• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MASYARAKAT TERKAIT PENYAKIT ASMA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MASYARAKAT TERKAIT PENYAKIT ASMA SKRIPSI"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MASYARAKAT

TERKAIT PENYAKIT ASMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Maria Gabriela Roswita

NIM: 108114096

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MASYARAKAT

TERKAIT PENYAKIT ASMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Maria Gabriela Roswita

NIM: 108114096

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

The fruit of Silence is prayer. The fruit of Prayer is faith. The fruit of Faith is love. The fruit of Love is service. The fruit of Service is Peace

– Mother Theresa-

Ketika kamu berada di tengah, jangan putus asa karena kamu sama dekatnya ke atas dan ke bawah.

Setiap pertanyaan yang dapat dijawab harus dijawab atau setidaknya ditanggapi. Hal-hal yang tidak logis harus dipertanyakan begitu muncul. Jawaban yang salah

harus diperbaiki. Jawaban yang benar harus diteguhkan.

–Erudite-

(6)

v

(7)
(8)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa atas segala rahmat, bimbingan, dan Roh Kudus yang dicurahkan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Instrumen Pengukuran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Masyarakat terkait

Penyakit Asma”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini bukanlah suatu hal yang

mudah. Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan

berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M. Kes., Ph.D., Apt. selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan arahan, saran, dan ilmu kepada penulis

dalam penyusunan skripsi ini.

2. Semua responden di Kelurahan Catur Tunggal yang telah bersedia

berpartisipasi dalam proses penelitian.

3. Seluruh pihak terkait izin penelitian, Bapak Camat Depok, Bapak Kepala Desa

Catur Tunggal, Bapak/Ibu Dukuh, Ketua RW dan RT setempat.

4. Dokter Fenty, M.Kes., Sp.PK. dan Dokter Y. Agus Wijanarka yang telah

memberikan masukan, komentar, dan persetujuan validitas konten dalam

penelitian ini.

5. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. dan Bapak Enade Perdana Istyastono,

Ph.D., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberi kritik dan saran

(9)

viii

6. Dekan dan segenap staf Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang

telah memperlancar jalannya penelitian.

7. Teman-teman seperjuangan, Wuri Kinanti, Bernardino Hajadi, Catharina

Apriyani, dan teman-teman serta semua pihak yang telah membantu

penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata, selamat membaca hasil penelitian ini dan semoga

memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya untuk

pengabdian pada masyarakat terutama mengenai penyakit Asma.

(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS vi PRAKATA ... vii

B. Tujuan Penelitian 5 1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA A. Kuesioner 1. Pengertian ... 6

(11)

x

2. Pengujian Reliabilitas dengan Metode Cronbach-Alpha ... 10

D. Seleksi Aitem 1. Seleksi Aitem dalam Penyusunan Instrumen ... 11

2. Seleksi Aitem dengan Korelasi Aitem Total ... 11

E. Sampling

2. Penyusunan Aitem dan Pengukuran Pengetahuan ... 17

(12)

xi

2. Penyusunan Aitem dan Pengukuran Sikap dan Tindakan ... 18

I. Landasan Teori ... 19

J. Hipotesis Penelitian ... 20

BAB III. METOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 21

B. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas ... 21

2. Variabel Tergantung ... 21

C. Definisi Operasional ... 21

D. Bahan Penelitian ... 22

E. Responden Penelitian ... 25

F. Sampling ... 26

G. Rekrutmen Responden ... 26

H. Instrumen ... 27

I. Waktu Penelitian ... 28

J. Tata Cara Penelitian ... 28

1. Penentuan Lokasi ... 28

2. Perizinan Penelitian ... 28

3. Penyusunan Kuesioner ... 29

4. Uji Validitas Konten ... 30

5. Uji Pemahaman Bahasa ... 30

6. Uji Kualitas Instrumen ... 30

7. Kuesioner Siap Pakai ... 33

K. Kelemahan Penelitian ... 37

(13)

xii

A. Uji Validitas Konten ... 38

1. Domain Pengetahuan ... 39

2. Domain Sikap ... 43

3. Domain Tindakan ... 48

B. Uji Reliabilitas ... 55

1. Domain Pengetahuan ... 56

2. Domain Sikap ... 58

3. Domain Tindakan ... 60

C. Formulasi Instrumen Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan yang Valid secara Konten dan Reliabel ... 62

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN ... 67

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Besar Skor untuk Tanggapan Pernyataan Domain

Pengetahuan ... 24

Tabel II. Besar Skor untuk Tanggapan Pernyataan Domain Sikap

dan Tindakan ... 24

Tabel III. Distribusi Pernyataan Favorable dan Unfavorable untuk

Pernyataan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan ... 25

Tabel IV. Aitem Direvisi pada Domain Pengetahuan, Sikap, dan

Tindakan ... ... 53

Tabel V.

Distribusi Pernyataan Favorable dan Unfavorable untuk

Pernyataan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Telah Valid Secara Konten ...

54

Tabel VI.

Distribusi Pernyataan Favorable dan Unfavorable untuk

Pernyataan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Telah Valid Secara Konten dan Reliabel ...

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Jumlah Responden Tiap Pengujian Berdasarkan Kriteria

Inklusi dan Eksklusi ...

26

Gambar 2. Diagram Alir Tata Cara Penelitian ... 34

Gambar 3. Diagram Alir Tata Cara Uji Validitas Konten Instrumen dan Uji Pemahaman Bahasa ... 35 Gambar 4. Diagram Alir Tata Cara Uji Kualitas Instrumen ... 36

Gambar 5. Alur Pengujian Validitas Konten Domain Pengetahuan .... 40

Gambar 6. Alur Pengujian Validitas Konten Domain Sikap ... 44

Gambar 7. Alur Pengujian Validitas Konten Domain Tindakan ... 49

Gambar 8. Alur Pengujian Reliabilitas Domain Pengetahuan ... 56

Gambar 9. Alur Pengujian Reliabilitas Domain Sikap ... 58

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Izin Penelitian dari BAPPEDA Sleman Periode

Desember 2013 – Maret 2014 ...

68

Lampiran 2 Izin Penelitian dari BAPPEDA Sleman Periode Maret

2014 – Juni 2014 ... 69

Lampiran 3 Izin Penelitian dari Kelurahan Catur Tunggal Periode

Desember 2013 - Maret 2014 ... 70

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Kelurahan Catur Tunggal

Periode April 2014 - Juni 2014 ... 71

Lampiran 5 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten I Domain

Pengetahuan ... 72

Lampiran 6 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten I Domain

Sikap ... 73

Lampiran 7 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten I Domain

Tindakan ... 74

Lampiran 10 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten II Domain

Pengetahuan ...

77

Lampiran 11 Kuesioner Uji Validitas Konten II Domain Sikap ... 78 Lampiran 12 Kuesioner Uji Validitas Konten II Domain Tindakan .. 79 Lampiran 13 Hasil Uji Validitas Konten II dan Rekomendasi dari

Apoteker ... 80

Lampiran 14 Hasil Uji Validitas Konten II dan Rekomendasi dari

Dokter ...

81

Lampiran 15 Kuesioner Uji Validitas Konten III Domain

Pengetahuan ...

82

(17)

xvi

Lampiran 18 Hasil Uji Validitas Konten III dan Rekomendasi dari

Apoteker ...

85

Lampiran 19 Kuesioner Uji Validitas Konten IV Domain

Pengetahuan ... 86

Lampiran 20 Kuesioner Uji Validitas Konten IV Domain Sikap ... 87

Lampiran 21 Kuesioner Uji Validitas Konten IV Domain Tindakan 88 Lampiran 22 Hasil Uji Validitas Konten IV dan Rekomendasi dari Apoteker ... 89

Lampiran 23 Hasil Uji Validitas Konten IV dan Rekomendasi dari Dokter ... 90 Lampiran 24 Kuesioner Uji Validitas Konten V Domain Pengetahuan ... 91 Lampiran 25 Kuesioner Validitas Konten V Domain Sikap ... 92

Lampiran 26 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten V Domain Tindakan... Lampiran 29 Rangkuman Hasil Uji Validitas Konten Domain Pengetahuan ... 96

Lampiran 30 Rangkuman Hasil Uji Validitas Konten Domain Sikap 97 Lampiran 31 Rangkuman Hasil Uji Validitas Konten Domain Tindakan ... 99 Lampiran 32 Uji Pemahaman Bahasa Domain Pengetahuan ... 100

Lampiran 33 Uji Pemahaman Bahasa Domain Sikap ... 101

Lampiran 34 Uji Pemahaman Bahasa Domain Tindakan ... 102

Lampiran 35 Resume Hasil Uji Pemahaman Bahasa ... 103

(18)

xvii

Lampiran 38 Hasil Uji Korelasi Point Biserial Aitem Uji Reliabilitas

I Domain Pengetahuan ...

106

Lampiran 39 Hasil Uji Reliabilitas I Domain Pengetahuan

Menggunakan Metode Cronbach Alpha dengan

bantuan Software R ...

107

Lampiran 40 Kuesioner Penelitian Uji Reliabilitas I Domain Sikap 108 Lampiran 41 Besar Skor Kuesioner Uji Reliabilitas 1 Domain Sikap 109 Lampiran 42 Hasil Uji Korelasi Point Biserial Aitem Uji Reliabilitas

I Domain Sikap ...

110

Lampiran 43 Hasil Uji Reliabilitas I Domain Sikap Menggunakan

Metode Cronbach Alpha dengan bantuan Software R ..

111

Lampiran 44 Kuesioner Penelitian Uji Reliabilitas I Domain

Tindakan ... 112

Lampiran 45 Besar Skor Kuesioner Uji Reliabilitas 1 Domain

Tindakan ...

113

Lampiran 46 Hasil Uji Korelasi Point Biserial Aitem Uji Reliabilitas

I Domain Tindakan ... 114

Lampiran 47 Hasil Uji Reliabilitas I Domain Tindakan

Menggunakan Metode Cronbach Alpha dengan

bantuan Software R ...

115

Lampiran 48 Kuesioner Penelitian Uji Reliabilitas II Domain

Pengetahuan ...

116

Lampiran 49 Besar Skor Kuesioner Uji Reliabilitas II Domain

Pengetahuan ...

118

Lampiran 50 Hasil Uji Korelasi Point Biserial Aitem Uji Reliabilitas

II Domain Pengetahuan ... 119

Lampiran 51 Hasil Uji Reliabilitas II Domain Pengetahuan

Menggunakan Metode Cronbach Alpha dengan

bantuan Software R ...

120

Lampiran 52 Kuesioner Penelitian Uji Reliabilitas I Domain Sikap 121 Lampiran 53 Besar Skor Kuesioner Uji Reliabilitas II Domain Sikap 122 Lampiran 54 Hasil Uji Korelasi Point Biserial Aitem Uji Reliabilitas

II Domain Sikap ... 123

Lampiran 55 Hasil Uji Reliabilitas II Domain Sikap Menggunakan

Metode Cronbach Alpha dengan bantuan Software R

(19)

xviii

Lampiran 56 Kuesioner Penelitian Uji Reliabilitas III Domain Sikap 125 Lampiran 57 Besar Skor Kuesioner Uji Reliabilitas III Domain

Sikap ... 126

Lampiran 58 Hasil Uji Korelasi Point Biserial Aitem Uji Reliabilitas

III Domain Sikap ...

127

Lampiran 59 Hasil Uji Reliabilitas III Domain Sikap Menggunakan

Metode Cronbach Alpha dengan bantuan Software R

128

Lampiran 60 Instrumen Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan

Tindakan Siap Pakai ...

(20)

xix

INTISARI

Validitas dan reliabilitas merupakan sifat sebuah instrumen pengukuran yang wajib dimiliki agar kesimpulan penelitian yang dihasilkan cermat dan tepat. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat terkait penyakit Asma guna menghasilkan instrumen pengukuran yang valid secara konten dan reliabel.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan cross-sectional menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian berlokasi di

Kelurahan Catur Tunggal, Depok, Yogyakarta melibatkan 180 responden.

Pengujian validitas konten dilakukan oleh para ahli di bidang penelitian yaitu dua orang dokter dan seorang apoteker sebanyak lima kali. Pengujian reliabilitas dilakukan sebanyak tiga kali dengan metode uji Cronbach Alpha

menggunakan bantuan program statistik R 3.0.2 dengan single trial administration. Seleksi aitem dilakukan berdasarkan pada korelasi Point-Biserial

untuk aitem pengetahuan dan korelasi Pearson Product Moment untuk aitem

sikap dan tindakan.

Penelitian ini menghasilkan instrumen yang terdiri dari 20 aitem pengetahuan (α: 0,618), 17 aitem sikap (α: 0,635), dan 14 aitem tindakan (α: 0,627) sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner telah valid secara konten dan reliabel untuk digunakan.

Kata kunci: validasi, pengetahuan, sikap, tindakan, penyakit Asma.

(21)

xx

ABSTRACT

Validity and reliability are the essentials of instrument measurements. These must be held in order to have an exact and precise study conclusion. This study develops an instrument to measure a community's knowledge, attitudes and practice related to Asthma in order to produce a measurement instrument that is reliable and valid in content.

This study is an experimental study using cross-sectional design with a purposive sampling technique. The study is conducted in Catur Tunggal, Depok, Yogyakarta involving 180 respondents.

The validity content test is done by expert judgement in five times. They are one pharmacist and two doctors. The reliability test is done three times using the Cronbach Alpha method test with R 3.0.2 through single trial administration. Item selection is based on Point Biserial correlation for knowledge items meanwhile, the attitudes and practice used Pearson Product Moment correlation.

Result of this study shows the instrument with 20 items of knowledge (α: 0.618), 17 items of attitudes (α: 0.635), and 14 items of practice (α: 0.627), are valid in content and reliable to be used.

(22)

1

BAB I PENGANTAR A.Latar Belakang

Dewasa ini banyak ditemukan penelitian kesehatan yang menggunakan

metode penelitian sosial. Bagian terpenting dari penelitian sosial adalah

kuantifikasi perilaku menggunakan instrumen pengukuran yang valid dan reliabel

sehingga menghasilkan kesimpulan yang cermat dan tepat. Salah satu instrumen

pengukuran yang sering digunakan adalah kuesioner (Sugiyono, 2010).

Pengertian validitas berkaitan erat dengan permasalahan dan tujuan suatu

pengukuran. Oleh karena itu, tidak ada konsep validitas yang berlaku umum.

Suatu instrumen pengukuran dirancang hanya untuk tujuan yang khusus sehingga

menghasilkan data yang valid hanya untuk tujuan tersebut (Azwar, 2012).

Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu instrumen dalam mengukur

suatu hal. Instrumen yang sudah reliabel pun belum tentu memberikan hasil

pengukuran yang selalu valid (Nursalim, 2008). Hal inilah yang mendasari ide

penelitian untuk menghasilkan kuesioner yang valid dan reliabel sehingga menjadi

tes siap pakai.

Instrumen pengukuran pada penelitian sosial kesehatan umumnya

meneliti satu topik yang sedang menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat.

Salah satu contoh topik kesehatan yang diangkat di penelitian ini adalah Asma.

Organisasi kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa sebanyak 100-157 juta

penduduk di dunia menderita Asma dan terus bertambah sebanyak 187 ribu orang

(23)

memiliki prevalensi nasional sebesar 4% berdasarkan laporan Riset Kesehatan

Dasar yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah dan

Kesehatan pada tahun 2007. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit

2007 terlihat jelas pasien Asma di Indonesia 87.705 orang untuk kasus rawat jalan

dan 25.948 untuk rawat inap. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa Asma

masih menjadi masalah kesehatan dan memiliki tingkat kematian yang cukup

tinggi apabila penderita tidak dapat mengatasi serangan Asma. Pengatasan

serangan Asma akan berhasil jika didukung pengetahuan yang cukup. Tingkat

pengetahuan masyarakat di Indonesia sangat beragam sehingga tidak dapat

disamaratakan bahwa seluruh masyarakat telah memiliki pengetahuan yang cukup

mengenai Asma. Dengan demikian, pemberian materi edukasi kepada masyarakat

melalui sosialisasi masih di butuhkan pada saat ini.

Pemberian materi edukasi kepada masyarakat sebaiknya tepat sasaran.

Informasi mengenai kondisi masyarakat mutlak dibutuhkan sebagai bahan

pertimbangan dalam perumusan pokok bahasan materi edukasi. Informasi ini

dapat diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan instrumen kuesioner yang

telah valid secara konten dan reliabel. Dari penelusuran yang dilakukan peneliti,

belum ditemukan instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan

masyarakat terkait penyakit Asma siap pakai yang telah valid secara konten dan

reliabel. Hal inilah yang mendorong dilaksanakannya penelitian pengembangan

instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat

(24)

1. Permasalahan

Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah instrumen yang disusun valid secara konten?

b. Apakah instrumen yang disusun reliabel?

c. Seperti apakah formulasi instrumen yang valid secara konten dan reliabel?

2. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil pencarian peneliti, ditemukan bahwa belum ada

penelitian yang membahas hal ini secara khusus sebelumnya. Berikut beberapa

penelitian yang terkait dengan penelitian ini :

a. “Hubungan antara Pengetahuan tentang Penyakit Asma dengan Sikap

Penderita dalam Perawatan Asma pada Pasien Rawat jalan di Balai Besar

Kesehatan Paru Masyarakat”. Penelitian Sulfan Fairawan (2008) ini

membahas mengenai sikap pasien yang mengalami sakit paru

berdasarkan pengetahuan terkait penyakit Asma. Dilakukan dengan

deskriptif korelatif menggunakan rancangan cross-sectional dan metode

accidental sampling. Perbedaan dengan penelitian yang akan

dilaksanakan ini antara lain jenis penelitian eksperimental dengan

rancangan cross-sectional dan metode purposive sampling. Objek dan

lokasi penelitian berbeda yaitu kuesioner sebagai objek dan lokasi di

Kelurahan Catur Tunggal. Variabel bebas adalah kuesioner dan variabel

terikat adalah validitas konten dan reliabilitas. Tujuan penelitian ini

adalah menghasilkan instrumen pengukuran yang valid secara konten dan

(25)

b. “Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Asma dengan

Frekuensi Kekambuhan Asma pada Anak”. Penelitian oleh Suryani

(2008) di Surabaya. Jenis penelitian adalah cross-sectional dengan

rancangan studi analitik dan bertujuan mencari hubungan antara dua

variabel. Hasil penelitian membuktikan keberadaan hubungan antara

tingkat pengetahuan dengan frekuensi kekambuhan Asma. Perbedaan

dengan penelitian yang akan dilaksanakan ini antara lain jenis penelitian

eksperimental dengan rancangan cross-sectional dan metode purposive

sampling. Objek dan lokasi penelitian berbeda yaitu kuesioner sebagai

objek dan lokasi di Kelurahan Catur Tunggal, responden penelitian

adalah masyarakat di Kelurahan Catur Tunggal. Variabel bebas adalah

kuesioner dan variabel terikat adalah validitas konten dan reliabilitas.

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan instrumen pengukuran yang

valid secara konten dan reliabel.

Selama ini belum ada penelitian seperti penelitian yang akan dilakukan

yaitu “Pengembangan Instrumen Pengukuran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan

Tindakan Masyarakat terkait Penyakit Asma”.

3. Manfaat Penelitian

a.Manfaat teoretis. Instrumen dapat memberikan kontribusi aitem untuk

setiap domain pengukuran yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan

masyarakat terkait penyakit Asma sehingga memberikan hasil

(26)

b.Manfaat praktis. Instrumen yang dihasilkan dapat digunakan untuk

pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan terkait penyakit

Asma. Hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen ini dapat

dijadikan bahan untuk penyusunan materi edukasi kepada masyarakat

mengenai penyakit Asma.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Menyusun instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan

tindakan masyarakat terkait penyakit Asma yang valid secara konten dan reliabel.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Melakukan uji validitas konten pada instrumen pengukuran tingkat

pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat terkait penyakit Asma.

b. Melakukan uji reliabilitas pada instrumen pengukuran tingkat

pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat terkait penyakit Asma.

c. Menyusun formulasi instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap,

dan tindakan masyarakat terkait penyakit Asma yang valid secara konten

(27)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Kuesioner

1. Pengertian

Kuesioner adalah instrumen pengumpulan data berbentuk pertanyaan

atau pernyataan tertulis yang diajukan kepada sejumlah responden untuk

mendapatkan tanggapan atau informasi. Instrumen ini cocok digunakan untuk

mendapatkan data kelompok atau masyarakat yang berpopulasi besar dan

bertebaran tempatnya (Notoatmodjo, 2010).

Pertanyaan maupun pernyataan pada kuesioner dapat berupa pertanyaan/

pernyataan tertutup atau terbuka. Kuesioner dapat diberikan secara langsung

kepada responden, dikirim melalui pos atau media elektronik misalnya melalui

internet (Sugiyono, 2010).

2. Penyusunan Kuesioner

Kuesioner menjadi sebuah instrumen kuesioner psikologis yang harus

dirancang melalui tahapan tertentu untuk dapat digunakan sesuai dengan tujuan

penelitian. Penyusunan kuesioner diawali dengan mengembangkan konsep

mengenai variabel yang diteliti. Konsep ini dapat dikembangkan dari studi

kualitatif maupun mengacu pada literatur yang sudah ada (Profetto-McGrath,

Beck, Polit, dan Loiselle, 2010).

Sejumlah penelitian telah menjadi model yang menjelaskan

langkah-langkah umum penyusunan kuesioner, berikut adalah langkah-langkah-langkah-langkah

(28)

spesifikasi kuesioner, (c) pemilihan metode penskalaan, (d) penyusunan

aitem-aitem, (e) review aitem dari pakar terkait dan revisi aitem, (f) perakitan aitem

menjadi kuesioner, (g) uji coba kuesioner, (h) pelaksanaan analisis aitem dan

seleksi aitem, dan (i) penyusunan pedoman kuesioner dan penerbitan kuesioner

(Supratiknya, 2014).

Penyusunan kuesioner harus memenuhi konsep dasar yang mengacu pada

teori variabel penelitian, antara lain (1) memiliki petunjuk jelas mengenai tujuan

dan fungsi kuesioner dalam penelitian, (2) memiliki petunjuk jelas mengenai cara

pengerjaan kuesioner, (3) menggunakan kalimat yang mudah dimengerti dan

relevan dengan tipe kuesioner, (4) menghindari pernyataan bermakna ganda mau

pun memberi sugesti kepada responden dalam menjawab, (5) pernyataan disusun

secara logis dan sistematis, (6) merahasiakan identitas responden (Budiman dan

Riyanto, 2013).

3. Syarat Kuesioner

Agar suatu kuesioner dapat berfungsi sebagai instrumen pengukuran,

maka harus memiliki beberapa persyaratan yaitu (1) relevan dengan tujuan dan

hipotesis penelitian; (2) mudah ditanyakan; (3) mudah dijawab; dan (4) data yang

diperoleh mudah diolah (diproses) (Notoatmodjo, 2012).

Persyaratan kuesioner di atas dapat dipenuhi oleh peneliti dengan

memperhatikan beberapa hal berikut ini: (a) keberadaan alinea pengantar dan

petunjuk pengisian sebelum aitem pernyataan, (b) aitem pernyataan dirumuskan

secara jelas, dan (c) untuk setiap pernyataan terbuka dan restruktur disediakan

(29)

Sebuah kuesioner dapat dikatakan baik apabila memenuhi lima

persyaratan yaitu: (a) validitas, kuesioner dapat mengukur dengan tepat hasil yang

hendak diukur, (b) reliabilitas, hasil pengukuran kuesioner dapat dipercaya, (c)

objektivitas, hasil pengukuran kuesioner tidak dipengaruhi faktor tertentu, (d)

praktibilitas, kuesioner bersifat praktis dan mudah dilakukan, dan (d) ekonomis,

biaya pelaksanaan tidak mahal, tenaga sedikit dan waktu singkat (Widoyoko,

2012).

B.Validitas 1. Pengertian

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan instrumen tersebut

benar-benar mengukur variabel yang diukur berdasarkan tujuan penelitian

(Notoatmodjo, 2010).

Instrumen yang valid mempunyai hasil pengukuran yang mendekati

keadaan sebenarnya dengan galat (error) pengukuran yang dapat diabaikan.

Sebuah instrumen yang telah valid bersifat spesifik karena hanya dapat digunakan

untuk mengukur suatu pokok bahasan tertentu (Azwar, 2011).

2. Validitas Konten

Validitas dikategorikan menjadi validitas isi (content validity), validitas

konstruk (construct validity), dan validasi berdasarkan kriteria (criterion-related

validity). Dalam konsep validitas isi terdapat validitas tampang (face validity) dan

validitas logis (logical validity). Validitas tampang tidak memiliki evidensi yang

berkaitan dengan statistik karena hanya sekedar penerimaan responden terhadap

(30)

lain. Validitas logis merupakan penilaian kelayakan tampilan setiap aitem yang

kemudian dianalisis lebih dalam dengan maksud menilai kelayakan isi aitem

sebagai uraian dari indikator pokok bahasan yang diukur (Azwar, 2012).

Validitas isi sebuah instrumen ditentukan oleh sejauh mana isi instrumen

tersebut mampu mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka

konsep. Apabila sebuah variabel yang hendak diukur memiliki 5 (lima) aspek dan

pembuat kuesioner hanya memasukkan tiga aspek dari kerangka konsep yang ada,

maka instrumen tersebut tidak memiliki validitas isi yang tinggi (Effendi dan

Tukiran, 2012).

Validitas konten berpedoman pada penilaian dari pihak yang memiliki

keahlian di bidangnya (expert judgement). Para ahli menganalisis aitem dalam

instrumen dan melihat kemampuan aitem untuk merepresentasikan keseluruhan

konten dengan proporsi yang sesuai (Profetto-McGrath dkk., 2010).

Prosedur pengujian validitas konten sebaiknya melibatkan minimal dua

orang yang ahli dalam bidangnya. (Waltz, Strickland, dan Lenz, 2010).

C.Reliabilitas 1. Pengertian

Reliabilitas adalah ukuran suatu kestabilan dan konsistensi subjek

penelitian dalam menjawab setiap item dalam kuesioner (Azwar, 2011).

Namun sayangnya, reliabilitas jarang ada yang bersifat konsisten

sepenuhnya. Hal ini terjadi karena hanya sedikit karakter psikologis maupun fisik

yang dapat diukur secara konsisten, walaupun pengukuran hanya berada dalam

(31)

Reliabilitas dipercaya sebagai derajat kepercayaan terhadap sebuah

instrumen. Apabila sebuah instrumen memiliki reliabilitas yang baik maka

instrumen tersebut telah layak digunakan untuk penelitian karena terbukti andal

dan dapat dipercaya. Keandalan dan keterpercayaan instrumen pengukuran dapat

dilihat berdasarkan hasil pengukuran yang konsisten dan tak berubah dalam

pengukuran yang dilakukan berulang kali (Notoatmodjo, 2012).

2. Pengujian Reliabilitas dengan Metode Cronbach-Alpha

Secara umum analisis reliabilitas melibatkan dua rangkaian skor atau

hasil pengukuran, kemudian menghitung koefisien korelasi antara kedua

rangkaian skor tersebut. Dua rangkaian skor yang dimaksud dapat diperoleh

dengan membelah skor hasil satu kali administrasi menjadi dua rangkaian skor.

Reliabilitas konsistensi internal memiliki dua metode pembelahan yaitu metode

belah dua dan metode pembelahan sebanyak aitem. Metode pembelahan sebanyak

aitem disebut juga metode berbasis kovarians aitem, telah diakui menghasilkan

estimasi reliabilitas yang setara dan koefisien yang dihasilkan disebut koefisien

Alpha (Supratiknya, 2014).

Koefisien Alpha menunjukkan kecenderungan tiap aitem yang

menunjukkan hubungan yang positif dan selaras. Suatu kuesioner yang memiliki

konsistensi internal yang tinggi cenderung menunjukkan hasil pengukuran yang

stabil (Gregory, 2013).

Nilai Alpha yang rendah dapat disebabkan karena aitem pernyataan yang

sedikit, korelasi yang rendah antaraitem atau konstruksi kuesioner yang heterogen.

(32)

beberapa aitem sebaiknya direvisi atau dihilangkan dari kuesioner. Aitem yang

harus dihilangkan dapat ditemukan dengan melihat nilai koefisien korelasi aitem

yang paling rendah dan atau mendekati 0 (nol) (Tavakol dan Dennick, 2011).

D.Seleksi Aitem 1. Seleksi Aitem dalam Penyusunan Instrumen

Prinsip dasar seleksi aitem adalah memilih aitem yang menunjukkan

fungsi yang selaras dengan fungsi pengukuran kuesioner. Keberadaan aitem-aitem

yang selaras dan saling mendukung akan menghasilkan konsistensi internal yang

semakin baik nilainya. Prosedur dalam proses seleksi aitem mempertimbangkan

koefisien korelasi aitem total, indeks reliabilitas aitem, dan indeks validitas aitem

(Azwar, 2012).

2. Seleksi Aitem dengan Korelasi Aitem Total

Koefisien korelasi aitem total disebut juga sebagai parameter daya beda

aitem, di mana koefisien ini menunjukkan kemampuan aitem untuk memberikan

gambaran mengenai perbedaan individual responden. Aitem yang fungsinya

selaras dengan fungsi kuesioner berarti memiliki kemampuan atau daya untuk

membedakan individu pada aspek yang diukur oleh kuesioner yang bersangkutan.

Uji korelasi aitem total menghasilkan koefisien korelasi yang beragam sesuai

dengan kemampuan aitem tersebut untuk mengukur pokok bahasan yang sesuai

(Supratiknya, 2014).

Metode uji korelasi yang digunakan sangat tergantung pada sifat

penskalaan distribusi skor aitem dan skor kuesioner itu sendiri. Bagi kuesioner

(33)

dapat menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Berpedoman pada

hasil skor untuk skala Likert yang merupakan skor interval, maka untuk domain

sikap dan tindakan menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Jika

koefisien korelasinya rendah mendekati nol berarti fungsi aitem tersebut tidak

sesuai dengan fungsi ukur kuesioner dan aitem tersebut tidak memiliki daya

diskriminasi. Bila koefisien korelasi yang dimaksud ternyata berharga negatif,

artinya terdapat cacat serius pada aitem yang bersangkutan. Sedangkan untuk

domain pengetahuan yang merupakan skala kognitif dengan distribusi skor

dikotomi, dapat menggunakan uji korelasi Point-Biserial. Uji korelasi ini

memiliki prinsip yang sama dengan Pearson Product Moment dalam hal

pengukuran koefisien korelasi aitem total (Azwar, 2012).

E.Sampling

1. Pengertian

Sebuah penelitian membutuhkan suatu objek yang diteliti, di mana semua

bagian objek yang diteliti disebut populasi dan sampel merupakan bagian atau

perwakilan dari populasi. Selain menentukan populasi maka hal yang perlu

dilakukan adalah mendefinisikan populasi tersebut. Populasi dibatasi secara

spesifik sesuai dengan tujuan penelitian dan berdasarkan elemen penelitian yaitu

faktor inklusi dan eksklusi. Populasi yang telah didefinisikan sedemikian rupa

inilah yang disebut populasi sasaran (Eriyanto, 2008).

Sampel penelitian diambil menggunakan teknik tertentu yang disebut

(34)

pemilihannya karena mempengaruhi validitas hasil penelitian (Notoatmodjo,

2010).

2. Metode Purposive Sampling

Terdapat dua metode dalam proses pengambilan sampel yaitu

pengambilan sampel secara acak (random sampling) dan pengambilan sampel

bukan acak (nonprobability sampling). Pengambilan sampel secara acak

digunakan pada populasi yang homogen dan setiap anggota populasi memiliki

peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Sedangkan pengambilan sampel

bukan acak digunakan pada penelitian dengan tujuan tertentu dan tidak semua

individu pada populasi memiliki peluang yang setara untuk menjadi sampel

(Sukmadinata, 2012).

Pada penelitian ini digunakan purposive sampling yang memiliki

pengertian sebagai teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

berdasarkan tujuan penelitian dan termasuk pada kelompok nonprobability

sampling (Sugiyono, 2012).

Purposive sampling dilakukan bila diperlukan responden dengan kriteria

khusus, misalnya harus lancar berbahasa Inggris, responden harus sarjana,

responden harus wanita yang sudah menikah, dan sebagainya (Notoatmodjo,

2010).

F.Penyakit Asma 1. Pengertian

Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik

(35)

rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk,

sesak napas, dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari yang

umumnya bersifat reversibel. Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) yang berarti

dapat tenang tanpa gejala yang tidak mengganggu aktifitas tetapi dapat mengalami

eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat bahkan bisa menimbulkan

kematian (Menkes RI, 2008).

2. Etiologi

Asma dapat dipicu oleh beberapa agen yaitu (a) infeksi saluran

pernapasan, contohnya rhinovirus, influenza; (b) allergen, contohnya kutu rumah,

spora jamur; (c) keadaan lingkungan, contohnya suhu dingin, kabut, sulfur

dioksida asap rokok; (d) emosi, contohnya cemas, marah, tertawa terbahak-bahak;

(e) obat-obatan, contohnya aspirin, obat anti inflamasi non steroid; dan (f)

pekerjaan, contohnya petani, pekerja pabrik kimia (DiPiro, 2008).

3. Gejala

Gejala Asma bersifat episodik, seringkali reversibel dengan/tanpa

pengobatan. Gejala awal berupa batuk terutama pada malam atau dini hari, sesak

napas, napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan

napasnya, rasa berat di dada, dahak sulit keluar. Gejala yang berat adalah keadaan

gawat darurat yang mengancam jiwa. Yang termasuk gejala berat adalah serangan

batuk yang hebat, sesak napas yang berat dan tersengal-sengal, sianosis (kulit

kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut), sulit tidur dan posisi tidur yang

(36)

4. Pencegahan

Ada 3 (tiga) jenis pencegahan yaitu pencegahan primer, pencegahan

sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah

sensitisasi pada bayi dengan resiko Asma (orangtua Asma) dengan cara

penghindaran polutan selama kehamilan, diet hipoalergenik ibu hamil, pemberian

ASI eksklusif hingga usia 6 (enam) bulan, dan diet hipoalergenik ibu menyusui.

Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah inflamasi pada anak yang telah

tersensitisasi dengan menghindari pajanan asap rokok, serta alergen dalam

ruangan teruatama tungau debu rumah. Pencegahan tersier ditujukan untuk

mencegah manifestasi Asma pada anak yang telah menunjukkan manifestasi

penyakit alergi (Menkes RI, 2008).

5. Pengobatan

Tujuan dari manajemen Asma yaitu menghilangkan dan mengendalikan

gejala Asma, mencegah eksaserbasi akut, meningkatkan dan mempertahankan faal

paru seoptimal mungkin, mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise,

menghindari efek samping obat, mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara

ireversibel, dan mencegah kematian karena Asma. Pada serangan Asma akut,

obat-obat yang digunakan adalah bronkodilator dan kortikosteroid sistemik.

Untuk penatalaksanaan Asma jangka panjang, pengobatan disesuaikan dengan

klasifikasi beratnya Asma namun dengan prinsip pengobatan yang sama yaitu

edukasi, obat Asma (pengontrol dan pelega), dan menjaga kebugaran. Obat Asma

yang digunakan sebagai pengontrol antara lain inhalasi kortikosteroid, β2 agonis

(37)

β2 kerja lambat. Obat Asma yang digunakan sebagai pelega yaitu agonis β2 kerja

cepat, antikolinergik, dan metilsantin (Menkes RI, 2008).

Mekanisme kerja agonis reseptor adrenergik β2 berkaitan dengan

relaksasi otot polos saluran pernapasan dan mengakibatkan bronkodilatasi. Pada

otot polos saluran pernapasan terdapat banyak reseptor β2. Stimulasi pada

reseptor ini mengaktifkan jalur Gs-adenilil simulasi-AMP siklik yang

mengakibatkan penurunan tonus otot polos dan meningkatkan AMP siklik

intraseluler yang menghambat pelepasan mediator inflamatori dan sitokin

(Brunton, Parker, Blumenthal, dan Buxton, 2008).

Sisi aktif dari adrenergik β2 reseptor yang memiliki peran penting terkait

interaksi β2 agonis terletak kurang lebih satu per tiga jarak dari inti reseptor

(15Å). Sisi aktif yang sangat berperan untuk interaksi dengan β2 agonis yaitu

Aspartate 113, Serine 204 dan Serine 207, dan Asparagine 293 (Johnson, 2006).

Salbutamol berinteraksi dengan Serine 203, Serine 204 (Katrich et al.,

2009) Tyrosine 174, Phenylalanine 193, dan Tyrosine 199. Isoproterenol

berinteraksi dengan Serine 203, Serine 204, Serine 207, Tryptophan 286 dan

Phenylalanine 289 (Swaminath, Deupi, Lee, Zhu, Thian, dan Kobilka, 2005).

G. Pengetahuan 1. Pengertian

Pengetahuan adalah pandangan subjek terhadap stimulus yang diterima

setelah melakukan pengindraan tertentu kemudian dikenal, dipahami dan

(38)

Seseorang dapat dikatakan tahu apabila dapat merespon secara lisan

maupun tertulis dengan memberikan tanggapan maupun jawaban terkait suatu

topik tertentu. Respon inilah yang disebut pengetahuan (Budiman dan Riyanto,

2013).

2. Penyusunan Aitem dan Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden (Arikunto, 2006).

Penyusunan kuesioner pengetahuan harus memperhatikan poin-poin

tertentu sehingga kuesioner dapat dipahami dengan baik dan menghasilkan

pengukuran yang tepat. Poin-poin tersebut antara lain: (a) Kalimat harus berupa

kalimat pasti dan menanyakan hal yang penting, (b) Mengutamakan kalimat

umum yang bertahan lama, jelas, sederhana, dan tidak berlebihan, (c) Kalimat

hanya memiliki satu gagasan utama saja, (d) Kalimat bernada negatif dan kalimat

berupa petunjuk harus dihindari, (e) Kalimat yang merupakan alternatif jawaban

harus disediakan dalam kalimat berbeda namun memiliki arti yang sejajar, (f)

alternatif jawaban yang disusun harus berurutan secara logis, (g) Penggunaan

alternatif “bukan salah satu di atas” atau “semua yang di atas” hanya digunakan

apabila kebenaran bersifat mutlak, dan (h) Kalimat tanpa jawaban tidak boleh

digunakan untuk menjebak responden (Budiman dan Riyanto, 2013).

Pengetahuan dapat diukur menggunakan skala dikotomi (dichotomous

scale) yaitu 2 (dua) alternatif jawaban yang harus dipilih salah satu. Pada skala

(39)

pendekatan logika “benar” dan “salah” atau “ya” dan “tidak”. Hasil dari skala

dikotomi ini, bisa data yang berskala nominal ataupun data yang berskala ordinal

(Mustafa, 2009).

H. Sikapdan Tindakan 1. Pengertian

Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang, atau peristiwa.

Sikap merupakan kumpulan dari berpikir, keyakinan dan pengetahuan, serta sikap

mengandung tiga komponen terkait yaitu: kognitif, afektif dan perilaku terhadap

suatu objek (Budiman dan Riyanto, 2013).

Tindakan merupakan respon seseorang terhadap stimulus dan dapat

diamati secara langsung. Tindakan memiliki frekuensi yang spesifik, durasi

pelaksanaan, dan tujuan tertentu (Wawan dan Dewi, 2011).

2. Penyusunan Aitem dan Pengukuran Sikap dan Tindakan

Sikap dan tindakan merupakan ranah afektif, berbeda dengan

pengetahuan yang merupakan ranah kognitif. Ranah afektif memiliki beberapa

kemampuan yang dapat diukur sebagai berikut: menerima, merespons,

menghargai, mengorganisasi, dan menghayati. Sikap pada hakikatnya adalah

kecenderungan berperilaku, sedangkan tindakan adalah perilaku aktifnya. Skala

sikap dinyatakan dalam bentuk penilaian oleh responden, apakah responden

mendukung atau menentang. Dalam menyusun kalimat pengukuran sikap dan

tindakan menggunakan skala Likert, peneliti sebaiknya: (a) Menghindari

(40)

penyakit Asma, (b) Menghindari kalimat yang berupa fakta, tidak relevan dengan

objek pengukuran, memiliki kata negatif ganda, dan dapat disetujui oleh banyak

pihak, (c) Kalimat hanya memiliki satu penafsiran saja, satu gagasan lengkap,

sederhana, jelas, dan langsung, (d) Menggunakan kalimat yang dapat tercakup

dalam skala pengukuran, (e) Kalimat dengan unsur “tidak pernah”, “semuanya”,

“selalu”, “tak seorang pun” dan sebagainya sering menimbulkan perbedaan

penafsiran sehingga harus dihindari, (f) Kata “hanya”, “sekedar”, “semata-mata”

hanya digunakan seperlunya untuk menghindari kesalahan tafsir (Budiman dan

Riyanto, 2013).

Pengukuran sikap dan tindakan menggunakan skala Likert umumnya

berupa pertanyaan tertutup dengan 5 (lima) alternatif jawaban secara berjenjang.

Jenjang jawaban tersebut adalah: “sangat setuju”, “tidak setuju”, “netral”,

“setuju”, “sangat setuju”. Penentuan skor pada jenjang skala tersebut harus

disesuaikan dengan jenis narasi pertanyaannya, yaitu apakah narasi pertanyaan

bersifat negatif (unfavorable) atau narasi pertanyaannya positif (favorable)

(Mustafa, 2009).

I. Landasan Teori

Pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat terkait

penyakit Asma membutuhkan sebuah instrumen yaitu kuesioner. Kuesioner

adalah instrumen yang dapat mengumpulkan data dengan memberi pernyataan

tertulis kepada responden untuk mendapatkan tanggapan. Sebuah instrumen dapat

(41)

hasil pengukuran dapat dipercaya dan relevan. Uji validitas konten dilakukan

untuk mengetahui kelayakan isi kuesioner. Apabila semua ahli telah memberi

persetujuan maka kuesioner dapat dikatakan valid secara konten. Kemudian,

kuesioner yang valid secara konten harus dilanjutkan ke uji pemahaman bahasa

untuk mendapatkan masukan dan saran terkait penyusunan kuesioner. Pengujian

kuesioner juga harus melalui uji kualitas instrumen yang menghasilkan data

kuantitatif sebagai bahan uji reliabilitas. Uji reliabilitas ini gunanya mengetahui

konsistensi hasil pengukuran dari kuesioner tersebut. Pada uji kualitas instrumen,

responden harus dipilih berdasarkan teknik sampling yang memadai untuk

pengambilan sampel pada populasi yang tidak homogen, salah satunya purposive

sampling sedangkan pengisian kuesioner dapat menggunakan single trial

administration. Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan berbagai metode antara

lain metode Cronbach Alpha berbasis kovarians aitem. Nilai koefisien Alpha

harus >0,60 agar dapat dikatakan reliabel. Seleksi aitem dilakukan untuk

membantu dalam perolehan nilai koefisien Alpha yang diinginkan. Domain

pengetahuan dapat diseleksi berdasarkan koefisien korelasi Point-Biserial

sedangkan domain sikap dan tindakan dapat diseleksi berdasarkan koefisien

korelasi Pearson Product Moment.

J. Hipotesis Penelitian

Setelah melalui proses uji validitas konten dan reliabilitas maka

instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat

(42)

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental karena peneliti

memberi perlakuan langsung pada setiap aitem kuesioner untuk diuji validitas

konten dan reliabilitasnya. Rancangan penelitian yang digunakan adalah

cross-sectional karena dalam penelitian ini pengambilan data variabel bebas dan

tergantung dilakukan secara bersamaan dalam periode waktu tertentu.

B. Variabel Penelitian a. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini yaitu seluruh aitem pada kuesioner

yang terbagi menjadi tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan.

b. Variabel Tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini yaitu validitas konten dan

reliabilitas kuesioner.

C. Definisi Operasional

1. Validitas konten adalah validitas yang mempertimbangkan kelayakan dari segi

konten oleh beberapa ahli dalam bidangnya. Kuesioner dinyatakan valid

secara konten apabila para ahli telah menyetujui kuesioner untuk diuji ke

(43)

yang ditandatangani oleh para ahli pada Lampiran 8, 9, 13, 14, 18, 22, 23, 27,

dan 28.

2. Reliabilitas adalah parameter konsistensi hasil pengukuran oleh suatu

instrumen. Reliabilitas pada penelitian ini diukur dengan metode uji Cronbach

Alpha. Kuesioner dinyatakan reliabel apabila memenuhi nilai α>0,60

(Budiman dan Riyanto, 2013).

3. Seleksi aitem adalah langkah penelitian yang dilakukan untuk mendukung uji

reliabilitas. Seleksi aitem dilakukan dengan tujuan mendapatkan nilai α yang

memenuhi kriteria reliabilitas penelitian pada kuesioner yang diuji. Prosedur

seleksi aitem berpedoman pada nilai korelasi aitem tersebut berdasarkan hasil

uji korelasi Point-Biserial dan uji korelasi Pearson Product Moment.

4. Aitem tidak terseleksi adalah aitem yang harus dihilangkan ketika seleksi

aitem dilakukan.

5. Aitem terseleksi adalah aitem yang masih bertahan ketika seleksi aitem

dilakukan.

6. Responden adalah masyarakat yang berdomisili di Kelurahan Catur Tunggal.

7. Usia produktif adalah usia 19-65 tahun dalam kondisi memiliki pekerjaan

maupun sedang mencari pekerjaan dan dapat menghasilkan uang (Republik

Indonesia, 2003).

D. Bahan Penelitian

Obyek penelitian yaitu kuesioner yang terdiri dari 4 bagian utama, yaitu :

1. Bagian pertama adalah domain pengetahuan terkait penyakit Asma dengan

(44)

adalah “benar” dan “salah”). Jumlah pernyataan pada bagian ini sebanyak 20

aitem dengan jumlah jawaban “benar” dan “salah” yang seimbang. Pokok

bahasan yang diukur pada domain ini meliputi pengertian, etiologi, gejala dan

tanda, faktor resiko, cara penularan, pencegahan, dan pengobatan.

2. Bagian kedua adalah domain sikap terkait penyakit Asma dengan kuesioner

tipe pilihan menggunakan skala Likert dengan 15 pernyataan yang terbagi

menjadi favorable statement dan unfavorable statement. Pokok bahasan yang

diukur pada domain ini meliputi pencegahan dan pengobatan.

3. Bagian ketiga adalah domain tindakan terkait penyakit Asma dengan

kuesioner tipe pilihan menggunakan skala Likert dengan 10 pernyataan yang

terbagi menjadi favorable statement dan unfavorable statement. Pokok

bahasan yang diukur pada domain ini meliputi pencegahan dan pengobatan.

4. Bagian keempat adalah kuesioner tipe isian dengan bentuk closed form aitem,

memuat data demografi, meliputi nama responden, jenis kelamin, usia,

pendidikan terakhir, pekerjaan, nomor handphone, dan domisili responden.

Bagian terakhir merupakan kolom tanda tangan yang menyatakan persetujuan

menjadi responden.

Masing-masing tanggapan yang diberikan oleh responden terhadap aitem

diberi skor kuantitatif agar dapat diolah menjadi data statistik. Skoring untuk

tanggapan pada domain pengetahuan berbeda dengan skoring untuk tanggapan

pada domain sikap dan tindakan. Ketentuan skoring dapat dilihat pada tabel

(45)

Tabel I. Besar Skor untuk Tanggapan Pernyataan Domain Pengetahuan

Tanggapan Pernyataan Domain Pengetahuan Besar Skor

Benar (sesuai dengan kunci jawaban) 1

Salah (berlainan dengan kunci jawaban) 0

Tabel II. Besar Skor untuk Tanggapan Pernyataan Domain Sikap dan Tindakan

Tanggapan Pernyataan

Domain Sikap dan Tindakan

Besar Skor Pernyataan Favorable

Besar Skor Pernyataan Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Selain besar skor yang berbeda, setiap domain juga memiliki pokok

bahasan terperinci. Pokok bahasan disusun berdasarkan penelaahan pada pustaka

yang telah tercantum pada bab sebelumnya. Berikut adalah master plan kuesioner

(46)

Tabel III. Distribusi Pernyataan Favorable dan Unfavorable Berdasarkan Pokok Bahasan pada Domain Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Domain Pokok Bahasan Pernyataan

Favourable

Responden pada penelitian ini adalah penduduk, pria maupun wanita di

Kelurahan Catur Tunggal, Kecamatan Depok. Kriteria inklusi pada penelitian ini

yaitu pria maupun wanita pada usia produktif, memiliki kemampuan baca tulis,

dan tidak memiliki latar belakang pendidikan maupun pekerjaan di bidang

kesehatan.

Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu penduduk Kelurahan Catur

(47)

responden yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap, dan responden yang

mengisi kuesioner namun menggunakan bantuan pihak lain.

F. Sampling

Jenis sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

purposive sampling, di mana responden yang menjadi sampel penelitian dipilih

berdasarkan kriteria inklusi sesuai kebijakan peneliti. Pada penelitian ini

dilakukan tiga kali pengujian dengan responden sejumlah 233 orang. Responden

yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 180 orang dan terdapat 53 responden

yang tereksklusi.

Gambar 1. Jumlah Responden Tiap Pengujian Berdasarkan Kriteria Inklusi dan Eksklusi

G. Rekrutmen Responden

Rekrutmen responden diawali dengan pengundian pada 16 padukuhan di

Kelurahan Catur Tunggal, diambil 8 padukuhan yang menjadi lokasi penyebaran

kuesioner. Setelah terpilih 8 padukuhan maka peneliti melakukan korespondensi

dengan masing-masing Kepala Dukuh terkait perizinan penelitian. Kepala Dukuh

yang telah memberikan izin mengarahkan peneliti kepada kegiatan padukuhan

Pengujian Pertama

89 orang Inklusi 60 orang

(48)

maupun wilayah RT/RW yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekrutmen

responden. Proses rekrutmen dilakukan dengan cara mengikuti rapat bulanan

RT/RW, doa bersama, dan door to door. Pada rapat bulanan RT/RW dan doa

bersama, seluruh peserta yang hadir pada pertemuan tersebut direkrut sebagai

responden penelitian, lalu dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Sedangkan

pada proses door to door peneliti mengitari daerah RT/RW tersebut untuk mencari

penduduk yang berada di rumah, penduduk yang ditemui oleh peneliti pada saat

itu direkrut sebagai responden penelitian dan dipilih sesuai dengan kriteria inklusi

eksklusi. Proses rekrutmen pada setiap pengujian membutuhkan waktu satu

sampai dua minggu hingga terkumpul responden sebanyak 60 orang.

H. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Blangko berita acara: Berisi komentar dan persetujuan yang diberikan oleh

Dokter dan Apoteker pada uji validitas konten.

2. Metode uji Cronbach Alpha: Digunakan untuk mengetahui nilai Alpha (α)

pada uji reliabilitas instrumen. Nilai Alpha dihitung menggunakan software

tidak berbayar yaitu R versi 3.0.2 dengan program rakitan yang menggunakan

paket psy dan ltm.

3. Metode Uji korelasi Point-Biserial: Digunakan untuk mengetahui koefisien

(49)

4. Metode Uji korelasi Pearson Product Moment: Digunakan untuk mengetahui

koefisien korelasi pada aitem dengan skor yang bersifat kontinyu pada domain

sikap dan tindakan.

I. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Maret 2014 hingga bulan Juli 2014.

J. Tata Cara Penelitian 1. Penentuan Lokasi

Penelitian dilakukan di Kelurahan Catur Tunggal, Kecamatan Depok,

Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta karena adanya hubungan kerja

sama antara Universitas Sanata Dharma dengan Kecamatan Depok dalam

beberapa bidang, salah satunya adalah penelitian dan peningkatan kesehatan

masyarakat. Dengan demikian, penelitian yang diadakan ini menjadi salah satu

bentuk dari hasil kerja sama tersebut. Kelurahan Catur Tunggal dipilih karena

memiliki populasi yang paling besar yaitu sejumlah 61.606 orang penduduk.

Kelurahan dengan populasi paling besar dipilih sebab pada kelurahan ini terdapat

dua penelitian yang diadakan, yaitu pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan

tindakan masyarakat terkait penyakit Asma dan Hipertensi.

2. Perizinan Penelitian

Perizinan penelitian dilakukan mulai dari BAPEDDA Kabupaten Sleman

dengan memasukkan surat izin penelitian dari fakultas dan lampiran proposal

(50)

kemudian meneruskan surat izin yang dikeluarkan oleh BAPPEDA Kabupaten

Sleman kepada pihak-pihak yang terkait, antara lain Kecamatan Depok dan

Kelurahan Catur Tunggal. Pengurusan izin di Kelurahan Catur Tunggal berjalan

dengan lancar dan untuk pengurusan izin kepada masing-masing Padukuhan

dilakukan secara mandiri oleh peneliti setelah mendapatkan surat izin dari

Kelurahan Catur Tunggal.

3. Penyusunan Kuesioner

Penyusunan kuesioner dibagi menjadi tiga domain utama yaitu

pengetahuan, sikap, dan tindakan di mana masing-masing domain memiliki pokok

bahasan tersendiri. Langkah pertama, menyusun pernyataan mengenai

pengetahuan terkait penyakit Asma dengan alternatif jawaban “benar” dan “salah”

sejumlah 20 aitem. Kemudian menyusun pernyataan mengenai sikap dan perilaku

responden terkait penyakit Asma, dengan alternatif jawaban Sangat Setuju (SS),

Setuju (S), Tidak setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pernyataan pada

bagian ini berjumlah 15 aitem untuk domain sikap dan 10 aitem untuk domain

tindakan, masing-masing domain terbagi menjadi favorable statement dan

unfavorable statement. Keseluruhan aitem yang disusun harus sesuai dengan

pokok bahasan pada domain masing-masing yang sudah ditentukan oleh peneliti,

memiliki jumlah aitem yang mendekati seimbang (benar-salah dan

favorable-unfavorable), serta disebar secara acak dan disusun berdasarkan poin-poin pada

(51)

4. Uji Validitas Konten

Uji validitas konten membutuhkan penilaian dari para ahli di bidang yang

sesuai dengan cakupan kuesioner yaitu bidang kesehatan dan pengobatan. Pada

penelitian ini ahli yang terlibat yaitu dua orang Dokter dan seorang Apoteker.

Penilaian kelayakan konten berdasarkan pada keselarasan konten dengan tujuan

pengukuran kuesioner, bila masih terdapat aitem yang tidak selaras maka revisi

perlu dilakukan. Kuesioner yang telah direvisi kemudian dinilai ulang oleh ahli

dengan prosedur yang sama seperti penilaian sebelumnya. Kuesioner dikatakan

valid secara konten apabila para ahli telah menyatakan persetujuan dengan

menandatangani blangko berita acara uji validitas konten.

5. Uji Pemahaman Bahasa

Uji pemahaman bahasa perlu dilakukan untuk mendapatkan masukan

awal terhadap kuesioner. Responden pada uji ini yaitu 10 orang masyarakat umum

yang sesuai kriteria inklusi responden penelitian namun tidak berdomisili di Catur

Tunggal. Peneliti juga memberikan kuesioner kepada 20 orang mahasiswa untuk

memperoleh tambahan data berkaitan dengan pemahaman bahasa. Pada pengujian

pemahaman bahasa ini masyarakat memberikan penilaian terhadap konten

kuesioner dalam hal kemudahan memahami dan kemudahan menjawab.

6. Uji Kualitas Instrumen

a. Penyebaran Kuesioner

Bentuk semi final kuesioner yang sebelumnya telah disempurnakan pada

uji pendahuluan, selanjutnya perlu diuji kembali dengan kondisi yang sesuai

(52)

Kelurahan Catur Tunggal dan sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Pemberian

kuesioner hanya diberikan satu kali (single trial administration) kepada responden

sehingga tidak ditemukan responden yang mengisi kuesioner untuk kedua kalinya.

Pengujian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara langsung kepada

masyarakat yang telah direkrut oleh peneliti. Pengujian ini menghasilkan data

yang dapat diolah secara statistik guna mengetahui reliabilitas kuesioner tersebut.

Uji coba kuesioner dilakukan berulang apabila kuesioner belum dapat memenuhi

nilai reliabilitas yang diinginkan dalam penelitian ini dan dihentikan apabila telah

memenuhi nilai reliabilitas yang diinginkan.

b. Pengolahan Data

Kuesioner yang telah kembali ke peneliti merupakan data mentah

sehingga perlu diseleksi terlebih dahulu agar sesuai dengan kriteria inklusi

penelitian. Kuesioner yang terseleksi kemudian diolah menjadi data siap olah

statistik. Masing-masing kuesioner diberi nomor responden secara berurutan

kemudian dilakukan penilaian jawaban kuesioner (skoring). Setelah proses

skoring, selanjutnya dilakukan entry data pada sistem komputer. Entri dilakukan

untuk setiap domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pada masing-masing

domain terdapat nomor responden, skor jawaban responden untuk setiap aitem

pada domain tersebut, dan total skor jawaban responden.

c. Uji Reliabilitas

Reliabilitas yang dapat diukur pada penelitian ini adalah nilai reliabilitas

(53)

dapat dikatakan reliabel jika memenuhi nilai α>0,60 untuk masing-masing domain

kuesioner yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Dengan bantuan program statistik R maka hasil olahan data sebelumnya

dapat dihitung dan didapatkan nilai Alpha. Apabila nilai Alpha telah memenuhi

kriteria, maka domain kuesioner tersebut dikatakan reliabel dan dapat digunakan

sebagai kuesioner siap pakai. Jika nilai Alpha belum memenuhi kriteria, maka

dilakukan seleksi aitem dengan tujuan menambah nilai Alpha agar memenuhi

kriteria.

Seleksi aitem dilakukan berdasarkan nilai koefisien korelasi

masing-masing aitem (r). Nilai koefisien korelasi aitem ini tidak perlu dihitung secara

terpisah karena pada program statistik R telah dibuat sebuah perintah untuk

langsung menghitung nilai Alpha sekaligus menghitung koefisien korelasi.

Pada seleksi aitem ini, dilakukan penghilangan satu aitem dengan nilai

koefisien korelasi yang terendah kemudian data kembali diolah untuk

mendapatkan nilai Alpha yang baru. Apabila nilai Alpha yang baru masih belum

memenuhi kriteria, maka proses seleksi aitem kembali dilakukan. Demikian

proses seleksi aitem terus-menerus dilakukan dan dapat berhenti jika nilai Alpha

telah terpenuhi atau proses seleksi aitem telah mencapai batas maksimal

penghilangan aitem. Pada penelitian ini telah ditetapkan bahwa untuk domain

pengetahuan tersusun minimal 10 aitem, sedangkan sikap, dan tindakan harus

tersusun minimal 10 aitem. Jika pada proses seleksi aitem nilai Alpha dapat naik

dan memenuhi kriteria, maka aitem terseleksi dapat digunakan untuk kuesioner

(54)

Setelah melakukan seleksi aitem namun nilai Alpha belum memenuhi

kriteria atau telah mencapai batas maksimal penghilangan aitem, maka langkah

selanjutnya yaitu revisi aitem. Aitem yang telah direvisi bersama dengan aitem

terseleksi kemudian akan diujikan kembali kepada responden dan diuji ulang nilai

reliabilitasnya. Selain revisi aitem, dapat juga dilakukan perpanjangan tes yaitu

penambahan sejumlah aitem baru untuk memperbesar kemungkinan terpenuhinya

nilai Alpha dengan kondisi jumlah aitem terseleksi yang cukup memenuhi

minimal aitem.

7. Kuesioner Siap Pakai

Kuesioner siap pakai merupakan kuesioner utuh yang tersusun atas

domain pengetahuan, sikap, dan tindakan yang telah valid secara konten dan

reliabel. Pada kuesioner siap pakai ini juga telah disusun untuk dapat langsung

diberikan kepada responden penelitian. Selain berisi aitem-aitem pada

masing-masing domain, terdapat pula judul penelitian, petunjuk pengerjaan kuesioner,

serta data diri responden demi mendukung kesiapan kuesioner ini sebagai alat

(55)

Gambar 2. Diagram Alir Tata Cara Penelitian

Penentuan Lokasi Penelitian

Perizinan Penelitian

Penyusunan Kuesioner

Uji Validitas Konten Instrumen

(Gambar 3)

Uji Pemahaman Bahasa (Gambar 3)

Uji Kualitas Instrumen (Gambar 4)

(56)

(57)

Gambar 4. Diagram Alir Tata Cara Uji Kualitas Instrumen Uji Validitas Konten Instrumen

(Gambar 3)

Uji Pemahaman Bahasa

(Gambar 3)

Uji Kualitas Kuesioner

Skoring (Penilaian) terhadap

Jawaban Responden

Data Entry dengan Komputer

Uji Reliabilitas dengan Uji Statistik Cronbach-Alpha menggunakan program R

Kuesioner Siap Pakai

Reliabel α>0,60 Tidak Reliabel α<0,60

(58)

K. Kelemahan Penelitian

Kelemahan pada penelitian ini adalah keterbatasan peneliti dalam

membahasakan kata atau kalimat di bidang kesehatan secara sederhana agar dapat

dipahami oleh masyarakat umum. Hal ini berdampak pada kuesioner yaitu

terbatasnya jumlah aitem yang dapat dihasilkan pada masing-masing domain

(59)

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian beserta pembahasan mengenai uji validitas konten

instrumen, uji reliabilitas instrumen dan formulasi instrumen yang telah valid

secara konten dan reliabel akan diulas pada bab ini. Hasil penelitian disajikan

dalam bentuk resume sehingga fokus pada pembahasan sajian data. Data hasil

penelitian yang lebih rinci ditampilkan pada bagian lampiran dari laporan

penelitian ini.

A. Uji Validitas Konten

Uji validitas konten merupakan salah satu langkah dalam proses uji coba

instrumen menurut Budiman dan Riyanto (2013). Pada penelitian ini uji validitas

konten dilakukan pada ketiga domain kuesioner yaitu domain pengetahuan, sikap,

dan tindakan secara bersamaan. Pengujian validitas konten atau yang dikenal

sebagai expertise judgement merupakan salah satu dari beragam jenis validitas

yang dimiliki oleh suatu instrumen.

Pengujian validitas konten pada penelitian ini dilakukan sebanyak lima

kali dan menggunakan tiga orang ahli yaitu dua orang Dokter dan seorang

Apoteker. Pada pengujian validitas konten pertama dan kedua hanya diikuti oleh

dua orang ahli (seorang Dokter dan seorang Apoteker), kemudian pada pengujian

validitas konten keempat ditambahkan seorang Dokter yang memiliki pengalaman

praktek lebih dari 20 tahun. Masing-masing ahli menuliskan masukan, revisi, dan

(60)

pengujian validitas konten yang berupa kuesioner dan blangko berita acara dapat

dilihat pada Lampiran 5- 28.

1. Domain Pengetahuan

Domain pengetahuan melalui lima kali pengujian validitas konten

bersama dengan domain sikap dan tindakan. Secara singkat dan sederhana, alur

perjalanan pengujian domain pengetahuan dapat dilihat pada Gambar 5,

sedangkan resume hasil pengujian serta perlakuan yang diberikan kepada domain

pengetahuan dapat dilihat pada Lampiran 29. Domain pengetahuan diuji

berkali-kali agar setiap aitem yang ditulis dapat dinyatakan layak dari segi konten untuk

mengukur tingkat pengetahuan masyarakat terkait penyakit Asma. Secara umum

hal yang direkomendasikan oleh ahli antara lain perbaikan pada struktur kalimat

dan penggantian kalimat. Rekomendasi yang diberikan tidak jauh dari kriteria

penyusunan pernyataan yang baik seperti yang disampaikan oleh Budiman dan

Gambar

Besar Skor untuk Tanggapan Pernyataan Domain Tabel I. Pengetahuan ......................................................................
Tabel II. Besar Skor untuk Tanggapan Pernyataan
Tabel III. Distribusi Pernyataan Favorable dan Unfavorable Berdasarkan Pokok
Gambar 1. Jumlah Responden Tiap Pengujian
+7

Referensi

Dokumen terkait

“Jika ada salah satu atau beberapa anggota yang tidak menjalankan keputusan bersama, berarti melanggar aturan yang sudah disepakati bersama, sehingga bisa merugikan orang lain,”

Perubahan desain dan pengembangan harus ditunjukkan dan rekamannya dipelihara. Perubahan harus ditinjau, diverifikasi dan dibenarkan,secara sesuai, dan disetujui

Penelitian  dilakukan  untuk  mereview  dan  menggabungkan  beberapa  model  penerimaan  sistem  informasi  dan  menghipotesiskan  ekspektasi  kinerja,  ekspektasi 

hrt Pada gambar disamping, point yang ditunjuk dengan huruf B adalah …... Pada gambar di atas, point yang ditunjuk A

Hasil analisis oleh peneliti terhadap perhitungan rasio keuangan BCA dan tingkat kesehatan bank baik dengan menggunakan metode CAMEL dan RGEC, selama periode

Pada tingkat keyakinan 85%, penelitian ini menunjukan variabel payout memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan laba satu tahun ke depan untuk industri

a) posisi awal : berdiri sikap melangkah (kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang) menghadap meja tenismeja, badan condong agak kekanan dengan sedikit

Putu Astawa, Sp.OT(K) yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas pada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan program studi ilmu Bedah