• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUPERVISI KELOMPOK DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PENGAWAS TERHADAP KINERJA GURU PAI DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI DI KOTA SALATIGA TAHUN 2017)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH SUPERVISI KELOMPOK DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PENGAWAS TERHADAP KINERJA GURU PAI DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI DI KOTA SALATIGA TAHUN 2017)"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI DI KOTA SALATIGA TAHUN 2017)

Oleh

KHAIRUSSALEH NIM. 12010150057

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Judul :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi data supervisi kelompok, komunikasi interpersonal pengawas, motivasi kerja guru dan kinerja guru PAI di Kota Salatiga tahun 2017 dan pengaruh secara parsial variabel supervisi kelompok, komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru PAI dengan motivasi kerja sebagai variabel intervening.

Jenis penelitian ini adalah field research dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan termasuk penelitian ekspalanatif, dimana menjelaskan hubungan dan pengaruh melalui pengujian hipotesis. Populasi penelitian ini adalah guru PAI se-Kota Salatiga dengan jumlah sampel penelitian 80 orang guru PAI.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) motivasi kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru PAI (2) supervisi kelompok pengawas berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja guru PAI (3) komunikasi interpersonal pengawas berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja guru PAI (4) supervisi kelompok pengawas berpengaruh positif dan signifikan secara tidak langsung melalui variabel motivasi kerja terhadap kinerja guru PAI dan (5) komunikasi interpersonal pengawas berpengaruh positif dan signifikan secara tidak langsung melalui variabel motivasi kerja terhadap kinerja guru PAI. Hasil penelitian ini juga menjawab research gap kinerja guru dan menyimpulkan bahwa supervisi pengawas berpengaruh terhadap kinerja guru.

Kata kunci : Supervisi kelompok, komunikasi interpersonal pengawas, motivasi kerja guru, kinerja guru PAI

(6)

ABSTRACT

The Effect of Supervision group and supervisor interpersonal

communication on performance PAI’s teacher using motivation to

work as an intervening variable (Studies in Salatiga City 2017)

This study aims to determine variation in the data supervision group, interpersonal communication supervisor, work motivation of teacher and teacher performance PAI in Salatiga 2017 and influence in partial supervision of the group, interpersonal communication on performance PAI’s teacher with motivation to work as an intervening variable.

The research is a field research using quantitative approach and included as explanatory research, which describes the relationship and influence through hypothesis testing. The study population was a teacher PAI as the city of Salatiga with a sample of 80 PAI teachers.

The results showed that (1) the work motivation influence positively and significantly to the performance of PAI’s teachers (2) supervision group had a positive and significant effect on work motivation of PAI’s teachers (3) interpersonal communication supervision positive and significant effect on work motivation of PAI’s teachers (4 ) supervision watchdog group positive and significant impact indirectly through work motivation on performance PAI’s teacher and (5) interpersonal communication watchdog positive and significant impact indirectly through work motivation on performance PAI’s teacher. The results also answer the research gap teacher performance and concluded that the regulatory supervision had a significant impact through performance of teachers.

(7)

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini. Penelitian yang berjudul Pengaruh Supervisi Kelompok dan Komunikasi Interpersonal Pengawas terhadap Kinerja Guru PAI dengan Motivasi Kerja sebagai Variabel Intervening (Studi di Kota Salatiga Tahun 2017) ini merupakan syarat akhir memperoleh gelar Magister Pendidikan.

Melalui prakata ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag., selaku Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga. 3. Dr. Faqih Nabhan, M.M., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

membantu dan membimbing penulis dalam penyelesaian tesis ini.

4. Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI yang telah memberikan kesempatan dan bantuan dana untuk menempuh studi S2 ini.

5. Bupati Bangka, Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Sekolah SDN 17 Belinyu yang telah memberikan izin penulis menempuh studi S2.

6. Seluruh Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat berharga kepada penulis selama menimba ilmu di IAIN Salatiga.

(8)

dan guru-gutru PAI se-Kota Salatiga yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.

8. Kedua orang tuaku dan mertuaku yang selalu memberikan cintanya sepanjang masa.

9. Istri terkasih Kartini, S.H.I. beserta anak-anakku Amir Ali Al-Ghifari dan Muhammad zafran Khoiri yang selalu memberikan dukungan dan kekuatan dalam perjuangan ini.

10. Saudara-saudaraku, Desmarliza, S.Sos.I., Marliana, S.Pd., dan Mustaqimah, S.Sos., beserta keluarga yang telah memberikan dukungan moril maupun materi. 11. Bapak Rushanda, M.Pd. dan Cek gu Sagita Sierapati, S.Pd. yang rela berkorban

waktu, tenaga dan pikiran membantu penulis selama proses pendidikan ini. 12. Teman-teman seperjuangan, baik suka maupun duka saling memberikan support

dan dukungan.

Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian. Saran yang bersifat konstruktif merupakan hal yang sangat berarti bagi penulis, guna perbaikan di masa mendatang. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan nikmat dan karunianya kepada kita semua. Aamiin.

Salatiga, 22 Mei 2017 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, HIPOTESIS...13

(10)

C. Variabel Penelitian...41

D. Populasi dan Sampel Penelitian...44

E. Sumber Data...45

F. Metode Pengumpulan Data...45

G. Tehnik Analisa Data...46

BAB IV HASIL ANALISA DATA...51

A. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian...51

B. Hasil Analisis Deskripsi Penelitian...56

C. Hasil Uji Asumsi Klasik...61

D. Hasil Uji Hipotesis...63

E. Pembahasan Hasil Penelitian...73

F. Path Analysis...77

BAB V PENUTUP...80

A. Simpulan...80

B. Saran...81 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1. Research gap...5

2. Tabel 2.1. Skema penelitian...39

3. Tabel 3.1. Variabel dan indikator penelitian...42

4. Tabel 4.1. Hasil uji coba instrument supervisi kelompok...52

5. Tabel 4.2. Hasil uji coba instrument komunikasi interpepersonal...53

6. Tabel 4.3. Hasil uji coba instrument motivasi kerja guru...54

7. Tabel 4.4. Hasil uji coba instrument kinerja guru...54

8. Tabel 4.5. Hasil uji realibilitas data instrument penelitian...55

9. Tabel 4.6. Hasil analisis deskriptif variabel penelitian...56

10. Tabel 4.7. Deskripsi supervisi kelompok pengawas...57

11. Tabel 4.8. Deskripsi komunikasi interpersonal pengawas...58

12. Tabel 4.9. Deskripsi motivasi kerja guru...59

13. Tabel 4.10. Deskripsi kinerja guru PAI...60

14. Tabel 4.11. Hasil uji coba normalitas...61

15. Tabel 4.12. hasil uji coba multikolinearitas...62

16. Tabel 4.13. Hasil uji coba heteroskedastisitas...63

17. Tabel 4.14. Hasil uji pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru PAI.64 18. Tabel 4.15. Hasil uji pengaruh supervisi kelompok terhadap motivasi kerja...65

19. Tabel 4.16. Hasil uji pengaruh supervisi kelompok terhadap kinerja guru PAI...67

20. Tabel 4.17. Hasil uji pengaruh komunikasi interpersonal pengawas terhadap motivasi kerja guru...69

21. Tabel 4.18. Hasil uji pengaruh komunikasi interpersonal pengawas terhadap kinerja guru PAI...70

22. Tabel 4.19 Hasil Uji F...72

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data angket penelitian

2. Hasil uji normalitas dan realibilitas penelitian 3. Hasil uji hipotesis

4. Pedoman angket penelitian 5. Foto kegiatan penelitian

6. Surat keterangan melakukan penelitian.

7. Surat rekomendasi penelitian dari Kesbangpol Kota Salatiga. 8. Biografi penulis.

(13)

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005pasal 1 disebutkan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah”. Selanjutnya dalam pasal 8 disebutkan guru wajib

memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Menurut Syaiful Sagala, selain tugas utama mengajar ada beberapa tugas prinsip yang harus diketahui dan dikuasai guru yaitu : tugas administrasi kurikulum dan pengembangannya, pengelolaan peserta didik, personel, prasarana dan sarana, keuangan, layanan khusus, dan hubungan sekolah-masyarakat.1

Melihat dari tugas dan kewajiban di atas, beban dan tanggung jawab kinerja seorang guru sangat besar dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Kemampuan guru dalam mengajar menjadi jaminan tinggi rendahnya kualitas pembelajaran. Untuk itu peningkatan kinerja guru perlu dilakukan baik oleh guru itu sendiri dengan motivasi yang dimilikinya, maupun oleh pihak pengawas atau juga kepala sekolah melalui pembinaan-pembinaan. Dalam teori Husanker yang

1

(14)

dikutip Supardi, kinerja = ability + motivasi.2 Robbins juga mengemukakan bahwa kinerja merupakan interaksi antara ability dengan motivation.3 Teori ini menunjukkan bahwa orang yang mempunyai ability yang tinggi tetapi memiliki motivasi yang rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah. Atau jika seseorang memiliki motivasi yang tinggi tetapi ability rendah, kinerjanya juga akan rendah. Konsep teori ini adalah untuk mengukur kinerja guru dapat dilakukan dengan menelaah kemampuan dasar (ability) guru atau pelaksanaan kompetensi dasar guru atau motivasinya dalam bekerja.

Peningkatan kinerja guru selain dengan motivasi, juga diperlukan pembinaan dan pengawasan dari pengawas sekolah. Menurut Glickman yang dikutip Masaong, kualitas proses pembelajaran dan kualitas peserta didik tidak dapat dipisahkan dari tiga komponen, yaitu pengawas, guru dan peserta didik.4 Kualitas dari peserta didik banyak dipengaruhi oleh kualitas guru, dan kualitas guru banyak dipengaruhi oleh kualitas pengawasan dari supervisor. Gwyn yang dikutip Sagala juga mengatakan, salah satu fungsi utama supervisor adalah mengembangkan dan memperbaiki kinerja guru, baik secara individu maupun secara kelompok.5Menurut Supardi, tujuan supervisi pembelajaran secara umum adalah untuk memantau dan mengawasi kinerja guru dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing agar para

2

Supardi,Kinerja Guru,Jakarta: Rajawali Press, 2014, 47.

3

Supardi,Kinerja...,47.

4

Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru,

Bandung: Alfabeta, 2013, 71.

5

(15)

guru dan tenaga kependidikan tersebut bekerja secara profesional dan mutu kinerjanya meningkat.6 Artinya bahwa peran pengawas dalam membina guru sangat penting sebagai upaya meningkatkan kinerja guru.

Dengan adanya supervisi akademik pengawas maka sesuai dengan tujuannya pengawas akan memberi layanan bimbingan kepada guru untuk meningkatkan kinerja guru. Frans Sudirjo dalam penelitiannya menemukan bahwa supervisi berpengaruh positif terhadap kinerja guru.7 Dalawi, dkk., menemukan bahwa supervisi akademik dapat meningkatkan kinerja atau profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran.8 Marjianto juga menyatakan bahwa supervisi kepala sekolah berpengaruh positif terhadap nilai kinerja guru.9

Wyn, dkk., juga menemukan bahwa supervisi pengawas sekolah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru.10 Rauh, dkk., juga menemukan bahwa supervisi akademik kepala sekolah berkontribusi secara

6

Supardi,Kinerja...,80.

7

Frans Sudirjo dan Deriana Rekno Wulan, “Pengaruh Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Untuk Peningkatan Kinerja Guru”,e-JurnalSerat Acitya Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, Volume 2, Nomor 3 (2013).

8

Dalawi, dkk., “Pelaksanaan Supervisi Akademik Pengawas Sekolah Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Smp Negeri 1 Bengkayang”,e-JurnalPendidikan dan Pengajaran, Volume 2, Nomor 3 (2013).

9

Marjianto,“Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Kompetensi Profesional Guru Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri 2 Jatiroto Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah”,Jurnal Sains Sosial dan Agama, Volume 1, Nomor 1 (Juli 2015), 102-109.

10

(16)

signifikan terhadap kinerja guru.11 Penelitian-penelitian tersebut mengindikasikan bahwa supervisi yang dilakukan pengawas atau kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap upaya peningkatan kinerja guru.

Meskipun demikian, terdapat juga penelitian yang menemukan bahwa supervisi pengawas akademik tidak berpengaruh terhadap kinerja guru. Hadi Fatkhurokhim menemukan bahwa supervisi pendidikan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru.12 Fuad Hartadi menyatakan bahwa pengaruh supervisi akademik pengawas sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru.13Ernawati dan Marjono juga menemukan bahwa supervisi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja Guru.14Muhyi, Dantes, dan Lasmawan menyatakan supervisi pembelajaran pengawas tidak memberikan kontribusi signifikan terhadap kinerja mengajar guru.15 Wilis Werdiningsih mengatakan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara supervisi kepala

11

I Nyoman Rauh, dkk., “Kontribusi Gaya Kepemimpinan, Supervisi Akademik Kepala Sekolah, dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Guru SD di Gugus III Kec. Sukasada”,e-Journal

Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Program Studi Administrasi Pendidikan, Volume 4 (2013).

12

Hadi Fathurrohim,“Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Terhadap Kinerja Guru Di Sekolah Dasar”,Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Edisi 33, Tahun ke-5 (2016), 114-120.

13

Fuad Hartadi, “Pengaruh Supervisi Akademik Pengawas Sekolah dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru pada SMK Negeri di Kabupaten Gunungkidul”, Tesis, UGM Yogyakarta, 2013, 59.

14

Ernawati dan Marjono, “Pengaruh Supervisi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru”,

Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia, Vol. 2, Nomor 1, (Desember 2007), 11–22.

15

(17)

sekolah dengan kinerja guru.16 Artinya jika variabel supervisi kepala sekolah meningkat maka kinerja guru akan menurun dan sebaliknya. Bahkan Sailesh Sharma, dkk., mengatakan peranan pengawas hanyalah sekedar menyelesaikan pekerjaan mereka di atas kertas saja, supervisi pengawas tidak bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru dan hanya proses untuk mencari kesalahan guru.17

Dari telaah beberapa hasil temuan penelitian di atas maka ditemukan inkonsistensi hasil penelitian pengaruh supervisi akademik pengawas terhadap kinerja guru. Berikut disarikan peneliti dan hasil temuannya yang menunjukkan adanya gap dalam tabel di bawah ini :

Tabel 1.1. Research Gap

Gap Penulis Temuan

Isu : Supervisi Akademik

Research Gap: Terdapat perbedaan hasil penelitian pengaruh supervisi pengawas terhadap kinerja guru

supervisi pendidikan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru.

Fuad Hartadi (2013)

pengaruh supervisi akademik pengawas sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru Ernawati,

Marjono (2007)

supervisi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja Guru SD di Kecamatan Jenawi

Supervisi pembelajaran pengawas tidak memberikan kontribusi signifikan terhadap terhadap kinerja mengajar guru.

16

Wilis Werdiningsih,“Korelasi Supervisi Kepala Sekolah dan Iklim Kerja dengan Kinerja Guru SMK 2 Ponorogo”, Tesis, STAIN Ponorogo, 2015, 1.

17

(18)

Sailesh Sharma, dkk.

(2011)

Supervisi pengawas tidak bertujuan meningkatkan kinerja dan profesionalisme guru, tetapi cenderung menghina dan menghukum guru.

Wilis Werdiningsih

2015

Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru. Artinya, jika variabel supervisi kepala sekolah meningkat maka kinerja guru akan menurun dan

Supervisi berpengaruh positif terhadap Kinerja guru SMP N 33 Semarang.

Marjianto (2015)

supervisi kepala sekolah dan kompetensi profesional) berpengaruh terhadap nilai kinerja guru.

supervisi akademik di SMP Negeri 1 Bengkayang dinilai dapat meningkatkan kinerja atau profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran

Terdapat kontribusi yang signifikan antara supervisi pengawas sekolah, gaya kepemimpinan kepala sekolah, dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru

I Nyoman Rauh, Dantes, Anggan.

(2013)

Supervisi akademik kepala sekolah berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja guru

Implementasi supervisi akademik pengawas PAI, berdasarkan Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah tahun 2012 dinyatakan bahwa ekuivalensi kegiatan kerja pengawas pendidikan agama Islam sekolah dasar terhadap 24 jam tatap muka menggunakan pendekatan minimal 60 orang guru PAI TK/SD/SLB.18

18

(19)

Berdasarkan pra survey, jumlah pengawas PAI di Kota Salatiga berjumlah 2 orang dengan wilayah binaan 4 kecamatan yang terdiri dari 225 orang guru PAI tingkat SD, 32 orang guru PAI SMP dan 30 orang guru PAI tingkat SMA. Jumlah pengawas yang tidak seimbang dengan jumlah guru, menyebabkan proses supervisi oleh pengawas kurang efektif dan efisien dan komunikasi pengawas terhadap guru PAI menjadi tidak merata. Selain itu pelaksanaan supervisi oleh pengawas cenderung bersifat administratif, kurang menyentuh kepada peningkatan kemampuan profesional guru PAI dalam upaya peningkatan kinerja guru. Fathurrahman berpendapat bahwa supervisi pengawas di sekolah lebih merupakan supervisi rutin untuk memeriksa kelengkapan administrasi sekolah, kegiatan rutin guru-guru dan kondisi fisik sekolah agar sesuai dengan pedoman yang dibakukan.19 Teshome dalam penelitiannya mengatakan bahwa pengawasan yang berbasis sekolah tidak efektif berdasarkan pendekatan kepengawasan.20 Maka salah satu solusi alternatif yang mungkin efektif dan efisien adalah dengan melakukan supervisi dengan teknik kelompok.

Teknik supervisi kelompok dinilai efektif karena supervisor tidak perlu mendatangi guru-guru PAI satu persatu ke sekolah masing-masing, cukup dengan mengumpulkan guru-guru PAI pada satu tempat untuk dilakukan supervisi. Supervisi kelompok ini dapat dilakukan di Kelompok Kerja Guru

19

Pupuh Fathurrahman dan AA. Suryana,Supervisi Pendidikan dalam Pengembangan Proses Pengajaran,Bandung: Refika Aditama, 2011, 144.

20

(20)

(KKG) untuk sekolah dasar, dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) untuk SMP dan SMA.

Pelaksanaan supervisi akan berjalan dengan baik jika terjalin komunikasi interpersonal yang baik antara pengawas dengan guru yang disupervisi. D. McQuail yang dikutip Peter Hartley berkata “All social interaction is

necessarily communicative and any social process presumes a communication

process”.21 Komunikasi yang baik akan memberikan dampak yang luas terhadap kinerja guru. Tidak seimbangnya antara jumlah pengawas dengan guru, akan berdampak tidak efektifnya komunikasi antara pengawas dan guru, komunikasi cenderung tidak merata. Hal ini tentu akan menghambat keberhasilan dari supervisi itu sendiri. Robbins mengatakan bahwa salah satu kekuatan yang paling menghambat suksesnya kinerja pegawai adalah kurangnya komunikasi yang efektif.22

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini dimulai dari adanya masalah perbedaan hasil temuan penelitian mengenai pengaruh supervisi pengawas terhadap kinerja guru, dan adanya fenomena empirik pengawas dalam melaksanakan supervisi, maka masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini

“Bagaimana Pengaruh Supervisi Kelompok dan Komunikasi Interpersonal

Pengawas terhadap Kinerja Guru PAI dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervening (Studi di Kota Salatiga Tahun 2017)”.

21

Peter Hartley,Interpersonal Communication,London and New York:Routledge, 1996, 2.

22

(21)

B. Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Mengacu pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : (a) Jumlah pengawas dan guru PAI yang tidak seimbang menyebabkan pelaksanaan supervisi berjalan kurang maksimal. (b) Adanya inkonsistensi penelitian-penelitian terdahulu yang meneliti tentang pengaruh supervisi terhadap kinerja guru (c) pelaksanaan supervisi oleh pengawas kurang menyentuh peningkatan profesional guru PAI, (d) komunikasi interpersonal pengawas terhadap guru PAI kurang merata.

2. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi penelitian ini dengan fokus penelitian, yaitu supervisi kelompok dan komunikasi interpersonal pengawas, kinerja guru PAI Kota Salatiga tahun 2017, dan motivasi kerja sebagai variabel intervening.

3. Rumusan masalah

Berdasarkan masalah di atas, permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

(22)

b. Bagaimana persepsi guru PAI tentang pengaruh supervisi kelompok pengawas terhadap motivasi kerja guru PAI di Kota Salatiga tahun 2017?

c. Bagaimana persepsi guru PAI tentang pengaruh komunikasi interpersonal pengawas terhadap motivasi kerja guru PAI di Kota Salatiga tahun 2017 ?

d. Bagaimana persepsi guru PAI tentang pengaruh supervisi kelompok pengawas terhadap kinerja guru PAI di Kota Salatiga tahun 2017 ? e. Bagaimana persepsi guru PAI tentang pengaruh komunikasi

interpersonal pengawas terhadap kinerja guru PAI di Kota Salatiga tahun 2017?

C. Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

a. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru PAI di Kota Salatiga tahun 2017.

b. Pengaruh supervisi kelompok pengawas terhadap motivasi kerja guru PAI di Kota Salatiga tahun 2017.

(23)

d. Pengaruh supervisi kelompok pengawas terhadap kinerja guru PAI di Kota Salatiga tahun 2017.

e. Pengaruh komunikasi interpersonal pengawas terhadap kinerja guru PAI di Kota Salatiga tahun 2017.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah : a. Manfaat Teoretis.

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan di bidang Administrasi Pendidikan terutama dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Di samping itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran peneliti yang terkait dengan supervisi kelompok, komunikasi interpersonal, motivasi kerja dan kinerja guru. b. Manfaat Praktis

1) Bagi pengawas, sebagai bahan evaluasi dalam mengembangkan supervisi kelompok, komunikasi interpersonal, motivasi kerja dalam meningkatkan kinerja guru PAI.

(24)

3) Bagi guru PAI sebagai bahan masukan berkaitan dengan pentingnya komunikasi interpersonal dan motivasi kerja dalam peningkatan kinerja guru.

D. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami isi tesis ini, maka terlebih dahulu penulis sajikan tentang sistematika penulisan tesis secara garis besarnya sebagai beriku: Bab I : Menjelaskan tentang adalah bab pendahuluan, yang sub-sub babnya berisi tentang (a) Latar belakang, yang mendiskripsikan tentang hal-hal mendasar yang melatar belakangi masalah yang akan di teliti nanti; (b) Rumusan masalah, yang dijabarkan inti masalah yang perlu mendapat jawaban pada hasil penelitian ini, (c) Tujuan dan kegunaan penelitian, yang berisi tentang tujuan yang hendak dicapai dan kontribusi pemikiran dalam pengembangan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan penelitian; (d) garis-garis besar isi tesis yang berisi tentang sistematika pembahasan dalam tesis.

Bab II : Menjelaskan tentang kerangka teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, yang meliputi sub-sub bab, yaitu (1) Supervisi Kelompok,(2) motivasi kerja, (3) kinerja guru. (4) motivasi kerja, (5) tinjauan pustaka, yang berupa penelitian-penelitian yang relevan, dan (6) hipotesis penelitian.

(25)

penelitian; populasi dan sampel yang terdiri dari Guru PAI, defenisi operasional dari variabel yang diteliti, metode pengumpulan data dan analisis data.

Bab IV: Pembahasan hasil penelitian yang mencakup jawaban pengaruh supervisi kelompok dan komunikasi interpersonal pengawas dengan motivasi kerja sebagai variabel intervening terhadap kinerja guru PAI di Kota Salatiga tahun 2017.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang supervisi kelompok dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Tri Hartanti,23 dalam penelitiannya mengatakan bahwa supervisi kelompok dengan metode direktif efektif dalam meningkatkan layanan bimbingan dan konseling bagi guru kelas di Gugus IX Dhandhanggula UPTD Dikpora Kecamatan Jebres Kota Surakarta pada tahun pelajaran 2012/2013. Mulyadi,24 mengatakan bahwa melalui teknik supervisi kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan pendidikan karakter di sekolah. Melalui teknik supervisi kelompok ini terjalinnya hubungan kekeluargaan, kerjasama dan saling berbagi informasi serta menghargai pendapat orang lain sehingga dapat mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan pendidikan. Suryantini,25 dalam penelitiannya juga mengatakan supervisi manajerial dengan metode kelompok dapat meningkatkan kompetensi supervisi

23 Tri Hartanti, “Peningkatan Kemampuan Penyelenggaraan Layanan Bimbingan dan Konseling bagi Guru Kelas di Gugus IX Dhandhanggula UPTD Dikpora Jebres Surakarta Melalui

Supervisi Kelompok”,Jurnal Varia Pendidikan, Volume 28, Nomor 1 (Juni 2016), 24-34.

24

Muyadi, “Efforts To Improve Teachers Implementing Capabilities Through Character Education Technical Supervision Group At State Elementary School 17 Panyakalan District Of Solok

District Kubung”,Pedagogi, Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Volume XV, Nomor 2 (November 2015), 76-86.

25 Suryantini, “Peningkatan Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah Melalui Supervisi

(27)

kepala sekolah di Gugus II Bima UPTD Dikpora Kecamatan Serengan Kota Surakarta tahun pelajaran 2012/2013.

Berkaitan dengan variabel komunikasi interpersonal, Sri Rahayu,26 dalam penelitiannya mengatakan bahwa komunikasi interpersonal mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja guru. Meta Eka Setyana, dkk.,27 juga mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Hartanti, Mulyadi dan Suryantini dengan penelitian ini variabel independennya adalah teknik supervisi kelompok, tetapi berbeda dalam vaiabel dependennya. Hartanti berkaitan dengan kemampuan bimbingan dan konseling, Mulyadi tentang kemampuan guru dan Suryantini kompetensi supervisi kepala sekolah, sedangkan penelitian ini berkaitan dengan peningkatan kinerja guru. Perbedaan lain adalah penelitian ini akan menjawab inkonsistensi hasil penelitian sebelumnya tentang pengaruh supervisi terhadap kinerja guru. Dan penelitian Rahayu dan Setyana memberikan gambaran bahwa komunikasi interpersonal memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kinerja guru.

26

Sri Rahayu, “Kontribusi Komunikasi Interpersonal, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Budaya Kerja Organisasi Terhadap Motivasi Kerja Dan Dampaknya Pada Kepuasan Kerja Guru SMP N Kecamatan Wonogiri”, Tesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016, 1.

27

(28)

B. Kerangka Teori

1. Supervisi Kelompok

a. Pengertian supervisi

Menurut Glatthorn, Supervisi secara umum dapat diartikan “The

comprehensive set of services provided and processes used to help teachers

facilitate their own professional development so that the goals of the school

district or the school might be better attained”.28 Menurut Masaong supervisi adalah layanan yang bersifat membimbing, memfasilitasi, memotivasi serta menilai guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan pengembangan profesinya secara efektif.29

Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa supervisi pendidikan adalah layanan dalam bentuk bimbingan, motivasi dan bantuan supervisor untuk pengembangan profesional seorang guru.

b. Tujuan Supervisi

Adapun tujuan supervisi menurut Sally J. Zepeda adalah ”Instructional supervision aims to promote grouwth, development,

interaction, fault-free problem solving,and a commitment to build capacity

in teachers”.30 (Supervisi pembelajaran bertujuan untuk mendorong

28

Allan A. Glatthorn,Supervisory Leadership : introduction to instruction supervision, New York: HarperCollinsPublishers,1990, 84.

29

Abdul Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru,

Bandung: Alfabeta, 2013, 3.

30

(29)

pertumbuhan, pengembangan, interaksi, pemecahan masalah dan komitmen untuk membangun kekurangan kapasitas guru-guru).

Tujuan supervisi seperti telah dijelaskan adalah memberikan layanan dan bantuan kepada guru-guru. Maka tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.

c. Supervisi kelompok

Supervisi kelompok adalah salah satu teknik dalam supervisi. Menurut Pidarta, teknik supervisi kelompok adalah suatu pembinaan terhadap sejumlah guru yang memiliki kualifikasi yang sama, oleh satu atau beberapa supervisor yang memiliki spesialisasi yang berbeda. Materi yang disampaikan supervisor dibahas bersama guru-guru dan disimpulkan bersama.31 Menurut Prasojo dan Sudiyono, teknik supervisi kelompok adalah cara melaksanakan supervisi yang ditujukan pada dua orang guru atau lebih, yang memiliki masalah atau kebutuhan yang sama dan dikumpulkan bersama untuk diberikan layanan supervisi.32

Dari pengertian di atas diketahui bahwa supervisi kelompok adalah layanan supervisi yang dilakukan pengawas terhadap guru, dua orang atau lebih yang mempunyai permasalahan yang sama pada satu tempat.

31

Made Pidarta,Supervisi Pendidikan Kontekstual,Jakarta: Rineka Cipta, 2009, 165-166.

32

(30)

Adapun teknik supervisi kelompok menurut Gwynn yang dikutip Lantip, yaitu : (1) Kepanitiaan, (2) kerja kelompok, (3) laboratorium dan kurikulum, (4) membaca terpimpin, (5) demontrasi pembelajaran, (6) darmawisata, (7) kuliah / studi, (8) diskusi panel, (9) perpustakaan, (10) organisasi profesional, (11) buletin supervisi, (12) pertemuan guru, (13) lokakarya.33 Menurut Pidarta, teknik supervisi kelompok ada beberapa jenis, yaitu (1) rapat guru, (2) supervisi sebaya, (3) diskusi, (4) demontrasi, (5) pertemuan ilmiah, (6) kunjungan ke sekolah lain.34

1. Kepanitiaan-kepanitiaan

Suatu kegiatan biasanya perlu diorganisasikan, untuk itu perlu dibentuk beberapa orang penanggung jawab pelaksana kegiatan. Panitia yang melaksanakan tugasnya akan mendapatkan pengalaman-pengalaman baik dalam profesinya, dalam mencapai tujuan, maupun dalam bekerja sama dengan orang lain.

2. Rapat guru

Menurut Pidarta tujuan rapat guru adalah membicarakan sesuatu yang bertalian dengan proses pembelajaran, kesulitan-kesulitan yang dialami guru, dan cara mengatasi kesulitan itu secara bersama-sama dengan

33

L. Diat Prasojo dan Sudiyono,Supervisi...,108.

34

(31)

semua guru di sekolah.35Sagala berpendapat, masalah yang menjadi bahan rapat adalah yang terkait kebutuhan guru, termasuk masalah.36

Tiap sekolah biasa melakukan rapat guru untuk membicarakan segala sesuatu yang bertalian dengan pendidikan di sekolah. Rapat itu diikuti oleh semua guru dan kepala sekolah. Tetapi kalau di KKG PAI, rapat diikuti seluruh anggota yaitu guru PAI dan juga dapat dihadiri pengawas.

3. Studi kelompok antar guru

Studi kelompok antar guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan sejumlah guru yang memiliki keahlian di bidang tertentu.37 Misalnya guru PAI, Matematika dan Biologi. Pertemuan antar kelompok ini sangat efektif dalam pengembangan kompetensi guru. Di sekolah dasar dikenal dengan Kelompok Kerja Guru (KKG).

Tujuan utama forum ini menurut Masaong adalah ; (a) menyamakan persepsi menyangkut kegiatan pembelajaran, (b) membahas isu-isu pendidikan dan pembelajaran yang sedang berkembang serta bersama-sama mencari solusinya, (3) sharing dengan para guru tentang praktik baik yang perlu ditularkan, (4) bergantian menyajikan makalah agar berani

35

Made Pidarta,Supervisi Pendidikan...,171.

36

Syaiful Sagala,Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan.Bandung: Alfabeta, 2012,

177.

37

(32)

menyampaikan pendapat dan berpikir kritis, (5) menambah wawasan dan mempercepat proses kenaikan pangkat serta jabatan akademik guru.38 4. Teknik supervisi sebaya

Teknik supervisi sebaya artinya sejumlah guru berhadapan dengan satu atau beberapa supervisor. Yang dimaksud supervisor sebaya disini adalah guru senior atau guru yang mempunyai kompetensi di bidangnya. Teknik ini dapat dilakukan untuk mengatasi kurangnya pengawas dalam suatu bidang studi tertentu. Tujuan teknik supervisi sebaya adalah untuk memberikan kemudahan bagi guru-guru untuk mendapatkan bantuan pemecahan masalah.

5. Teknik diskusi

Diskusi adalah suatu pertukaran pikiran atau pendapat melalui proses percakapan antara dua atau lebih individu tentang suatu masalah untuk dicari alternatif pemecahannya.39Teknik ini berupa teknik supervisi diskusi yang diikuti sejumlah guru dan satu atau beberapa supervisor. Materi yang didiskusikan adalah yang berhubungan dengan profesi guru, terutama bertalian dengan proses belajar mengajar dan hal-hal yang belum jelas dipahami guru-guru.

38

Abdul Kadim Masaong,Supervisi....,82.

39

(33)

6. Teknik supervisi pertemuan ilmiah

Teknik supervisi pertemuan ilmiah ini adalah pertemuan yang membahas materi-materi yang bersifat ilmiah, seperti konsep dan teori dari berbagai macam ilmu, hasil-hasil penelitian ilmiah, dan teknologi.40 Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang baru yang bertalian dengan pengembangan profesi guru dan mencari solusi kalau itu menyebabkan permasalahan.41 Diskusi panel, seminar, simposium dan lokakarya bisa dikatagorikan termasuk dalam teknik ini.

7. Teknik supervisi kunjungan ke sekolah

Teknik ini bertujuan untuk mendapatkan pengalaman, pengetahuan dan bila mungkin keterampilan tentang hal-hal yang bersifat inovatif, yang berkaitan dengan profesi keguruan dan proses pembelajaran. Ciri-cirinya antara lain : objek yang menjadi bahan supervisi adalah proyek uji coba konsep pendidikan baru atau beberapa aspek pendidikan sukses, yang bertindak sebagai supervisor adalah kepala sekolah atau ketua proyek di sekolah itu, tindak lanjut biasanya berupa pertemuan di sekolah masing-masing.

8. Buletin supervisi

Buletin supervisi adalah salah satu alat komunikasi dalam bentuk tulisan yang dikeluarkan oleh staf supervisor yang digunakan sebagai alat

40

Made Pidarta,Supervisi Pendidikan...,185.

41

(34)

untuk membantu guru-guru dalam memperbaiki situasi belajar mengajar.42 Menurut George C. Kyte yang dikutip Sahertian, buletin supervisi dapat dikatagorikan dalam tiga jenis, yaitu : (1) buletin bagi instruksi-instruksi umum, (2) buletin khusus untuk guru-guru sebagai persiapan dalam mengikuti rapat, (3) buletin yang berisi tindak lanjut sesuatu keputusan rapat.43

9. Demonstrasi pembelajaran

Demonstrasi pembelajaran dikatakan teknik kelompok jika pengawas memberikan penjelasan-penjelasan kepada guru-guru tentang mengajar yang baik. Teknik ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada guru-guru melihat metode-metode mengajar yang baru atau yang berbeda.

2. Komunikasi Interpersonal

a. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Kata komunikasi menurut Onong Uchjana Effendi yaitu berasal dari perkataan latin : communicatio yang berarti “pemberitahuan atau

pertukaran pikiran”.44

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata

komunikasi diartikan sebagai “pengiriman dan penerimaan pesan atau

berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan

42

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, 118.

43

Piet A. Sahertian,Konsep Dasar...,120.

44

(35)

yang dimaksud dapat dipahami.45 Menurut Laswell yang dikutip oleh Alo Liliweri, komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa kepada siapa dengan efek apa.46

Dari pengertian di atas dapat kita ketahui bahwa komunikasi adalah pengiriman pesan kepada seseorang atau lebih, baik langsung ataupun tidak langsung, guna tercapai saling pengertian antara kedua belah pihak.

Komunikasi interpersonal menurut Joseph A. DeVito dalam Suharsono dan Lukas Dwiantara, adalah “Interpersonal communication is

the communication that takes place between two persons who have an

established relationship, the people are in some way ‘connected’.47Richard West dan Lynn H. Turner yang dikutip Suharsono dan Lukas Dwiantara juga mendefenisikan, bahwa“Interpersonal communication as the process

of message transaction between people to create and substain share

meaning”.48 Menurut Onong Uchjana Effendy komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dan komunikan, dua orang atau lebih yang bersifat langsung dan dialogis. Langsung maksudnya ada umpan balik ketika komunikasi berlangsung. Dialogis artinya terjadi percakapan

45

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, 454

46

Alo Liliweri,Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, 4.

47

Suharsono dan Lukas Dwiantara,Komunikasi Bisnis,Yogyakarta: CAPS, 2013, 86.

48

(36)

antara komunikan dan komunikator yang bersifat timbal balik atau disebut komunikasi dua arah.49

b. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Pada kehidupan manusia, komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dengan komunikan memiliki tujuan yang ingin diperoleh dan disepakati. Oleh karena itu keberhasilan komunikasi interpersonal tidak terlepas dari tujuan komunikasi itu sendiri. Menurut Arni Muhammad tujuan dari komunikasi interpersonal antara lain : (1) Menemukan diri sendiri, (2) Menemukan dunia luar, (3) Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti, (4) Berubah sikap dan tingkah laku.50 Menurut Bovee dan Thill dikutip dan diterjemahkan oleh Djoko Purwanto tujuan komunikasi interpersonal, antara lain : (1) Menyampaikan informasi, (2) Berbagi pengalaman, (3) Menumbuhkan simpati, (4) Melakukan kerjasama, (5) Menceritakan kekecewaan, (6) Menumbuhkan motivasi.51

c. Komunikasi interpersonal yang efektif

Proses komunikasi interpersonal dapat berjalan dengan efektif apabila orang lain memahami pesan anda dengan benar dan memberikan respon sesuai dengan yang anda inginkan. Menurut Devito yang dikutip

49

Onong Uchjana Effendy,Dinamika Komunikasi,Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2000, 8.

50

Arni Muhammad,Komunikasi.Organisasi,Jakarta: Bumi Aksara, 2005,165-167.

51

(37)

Suranto menjelaskan bahwa untuk melakukan komunikasi yang efektif ada lima hal yang harus dipertimbangkan,52yaitu :

1. Keterbukaan (Oppenness), keterbukaan adalah sikap dapat menerima masukan dari orang lain, serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Sikap terbuka ini ditandai adanya kejujuran dalam merespon segala stimuli komunikasi.

2. Empati (Empathy), empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan dapat memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain, melalui kacamata orang lain.

3. Sikap mendukung (supportiveness), hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan di mana terdapat sikap saling mendukung. Artinya masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka. Oleh karena itu respon yang relevan adalah respon yang bersifat spontan dan lugas, bukan bertahan dan berkelit. Pemaparan gagasan yang bersifat deskriptif naratif bukan evaluatif.

4. Sikap positif (positiveness), sikap positif ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Tidak berprasangka dan curiga, menghargai berpikiran positif terhadap orang lain, tidak menaruh curiga secara

52

(38)

berlebihan, meyakini pentingnya orang lain, memberikan pujian dan penghargaan, dan komitmen menjalin kerjasama. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 12 :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain”.

5. Kesetaraan (equality). Kesetaraan adalah pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki kepentingan, sama-sama menilai dan berharga, dan saling memerlukan, tidak ada superior atau inferior dengan patner komunikasi dan suasana komunikasi akrab dan nyaman. Konsep kesetaraan ini dalam Islam dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al

(39)

3. Motivasi Kerja Guru

a. Defenisi Motivasi Kerja

Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang melakukan sesuatu.53Berawal dari kata

“motif” inilah motivasi dapat diartikan sebagai penggerak yang telah

menjadi aktif.54

Menurut Hamalik motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.55 Sedangkan menurut Robbins motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual. Kebutuhan terjadi apabila tidak ada keseimbangan antara apa yang dimiliki dan apa yang diharapkan.56

Kerja adalah sejumlah aktivitas fisik dan mental untuk mengerjakan suatu pekerjaan.57 Menurut Fattah kerja merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu.58 Motivasi kerja adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang

53

Sardiman, A.M.,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,Jakarta: Rajawali Press, 2009, 73.

54

Sardiman, A.M.,Interaksi dan...,73.

55

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan System, Yogyakarta: Andi Offset, 2010, 158

56

Stephen P. Robbins,Perilaku Organisasi Jilid I,Jakarta: Aditya Media, 2001, 168

57

Malayu SP. Hasibuan,Organisasi dan Motivasi, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003, 94.

58

(40)

berhubungan dengan lingkungan kerja.59 Menurut Winardi motivasi kerja adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar, yang berpengaruh terhadap hasil kinerja.60

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud motivasi kerja adalah sesuatu yang dapat menimbulkan semangat atau dorongan bekerja individu atau kelompok terhadap pekerjaan guna mencapai tujuan.

Sardiman mengatakan bahwa motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Tekun menghadapi tugas

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin f. Dapat mempertahankan pendapatnya g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.61

Menurut Hasibuan ada beberapa fungsi motivasi, yakni: (1). Mendorong gairah dan semangat kerja; (2). Meningkatkan moral dan kepuasan kerja; (3). Mempertahankan produktivitas kerja; (4). Mempertahankan loyalitas dan kstabilan kerja; (5). Meningkatkan kedisiplinan; (6). Mengefektifkan pengadaan karyawan;(7). Menciptakan

59

Amirullah, dkk.,Pengantar Manajemen,Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002, 146.

60

Winardi,Motivasi dan Permotivasian dalam Manajemen,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, 6.

61

(41)

suasana dan hubungan kerja yang baik; (8). Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi; (9). Meningkatkan tingkat kesejahteraan; (10). Meningkatkan rasa tanggungjawab terhadap tugas; (11). Meningkatkan efisiensi peggunaan alat-alat dan bahan baku dan lain sebagainya.

b. Teori-teori motivasi

1) Teori motivasi dua faktor atau teori iklim sehat oleh Herzberg.

Herzberg berpendapat bahwa ada dua faktor ekstrinsik dan instrinsik yang mempengaruhi seseorang bekerja. Menurut Herzberg dalam Siagian, termasuk dalam faktor ekstrinsik(hygienes) adalah kebijaksanaan organisasi, pelaksanaan kebijaksanaan yang telah ditetapkan, supervisi oleh para manajer, hubungan interpersonal dan kondisi kerja. Sedangkan faktor instrinsik adalah keberhasilan mencapai sesuatu, pengakuan yang diperoleh, sifat pekerjaan yang dilakukan, rasa tanggung jawab, kemajuan dalam karir, pertumbuhan profesional dan intelektual.62

Dalam teori motivasi Herzberg, faktor-faktor motivator meliputi: prestasi, pengakuan, tanggungjawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri dan kemungkinan berkembang.

2). Teori Kebutuhan dari Maslow (Hierarchy of Need Theory).

Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara kenyataan dengan dorongan yang ada

62

(42)

dalam diri. Abraham Maslow mengemukakan bahwa hirarki kebutuhan manusia adalah :

a). Kebutuhan fisiologis (physiological needs), seperti makan, minum, udara, perumahan dan lainnya. Dalam organisasi kebutuhan-kebutuhan ini dapat berupa uang, hiburan, program pensiun, lingkungan kerja yang nyaman.

b). Kebutuhan keselamatan dan keamanan (safety and security need) yaitu kebutuhan keamanan dari ancaman yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dalam melakukan pekerjaan. Dalam organisasi kebutuhan ini dapat berupa keamanan kerja, senioritas, program pemberhentian kerja, uang pesangon.

c). Kebutuhan rasa memiliki (social need) yaitu kebutuhan akan teman, cinta dan memiliki. Sosial need di dalam organisasi dapat berupa kelompok kerja (team work) baik secara formal maupun informal.

d). Kebutuhan akan harga diri (esteem need or status needs) yaitu kebutuhan akan penghargaan diri, pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungan. Dalam organisasi kebutuhan ini dapat berupa reputasi diri, gelar, dan sebagainya

(43)

kemampuan, keterampilan dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang lain.

3) Teori motivasi kerja menurut David Mc Cleland.

Teori ini berpendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan dorongan yaitu: (a). Kekuatan motif dan kekuatan dasar yang terlibat; (b). Harapan dan keberhasilannya; dan (c). Nilai insentif yang terletak pada tujuan. Menurut Mc Cleland kebutuhan manusia yang dapat memotivasi gairah kerja dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (a) Kebutuhan akan prestasi. (b)

Kebutuhan akan afiliasi. (c) Kebutuhan akan kekuasaan.

4) Teori “X” dan “Y”

Teori X dan Y adalah teori McGregor yang pada intinya mengklasifikasi manusia, yaitu :

a. Teori “X” yang pada dasarnya mengatakan bahwa manusia cenderung berperilaku negatif. Dengan ciri-ciri :

1. Kurang senang bekerja dan berusaha mengelakkannya.

2. Karena tidak senang bekerja manusia harus dipaksa, diawasi atau diancam.

(44)

4. Menempatkan kebutuhan fisiologis dan keamanan di atas faktor-faktor yang lain.

b. Teori “Y” yang pada dasarnya mengatakan manusia cenderung berperilaku positif. Dengan ciri-ciri :

1. Memandang kegiatan bekerja adalah hal alamiah seperti bermain dan istirahat.

2. Melakukan tugas tanpa harus diarahkan dan akan berusaha mengendalikan diri.

3. Bersedia menerima tanggung jawab yang besar.

4. Berusaha menunjukkan kreativitasnya dalam bekerja sebagai bentuk tanggung jawabnya.

4. Kinerja Guru

Lembaga Administrsi Negara merumuskan kinerja merupakan terjemahan bebas dari istilah performance yang artinya adalah prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau pencapaian kerja atau hasil kerja.63 Supardi berpendapat bahwa kinerja adalah hasil kerja yang didapat seseorang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan berdasarkan standarisasi atau ukuran dan waktu yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan sesuai dengan norma dan etika yang telah ditetapkan.64 Mulyasa mengatakan kinerja adalah unjuk kerja seseorang yang ditunjukkan dalam penampilan, perbuatan, dan

63

Lembaga Administrasi Negara,Kinerja Aparat Pemerintah, Jakarta: LAN, 1992, 12.

64

(45)

prestasi kerjanya sebagai akumulasi dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dimilikinya.65 Dari teori-teori di atas penelitian ini merumuskan kinerja guru adalah pelaksanaan kerja yang berupa penampilan, perbuatan dan prestasi kerja guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kinerja guru dalam pembelajaran berkaitan dengan kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran, baik yang berkaitan dengan proses maupun hasilnya.66

Unsur-unsur dalam perencanaan pembelajaran adalah (1) apa yang akan diajarkan ; menyangkut berbagai kompetensi yang harus dicapai, indikator-indikator kompetensinya dan bahan ajar yang akan disampaikan untuk mencapai kompetensi tersebut. (2) Bagaimana mengajarkannya ; strategi apa yang akan dikembangkan dalam proses pembelajaran dan pengembangan berbagai aktivitas opsional bagi peserta didik yang menyelesaikan tugas lebih cepat dari waktu rata-rata. (3) bagaimana mengevaluasi hasil belajar ; dengan merancang evaluasi untuk mengukur daya serap peserta didik terhadap materi yang mereka pelajari.67

Dalam melaksanakan pembelajaran agar berjalan efektif, menurut Mulayasa ada dua hal yang harus dilakukan yaitu memulai pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran, terutama melakukan pembentukan kompetensi

65

E. Mulyasa, Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru,Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, 88.

66

E. Mulyasa,Uji Kompetensi...,103

67

(46)

kompetensi peserta didik.68 Upaya dalam memulai pembelajaran antara lain : (1) pembinaan keakraban, hal ini merupakan upaya guru dalam menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mempersiapkan peserta didik memasuki proses pembelajaran. (2) Mengadakan pre-test (tes awal) sebelum kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi dimulai.69

Dalam pelaksanaan pembelajaran, hal pokok yang perlu dilakukan adalah membentuk kompetensi dan karakter, antara lain mencakup penyampaian informasi tentang materi pokok, membahas materi dan melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Selain itu hal yang harus diperhatikan guru berkaitan dengan kinerja dalam pelaksanaan pembelajaran, antara lain : membangkitkan motivasi peserta didik, membangun komunikasi yang efektif dengan peserta didik, mendisiplinkan peserta didik, mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif dan mengembangkan manajemen kelas yang kondusif.70

Dalam mengakhiri pembelajaran, ada dua hal yang harus dilakukan guru yaitu, evaluasi hasil belajar dan memberikan umpan balik dan penguatan.71 Evaluasi hasil belajar harus diorientasikan pada indikator kompetensi yang hendak dicapai dari proses pembelajaran dan indikator yang hendak dikembangkan menuju ranah afektif, psikomotor dan kognitif.

(47)

Evaluasi hasil belajar ini bisa berupa tes dan non-tes. Umpan balik dan penguatan dapat dilakukan secara verbal dan no-verbal. Umpan balik dan penguatan secara verbal berupa kata-kata pujian ; bagus, tepat dan lain-lain, kalau secara non-verbal bisa berupa sentuhan, acungan jempol, dan kegiatan yang menyenangkan.

C. Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh motivasi kerja dengan kinerja guru PAI.

Pujianti dan Isroah,72 dalam penelitiannya menemukan bahwa motivasi Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Guru. Namun hal itu

dibantah oleh hasil penelitian Abdul Malik dan Untung Sriwidodo,73 yang menemukan bahwa motivasi kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru.

Endy Eros,74 dalam penelitiannya mengenai pengaruh motivasi dan kedisiplinan kerja guru terhadap kinerja guru menemukan bahwa motivasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Hal ini

72Pujianti dan Isroah, “Pengaruh Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru

SMA Negeri 1 Ciamis”, Kajian Pendidikan Akutansi Indonesia, Volume 2, Nomor 1 ( 2013), 184 -207.

73Abdul Malik dan Untung Sriwidodo, “Pengaruh Motivasi Kerja dan Kedisi

plinan Terhadap Kinerja Guru SMA Assalam Surakarta Dengan Kepemimpinan Kepala Sekolah Sebagai Variabel

Moderasi”,Manajemen Sumber Daya Manusia,Volume 7, Nomor 01 (Juni 2013), 53-66.

74 Endy Eros, “Pengaruh Motivasi dan Kedisiplinan Kerja Guru Terhadap Kin

erja Guru di

(48)

juga didukung oleh penelitian Fitrina Afrianti75 yang mengatakan motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dimana semakin tinggi motivasi kerja, maka kinerja akan meningkat. Sebaliknya semakin rendah motivasi kerja, maka kinerja akan menurun.

Dari menganalisa penelitian tentang pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 = Semakin tinggi motivasi kerja guru, maka semakin meningkat kinerja guru PAI

2. Pengaruh supervisi kelompok terhadap motivasi kerja guru PAI

Kartika Rini, dalam penelitiannya menemukan bahwa supervisi akademik berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja guru.76 Ferdinand Kris Candra mengatakan bahwa tindakan supervisi unsur pimpinan akan menumbuhkan motivasi kerja, khususnyainstrinsik motivation.77

Dari menganalisa penelitian tentang pengaruh supervisi terhadap motivasi kerja guru di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H2= Semakin baik supervisi kelompok pengawas, maka semakin meningkat

motivasi kerja guru PAI

75Fitrina Afrianti, “Pengaruh Motivasi Kerja dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Kinerja

Guru Pada SMA Negeri 6 Kerinci Kec.Danau Kerinci”.Jurnal Sosial Humaniora, Volume 1 Nomor 2 (2015), 1-16.

76Kartika Rini, “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Supervisi Akademik Terhadap

Kinerja Guru Dengan Mediasi Motivasi Kerja Studi Kasus Pada Guru SD Dabin III Kec. Pati Kab.

(49)

3. Pengaruh supervisi kelompok terhadap kinerja guru PAI

Sudirjo dan Wulan,menemukan bahwa supervisi akademik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru.78 Ferdinand Kris Candra, juga mengatakan tindakan supervisi unsur pimpinan dengan gaya manajemen yang partisipatif akan menumbuhkan motivasi kerja khususnya instrisik motivation

sehingga secara tidak langsung memacu prestasi kerja atau kinerja auditor internal dalam melakukan tugas dan fungsinya sehari-hari.79 Dari pendapat di atas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H3 = Semakin baik supervisi kelompok pengawas, maka semakin meningkat kinerja guru PAI.

4. Pengaruh komunikasi interpersonal pengawas dengan motivasi kerja guru. Siagian berpendapat bahwa dalam kehidupan organisasional, baik pada tingkat individual, tingkat satuan kerja dan tingkat organisasional, tidak ada satu tugas apapun yang dapat terselesaikan hanya oleh seorang tanpa berinteraksi dengan orang lain.80 Artinya bahwa seseorang dalam setiap aktivitasnya memerlukan interaksi dengan orang lain, dan itu diperlukan komunikasi sebagai mediatornya.

Muhammad Yodiq, dalam penelitiannya menyatakan bahwa komunikasi interpersonal kepala sekolah berperan dalam meningkatkan minat dan

78

Frans Sudirjo dan Deriana Rekno Wulan,“Pengaruh Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Untuk Peningkatan Kinerja Guru”,e-JurnalSerat Acitya Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, Volume 2, Nomor 3, 2013.

79Ferdinand Kris Candra, “Pengaruh

Tindakan Supervisi..., 67. 80

(50)

motivasi guru dalam mengikuti kegiatan sekolah.81 Muhammad Abdul Aziz juga dalam penelitiannya tentang pengaruh komunikasi interpersonal guru terhadap terhadap motivasi berprestasi dalam mewujudkan kinerja guru, menemukan bahwa komunikasi interpersonal berpengaruh positif terhadap motivasi berprestasi guru. Namun didalam pelaksanaannya belum serta merta dapat berpengaruh terhadap motivasi berprestasi, hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal guru antara lain kepemimpinan, pengawasan, ataupun kebijakan.82

Dari teori dan hasil penelitian tersebut di atas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H4 = Semakin baik komunikasi interpersonal pengawas, maka semakin meningkat motivasi kerja guru PAI.

5. Pengaruh komunikasi interpersonal pengawas terhadap kinerja guru PAI Berdasarkan hasil penelitian, Afrianti mengemukakan bahwa semakin tinggi komunikasi interpersonal, maka kinerja akan semakin meningkat. Dan semakin rendah komunikasi interpersonal, maka kinerja akan semakin menurun.83Setyana juga menemukan bahwa komunikasi interpersonal kepala

81

Muhammad Yodiq, “Peran Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru di Sekolah Menengah Atas Islam Samarinda”, e-Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 4, Nomor 2 (2016), 34.

82

Muhammad Abdul Aziz, “Pengaruh Komunikasi Interpersonal Guru Terhadap Motivasi Berprestasi dalam Mewujudkan Kinerja Guru”, Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Volume 11, Nomor 1 (2017), 14.

(51)

sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru.84 Adriana juga mengatakan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru.85 Berdasarkan hasil penelitian di atas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H5 = Semakin tinggi komunikasi interpersonal pengawas maka semakin meningkat kinerja guru PAI.

Adapun paradigma penelitian di atas dirumuskan dalam skema berikut ini :

Tabel 2.1. Skema Penelitian

84Meta Eka Setyana, Irawan Suntoro, Sumadi,Pengaruh Supervisi Akademik..., 1-13.

85Dwi Windu Satya Adriana, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Interpersonal

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian termasuk jenis penelitian field research, yaitu penelitian yang langsung dilakukan di lapangan atau pada responden.86 Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dengan populasi guru PAI se-Kota Salatiga. Selain itu penelitian ini menggunakan supervisi kelompok pengawas dan komunikasi interpersonal sebagai variabel independen, variabel supervisi tersebut akan diuji pengaruhnya terhadap kinerja guru PAI yang dijadikan variabel dependen dalam penelitian ini. Di samping menggunakan supervisi kelompok pengawas sebagai variabel dependen, penelitian ini juga menggunakan motivasi kerja sebagai variabel intervening yang diprediksi akan memediasi hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.

Berdasarkan tujuan penelitian, yaitu ingin menguji pengaruh supervisi kelompok dan komunikasi interpersonal pengawas terhadap kinerja guru PAI dengan motivasi kerja sebagai variabel intervening. Sifat penelitian ini dikatagorikan penelitian penjelasan (ekspalanatif), dimana menjelaskan hubungan dan pengaruh melalui pengujian hipotesis.87

86

Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik,Jakarta: Bumi Aksara, 2004, 5. 87

(53)

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 28 April – 20 Mei 2017, yang berlokasi di Kota Salatiga Propinsi Jawa Tengah.

C. Variabel Penelitian

Penelitian ini bermaksud menemukan pengaruh yang terdapat pada tiga variabel, yaitu dua variabel bebas ; supervisi kelompok (X1) dan komunikasi interpersonal (X2), variabel intervening (X3) ; motivasi kerja guru, serta variabel terikat ; kinerja guru (Y). Adapun variabel dan indikator dalam penelitian ini adalah :

a. Supervisi kelompok

Supervisi kelompok adalah layanan supervisi yang dilakukan pengawas terhadap guru, dua orang atau lebih yang mempunyai permasalahan yang sama pada satu tempat. Merujuk dari Gwyn dan Pidarta, indikator supervisi kelompok adalah : (1) Kepanitiaan, (2) rapat guru, (3) studi kelompok antar guru, (4) supervisi sebaya, (5) diskusi, (6) pertemuan ilmiah, (7) demonstrasi pembelajaran, (8) buletin supervisi.

b. Komunikasi Interpersonal

(54)

(1) keterbukaan, (2) empati, (3) sikap mendukung, (4) sikap positif, (5) kesetaraan.

c. Motivasi Kerja

Motivasi kerja adalah sesuatu yang dapat menimbulkan semangat atau dorongan bekerja individu atau kelompok terhadap pekerjaan guna mencapai tujuan. Indikator motivasi kerja menurut Mc. Gregor adalah : (1) senang bekerja, (2) inisiatif/prakarsa, (3) kerjasama, (4) tanggung jawab, (5) disiplin.

d. Kinerja guru

Kinerja guru dalam pembelajaran berkaitan dengan kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran, baik yang berkaitan dengan proses maupun hasilnya. Indikator kinerja guru adalah (1) kualitas perencanaan pembelajaran, (2) kualitas pelaksanaan pembelajaran, (3) kualitas penilaian pembelajaran.

Tabel 3.1. Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel Dimensi Indikator

Rapat guru Membahas permasalahan guru secara bersama Studi kelompok

antar guru

Mengadakan pertemuan KKG atau MGMP

Supervisi sebaya 1. Mengadakanpeer teaching

2. Sharing of experience

Diskusi Melakukan diskusi sebagai proses kelompok Pertemuan ilmiah Menjadi fasilitator workshop / lokakarya / diskusi

(55)

Demonstrasi pembelajaran

Mendemostrasikan teknik atau metode pembelajaran

Buletin supervisi Informasi tentang persiapan rapat atau hasil pertemuan dalam bentuk tertulis.

Keterbukaan 1. Menerima saran orang lain 2. Jujur

Empati Memahami permasalahan dari sudut pandang guru

Sikap mendukung Ide bersifat deskriptif bukan evaluatif Sikap positif 1. Menghargai usulan orang lain

2. Berpikir positif

Kesetaraan 1. Menempatkan diri setara dengan orang lain 2. Komunikasi dua arah

Tanggung jawab 1. Tanggung jawab terhadap tugas 2. Kepentingan dinas didahulukan dalam RPP sesuai dengan kurikulum dan karakteristik siswa

2. Menyusun bahan ajar secara runut, logis dan kontekstual

3. Menentukan strategi pembelajaran yang tepat.

4. Memilih sumber belajar yang sesuai dengan materi

5. Memilih media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi 7. Memberikan umpan balik dan penguatan Kualitas penilaian 1. Melakukan evaluasi pembelajaran

(56)

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.88 Populasi penelitian ini adalah seluruh guru pendidikan agama Islam (PAI) se-Kota Salatiga dengan rincian guru PAI tingkat SD berjumlah 96 orang, guru PAI tingkat SMP berjumlah 34 orang, dan guru PAI tingkat SMA/SMK berjumlah 39 orang. Jadi jumlah keseluruhan populasi adalah 169 orang guru PAI. Menurut Arikunto, jika subjeknya besar atau lebih dari 100 maka sampel yang dapat diambil antara 10 % - 15 % atau 20–25 % dari populasi.89Karena responden lebih dari seratus, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Quato Sampling.

Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin,90sebagai berikut :

N = ___N____ N.d2 +1 Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi = 287 orang

d2 = Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95 %)

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel keseluruhan sebagai berikut :

88

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Jakarta : Rineka Cipta, 2010, 173.

89

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian...,134. 90

(57)

N = ___N____ = ____169______ = _169_ = 62,8 = 63 responden N.d2 +1 ( 169). 0,12+ 1 2,69

Dengan rumus di atas, diperoleh jumlah sampel yaitu : 1. Guru PAI SD

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh sampel guru PAI SD 36, SMP, 13 dan SMA 15 orang. Pada penelitian ini peneliti mengambil sampel sedikit lebih besar dari perhitungan di atas yaitu guru PAI SD 40, SMP 20 dan SMA/SMK 20 orang. Jadi jumlah keseluruhan 80 orang guru PAI.

E. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh.91 Sumber data penelitian ini ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer diperoleh dari reponden yaitu guru-guru PAI SD di Kota Salatiga tahun 2017. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari data-data penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian-penelitian ini.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner atau angket, yaitu cara pengumpulan data dengan

91

(58)

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi dari responden dalam arti data tentang pribadinya atau hal –hal lain yang diketahuinya.92

2. Uji validitas dan realibilitas instrumen

Untuk memperoleh data yang valid diperlukan expert judgment oleh ahli yang membidanginya.93 Expert judgment dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing dan 10 orang mahasiswa S2 Program Studi Supervisi Pendidikan Islam. Selanjutnya diuji cobakan kepada guru PAI yang merupakan bukan responden sebenarnya. Suatu instrumen dikatakan valid jika mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur.94 Validitas ini menggunakan teknik korelasi product moment dengan bantuan SPSS. Instrumen valid jika nilai rhitung> rtabel.

Reabilitas adalah sejauh mana skor tes konsisten, dapat dipercaya dan dapat diulang.95 Tingkat reabilitas intrumen diukur menggunakan cronbach’s

alpha. Variabel dinyatakan reliabel jika nilai cronbach’s alpha > rtabel.

G. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data adalah suatu cara yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Dengan melihat kerangka

92

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian...,194.

93

Nasution,Metode Reseach,Jakarta : Bumi Aksara, 2017, 113.

94

Sambas Ali Muhibbin dan Maman Abdurrahman, Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur,

Bandung : Pustaka Setia, 2007, 52.

95

Gambar

Tabel 1.1. Research Gap
Tabel 2.1. Skema Penelitian
Tabel 3.1. Variabel dan Indikator Penelitian
Tabel 4.1Hasil uji coba instrument supervisi kelompok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang

Hal ini dikarenakan dalam proses pengelolaan produksi bibit krisan, petani selalu melakukan seleksi terhadap tanaman yang memiliki pertumbuhan dan pembungaan yang

This project report has been approved and ratified by the Faculty of Computer Science on July, 12, 2017 With

BAGAIMANA BISA MENGUNYAH MAKANAN TANPA MAKANAN BAGAIMANA BISA MENDAPAT.

Penulis membuat karya dengan menggunakan perantara media kanvas dengan menggunakan cat minyak, cat akrilik, dan spray/cat semprot serta dibarengi beberapa teknik

Kualitas hidup terkait kesehatan pasien KSSLGFG yang diukur dengan instrumen kuesioner EQ5D menunjukkan bahwa skor pada kelompok interdisiplin (6,67 [+0,67]) memang berbeda

More specifically, this study was conducted in Academic Speaking classes at English Language Education Program, Universitas Kristen Satya Wacana (ELE-UKSW), Salatiga.. Many

Menurut Hamalik (2001, 10) Pelatihan adalah sesuatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada