• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK TUNA LARAS DI SMP MUHAMMADIYAH SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK TUNA LARAS DI SMP MUHAMMADIYAH SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAGI ANAK TUNA LARAS

DI SMP MUHAMMADIYAH SALATIGA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

GITA SAKINA

121 09 006

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

هملعو نارقلا ملعت هم مكريخ

)يراخبلا هاور(

Yang paling baik diantara kamu adalah orang yang

mau belajar

(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil „alamiin dengan izin Allah SWT Skripsi ini selesai.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk orang – orang yang telah mendorong dan selalu memperjuangkan mimpiku:

 Suamiku tercinta Arison Saetban yang senantiasa mencurahkan kasih

sayangnya, memberi motivasi, bimbingan dan do‟a yang tak pernah henti

– hentinya.

 Ayahanda Suwahadi Mulyono dan Ibunda Nuril Munawaroh yang selalu memberikan dukungan untukku serta selalu membimbingku dan mengarahkanku untuk menjadi yang lebih baik.

 Adik tersayangDian Safietrie dan Raihan Mahardika yang selalu berbagi

denganku tak pernah berhenti tuk mewarnai hariku dengan senyum dan tawa kalian.

 Bapak Usman Saetban dan mama Salma Koebanu yang selalu memberikan

do‟anya untukku.

 Keluarga besarku, terima kasih atas motivasi dan dukungan yang selalu kalian berikan padaku.

 Sahabatku yang selalu memberikan dukungan kepadaku ( Amy Nur

Amalia ) sahabat terimakasih banyak untuk semangat dan kebersamaan yang telah kitajalin sejak kita di SMP Islam Sudirman Ambarawa.

(9)

 Keluarga besar SD N Tambakboyo 02 dan SD N Lodoyong 02 yang senantiasa memotivasiku serta menemaniku dalam perjalanan perkulihanku.

 Keluarga besar KKG – PAI Kec. Ambarawa yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi untukku.

 Semua pihak yang telah berperan dalam penulisan skripsi ini, terimakasih

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya,sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul.Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan islam. Adapun judul

skripsi ini adalah “MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAGI ANAK TUNA LARAS DI SMP MUHAMMADIYAH SALATIGA”.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 4. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta

(11)

5. Ayahanda dan Ibunda tersayang yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spiritual. 6. Suamiku tercinta Arison Saetban yang senantiasa mencurahkan kasih

sayangnya, memberi motivasi, bimbingan dan do‟a yang tak pernah henti –

hentinya.

7. Bapak Usman Saetban dan mama Salma Koebanu yang selalumemberikan do‟anya untukku.

8. Adiku tersayang Dian Safietrie dan Raihan Mahardika yang selalumemberiku dukungan, semangat, dan dorongansehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT.

Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan, semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda amiin. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Aamiin ya robbal „alamiin.

Salatiga, 10 Maret 2016 Penulis,

(12)

ABSTRAK

Sakina, Gita. 2016. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Tuna Laras Di SMP Muhammadiyah Salatiga.Skripsi. Jurusan Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Pembimbing: Dr. Lilik Sriyanti M.Si.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Agama Islam, Anak Tuna Laras.

Anak tuna laras adalah sebutan bagi anak yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. SMP Muhammadiyan Salatiga merupakan sekolah umum, bukan sekolah inklusi akan tetapi terdapat beberapa peserta didik yang termasuk pada golongan anak tuna laras. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga. Pertanyaan utama yang ingin dijawab (1) Bagaimanakah karakteristik anak Tuna Laras?(2) Bagaimanakah model pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang digunakan untuk anak Tuna Laras? (3) Apa masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak Tuna Laras? (4) Upaya apa yang harus ditempuh oleh guru Pendidikan Agama Islam untuk mengatasi masalah tersebut?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menghasilkan data deskriptif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara: observasi mengenai model pembelajaran yang digunakan para pendidik khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan perilaku tuna laras; wawancara dengan kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, beberapa guru, karyawan dan anak tuna laras, dan dokumentasi untuk mencari data mengenai gambaran umum SMP Muhammadiyah Salatiga.

Penelitian, menyimpulkan bahwa karakteristik anak tuna laras dapat dilihat dari beberapa aspek. Aspek perilaku, aspek akademik dan aspek emosional. Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk anak tuna laras yang diterapkan sama saja tidak ada perbedaan dalam model pembelajaan antara anak normal dan anak tuna laras, tetapi khusus untuk anak tuna laras gurumemberikan perhatian dan catatan khusus untuk memantau kondisi anak tuna laras. Adanya pendampingan khusus serta diberi tambahan jam pelajaran untuk mengejar materi yang belum dikuasai.Hambatan atau masalah yang di hadapi oleh guru dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tuna laras adalah dari pendidik maupun peserta didik.

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN DEKLARASI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian ... 12

E. Penegasan Istilah ... 13

F. Metode Penelitian ... 16

1. Jenis Penelitian ... 16

(14)

4. Sumber Data ... 18

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 20

6. Tekhnik Analisis Data ... 24

7. Pengecekan Keabsahan Data ... 25

8. Tahap-Tahap Penelitian ... 28

G. Sistematika Penulisan ... 31

BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran ... 33

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 33

2. Ciri – ciri Model Pembelajaran ... 35

3. Faktor Penghambat dalam Menerapkan Model Pembelajaran ……….. 36

4. Macam –macam Model Pembelajaran……….. 36

B. Pendidikan Agama Islam ... ….. 46

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam... 46

2. Landasan Pendidikan Agama Islam ... 47

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam……… 50

C. Anak Tuna Laras ... 53

1. Pengertian Tuna Laras………. 53

2. Karakteristik Anak Tuna Laras……… 54

3. Penyebab Ketunalarasan……….. 56

(15)

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum dan Lokasi Subjek Penelitian ... 60

1. Profil Madrasah ... 60

a. Awal Berdirinya SMP Muhammadiyah Salatiga ... 60

b. Tujuan ... 61

c. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah Salatiga ... 62

B. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tuna laras ... .. 74

1. Karakteristik anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga ... . 74

2. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang cocok untuk anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga... 76

3. Masalah yang di hadapi guru dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tuna laras ... .. 81

4. Usaha yang harus di tempuh oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah tersebut ... .. 83

BAB IV ANALISIS DATA A.Karakteristik anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga ... ………… ………. 85

(16)

C.Masalah yang di hadapi guru dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tuna laras ... 102 D.Usaha yang harus di tempuh oleg guru Pendidikan Agama Islam dalam

mengatasi masalah tersebut ... 106 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 111 B. Saran ... 114

C. Penutup………. 116

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Guu dan Karyawan ... 64

Tabel 3.2 Diklat/ Penataran yang Pernah di ikuti Kepala Sekolah ... 67

Tabel 3.3 Keadaan GuruBerdasarkan Jenjang Pendidikan ... 69

Tabel 3.4 Daftar Nama Guru Pendidikan Agama Islam ... 70

Tabel 3.5 Daftar Siswa SMP Muhammadiyah Salatiga ... 71

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Daftar Riwayat Hidup Lampiran II : Profil Sekolah

Lampiran III :Verbatin Wawancara Lampiran IV : Dokumentasi

Lampiran V :Silabus

Lampiran VI : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( R.P.P ) Lampiran VII : Daftar Nilai S.K.K

Lampiran VIII : Surat Ijin Penelitian

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan di dunia ini, manusia tidak bisa terlepas dari pendidikan. Karena dengan adanya pendidikan, manusia akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang mana nantinya akan menjadi bekal bagi kehidupannya. Selain itu dengan adanya pendidikan manusia dapat mengembangkan pola pikirnya untuk tujuan hidup yang akan dicapai. Pendidikan Agama juga mempunyai peran yang sangat penting agar hidup tetap stabil dan terarah pada jalan yang benar. Agama mejadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna dan bermanfaat. Dengan menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan manusia maka, penanaman nilai – nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keharusan atau kewajiban yang harus ditempuh melalui pendidikan, baik itu pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat maupun lingkungan sekolah.

(20)

serta pengamalan nilai – nilai tersebut dalam kehidupan individual maupun dalam kehidupan kemasyarakatan, agar kelak potensi yang dimiliki manusia mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Dengan adanya pendidikan agama diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat, serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran islam dalam hubungan dengan Allah dan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia kini dan di akhirat nanti ( Daradjat, 2011 : 29 ).

Pendidikan Agama merupakan fondasi dasar bagi manusia, sehingga pendidikan agama itu sangat penting bagi kehidupan kita. Dalam pendidikan agama, berisi tentang tuntutan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari selain itu juga berguna untuk membentuk jiwa yang bersih serta pribadi yang santun dan untuk lebih kreatif dan inofatif dalam mengembangkan dan menerapkan materi tersebut kepada anak didiknya.

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang tidak bisa dipisahkan dengan terjadinya proses meningkatkan kecerdasan dan faktor pendewasaan manusia. Pendidikan bisa saja berawal dari bayi sebelum lahir ke dunia seperti yang telah dilakukan oleh kebanyakan orang dengan cara memainkan alat – alat musik, mendengarkan lantunan ayat suci Al –

Qur‟an dan memperbanyak membaca Al – Qur‟an ketika bayi masih

(21)

awal pembuahan, artinya seseorang yang menginginkan seorang anak yang pintar, cerdas, trampil, dan berkepribadian yang baik ( saleh/ salehah ), ia harus mempersiapkan perangkat utama dan pendukungnya terlebih dahulu ( Ubes Nur Islam, 2006 : 4 ).

Adanya suatu pendidikan mempunyai tujuan yang akan dicapai manusia dalam menjalani kehidupan mendatang. Tujuan dari pendidikan adalah untuk menjadi manusia atau individu yang bertaqwa dan beriman kepada Tuhan YME, mempunyai akhlaq mulia, cerdas, sehat, berkemauan, berperasaan, dan dapat berkarya untuk memenuhi kebutuhan secara wajar, dapat mengendalikan hawa nafsu, bermasyarakat, berbudaya, dan berkepribadian.

(22)

tingkat kecerdasan dan juga potensi yang ada pada dirinya sendiri. Begitu juga dengan anak berkebutuhan khusus ( tuna laras ) mereka semua berhak untuk memperoleh pendidikan dan mendapatkan ilmu pengetahuan yang sama halnya dengan anak normal lainnya. Selain itu, pendidikan agama juga sangat penting sebagai pondasi keagamaan agar dapat menjalankan kehidupan, anak didik yang termasuk anak berkebutuhan khusus ( tuna laras ) mempunyai benteng yang kuat serta bisa menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan juga memiliki budi pekerti yang luhur.

Menurut Wardani ( 2013 ) menjelaskan bahwa “ UU No. 20/ 2003

tentang sisdiknas, anak berkebutuhan khusus bisa dimaknai sebagai anak yang karena kondisi fisik, emosional, mental, sosial, dan memiliki kecerdasan atau bakat istimewa yang memerlukan bantuan khusus dalam

pembelajaran”. Kebutuhan khusus terjadi karena peserta didik mengalami

kelainan yang siginifikan dari kondisi normal sehingga anak atau peserta didik memerlukan bantuan khusus yang disebut dengan kebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang karena kelainan yang dimiliki memerlukan bantuan khusus dalam proses pembelajaran agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal. Kelainan tersebut dapat berada di bawah normal, dapat juga di atas normal, sehingga sebagai dampaknya diperlukan pengaturan khusus dalam pelayanan pendidikan.

(23)

kecerdasan atau bakat istimewa yang dimiliki. Tanpa dipenuhinya kebutuhan khusus tersebut, potensi yang dimiki tidak akan berkembang secara optimal. Misalnya pada seorang anak dengan kecerdasan atau bakat istimewa akan terbantu dalam proses pembelajaran jika materi yang dia pelajari diperkaya, anak tuna runggu akan terbantu dalam pembelajaran jika kebutuhan khususnya yaitu lebih banyak berinteraksi melalui penglihatannya daripada pendengarannya, sementara anak tuna laras akan terbantu dalam pembelajaran jika kebutuhan khususnya yaitu lebih banyak diperhatiankan oleh lingkungan sekitar.

Agama Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar, begitu juga dengan anak – anak tuna laras. Bahkan, Islam mewajibkan kepada setiap orang yang beriman untuk belajar. Perlu kita ketahui bahwa setiap apa yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan, pasti dibaliknya terkandung hikmah atau sesuatu yang penting bagi manusia. Demikian juga dengan perintah untuk belajar.

(24)

Yang artinya : “ Wahai orang – orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di dalam majelis – majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat ( derajat ) kepada orang – orang yang beriman di antara orang – orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan ( Q.S Mujadalah ( 58 ) : 11 ).

Ilmu dalam hal ini, bukan hanya pengetahuan tentang agama saja, tetapi juga ilmu non agama yang relevan dengan tuntutan kemajuan zaman. Selain itu, ilmu juga harus bermanfaat bagi kehidupan orang banyak dan diri orang yang menuntut ilmu ( Baharuddin d.k.k, 2008 : 32 – 33 ).

Dalam hal pembelajaran, pastinya setiap anak didik memiliki hambatan dalam proses pembelajaran. Hambatan tersebut ada yang bersifat ringan sehingga anak didik dapat mengatasi permasalahan tersebut tanpa bantuan dari orang lain dan ada juga yang sifatnya berat dan harus melibatkan perhatian orang lain dalam menyelesaikan hambatan pembelajaran yang dialaminya. Anak tuna laras tidak selalu mengalami hambatan dalam proses pembelajaran, tapi ketika mereka berkumpul bersama dengan anak- anak sebaya lainnya dalam sistem pendidikan regular, ada hal-hal tertentu yang harus mendapatkan perhatian khusus dari guru dan sekolah untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.

(25)

pendidik kepada peserta didik, suatu proses pembelajaran akan berjalan secara efektif dan tujuan pembelajaranpun akan tercapai sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Model pembelajaran yang menarik bagi peserta didik dan sesuai dengan materi yang guru berikan kepada peserta didik akan memudahkan peserta didik dalam menyerap materi yang guru berikan kepada peserta didik, memberikan minat dan motivasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, serta menghindarkan peserta didik dari rasa bosan dan kejenuhan saat proses pembelajaran berlangsung.Anak berkebutuhan khusus memiliki model pembelajaran tersendiri yang telah dirancang dan dipersiapkan oleh pendidik sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak.

Model pembelajaran yang menarik dan disampaikan dengan cara menarik pula akan meningkatkan motifasi bagi peserta didik. Cara pendidik yang menyampaikan suatu materi pelajaran melalui contoh – contoh ilustrasi tentang kehidupan sehari – hari atau cara pendidik menyampaikansuatu manfaat dari mempelajari pokok – pokok bahasan yang dipelajari akan sangat mempengaruhi motifasi belajar bagi peserta didik.

(26)

pendidikan agama islam yang setiap minggunya hanya diberi waktu tiga jam pelajaran.

Suasana pembelajaranpun juga akan berpengaruh terhadap prestasi yang akan diperoleh anak didik. Dengan suasana belajar yang menyenangkan, metode pembelajaran yang sesuai dengan materi akan menambah motivasi dan minat anak didik dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga hasil yang akan diperoleh juga akan maksimal. Dalam hal ini seorang guru dituntut untuk dapat menfasilitasi anak didik agar dapat meningkatkan potensi yang dimiliki oleh anak didiknya serta membuat anak didiknya aktif dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal.

Fenomena yang terjadi pada saat ini adalah pendidikan agama dianggap suatu pembelajaran yang sulit sehingga kurang diminati oleh peserta didik. Pendidikan agama yang di dapat oleh peserta didik selalu monoton dan kebanyakan hanya menggunakan metode ceramah saja. Sehingga peserta didik kurang minat dalam mengikuti proses belajar mengajar. Selain model pembelajaran yang kurang menarik, minimnya jam mengajar Pendidikan Agama Islam pada suatu lembaga pendidikan juga mengakibatkan sebagian anak didik menyepelekan Pendidikan Agama Islam.

(27)

pembelajaran yang sering monoton dan hanya dilakukan dengan metode ceramah saja selain itu juga terletak pada minimnya alokasi waktu pelajaran agama pada setiap minggunya. Pada sekolah menengah pertama Muhammaddiyah Salatiga merupakan sekolah umum tingkat pertama yang mana pada sekolah tersebut memilki beberapa siswa berkebutuhan khusus kategori tuna laras, sehingga pada sekolah tersebut harus memiliki model pembelajaran yang dapat membuat anak didik merasa nyaman dalam mengikuti pembelajaran. Bukan hanya nyaman saja tetapi juga dapat memahamia arti pentingnya belajar agama.

Seorang pendidik pastinya memiliki banyak hambatan dalam menjalankan proses pembelajaran pendidikan agama khususnya pada sekolah menengah pertama yang memiliki siswa yang dikategorikan pada siswa berkebutuhan khusus. Hambatan yang dialami oleh seorang peserta didik biasanya terjadi pada model pembelajaran yang guru berikan.

(28)

akan tetapi tidak ada pembedaan khusus dalam pengelolaan kelas regular maupun anak bekebutuhan khusus. Hanya saja kaitannya dengan anak berkebutuhan khusus ( tuna laras ) anak tersebut dalam kesehariannya diberi tambahan materi pembelajaran sendiri dengan tujuan untuk menyamakan dengan peserta didik lainnya. Materi yang tidak hanya materi pelajaran umum saja akan tetapi pelajaran mengenai prilaku, akhlaq, dan spiritual anak ( tuna laras ).

Melihat fenomena tersebut penulis akan mengadakan penelitian yang bersangkutan dengan hambatan-hambatan yang pendidikan alami dalam proses pembelajaran tersebut. Dengan permasalahan tersebut, penulis mengambil judul penelitian MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK TUNA LARAS DI

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MUHAMMADIYAH

SALATIGA. B.Fokus Penelitian

Penelitian ini terfokus pada permasalahan – permasalahan Pendidikan Agama Islam yang tertuju pada model pembelajaran dan hambatan – hambatan yang dialami ketika proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga.

Adapun rumusan masalahyang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana karakteristik anak berkebutuhan khusus ( tuna laras ) di

(29)

2. Bagaimana model pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang digunakan untuk anak berkebutuhan khusus ( tuna laras ) di SMP Muhammadiyah Salatiga?

3. Apa masalah yang di hadapi guru dalam proses pembelajaran pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus ( tuna latas )di SMP Muhammdiyah Salatiga?

4. Usaha apa saja yang harus ditempuh oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi masalah tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Agar dapat memberikan gambaran yang jelas dalam pelaksanaan penelitian ini, maka perlu merumuskan tujuan penelitian yang hendak dicapai antara lain:

1. Untuk mengetahui karakteristik anak berkebutuhan khusus (tuna laras) di SMP Muhammadiyah Salatiga.

2. Untuk mengetahui model pembelajaran yang digunakan untuk proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam untuk anak berkebutuhan khusus ( tuna laras ) di SMP Muhammadiyah Salatiga.

3. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus

(30)

4. Untuk mendapatkan solusi dalam mengatasi masalah model pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus ( tuna laras ) di SMP Muhammadiyah Salatiga.

D.Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bisa memberi informasi yang jelas tentang model pembelajaran pendidikan agama islam bagi anak berkebutuhan khusus ( tuna laras ) sehingga dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Dengan adanya tulisan ini, diharapkan dapat menjadi salah satu karya ilmiah yang dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya tentang model pembelajaran kepada para pendidik atau guru agar dapat menciptakan rasa nyaman dan semanggat belajar peserta didik dalam menerima materi yang diberikan pendidik seta menumbuhkan motifasi untuk belajar lebih giat lagi dan mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.

b. Menambah wawasan dan Ilmu Pengetahuan bagi penulis. 2. Secara Praktis

a. Bagi Peneliti

Untuk mengetahui Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah Salatiga.

b. Bagi Guru SMP Muhammadiyah Salatiga

(31)

2) Guru memiliki pandangan luas dalam mengajar terutama dalam mengembangkan kreatifitas. Sehingga tercipta suasana pembelajaran yang menarik bagi siswa.

3) Membantu guru untuk menyelesaikan masalah – masalah model pembelajaran bagi anak tuna laras, sehingga kendala yang dihadapi dapat dikurangi.

c. Bagi SMP Muhammadiyah Salatiga

1) Dapat menjadi pedoman bagi para pihak yang berwenang dalam menentukan kebijakan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada SMP Muhammaddiyah Salatiga. 2) Dapat digunakan sebagai contoh dalam menerapkan model pembelajaran khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus ( Tuna Laras ). 3) Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam

pengembangan dan pembinaan anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga.

4) Memberikan input kepada sekolah untuk mendukung dan menyediakan sarana prasarana guru sebagai upaya peningkatan prestasi belajar siswa.

E. Penegasan Istilah

(32)

tidak terjadi salah pengertian didalam memahami skripsi ini. Adapun istilah – istilah yang dimaksud adalah :

1. Model Pembelajaran

Model adalah sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan ( Komarudin, 2000 : 153 ). Sedangkan Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara lebih aktif yang menekankan pada penyedian sumber belajar ( Dimyanti dan mudjiono, 1999 : 297 ).

Joyce dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum ( rencana pembelajaran jangka panjang ), merancang bahan – bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain ( Rusman, 2011 : 133 ).

Jadi model pembelajaran dapat diartikan sebagai cara / tekhnik penyajian yang digunakan seorang guru dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai.

2. Pendidikan Agama Islam

(33)

memelihara hubungannya dengan Allah, diri sendiri, masyarakat, dan alam sekitarnya serta tanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa termasuk dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya.

Jadi yang dimaksud Pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini yaitu suatu mata pelajaran yang dijadikan kurikulum wajib untuk dipelajari oleh seluruh peserta didik yang beragama Islam di SMP Muhammadiyah Salatiga.

3. Tuna Laras

Tuna laras adalah sebutan bagi individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial ( Aqila Smart, 2010:53 ).

Schmid dan Mercer dalam bukunya Wardani ( 2013:7.28 ) mengemukakan bahwa anak tuna laras adalah anak yang secara kondisi dan terus menerus menunjukkan penyimpangan tingkah laku tingkat berat yang mempengaruhi proses belajar meskipun telah menerima layanan belajar serta bimbingan seperti anak lain. Ketidakmampuan menjalin hubungan baik dengan orang lain dan gangguan belajarnya tidak disebabkan oleh fisik, saraf, atau inteligensia.

(34)

disebabkan karena faktof internal dan faktok eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitarnya.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode ini dipandang sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data-data yang bersifat deskriptif, yang mana dapat berupa secara langsung terhadap fakta-fakta yang ada pada saat ini dan dilaporkan sebagaimana mestinya.

Soegiyono menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek secara alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci ( Sugiyono, 2010 : 9 ).

(35)

Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah guru bimbingan konseling yang sekaligus berperan sebagai guru pendidikan agama islam di SMP Muhammadiyah Salatiga dengan berbagai latar belakangnya dalam memberikan pengajaran dan pembinaan pada anak didiknya khususnya anak tuna laras, sehingga akan ditemukannya kendala dalam pelaksanaan model pembelajaran pendidikan agama islam bagi anak berkebutuhan khusus ( tuna laras).

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti bertindak langsung sebagai instrument, sekaligus menjadi pengumpul data. Adapun instrument lain yang digunakan oleh penulis adalah alat note book atau buku catatan serta alat dokumentasi. Akan tetapi instrument ini hanya sebagai pendukung tugas penulis sebagai instrument. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat peneliti adalah peneliti itu sendiri ( Sugiono, 2010 : 222 ).

Selain itu kehadiran peneliti di lapangan mutlak diperlukan. Sebab dalam hal ini, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk melaksanakan pengamatan yang berkaitan dengan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga. 3. Tempat penelitian dan waktu penelitian

a. Tempat penelitian

Dalam penelitian ini, penulis ingin memfokuskan

(36)

Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus ( tuna laras ) di SMP Muhammadiyah Salatiga, yang terletak di Jalan Cempaka 5-7 Sidorejo Lor, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah.

b. Waktu penelitian

Adapun waktu penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 6 s.d 21 Juni 2014.

4.Sumber data

Salah satu hal yang paling penting dalam sebuah penelitian adalah ketersediaan sumber data. Sumber data dalam penelitian adalah darimana data – data tersebut diperoleh. Sumber data dalam penelitian kualitatif akan menghasilkan kekayaan data dalam sebuah penelitian kualitatif. Berdasarkan sumbernya, jenis data dalam penelitian di bagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumbernya dan dicatat pertama kali. Data sekunder adalah data hasil pengumpulan orang lain dengan maksud tersendiri dan mempunyai kategorisasi atau klasifikasi menurut keperluan mereka.

a. Sumber data primer

(37)

langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian yang dilakukan.

Sumber data primer ini diperoleh dari informan. Informan utama dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, dan beberapa siswa SMP Muhammadiyah Salatiga yang termasuk dalam kategori anak tuna laras.

Informan digunakan sebagai sumber data dan aktor atau pelaku yang ikut menentukan berhasil tidaknya sebuah penelitian berdasarkan informasi yang diberikan. Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru pendidikan agama islam yang dijadikan juga responden yaitu peserta didik yang berperan untuk mengklarifikasikan kebenaran penggunaan model pembelajaran yang digunakan pendidik.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah berbagai macam teori dan informasi yang diperoleh tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan dengan maksud untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang akan dijadikan sumber data sekunder adalah dokumen atau arsip.

(38)

gambar benda – benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu peristiwa ( Suprayogo, 2003 : 163 ).

Berkaitan dengan sumber data sekunder, penulis akan mencari dokumen – dokumen penting yang berkaitan dengan judul penelitian seperti : Sejarah SMP Muhammadiyah Salatiga, visi dan misi SMP Muhammadiyah Salatiga, keadaaan guru di SMP Muhammadiyah Salatiga, daftar nama tuna laras, daftar nilai tuna laras, buku catatan konseling tuna laras dan hal – hal yang berkaitan dengan judul penelitian.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data. Diantaranya observasi, wawancara, dan dokumen- dokumen yang mendukung demi kelancaran penelitian ini.

a. Observasi

Obsevasi adalah suatu tekhnik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung. Observasi sebagai metode ilmiah biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki, baik secara langsung maupun tidak langsung.

(39)

observasi non partisipan dimana peneliti tidak banyak dituntut peranan tingkah laku atau keterlibatannya terhadap kegiatan atau fenomena dari subjek yang diteliti. Perhatian peneliti hanya terfokus pada bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari dan mencatat tingkah laku atau fenomena yang diteliti. Dan observasi ini bersifat terbuka karena diketahui oleh subjek yang diteliti ( Suprayogo, 2003 : 167 ).

Dalam hal ini penulis akan melakukan observasi di SMP Muhammadiyah Salatiga mengenai Model Pembelajaran yang digunakan para pendidik khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi tuna laras. Observasi ini dilakukan supaya peneliti dapat mengetahui bagaimana cara seorang pendidik dalam menerapkan model pembelajaran yang digunakan khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi tuna laras. Pedoman observasi pengumpulan data dapat dikumpulkan sebagai berikut:

1) Kondisi objektif pendidik dalam menerapkan model pembelajaran.

(40)

2) Hambatan pendidik yang dialami dalam proses belajar mengajar.

Peneliti melakukan pengamatan kepada pendidik dalam menerapkan model pembelajaran dalam proses belajar mengajar dengan pedoman yang sudah ada.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu , percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) dan yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu ( Lexy J Moleong, 2009 : 186 ).

Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang dilakukan dengan Bentuk komunikasi secara langsung antara peneliti dengan subjek. Peneliti mencoba untuk melakukan percakapan atau bertanya jawab secara langsung dan mendalam terhadap responden atau informan yang dianggap bisa memberi informasi mengenai objek penelitian.

(41)

mengajar Pendidikan Agama Islam bagi Tuna Laras. Sedangkan wawancara kepada peserta didik yang bertujuan untuk mengklarifikasi kebenaran para pendidik dalam menerapkan model pembelajaran tersebut. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai anak tuna laras dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar ( KBM ) khususnya pada Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah Salatiga hambatan yang dirasa oleh para pendidik, dan usaha yang ditempuh para pendidik dalam mengatasi hambatan yang ada.

c. Dokumen

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen dapat berupa tulisan, gambar, ataupun karya – karya monumental dari seseorang ( Sugiyono, 2010 : 240 ).

(42)

Metode ini akan digunakan peneliti sebagai pedoman untuk mencari data mengenai beberapa hal, baik yang berupa catatan dan gambaran umum SMP Muhammadiyah Salatiga. Metode ini digunakan sebagai salah satu pelengkap dalam memperoleh data.

Dalam hal ini dokumentasi dapat penulis kelompokkan sebagai berikut:

1) Sejarah SMP Muhammadiyah Salatiga. 2) Visi dan Misi SMP Muhammadiyah Salatiga.

3) Keadaan guru dan siswa SMP Muhammadiyah Salatiga. 4) Daftar nama anak berkebutuhan khusus (Tuna Laras). 5) Daftar nilai anak berkebutuhan khusus (Tuna Laras). 6) Buku catatan konseling anak berkebutuhan khusus (Tuna

Laras).

7) Data – data yang menunjang dalam penelitian ini. 6. Tekhnik analisis data

Berdasarkan hasil pengumpulan data, selanjutnya penulis akan melakukan analisis data yang telah diperoleh dan disusun sedemikian rupa sehingga menjadi data penelitian yang urut.

(43)

2010 : 247 ). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data kualitatif deskriptif yang artinya penulis mencari uraian yang menyeluruh dan cermat tentang model pembelajaran pendidikan agama islam bagi anak berkebutuhan khusus ( tuna laras ) di SMP Muhammadiyah Salatiga, karena strukturnya pendekatannya menggunakan pendekatan kualitatif, dimana data – data yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, maka dilakukan pengelompokan data dan pengurangan data yang tidak penting.

Berdasarkan dari pengumpulan data, selanjutnya penulis akan melakukan analisis data dan melakukan pembahasan secara deskriptif. Dengan demikian data yang diperoleh akan disusun sedemikian rupa sehingga dikaji dan dikupas secara sistematis. Karena sebagian besar data yang diperoleh itu merupakan data kualitatif maka penulis menggunakan tekhnik deskriptif analisis non statistik, Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendiskripsikan dan menginterpetasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang telah berlangsung

( http://ardhana12.wordpress.com.penelitian-deskriptif Rabu, 29 Oktober 2014 pukul 11.35 )

(44)

a. Kriteria Keabsahan Data

Untuk mendapatkan keabsahan ( trust worthiness ) data diperlukan tekhnik pemeriksaan. Pelaksanaan tekhnik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu : kepercayaan (creadibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), kepastian (konfermability) ( Moleong, 2008 : 324 ).

Pengecekan keabsahan ini dilakukan dengan cara terjun langsung untuk melakukan wawancara sehingga mendapat data yang langsung dari guru tersebut dengan demikian data tersebut akurat dan dapat dipercaya.

1) Kriteria yang peneliti gunakan sebagai pemeriksaan keabsahan temuan yaitu derajat kepercayaan ( creadibility ), kriteria ini berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil – hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

(45)

3) Ketergantungan ( dependability ), kriteria ini digunakan untuk mengadakan replikasi study secara berulang – ulang untuk mendapatkan hasil yang secara esensien sama dan sekaligus untuk mendapat kepercayaan pada instrument penelitian.

4) Kriteria yang keempat yaitu Kepastian ( konfermability ), kriteria ini dikatakan sebagai sesuatu yang objektif, berarti dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Untuk membuktikan penelitian ini, dianggap sebagai hal yang faktual, dapat dipercaya maka peneliti melakukan wawancara langsung kepada subjek yang berhubungan yaitu pendidik sebagai sumber langsung yang menerapkan model pembelajaran. Setelah menggunakan kriteria diatas kemudian data tersebut tentu akan peneliti simpulkan dan akan dicocokkan dengan hambatan yang ada di SMP Muhammadiyah Salatiga dalam menerapkan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tuna laras.

b. Tekhnik Pemeriksaan Keabsahan Data

(46)

sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian ( Moleong, 2004 : 330 ).

Pada triangulasi dengan metode, menurut Patton ( 1987 : 329 ), terdapat dua strategi yaitu :

1) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa tekhnik pengumpulan data, dan

2) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama ( Moleong, 2008 : 330-331 ). Misalnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data dengan cara melakukan pengecekan dokumen yang dikemukakan oleh informan, responden melalui wawancara, dan observasi yang dilakukan oleh peneliti.

Untuk mendapatkan data yang absah dengan triangulasi metode, peneliti akan menggunakan strategi yang ke dua yaitu pengecekan derajat kepercayaan kepada sumber data dengan metode yang sama, yaitu metode wawancara dan observasi. Metode wawancara ini, akan peneliti lakukan kepada kepala sekolah, guru pendidikan agama islam, serta guru bimbingan dan konseling. Sedangkan metode observasi akan peneliti lakukan ketika proses belajar mengajar di kelas dengan memperhatikan model – model pembelajaran yang telah diterapkan oleh para pendidik.

(47)

Dalam pelaksanaan penelitian ini ada empat tahap yaitu : tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data dan tahap penelitian laporan.

Dalam penelitian ini tahap yang akan ditempuh oleh peneliti sebagai berikut :

a. Tahap pra lapangan

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan kegiatan penentuan fokus penelitian, memilih lapangan penelitian, menjajaki dan menilai lapangan penelitian, permohonan ijin kepada subjek yang diteliti, memilih dan memanfaatkan informasi, menyiapkan perlengkapan penelitian, memperhatikan etika dalam penelitian, konsultasi fokus penelitian, dan penyusunan usulan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan

(48)

pembelajaran yang digunakan dan hambatan dalam menerapkan model pembelajaran untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus (tuna laras).

c. Tahap analisis data

Tahap analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul ( Sugiyono, 2009 : 147 ).

Kegiatan yang dilakukan dalam analisi data adalah sebagai berikut :

1) Pengumpulan data

Dalam tahap ini, penulis akan mengumpulkan seluruh data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk dikaji dan ditelaah.

2) Analisis data

Setelah semua dat terkumpul, penulis melakukan analisis data dengan cara menelaah seluruh data – data yang telah diperoleh dari berbagai sumber yaitu : kepala sekolah, guru pendidikan agama islam, guru bimbingan dan konseling dan peserta didik.

(49)

Dalam tahapan ini meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan dan saran – saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan peneliti skripsi yang sempurna. Langkah terakhir penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika disini adalah gambaran umum tentang skripsi ini. Skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal berisikan sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran; adapun bagian inti berisi tentang pendahuluan sampai dengan penutup; dan pada bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran - lampiran, riwayat hidup penulis. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Meliputi latar belakang, penegasan istilah, rumasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

(50)

A.Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam B. Anak Tuna Laras

BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian

A. Gambaran umum SMP Muhammadiyah Salatiga B. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi

Anak Tuna Laras di SMP Muhammadiyah Salatiga. BAB IV : Pembahasan

A. Bagaimana karakteristik anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga?

B. Bagaimana model pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang cocok untuk anak tuna laras di SMP Muhammadiyah Salatiga.

C. Apa masalah yang di hadapi guru dalam proses pembelajaran pendidikan Agama Islam bagi anak tuna laras di SMP Muhammdiyah Salatiga.

(51)

BAB V : Kesimpulan, Saran – saran, dan Penutup.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan seorang guru dalam mengembangkan model – model pembelajaran yang akan berpengaruh pada peningkatan intensitas keterlibatan peserta didik secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat belajar secara aktif, inovatif dan menyenangkan sehingga peserta didik dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal.

Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang mempunyai keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan kepada peserta didik.

(52)

oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Sedangkan Nasition ( 2005 ) dalam Sugihartono, dkk ( 2007 : 80 ) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungannya sebaik – baiknya dan menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar ( http:// ainamulyana.blogspot.com/ 2005/ 02 Diakses pada hari, Rabu 4 November 2015 jam 14.35 WIB).

Pakar Pendidikan seperti Joyce dan Marsha Weil‟s ( 1980: 1 ) menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rancangan atau pola yang dapat digunakan untuk membuat kurikulum ( pembelajaran dalam jangka waktu lama ), untuk mendesain bahan – bahan pembelajaran dan untuk mengarahkan guru mengajar, serta setting lainnya didalam kelas atau di tempat yang lainnya agar tercipta rasa nyaman ( Rusman, 2011 : 133 ).

Secara umum istilah “ model “ diartikan sebagai kerangka,

(53)

tertentu, yang berfungsi sebagai pedoman, bagi perancang pengajaran, serta para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian,aktivitas belajar mengajar benar – benar merupakan kegiatan bertujuan yang tersusun secara sistematis ( Abdul Majid, 2013 : 13 ).

Dari definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rancangan atau pola yang didesain oleh pendidik dalam mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan adanya model pembelajaran pendidik dapat menentukan pembelajaran yang ingin dilakukan untuk membuat peserta didik nyaman dalam belajar dan faham dengan apa yang diajarkan sehingga tercapailah suatu tujuan pembelajaran.

2. Ciri – ciri Model Pembelajaran

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang membedakan dengan strategi, metode atau prosedur. Ciri – ciri tersebut sebagai berikut :

a. Rasional teoretis logis yang disususn oleh para pencipta atau pengembangnya.

b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar ( tujuan pembelajaran yang akan dicapai ).

(54)

d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat dicapai ( Abdul Majid, 2013 : 14 ).

3.Faktor Penghambat dalam Menerapkan Model Pembelajaran

Ada beberapa hal yang dapat menghambat proses penerapan model pembelajaran dalam proses belajar mengajar, diantaranya pemahaman seorang pendidik terhadap model pembelajaran yang baik dalam perencanaan maupun penerapannya masih sangat kurang. Kurangnya pemahaman guru terhadap model pembelajaran ini terjadi pada semua guru.

Latar belakang dan pengalaman mengajar pendidik sangat rendah. Pendidik kurang memahami karakteristik yang di miliki oleh peserta didik, sehingga dalam proses belajar mengajar pendidik tidak mengetahui gaya mengajat siswa sehingga akan terjadi kesenjangan pengetahuan. Lingkungan yang kurang kondusif untuk proses belajar mengajar, dan sarana prasarana yang kurang memadai ( http:// mbegedut. blogspot. com/ 2011/ 01 faktor–pendukung– dan-penghambat. html Diakses pada hari Sabtu, 28 November 2015 jam 09.50 WIB ).

4.Macam – macam Model Pembelajaran

(55)

didik dapat belajar sendiri atau belajar secara berkelompok. Model pembelajaran mendesain pembelajaran yang menyenangkan yang menempatkan peserta didik sebagai subjek pendidikan, selain itu memberi ruang peserta didik untuk berimajinasi, mengembangkan kreatifitasnya, dan berfikir kritis analitis.

a. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif ( cooperative learning ) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai lima orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi ( Nurulhayati, 2002 : 25 ). Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.

(56)

memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru atau multi way traffic communication ( Rusman, 2011 : 202 – 205 ).

Pembelajaran kooperatif di desain sebagai pola pembelajaran yang dibangun oleh lima elemen penting sebagai prasyarat, sebagai berikut :

1) Saling ketergantungan secara positif ( positive Interdependence ) Bahwasannya setiap anggota tim saling membutuhkan untuk sukses, walaupun setiap tujuan peserta didik mungkin berbeda. 2) Interaksi langsung ( Face to Face Interaction ).

Memberikan kesempatan kepada peserta didik secara individual untuk saling membantu dalam memecahkan masalah, memberi umpan balik yang diperlukan antar anggota untuk semua individu, dan mewujudkan rasa hormat, perhatian, dan dorongan diantara individu – individu sehingga mereka termotifasi untuk terus bekerja pada tugas yang dihadapi.

(57)

Bahwasannya tujuan belajar bersama adalah untuk menguatkan kemampuan akademis peserta didik, sehingga kontribusi peserta didik harus adil.

4) Ketrampilan interpersonal dan kelompok kecil ( Interpersonal and Small Group Skills ).

Asumsi bahwa peserta didik akan secara aktif mendengarkan, menjadi hormat dan perhatian, berkomunikasi secara efektif, dan dapat dipercaya tidak selalu benar. Ketrampilan sosial harus mengajarkan kepemimpinan, pengambilan keputusan, membangun kepercayaan, komunikasi, dan ketrampilan manajemen konflik.

5) Proses kerja kelompok ( Group Processing ).

Proses kerja kelompok memberi umpan balik kepada anggota kelompok tentang partisipasi mereka, memberi kesempatan untuk meninggkatkan ketrampilan pembelajaran kolaboratif anggota, membantu untuk mempertahankan hubungan kerja yang baik antar anggota, dan menyediakan sarana untuk merayakan keberhasilan kelompok.

Model – Model pembelajaran kooperatif :

a) Model Student Teams Achievement Division ( STAD ). b) Model Jigsaw.

(58)

e) Model TGT ( Teams Games Tournaments ). f) Model Struktural.

b. Model Pembelajaran Quantum.

Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang

membiasakan belajar menyenangkan. Penerapan model ini diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga pada akhirnya siswa dapat meningkatkan hasil belajar secara menyeluruh. Quantum Learning pertama kali digunakan di Supercamp ( De

Potter, 2009 ). Supercamp menggunakan pola pembelajaran yang menggabungkan rasa percaya diri, ketrampilan belajar dan ketrampilan berkomunikasi dengan lingkungan yang menyenangkan ( Miftahul Huda, 2013 : 193 ).

Quantum Learning sebagai salah satu metode belajar dapat

memadukan berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Lingkungan belajar yang menyenangkan dapat menimbulkan motivasi pada diri siswa sehingga secara langsung dapat mempengaruhi proses belajar mereka.

Akan tetapi, pembelajaran Quantum tidak terlepas dari beberapa kelemahan. Beberapa kelemahan dari pembelajaran Quantum Learning adalah : memerlukan dan mununtut keahlian dan

(59)

persiapan pembelajaran yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik, dan tidak semua kelas memiliki sumber belajar, alat belajar, dan fasilitas yang dijadikan prasyarat dalam Quantum Learning, selain juga Karena pembelajaran ini juga menuntut situasi

dan kondisi serta waktu yang lebih banyak.

Langkah – langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam melalui konsep Quantum Learning adalah sebagai berikut ( Miftahul Huda, 2013 : 193 - 196 ) :

1) Kekuatan Ambak

Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat – akibat suatu keputusan. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya motivasi, keinginan untuk belajar akan selalu ada.

2) Penataan lingkungan belajar

Dalam proses belajar mengajar, diperlukan penataan lingkungan yang dapat membuat siswa merasa aman dan nyaman. Perasaan ini akan menumbuhkan konsentrasi belajar siswa yang baik. 3) Memupuk sikap juara

(60)

Dengan memupuk sikap juara ini, siswa akan merasa lebih dihargai.

4) Membebaskan gaya belajar

Ada berbagai macam gaya belajar yang dimiliki siswa. Gaya belajar tersebut antara lain : visual, auditorial, dan kinestetik. Dalam Quantum Learning, guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswas dan tidak terpaku pada satu gaya belajar siswa saja.

5) Membiasakan mencatat

Belajar akan benar – benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika siswa tidak hanya menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali apa yang diperoleh dengan menggunakan bahasa hidup dengan cara dan ungkapan sesuai dengan cara belajar siswa sendiri.

6) Membiasakan membaca

Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca. Dengan membaca, siswa bisa meningkatkan perbendaharaan kata, pemahaman, wawasan, dan daya ingatnya. Seorang guru hendaknya membiasakan siswa untuk membaca, baik buku – buku pelajaran maupun buku – buku yang lain.

(61)

Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba, dan senang bermain. Sikap kreatif memungkinkan siswa menghasilkan ide – ide yang segar dalam belajarnya.

8) Melatih kekuatan memori

Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar, sehingga siswa perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik.

Metode Quantum Learning dengan tekhnik peta pemikiran ( mind mapping ) dan simulasi, memiliki manfaat yang sangat baik untuk meningkatkan potensi akademis ( prestasi belajar ) maupun potensi kreatif yang terdapat dalam diri siswa.

c. Model Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching And

Learning )

Menurut ( Nurhadi : 2002 ), pembelajaran kontekstual ( CTL ) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

(62)

akademik dengan isi kehidupan sehari – hari, yaitu dengan konteks kehidupan pribadi, sosial dan budaya.

Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri ( learning to do ), dan bahkan sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan oleh guru. Oleh sebab itu, melalui pembelajaran kontekstual, mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep – konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya menfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup ( life skill ) dari apa yang dipelajarinya. Dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna, sekolah lebih dekat dengan lingkungan masyarakat ( bukan dekat dari segi fisik ), akan tetapi secara fungsional apa yang dipelajari di sekolah senantiasa bersentuhan dengan situasi dan permasalahan kehidupannya yang terjadi di lingkungannya ( keluarga dan masyarakat ). CTL, sebagai suatu model, dalam implementasinya tentu saja memerlukan perencanaan pembelajaran yang mencerminkan konsep dan prinsip CTL.

(63)

setiap model memiliki karakteristik khas tertentu, yang tentu saja berimplikasi pada adanya perbedaan tentu pula dalam membuat desain ( skenario ) yang disesuaikan dengan model yang akan diterapkan.

Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu ( Rusman, 2011 : 189 -197 ) :

1) Konstruktivisme ( Constructivism )

Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasarkan dari pengetahuan awal.

Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “ mengkonstruksi ”

bukan menerima pengetahuan. 2) Menemukan ( Inquiry )

Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Siswa belajar menggunakan ketrampilan berfikir kritis. 3) Bertanya ( Questioning )

Kegiatan guru mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa.

Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.

4) Masyarakat Belajar ( Learning Community )

Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.

(64)

Tukar pengalaman. Berbagi ide.

5) Pemodelan ( Modelling )

Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berfikir, bekerja, dan belajar.

Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya.

6) Refleksi ( Reflection )

Mengukur pengetahuan dan ketrampilan siswa. Penilaian produk ( kinerja ).

Tugas – tugas yang relevan dan kontekstual. 7) Penilaian Sebenarnya ( Authentic Assessment )

Cara berfikir tentang apa yang telah kita pelajari. Mencatat apa yang telah dipelajari.

Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok. B.Pendidikan Agama Islam

1. Pengertia

n

Pendidik

(65)

Agama

Islam

Pendidikan Agama Islam adalah Pendidikan dengan melalui ajaran – ajaran agama islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran – ajaran agama islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak ( Murni Djamal, 1984 : 82 ).

Pendidikan Agama Islam disebutkan dalam Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SD dan MI adalah : "Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta

penggunaan pengalaman.”

2. Landasan Pendidikan Agama Islam

(66)

kegiatan dan semua perumusan tujuan Pendidikan Islam itu dihubungkan. Landasan itu terdiri dari :

a. AL - Qur’an

AL – Qur‟an ialah firman Allah SWT berupa wahyu yang

disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui Ijtihad. Ajaran yang terkandung didalam AL – Qur‟an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut dengan Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut

dengan Syari‟ah.

Pendidikan, karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk membentuk manusia, termasuk ke dalam ruang lingkup

mu‟amalah. Pendidikan sangat penting karena ia ikut menentukan

corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyarakat.

(67)

Itu berarti bahwa kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan hidup. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus menggunakan AL –

Qur‟an sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori

tentang Pendidikan Islam. b. AS – Sunnah

AS – Sunnah ialah perkataan, perbuatan, ataupun pengakuan Rosul Allah SWT. Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah AL – Qur‟an. Sunnah berisi petunjuk ( pedoman ) untuk kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa.

Untuk itu Rasul Allah menjadi guru dan pendidik utama. Pertama dengan menggunakan rumah AL - Arqam ibn Abi AL – Arqam, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis, dan yang ketiga dengan mengirim para sahabat ke daerah –daerah yang baru masuk islam. Semua itu adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam. Oleh karena itu, Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim.

(68)

Ijtihad ialah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari‟at Islam

untuk menetapkan atau menentukan suatu hukum syari‟at Islam dalam hal – hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh AL

–Qur‟an dan AS – Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi

seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi juga berpedoman pada AL – Qur‟an dan AS – Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah – kaidah yang diatur oleh para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi AL –Qur‟an dan AS – Sunnah tersebut. Karena itu, ijtihad dipandang sebagai salah satu hukum Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasul Allah SWT wafat. sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan, yang senantiasa berkembang. Ijtihad bidang pendidikan sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, terasa semakin urgen dan mendesak, tidak saja dibidang materi atau isi, melainkan juga dibidang sistem dalam artinya yang luas.

Ijtihad dalam bidang pendidikan harus tetap bersumber pada

AL –Qur‟an dan AS – Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari

(69)

ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup ( Daradjat, 2011 : 19 – 22 ).

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

a.Tujuan Umum

Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran maupun dengan cara yang lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan ( Daradjat, 2011:30 ). Tujuan umum yang berbentuk insan kamil dengan pola taqwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah sesuai dengan tingkatan – tingkatan tersebut. Serta mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang.

b. Tujuan Akhir

(70)

berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam pendidikan formal. Tujuan akhir dalam pendidika Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah Q.S Ali Imran ayat 102 ( AL –Qur‟an dan terjemaha, 2006 : 50 ) yang berbunyi :



Artinya : “ Wahai orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada

Allah dengan sebenar – benarnya taqwa kepada Nya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (Q.S Ali – Imran ( 3 ) : 102).

c. Tujuan Sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik di beri sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk Insan Kamil dengan pola taqwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang – kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik.

d. Tujuan Operasional

(71)

ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yang paling rendah, sifat yang berisi tentang kemampuan dan ketrampilan yang ditonjolkan. Misalnya : ia dapat berbuat, terampil melakukan, lancar mengucapkan, mengerti, memahami, menyakini, dan menghayati adalah soal kecil.

Dalam pendidikan, yang berkaitan dengan lahiriyah seperti bacaan dan kaifiyat sholat, akhlaq dan tingkah laku. Pada masa permulaan yang penting ialah anak didik mampu dan terampil berbuat, baik perbuatan itu perbuatan lidah ( ucapan ) ataupun perbuatan anggota badan lainnya. Kemampuan dan ketrampilan yang dituntut pada anak didik, merupakan sebagian kemampuan dan ketrampilan Insan kamil dalam ukuran anak, yang menuju kepada bentuk Insan kamil yang semakin sempurna ( meningkat ). Anak harus terampil melakukan ibadat, sekurang – kurangnya ibadat wajib meskipun ia belum memahami dan menghayati ibadat itu ( Daradjat, 2011:31–33 ).

C.Anak Tuna Laras

1. Pengertia

n Tuna

Laras

Tuna Laras berasal dari kata “ tuna “ yang berarti kurang dan “

laras ” yang berarti sesuai. Jadi, anak tuna laras berarti anak yang

Gambar

TABEL 3.1 Daftar  Guru dan Karyawan
TABEL 3.2 Diklat/Penataran yang pernah diikuti oleh Kepala Sekolah
TABEL 3.4
TABEL 3.6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mengukur jumlah gas rumah kaca dari perkebunan kakao dan menguraikan stok (cadangan) karbon dari perkebunan, yaitu jumlah karbon yang tersimpan dalam tanah,

• Hal inilah yang menyebabkan kebutuhan arus proteksi ICCP spesimen dengan kondisi cacat coating yang sama pada penelitian meningkat seiring dengan naiknya temperatur

Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.06/2005 tanggal 9 November 2005 dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor

Untuk mendapatkan rendemen arang dan cuka kayu yang tinggi maka sebaiknya menggunakan bahan baku dengan ukuran 5 cm dan lama pembakaran kurang dari 10 jam, untuk penghematan

Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Fiqih Pokok Materi Makanan dan Minuman Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada Kelas VIIIA MTs Asy-Syarifiyah

Hasil pengamatan partisipatif selama proses pembelajaran pada siklus kedua diperoleh data, bahwa: (1) secara umum keterlibatan siswa kelas VIII dalam proses diskusi lebih baik

Variabel keberadaan TPI dibagi lagi menjadi 9 variabel yaitu : Keberadaan fasilittas TPI, fungsi fasilitas TPI, standar pelayanan yang diberikan petugas TPI dalam menjaga

Pendekatan domain kognitif yang digunakan dalam penelitian ini memiliki indikator yang saling menguatkan atau melengkapi, untuk memudahkan kepentingan praktis maka