i
PENGARUH PENERAPAN METODE
INQUIRY
TERHADAP
PEMAHAMAN KONSEP DAN MINAT BELAJAR SISWA
KELAS XI PADA MATERI VISKOSITAS ZAT CAIR DI SMA
NEGERI 1 WAINGAPU
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Yulita Adelfin Lede NIM : 101424006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
PERCAYALAH
“Dari
Setiap Usaha Tidak Akan Ada Yang
Sia-Sia, Semua Akan Menjadi Indah Pada
Waktunya
”
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
Yesus Kristus Juru Selamatku
Bunda Maria terkasih
vii
ABSTRAK
Yulita Adelfin Lede. 2014. Pengaruh Penerapan Metode Inquiry Terhadap Pemahaman Konsep Dan Minat Belajar Siswa Kelas XI Pada Materi Viskositas Zat Cair Di SMA Negeri 1 Waingapu. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pembimbing: Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T.
Kata Kunci: Metode inquiry, Pemahaman Konsep, Minat Belajar Pelajaran Fisika Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan pemahaman konsep siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Waingapu dengan menggunakan metode inquiry pada materi viskositas zat cair; (2) minat belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Waingapu dengan menggunakan metode inquiry pada materi viskositas zat cair.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 April 2014 sampai dengan 26 April 2014. Subyek Penelitian yaitu siswa kelas XI SMA Negeri 1 Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sampel berjumlah 76 siswa. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep peneliti menggunakan soal pretest dan soal posttest, sedangkan untuk mengetahui minat belajar siswa peneliti menggunakan kuesioner.
viii
ABSTRACT
Yulita Adelfin Lede. 2014. The Effect of Application in Inquiry Methods Toward Understanding Concepts and Learning Interests of XI Grade Students in The Topic Viscosity in SMA N 1 Waingapu. Thesis, Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University in Yogyakarta. Supervisior: Prof. Dr. Paul Suparno, S.J.,M.S.T.
Keywords: Inquiry Methods, Understanding Concepts, Learning Interest of Subjects Physics.
The purpose of this study is to determine: (1) the increase of understanding concepts of XI grade students in SMA N 1 Waingapu using inquiry methods about topic of viscosity; (2) learning interest of XI grade students in SMA N 1 Waingapu using inquiry methods about topic of viscosity.
The research was conducted on April 5-26, 2014 in SMA N 1 Waingapu. The subjects of this research are students of class XI in SMA N 1 Waingapu, Sumba Timur district, East Nusa Tenggara Province. The research sample was 76 students. To find out the increase of understanding concepts, the researcher used pretest and posttest. Meanwhile, to find out about the students learning interest, the researcher used questionnaires.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa untuk segala kasih, berkat, rahmat penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Inquiry Terhadap Pemahaman Konsep Dan Minat Belajar Siswa Kelas XI Pada Materi Viskositas Zat Cair Di SMA Negeri 1 Waingapu”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Fisika.
Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Romo Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T., selaku Dosen Pembimbing yang telah setia dan sabar memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
3. Rohandi, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
4. Segenap Dosen Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
ASBTRAK... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL...xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian………... 3
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat IPA...5
B. Pembelajaran Konstruktivis... 7
1. Pembelajaran ...7
2. Konstruktivisme ... ...8
3. Makna Pembelajaran Konstruktivis ...9
C. Metode Inquiry... ... 10
1. Pengertian Metode inquiry...10
2. Fungsi Inquiry... ...11
3. Pelaksanaan Pembelajaran Metode Inquiry....12
4. Keunggulan dan Kelemahan Metode Inquiry...13
D. Pemahaman Konsep...………. 14
1. Pengertian Pemahaman ...14
2. Pengertian Konsep ...15
3. Makna Pemahaman Konsep ...17
E. Minat ………... 17
xiii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian... 22
B. Waktu dan Tempat Penelitian ...23
1. Waktu Penelitian... 23
2. Tempat Penelitian ...23
C. Populasi dan Sampel Penelitian ...23
1. Populasi Penelitian ...23
2. Sampel Penelitian ...23
D. Treatment ... 24
E. Instrumentasi ... 25
1. Instrumen Pembelajaran ...25
2. Instrumen Pengambilan Data... 26
F. Metode Analisis Data... 31
1. Analisis Kuantitatif Pemahaman Awal dan Akhir Siswa ... 31
2. Analisis Kualitatif Pemahaman Konsep Siswa...37
3. Analisis Minat Belajar Siswa ... 37
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Penelitian ... 40
xiv
2. Selama Melaksanakan Penelitian ...42
B. Data dan Analisis Data ...53
1. Analisis Kuantitatif Pemahaman Siswa ... 53
2. Analisis Kualitatif Pemahaman Konsep Siswa... 60
3. Analisis Minat Belajar Siswa... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 76
B. Saran... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 78
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest... 27
Tabel 2. Kisi-Kisi Kuesioner Minat Belajar Fisika ... 31
Tabel 3. Skor Tiap Aspek...………... 32
Tabel 4. Pemberian Skor Kuesioner ... 38
Tabel 5. Pemberian Kategori Kuesioner Minat Belajar Siswa... 39
Tabel 6. Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas Kontrol (XI IPA 3)...42
Tabel 7. Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas Eksperimen (XI IPA 1)... 44
Tabel 8. Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen………... ... 54
Tabel 9. Data Pretest dan Posttest Kelas Kontrol...55
Tabel 10. Analisis SPSS Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 56
Tabel 11. Analisis SPSS Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen...57
Tabel 12. Analisis SPSS Pretest dan Posttest Kelas Kontrol... 58
Tabel 13. Analisis SPSS Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 59
Tabel 14. Hasil Analisis Pemahaman Konsep Siswa Kelas Kontrol…... 60
Tabel 15. Hasil Analisis Pemahaman Konsep Siswa Kelas Eksperimen...61
Tabel 16. Hasil Skor Minat Belajar Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 69
Tabel 17. Analisis SPSS Minat Belajar Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol... 70
xvi
Tabel 19. Kategorisasi Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Kelas Eksperimen...72
Tabel 20. Prosentase Tiap Kategori Minat Siswa terhadap Pembelajaran Kelas
Kontrol... 73
Tabel 21. Prosentase Tiap Kategori Minat Siswa terhadap Pembelajaran Kelas
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bola Dijatuhkan dalam Fluida Kental ... 20
Gambar 2. Gaya-Gaya yang Bekerja pada Bola dalam Fluida Kental ...20
Gambar 3. Suasana Pretest Kelas XI IPA 3…………... ..46
Gambar 4. Siswa Mengerjakan Soal Latihan di Papan Tulis... 48
Gambar 5. Siswa Melakukan Praktikum Viskositas Zat Cair...52
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Sekolah……... 82
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 83
Lampiran 3. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen)... 84
Lampiran 4. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol) ...94
Lampiran 5. LKS (Lembar Kerja Siswa)...103
Lampiran 6. Panduan Penggunaan Alat…………... 109
Lampiran 7. Soal Pretest………...... 112
Lampiran 8. Jawaban Soal Pretest………... 115
Lampiran 9. Soal Posttest………... 121
Lampiran 10. Jawaban Soal Posttest ... 124
Lampiran 11. Kuesioner Minat Belajar.. ... 130
Lampiran 12. Daftar Distribusi Skor Pretest Kelas Eksperimen ... 132
Lampiran 13. Daftar Distribusi Skor Pretest Kelas Kontrol... 133
Lampiran 14. Daftar Distribusi Skor Posttest Kelas Eksperimen…... 134
Lampiran 15. Daftar Distribusi Skor Posttest Kelas Kontrol ... 135
Lampiran 16. Daftar Distribusi Skor Kuesioner Minat Belajar Kelas Eksperimen . 136 Lampiran 17. Daftar Distribusi Skor Kuesioner Minat Belajar Kelas Kontrol ...137
xix
Lampiran 19. Contoh Hasil Penelitian Pretest Kelas Eksperimen... 146
Lampiran 20. Contoh Hasil Penelitian Pretest Kelas Kontrol ... 149
Lampiran 21. Contoh Hasil Penelitian Posttest Kelas Eksperimen... 152
Lampiran 22. Contoh Hasil Penelitian Posttest Kelas Kontrol... 155
Lampiran 23. Contoh Hasil Penelitian Kuesioner Minat Belajar Kelas Eksperimen. ...158
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Melalui pendidikan, seseorang mengalami proses belajar untuk selalu berkembang sehingga dapat mencapai peningkatan kehidupan manusia kearah yang lebih sempurna. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah selalu berusaha melakukan evaluasi dan perubahan, salah satu perubahannya adalah pemerintah baru saja menerapkan kurikulum 2013. Kurikulum pendidikan 2013 diberlakukan pada tahun ajaran 2013/2014 dan saat ini belum diterapkan di seluruh sekolah di Indonesia.
Penerapan kurikulum 2013 menekankan pada pembelajaran berbasis scientific dan tidak berbasis hafalan lagi. Pembelajaran berbasis scientific menggunakan pendekatan ilmiah yang bertujuan untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan mendorong siswa untuk aktif, sehingga siswa bukan lagi menjadi obyek tetapi justru menjadi subyek dalam pembelajaran.
pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri yang sedang menekuninya (Suparno: 2007).
Salah satu metode mengajar konstruktivistik yang digunakan oleh guru sains adalah metode inquiry (penyelidikan). Dalam metode ini, siswa sungguh dilibatkan untuk aktif berpikir dan menemukan pengertian yang ingin diketahuinya. Kindsvatter, Wilen, & Ishler (1996, dalam Suparno, 2007) juga menjelaskan inquiry sebagai model pengajaran dimana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik. Oleh karena itu pembelajaran ini tidak berpusat pada guru, melainkan pada siswa.
Gulo (2002, dalam Trianto, 2009: 166) menyatakan sasaran utama kegiatan inquiry adalah keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, dan mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inquiry.
ketertarikan siswa terhadap pelajaran fisika sangat kurang, siswa menganggap pelajaran fisika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan. Proses belajar di kelas menggunakan metode yang monoton yaitu metode ceramah dan siswa mengerjakan soal-soal latihan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh Penerapan Metode Inquiry Terhadap Pemahaman Konsep Dan Minat Belajar Siswa Kelas XI Pada Materi Viskositas Zat Cair di SMA Negeri 1 Waingapu .
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah metode inquiry dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Waingapu pada materi viskositas zat cair? 2. Bagaimana minat belajar siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Waingapu
menggunakan metode inquiry pada materi viskositas zat cair?
B. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk meningkatan pemahaman konsep siswa kelas XI di SMA Negeri 1
Waingapu menggunakan metode inquiry pada materi viskositas zat cair. 2. Untuk mengetahui minat belajar siswa kelas XI di SMA Negeri 1
C. Manfaat Penelitian
Penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat diantaranya: 1. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi tentang upaya meningkatkan pemahaman konsep dan minat belajar siswa SMA Negeri 1 Waingapu terhadap pelajaran fisika melalui metode inquiry. Selain itu juga, membatu kesiapan SMA Negeri 1 Waingapu dalam menerapkan kurikulum 2013.
2. Bagi Guru dan Calon Guru
Penelitian ini bermanfaat bagi guru dan calon guru sebagai inspirasi untuk mengembangkan proses pembelajaran agar tidak monoton.
3. Bagi Penelitian
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘science’.
Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti
saya tahu (Trianto, 2012: 136). Fowler (dalam Trianto, 2012: 136) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Adapun Wahyana (1986, dalam Trianto, 2012: 136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan keterampilan proses sains (science process skilss) yaitu keterampilan dalam mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, dan menyimpulkan. Ilmu pengetahuan alam sebagai sikap harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Sikap ilmiah dikembangkan melalui kegiatan dalam pembelajaran IPA seperti kegiatan praktikum (2013: 168).
Selain itu, IPA dipandang sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method) (Trianto, 2012: 137) .
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hakikat IPA adalah ilmu tentang alam yang tersusun secara sistematik dan dalam proses belajar mengajar IPA lebih menekankan pada pendekatan produk, proses dan sikap, sehingga siswa aktif dalam menemukan fakta-fakta atau konsep tentang alam melalui metode ilmiah berupa langkah-langkah perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, dan penarikan kesimpulan.
B. Pembelajaran Konstruktivis 1. Pembelajaran
Aktivitas yang paling utama dalam keseluruhan pendidikan di sekolah adalah pembelajaran. Pembelajaran menurut Winkel (dalam Siregar, 2010) merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrem yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa. Menurut Surya pembelajaran merupakan suatu proses aktivitas yang berkesinambungan. Di dalam aktivitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis dan terarah (Surya, 2004: 9). Agar pembelajaran menghasilkan sesuatu, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung, dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar (Siregar, 2010: 12).
tujuan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar. Sukintaka menyatakan bahwa pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya (2004: 55).
2. Konstruktivisme
Dalam Suparno (1997), konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang berpendapat bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan hasil konstruksi (bentukan) dari orang yang sedang belajar. Teori konstruktivis ini juga menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apalagi aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa yang benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya (Trianto, 2009: 28).
pemikirannya bahwa pengetahuan bukanlah sesuatu yang given dari alam karena hasil kontak manusia dengan alam, tetapi pengetahuan merupakan hasil kontruksi (bentukan) aktif manusia itu sendiri. Pendekatan konstruktivisme dalam belajar merupakan salah satu pendekatan yang lebih berfokus kepada peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini disajikan supaya lebih merangsang dan memberi peluang kepada peserta didik untuk belajar berpikir inovatif dan mengembangkan potensinya secara optimal (Nanang dkk, 2009: 62).
3. Makna Pembelajaran Konstruktivis
C. Metode Inquiry
1. Pengertian Metode Inquiry
Menurut Hanafiah dan Suhana, metode inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku (2009: 77).
Inkuiri dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inquiry sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Menurut Gulo (dalam Trianto, 2009: 166) menyatakan strategi inquiry, berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Inquiry artinya proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis (Sugiyanto, 2007: 5)
Selain itu, Kindsvatter, Wilen, & Ishler (1996, dalam Suparno, 2007: 65) menjelaskan bahwa inquiry sebagai model pengajaran dimana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik. Hal yang utama dari metode inquiry adalah menggunakan pendekatan induktif dalam menemukan pengetahuan dan berpusat pada keaktifan siswa. Jadi bukan pembelajaran yang berpusat pada guru, melainkan kepada siswa. Itulah sebabnya pendekatan ini sangat dekat dengan prinsip konstruktivis, dimana pengetahuan ini dikonstruksi oleh siswa.
2. Fungsi Inquiry
Ada beberapa fungsi metode inquiry (Hanafiah dan Suhana, 2009: 78): a. Membangun komitmen (commitment building) siswa yang
diwujudkan dalam keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas untuk mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran.
b. Membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3. Pelaksanaan Pembelajaran Metode Inquiry
Gulo (dalam Trianto, 2009: 168) menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan inquiry dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk menyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesisnya.
b. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
c. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik.
d. Analisis data
ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inquiry yang telah dilakukannya.
e. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inquiry adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
4. Keunggulan dan Kelemahan Metode Inquiry
Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 79) keunggulan dan kelemahan inquiry adalah sebagai berikut:
a. Keunggulan metode inquiry
1) Membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif.
2) Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.
3) Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi.
4) Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing.
b. Kelemahan metode inquiry
1) Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
2) Keadaan kelas yang memilliki jumlah siswa yang banyak maka metode ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.
3) Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan proses mengajar gaya lama maka metode inquiry ini akan mengecewakan. 4) Ada kritik, bahwa dalam proses inquiry terlalu mementingkan
proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan sikap dan keterampilan bagi siswa.
D. Pemahaman Konsep
1. Pengertian Pemahaman
Pemahaman menurut Bloom (1979, dalam Susanto, 2013: 6-7) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang dibaca, dilihat, yang dialami atau yang siswa rasakan berupa hasil observasi langsung yang dilakukan siswa.
ini siswa tidak hanya menghafal materi tetapi mengerti atau memahami konsep atau fakta yang ditanyakan. Kata-kata operasional yang cocok menyangkut kemampuan memahami adalah membedakan, menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, mengambil kesimpulan (Purwanto, 2006: 45-46).
Pemahaman dikategorikan ke dalam beberapa aspek, dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan menginterpretasikan sesuatu, bahwa seseorang yang telah memahami sesuatu akan mampu menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah diterima.
b. Pemahaman bukan sekadar mengetahui, yang biasanya hanya mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang pernah dipelajari. c. Pemahaman lebih dari sekadar mengetahui, karena pemahaman
melibatkan proses mental yang dinamis; dengan memahami siswa dapat memberikan uraian dan penjelasan yang lebih kreatif.
2. Pengertian Konsep
berhubungan dengan sesuatu yang menonjol, sifat yang melekat. Pemahaman dan penggunaan konsep yang tepat bergantung pada sifat yang melekat tadi, pengertian umum kata yang bersangkutan.
Konsep merupakan kondisi utama yang diperlukan untuk menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan objek-objeknya (Trianto, 2009: 158). Carol mendefinisikan konsep sebagai suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian. Abstraksi, berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain (Trianto, 2009: 158)
3. Makna Pemahaman Konsep
Menurut definisi di atas, maka dapat dituliskan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan siswa untuk menyerap arti dari materi yang dipelajari atau seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami serta mengerti apa yang dibaca, dilihat, yang dialami atau yang siswa rasakan berupa hasil observasi langsung yang dilakukan siswa.
E. Minat
Sukardi (1988, dalam Susanto, 2013: 57) mengartikan minat sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Selain itu, Bernard menyatakan bahwa minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja (Susanto, 2013: 57).
Dalam Slameto, minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus- menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar (2010: 57).
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
Tanner & Tanner (1975, dalam Slameto, 2010: 181) menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini dicapai dengan jalan memberikan informasi kepada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang.
F. Viskositas Zat Cair
Viskositas adalah besaran yang menyatakan kekentalan fluida. Viskositas dalam aliran fluida kental sama saja dengan gesekan pada gerak benda padat. Untuk fluida ideal, = 0, sehingga kita selalu menganggap bahwa benda yang bergerak dalam fluida ideal tidak mengalami gesekan yang disebabkan oleh fluida. Akan tetapi, bila benda tersebut bergerak dengan kelajuan tertentu dalam fluida kental, gerak benda tersebut akan terhambat oleh gaya gesekan fluida pada benda tersebut. Besar gaya gesekan fluida telah dirumuskan oleh
Koefisien k bergantung pada bentuk geometris benda. Untuk benda yang memiliki bentuk geometris berupa bola dengan jari-jari r, maka
Dengan memasukkan nilai k, maka diperoleh
Ff = gaya gesekan pada benda oleh fluida (N), r = jari-jari bola (m),
= laju bola relatif terhadap fluida (m/s),
Gambar 1. Bola dijatuhkan dalam fluida kental
Jika sebuah bola dijatuhkan ke dalam fluida, maka mula-mula benda bergerak turun dengan kecepatan yang semakin besar. Pada suatu saat kecepatan benda tetap. Kecepatan ini dinamakan kecepatan terminal. Gaya yang bekerja pada benda selama benda bergerak jatuh adalah gaya berat (arahnya ke bawah), gaya angkat Archimedes (arahnya ke atas), dan gaya Stokes yang melawan arah gerak (arahnya ke atas juga). Pada saat mencapai kecepatan terminal, ketiga gaya tersebut seimbang (Kanginan, 2007).
Gambar 2. Gaya-gaya yang bekerja pada bola dalam fluida kental 𝐹𝑎 𝐹𝑓
Besarnya gaya berat benda adalah
( )
Besarnya gaya angkat Archimedes adalah
( )
Besarnya gaya Stokes adalah
Ketika benda mencapai kecepatan terminal, ketiga gaya tersebut memenuhi hubungan berikut
( )
Kecepatan terminal dalam fluida kental
( )
Untuk benda berbentuk bola dengan jari-jari r, maka volum benda
, sehingga
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuantitatif design Pretest-Posttest Control Group. Menurut Suparno (2007: 135), secara umum riset kuantitatif adalah desain riset yang menggunakan data berupa skor atau angka, lalu menggunakan analisis statistik. Design Pretest-Posttest Control Group adalah penelitian yang terdiri dari dua group. Satu kelompok diberi treatment dan yang lain tidak. Lalu keduanya diukur dengan diberi pre-test dan post-test untuk kedua group (Suparno, 2010: 142). Skemanya sebagai berikut:
Treatment group O X1 O
Kontrol group O X2 O
O adalah observasi
X1 adalah treatment dengan menggunakan metode inquiry.
X2 adalah treatment dengan menggunakan metode ceramah.
B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 April 2014 sampai dengan 26 April 2014, di SMA Negeri 1 Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisika SMA Negeri 1 Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA Negeri 1 Waingapu Tahun Ajaran 2013/2014.
2. Sampel Penelitian
D. Treatment
Treatment adalah perlakuan peneliti kepada subyek yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2010: 51). Pada penelitian ini, treatment pada kelas kontrol berupa pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah sedangkan pada kelas eksperimen, treatment berupa pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry . Pelaksanaan pembelajaran dilakukan di masing-masing kelas. Materi yang digunakan dalam treatment ini adalah viskositas zat cair dengan waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran adalah sama untuk kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Peneliti menggunakan metode pembelajaran inquiry sebagai treatment dengan proses sebagai berikut:
1. Membagi siswa dalam 6 kelompok (setiap kelompok terdiri dari 6 siswa). 2. Siswa mendapatkan LKS dalam kelompok.
3. Siswa memahami langkah-langkah inquiry dalam kelompok.
4. Siswa merumuskan hipotesis atau jawaban sementara yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
5. Siswa mengumpulkan data dengan melakukan eksperimen mengenai viskositas zat cair.
6. Siswa menganalisis data yang telah diperoleh. Siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa pada kesimpulan percobaan.
yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inquiry yang telah dilakukannya.
Pada kelas kontrol tidak ada perlakuan khusus yang diberikan. Penjelasan materi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan metode ceramah. Peneliti menjelaskan konsep viskositas zat cair dan siswa diberikan latihan-latihan soal sesuai dengan topik yang diajarkan.
E. Instrumentasi
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran ini terdiri dari 3 instrumen yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar kerja Siswa (LKS) dan petunjuk penggunaan alat (jangka sorong dan neraca ohaus).
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
b. Lembar Kerja Siswa
Pada penelitian ini digunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai panduan siswa selama proses pembelajaran. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dibuat dan akan digunakan untuk kelas yang menggunakan metode inquiry. LKS terlampir pada lampiran 5.
c. Petunjuk Penggunaan Alat
Petunjuk penggunaan alat terdiri dari petunjuk penggunaan jangka sorong dan neraca ohaus yang diberikan penjelasan penggunaan dan cara pengukurannya serta cara mengkalibrasi neraca ohaus. Penjelasan dan petunjuk penggunaan alat terlampir pada lampiran 6 .
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) tes tertulis yang terdiri dari pre-test dan post-test, (2) kuesioner yang terdiri dari kuesioner minat belajar siswa.
a. Pre-test
pre-test sebanyak 7 soal yang terdiri dari aspek pengetahuan (ingatan), pemahaman, dan penerapan (aplikasi).
Tabel 1. Kisi-kisi Soal Pre-Test dan Post-Test
Kompetensi Dasar
Indikator Pertanyaan Aspek
Kognitif
Apa yang dimaksud dengan viskositas zat cair?
Gambar 1. Bola dijatuhkan dalam fluida kental
Menerapkan rumus viskositas zat cair ke dalam penyelesaian
Gambar 2. Gaya-gaya yang bekerja pada bola dalam fluida
kental
1. Sebuah benda berbentuk bola dijatuhkan ke dalam fluida kental. Pada bola tersebut bekerja tiga buah gaya, yaitu gaya berat w = yang bekerja pada bola, bagaimana kecepatan bola ketika dijatuhkan dan kecepatan selama bergerak di dalam fluida kental? Berikan penjelasan anda! 2. Sebuah bola baja
soal untuk viskositas 1,2 kg/ms. Jika massa jenis baja 8,1 x
. Tentukan kecepatan terminal bola yang jatuh!
3. Tentukan koefisien kekentalan cairan tetes air hujan yang jatuh di udara apabila diketahui kecepatan maksimum air hujan adalah 10 m/s, dengan jari-jari 0,3 mm. (
dan g = 9,8 m/s2.
4. Sebuah bola kecil (massa jenis 2600 kg/m3) dibiarkan jatuh ke dalam minyak (massa jenis 950 kg/m3 dan = 1,2 x 10-3 Pa s). Dalam waktu 100 s, bola tersebut telah bergerak sejauh 83 cm. Berapa jari-jari bola? 5. Berilah contoh penerapan
viskositas dalam kehidupan sehari-hari!
Penerapan
Penerapan
b. Post-test
Post-test diberikan kepada siswa setelah selesai pembelajaran menggunakan metode inquiry dan metode ceramah. Soal post-test ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman akhir siswa mengenai konsep viskositas zat cair. Jumlah pertanyaan soal post-test sama dengan soal pre-test, namun pada soal hitungan post-test angka atau bilangan yang digunakan berbeda dengan soal hitungan pre-test.
c. Kuesioner Minat Belajar
Kuesioner ini diberikan kepada siswa sesudah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry dan metode ceramah untuk mengetahui minat belajar siswa. Melalui pengukuran minat, peneliti dapat melihat perbandingan minat belajar siswa selama diajar dengan menggunakan metode inquiry dan metode ceramah.
Kisi-kisi kuesioner minat belajar ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner Minat Belajar Fisika
Aspek Indikator Pernyataan No item
Minat belajar
Perasaan puas dan senang terhadap suatu kegiatan
1.Saya menyukai pelajaran fisika
2.Saya merasa puas dengan apa yang saya peroleh dari pembelajaran ini
3.Saya yakin bahwa saya akan berhasil dalam pelajaran ini
4.Hal-hal yang saya pelajari pada pelajaran ini akan bermanfaat bagi saya
1, 3, 8, 10
Pemusatan perhatian, pikiran dan perasaan karena ketertarikan
terhadap suatu kegiatan
1.Saya memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi pelajaran
2.Saya mencatat penjelasan materi dari guru 3.Cara penyampaian materi sangat menarik
perhatian saya
2, 5, 6
Kemauan/kecenderungan untuk melakukan kegiatan guna
mencapai tujuan
1.Saya bertanya kepada guru tentang materi yang dipelajari
2.Saya menyelesaikan latihan soal untuk menambah pemahaman saya tentang materi yang dipelajari
3.Saya membaca buku referensi lain yang berkaitan dengan materi yang saya pelajari
4, 7, 9
d. Validitas
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi berpedoman pada kisi-kisi tes dan non tes yang diukur sesuai dengan indikator. Kisi- kisi non tes yaitu kuesioner minat belajar siswa.
F. Metode Analisis Data
1. Analisis Kuantitatif Pemahaman Konsep Awal dan Akhir Siswa
Tabel 3. Skor Tiap Aspek
Penskoran untuk masing-masing kriteria diuraikan di bawah ini: a. Soal no 1. Bobot soal 5.
Keterangan Skor
Siswa memberi jawaban benar 5
Siswa memberi jawaban mendekati benar atau hampir benar
3
Siswa memberi jawaban salah 1
Siswa tidak memberi jawaban sama sekali 0
b. Soal no 2. Bobot Soal 10
Keterangan Skor
Siswa memberi jawaban benar 10
Siswa memberi jawaban mendekati benar atau hampir benar
6
Siswa memberi jawaban salah 2
c. Soal no 3 dan no 4. Bobot soal 12,5.
tetapi tidak ada satuan
11 Siswa mengerjakan dengan lengkap, tetapi hasilnya
salah
9 Siswa mengerjakan menggunakan rumus.
Memasukkan angka-angka, menghitungnya tetapi tidak selesai mengerjakan
7
Siswa mengerjakan menggunakan rumus. Hanya memasukkan angka-angkanya dan tidak menghitungnya
5
Siswa mengerjakan hanya sampai pada rumus 4 Siswa hanya menulis diketahui ditanya, dan
dijawab
3
Siswa hanya menulis diketahui 2
Siswa tidak memberi jawaban sama sekali 0
d. Soal no 5. Bobot soal 15
tetapi tidak ada satuan
14 Siswa mengerjakan dengan lengkap, tetapi hasilnya
salah
12 Siswa mengerjakan menggunakan rumus.
Memasukkan angka-angka, menghitungnya tetapi hanya sampai pada r2. Belum menjadikan r2 sebagai r
10
Siswa mengerjakan menggunakan rumus. Memasukkan angka-angka, menghitungnya tetapi belum sampai pada r2.
8
Siswa mengerjakan menggunakan rumus. Hanya memasukkan angka-angkanya dan tidak menghitungnya
5
Siswa mengerjakan hanya sampai pada rumus 4 Siswa hanya menulis diketahui ditanya, dan
dijawab
3
Siswa hanya menulis diketahui 2
e. Soal no 6. Bobot soal 20.
Keterangan Skor
Siswa memberi jawaban yang benar dengan menjelaskan hubungan secara lengkap
20 Siswa memberi jawaban yang benar tetapi tidak
menjelaskan hubungan secara lengkap
18 Siswa memberi jawaban hampir benar tetapi tidak
menjelaskan hubungan secara lengkap
15 Siswa menjawab sebatas menjelaskan hubungan
tetapi tidak lengkap
11 Siswa menjawab dengan menjelaskan hubungannya
tetapi salah
7 Siswa menjawab dengan kalimat, tetapi tidak benar 5 Siswa menjawab sebatas menulis kembali apa yang
diketahui dan ditanyakan lengkap
3 Siswa tidak memberi jawaban sama sekali 0
f. Soal no 7. Bobot soal 25
Keterangan Skor
Siswa memberi jawaban lengkap dengan penjelasan yang benar
25 Siswa memberi jawaban dengan penjelasan hampir
benar
22 Siswa memberi jawaban dengan menyebutkan gaya
apa saja yang bekerja tanpa menjelaskan
18 Siswa memberi jawaban dengan menyebutkan gaya
apa saja yang bekerja dengan menjelaskan tetapi salah
14
Siswa menjawab dengan kalimat, tetapi tidak benar 6 Siswa menjawab sebatas menulis kembali apa yang
diketahui dan ditanyakan lengkap
3 Siswa tidak memberi jawaban sama sekali 0
Skor hasil belajar siswa yaitu jumlah skor setiap siswa dibagi jumlah skor maksimal di kali seratus.
Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa maka peneliti membandingkan:
a. hasil pre-test sebelum menggunakan metode inquiry pada kelas eksperimen dan metode ceramah pada kelas kontrol.
b. hasil post-test sesudah menggunakan metode inquiry pada kelas eksperimen dan metode ceramah pada kelas kontrol.
c. hasil pre-test dan post-test pada kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah.
d. hasil pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode inquiry.
Analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan uji Test-t kelompok dependen untuk membandingkan hasil pre-test dan post-test tersebut. Test-t ini digunakan untuk mengetes dua kelompok yang dependen, atau satu kelompok di tes dua kali, yaitu pada pre-test dan post-test (Suparno, 2010: 97).
Rumus untuk menghitung adalah:
|
|
̅̅̅̅ ̅̅̅̅ √[ ( ](
Dimana: X1 : skor pre-test X2 : skor post-test
D : perbedaan antara skor tiap subjek ( X1–X2)
Df : N-1
Tcrit = diperoleh dari tabel dengan level signifikan = 0.05.
Jika | | >| | maka signifikan berarti ada peningkatan pemahaman konsep siswa tentang materi viskositas zat cair. Jika | | <
| | maka tidak signifikan berarti tidak ada peningkatan pemahaman
konsep siswa tentang materi viskositas zat cair. Sedangkan untuk membandingkan apakah metode pembelajaran inquiry lebih baik daripada metode pembelajaran ceramah, maka peneliti menggunakan uji Test-t independen.
̅̅̅
̅̅̅
√
Untuk n1 = n2
Bila n1 n2, maka rumus t menjadi:
( ̅̅̅ ̅̅̅
√[( ( ( ] [ ]
Keterangan: ̅̅̅ = skor kelas treatment ̅̅̅ = skor kelas kontrol
n1 = jumlah siswa kelas treatment (dengan metode pembelajaran inquiry)
Jika | | >| | maka signifikan berarti ada perbedaan hasil pretest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Jika | | < | | maka tidak signifikan berarti tidak ada perbedaan hasil pretest untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen. Begitu pula untuk hasil posttest, jika | | >| | maka signifikan berarti ada perbedaan hasil posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Jika | | < | | maka tidak signifikan berarti tidak ada perbedaan hasil posttest untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Dengan menggunakan empat kali uji t-test, peneliti dapat mengetahui apakah penerapan metode inquiry dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi viskositas zat cair.
1. Analisis Kualitatif Pemahaman Konsep Siswa
Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa, selain menggunakan uji t-test peneliti juga menganalisis secara kualitatif perubahan pemahaman konsep siswa. Analisis kualitatif dilakukan dengan merangkum secara umum pemahaman konsep awal siswa tentang konsep viskositas zat cair pada hasil pretest dengan pemahaman konsep akhir siswa tentang konsep viskositas zat cair pada hasil posttest.
2. Analisis Minat Belajar Siswa
Tabel 4. Pemberian Skor Kuesioner
Alternatif Jawaban Skor
Sangat Setuju (SS) 4
Setuju (S) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Skor total diperoleh dengan menjumlahkan skor keseluruhan yang diperoleh siswa. Untuk mengetahui minat belajar siswa terhadap pelajaran fisika, peneliti membuat tabel interval distribusi frekuensi jumlah skor. Langkah-langkah membuat tabel interval distribusi frekuensi jumlah skor yang diadaptasi dari Suparno (2007: 75) adalah sebagai berikut:
a. Menentukan skor tertinggi. Skor tertinggi diperoleh dari jumlah item pernyataan dikalikan dengan skor maksimum per item. Jadi, skor tertinggi adalah 10 x 4 = 40.
b. Menentukan skor terendah. Skor terendah diperoleh dari jumlah item pernyataan dikalikan dengan skor terendah per item. Jadi, skor terendah adalah 10 x 1 = 10.
c. Menentukan banyaknya interval. Banyaknya interval ini ditentukan sesuai dengan banyaknya kategori minat siswa. Kategori minat siswa dibagi menjadi 4 kategori, yaitu sangat berminat, berminat, kurang berminat, sangat kurang berminat. Jadi, intervalnya berjumlah 4.
Interval masing-masing kelas dan kategori minat belajar siswa ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 5. Pemberian Kategori Kuesioner Minat Belajar Siswa
Rentang Skor Frekuensi Kategori Minat
34 – 41 Sangat berminat
26 – 33 Berminat
18 – 25 Kurang berminat
10 – 17 Sangat kurang berminat
Selanjutnya, untuk mengetahui apakah ada perbedaan minat siswa terhadap pembelajaran pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol digunakan uji t-test independen. Dengan uji t-test independen peneliti dapat mengetahui minat belajar siswa terhadap pembelajaran pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Jika | | | | maka signifikan, berarti ada perbedaan minat belajar siswa pada kelas kontrol dan kelas ekperimen. Jika
| | | | maka tidak signifikan, berarti tidak ada perbedaan minat
40
BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan dilaksanakan pada tanggal 5 April 2014 sampai dengan 26 April 2014. Penelitian dilaksanakan pada saat jam pelajaran fisika berlangsung.
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti sebelumnya meminta ijin kepada pihak sekolah, yaitu kepada kepala sekolah untuk meminja ijin secara informal. Setelah mendapat ijin dari kepala sekolah, peneliti diminta untuk menyiapkan surat dan proposal penelitian. Pada tanggal 5 April 2014, peneliti bertemu kepala sekolah untuk memberikan surat dan proposal penelitian. Pada hari tersebut peneliti dipertemukan dengan wakil kepala sekolah bagian kurikulum untuk melihat jadwal pelajaran fisika kelas XI IPA. Peneliti tidak bertemu dengan guru fisika kelas XI IPA, karena pada hari tersebut guru yang bersangkutan tidak masuk sekolah dikarenakan sakit.
adalah kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 3. Sedangkan kelas XI IPA 2 dan kelas XI IPA 4 jadwal pelajaran fisika termasuk pada hari libur nasional.
Pelajaran fisika untuk kelas XI IPA 1 dilaksanakan 2 kali pertemuan dalam satu minggu yaitu pada hari selasa dan hari kamis. Alokasi waktu untuk pelajaran fisika pada hari selasa yaitu 2 x 45 menit, dan alokasi waktu pada hari kamis yaitu 2 x 45 menit. Begitu pula untuk kelas XI IPA 3, pelajaran fisika dilaksanakan 2 kali pertemuan dalam satu minggu yaitu pada hari senin dan hari kamis. Alokasi waktu untuk pelajaran fisika pada hari senin yaitu 2 x 45 menit, dan alokasi waktu pada hari kamis yaitu 2 x 45 menit.
Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai guru dan fasilitator dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Proses pengambilan data dijelaskan sebagai berikut:
1. Sebelum Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti menyiapkan instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan ada dua jenis yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengambilan data. Instrumen pembelajaran terdiri dari RPP, LKS, Petunjuk penggunaan alat (jangka sorong dan neraca Ohaus), alat-alat praktikum viskositas zat cair seperti tabung, jangka sorong dan neraca Ohaus. Sedangkan instrumen pengambilan data antara lain soal pre-test, soal post-test, kuesioner minat belajar, serta alat dokumentasi berupa kamera digital.
di kelas selama melaksanakan proses pembelajaran. Observasi laboratorium fisika bertujuan untuk mengetahui keadaan, kelengkapan, kesiapan laboratorium fisika. Observasi laboratorium fisika dilakukan sebanyak 2 kali. Pertama pada hari senin 7 April 2014 dan kedua pada hari selasa 8 April 2014.
Berdasarkan observasi laboratorium fisika SMA Negeri 1 Waingapu bahwa alat eksperimen laboratorium masih kurang lengkap. Alat untuk eksperimen yang tersedia antara lain alat-alat ukur (mikrometer sekrup, jangka sorong, neraca Ohaus, meteran, basicmeter, termometer), catu daya, kabel-kabel, resistor, dan masih ada beberapa alat yang belum bisa peneliti sebutkan karena masih ada di dalam kardus.
Observasi keadaan siswa selama proses pembelajaran di kelas dilakukan pada hari sabtu 5 April 2014 di kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 3 yang dibimbing oleh guru BK, Ibu Yuliana Oli Buli.
2. Selama Melaksanakan Penelitian
Berikut adalah jadwal dan proses pengambilan data yang dilakukan di kelas XI IPA seperti pada tabel berikut:
Tabel 6. Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas Kontrol (XI IPA 3)
No Hari/ tanggal Pukul Kegiatan Peneliti
1 Senin, 7 April 2014 10.15 – 11.15 Perkenalan
Menyampaikan secara garis besar penelitian yang akan dilakukan
2 Kamis, 10 April 2014 12.20 – 13.50 Melaksanakan metode ceramah yaitu:
Menyampaikan bahan yang akan dipelajari hari ini Peneliti menyampaikan
tujuan pembelajaran dan indikator pembelajaran yang harus dicapai siswa
Melakukan tanya jawab materi viskositas zat cair Meminta siswa
menyampaikan pendapat tentang penerapan viskositas zat cair dalam kehidupan sehari-hari
Meminta siswa
menyimpulkan pengertian viskositas zat cair
Menjelaskan Hukum Stokes untuk fluida kental terminal dalam fluida kental Menyelesaikan latihan soal
untuk menentukan koefisien kekentalan zat cair dan menentukan jari-jari bola/ kelereng yang bergerak dalam fluida kental
Bersama siswa merangkum materi yang telah dipelajari dari pertemuan sebelumnya 4 Sabtu, 26 April 2014 09.00 – 10.30 Memberikan post-test, dan
Tabel 7. Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas Eksperimen (XI IPA 1)
No Hari/ tanggal Pukul Kegiatan Peneliti
1 Selasa, 8 April 2014 10.50 – 12.20 Perkenalan
Menyampaikan secara garis besar penelitian yang akan dilakukan
Memberikan pre-test kepada siswa
Membagi siswa ke dalam kelompok
Membagi petunjuk penggunaan alat kepada siswa dan menjelaskan cara pengukurannya
Mendampingi siswa dalam kelompok melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong dan neraca Ohaus.
Penelitian tidak berjalan sesuai dengan rencana dikarenakan beberapa hal sebagai berikut:
a. Pada hari Kamis tanggal 10 April 2014, terjadi pengurangan jam pelajaran karena adanya rapat guru.
b. Saat peneliti melaksanakan penelitian, tidak seluruh sampel bisa diteliti karena ada beberapa siswa yang sakit sehingga siswa tersebut tidak bisa mengikuti pelajaran.
Adapun proses pelaksanaan penelitian dijelaskan sebagai berikut:
1. Kelas Kontrol (XI IPA 3)
a. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Senin, 7 April 2014
Pada hari Senin, peneliti masuk kelas pada pukul 10.15 WITA bersama guru fisika yaitu Ibu Kristina Adelheid Raga. Jam pelajaran terpotong 30 menit karena sebelumnya siswa mengikuti jam pelajaran olahraga.
Berikut adalah aktivitas siswa saat mengerjakan soal pretest:
Gambar 3. Suasana Pretest kelas XI IPA 3
b. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Kamis, 10 April 2014
memperhatikan temannya ketika memberikan jawaban karena masih membuka buku paket fisika.
Beberapa siswa mengajukan pertanyaan tentang penerapan viskositas lainnya, peneliti memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya. Setelah itu, siswa menyimpulkan sendiri tentang pengertian viskositas zat cair, peneliti memberikan penegasan pada jawaban siswa yang kurang tepat. Setelah menyimpulkan setiap siswa menulis jawabannya di buku catatan fisika. Selanjutnya peneliti menjelaskan konsep hukum Stokes untuk fluida kental dan konsep kecepatan terminal dalam fluida kental. Pembelajaran di akhiri dengan merangkum kembali apa yang telah siswa peroleh.
c. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Kamis, 24 April 2014
digunakan, ada juga yang mencocokkan jawaban kepada temannya. Selanjutnya, peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju menulis jawabannya di papan tulis, sedangkan siswa yang lainnya mengoreksi pekerjaan temannya apakah sama dengan jawaban mereka atau masih ada yang belum lengkap. Ada yang mengomentari penulisan rumusnya kurang benar, ada yang mengomentari jawaban yang ditulis temannya kurang benar, ada juga yang mengomentari tentang konversi satuan. Peneliti menunjuk siswa yang lain untuk melengkapi jawaban temannya di papan tulis.
d. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Sabtu, 26 April 2014
Pada hari ini tidak ada jadwal pelajaran fisika, namun peneliti meminta ijin kepada guru KWN pada hari sebelumnya, karena guru yang bersangkutan tidak dapat hadir pada hari Sabtu. Peneliti meminta jam pengganti seperti disarankan oleh guru pamong karena pada hari sabtu jam pelajaran KWN tidak ada.
Peneliti mengecek kehadiran siswa, satu siswa tidak hadir karena sakit. Kemudian peneliti membagikan soal posttest, seusai mengerjakan soal posttest, peneliti membagikan lembar kuesioner kepada setiap siswa. Peneliti mengulas kembali tentang apa saja yang telah diperoleh siswa mengenai materi viskositas zat cair, lalu siswa menyimpulkan dan bercerita singkat pengalaman apa saja yang diperoleh selama mengikuti pelajaran.
2. Kelas Eksperimen (XI IPA 1)
a. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Selasa, 8 April 2014
mengeluh belum belajar dan ketika pretest dilaksanakan, beberapa siswa berbicara dengan temannya sehingga membuat kelas menjadi ribut, akibatnya ruangan kelas kurang kondusif.
b. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Kamis, 10 April 2014
Pada hari kamis terjadi pengurangan jam pelajaran karena ada rapat guru. Peneliti membuka pelajaran dengan memberikan salam, mengecek kehadiran dan kesiapan siswa. Pada hari itu, ada satu siswa tidak hadir dikarenakan ijin mengikuti Kejuaraan Pencak Silat di Denpasar.
Peneliti menjelaskan kegiatan yang dilakukan diantaranya menyampaikan secara garis besar topik yang dipelajari, menyampaikan tujuan pembelajaran dan indikator yang harus dicapai oleh siswa. Kemudian siswa dibentuk dalam kelompok, peneliti membagi siswa dalam 6 kelompok berdasarkan nomor urut, sehingga siswa yang menyebut nomor yang sama bergabung menjadi satu kelompok. Peneliti membagikan lembar petunjuk penggunaan alat kepada siswa, setiap kelompok sudah disediakan jangka sorong dan neraca Ohaus, namun ada satu kelompok yang tidak mendapatkan jangka sorong dan neraca Ohaus karena alatnya terbatas. Siswa yang tidak mendapat alat masing-masing bergabung untuk sementara dengan kelompok yang lain.
penggunaan alat kemudian peneliti menjelaskan kembali cara pengukurannya. Tidak semua siswa memperhatikan penjelasan peneliti, karena sebagian siswa masih mencoba alatnya. Peneliti mendampingi setiap kelompok saat melakukan pengukuran, setelah itu setiap siswa dalam kelompok wajib melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong dan neraca Ohaus serta mengambil data hasil pengukurannya. Peneliti mengunjungi dan mengecek cara membaca hasil ukur di setiap kelompok dan memastikan apakah siswa sudah memahami dengan bertanya kepada siswa berapa hasil pengukurannya apakah sudah benar atau belum.
Setelah seluruh siswa sudah melakukan pengukuran, peneliti memberikan penjelasan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum selanjutnya.
c. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Selasa, 22 April 2014
langkah-langkah percobaan. Peneliti memberikan penjelasan dan praktikum dilanjutkan. Kegiatan praktikum berjalan cukup lancar namun pada saat praktikum suasana kelas kurang kondusif karena siswa ribut. Peneliti mengunjungi dan mengecek setiap kelompok, siswa selalu bertanya apabila masih ada yang belum dipahami.
Gambar 5. Siswa melakukan praktikum viskositas zat cair
d. Pelaksanaan Penelitian Pada Hari Kamis, 24 April 2014
sekolah mengikuti Kejuaraan Pencak Silat, 2 siswa sakit dan 1 siswa lainnya tanpa keterangan.
Peneliti membagikan soal posttest , seusai mengerjakan soal posttest, peneliti membagikan lembar kuesioner kepada setiap siswa. Peneliti mengulas kembali tentang eksperimen yang telah dilakukan, lalu siswa menyimpulkan dan bercerita singkat pengalaman apa saja yang diperoleh selama melakukan eksperimen.
Gambar 6. Siswa mengerjakan soal posttest
B. Data dan Analisis Data
1. Analisis Kuantitatif Pemahaman Siswa a. Data Pretest dan Posttest
IPA 1 dan XI IPA 3 dalam bentuk skor. Jumlah sampel yang dapat diteliti untuk tingkat pemahaman konsep yaitu sebanyak 69 siswa.
Berikut adalah hasil skoring pretest dan posttest. Hasil skoring pretest dan posttest kelas eksperimen seperti tabel 8:
Tabel 8. Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen
Kode Siswa Pretest Posttest
Siswa 30 35 75
Siswa 31 39 73
Siswa 32 49 73
Siswa 33 16 57
Siswa 34 31 80
Rata-rata 43.235 75.162
Hasil skoring pretest dan posttest kelas kontrol seperti tabel 9. Tabel 9. Data Pretest dan Posttest Kelas kontrol
Kode Siswa Pretest Posttest
Siswa 28 38.5 72.5
Rata-rata 38.014 66.243
b. Analisis Data
1. Untuk mengetahui apakah metode inquiry meningkatkan pemahaman siswa atau tidak.
1). Menguji pretest kelompok eksperimen-kelompok kontrol apakah sama. Dengan menggunakan uji t-independen didapatkan hasil seperti tabel SPSS berikut:
Tabel 10. Analisis SPSS Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Group Statistics
Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. T df NILAI Equal variances
assumed 7.548 .008 1.228 67 .224 5.2210 4.2501 -3.2622 13.7042 Equal variances
Keterangan t = 1,235; P= 0,222 0,05 hal ini berarti tidak Significant. Pretest kelas kontrol dan pretest kelas eksperimen tidak berbeda, setara.
Berarti pretest kelompok kontrol tidak berbeda dengan kelompok eksperimen. Dengan kata lain, pada kondisi awal kedua kelompok kelas sama-sama menunjukkan kemampuan yang sama.
2). Menguji apakah metode inquiry meningkatkan pemahaman siswa. Pretest dan posttest kelompok eksperimen diuji dengan uji t- dependen dan didapatkan hasil seperti tabel berikut:
Tabel 11. Analisis SPSS Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 NILAIPRETEST 43.235 34 14.0671 2.4125
NILAIPOSTTEST 75.162 34 10.9473 1.8775
pembelajaran dengan metode inquiry meningkatkan pemahaman siswa pada materi viskositas zat cair.
3). Apakah metode ceramah meningkatkan pemahaman konsep siswa. Pretest dan posttest kelompok kontrol diuji dengan uji t- dependen dan didapatkan hasil seperti tabel berikut:
Tabel 12. Analisis SPSS Pretest dan Posttest Kelas Kontrol Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 NILAIPRETEST 38.014 35 20.5385 3.4716
NILAIPOSTTEST 66.243 35 16.6205 2.8094
Paired Samples Test
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 NILAIPRETEST
–
NILAIPOSTTE ST
-28.2286 16.1101 2.7231 -33.7626 -22.6946 -10.366 34 .000
Keterangan t = - 10,366; P= 0,000 0,05 maka hasilnya Signifikan, berarti Posttest berbeda dengan Pretest pada kelas kontrol. Posttest lebih baik dari Pretest (meanposttest = 66,243 dan meanpretest = 38,014).
4). Menguji apakah posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama. Dengan menggunakan uji t-independen didapatkan hasil seperti tabel SPSS berikut:
Tabel 13. Analisis SPSS Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Variances t-test for Equality of Means F Sig. T Df
2. Analisis Kualitatif Pemahaman Konsep Siswa 1). Kelas Kontrol (XI IPA 3)
Untuk mengetahui perubahan pemahaman konsep, peneliti menganalisis secara kualitatif jawaban soal pretest dan posttest. Analisis kualitatif ini dibahas berdasarkan jawaban siswa secara umum di kelas kontrol baik hasil pretest maupun posttest. Hasil jawaban pemahaman konsep siswa dimasukkan dalam tabel berikut:
Tabel 14. Hasil Analisis Pemahaman Konsep Siswa Kelas Kontrol
KONSEP PRETEST POSTTEST
Semakin besar kekentalan
Benda yang dijatuhkan di dalam fluida kental bergerak dengan kecepatan yang kecil.
Secara umum siswa belum menjelaskan semakin susah fluida itu mengalir maka kecepatan mengalir benda semakin kecil. Sebaliknya,
mencapai kecepatan terminal ini gaya-gaya yang bekerja pada bola yaitu gaya berat benda, gaya ke atas yang dikerjakan fluida dan gaya gesekan yang dikerjakan fluida adalah seimbang. yang bekerja pada bola yaitu gaya berat benda, gaya ke atas yang dikerjakan fluida dan gaya gesekan yang dikerjakan fluida adalah seimbang.
2). Kelas Eksperimen (XI IPA 1)
Untuk mengetahui perubahan pemahaman konsep, peneliti menganalisis jawaban pretest dan jawaban posttest. Analisis kualitatif ini dibahas berdasarkan jawaban siswa secara umum di kelas eksperimen baik hasil pretest maupun posttest. Hasil jawaban pemahaman konsep siswa dimasukkan dalam tabel berikut:
Tabel 15. Hasil Analisis Pemahaman Konsep Siswa Kelas Eksperimen
KONSEP PRETEST POSTTEST
Semakin besar
Jawaban pretest ini merupakan jawaban siswa secara umum di kelas eksperimen
Semua siswa memberikan jawaban dan menjelaskan konsep dengan benar yaitu semakin besar kekentalan suatu fluida (viskositas), semakin susah fluida itu mengalir maka semakin kecil kecepatan mengalir sebuah benda.
Kecepatan bola ketika dijatuhkan berbeda dengan kecepatan bola selama bergerak di dalam fluida kental. Bola ketika dijatuhkan bebas ke tetap. Kecepatan ini yang disebut kecepatan
terminal. Pada saat mencapai kecepatan terminal ini gaya-gaya yang bekerja pada bola yaitu gaya berat benda, gaya ke atas yang gesek dan gaya ke atas, sedangkan ketika bola bergerak di dalam fluida yang mempengaruhi adalah gaya berat dan kekentalan fluida bergerak di dalam fluida kental. Bola ketika
dijatuhkan bebas ke dalam fluida kental kecepatannya makin membesar, hingga suatu saat dalam
pergerakannya mencapai suatu kecepatan terbesar yang tetap. Kecepatan ini yang disebut kecepatan terminal. Pada saat mencapai kecepatan terminal ini gaya-gaya yang bekerja pada bola yaitu gaya berat benda, gaya ke atas yang
dikerjakan fluida dan gaya gesekan yang dikerjakan fluida adalah seimbang.
Berdasarkan hasil pemahaman konsep siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen pada tabel di atas, selanjutnya peneliti menganalisis pemahaman konsep awal siswa sebelum diberikan treatmen dan pemahaman konsep akhir siswa sesudah diberikan treatmen. Hasil analisisnya adalah sebagai berikut:
(1) Kelas Kontrol