4.1.Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan Kawasan Strategis Nasional, meliputi :
1. Kawasan Industri Lhokseumawe (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam)
(I/A/2)
2. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam) (I/A/2)
3. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Banda Aceh Darussalam
(Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam) (I/A/2)
4. Kawasan Ekosistem Leuser (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) (I/B/1)
5. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 2 pulau kecil terluar (Pulau Rondo
dan Berhala) dengan negara India/Thailand/Malaysia (Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam dan Sumatera Utara) (I/E/2)
6. Kawasan Perkotaan Medan – Binjai – Deli Serdang – Karo (Mebidangro)
(Provinsi Sumatera Utara) (I/A/1)
7. Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya (Provinsi Sumatera Utara) (I/B/1)
8. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Kototabang (Provinsi Sumatera
Barat) (I/D/2)
9. Kawasan Hutan Lindung Bukit Batabuh (Provinsi Riau dan Sumatera
Barat) (I/B/1)
10. Kawasan Hutan Lindung Mahato (Provinsi Riau) (I/B/1)
11. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau
Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong
Belayar, Tokong Boro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subi Kecil,
Berhanti, dan Nongsa) dengan negara Malaysia/Vietnam/Singapura
(Provinsi Riau dan Kepulauan Riau) (I/D/2)
12. Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun (Provinsi Kepulauan Riau) (I/A/2)
13. Kawasan Lingkungan Hidup Taman Nasional Kerinci Seblat (Provinsi
Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sumatera Selatan) (I/B/1)
14. Kawasan Taman Nasional Berbak (Provinsi Jambi) (I/B/1)
15. Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Provinsi Jambi dan Riau) (I/B/1)
16. Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (Provinsi Jambi) (I/B/1)
17. Kawasan Selat Sunda (Provinsi Lampung dan Banten) (III/A/2)
18. Kawasan Instalasi Lingkungan dan Cuaca (Provinsi DKI Jakarta) (I/D/2)
19. Kawasan Fasilitas Pengolahan Data dan Satelit (Provinsi DKI Jakarta)
(I/D/2)
20. Kawasan Perkotaan Jabodetabek-Punjur termasuk Kepulauan Seribu
(Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat) (I/A/1)
21. Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung (Provinsi Jawa Barat) (I/A/1)
22. Kawasan Fasilitas Uji Terbang Roket Pamengpeuk (Provinsi Jawa Barat)
(I/D/1)
23. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Pamengpeuk (Provinsi Jawa Barat)
(I/D/2)
24. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Tanjung Sari (Provinsi Jawa Barat)
(I/D/2)
25. Kawasan Stasiun Telecomand (Provinsi Jawa Barat) (I/D/2)
26. Kawasan Stasiun Bumi Penerima Satelit Mikro (Provinsi Jawa Barat) (I/D/2)
27. Kawasan Pangandaran – Kalipuncang – Segara Anakan – Nusakambangan
(Pacangsanak) (Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah) (I/B/1)
28. Kawasan Perkotaan Kendal – Demak – Ungaran – Salatiga – Semarang
-Purwodadi (Kedung Sepur) (Provinsi Jawa Tengah) (I/A/1)
29. Kawasan Borobudur dan Sekitarnya (Provinsi Jawa Tengah) (I/B/2)
31. Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (Provinsi Jawa Tengah dan
Daerah Istimewa Yogyakarta) (I/B/1)
32. Kawasan Perkotaan Gresik – Bangkalan – Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo
– Lamongan (Gerbangkertosusila) (Provinsi Jawa Timur) (I/A/1)
33. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Watukosek (Provinsi Jawa Timur)
(I/D/2)
34. Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (Provinsi Banten) (I/B/1)
35. Kawasan Perkotaan Denpasar – Badung – Gianyar - Tabanan (Sarbagita)
(Provinsi Bali) (I/A/1)
36. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Bima (Provinsi Nusa Tenggara
Barat) (I/A/2)
37. Kawasan Taman Nasional Komodo (Provinsi Nusa Tenggara Barat) (I/B/1)
38. Kawasan Gunung Rinjani (Provinsi Nusa Tenggara Barat) (I/B/1)
39. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Mbay (Provinsi Nusa
Tenggara Timur) (I/A/2)
40. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan negara Timor Leste (Provinsi Nusa
Tenggara Timur) (I/E/2)
41. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil terluar (Pulau Alor,
Batek, Dana, Ndana, dan Mangudu) dengan negara Timor Leste/Australia
(Provinsi Nusa Tenggara Timur) (I/E/2)
42. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Khatulistiwa (Provinsi
Kalimantan Barat) (I/A/2)
43. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Pontianak (Provinsi Kalimantan
Barat) (I/D/2)
44. Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun (Provinsi Kalimantan Barat)
(I/B/1)
45. Kawasan Perbatasan Darat RI dan Jantung Kalimantan (Heart of Borneo)
(Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah)
46. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Daerah Aliran Sungai Kahayan
Kapuas dan Barito (Provinsi Kalimantan Tengah) (I/A/2)
47. Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting (Provinsi Kalimantan Tengah)
(I/B/1)
48. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin (Provinsi Kalimantan
Selatan) (I/A/2)
49. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Samarinda, Sanga-Sanga,
Muara Jawa, dan Balikpapan (Provinsi Kalimantan Timur) (I/A/2)
50. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 18 pulau kecil terluar (Pulau
Sebatik, Gosong Makasar, Maratua, Sambit, Lingian, Salando, Dolangan,
Bangkit, Mantewaru, Makalehi, Kawalusu, Kawio, Marore, Batu
Bawaikang, Miangas, Marampit, Intata, dan Kakarutan) dengan negara
Malaysia dan Philipina (Provinsi Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Utara) (I/E/2)
51. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Manado – Bitung (Provinsi
Sulawesi Utara) (I/A/2)
52. Kawasan Konservasi dan Wisata Daerah Aliran Sungai Tondano (Provinsi
Sulawesi Utara) (I/B/1)
53. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batui (Provinsi Sulawesi
Tengah) (I/A/2)
54. Kawasan Poso dan Sekitarnya (Provinsi Sulawesi Tengah) (I/C/1)
55. Kawasan Kritis Lingkungan Balingara (Provinsi Sulawesi Tengah) (I/B/1)
56. Kawasan Kritis Lingkungan Buol-Lambunu (Provinsi Sulawesi Tengah)
(I/B/1)
57. Kawasan Perkotaan Makassar – Maros – Sungguminasa – Takalar
(Mamminasata) (Provinsi Sulawesi Selatan) (I/A/1)
58. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Parepare (Provinsi Sulawesi
Selatan) (I/A/2)
60. Kawasan Stasiun Bumi Sumber Alam Parepare (Provinsi Sulawesi
Selatan) (I/D/2)
61. Kawasan Soroako dan Sekitarnya (Provinsi Sulawesi Selatan) (I/D/2)
62. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Buton, Kolaka, dan Kendari
(Provinsi Sulawesi Tenggara) (I/A/2)
63. Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa - Watumohai dan Rawa Tinondo
(Provinsi Sulawesi Tenggara) (I/B/1)
64. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Seram (Provinsi Maluku)
(I/A/2)
65. Kawasan Laut Banda (Provinsi Maluku) (I/D/1)
66. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau
Ararkula, Karaweira, Panambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan,
Karang, Enu, Batu Goyang, Larat, Asutubun, Selaru, Batarkusu, Masela,
Miatimiarang, Leti, Kisar, Wetar, Liran, Kolepon, dan Laag) dengan negara
Timor Leste/Australia (Provinsi Maluku dan Papua) (I/E/2)
67. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 8 pulau kecil terluar (Pulau Jiew,
Budd, Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondi, dan Liki) dengan negara Palau
(Provinsi Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua) (I/E/2)
68. Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat (Provinsi Papua
Barat) (I/B/1)
69. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak (Provinsi Papua) (I/A/2)
70. Kawasan Stasiun Bumi Satelit Cuaca dan Lingkungan (Provinsi Papua)
(I/D/2)
71. Kawasan Stasiun Telemetry Tracking and Command Wahana Peluncur
Satelit (Provinsi Papua) (I/D/2)
72. Kawasan Timika (Provinsi Papua) (I/D/2)
73. Kawasan Taman Nasional Lorentz (Provinsi Papua) (I/B/1)
74. Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Teluk Bintuni (Provinsi
75. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan negara Papua Nugini (Provinsi
Papua) (I/E/2)
76. Kawasan Perbatasan Negara termasuk 19 pulau kecil terluar (Pulau
Simeulucut, Salaut Besar, Raya, Rusa, Benggala, Simuk, Wunga,
Sibarubaru, Sinyaunyau, Enggano, Mega, Batu Kecil, Deli, Manuk, Nusa
Kambangan, Barung, Sekel, Panehan, dan Sophialouisa) yang berhadapan
dengan laut lepas (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat) (I/E/2).
Keterangan :
I – IV : Tahapan Pengembangan
A : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan
Sudut Kepentingan Ekonomi
A/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
A/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
B : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan
Sudut Kepentingan Lingkungan Hidup
B/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
B/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
C : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan
Sudut Kepentingan Sosial Budaya
C/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
C/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
D : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan
Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi
Tinggi
D/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
D/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
E : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan strategis nasional dengan
E/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
E/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
4.2. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah
kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan
kawasan perbatasan negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan
beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai berikut:
a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas
dengan negara tetangga
b. b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang
internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga
c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya
d. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi
yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya. Adapun daftar
lengkap Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.1
Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional
(PKSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
NO
PUSAT KEGIATAN STRATEGIS
NASIONAL
STATUS PROVINSI
(1) (2) (3) (4)
1 Kota Sabang I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Nanggroe Aceh Darussalam
2 Kota Dumai I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Riau
3 Kota Batam I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Kep. Riau
4 Ranai (Ibukota Kab. Natuna)
I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
5 Atambua (Ibukota Kab. Belu)
I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Nusa Tenggara Timur
6 Kalabahi (Ibukota Kab. Alor)
STATUS PROVINSI
(1) (2) (3) (4)
10 Nangabadau (Kab. Kapuas Hulu)
/ Peningkatan Fungsi
Kalimantan / Peningkatan Fungsi
Kalimantan Timur 14 Simanggaris (Kab.
Nunukan)
(kab. Kutai Barat)
II / A/ 2 : Pengembangan 18 Melonguane
(ibukota Kab. Talaud)
I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Sulawesi Utara 19 Tahuna (ibukota
Kab. Kep. Sangihe)
22 Dobo (Kab. Kep. Aru) II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)
Maluku
21 Daruba (Kab. Pulau Morotai)
I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Maluku Utara
22 Kota Jayapura I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Papua
23 Kota Tanah Merah
(Ibukota Kab. Tanah Merah)
I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Papua
24 Kota Merauke
(Ibukota Kab. Merauke)
I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)
Papua
4.3. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Struktur ruang wilayah nasional disusun berdasarkan arahan pengembangan
sistem pusat permukiman nasional, arahan pengembangan sistem jaringan
transportasi nasional, arahan pengembangan jaringan prasarana tenaga
kelistrikan nasional, arahan pengembangan jaringan telekomunikasi nasional,
dan arahan pengembangan sistem prasarana sumberdaya air nasional.
1. Arahan Pengembangan Sistem Pusat Permukiman Nasional
Arahan pengembangan sistem pusat permukiman nasional meliputi arahan
pengembangan pusat permukiman perkotaan dan pusat permukiman
perdesaan. Pusat permukiman perkotaan mempunyai fungsi :
a. ekonomi, yaitu sebagai pusat produksi dan pengolahan barang;
b. jasa perekonomian, yaitu sebagai pusat pelayanan kegiatan
keuangan/bank, dan/atau sebagai pusat koleksi dan distribusi barang,
dan/atau sebagai pusat simpul transportasi, pemerintahan, yakni sebagai
pusat jasa pelayanan pemerintah;
c. jasa sosial, yaitu sebagai pusat pemerintahan, pusat pelayanan
pendidikan, kesehatan, kesenian, dan/atau budaya.
Dalam lingkup kawasan perdesaan, pusat-pusat permukiman perdesaan juga
meskipun dalam skala kegiatan yang lebih kecil dan terbatas. Arahan
pengembangan pusat pertumbuhan perdesaan diselaraskan dengan pusat
permukiman perkotaan yang melayaninya sehingga secara keseluruhan
pusat-pusat permukiman saling terkait dan berjenjang, serta saling sinergis dan saling
menguatkan perkembangan kota dan desa.
2. Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Nasional
Arahan pengembangan sistem jaringan transportasi nasional mencakup sistem
jaringan transportasi darat, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem
jaringan transportasi udara. Jaringan transportasi nasional merupakan sistem
yang memperlihatkan keterkaitan kebutuhan dan pelayanan transportasi
antarwilayah dan antarkota dalam ruang wilayah nasional, serta keterkaitannya
dengan jaringan transportasi internasional.
Arahan pengembangan sistem jaringan transportasi nasional bertujuan untuk
menciptakan keterkaitan antar pusat-pusat permukiman nasional dan
mewujudkan keselarasan dan keterpaduan antara pusat-pusat permukiman
dengan sektor-sektor kegiatan ekonomi masyarakat. Pengembangan sistem
jaringan transportasi nasional dilakukan secara terintegrasi antara transportasi
darat, laut, dan udara yang menghubungkan antar pulau, pusat permukiman
dan kawasan produksi, sehingga terbentuk kesatuan untuk menunjang
kegiatan sosial-ekonomi dan pertahanan keamanan negara dalam rangka
memantapkan kesatuan wilayah nasional. Sistem jaringan transportasi darat
mencakup jaringan jalan, jaringan rel, serta jaringan transportasi sungai, danau,
dan penyeberangan. Sistem jaringan transportasi laut mencakup pelabuhan
laut dan alur pelayaran. Sistem jaringan transportasi udara mencakup bandar
udara dan ruang lalu lintas udara.
Dengan memperhatikan perkiraan arus penumpang dan barang, lintas, dan
kondisi jaringan jalan kereta api yang ada, demikian pula untuk wilayah Pulau
Sulawesi direncanakan pengembangan jalan kereta api yang melayani
Jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan meliputi alur
pelayaran sungai, alur pelayaran danau, dan alur penyeberangan, yang terdiri
atas trayek utama dan trayek pengumpan.
a. Trayek utama dikembangkan untuk menghubungkan:
antara pusat-pusat produksi dengan outlet utama dan
antar pelabuhan sungai dan danau yang berfungsi sebagai pusat
pengumpul dan distribusi
b. Trayek pengumpan dikembangkan untuk menghubungkan:
pusat-pusat produksi dengan outlet pengumpan.
antara pelabuhan sungai dan danau yang berfungsi sebagai pusat
pengumpul dan distibusi dengan pelabuhan yang bukan berfungsi sebagai
pusat pengumpul dan distribusi, atau
antar pelabuhan sungai dan danau yang bukan berfungsi sebagai pusat
pengumpul dan distribusi.
Selain ketiga penyeberangan di atas, jaringan transportasi penyeberangan
dikenal pula dengan penyeberangan antar negara yang menghubungkan
jaringan jalan dan atau jaringan jalur kereta api lintas negara, lintas
penyeberangan antar provinsi yang menghubungkan jaringan jalan dan atau
jaringan jalur kereta api lintas provinsi terutama di wilayah berkarakteristik
kepulauan, lintas penyeberangan antar kabupaten/kota yang menghubungkan
jaringan jalan dan atau jalur kereta api lintas kabupaten/kota dalam satu
provinsi atau antar provinsi, terutama di wilayah dengan karateristik
kepulauan, dan lintas penyeberangan dalam kabupaten/kota yang memiliki
karakteristik kepulauan. Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan salah satu
prioritas jaringan transportasi penyeberangan lintas tengah yaitu jaringan
transportasi penyeberangan lintas tengah Palembang – Jayapura melalui
Banjarmasin, Ujung Pandang, Kendari, Ambon, Sorong, Biak. Dalam RTRWN
Pelabuhan Pare-pare sebagai pelabuhan nasional. Jaringan transportasi udara
meliputi bandar udara dan ruang lalu lintas udara. Bandar udara terdiri dari
bandar udara pusat penyebaran primer, bandar udara pusat penyebaran
sekunder, bandar udara pusat penyebaran tersier, dan bandar udara bukan
pusat penyebaran. Dalam RTRWN telah ditetapkan Bandar Udara Hasanuddin
Makasar sebagai bandara primer di Provinsi Sulawesi Selatan. Pusat
penyebaran sekunder diarahkan untuk melayani penumpang dalam jumlah
sedang dengan lingkup pelayanan dalam satu provinsi dan terhubungkan
dengan pusat penyebaran primer. Bandar udara pusat penyebaran sekunder
merupakan bandar udara dengan karakteristik berikut :
a. berada pada kota PKN di luar kawasan perbatasan;
b. berfungsi melayani pergerakan penumpang/barang domestik atau ke luar
negeri (internasional), atau memiliki tingkat kepadatan lalu lintas yang
melayani jumlah penumpang 100.000 atau lebih dengan frekuensi 10
penerbangan per hari;
c. melayani penerbangan dalam negeri sekurang-kurangnya 3 kali sehari dan
penerbangan luar negeri sekurang-kurangnya 1 kali sehari.
Tabel 4.2.
Sistem Perkotaan Nasional Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
NO. PROVINSI PKN PKW PKSN
1 NANGGROE ACEH DARUSSALAM
- Lhokseumawe (I/C/1)
- Sabang (I/C/1) - - Banda Aceh
(I/C/1), (I/D/1) - Langsa (II/C/3) - Takengon(II/C/1) - Meulaboh (I/D/1), (II/C/3)
- Sabang (I/A/ 2)
2 SUMATERA UTARA
- Kawasan Perkotaan Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo (Mebidangro) (I/C/3)
- Tebingtinggi(II/C/1) - Sidikalang (II/B)
- Pematang Siantar (I/C/1) - Balige (II/C/1)
3 SUMATERA BARAT
Padang (I/C/1) - Pariaman (II/C/1) - Sawahlunto N(II/C/1) - Muarasiberut (II/C/2) - Bukittinggi (I/C/1) - Solok (II/C/2) 4 R I A U - Pekanbaru (I/C/1)
- Dumai (I/C/1)
- Bangkinang (II/B) - Taluk Kuantan (II/C/1) - Bengkalis (II/B) - Bagan Siapi-api (II/B) - Tembilahan (I/C/1) - Rengat (II/C/1) - Pangkalan Kerinci (II/C/1)
- Pasir Pangarayan (I/C/1) - Siak Sri Indrapura (II/C/1)
- Dumai (I/A/1)
5 KEPULAUAN RIAU - Batam (I/C/3)
- Tanjung Pinang (I/C/1) - Terempa (II/B) - Daik Lingga (II/B) - Dabo – Pulau Singkep (II/B)
- Tanjung Balai Karimun
- Batam (I/A/1) - Ranai (I/A/2)
6 J A M B I - Jambi (I/C/1) - Kuala Tungkal (II/B) - Sarolangun (II/B) - Muarabungo (I/C/1) - Muara Bulian (II/C/1) 7 SUMATERA
SELATAN
- Palembang(I/C/1) - Muara Enim(I/C/1) - Kayuagung(II/B) - Baturaja (II/B) - Prabumulih(II/C/1) - Lubuk Linggau(I /C/1) - Sekayu (II/B)
- Lahat (II/B)
8 BENGKULU - Bengkulu (I/C/1)
- Manna (I/C/1) - Muko-Muko (II/C/2) - Curup (II/C/2)
NO. PROVINSI PKN PKW PKSN
9 BANGKA BELITUNG
- Pangkal Pinang(I/C/1) - Muntok (II/B) - Kota Agung(II/B) 11 DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA - JAWA BARAT - BANTEN
12 BANTEN - Serang (I/C/1) - Cilegon (I/C/1)
- Pandeglang (II/B) - Rangkas Bitung(II/B) 13 JAWA BARAT - Kawasan Perkotaan Bandung - Purwokerto (II/C/1) 15 DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA - Banyuwangi(I /C/1) - Jember (II/C/2)
Bangli- Gianyar- Tabanan (Sarbagita)
- Sumbawa Besar(II/C/1) 19 NUSA - Labuan Bajo(I/C/1)
- Atambua(I/A/1) - Kalabahi(II/A/2) - Kefamenanu(I/A/2)
NO. PROVINSI PKN PKW PKSN
20 KALIMANTAN BARAT
21 KALIMANTAN TENGAH
- Palangkaraya
(I/C/1)
22 KALIMANTAN SELATAN
- Banjarmasin
(I/C/1)
- Amuntai (II/B) - Martapura (II/B) - Marabahan(II/B) - Kotabaru(I/C/1) 23 KALIMANTAN
TIMUR
- Kawasan Perkotaan Balikpapan - Tenggarong– Samarinda - Bontang (I/C/1) - Tarakan (I/C/1)
- Tanjung Redeb(I/C/1) - Sangata (I/B) - Nunukan (I/B) - Tanjung Selor(II/C/1) - Malinau (II/C/1) - Tanlumbis (II/B) - Tanah Grogot(II/C/1) - Sendawar(II/C/2)
- Nunukan(I/A/1) - Simanggaris(I/A/2) - Long Midang(I/A/2) - Long Pahangai (II/A/2)
31 MALUKU UTARA - Ternate (I/C/1) - Tidore (I/C/1) - Tobelo (II/C/2) - Labuha (II/C/1) - Sanana (II/C/2)
- Daruba (I/A/2)
32 PAPUA BARAT - Sorong
(I/C/1)
- Fak-Fak (I/C/1) - Manokwari(I/C/1) - Ayamaru(II/C/1)
33 PAPUA - Timika (I/C/1)
- Jayapura (I/C/1)
- Biak (I/C/1) - Nabire (II/C/1) - Muting (II/C/2) - Bade (II/C/2) - Merauke (I/C/1)
- Jayapura(I/A/1) - Tanah Merah (I/A/1) - Merauke(I/A/1)
Keterangan:
I – IV: Tahapan Pengembangan
A : Percepatan Pengembangan kota-kota utama kawasan Perbatasan A/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi
A/2 : Pengembangan Baru
A/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi B : Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Produksi
C : Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan Nasonal
C/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi C/2 : Pengembangan Baru
C/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi D : Pengendalian Kota-kota Berbasis Mitigasi Bencana
D/1 : Rehabilitasi kota akibat bencana alam
D/2 : Pengendalian perkembangan kota-kota berbasis Mitigasi Bencana
4.4. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI)
Dalam penjelasan UU 17 tahun 2007, dinyatakan bahwa visi 2025 akan
diwujudkan melalui 3 (tiga) misi yang menjadi fokus utamanya, yaitu:
1. Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta
distribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis
wilayah, dan SDM, melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi
dan sinergis di dalam maupun antar-kawasan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi.
2. Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran
serta integrasi pasardomestik dalam rangka penguatan daya saing dan
3. Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses,
maupun pemasaranuntuk penguatan daya saing global yang
berkelanjutan, menuju innovation-driven economy.
Terkait dengan focus misi untuk mencapai visi 2015, maka tema
pembangunan masing-masing koridor ekonomi dalam percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Koridor Ekonomi Sumatera memiliki tema pembangunan sebagai “Sentra
Produksi danPengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional”;
2. Koridor Ekonomi Jawa memiliki tema pembangunan sebagai “Pendorong
Industri dan Jasa Nasional”;
3. Koridor Ekonomi Kalimantan memiliki tema pembangunan sebagai “Pusat
Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang & Lumbung Energi Nasional”;
4. Koridor Ekonomi Sulawesi memiliki tema pembangunan sebagai ‟Pusat
Produksi danPengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas
dan Pertambangan Nasional”;
5. Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara memiliki tema pembangunan
sebagai‟PintuGerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional”;
6. Koridor Ekonomi Papua - Kepulauan Maluku memiliki tema pembangunan
sebagai “Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan
Pertambangan Nasional”.
Dengan diterapkannya koridor ekonomi yang tertuang di dalam MP3EI
ini, secara keseluruhan, PDB Indonesia akan bertumbuh lebih cepat dan lebih
luas, baik untuk daerah di dalam koridor, maupun untuk di daerah di luar
koridor. Pertumbuhan tahunan PDB nasional dengan penerapan MP3EI akan
menjadi sekitar 12,7 persen secara nasional, dengan pertumbuhan wilayah
di dalam koridor sebesar 12,9 persen. Pertumbuhan di luar koridor juga
akan mengalami peningkatan sebesar 12,1 persen sebagai hasil dari
adanya spillover effect pengembangan kawasan koridor ekonomi.
Pertumbuhan tahunan di Koridor Ekonomi Jawa disesuaikan dengan
RPJMN agar tercapai pengurangan dominasi Pulau Jawa dibandingkan
kenaikan pertumbuhan ekonomi secara merata untuk koridor-koridor
ekonomi di luar Jawa (BBSDL,2011).
Pengembangan MP3EI berfokus pada 8 program utama, yaitu:
pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, telematika,
dan pengembangan kawasan strategis. Kedelapan program utama tersebut
terdiri dari 22 kegiatan ekonomi utama yang disesuaikan dengan potensi dan
nilai strategisnya masing-masing di koridor yang bersangkutan.
Pengembangan kegiatan ekonomi utama Koridor Ekonomi
membutuhkan dukungan dari sisi energi. Dengan adanya Masterplan P3EI
ini, penambahan kebutuhan energi listrik di Indonesia hingga tahun 2025
diproyeksikan mencapai sekitar 90.000 MW (dalam kondisi beban puncak).
Dari jumlah tersebut, sebagian besar kebutuhan energi akan digunakan
untuk mendukung pembangunan dan pengembangan kegiatankegiatan
ekonomi utama di dalam koridor. Untuk mendukung pengembangan
kegiatan ekonomi utama, telah diindikasikan nilai investasi yang akan
dilakukan di keenam koridor ekonomi tersebut sebesar sekitar Rp 4.012
Triliun. Dari jumlah tersebut, Pemerintah akan berkontribusi sekitar 10% dalam
bentuk pembangunan infrastruktur dasar, seperti: jalan, pelabuhan laut,
pelabuhan udara, serta rel kereta dan pembangkit tenaga listrik, sedangkan
sisanya diupayakan akan dipenuhi dari swasta maupun BUMN dan kolaborasi
antara BUMN dan swasta.
Laporan BBSDL (2011) mengemukakan bahwa pelaksanaan MP3EI
dilakukan melalui 3 (tiga) strategi utama yang dioperasionalisasikan dalam
inisiatif strategis, yaitu:
1. Strategi pertama adalah pengembangan potensi melalui 6 koridor
ekonomi yang dilakukan dengan cara mendorong investasi BUMN,
Swasta Nasional dan FDI dalam skala besar di 22 kegiatan ekonomi
utama. Penyelesaian berbagai hambatan akan diarahkan pada kegiatan
ekonomi utama sehingga diharapkan akan terjadi peningkatan realisasi
Berdasarkan potensi yang ada, maka sebaran sector, fokus dan kegiatan
utama di setiap koridor ekonomi ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 4.3.
Fokus dan kegiatan utama tiap koridor ekonomi MP3EI.
No Koridor Fokus kegiatan utama
1 Sumatera Kelapa Sawit, Karet, Batubara, Besi-Baja, JSS
2 Jawa Industri Makanan Minuman, Tekstil, Permesinan, Transportasi, Perkapalan, Alutsista, Telematika, Metropolitan Jadebotabek
3 Kalimantan Kelapa Sawit, Batubara, Alumina/Bauksit, Migas, Perkayuan, Besi-Baja
4 Sulawesi Pertanian Pangan, Kakao, Perikanan, Nikel, Migas
5 Bali NT Pariwisata, Peternakan, Perikanan
6 Papua- Maluku Food Estate, Tembaga, Peternakan, Perikanan, Migas, Nikel.
2. Strategi kedua, memperkuat konektivitas nasional melalui
sinkronisasi rencana aksi nasional untuk merevitalisasi kinerja sektor
riil. Untuk itu akan ditetapkan jadwal penyelesaian masalah
peraturan nasional dan infrastruktur utama nasional. Menurut laporan
Menko Perekonomian, berdasarkan hasil diskusi dengan para pemangku
kepentingan, khususnya dunia usaha, teridentifikasi sejumlah regulasi
dan perijinan yang memerlukan debottlenecking yang meliputi:
a) Mempercepat penyelesaian peraturan pelaksanaan undang-undang
b)Menghilangkan tumpang tindih antar peraturan yang sudah ada baik
ditingkat pusat dan daerah, maupun antara sektor/lembaga
c) Merevisi atau menerbitkan peraturan yang sangat dibutuhkan untuk
mendukung strategi MP3EI (seperti Bea keluar beberapa komoditi)
d)Memberikan insentif kepada kegiatan-kegiatan utama yang sesuai
dengan strategi MP3EI.
e)Mempercepat dan menyederhanakan proses serta memberikan
kepastian perijinan
Adapun Elemen Utama dari Strategi Kedua adalah:
i. Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan utama untuk
memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan,
ii. Memperluas pertumbuhan dengan menghubungkan daerah
tertinggal dengan pusat pertumbuhan melalui inter-modal supply
chain systems.
iii. Menghubungkan daerah terpencil dengan infrastruktur & pelayanan
dasar dalam menyebarkan manfaat pembangunan secara luas.
(Pertumbuhan yang inklusif)
3. Strategi ketiga, pengembangan Center of Excellence di setiap koridor
ekonomi. Dalam hal ini akan didorong pengembangan SDM dan IPTEK
sesuai kebutuhan peningkatan daya saing. Percepatan transformasi
inovasi dalam ekonomi yang dilakukan melalui:
a) Pengembangan modal manusia berbasis ilmu pengetahuan,
teknologi, dan inovasi secara terencana dan sistematis.
b) Memasukkan unsur Sistem Inovasi Nasional (SINAS) dan berbagai
upaya transformasi inovasi dalam kegiatan ekonomi.
Adapun Inisiatif Strategisnya adalah sebagai berikut:
i. Revitalisasi Puspitek sebagai Science and Technology Park
ii. Pengembangan Industrial Park
iii. Pembentukan klaster inovasi daerah untuk pemerataan
pertumbuhan
iv. Pengembangan industri strategis pendukung konektivitas
v. Penguatan aktor inovasi (SDM dan Inovasi).
Tabel 4.4
Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Berdasarkan Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011
NO KORIDOR KPI
(1) (2) (3)
1 Koridor Ekonomi (KE) Sumatera
Sei Mangkei Tapanuli Selatan Dairi
Dumai Tj Api-Api – Tj Carat Muaraenim Pendopo Palembang Prabumulih Bangka Barat, Babel Batam Bandar Lampung Lampung Timur Besi Baja Cilegon 2 Koridor Ekonomi (KE)
Jawa
Banten DKI Jakarta Karawang Bekasi Purwakarta Cilacap Surabaya Gresik Lamongan Pasuruan
3 Koridor Ekonomi (KE) Bali – Nusa Tenggara
Badung Buleleng Lombok Tengah Kupang Sumbawa Barat Aegela Nusa Penida
4 Koridor Ekonomi (KE) Kalimantan
5 Koridor Ekonomi (KE) Sulawesi
Makassar Palopo (Luwu) Mamuju-Mamasa Parepare Kendari Kolaka Konawe Utara Morowali Parigi Moutang Banggai Bitung
6 Koridor Ekonomi (KE) Papua – Kep. Maluku
Merauke (Mifee) Timika Halmahera Teluk Bintuni Morotai Ambon Manokwari
4.5. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Sesuai dengan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Ekonomi Khusus
atau KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasiitas tertentu.
KEK terdiri atas satu atau beberapa zona, antara lain pengolahan ekspor,
logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi, dan
ekonomi lainnya. Pembentukan KEK tersebut dapat melalui usulan dari
Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah kabupaten/kota, dan
pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan Nasional. Selain itu,
Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang
dilakukan berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian. Sedangkan lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area
baru maupun perluasan dari KEK yang sudah ada.
Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :
a. sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi
mengganggu kawasan lindung;
b. adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah
kabupaten/kota yang bersangkutan;
c. terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan
internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di
Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan;
d. mempunyai batas yang jelas.
Adapun KEK berdasarkan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus dipaparkan
Tabel 4.5
Penetapan Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan Arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011
NO LOKASI KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(1) (2) (3)
1 Kabupaten Simalungun,
Sumatera Utara
Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangke
2 Kabupaten Pandeglang,
Banten
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung
3 Kabupaten Kutai Timur,
Kalimantan Tmur Kawasan Ekonomi Khusus Maloy
4 Kota Bitung, Sulawesi Utara Kawasan Ekonomi Khusus Bitung
Tabel 4.6
Matriks Isian Lokasi KSN, PKSN, PKN, PKI MP3EI, dan KEK Kota Makassar
KSN
PKN PKSN KPI
MP3EI
KEK
KSN SUDUT
KEPENTINGAN
STATUS HUKUM RTRW
KSN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Perkotaan Metropolitan MAMMINASATA
kepentingan pertumbuhan ekonomi
Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang RTR KSN
Perkotaan
Perkotaan Mamminasata
- Koridor Ekonomi Sulawesi
-