntungan saja. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi
jika berhasil maka ia akan merasa puas karena keberhasilan tersebut berkat
usahanya bukan karena suatu keberuntungan belaka. Ia tidak akan mudah
putus asa dalam menghadapi kesulitan yang timbul dalam kegiatan belajarnya.
Ia akan berusaha keras untuk mengatasi kesulitan baik lewat belajar sendiri
dan literatur, berdiskusi dengan teman maupun bertanya pada orang yang
dipandang menguasainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi
berprestasi adalah dorongan yang ada di dalam diri seseorang untuk selalu
sukses, selalu unggul dan terbaik dalam belajar.
2. Jenis Motivasi Belajar
Motivasi ada dua macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi
ekstinsik. Motivasi instrinsik adalah kegiatan bertindak yang disebabkan
pendorong dari dalam diri individu, seperti sikap menerima pelajaran,
mengerjakan tugas pelajaran, mencari sumber belajar lain, dan keinginan
berprestasi.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya
karena pengaruh rangsangan dari luar individu, seperti manfaat nilai bagi
siswa, peranan hadiah bagi siswa, serta peranan pujian dari orang tua, guru,
3. Fungsi Motivasi Belajar
Sardiman (1996:84) mengemukakan fungsi motivasi dalam belajar
adalah sebagai berikut:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak/pendorong
usaha untuk pencapaian prestasi.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Sebagai contoh: Seorang siswa yang giat belajar untuk mendapatkan
prestasi yang baik.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan mana yang harus
dikerjakan yang serasa guna mencapai tujuan dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Contohnya: Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan
harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak
akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu/membaca komik,
sebab tidak serasi dengan tujuan.
4. Ciri-ciri Motivasi Belajar Tinggi
Sardiman (1996:83) mengemukakan motivasi yang ada pada setiap
orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas yaitu dapat bekerja terus menerus dalam
b. Ulet menghadapi kesulitan atau tidak lekas putus asa. Tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin
(tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya);
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah;
d. Lebih senang bekerja mandiri;
e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal mekanis,
berulang-ulang sehingga kurang kreatif);
f. Dapat mempertahankan pendapatnya jika sudah yakin dengan
sesuatu;
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini; dan
h. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Menurut Mc Clelland dalam Moh. As’ad (1987:53) tingkah laku
individu yang didorong oleh kebutuhan berprestasi yang tinggi akan nampak
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif.
b. Mencari feed back (umpan balik) tentang perbuatannya
c. Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan-perbuatannya.
Berdasarkan uraian ciri-ciri individu yang memiliki motivasi di atas
dapat diambil bahwa aspek-aspek motivasi yang dipakai dalam penelitian
antara lain adalah tanggungjawab pribadi yang besar, menyukai tugas dan
latihan-latihan soal, pantang menyerah, dan bertindak secara inovatif dan
D. Partisipasi Aktif Siswa dalam Proses Belajar Mengajar Fisika 1. Pengertian Partisipasi Aktif Siswa
Moh. Uzer Usman (1995:23-24) melukiskan kadar keaktifan siswa itu
dalam interaksi diantara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya.
Apabila kita perhatikan suasana kelas pada waktu terjadi kegiatan
instruksional, akan tampak komunikasi yang beraneka ragam. Komunikasi
tersebut dibangun oleh guru bersama dengan para murid dalam rangka
mewujudkan pola pembelajaran yang interaktif atau interaksi instruksional
dan tidak tidak didominasi oleh guru. Interaksi intsruksional ialah interaksi
yang terjadi antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa, antara
siswa dengan sumber belajar lainnya yang menghasilkan perubahan pada
aspek-aspek intelektual, keterampilan psikomotorik, interaktif, kognitif, dan
efektif. Hal ini tentu saja bergantung pada keterampilan guru dalam mengelola
interaksi kegiatan belajar mengajar. Penggunaan variasi pola interaksi mutlak
dilakukan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam jenis pola interaksi ini, terdapat 4 jenis komunikasi atau interaksi
antara guru dan siswa seperti tampak pada Gambar 1.
G G
S S S S S S
Komunikasi satu arah Ada balikkan bagi guru, tidak ada
G G
S S
S S S S S
Ada balikkan bagi guru, Interaksi optimal antara guru siswa berinteraksi dengan siswa dan antara siswa dengan siswa lainnya
Gambar 1. Jenis-jenis Interaksi Belajar Mengajar.
Situasi pengajaran atau proses pembelajaran dapat terjadi dalam
berbagai pola komunikasi di atas dan tergantung pada keterampilan guru
untuk menggunakan pola komunikasi yang bagaimana dalam proses
pembelajaran. Untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga
siswa berpartisipasi maka guru harus memilih dan menggunakan pola
komunikasi atau pola interaksi banyak arah, yaitu komunikasi terjadi antara
guru dengan siswa atau sebaliknya dan antara siswa dengan siswa lainnya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi
aktif siswa dalam proses belajar mengajar adalah keterlibatan siswa dalam
menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif.
2. Ciri-ciri Partisipasi Aktif Siswa dalam Proses Belajar Mengajar
Menurut Nana Sudjana (1992: 61), keaktifan siswa dalam proses
belajar mengajar dapat dilihat dalam hal :
b. Terlibat dalam pemecahan masalah dan dalam proses memperdalam
materi pelajaran,
c. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya dan berani mengungkapkan
ide/gagasannya.
d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah (berusaha untuk meningkatkan prestasi),
e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru,
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya,
g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis (tekun
menyelesaikan tugas dan latihan),
h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang
dihadapinya.
E. Prestasi Belajar Fisika 1. Pengertian Belajar
Nana Sudjana (2000:28) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai
bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan
tingkah lakunya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada
Berdasarkan pendapat tentang belajar tersebut dapat pula
disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan kecakapan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi dari suatu hasil latihan,
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
Dari definisi di atas dapat ditarik pengertian bahwa unsur-unsur
pokok dalam belajar adalah:
a. Belajar merupakan suatu kegiatan yang disengaja atau dilakukan
secara sadar. Maksudnya seorang yang belajar akan menyadari
kegiatan yang dilakukan dan menyadari terjadinya perubahan atau
sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan dalam
dirinya.
b. Di dalam belajar terdapat perubahan tingkah laku
c. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu. Perubahan yang terjadi
dalam seseorang berlangsung secara berkesinambungan. Satu
perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya
dan akan berguna bagi proses belajar berikutnya
d. Timbul kecakapan-kecakapan baru sebagai hasil dari belajar.
Kecakapan baru itu berupa keterampilan, pengetahuan dan sikap
2. Pengertian Prestasi Belajar.
Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah yang kemudian dinyatakan dalam bentuk
Prestasi belajar berupa nilai akan didapat siswa setelah menjalani
Tes Prestasi Belajar, yang dilaksanakan secara formal, tertib dan
terencana. Nilai Tes Prestasi juga berguna sebagai sarana peningkatan
motivasi belajar. Pengalaman menunjukkan bahwa siswa akan lebih giat
belajar apabila akan diadakan tes.
Kemampuan berprestasi merupakan suatu puncak proses belajar.
Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Siswa
menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau
menstransfer hasil belajar.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar tidak saja ditentukan oleh satu faktor, tetapi oleh
beberapa faktor yang saling berkaitan
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menurut Muhibbin
Syah (1995:132) dapat dibedakan menjadi 3 macam :
a. Faktor internal: faktor dari dalam siswa yakni keadaan/kondisi jasmani
dan rohani siswa.
1) Kondisi Jasmani
Kondisi umum jasmani siswa dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang
lemah dapat menurunkan kualitas kognitif siswa sehingga materi
2) Kondisi Rohani meliputi :
Tingkat kecerdasan/inteligensi siswa
Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa sangat
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi
kemampuan inteligensi siswa maka semakin besar peluangnya
untuk meraih sukses.
Sikap siswa
Sikap siswa yang posistif pada mata pelajaran yang diajarkan
merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa
tersebut.
Bakat siswa
Bakat merupakan kemampuan individu untuk melakukan tugas
tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan
latihan. Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi
belajar siswa. Pemaksaan kehendak terhadap seorang siswa,
dan juga ketidaksadaran siswa terhadap bakatnya sendiri akan
berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.
Minat siswa
Minat merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Contohnya,
seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap mata
pelajaran fisika, maka dia akan memusatkan perhatiannya lebih
intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi
untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang
baik.
Motivasi siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar jika ada motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik misalnya dorongan
mencapai prestasi dan memiliki pengetahuan dan ketrampilan
untuk masa depan. Sedangkan motivasi ekstrinsik misalnya
karena ada pujian dari guru, hadiah, atau dorongan keharusan
dari orang tua dan guru.
b. Faktor eksternal: faktor dari luar siswa yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa yang meliputi:
1) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah, keluarga, dan masyarakat sekitar dapat
mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Lingkungan sosial
yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua
dan keluarga siswa itu sendiri. Contohnya kebiasaan yang
diterapkan orangtua siswa dalam mengelola keluarga yang keliru,
seperti kelalaian orangtua dalam memonitor anak, akan
menimbulkan dampak yang buruk sehingga anak tidak mau
2) Lingkungan Non Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal dan letaknya, alat-alat
belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan
belajar siswa. Contohnya kondisi rumah yang sempit dan
berantakan serta pada perkampungan yang padat akan berpengaruh
buruk pada kegiatan belajar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
F. Kerangka-Berpikir
1. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Prestasi Belajar Fisika
Konsep diri dapat diartikan bagaimana seseorang menggambarkan
dirinya dan bagaimana seseorang memandang dirinya. Bagaimana
seseorang memandang dirinya, menilai dirinya dan mempengaruhi sikap
dan perilakunya dalam belajar akan dapat mempengaruhi prestasi belajar
yang ia capai. Jika seseorang memandang dirinya mampu mengerjakan
tugas-tugas fisika yang diberikan guru, maka ia tidak akan ragu-ragu
dalam mengerjakan soal-soal tersebut. Mereka selalu berusaha dengan
segala kemampuannya untuk dapat mengerjakan soal yang diberikan guru
me-ngerjakan soal-soal fisika yang diberikan guru dalam ujian mereka selalu
mengerjakan dengan sungguh-sungguh dan merasa optimis bahwa
soal-soal fisika itu dapat dikerjakan sehingga akhirnya mencapai hasil/prestasi
belajar fisika yang baik.
Seseorang yang mempunyai konsep diri tinggi dan positif ia akan
memiliki sikap positif juga terhadap teman-temannya dan pelajarannya.
Dengan demikian mereka tidak akan mengalami kesulitan dalam
menerima dan melakukan kegiatan belajar. Siswa yang konsep dirinya
tinggi dan positif mereka akan dapat mencapai prestasi belajar yang baik.
Atas dasar pemikiran tersebut di atas akhirnya dapat dinyatakan bahwa
konsep diri memiliki hubungan yang kuat dengan prestasi belajar yang
dalam hal ini adalah prestasi belajar fisika.
2. Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Fisika
Motivasi berprestasi adalah salah satu bentuk dari motivasi yang berasal
dari dalam diri individu. Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar khususnya
kegiatan belajar mengajar fisika motivasi berprestasi mempunyai peranan
yang sangat menentukan. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil guna dan
bermakna bagi pelajar apabila individu yang sedang belajar tersebut terdorong
untuk belajar yang giat/tekun. Sehingga dengan belajar yang lebih giat
diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang optimal.
Apabila seorang siswa mempunyai motivasi berprestasi tinggi maka
mencapai prestasi belajar fisika yang paling tinggi. Mereka akan mengikuti
pelajaran dengan tekun dan rajin, membaca pelajaran yang lebih efektif,
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya, selalu membaca buku-buku lain
yang menunjang atau berhubungan dengan fisika, apabila mengalami
kesulitan dalam belajar selalu menanyakan kepada temannya atau kepada
siapa saja yang dianggap lebih tahu.
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi mempunyai harapan
yang tinggi untuk sukses serta tidak takut kepada kemungkinan kegagalan.
Bila mereka mencapai tujuan yang diinginkan, mereka merasa puas karena hal
itu dicapai berkat usahanya.
3. Hubungan Antara Partisipasi Aktif Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar Fisika Dengan Prestasi Belajar Fisika
Dalam proses belajar mengajar yang menekankan adanya peran aktif
siswa, guru sebagai pengajar harus dapat memberikan suasana yang kondusif
yaitu membantu dan mendorong siswa ke arah pencapaian tujuan yang
diinginkan. Jadi seorang guru sebagai pengajar dalam proses belajar mengajar
harus dapat menimbulkan aktifitas dan kreatifitas pada siswa. Di samping itu,
guru hendaknya dapat merangsang timbulnya perhatian pada siswa.
Fisika adalah cabang ilmu pengetahuan alam yang mana dalam
mempelajari fisika tidak cukup hanya dengan menghafal saja, melainkan
harus disertai dengan praktek yang membutuhkan keterampilan dan
dalam proses belajar mengajar fisika dituntut adanya keterlibatan fisik dan
psikis siswa, berarti bahwa partisipasi aktif siswa dalam proses belajar
mengajar akan berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar fisika bagi siswa.
Semakin banyak keikutsertaan siswa baik fisik maupun mental dalam
kegiatan belajar mengajar fisika, maka siswa tersebut akan memperoleh
pengalaman langsung sehingga mereka lebih menghayati bahan pelajaran
secara lebih mendalam dan tahan lama dalam ingatan.
G. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan uraian pada permasalahan dan kajian pustaka yang telah
diuraikan di atas dapat diajukan beberapa hipotesis yaitu:
1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan
prestasi belajar fisika.
2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi
dengan prestasi belajar fisika.
3. Ada hubungan yang positif dan signifikan partisipasi aktif siswa dalam
29 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif (mengukur apa
yang ada pada subyek penelitian tanpa melakukan treatmen) dan kuantitatif
dengan model korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki
sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu variabel
lainnya. Permasalahan yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah bagaimana
hubungan positif antara konsep diri, motivasi berprestasi dan partisipasi aktif
siswa dalam proses belajar mengajar dengan prestasi belajar fisika.
B. Definisi Operasional Variabel 1. Konsep Diri
Konsep diri adalah semua hal yang dipikirkan dan dirasakan seseorang tentang
dirinya yang diperoleh dari hasil observasi terhadap dirinya di masa lalu dan
pada saat sekarang serta hasil interaksi dengan orang lain yang meliputi aspek
kognitif, aspek afektif, aspek sosial, aspek fisik, aspek psikis, dan aspek
moral. Konsep diri pada penelitian ini direfleksikan melalui pemberian angket
2. Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi adalah dorongan yang ada di dalam diri seseorang untuk
selalu sukses, selalu unggul dan terbaik dalam belajar sehingga menimbulkan
gairah, minat, rasa senang, dan semangat dalam belajar.
Motivasi berprestasi pada penelitian ini direfleksikan melalui pemberian
angket pada siswa.
3. Partisipasi Aktif Siswa
Partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar adalah keterlibatan siswa
dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif dimana siswa tidak
tinggal diam hanya menunggu dorongan yang disampaikan oleh guru,
melainkan bisa terlibat secara intelektual dan emosional (misalnya dalam
bentuk aktivitas bertanya, diskusi kepada guru atau siswa lain, keterlibatan
dalam mengerjakan tugas-tugas, dan latihan-latihan soal.
Partisipasi aktif siswa dapat dilihat melalui observasi dan pengamatan
langsung pada siswa.
4. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan atau hasil yang dicapai siswa
setelah menyelesaikan serangkaian kegiatan belajar mengajar, yang diperoleh
dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Prestasi belajar yang ditinjau pada penelitian ini adalah nilai rata-rata ulangan
harian, ujian mid semester I, dan ujian semester I siswa kelas IX Tanjung dan
h1
h3
h2
C. Design Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat empat macam variabel yaitu tiga variabel
bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
variabel konsep diri, motivasi berprestasi dan partisipasi aktif siswa sedangkan
variabel terikatnya adalah variabel prestasi belajar fisika.
Sesuai dengan kerangka berpikir dan pengajuan hipotesa tentang
hubungan antara keempat variabel dalam penelitian dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gb.1. Skema paradigma hubungan konsep diri, motivasi berprestasi dan
partisipasi siswa dengan prestasi belajar fisika.
Keterangan :
X1 : Konsep diri
X2 : Motivasi berprestasi
X3 : Partisipasi aktif siswa
Y : Prestasi belajar fisika
h1 : Hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar fisika
h2 : Hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar fisika
h3 : Hubungan antara partisipasi siswa dengan prestasi belajar fisika
X1
X2
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Stella Duce II Yogyakarta.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2008.
E. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas IX Nagasari dan kelas IX
Tanjung di SMP Stella Duce II Yogyakarta, yang berjumlah 68 siswa. Siswa
SMP Stella Duce II Yogyakarta ditetapkan sebagai subyek penelitian karena
peneliti mengenal lingkungan sekolah tersebut, sehingga peneliti ingin
memberikan sumbangan informasi dalam meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar dengan memperhatikan konsep diri siswa, motivasi
berprestasi siswa dan partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar
F. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang akurat, maka dalam penelitian ini
mengunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu:
1. Angket/Kuesioner
Angket/kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi-informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal yang ia ketahui. Metode
angket digunakan untuk mendapatkan data konsep diri dan motivasi
2. Observasi
Dalam metode observasi peneliti akan mengadakan
pengamatan terhadap suatu obyek penelitian melalui pemusatan
perhatian. Metode observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan
cara mengadakan pengamatan terhadap obyek, baik secara langsung
maupun tidak. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi partisipan yaitu peneliti terlibat secara langsung dengan
informan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data partisipasi
siswa.
3. Dokumentasi
Dokumentasi biasanya dipergunakan untuk mencari informasi
dari hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, agenda dan sebagainya. Metode ini dilakukan untuk
mendapatkan data prestasi belajar fisika atau nilai fisika dan data-data
lain yang berupa catatan kegiatan untuk melengkapi penelitian.
4.. Wawancara
Wawancara merupakan suatu dialog yang dilakukan
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Ditinjau dari pelaksanaannya, wawancara yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara terpimpin, dimana pewawancara
membawa pertanyaan lengkap dan terperinci sewaktu melaksanakan
Dalam pelaksanaannya, wawancara dilakukan setelah
pewawancara mengetahui hasil angket hubungan konsep diri dengan
prestasi belajar siswa, dan hubungan antara motivasi belajar dengan
prestasi belajar siswa. Siswa yang diwawancarai adalah siswa yang
mempunyai motivasi belajar tinggi dan siswa yang mempunyai
motivasi belajar yang rendah. Dalam pewawancara ini, siswa yang
diwawancara dipilih oleh pewawancara untuk mewakili dari
siswa-siswa yang lain.
Tujuan dilakukan wawancara ini adalah untuk mengetahui lebih
lanjut hubungan partisipasi aktif siswa dan motivasi belajar siswa
dengan prestasi belajar siswa yang diperoleh melalui tanya-jawab
langsung dari siswa, siswa yang diwawancarai adalah beberapa siswa
yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan beberapa siswa yang
mempunyai motivasi belajar yang rendah mempunyai tujuan untuk
membandingkannya ke dalam partisipasi aktif siswa yang mempunyai
motivasi belajar tinggi dan yang mempunyai motivasi belajar rendah.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian (Suparno, 2007: 56). Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah .
1. Konsep Diri
Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket tertutup tentang
aspek-aspek konsep diri, yaitu aspek-aspek fisik, aspek-aspek psikis, aspek-aspek sosial, dan aspek-aspek
moral. Siswa diminta menjawab angket yang diberikan dengan memilih
jawaban yang paling sesuai dengan pendapat siswa. Adapun sebaran butir
yang mengungkap konsep diri siswa dapat dilihat pada tabel.
Tabel 3.1. Sebaran Butir Pernyataan Konsep Diri
Nomor Pernyataan
2. Motivasi Berprestasi
Instrumen ini berupa angket yang terdiri dari 20 butir pernyataan
tentang motivasi berprestasi siswa. Instrumen ini dikembangkan dengan
mengacu pada ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi berprestasi
meliputi: tanggung jawab pribadi yang besar, menyukai tugas dan
latihan-latihan soal, pantang menyerah, dan bertindak secara inovatif dan kreatif.
Adapun sebaran butir yang mengungkap motivasi siswa dapat dilihat pada
tabel.
Tabel 3.2. Sebaran Butir Pernyataan Motivasi Berprestasi
3. Partisipasi Aktif Siswa
Pada lembar observasi pernyataan dibuat berdasarkan aspek partisipasi
siswa dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Pada pengamatan
observasi masing-masing siswa, partisipasi siswa dikelompokan menjadi 5
bagian yaitu: sangat aktif, aktif, cukup aktif, kurang aktif, dan tidak aktif.
Berikut 4 aspek yang diamati dalam observasi dan pengelompokannya.
Tabel 3.3. Aspek yang diamati dalam observasi dan pengelompokannya
NO ASPEK YANG DIAMATI Sangat
1 Siswa mengungkapkan
gagasan/pendapatnya tentang penjelasan guru di kelas
2 Siswa bertanya kepada guru bila ada materi pelajaran yang belum dipahami
3 Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru di kelas secara lisan
4 Siswa mengerjakan
tugas/latihan-latihan soal yang diberikan kepada guru pada waktu pelajaran dengan maju dan mengerjakan di papan tulis
H. Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
suatu instrumen yang akan digunakan. Kesimpulannya valid bila sesuai
dengan tujuan penelitian (Suparno, 2007: 67-68). Validitas dalam
instrumen ini termasuk validitas isi. Termasuk validitas isi karena dalam
pembuatan lembar observasi, kuesioner, dan wawancara telah disesuaikan
Untuk menjamin validitas kuesioner konsep diri, motivasi, kuesioner
dibuat berdasarkan kisi-kisinya dan telah dikonsultasikan oleh para ahli
(dosen pembimbing). Untuk menjamin validitas soal kuesioner konsep diri,
maka kuesioner konsep diri mencakup 4 aspek (fisik, psikis, sosial, dan
moral). Sedangkan untuk menjamin validitas soal kuesioner motivasi
berprestasi siswa juga meliputi 4 aspek (tanggung jawab pribadi yang besar,
menyukai tugas dan latihan-latihan soal, pantang menyerah, dan bertindak
secara inovatif dan kreatif). Pada lembar observasi pernyataan dibuat
berdasarkan aspek-aspek partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas (siswa mengungkapkan gagasan/pendapatnya tentang penjelasan
guru di kelas, siswa bertanya kepada guru bila ada materi pelajaran yang
belum dipahami, siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru di kelas
secara lisan, dan siswa mengerjakan tugas/latihan-latihan soal yang diberikan
kepada guru pada waktu pelajaran dengan maju dan mengerjakan di papan
tulis).
I. Metode Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengungkap hubungan
konsep diri, motivasi, dan partisipasi aktif siswa dengan prestasi belajar, maka
dilakukan analisis data. Angket yang sudah diisi siswa kemudian dianalisis
menggunakan skor-skor yang telah ditentukan dan secara kuantitatif akan
dihubungkan dengan hasil prestasi belajar siswa yaitu dari rata-rata nilai
Data yang diperoleh dari kuesioner dianalisis dengan tahap-tahap
sebagai berikut. Kuesioner yang telah diisi oleh siswa dikategorikan ke dalam
pernyataan positif dan negatif. Kemudian masing-masing kategori jawaban
tersebut diberi skor. Penetapan skor dengan menggunakan Skala Likert.
Dari 4 jawaban alternatif, skor untuk setiap butir soal jawaban
alternatif yaitu 3, 2, 1, 0 untuk menyakakan pernyataan konsep diri/motivasi
yang bernilai positif. Sedangkan 0, 1, 2, 3 untuk pernyataan konsep
diri/motivasi yang bernilai negatif. Untuk lebih jelasnya dalam menentukan
skor tersebut peneliti sampaikan dalam bentuk tabel seperti di bawah ini:
Tabel 3.4. Penyekoran untuk Setiap Butir Pernyataan Positif dan Negatif
Skor Nilai Item Positif Item Negatif
Sangat Setuju 3 0
Setuju 2 1
Tidak Setuju 1 2
Sangat Tidak Setuju 0 3
Berikut penyekoran konsep diri dan motivasi belajar pada siswa:
Tabel 3.5. Penyekoran konsep diri dan motivasi belajar pada siswa:
No Angket
1 2 3 4 ... 20 Skor Maks
Siswa No Nomor
siswa
Skor Maks
Berikut skor terakhir dari konsep diri dan motivasi belajar siswa, dan hasil
Tabel 3.6. Skor terakhir dari konsep diri dan motivasi belajar siswa, dan
hasil prestasi belajar masing-masing siswa.
Nomor
Mengelompokkan kualifikasi konsep diri dan motivasi belajar menjadi 3
macam yaitu tinggi, sedang, rendah. Berdasarkan skor terakhir dari angket
konsep diri dan angket motivasi belajar, konsep diri dan motivasi belajar
siswa dapat dilihat dalam tabel kualifikasi sebagai berikut :
Tabel 3.7. Kualifikasi Konsep Diri dan Kualifikasi Motivasi Belajar
Skor Kualifikasi
41-60 Tinggi 21-40 Sedang 0-20 Rendah
Skor yang diperoleh siswa dalam kuesioner dijumlahkan. Dan skor ini
yang digunakan sebagai skor konsep diri dan motivasi belajar siswa.
Untuk data partisipasi aktif siswa diperoleh dari observasi
masing-masing siswa kemudian dianalisis menggunakan skor-skor yang telah
ditentukan dan secara kuantitatif akan dihubungkan dengan hasil prestasi
belajar siswa yaitu dari rata-rata nilai ulangan harian, ujian mid semester I,
dan ujian semester I .
Berikut penyekoran partisipasi aktif siswa
Tabel 3.8. Penyekoran partisipasi aktif siswa:
Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif
Berikut Penyekoran Setiap Aspek Partisipasi Siswa Pada Masing-masing
Siswa Untuk 4 kali Pengamatan.
Tabel 3.9. Penyekoran partisipasi aktif siswa untuk 4 kali pengamatan
ASPEK
Skor yang diperoleh setiap siswa dari 4 kali pengamatan kemudian
dijumlahkan. Setelah dijumlahkan skor setiap siswa kemudian dirata-rata. Dan
skor ini yang digunakan sebagai skor partisipasi aktif siswa.
Analisis data menggunakan teknik korelasi product moment dengan
rumus:
X : Skor konsep diri, motivasi berprestasi, partisipasi aktif siswa
Y : Skor prestasi belajar
N : Jumlah responden atau siswa
Dalam penelitian ini untuk mencari korelasi antara dua variabel
Untuk menguji signifikansi hasil korelasi dengan penyusunan hipotesis:
Ho : tidak ada hubungan antara dua variabel Hi : ada hubungan antara dua variabel
Bila probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak dan berarti bahwa ada
hubungan antara dua variabel (ada hubungan konsep diri terhadap hasil
belajar siswa dalam ranah kognitif).
Bila probabilitasnya < 0,05 berarti bahwa ada hubungan antara dua
variabel (ada hubungan motivasi terhadap hasil belajar siswa dalam ranah
kognitif).
Bila probabilitasnya < 0,05 berarti bahwa ada hubungan antara dua
variabel (ada hubungan partisipasi aktif siswa terhadap hasil belajar siswa
dalam ranah kognitif)
Mengenai motivasi belajar siswa dan partisipasi aktif siswa diperkuat
dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran dan wawancara dengan
42
BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini mengambil data dari kelas IX Tanjung dan kelas IX
Nagasari. SMP Stella Duce II Yogyakarta. Jumlah siswa kelas IX Tanjung 34
siswa dan kelas IX Nagasari 34 siswa, sehingga jumlah keseluruhan siswa yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 68 siswa.
Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan. Pada hari pertama, penelitian
diawali dengan perkenalan antara peneliti dengan siswa-siswi kemudian memberi
penjelasan mengenai kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan. Setelah
siswa-siswi paham dengan kegiatan yang akan dilaksanakan maka peneliti melakukan
observasi selama 4 kali pertemuan. Peneliti mengikuti pembelajaran fisika yang
dipandu oleh guru, sehingga peneliti menjadi observer. Selama proses belajar
mengajar berlangsung, peneliti merangkum aktivitas masing-masing siswa selama
pembelajaran. Peneliti juga mengamati bagaimana partisipasi aktif siswa dalam
mengikuti pelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan.
Pada pertemuan terakhir Peneliti membagikan angket konsep diri dan
angket motivasi berprestasi. Kemudian para siswa mengisi angket dengan suasana
yang sangat tenang. Peneliti beberapa kali mengingatkan agar tidak ada satu
pernyataan pun yang terlewatkan atau tidak diisi jawaban. Selain itu peneliti juga
pelajaran fisika. Setelah selesai mengisi peneliti mengambil kembali angket yang
telah diisi siswa.
B. Hasil Penelitian
1. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi Belajar Fisika siswa dalam penelitian ini menggunakan
nilai rata-rata belajar siswa pada tengah semester pertama. Hasilnya adalah
seperti pada tabel 4.1 berikut:
2. Konsep Diri
Data konsep diri diambil dari kuesioner yang diberikan pada
siswa. Hasil skor konsep diri siswa seperti pada tabel 4.2 berikut:
Hasil skor konsep diri seperti pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2. Tabel Skor Konsep Diri
No. Siswa Skor Konsep Diri
3. Motivasi Berprestasi
Data motivasi berprestasi diambil dari kuesioner yang diberikan
pada siswa. Hasil skor motivasi berprestasi siswa seperti pada tabel 4.3
berikut:
Tabel 4.3. Tabel Skor Motivasi Berprestasi
4. Partisipasi Aktif Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar
Data partisipasi aktif siswa diambil dari observasi peneliti di dalam
kelas pada waktu mengikuti proses pembelajaran fisika. Hasil skor
partisipasi aktif siswa adalah seperti pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4. Tabel Skor Partisipasi Aktif Siswa
Sampel Skor Partisispasi Aktif Siswa
a. Data Observasi Kelas Tanjung
Berdasarkan hasil observasi, pada saat guru meminta siswa
menyampaikan gagasannya kelas Tanjung lebih aktif daripada kelas
Nagasari. Pada saat guru bertanya pada siswa apakah ada materi yang
belum dipahami, beberapa siswa secara bersama mengacungkan jari
dan bertanya. Sebelum guru menjawab pertanyaan siswa, terlebih
dahulu guru menawarkan pada siswa apakah ada yang bisa menjawab.
Namun nampaknya siswa malu untuk menjawabnya. Sehingga tidak
ada siswa yang menjawab pertanyaan dari temannya sendiri. Guru pun
menjawab dan menjelaskan materi yang belum dipahami oleh siswa.
Adapula siswa yang mengacungkan jari dan bertanya untuk
mendapatkan pemantapan atas keragu-raguannya.
Siswa semakin aktif pada saat guru memberikan pertanyaan
pada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang
telah diajarkan. Pada saat guru memberi pertanyaan nampak siswa
saling berantusias untuk menjawab pertanyaan guru, bahkan ada siswa
yang mengacungkan jari sebanyak 2 kali. Siswa terlihat aktif
menjawab meskipun terkadang jawabannya kurang tepat. Pada waktu
ada jawaban yang salah maka siswa yang lain kembali mengacungkan
jari dan menjawab pertanyaan dari guru sehingga suasana kelas sangat
Pada saat guru memberikan soal latihan dan meminta siswa
mengerjakan di papan tulis, siswa kelihatan berantusias untuk maju ke
depan. Siswa secara sukarela maju ke depan kelas tanpa ditunjuk.
Data partisipasi aktif di atas didukung pula dari hasil
wawancara dengan 4 siswa kelas Tanjung. Berdasarkan hasil
wawancara dengan siswa dapat diketahui bahwa siswa kelas Tanjung
yang prestasi belajarnya tinggi merasa senang dan tertarik dengan
pelajaran fisika. Rasa tertarik dan senang tersebut dengan alasan yang
beranekaragam di antaranya karena siswa suka perhitungannya dalam
pelajaran fisika. Namun ada juga siswa yang tidak tertarik karena
fisika itu rumit dengan rumus-rumusnya dan perhitungannya juga
banyak.
Siswa yang prestasi belajarnya tinggi selalu mempunyai
keinginan yang keras untuk memperoleh prestasi yang baik. Siswa
tersebut akan berusaha memiliki minat yang besar untuk mendalami
pelajaran fisika, yaitu dengan cara belajar, terus kalau tidak bisa
mengerjakan soal, bertanya kepada guru dan mencoba mengerjakan
soal-soal fisika. Selain itu, juga mengaku bahwa siswa lebih suka
berusaha mengerjakan tugas fisika sendiri daripada menyontek tugas
teman yang sudah selesai. Namun siswa yang prestasi belajarnya
rendah lebih suka menyontek tugas teman, biar lebih cepat selesai