PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MASYARAKAT
TERKAIT PENYAKIT ASMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Maria Gabriela Roswita
NIM: 108114096
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MASYARAKAT
TERKAIT PENYAKIT ASMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Maria Gabriela Roswita
NIM: 108114096
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
The fruit of Silence is prayer. The fruit of Prayer is faith. The fruit of Faith is love. The fruit of Love is service. The fruit of Service is Peace
– Mother Theresa-
Ketika kamu berada di tengah, jangan putus asa karena kamu sama dekatnya ke atas dan ke bawah.
Setiap pertanyaan yang dapat dijawab harus dijawab atau setidaknya ditanggapi. Hal-hal yang tidak logis harus dipertanyakan begitu muncul. Jawaban yang salah
harus diperbaiki. Jawaban yang benar harus diteguhkan.
–Erudite-
v
vii
PRAKATA
Puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas segala rahmat, bimbingan, dan Roh Kudus yang dicurahkan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Instrumen Pengukuran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Masyarakat terkait
Penyakit Asma”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini bukanlah suatu hal yang
mudah. Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M. Kes., Ph.D., Apt. selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan, saran, dan ilmu kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
2. Semua responden di Kelurahan Catur Tunggal yang telah bersedia
berpartisipasi dalam proses penelitian.
3. Seluruh pihak terkait izin penelitian, Bapak Camat Depok, Bapak Kepala Desa
Catur Tunggal, Bapak/Ibu Dukuh, Ketua RW dan RT setempat.
4. Dokter Fenty, M.Kes., Sp.PK. dan Dokter Y. Agus Wijanarka yang telah
memberikan masukan, komentar, dan persetujuan validitas konten dalam
penelitian ini.
5. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. dan Bapak Enade Perdana Istyastono,
Ph.D., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberi kritik dan saran
viii
6. Dekan dan segenap staf Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang
telah memperlancar jalannya penelitian.
7. Teman-teman seperjuangan, Wuri Kinanti, Bernardino Hajadi, Catharina
Apriyani, dan teman-teman serta semua pihak yang telah membantu
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata, selamat membaca hasil penelitian ini dan semoga
memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya untuk
pengabdian pada masyarakat terutama mengenai penyakit Asma.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS vi PRAKATA ... vii
B. Tujuan Penelitian 5 1. Tujuan Umum ... 5
2. Tujuan Khusus ... 5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA A. Kuesioner 1. Pengertian ... 6
x
2. Pengujian Reliabilitas dengan Metode Cronbach-Alpha ... 10
D. Seleksi Aitem 1. Seleksi Aitem dalam Penyusunan Instrumen ... 11
2. Seleksi Aitem dengan Korelasi Aitem Total ... 11
E. Sampling
2. Penyusunan Aitem dan Pengukuran Pengetahuan ... 17
xi
2. Penyusunan Aitem dan Pengukuran Sikap dan Tindakan ... 18
I. Landasan Teori ... 19
J. Hipotesis Penelitian ... 20
BAB III. METOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 21
B. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas ... 21
2. Variabel Tergantung ... 21
C. Definisi Operasional ... 21
D. Bahan Penelitian ... 22
E. Responden Penelitian ... 25
F. Sampling ... 26
G. Rekrutmen Responden ... 26
H. Instrumen ... 27
I. Waktu Penelitian ... 28
J. Tata Cara Penelitian ... 28
1. Penentuan Lokasi ... 28
2. Perizinan Penelitian ... 28
3. Penyusunan Kuesioner ... 29
4. Uji Validitas Konten ... 30
5. Uji Pemahaman Bahasa ... 30
6. Uji Kualitas Instrumen ... 30
7. Kuesioner Siap Pakai ... 33
K. Kelemahan Penelitian ... 37
xii
A. Uji Validitas Konten ... 38
1. Domain Pengetahuan ... 39
2. Domain Sikap ... 43
3. Domain Tindakan ... 48
B. Uji Reliabilitas ... 55
1. Domain Pengetahuan ... 56
2. Domain Sikap ... 58
3. Domain Tindakan ... 60
C. Formulasi Instrumen Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan yang Valid secara Konten dan Reliabel ... 62
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
LAMPIRAN ... 67
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Besar Skor untuk Tanggapan Pernyataan Domain
Pengetahuan ... 24
Tabel II. Besar Skor untuk Tanggapan Pernyataan Domain Sikap
dan Tindakan ... 24
Tabel III. Distribusi Pernyataan Favorable dan Unfavorable untuk
Pernyataan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan ... 25
Tabel IV. Aitem Direvisi pada Domain Pengetahuan, Sikap, dan
Tindakan ... ... 53
Tabel V.
Distribusi Pernyataan Favorable dan Unfavorable untuk
Pernyataan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Telah Valid Secara Konten ...
54
Tabel VI.
Distribusi Pernyataan Favorable dan Unfavorable untuk
Pernyataan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Telah Valid Secara Konten dan Reliabel ...
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jumlah Responden Tiap Pengujian Berdasarkan Kriteria
Inklusi dan Eksklusi ...
26
Gambar 2. Diagram Alir Tata Cara Penelitian ... 34
Gambar 3. Diagram Alir Tata Cara Uji Validitas Konten Instrumen dan Uji Pemahaman Bahasa ... 35 Gambar 4. Diagram Alir Tata Cara Uji Kualitas Instrumen ... 36
Gambar 5. Alur Pengujian Validitas Konten Domain Pengetahuan .... 40
Gambar 6. Alur Pengujian Validitas Konten Domain Sikap ... 44
Gambar 7. Alur Pengujian Validitas Konten Domain Tindakan ... 49
Gambar 8. Alur Pengujian Reliabilitas Domain Pengetahuan ... 56
Gambar 9. Alur Pengujian Reliabilitas Domain Sikap ... 58
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Izin Penelitian dari BAPPEDA Sleman Periode
Desember 2013 – Maret 2014 ...
68
Lampiran 2 Izin Penelitian dari BAPPEDA Sleman Periode Maret
2014 – Juni 2014 ... 69
Lampiran 3 Izin Penelitian dari Kelurahan Catur Tunggal Periode
Desember 2013 - Maret 2014 ... 70
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Kelurahan Catur Tunggal
Periode April 2014 - Juni 2014 ... 71
Lampiran 5 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten I Domain
Pengetahuan ... 72
Lampiran 6 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten I Domain
Sikap ... 73
Lampiran 7 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten I Domain
Tindakan ... 74
Lampiran 10 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten II Domain
Pengetahuan ...
77
Lampiran 11 Kuesioner Uji Validitas Konten II Domain Sikap ... 78 Lampiran 12 Kuesioner Uji Validitas Konten II Domain Tindakan .. 79 Lampiran 13 Hasil Uji Validitas Konten II dan Rekomendasi dari
Apoteker ... 80
Lampiran 14 Hasil Uji Validitas Konten II dan Rekomendasi dari
Dokter ...
81
Lampiran 15 Kuesioner Uji Validitas Konten III Domain
Pengetahuan ...
82
xvi
Lampiran 18 Hasil Uji Validitas Konten III dan Rekomendasi dari
Apoteker ...
85
Lampiran 19 Kuesioner Uji Validitas Konten IV Domain
Pengetahuan ... 86
Lampiran 20 Kuesioner Uji Validitas Konten IV Domain Sikap ... 87
Lampiran 21 Kuesioner Uji Validitas Konten IV Domain Tindakan 88 Lampiran 22 Hasil Uji Validitas Konten IV dan Rekomendasi dari Apoteker ... 89
Lampiran 23 Hasil Uji Validitas Konten IV dan Rekomendasi dari Dokter ... 90 Lampiran 24 Kuesioner Uji Validitas Konten V Domain Pengetahuan ... 91 Lampiran 25 Kuesioner Validitas Konten V Domain Sikap ... 92
Lampiran 26 Kuesioner Penelitian Uji Validitas Konten V Domain Tindakan... Lampiran 29 Rangkuman Hasil Uji Validitas Konten Domain Pengetahuan ... 96
Lampiran 30 Rangkuman Hasil Uji Validitas Konten Domain Sikap 97 Lampiran 31 Rangkuman Hasil Uji Validitas Konten Domain Tindakan ... 99 Lampiran 32 Uji Pemahaman Bahasa Domain Pengetahuan ... 100
Lampiran 33 Uji Pemahaman Bahasa Domain Sikap ... 101
Lampiran 34 Uji Pemahaman Bahasa Domain Tindakan ... 102
Lampiran 35 Resume Hasil Uji Pemahaman Bahasa ... 103
xvii
Lampiran 38 Hasil Uji Korelasi Point Biserial Aitem Uji Reliabilitas
I Domain Pengetahuan ...
106
Lampiran 39 Hasil Uji Reliabilitas I Domain Pengetahuan
Menggunakan Metode Cronbach Alpha dengan
bantuan Software R ...
107
Lampiran 40 Kuesioner Penelitian Uji Reliabilitas I Domain Sikap 108 Lampiran 41 Besar Skor Kuesioner Uji Reliabilitas 1 Domain Sikap 109 Lampiran 42 Hasil Uji Korelasi Point Biserial Aitem Uji Reliabilitas
I Domain Sikap ...
110
Lampiran 43 Hasil Uji Reliabilitas I Domain Sikap Menggunakan
Metode Cronbach Alpha dengan bantuan Software R ..
111
Lampiran 44 Kuesioner Penelitian Uji Reliabilitas I Domain
Tindakan ... 112
Lampiran 45 Besar Skor Kuesioner Uji Reliabilitas 1 Domain
Tindakan ...
113
Lampiran 46 Hasil Uji Korelasi Point Biserial Aitem Uji Reliabilitas
I Domain Tindakan ... 114
Lampiran 47 Hasil Uji Reliabilitas I Domain Tindakan
Menggunakan Metode Cronbach Alpha dengan
bantuan Software R ...
115
Lampiran 48 Kuesioner Penelitian Uji Reliabilitas II Domain
Pengetahuan ...
116
Lampiran 49 Besar Skor Kuesioner Uji Reliabilitas II Domain
Pengetahuan ...
118
Lampiran 50 Hasil Uji Korelasi Point Biserial Aitem Uji Reliabilitas
II Domain Pengetahuan ... 119
Lampiran 51 Hasil Uji Reliabilitas II Domain Pengetahuan
Menggunakan Metode Cronbach Alpha dengan
bantuan Software R ...
120
Lampiran 52 Kuesioner Penelitian Uji Reliabilitas I Domain Sikap 121 Lampiran 53 Besar Skor Kuesioner Uji Reliabilitas II Domain Sikap 122 Lampiran 54 Hasil Uji Korelasi Point Biserial Aitem Uji Reliabilitas
II Domain Sikap ... 123
Lampiran 55 Hasil Uji Reliabilitas II Domain Sikap Menggunakan
Metode Cronbach Alpha dengan bantuan Software R
xviii
Lampiran 56 Kuesioner Penelitian Uji Reliabilitas III Domain Sikap 125 Lampiran 57 Besar Skor Kuesioner Uji Reliabilitas III Domain
Sikap ... 126
Lampiran 58 Hasil Uji Korelasi Point Biserial Aitem Uji Reliabilitas
III Domain Sikap ...
127
Lampiran 59 Hasil Uji Reliabilitas III Domain Sikap Menggunakan
Metode Cronbach Alpha dengan bantuan Software R
128
Lampiran 60 Instrumen Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Tindakan Siap Pakai ...
xix
INTISARI
Validitas dan reliabilitas merupakan sifat sebuah instrumen pengukuran yang wajib dimiliki agar kesimpulan penelitian yang dihasilkan cermat dan tepat. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat terkait penyakit Asma guna menghasilkan instrumen pengukuran yang valid secara konten dan reliabel.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan cross-sectional menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian berlokasi di
Kelurahan Catur Tunggal, Depok, Yogyakarta melibatkan 180 responden.
Pengujian validitas konten dilakukan oleh para ahli di bidang penelitian yaitu dua orang dokter dan seorang apoteker sebanyak lima kali. Pengujian reliabilitas dilakukan sebanyak tiga kali dengan metode uji Cronbach Alpha
menggunakan bantuan program statistik R 3.0.2 dengan single trial administration. Seleksi aitem dilakukan berdasarkan pada korelasi Point-Biserial
untuk aitem pengetahuan dan korelasi Pearson Product Moment untuk aitem
sikap dan tindakan.
Penelitian ini menghasilkan instrumen yang terdiri dari 20 aitem pengetahuan (α: 0,618), 17 aitem sikap (α: 0,635), dan 14 aitem tindakan (α: 0,627) sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner telah valid secara konten dan reliabel untuk digunakan.
Kata kunci: validasi, pengetahuan, sikap, tindakan, penyakit Asma.
xx
ABSTRACT
Validity and reliability are the essentials of instrument measurements. These must be held in order to have an exact and precise study conclusion. This study develops an instrument to measure a community's knowledge, attitudes and practice related to Asthma in order to produce a measurement instrument that is reliable and valid in content.
This study is an experimental study using cross-sectional design with a purposive sampling technique. The study is conducted in Catur Tunggal, Depok, Yogyakarta involving 180 respondents.
The validity content test is done by expert judgement in five times. They are one pharmacist and two doctors. The reliability test is done three times using the Cronbach Alpha method test with R 3.0.2 through single trial administration. Item selection is based on Point Biserial correlation for knowledge items meanwhile, the attitudes and practice used Pearson Product Moment correlation.
Result of this study shows the instrument with 20 items of knowledge (α: 0.618), 17 items of attitudes (α: 0.635), and 14 items of practice (α: 0.627), are valid in content and reliable to be used.
1
BAB I PENGANTAR A.Latar Belakang
Dewasa ini banyak ditemukan penelitian kesehatan yang menggunakan
metode penelitian sosial. Bagian terpenting dari penelitian sosial adalah
kuantifikasi perilaku menggunakan instrumen pengukuran yang valid dan reliabel
sehingga menghasilkan kesimpulan yang cermat dan tepat. Salah satu instrumen
pengukuran yang sering digunakan adalah kuesioner (Sugiyono, 2010).
Pengertian validitas berkaitan erat dengan permasalahan dan tujuan suatu
pengukuran. Oleh karena itu, tidak ada konsep validitas yang berlaku umum.
Suatu instrumen pengukuran dirancang hanya untuk tujuan yang khusus sehingga
menghasilkan data yang valid hanya untuk tujuan tersebut (Azwar, 2012).
Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu instrumen dalam mengukur
suatu hal. Instrumen yang sudah reliabel pun belum tentu memberikan hasil
pengukuran yang selalu valid (Nursalim, 2008). Hal inilah yang mendasari ide
penelitian untuk menghasilkan kuesioner yang valid dan reliabel sehingga menjadi
tes siap pakai.
Instrumen pengukuran pada penelitian sosial kesehatan umumnya
meneliti satu topik yang sedang menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat.
Salah satu contoh topik kesehatan yang diangkat di penelitian ini adalah Asma.
Organisasi kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa sebanyak 100-157 juta
penduduk di dunia menderita Asma dan terus bertambah sebanyak 187 ribu orang
memiliki prevalensi nasional sebesar 4% berdasarkan laporan Riset Kesehatan
Dasar yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah dan
Kesehatan pada tahun 2007. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit
2007 terlihat jelas pasien Asma di Indonesia 87.705 orang untuk kasus rawat jalan
dan 25.948 untuk rawat inap. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa Asma
masih menjadi masalah kesehatan dan memiliki tingkat kematian yang cukup
tinggi apabila penderita tidak dapat mengatasi serangan Asma. Pengatasan
serangan Asma akan berhasil jika didukung pengetahuan yang cukup. Tingkat
pengetahuan masyarakat di Indonesia sangat beragam sehingga tidak dapat
disamaratakan bahwa seluruh masyarakat telah memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai Asma. Dengan demikian, pemberian materi edukasi kepada masyarakat
melalui sosialisasi masih di butuhkan pada saat ini.
Pemberian materi edukasi kepada masyarakat sebaiknya tepat sasaran.
Informasi mengenai kondisi masyarakat mutlak dibutuhkan sebagai bahan
pertimbangan dalam perumusan pokok bahasan materi edukasi. Informasi ini
dapat diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan instrumen kuesioner yang
telah valid secara konten dan reliabel. Dari penelusuran yang dilakukan peneliti,
belum ditemukan instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan
masyarakat terkait penyakit Asma siap pakai yang telah valid secara konten dan
reliabel. Hal inilah yang mendorong dilaksanakannya penelitian pengembangan
instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat
1. Permasalahan
Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah :
a. Apakah instrumen yang disusun valid secara konten?
b. Apakah instrumen yang disusun reliabel?
c. Seperti apakah formulasi instrumen yang valid secara konten dan reliabel?
2. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil pencarian peneliti, ditemukan bahwa belum ada
penelitian yang membahas hal ini secara khusus sebelumnya. Berikut beberapa
penelitian yang terkait dengan penelitian ini :
a. “Hubungan antara Pengetahuan tentang Penyakit Asma dengan Sikap
Penderita dalam Perawatan Asma pada Pasien Rawat jalan di Balai Besar
Kesehatan Paru Masyarakat”. Penelitian Sulfan Fairawan (2008) ini
membahas mengenai sikap pasien yang mengalami sakit paru
berdasarkan pengetahuan terkait penyakit Asma. Dilakukan dengan
deskriptif korelatif menggunakan rancangan cross-sectional dan metode
accidental sampling. Perbedaan dengan penelitian yang akan
dilaksanakan ini antara lain jenis penelitian eksperimental dengan
rancangan cross-sectional dan metode purposive sampling. Objek dan
lokasi penelitian berbeda yaitu kuesioner sebagai objek dan lokasi di
Kelurahan Catur Tunggal. Variabel bebas adalah kuesioner dan variabel
terikat adalah validitas konten dan reliabilitas. Tujuan penelitian ini
adalah menghasilkan instrumen pengukuran yang valid secara konten dan
b. “Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Asma dengan
Frekuensi Kekambuhan Asma pada Anak”. Penelitian oleh Suryani
(2008) di Surabaya. Jenis penelitian adalah cross-sectional dengan
rancangan studi analitik dan bertujuan mencari hubungan antara dua
variabel. Hasil penelitian membuktikan keberadaan hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan frekuensi kekambuhan Asma. Perbedaan
dengan penelitian yang akan dilaksanakan ini antara lain jenis penelitian
eksperimental dengan rancangan cross-sectional dan metode purposive
sampling. Objek dan lokasi penelitian berbeda yaitu kuesioner sebagai
objek dan lokasi di Kelurahan Catur Tunggal, responden penelitian
adalah masyarakat di Kelurahan Catur Tunggal. Variabel bebas adalah
kuesioner dan variabel terikat adalah validitas konten dan reliabilitas.
Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan instrumen pengukuran yang
valid secara konten dan reliabel.
Selama ini belum ada penelitian seperti penelitian yang akan dilakukan
yaitu “Pengembangan Instrumen Pengukuran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan
Tindakan Masyarakat terkait Penyakit Asma”.
3. Manfaat Penelitian
a.Manfaat teoretis. Instrumen dapat memberikan kontribusi aitem untuk
setiap domain pengukuran yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan
masyarakat terkait penyakit Asma sehingga memberikan hasil
b.Manfaat praktis. Instrumen yang dihasilkan dapat digunakan untuk
pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan terkait penyakit
Asma. Hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen ini dapat
dijadikan bahan untuk penyusunan materi edukasi kepada masyarakat
mengenai penyakit Asma.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Menyusun instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan
tindakan masyarakat terkait penyakit Asma yang valid secara konten dan reliabel.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Melakukan uji validitas konten pada instrumen pengukuran tingkat
pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat terkait penyakit Asma.
b. Melakukan uji reliabilitas pada instrumen pengukuran tingkat
pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat terkait penyakit Asma.
c. Menyusun formulasi instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap,
dan tindakan masyarakat terkait penyakit Asma yang valid secara konten
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA A. Kuesioner
1. Pengertian
Kuesioner adalah instrumen pengumpulan data berbentuk pertanyaan
atau pernyataan tertulis yang diajukan kepada sejumlah responden untuk
mendapatkan tanggapan atau informasi. Instrumen ini cocok digunakan untuk
mendapatkan data kelompok atau masyarakat yang berpopulasi besar dan
bertebaran tempatnya (Notoatmodjo, 2010).
Pertanyaan maupun pernyataan pada kuesioner dapat berupa pertanyaan/
pernyataan tertutup atau terbuka. Kuesioner dapat diberikan secara langsung
kepada responden, dikirim melalui pos atau media elektronik misalnya melalui
internet (Sugiyono, 2010).
2. Penyusunan Kuesioner
Kuesioner menjadi sebuah instrumen kuesioner psikologis yang harus
dirancang melalui tahapan tertentu untuk dapat digunakan sesuai dengan tujuan
penelitian. Penyusunan kuesioner diawali dengan mengembangkan konsep
mengenai variabel yang diteliti. Konsep ini dapat dikembangkan dari studi
kualitatif maupun mengacu pada literatur yang sudah ada (Profetto-McGrath,
Beck, Polit, dan Loiselle, 2010).
Sejumlah penelitian telah menjadi model yang menjelaskan
langkah-langkah umum penyusunan kuesioner, berikut adalah langkah-langkah-langkah-langkah
spesifikasi kuesioner, (c) pemilihan metode penskalaan, (d) penyusunan
aitem-aitem, (e) review aitem dari pakar terkait dan revisi aitem, (f) perakitan aitem
menjadi kuesioner, (g) uji coba kuesioner, (h) pelaksanaan analisis aitem dan
seleksi aitem, dan (i) penyusunan pedoman kuesioner dan penerbitan kuesioner
(Supratiknya, 2014).
Penyusunan kuesioner harus memenuhi konsep dasar yang mengacu pada
teori variabel penelitian, antara lain (1) memiliki petunjuk jelas mengenai tujuan
dan fungsi kuesioner dalam penelitian, (2) memiliki petunjuk jelas mengenai cara
pengerjaan kuesioner, (3) menggunakan kalimat yang mudah dimengerti dan
relevan dengan tipe kuesioner, (4) menghindari pernyataan bermakna ganda mau
pun memberi sugesti kepada responden dalam menjawab, (5) pernyataan disusun
secara logis dan sistematis, (6) merahasiakan identitas responden (Budiman dan
Riyanto, 2013).
3. Syarat Kuesioner
Agar suatu kuesioner dapat berfungsi sebagai instrumen pengukuran,
maka harus memiliki beberapa persyaratan yaitu (1) relevan dengan tujuan dan
hipotesis penelitian; (2) mudah ditanyakan; (3) mudah dijawab; dan (4) data yang
diperoleh mudah diolah (diproses) (Notoatmodjo, 2012).
Persyaratan kuesioner di atas dapat dipenuhi oleh peneliti dengan
memperhatikan beberapa hal berikut ini: (a) keberadaan alinea pengantar dan
petunjuk pengisian sebelum aitem pernyataan, (b) aitem pernyataan dirumuskan
secara jelas, dan (c) untuk setiap pernyataan terbuka dan restruktur disediakan
Sebuah kuesioner dapat dikatakan baik apabila memenuhi lima
persyaratan yaitu: (a) validitas, kuesioner dapat mengukur dengan tepat hasil yang
hendak diukur, (b) reliabilitas, hasil pengukuran kuesioner dapat dipercaya, (c)
objektivitas, hasil pengukuran kuesioner tidak dipengaruhi faktor tertentu, (d)
praktibilitas, kuesioner bersifat praktis dan mudah dilakukan, dan (d) ekonomis,
biaya pelaksanaan tidak mahal, tenaga sedikit dan waktu singkat (Widoyoko,
2012).
B.Validitas 1. Pengertian
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan instrumen tersebut
benar-benar mengukur variabel yang diukur berdasarkan tujuan penelitian
(Notoatmodjo, 2010).
Instrumen yang valid mempunyai hasil pengukuran yang mendekati
keadaan sebenarnya dengan galat (error) pengukuran yang dapat diabaikan.
Sebuah instrumen yang telah valid bersifat spesifik karena hanya dapat digunakan
untuk mengukur suatu pokok bahasan tertentu (Azwar, 2011).
2. Validitas Konten
Validitas dikategorikan menjadi validitas isi (content validity), validitas
konstruk (construct validity), dan validasi berdasarkan kriteria (criterion-related
validity). Dalam konsep validitas isi terdapat validitas tampang (face validity) dan
validitas logis (logical validity). Validitas tampang tidak memiliki evidensi yang
berkaitan dengan statistik karena hanya sekedar penerimaan responden terhadap
lain. Validitas logis merupakan penilaian kelayakan tampilan setiap aitem yang
kemudian dianalisis lebih dalam dengan maksud menilai kelayakan isi aitem
sebagai uraian dari indikator pokok bahasan yang diukur (Azwar, 2012).
Validitas isi sebuah instrumen ditentukan oleh sejauh mana isi instrumen
tersebut mampu mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka
konsep. Apabila sebuah variabel yang hendak diukur memiliki 5 (lima) aspek dan
pembuat kuesioner hanya memasukkan tiga aspek dari kerangka konsep yang ada,
maka instrumen tersebut tidak memiliki validitas isi yang tinggi (Effendi dan
Tukiran, 2012).
Validitas konten berpedoman pada penilaian dari pihak yang memiliki
keahlian di bidangnya (expert judgement). Para ahli menganalisis aitem dalam
instrumen dan melihat kemampuan aitem untuk merepresentasikan keseluruhan
konten dengan proporsi yang sesuai (Profetto-McGrath dkk., 2010).
Prosedur pengujian validitas konten sebaiknya melibatkan minimal dua
orang yang ahli dalam bidangnya. (Waltz, Strickland, dan Lenz, 2010).
C.Reliabilitas 1. Pengertian
Reliabilitas adalah ukuran suatu kestabilan dan konsistensi subjek
penelitian dalam menjawab setiap item dalam kuesioner (Azwar, 2011).
Namun sayangnya, reliabilitas jarang ada yang bersifat konsisten
sepenuhnya. Hal ini terjadi karena hanya sedikit karakter psikologis maupun fisik
yang dapat diukur secara konsisten, walaupun pengukuran hanya berada dalam
Reliabilitas dipercaya sebagai derajat kepercayaan terhadap sebuah
instrumen. Apabila sebuah instrumen memiliki reliabilitas yang baik maka
instrumen tersebut telah layak digunakan untuk penelitian karena terbukti andal
dan dapat dipercaya. Keandalan dan keterpercayaan instrumen pengukuran dapat
dilihat berdasarkan hasil pengukuran yang konsisten dan tak berubah dalam
pengukuran yang dilakukan berulang kali (Notoatmodjo, 2012).
2. Pengujian Reliabilitas dengan Metode Cronbach-Alpha
Secara umum analisis reliabilitas melibatkan dua rangkaian skor atau
hasil pengukuran, kemudian menghitung koefisien korelasi antara kedua
rangkaian skor tersebut. Dua rangkaian skor yang dimaksud dapat diperoleh
dengan membelah skor hasil satu kali administrasi menjadi dua rangkaian skor.
Reliabilitas konsistensi internal memiliki dua metode pembelahan yaitu metode
belah dua dan metode pembelahan sebanyak aitem. Metode pembelahan sebanyak
aitem disebut juga metode berbasis kovarians aitem, telah diakui menghasilkan
estimasi reliabilitas yang setara dan koefisien yang dihasilkan disebut koefisien
Alpha (Supratiknya, 2014).
Koefisien Alpha menunjukkan kecenderungan tiap aitem yang
menunjukkan hubungan yang positif dan selaras. Suatu kuesioner yang memiliki
konsistensi internal yang tinggi cenderung menunjukkan hasil pengukuran yang
stabil (Gregory, 2013).
Nilai Alpha yang rendah dapat disebabkan karena aitem pernyataan yang
sedikit, korelasi yang rendah antaraitem atau konstruksi kuesioner yang heterogen.
beberapa aitem sebaiknya direvisi atau dihilangkan dari kuesioner. Aitem yang
harus dihilangkan dapat ditemukan dengan melihat nilai koefisien korelasi aitem
yang paling rendah dan atau mendekati 0 (nol) (Tavakol dan Dennick, 2011).
D.Seleksi Aitem 1. Seleksi Aitem dalam Penyusunan Instrumen
Prinsip dasar seleksi aitem adalah memilih aitem yang menunjukkan
fungsi yang selaras dengan fungsi pengukuran kuesioner. Keberadaan aitem-aitem
yang selaras dan saling mendukung akan menghasilkan konsistensi internal yang
semakin baik nilainya. Prosedur dalam proses seleksi aitem mempertimbangkan
koefisien korelasi aitem total, indeks reliabilitas aitem, dan indeks validitas aitem
(Azwar, 2012).
2. Seleksi Aitem dengan Korelasi Aitem Total
Koefisien korelasi aitem total disebut juga sebagai parameter daya beda
aitem, di mana koefisien ini menunjukkan kemampuan aitem untuk memberikan
gambaran mengenai perbedaan individual responden. Aitem yang fungsinya
selaras dengan fungsi kuesioner berarti memiliki kemampuan atau daya untuk
membedakan individu pada aspek yang diukur oleh kuesioner yang bersangkutan.
Uji korelasi aitem total menghasilkan koefisien korelasi yang beragam sesuai
dengan kemampuan aitem tersebut untuk mengukur pokok bahasan yang sesuai
(Supratiknya, 2014).
Metode uji korelasi yang digunakan sangat tergantung pada sifat
penskalaan distribusi skor aitem dan skor kuesioner itu sendiri. Bagi kuesioner
dapat menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Berpedoman pada
hasil skor untuk skala Likert yang merupakan skor interval, maka untuk domain
sikap dan tindakan menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Jika
koefisien korelasinya rendah mendekati nol berarti fungsi aitem tersebut tidak
sesuai dengan fungsi ukur kuesioner dan aitem tersebut tidak memiliki daya
diskriminasi. Bila koefisien korelasi yang dimaksud ternyata berharga negatif,
artinya terdapat cacat serius pada aitem yang bersangkutan. Sedangkan untuk
domain pengetahuan yang merupakan skala kognitif dengan distribusi skor
dikotomi, dapat menggunakan uji korelasi Point-Biserial. Uji korelasi ini
memiliki prinsip yang sama dengan Pearson Product Moment dalam hal
pengukuran koefisien korelasi aitem total (Azwar, 2012).
E.Sampling
1. Pengertian
Sebuah penelitian membutuhkan suatu objek yang diteliti, di mana semua
bagian objek yang diteliti disebut populasi dan sampel merupakan bagian atau
perwakilan dari populasi. Selain menentukan populasi maka hal yang perlu
dilakukan adalah mendefinisikan populasi tersebut. Populasi dibatasi secara
spesifik sesuai dengan tujuan penelitian dan berdasarkan elemen penelitian yaitu
faktor inklusi dan eksklusi. Populasi yang telah didefinisikan sedemikian rupa
inilah yang disebut populasi sasaran (Eriyanto, 2008).
Sampel penelitian diambil menggunakan teknik tertentu yang disebut
pemilihannya karena mempengaruhi validitas hasil penelitian (Notoatmodjo,
2010).
2. Metode Purposive Sampling
Terdapat dua metode dalam proses pengambilan sampel yaitu
pengambilan sampel secara acak (random sampling) dan pengambilan sampel
bukan acak (nonprobability sampling). Pengambilan sampel secara acak
digunakan pada populasi yang homogen dan setiap anggota populasi memiliki
peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Sedangkan pengambilan sampel
bukan acak digunakan pada penelitian dengan tujuan tertentu dan tidak semua
individu pada populasi memiliki peluang yang setara untuk menjadi sampel
(Sukmadinata, 2012).
Pada penelitian ini digunakan purposive sampling yang memiliki
pengertian sebagai teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
berdasarkan tujuan penelitian dan termasuk pada kelompok nonprobability
sampling (Sugiyono, 2012).
Purposive sampling dilakukan bila diperlukan responden dengan kriteria
khusus, misalnya harus lancar berbahasa Inggris, responden harus sarjana,
responden harus wanita yang sudah menikah, dan sebagainya (Notoatmodjo,
2010).
F.Penyakit Asma 1. Pengertian
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik
rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk,
sesak napas, dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari yang
umumnya bersifat reversibel. Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) yang berarti
dapat tenang tanpa gejala yang tidak mengganggu aktifitas tetapi dapat mengalami
eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat bahkan bisa menimbulkan
kematian (Menkes RI, 2008).
2. Etiologi
Asma dapat dipicu oleh beberapa agen yaitu (a) infeksi saluran
pernapasan, contohnya rhinovirus, influenza; (b) allergen, contohnya kutu rumah,
spora jamur; (c) keadaan lingkungan, contohnya suhu dingin, kabut, sulfur
dioksida asap rokok; (d) emosi, contohnya cemas, marah, tertawa terbahak-bahak;
(e) obat-obatan, contohnya aspirin, obat anti inflamasi non steroid; dan (f)
pekerjaan, contohnya petani, pekerja pabrik kimia (DiPiro, 2008).
3. Gejala
Gejala Asma bersifat episodik, seringkali reversibel dengan/tanpa
pengobatan. Gejala awal berupa batuk terutama pada malam atau dini hari, sesak
napas, napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan
napasnya, rasa berat di dada, dahak sulit keluar. Gejala yang berat adalah keadaan
gawat darurat yang mengancam jiwa. Yang termasuk gejala berat adalah serangan
batuk yang hebat, sesak napas yang berat dan tersengal-sengal, sianosis (kulit
kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut), sulit tidur dan posisi tidur yang
4. Pencegahan
Ada 3 (tiga) jenis pencegahan yaitu pencegahan primer, pencegahan
sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah
sensitisasi pada bayi dengan resiko Asma (orangtua Asma) dengan cara
penghindaran polutan selama kehamilan, diet hipoalergenik ibu hamil, pemberian
ASI eksklusif hingga usia 6 (enam) bulan, dan diet hipoalergenik ibu menyusui.
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah inflamasi pada anak yang telah
tersensitisasi dengan menghindari pajanan asap rokok, serta alergen dalam
ruangan teruatama tungau debu rumah. Pencegahan tersier ditujukan untuk
mencegah manifestasi Asma pada anak yang telah menunjukkan manifestasi
penyakit alergi (Menkes RI, 2008).
5. Pengobatan
Tujuan dari manajemen Asma yaitu menghilangkan dan mengendalikan
gejala Asma, mencegah eksaserbasi akut, meningkatkan dan mempertahankan faal
paru seoptimal mungkin, mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise,
menghindari efek samping obat, mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara
ireversibel, dan mencegah kematian karena Asma. Pada serangan Asma akut,
obat-obat yang digunakan adalah bronkodilator dan kortikosteroid sistemik.
Untuk penatalaksanaan Asma jangka panjang, pengobatan disesuaikan dengan
klasifikasi beratnya Asma namun dengan prinsip pengobatan yang sama yaitu
edukasi, obat Asma (pengontrol dan pelega), dan menjaga kebugaran. Obat Asma
yang digunakan sebagai pengontrol antara lain inhalasi kortikosteroid, β2 agonis
β2 kerja lambat. Obat Asma yang digunakan sebagai pelega yaitu agonis β2 kerja
cepat, antikolinergik, dan metilsantin (Menkes RI, 2008).
Mekanisme kerja agonis reseptor adrenergik β2 berkaitan dengan
relaksasi otot polos saluran pernapasan dan mengakibatkan bronkodilatasi. Pada
otot polos saluran pernapasan terdapat banyak reseptor β2. Stimulasi pada
reseptor ini mengaktifkan jalur Gs-adenilil simulasi-AMP siklik yang
mengakibatkan penurunan tonus otot polos dan meningkatkan AMP siklik
intraseluler yang menghambat pelepasan mediator inflamatori dan sitokin
(Brunton, Parker, Blumenthal, dan Buxton, 2008).
Sisi aktif dari adrenergik β2 reseptor yang memiliki peran penting terkait
interaksi β2 agonis terletak kurang lebih satu per tiga jarak dari inti reseptor
(15Å). Sisi aktif yang sangat berperan untuk interaksi dengan β2 agonis yaitu
Aspartate 113, Serine 204 dan Serine 207, dan Asparagine 293 (Johnson, 2006).
Salbutamol berinteraksi dengan Serine 203, Serine 204 (Katrich et al.,
2009) Tyrosine 174, Phenylalanine 193, dan Tyrosine 199. Isoproterenol
berinteraksi dengan Serine 203, Serine 204, Serine 207, Tryptophan 286 dan
Phenylalanine 289 (Swaminath, Deupi, Lee, Zhu, Thian, dan Kobilka, 2005).
G. Pengetahuan 1. Pengertian
Pengetahuan adalah pandangan subjek terhadap stimulus yang diterima
setelah melakukan pengindraan tertentu kemudian dikenal, dipahami dan
Seseorang dapat dikatakan tahu apabila dapat merespon secara lisan
maupun tertulis dengan memberikan tanggapan maupun jawaban terkait suatu
topik tertentu. Respon inilah yang disebut pengetahuan (Budiman dan Riyanto,
2013).
2. Penyusunan Aitem dan Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden (Arikunto, 2006).
Penyusunan kuesioner pengetahuan harus memperhatikan poin-poin
tertentu sehingga kuesioner dapat dipahami dengan baik dan menghasilkan
pengukuran yang tepat. Poin-poin tersebut antara lain: (a) Kalimat harus berupa
kalimat pasti dan menanyakan hal yang penting, (b) Mengutamakan kalimat
umum yang bertahan lama, jelas, sederhana, dan tidak berlebihan, (c) Kalimat
hanya memiliki satu gagasan utama saja, (d) Kalimat bernada negatif dan kalimat
berupa petunjuk harus dihindari, (e) Kalimat yang merupakan alternatif jawaban
harus disediakan dalam kalimat berbeda namun memiliki arti yang sejajar, (f)
alternatif jawaban yang disusun harus berurutan secara logis, (g) Penggunaan
alternatif “bukan salah satu di atas” atau “semua yang di atas” hanya digunakan
apabila kebenaran bersifat mutlak, dan (h) Kalimat tanpa jawaban tidak boleh
digunakan untuk menjebak responden (Budiman dan Riyanto, 2013).
Pengetahuan dapat diukur menggunakan skala dikotomi (dichotomous
scale) yaitu 2 (dua) alternatif jawaban yang harus dipilih salah satu. Pada skala
pendekatan logika “benar” dan “salah” atau “ya” dan “tidak”. Hasil dari skala
dikotomi ini, bisa data yang berskala nominal ataupun data yang berskala ordinal
(Mustafa, 2009).
H. Sikapdan Tindakan 1. Pengertian
Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang, atau peristiwa.
Sikap merupakan kumpulan dari berpikir, keyakinan dan pengetahuan, serta sikap
mengandung tiga komponen terkait yaitu: kognitif, afektif dan perilaku terhadap
suatu objek (Budiman dan Riyanto, 2013).
Tindakan merupakan respon seseorang terhadap stimulus dan dapat
diamati secara langsung. Tindakan memiliki frekuensi yang spesifik, durasi
pelaksanaan, dan tujuan tertentu (Wawan dan Dewi, 2011).
2. Penyusunan Aitem dan Pengukuran Sikap dan Tindakan
Sikap dan tindakan merupakan ranah afektif, berbeda dengan
pengetahuan yang merupakan ranah kognitif. Ranah afektif memiliki beberapa
kemampuan yang dapat diukur sebagai berikut: menerima, merespons,
menghargai, mengorganisasi, dan menghayati. Sikap pada hakikatnya adalah
kecenderungan berperilaku, sedangkan tindakan adalah perilaku aktifnya. Skala
sikap dinyatakan dalam bentuk penilaian oleh responden, apakah responden
mendukung atau menentang. Dalam menyusun kalimat pengukuran sikap dan
tindakan menggunakan skala Likert, peneliti sebaiknya: (a) Menghindari
penyakit Asma, (b) Menghindari kalimat yang berupa fakta, tidak relevan dengan
objek pengukuran, memiliki kata negatif ganda, dan dapat disetujui oleh banyak
pihak, (c) Kalimat hanya memiliki satu penafsiran saja, satu gagasan lengkap,
sederhana, jelas, dan langsung, (d) Menggunakan kalimat yang dapat tercakup
dalam skala pengukuran, (e) Kalimat dengan unsur “tidak pernah”, “semuanya”,
“selalu”, “tak seorang pun” dan sebagainya sering menimbulkan perbedaan
penafsiran sehingga harus dihindari, (f) Kata “hanya”, “sekedar”, “semata-mata”
hanya digunakan seperlunya untuk menghindari kesalahan tafsir (Budiman dan
Riyanto, 2013).
Pengukuran sikap dan tindakan menggunakan skala Likert umumnya
berupa pertanyaan tertutup dengan 5 (lima) alternatif jawaban secara berjenjang.
Jenjang jawaban tersebut adalah: “sangat setuju”, “tidak setuju”, “netral”,
“setuju”, “sangat setuju”. Penentuan skor pada jenjang skala tersebut harus
disesuaikan dengan jenis narasi pertanyaannya, yaitu apakah narasi pertanyaan
bersifat negatif (unfavorable) atau narasi pertanyaannya positif (favorable)
(Mustafa, 2009).
I. Landasan Teori
Pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat terkait
penyakit Asma membutuhkan sebuah instrumen yaitu kuesioner. Kuesioner
adalah instrumen yang dapat mengumpulkan data dengan memberi pernyataan
tertulis kepada responden untuk mendapatkan tanggapan. Sebuah instrumen dapat
hasil pengukuran dapat dipercaya dan relevan. Uji validitas konten dilakukan
untuk mengetahui kelayakan isi kuesioner. Apabila semua ahli telah memberi
persetujuan maka kuesioner dapat dikatakan valid secara konten. Kemudian,
kuesioner yang valid secara konten harus dilanjutkan ke uji pemahaman bahasa
untuk mendapatkan masukan dan saran terkait penyusunan kuesioner. Pengujian
kuesioner juga harus melalui uji kualitas instrumen yang menghasilkan data
kuantitatif sebagai bahan uji reliabilitas. Uji reliabilitas ini gunanya mengetahui
konsistensi hasil pengukuran dari kuesioner tersebut. Pada uji kualitas instrumen,
responden harus dipilih berdasarkan teknik sampling yang memadai untuk
pengambilan sampel pada populasi yang tidak homogen, salah satunya purposive
sampling sedangkan pengisian kuesioner dapat menggunakan single trial
administration. Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan berbagai metode antara
lain metode Cronbach Alpha berbasis kovarians aitem. Nilai koefisien Alpha
harus >0,60 agar dapat dikatakan reliabel. Seleksi aitem dilakukan untuk
membantu dalam perolehan nilai koefisien Alpha yang diinginkan. Domain
pengetahuan dapat diseleksi berdasarkan koefisien korelasi Point-Biserial
sedangkan domain sikap dan tindakan dapat diseleksi berdasarkan koefisien
korelasi Pearson Product Moment.
J. Hipotesis Penelitian
Setelah melalui proses uji validitas konten dan reliabilitas maka
instrumen pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental karena peneliti
memberi perlakuan langsung pada setiap aitem kuesioner untuk diuji validitas
konten dan reliabilitasnya. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
cross-sectional karena dalam penelitian ini pengambilan data variabel bebas dan
tergantung dilakukan secara bersamaan dalam periode waktu tertentu.
B. Variabel Penelitian a. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini yaitu seluruh aitem pada kuesioner
yang terbagi menjadi tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan.
b. Variabel Tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini yaitu validitas konten dan
reliabilitas kuesioner.
C. Definisi Operasional
1. Validitas konten adalah validitas yang mempertimbangkan kelayakan dari segi
konten oleh beberapa ahli dalam bidangnya. Kuesioner dinyatakan valid
secara konten apabila para ahli telah menyetujui kuesioner untuk diuji ke
yang ditandatangani oleh para ahli pada Lampiran 8, 9, 13, 14, 18, 22, 23, 27,
dan 28.
2. Reliabilitas adalah parameter konsistensi hasil pengukuran oleh suatu
instrumen. Reliabilitas pada penelitian ini diukur dengan metode uji Cronbach
Alpha. Kuesioner dinyatakan reliabel apabila memenuhi nilai α>0,60
(Budiman dan Riyanto, 2013).
3. Seleksi aitem adalah langkah penelitian yang dilakukan untuk mendukung uji
reliabilitas. Seleksi aitem dilakukan dengan tujuan mendapatkan nilai α yang
memenuhi kriteria reliabilitas penelitian pada kuesioner yang diuji. Prosedur
seleksi aitem berpedoman pada nilai korelasi aitem tersebut berdasarkan hasil
uji korelasi Point-Biserial dan uji korelasi Pearson Product Moment.
4. Aitem tidak terseleksi adalah aitem yang harus dihilangkan ketika seleksi
aitem dilakukan.
5. Aitem terseleksi adalah aitem yang masih bertahan ketika seleksi aitem
dilakukan.
6. Responden adalah masyarakat yang berdomisili di Kelurahan Catur Tunggal.
7. Usia produktif adalah usia 19-65 tahun dalam kondisi memiliki pekerjaan
maupun sedang mencari pekerjaan dan dapat menghasilkan uang (Republik
Indonesia, 2003).
D. Bahan Penelitian
Obyek penelitian yaitu kuesioner yang terdiri dari 4 bagian utama, yaitu :
1. Bagian pertama adalah domain pengetahuan terkait penyakit Asma dengan
adalah “benar” dan “salah”). Jumlah pernyataan pada bagian ini sebanyak 20
aitem dengan jumlah jawaban “benar” dan “salah” yang seimbang. Pokok
bahasan yang diukur pada domain ini meliputi pengertian, etiologi, gejala dan
tanda, faktor resiko, cara penularan, pencegahan, dan pengobatan.
2. Bagian kedua adalah domain sikap terkait penyakit Asma dengan kuesioner
tipe pilihan menggunakan skala Likert dengan 15 pernyataan yang terbagi
menjadi favorable statement dan unfavorable statement. Pokok bahasan yang
diukur pada domain ini meliputi pencegahan dan pengobatan.
3. Bagian ketiga adalah domain tindakan terkait penyakit Asma dengan
kuesioner tipe pilihan menggunakan skala Likert dengan 10 pernyataan yang
terbagi menjadi favorable statement dan unfavorable statement. Pokok
bahasan yang diukur pada domain ini meliputi pencegahan dan pengobatan.
4. Bagian keempat adalah kuesioner tipe isian dengan bentuk closed form aitem,
memuat data demografi, meliputi nama responden, jenis kelamin, usia,
pendidikan terakhir, pekerjaan, nomor handphone, dan domisili responden.
Bagian terakhir merupakan kolom tanda tangan yang menyatakan persetujuan
menjadi responden.
Masing-masing tanggapan yang diberikan oleh responden terhadap aitem
diberi skor kuantitatif agar dapat diolah menjadi data statistik. Skoring untuk
tanggapan pada domain pengetahuan berbeda dengan skoring untuk tanggapan
pada domain sikap dan tindakan. Ketentuan skoring dapat dilihat pada tabel
Tabel I. Besar Skor untuk Tanggapan Pernyataan Domain Pengetahuan
Tanggapan Pernyataan Domain Pengetahuan Besar Skor
Benar (sesuai dengan kunci jawaban) 1
Salah (berlainan dengan kunci jawaban) 0
Tabel II. Besar Skor untuk Tanggapan Pernyataan Domain Sikap dan Tindakan
Tanggapan Pernyataan
Domain Sikap dan Tindakan
Besar Skor Pernyataan Favorable
Besar Skor Pernyataan Unfavorable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Selain besar skor yang berbeda, setiap domain juga memiliki pokok
bahasan terperinci. Pokok bahasan disusun berdasarkan penelaahan pada pustaka
yang telah tercantum pada bab sebelumnya. Berikut adalah master plan kuesioner
Tabel III. Distribusi Pernyataan Favorable dan Unfavorable Berdasarkan Pokok Bahasan pada Domain Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan
Domain Pokok Bahasan Pernyataan
Favourable
Responden pada penelitian ini adalah penduduk, pria maupun wanita di
Kelurahan Catur Tunggal, Kecamatan Depok. Kriteria inklusi pada penelitian ini
yaitu pria maupun wanita pada usia produktif, memiliki kemampuan baca tulis,
dan tidak memiliki latar belakang pendidikan maupun pekerjaan di bidang
kesehatan.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu penduduk Kelurahan Catur
responden yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap, dan responden yang
mengisi kuesioner namun menggunakan bantuan pihak lain.
F. Sampling
Jenis sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
purposive sampling, di mana responden yang menjadi sampel penelitian dipilih
berdasarkan kriteria inklusi sesuai kebijakan peneliti. Pada penelitian ini
dilakukan tiga kali pengujian dengan responden sejumlah 233 orang. Responden
yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 180 orang dan terdapat 53 responden
yang tereksklusi.
Gambar 1. Jumlah Responden Tiap Pengujian Berdasarkan Kriteria Inklusi dan Eksklusi
G. Rekrutmen Responden
Rekrutmen responden diawali dengan pengundian pada 16 padukuhan di
Kelurahan Catur Tunggal, diambil 8 padukuhan yang menjadi lokasi penyebaran
kuesioner. Setelah terpilih 8 padukuhan maka peneliti melakukan korespondensi
dengan masing-masing Kepala Dukuh terkait perizinan penelitian. Kepala Dukuh
yang telah memberikan izin mengarahkan peneliti kepada kegiatan padukuhan
Pengujian Pertama
89 orang Inklusi 60 orang
maupun wilayah RT/RW yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekrutmen
responden. Proses rekrutmen dilakukan dengan cara mengikuti rapat bulanan
RT/RW, doa bersama, dan door to door. Pada rapat bulanan RT/RW dan doa
bersama, seluruh peserta yang hadir pada pertemuan tersebut direkrut sebagai
responden penelitian, lalu dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Sedangkan
pada proses door to door peneliti mengitari daerah RT/RW tersebut untuk mencari
penduduk yang berada di rumah, penduduk yang ditemui oleh peneliti pada saat
itu direkrut sebagai responden penelitian dan dipilih sesuai dengan kriteria inklusi
eksklusi. Proses rekrutmen pada setiap pengujian membutuhkan waktu satu
sampai dua minggu hingga terkumpul responden sebanyak 60 orang.
H. Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Blangko berita acara: Berisi komentar dan persetujuan yang diberikan oleh
Dokter dan Apoteker pada uji validitas konten.
2. Metode uji Cronbach Alpha: Digunakan untuk mengetahui nilai Alpha (α)
pada uji reliabilitas instrumen. Nilai Alpha dihitung menggunakan software
tidak berbayar yaitu R versi 3.0.2 dengan program rakitan yang menggunakan
paket psy dan ltm.
3. Metode Uji korelasi Point-Biserial: Digunakan untuk mengetahui koefisien
4. Metode Uji korelasi Pearson Product Moment: Digunakan untuk mengetahui
koefisien korelasi pada aitem dengan skor yang bersifat kontinyu pada domain
sikap dan tindakan.
I. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Maret 2014 hingga bulan Juli 2014.
J. Tata Cara Penelitian 1. Penentuan Lokasi
Penelitian dilakukan di Kelurahan Catur Tunggal, Kecamatan Depok,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta karena adanya hubungan kerja
sama antara Universitas Sanata Dharma dengan Kecamatan Depok dalam
beberapa bidang, salah satunya adalah penelitian dan peningkatan kesehatan
masyarakat. Dengan demikian, penelitian yang diadakan ini menjadi salah satu
bentuk dari hasil kerja sama tersebut. Kelurahan Catur Tunggal dipilih karena
memiliki populasi yang paling besar yaitu sejumlah 61.606 orang penduduk.
Kelurahan dengan populasi paling besar dipilih sebab pada kelurahan ini terdapat
dua penelitian yang diadakan, yaitu pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, dan
tindakan masyarakat terkait penyakit Asma dan Hipertensi.
2. Perizinan Penelitian
Perizinan penelitian dilakukan mulai dari BAPEDDA Kabupaten Sleman
dengan memasukkan surat izin penelitian dari fakultas dan lampiran proposal
kemudian meneruskan surat izin yang dikeluarkan oleh BAPPEDA Kabupaten
Sleman kepada pihak-pihak yang terkait, antara lain Kecamatan Depok dan
Kelurahan Catur Tunggal. Pengurusan izin di Kelurahan Catur Tunggal berjalan
dengan lancar dan untuk pengurusan izin kepada masing-masing Padukuhan
dilakukan secara mandiri oleh peneliti setelah mendapatkan surat izin dari
Kelurahan Catur Tunggal.
3. Penyusunan Kuesioner
Penyusunan kuesioner dibagi menjadi tiga domain utama yaitu
pengetahuan, sikap, dan tindakan di mana masing-masing domain memiliki pokok
bahasan tersendiri. Langkah pertama, menyusun pernyataan mengenai
pengetahuan terkait penyakit Asma dengan alternatif jawaban “benar” dan “salah”
sejumlah 20 aitem. Kemudian menyusun pernyataan mengenai sikap dan perilaku
responden terkait penyakit Asma, dengan alternatif jawaban Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Tidak setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pernyataan pada
bagian ini berjumlah 15 aitem untuk domain sikap dan 10 aitem untuk domain
tindakan, masing-masing domain terbagi menjadi favorable statement dan
unfavorable statement. Keseluruhan aitem yang disusun harus sesuai dengan
pokok bahasan pada domain masing-masing yang sudah ditentukan oleh peneliti,
memiliki jumlah aitem yang mendekati seimbang (benar-salah dan
favorable-unfavorable), serta disebar secara acak dan disusun berdasarkan poin-poin pada
4. Uji Validitas Konten
Uji validitas konten membutuhkan penilaian dari para ahli di bidang yang
sesuai dengan cakupan kuesioner yaitu bidang kesehatan dan pengobatan. Pada
penelitian ini ahli yang terlibat yaitu dua orang Dokter dan seorang Apoteker.
Penilaian kelayakan konten berdasarkan pada keselarasan konten dengan tujuan
pengukuran kuesioner, bila masih terdapat aitem yang tidak selaras maka revisi
perlu dilakukan. Kuesioner yang telah direvisi kemudian dinilai ulang oleh ahli
dengan prosedur yang sama seperti penilaian sebelumnya. Kuesioner dikatakan
valid secara konten apabila para ahli telah menyatakan persetujuan dengan
menandatangani blangko berita acara uji validitas konten.
5. Uji Pemahaman Bahasa
Uji pemahaman bahasa perlu dilakukan untuk mendapatkan masukan
awal terhadap kuesioner. Responden pada uji ini yaitu 10 orang masyarakat umum
yang sesuai kriteria inklusi responden penelitian namun tidak berdomisili di Catur
Tunggal. Peneliti juga memberikan kuesioner kepada 20 orang mahasiswa untuk
memperoleh tambahan data berkaitan dengan pemahaman bahasa. Pada pengujian
pemahaman bahasa ini masyarakat memberikan penilaian terhadap konten
kuesioner dalam hal kemudahan memahami dan kemudahan menjawab.
6. Uji Kualitas Instrumen
a. Penyebaran Kuesioner
Bentuk semi final kuesioner yang sebelumnya telah disempurnakan pada
uji pendahuluan, selanjutnya perlu diuji kembali dengan kondisi yang sesuai
Kelurahan Catur Tunggal dan sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Pemberian
kuesioner hanya diberikan satu kali (single trial administration) kepada responden
sehingga tidak ditemukan responden yang mengisi kuesioner untuk kedua kalinya.
Pengujian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara langsung kepada
masyarakat yang telah direkrut oleh peneliti. Pengujian ini menghasilkan data
yang dapat diolah secara statistik guna mengetahui reliabilitas kuesioner tersebut.
Uji coba kuesioner dilakukan berulang apabila kuesioner belum dapat memenuhi
nilai reliabilitas yang diinginkan dalam penelitian ini dan dihentikan apabila telah
memenuhi nilai reliabilitas yang diinginkan.
b. Pengolahan Data
Kuesioner yang telah kembali ke peneliti merupakan data mentah
sehingga perlu diseleksi terlebih dahulu agar sesuai dengan kriteria inklusi
penelitian. Kuesioner yang terseleksi kemudian diolah menjadi data siap olah
statistik. Masing-masing kuesioner diberi nomor responden secara berurutan
kemudian dilakukan penilaian jawaban kuesioner (skoring). Setelah proses
skoring, selanjutnya dilakukan entry data pada sistem komputer. Entri dilakukan
untuk setiap domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pada masing-masing
domain terdapat nomor responden, skor jawaban responden untuk setiap aitem
pada domain tersebut, dan total skor jawaban responden.
c. Uji Reliabilitas
Reliabilitas yang dapat diukur pada penelitian ini adalah nilai reliabilitas
dapat dikatakan reliabel jika memenuhi nilai α>0,60 untuk masing-masing domain
kuesioner yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Dengan bantuan program statistik R maka hasil olahan data sebelumnya
dapat dihitung dan didapatkan nilai Alpha. Apabila nilai Alpha telah memenuhi
kriteria, maka domain kuesioner tersebut dikatakan reliabel dan dapat digunakan
sebagai kuesioner siap pakai. Jika nilai Alpha belum memenuhi kriteria, maka
dilakukan seleksi aitem dengan tujuan menambah nilai Alpha agar memenuhi
kriteria.
Seleksi aitem dilakukan berdasarkan nilai koefisien korelasi
masing-masing aitem (r). Nilai koefisien korelasi aitem ini tidak perlu dihitung secara
terpisah karena pada program statistik R telah dibuat sebuah perintah untuk
langsung menghitung nilai Alpha sekaligus menghitung koefisien korelasi.
Pada seleksi aitem ini, dilakukan penghilangan satu aitem dengan nilai
koefisien korelasi yang terendah kemudian data kembali diolah untuk
mendapatkan nilai Alpha yang baru. Apabila nilai Alpha yang baru masih belum
memenuhi kriteria, maka proses seleksi aitem kembali dilakukan. Demikian
proses seleksi aitem terus-menerus dilakukan dan dapat berhenti jika nilai Alpha
telah terpenuhi atau proses seleksi aitem telah mencapai batas maksimal
penghilangan aitem. Pada penelitian ini telah ditetapkan bahwa untuk domain
pengetahuan tersusun minimal 10 aitem, sedangkan sikap, dan tindakan harus
tersusun minimal 10 aitem. Jika pada proses seleksi aitem nilai Alpha dapat naik
dan memenuhi kriteria, maka aitem terseleksi dapat digunakan untuk kuesioner
Setelah melakukan seleksi aitem namun nilai Alpha belum memenuhi
kriteria atau telah mencapai batas maksimal penghilangan aitem, maka langkah
selanjutnya yaitu revisi aitem. Aitem yang telah direvisi bersama dengan aitem
terseleksi kemudian akan diujikan kembali kepada responden dan diuji ulang nilai
reliabilitasnya. Selain revisi aitem, dapat juga dilakukan perpanjangan tes yaitu
penambahan sejumlah aitem baru untuk memperbesar kemungkinan terpenuhinya
nilai Alpha dengan kondisi jumlah aitem terseleksi yang cukup memenuhi
minimal aitem.
7. Kuesioner Siap Pakai
Kuesioner siap pakai merupakan kuesioner utuh yang tersusun atas
domain pengetahuan, sikap, dan tindakan yang telah valid secara konten dan
reliabel. Pada kuesioner siap pakai ini juga telah disusun untuk dapat langsung
diberikan kepada responden penelitian. Selain berisi aitem-aitem pada
masing-masing domain, terdapat pula judul penelitian, petunjuk pengerjaan kuesioner,
serta data diri responden demi mendukung kesiapan kuesioner ini sebagai alat
Gambar 2. Diagram Alir Tata Cara Penelitian
Penentuan Lokasi Penelitian
Perizinan Penelitian
Penyusunan Kuesioner
Uji Validitas Konten Instrumen
(Gambar 3)
Uji Pemahaman Bahasa (Gambar 3)
Uji Kualitas Instrumen (Gambar 4)
Gambar 4. Diagram Alir Tata Cara Uji Kualitas Instrumen Uji Validitas Konten Instrumen
(Gambar 3)
Uji Pemahaman Bahasa
(Gambar 3)
Uji Kualitas Kuesioner
Skoring (Penilaian) terhadap
Jawaban Responden
Data Entry dengan Komputer
Uji Reliabilitas dengan Uji Statistik Cronbach-Alpha menggunakan program R
Kuesioner Siap Pakai
Reliabel α>0,60 Tidak Reliabel α<0,60
K. Kelemahan Penelitian
Kelemahan pada penelitian ini adalah keterbatasan peneliti dalam
membahasakan kata atau kalimat di bidang kesehatan secara sederhana agar dapat
dipahami oleh masyarakat umum. Hal ini berdampak pada kuesioner yaitu
terbatasnya jumlah aitem yang dapat dihasilkan pada masing-masing domain
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian beserta pembahasan mengenai uji validitas konten
instrumen, uji reliabilitas instrumen dan formulasi instrumen yang telah valid
secara konten dan reliabel akan diulas pada bab ini. Hasil penelitian disajikan
dalam bentuk resume sehingga fokus pada pembahasan sajian data. Data hasil
penelitian yang lebih rinci ditampilkan pada bagian lampiran dari laporan
penelitian ini.
A. Uji Validitas Konten
Uji validitas konten merupakan salah satu langkah dalam proses uji coba
instrumen menurut Budiman dan Riyanto (2013). Pada penelitian ini uji validitas
konten dilakukan pada ketiga domain kuesioner yaitu domain pengetahuan, sikap,
dan tindakan secara bersamaan. Pengujian validitas konten atau yang dikenal
sebagai expertise judgement merupakan salah satu dari beragam jenis validitas
yang dimiliki oleh suatu instrumen.
Pengujian validitas konten pada penelitian ini dilakukan sebanyak lima
kali dan menggunakan tiga orang ahli yaitu dua orang Dokter dan seorang
Apoteker. Pada pengujian validitas konten pertama dan kedua hanya diikuti oleh
dua orang ahli (seorang Dokter dan seorang Apoteker), kemudian pada pengujian
validitas konten keempat ditambahkan seorang Dokter yang memiliki pengalaman
praktek lebih dari 20 tahun. Masing-masing ahli menuliskan masukan, revisi, dan
pengujian validitas konten yang berupa kuesioner dan blangko berita acara dapat
dilihat pada Lampiran 5- 28.
1. Domain Pengetahuan
Domain pengetahuan melalui lima kali pengujian validitas konten
bersama dengan domain sikap dan tindakan. Secara singkat dan sederhana, alur
perjalanan pengujian domain pengetahuan dapat dilihat pada Gambar 5,
sedangkan resume hasil pengujian serta perlakuan yang diberikan kepada domain
pengetahuan dapat dilihat pada Lampiran 29. Domain pengetahuan diuji
berkali-kali agar setiap aitem yang ditulis dapat dinyatakan layak dari segi konten untuk
mengukur tingkat pengetahuan masyarakat terkait penyakit Asma. Secara umum
hal yang direkomendasikan oleh ahli antara lain perbaikan pada struktur kalimat
dan penggantian kalimat. Rekomendasi yang diberikan tidak jauh dari kriteria
penyusunan pernyataan yang baik seperti yang disampaikan oleh Budiman dan