BABI II - 1
BAB II
KONSEP PERENCANAAN
BIDANG CIPTA KARYA
2.1. Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Program Ditjen Cipta Karya
Konsep perencanaan dan pelaksanaan bidang Cipta Karya merupakan suatu
arahan dalam pencapaian pembangunan permukimn yang layak huni dan
berkelanjutan. Dalam konsep perencanaan dan pelaksanaan bidang Cipta Karya
memuat arahan kebijakan tentang amanat penataan ruang, amanat pembangunan
nasional, amanat pembangunan bidang PU/CK, serta amanat internasional mengenai
pembangunan berkelanjutan secara global.
Dalam arahan konsep ini perlu diperhatikan juga kondisi eksisting dari
pembangunan bidang Cipta Karya, isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan serta
permasalahan-permasalahan dan potensi-potensi yang dimiliki daerah. Keterkaitan
dari kebijakan-kebijakan amanat pembangunan berkelanjutan dengan kondisi
eksisting dari pembangunan Bidang Cipta Karya, isu-isu strategis, serta permasalahan
dan potensi yang dimiliki daerah akan menghasilkan rencana dan program bidang
Cipta Karya dan pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya.
Dengan dukungan dari stakeholder, dalam hal ini pihak dari daerah
(prov insi/kota/kabupaten), dunia usaha dan masyarakat secara tepat, maka cita-cita
untuk mew ujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan akan dapat
BABI II - 3 2.2. Amanat Pembangunan Nasional
2.2.1. RPJP Nasional 2005 – 2025 (UU No.17 Tahun 2007) A. Umum
Berdasarkan pasal 4 Undang-Undang No. 25 tahun Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional disusun sebagai penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan Negara
I ndonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
I ndonesia Tahun 1945 dalam bentuk v isi, misi dan arah pembangunan nasional.
Pembangunan Nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara, untuk melaksanakan tugas mew ujudkan tujuan nasional sebagaimana
dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia
Tahun 1945. Untuk itu dalam 20 tahun mendatang sangat penting dan mendesak bagi
Bangsa I ndonesia untuk melakukan penataan kembali berbagai langkah-langkah
antara lain dibidang pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia,
lingkungan hidup dan kelembagaannya sehingga bangsa I ndonesia dapat mengejar
ketertinggalan dan mempunyai posisi yang sejajar, serta daya saing yang kuat
didalam pergaulan masyarakat internasional.
Dengan ditiadakannya Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai
pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional dan diperkuatnya otonomi
daerah dan desentralisasi pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik I ndonesia,
maka untuk menjaga pembangunan yang berkelanjutan, Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional sangat diperlukan. Sejalan dengan Undang-Undang No. 25
tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang
memerintahkan penyusunan RPJP Nasional yang menganut paradigma perencanaan
yang v isioner, maka RPJP Nasional hanya memuat arahan secara garis besar.
Kurun w aktu RPJP Nasional adalah 20 tahun. Pelaksanaan RPJP Nasional 2005 –
2025 terbagi dalam tahap-tahp perencanaan pembangunan dalam periodesasi
perencanaan pembangunan jangka menengah nasional 5 (lima) tahunanyang
dituangkan dalam RPJM Nasional I tahun 2005 – 2009, RPJM Nasional I I tahun 2010 –
2014, RPJM Nasional I I I tahun 2015 – 2019, dan RPJM Nasional I V tahun 2020 – 2024.
BABI II - 4 Berdasarkan kondisi Bangsa I ndonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam
20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh
bangsa I ndonesia dan amanat pembangunan yang tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945, v isi pembangunan
Nasional tahun 2005 – 2025 adalah, I NDONESI A YANG MANDI RI , MAJU, ADI L DAN
MAKMUR.
Dalam mew ujudkan v isi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8
(delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut :
1. Mew ujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila
2. Mew ujudkan bangsa yang berdaya saing
3. Mew ujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum
4. Mew ujudkan I ndonesia aman, damai dan bersatu
5. Mew ujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan
6. Mew ujudkan I ndonesia asri dan lestari
7. Mew ujudkan I ndonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan nasional
8. Mew ujudkan I ndonesia berperan penting dalam pergaulan dunia
2.2.2. RPIJM Nasional 2010 – 2014 (Perpres No. 05 Tahun 2010)
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang No.25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dipandang perlu
menetapkan Peraturan Presiden tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010 – 2014.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014, yang
selanjutnya disebut RPJM Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan
nasional untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan tahun
2014. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/Lembaga tahun 2010 – 2014, yang selanjutnya disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga, adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun terhitung
sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut
RPJM Daerah, adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5
BABI II - 5 strategipembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga,
kew ilayahan dan lintas kew ilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup
gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam
rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif. RPJM Nasional berfungsi sebagai :
a. Pedoman bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga
b. Bahan penyusunan dan perbaikan RPJM Daerah dengan memperhatikan tugas
pemerintah daerah dalam mencapai sasaran nasional yang termuat dalam
RPJM Nasional
c. Pedoman pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah
2.2.3. MP3EI (Perpres No. 32 Tahun 2010)
Dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
2005 – 2025 dan untuk melengkapi dokumen perencanaan guna meningkatkan daya
saing perekonomian nasional yang lebih solid, diperlukan adanya suatu masterplan
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi I ndonesia yang memiliki arah
yang jelas, strategi yang tepat, focus dan terukur. Berdasarkan pertimbangan, maka
perlu ditetapkan Peraturan Presiden tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi I ndonesia 2011-2025.
BABI II - 6 Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia
Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025, maka ditetapkan
Peraturan Presiden tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi I ndonesia 2011-2025, yang selanjutnya disebut MP3EI .
MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi I ndonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak
tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan melengkapi dokumen
perencanaan.
MP3EI tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Presiden ini. MP3EI berfungsi sebagai :
a. Acuan bagi menteri dan pimpinan lembaga pemerintah non kementerian untuk
menetapkan kebijakan sektoral dalam rangka pelaksanaan percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi I ndonesia di bidang tugas masing-masing, yang
dituangkan dalam dokumen rencana strategis masing-masing
kementerian/lembaga pemerintah non kementerian sebagai bagian dari
dokumen perencanaan pembangunan.
b. Acuan untuk penyusunan kebijakan percepatan dan perluasan pembangunan
ekonomi I ndonesia pada tingkat prov insi dan kabupaten/kota terkait.
MP3EI dapat menjadi acuan bagi badan usaha dalam menanamkan modal di
I ndonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Koordinasi
pelaksanaan MP3EI dilakukan oleh Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi I ndonesia 2011-2025, yang selanjutnya disebut KP3EI . KP3EI mempunyai tugas:
a. Melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan MP3EI
b. Melakukan pemantauan dan ev aluasi terhadap pelaksanaan MP3EI
c. Menetapkan langkah-langkah dan kebijakan dalam rangka penyelesaian
permasalahan dan hambatan pelaksanaan MP3EI .
MP3EI digagas untuk mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi
melalui pengembangan 8 program utama, yang terdiri atas pertanian,
pertambangan, energi, industri, kelautan, pariw isata, dan telematika, serta
pengembangan kaw asan strategis. Kedelapan program tersebut dibagi lagi ke dalam
BABI II - 7 Gambar 2.3 Kegiatan Ekonomi Utama
Sedangkan strategi pengembangan 22 kegiatan ekonomi tersebut adalah
mengintegrasikan tiga elemen utama, meliputi:
1. Pengembangan potensi ekonomi w ilayah di 6 Koridor Ekonomi I ndonesia, yaitu:
Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jaw a, Koridor Ekonomi Kalimantan,
Koridor Ekonomi Sulaw esi, Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara, dan Koridor
Ekonomi Papua–Kepulauan Maluku;
2. Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung
secara global (locally integrated, globally connected);
3. Memperkuat kemampuan SDM dan I PTEK nasional untuk mendukung
BABI II - 8 Dengan demikian pertumbuhan ekonomi akan makin terarah karena digenjot
pada 8 program utama berbasis potensi nasional (yang terdiri dari 22 kegiatan
ekonomi) dan berlangsung lintas w ilayah di 6 koridor, terkoneksi, dan terintegrasi. Pada
gilirannya strategi tersebut diharapkan menunjang penguatan kapasitas SDM dan
penguasaannya terhadap pengembangan I PTEK.
Gambar 2.4 Tema Pembangunan Masing-Masing Koridor Ekonomi
2.2.4. MP3KI
Ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi menciptakan kesenjangan,
ketidakstabilan dan meluasnya ketidaksejahteraan. Sehingga, membuat pemerintah
merasa perlu untuk melengkapi master plan pertumbuhan ekonomi dengan master
plan pengurangan kemiskinan agar dunia seimbang (equilibrium). Master plan tersebut
adalah Master Plan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan (MP3KI), yang
bertujuan memeratakan pertumbuhan ekonomi dalam mengurangi kesenjangan.
MP3KI adalah affirmativ e action, sehingga pembangunan ekonomi yang
terw ujud tidak hanya Pro-grow th, tetapi juga Pro-Poor, Pro-job dan Pro-env ironment;
BABI II - 9 Substansi yang melatarbelakangi perluasan pengurangan kemiskinan melalui
MP3KI dapat dirangkum dalam 9 alasan, yaitu:
1. Pertumbuhan penduduk yang besar (bisa jadi potensi, bisa juga jadi tantangan)
2. Lahan usaha petani dan nelayan makin terbatas
3. Peluang dan pengembangan usaha si miskin amat terbatas
4. Urbanisasi memperparah kemiskinan perkotaan (slum and squatter)
5. Rendahnya kualitas SDM usia muda
6. Rendahnya penyerapan kerja sector industri
7. Masih banyak daerah terisolir dengan akses pelayanan dasar yang rendah
8. Belum tersedianya jaminan sosial yang komprehensif
9. Masih terjadi marjinalisasi penduduk miskin, cacat, illegal, berpenyakit kronis dsb
Gambar 2.5 Kerangka Desain MP3KI
Tahapan Pelaksanaan MP3KI
Periode 2013-2014:
 Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% - 10%
pada tahun 2014;
 Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.
 Pada kantong-kantong kemiskinan, sinergi lokasi dan w aktu, serta
BABI II - 10  Sustainable liv elihood penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin,
termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI ;
 Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .
Periode 2015 – 2019:
 Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;
 Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju
univ ersal cov erage;
 Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;  Penguatan sustainable liv elihood.
Periode 2020-2025:
 Pemantapan sistem penanggulangan kemiskinan secara terpadu;  Sistem jaminan sosial mencapai univ ersal cov erage.
BABI II - 11 Gambar 2.7 Kolaborasi MP3EI dengan MP3KI
2.2.5. KEK (UU No. 39 Tahun 2009)
Untuk mew ujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945, perlu dilaksanakan
pembangunan perekonomian nasional berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berw aw asan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyaw aratan Rakyat Republik
I ndonesia Nomor XVI /MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka demokrasi
ekonomi, diperlukan keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan
kesempatan dan dukungan pada usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), dan koperasi
dan sekaligus memberikan manfaat bagi industri dalam negeri. Berkaitan dengan hal
itu, dalam Kaw asan Ekonomi Khusus (KEK) disediakan lokasi bagi UMKM dan koperasi
agar dapat mendorong terjadinya keterkaitan dan sinergi hulu hilir dengan
perusahaan besar, baik sebagai Pelaku Usaha maupun sebagai pendukung Pelaku
BABI II - 12 Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional,
diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kaw asan yang memiliki
keunggulan geoekonomi dan geostrategis. Kaw asan tersebut dipersiapkan untuk
memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang
memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan KEK bertujuan untuk mempercepat
perkembangan daerah dan sebagai model terobosan pengembangan kaw asan
untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariw isata, dan perdagangan
sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal mengatur bahw a ketentuan mengenai Kaw asan Ekonomi Khusus diatur dengan
Undang-Undang. Ketentuan tersebut menjadi dasar hukum perlunya diatur kebijakan
tersendiri mengenai KEK dalam suatu Undang-Undang.
Ketentuan KEK dalam Undang-Undang ini mencakup pengaturan fungsi, bentuk,
dan kriteria KEK, pembentukan KEK, pendanaan infrastruktur, kelembagaan, lalu lintas
barang, karantina, dan dev isa, serta fasilitas dan kemudahan.
KEK merupakan kaw asan dengan batas tertentu dalam w ilayah hukum Negara
Kesatuan Republik I ndonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Fungsi KEK adalah untuk melakukan
dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan
dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariw isata,
dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona,
antara lain Zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi,
pariw isata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan untuk
dalam negeri.
Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK
adalah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi mengganggu
kaw asan lindung, adanya dukungan dari pemerintah prov insi/kabupaten/kota dalam
pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang strategis atau mempunyai potensi sumber
daya unggulan di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan
pariw isata, serta mempunyai batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.
Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK yang
terdiri atas Dew an Nasional di tingkat pusat dan Dew an Kaw asan di tingkat prov insi.
BABI II - 13 pelayanan, pengaw asan, dan pengendalian operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di
KEK dilakukan oleh Badan Usaha dan Pelaku Usaha.
Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing
agar lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas fiskal,
yang berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah dan retribusi daerah,
dan fasilitas nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan, perizinan, keimigrasian,
inv estasi, dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemudahan lain yang dapat
diberikan pada Zona di dalam KEK, yang akan diatur oleh instansi berw enang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal pengaw asan, ketentuan larangan tetap diberlakukan di KEK, seperti
halnya daerah lain di I ndonesia. Namun, untuk ketentuan pembatasan, diberikan
kemudahan dalam sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh Pemerintah dengan
tetap mengutamakan pengaw asan terhadap kemungkinan penyalahgunaan atau
pemanfaatan KEK sebagai tempat melakukan tindak pidana ekonomi.
Dengan berlakunya Undang-Undang ini, diharapkan terdapat satu kesatuan
pengaturan mengenai kaw asan khusus di bidang ekonomi yang ada di I ndonesia
dengan memberi kesempatan kepada Kaw asan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000
tentang Kaw asan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2000 Nomor 251, Tambahan
Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4053) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kaw asan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2007 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik I ndonesia Nomor 4775) untuk diusulkan menjadi KEK, baik dalam
jangka w aktu maupun setelah berakhirnya jangka w aktu yang telah ditetapkan.
Dengan berlakunya Undang-Undang ini, tidak terjadi lagi pembentukan kaw asan
BABI II - 14 2.2.6. Direktif Presiden (Inpres No.3 Tahun 2010)
Untuk lebih memfokuskan pelaksanaan pembangunan yang berkeadilan, dan
untuk kesinambungan serta penajaman Prioritas Pembangunan Nasional
sebagaimana termuat dalam I nstruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, maka diinstruksikan kepada
para menteri dan seluruh pimpinan lembaga yang berw enang untuk mengambil
langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kew enangan
masing-masing, dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang
berkeadilan, yang meliputi program :
1. Program pro rakyat, memfokuskan pada :
 Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga
 Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat  Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro
dan kecil
2. Program keadilan untuk semua, memfokuskan pada :
 Program keadilan bagi anak
 Program keadilan bagi perempuan
 Program keadilan di bidang ketenagakerjaan  Program keadilan di bidang bantuan hukum
 Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan  Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan
3. Program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), memfokuskan pada
:
 Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan  Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua
 Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan  Program penurunan angka kematian anak
 Program kesehatan ibu
 Program pengendalian HI V/AI DS, malaria, dan penyakit menular lainnya  Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup
 Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium
Dari ke tiga program pembangunan tersebut, program pembangunan di
bidang Cipta Karya tertuang didalam program pencapaian Tujuan Pembangunan
BABI II - 15 tertuang didalam Rencana tindak upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Rencana Tindak Upaya Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium
No. Program Tindakan Sasaran Keluaran
1. Program sanitasi dasar yang layak
Meningkatnya
*) keluaran dapat disesuaikan berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan secara
BABI II - 16 2.3. Peraturan Perundangan Pembangunan Bidang PU/CK
2.3.1. UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman
Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945, Pasal 28H ayat
(1) menyebutkan, bahw a setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Tempat
tinggal mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan w atak serta
kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia I ndonesia
seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif sehingga terpenuhinya kebutuhan
tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, yang akan terus
ada dan berkembang sesuai dengan tahapan atau siklus kehidupan manusia.
Negara bertanggung jaw ab melindungi segenap bangsa I ndonesia melalui
penyelenggaraan perumahan dan kaw asan permukiman agar masyarakat mampu
bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam
lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh w ilayah
I ndonesia. Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, idealnya rumah harus dimiliki
oleh setiap keluarga, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan
bagi masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk di perkotaan. Negara juga
bertanggung jaw ab dalam menyediakan dan memberikan kemudahan perolehan
rumah bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan kaw asan
permukiman serta keswadayaan masyarakat. Penyediaan dan kemudahan perolehan
rumah tersebut merupakan satu kesatuan fungsional dalam w ujud tata ruang,
kehidupan ekonomi, dan social budaya yang mampu menjamin kelestarian
lingkungan hidup sejalan dengan semangat demokrasi, otonomi daerah, dan
keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pembangunan perumahan dan kaw asan permukiman yang bertumpu pada
masyarakat memberikan hak dan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk
ikut berperan. Sejalan dengan peran masyarakat di dalam pembangunan perumahan
dan kaw asan permukiman, Pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai tanggung
jaw ab untuk menjadi fasilitator, memberikan bantuan dan kemudahan kepada
masyarakat, serta melakukan penelitian dan pengembangan yang meliputi berbagai
aspek yang terkait, antara lain, tata ruang, pertanahan, prasarana lingkungan, industri
bahan dan komponen, jasa konstruksi dan rancang bangun, pembiayaan,
kelembagaan, sumber daya manusia, kearifan lokal, serta peraturan
BABI II - 17 Kebijakan umum pembangunan perumahan diarahkan untuk:
a. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam lingkungan
yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana, dan utilitas umum secara
berkelanjutan serta yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang
berkepribadian I ndonesia
b. Ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pemenuhan
kebutuhan rumah, perumahan, permukiman, serta lingkungan hunian perkotaan
dan perdesaan
c. Mew ujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tata ruang
serta tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna
d. Memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan negara
e. Mendorong iklim inv estasi asing.
Sejalan dengan arah kebijakan umum tersebut, penyelenggaraan perumahan
dan permukiman, baik di daerah perkotaan yang berpenduduk padat maupun di
daerah perdesaan yang ketersediaan lahannya lebih luas perlu diw ujudkan adanya
ketertiban dan kepastian hukum dalam pengelolaannya. Pemerintah dan pemerintah
daerah perlu memberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat
berpenghasilan rendah melalui program perencanaan pembangunan perumahan
secara bertahap dalam bentuk pemberian kemudahan pembiayaan dan/atau
pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum di lingkungan hunian.
Penyelenggaraan perumahan dan kaw asan permukiman tidak hanya
melakukan pembangunan baru, tetapi juga melakukan pencegahan serta
pembenahan perumahan dan kaw asan permukiman yang telah ada dengan
melakukan pengembangan, penataan, atau peremajaan lingkungan hunian
perkotaan atau perdesaan serta pembangunan kembali terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh. Untuk itu, penyelenggaraan perumahan dan kaw asan
permukiman perlu dukungan anggaran yang bersumber dari anggaran pendapatan
dan belanja negara, anggaran pendapatan belanja daerah, lembaga pembiayaan,
dan/atau sw adaya masyarakat. Dalam hal ini, Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat perlu melakukan upaya pengembangan sistem pembiayaan perumahan
dan permukiman secara menyeluruh dan terpadu.
Di samping itu, sebagai bagian dari masyarakat internasional yang turut
menandatangani Deklarasi Rio de Janeiro, I ndonesia selalu aktif dalam
BABI II - 18 semangat yang tertuang dalam Agenda 21 dan Deklarasi Habitat I I adalah bahw a
rumah merupakan kebutuhan dasar manusia dan menjadi hak bagi semua orang
untuk menempati hunian yang layak dan terjangkau (adequate and affordable shelter
for all). Dalam Agenda 21 ditekankan pentingnya rumah sebagai hak asasi manusia.
Hal itu telah sesuai pula dengan semangat Undang-Undang Dasar Negara Republik
I ndonesia Tahun 1945.
Pengaturan penyelenggaraan perumahan dan kaw asan permukiman dilakukan
untuk memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan
kaw asan permukiman, mendukung penataan dan pengembangan w ilayah serta
penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian
dan kaw asan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mew ujudkan
keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR, meningkatkan daya guna dan hasil
guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap
memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di lingkungan hunian perkotaan
maupun lingkungan hunian perdesaan, dan menjamin terw ujudnya rumah yang layak
huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana,
terpadu, dan berkelanjutan.
Penyelenggaraan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah
sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan
kesejahteraan rakyat, yang meliputi perencanaan perumahan, pembangunan
perumahan, pemanfaatan perumahan dan pengendalian perumahan.
Salah satu hal khusus yang diatur dalam undang-undang ini adalah
keberpihakan negara terhadap masyarakat berpenghasilan rendah. Dalam kaitan ini,
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah w ajib memenuhi kebutuhan rumah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah dengan memberikan kemudahan pembangunan
dan perolehan rumah melalui program perencanaan pembangunan perumahan
secara bertahap dan berkelanjutan. Kemudahan pembangunan dan perolehan
rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah itu, dengan memberikan kemudahan,
berupa pembiayaan, pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum,
keringanan biaya perizinan, bantuan stimulan, dan insentif fiskal.
Penyelenggaraan kaw asan permukiman dilakukan untuk mew ujudkan w ilayah
yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan
BABI II - 19 permukiman tersebut bertujuan untuk memenuhi hak w arga negara atas tempat
tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur serta
menjamin kepastian bermukim, yang w ajib dilaksanakan sesuai dengan arahan
pengembangan kaw asan permukiman yang terpadu dan berkelanjutan.
Undang-undang perumahan dan kaw asan permukiman ini juga mencakup
pemeliharaan dan perbaikan yang dimaksudkan untuk menjaga fungsi perumahan
dan kaw asan permukiman agar dapat berfungsi secara baik dan berkelanjutan untuk
kepentingan peningkatan kualitas hidup orang perseorangan yang dilakukan
terhadap rumah serta prasarana, sarana, dan utilitas umum di perumahan,
permukiman, lingkungan hunian dan kaw asan permukiman. Di samping itu, juga
dilakukan pengaturan pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh yang dilakukan untuk meningkatkan mutu kehidupan
dan penghidupan masyarakat penghuni perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
Hal ini dilaksanakan berdasarkan prinsip kepastian bermukim yang menjamin hak
setiap w arga negara untuk menempati, memiliki, dan/atau menikmati tempat tinggal,
yang dilaksanakan sejalan dengan kebijakan penyediaan tanah untuk pembangunan
perumahan dan kaw asan permukiman.
2.3.2. UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
Pembangunan nasional untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana
dimuat di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada hakekatnya adalah
pembangunan manusia I ndonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat
I ndonesia yang menekankan pada keseimbangan pembangunan, kemakmuran
lahiriah dan kepuasan batiniah, dalam suatu masyarakat I ndonesia yang maju dan
berkeadilan sosial berdasarkan Pancasila.
Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,
mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan w atak, perw ujudan
produktiv itas, dan jati diri manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan bangunan
gedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta
penghidupan masyarakat, sekaligus untuk mew ujudkan bangunan gedung yang
fungsional, andal, berjati diri, serta seimbang, serasi, dan selaras dengan
BABI II - 20 Bangunan gedung merupakan salah satu w ujud fisik pemanfaatan ruang. Oleh
karena itu dalam pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada pengaturan
penataan ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan
bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan
administratif dan teknis bangunan gedung, serta harus diselenggarakan secara tertib.
Undang-undang tentang Bangunan Gedung mengatur fungsi bangunan
gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung,
termasuk hak dan kew ajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung pada setiap
tahap penyelenggaraan bangunan gedung, ketentuan tentang peran masyarakat
dan pembinaan oleh pemerintah, sanksi, ketentuan peralihan, dan ketentuan
penutup.
Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh asas
kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung
dengan lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan dan
berkeadilan.
Masyarakat diupayakan untuk terlibat dan berperan secara aktif bukan hanya
dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung untuk
kepentingan mereka sendiri, tetapi juga dalam meningkatkan pemenuhan
persyaratan bangunan gedung dan tertib penyelenggaraan bangunan gedung pada
umumnya.
Perw ujudan bangunan gedung juga tidak terlepas dari peran penyedia jasa
konstruksi berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi baik
sebagai perencana, pelaksana, pengaw as atau manajemen konstruksi maupun
jasa-jasa pengembangannya, termasuk penyedia jasa-jasa pengkaji teknis bangunan gedung.
Oleh karena itu, pengaturan bangunan gedung ini juga harus berjalan seiring dengan
pengaturan jasa konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan diberlakukannya undang-undang ini, maka semua penyelenggaraan
bangunan gedung baik pembangunan maupun pemanfaatan, yang dilakukan di
w ilayah negara Republik I ndonesia yang dilakukan oleh pemerintah, sw asta,
masyarakat, serta oleh pihak asing, w ajib mematuhi seluruh ketentuan yang tercantum
dalam Undang-undang tentang Bangunan Gedung.
Dalam menghadapi dan menyikapi kemajuan teknologi, baik informasi maupun
BABI II - 21 mempertimbangkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik
arsitektur dan lingkungan yang telah ada, khususnya nilai-nilai kontekstual, tradisional,
spesifik, dan bersejarah.
Pengaturan dalam undang-undang ini juga memberikan ketentuan
pertimbangan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat I ndonesia yang sangat
beragam. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah terus mendorong,
memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi
ketentuan dalam undang-undang ini secara bertahap sehingga jaminan keamanan,
keselamatan, dan kesehatan masyarakat dalam menyelenggarakan bangunan
gedung dan lingkungannya dapat dinikmati oleh semua pihak secara adil dan dijiw ai
semangat kemanusiaan, kebersamaan, dan saling membantu, serta dijiw ai dengan
pelaksanaan tata pemerintahan yang baik.
Undang-undang ini mengatur hal-hal yang bersifat pokok dan normatif,
sedangkan ketentuan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah dan/atau peraturan perundang-undangan lainnya, termasuk Peraturan
Daerah, dengan tetap mempertimbangkan ketentuan dalam undang-undang lain
yang terkait dalam pelaksanaan undang-undang ini.
2.3.3. UU No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan
manfaat untuk mew ujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat I ndonesia dalam segala
bidang. Dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang
cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sumber daya air
w ajib dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi
secara selaras.
Pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk mew ujudkan sinergi dan
keterpaduan yang harmonis antar w ilayah, antar sektor, dan antar generasi. Sejalan
dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan keterbukaan dalam tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, masyarakat perlu diberi peran
dalam pengelolaan sumber daya air. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan keadaan, dan
perubahan dalam kehidupan masyarakat sehingga perlu diganti dengan
undang-undang yang baru. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang telah diuraikan
BABI II - 22 Berdasarkan Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 20 ayat (2), Pasal 22 huruf
D ayat (1), ayat (2), ayat (3), Pasal 33 ayat (3) dan ayat (5) Undang-Undang Dasar
Negara Republik I ndonesia Tahun 1945, dengan persetujuan bersama Dew an
Perw akilan Rakyat Republik I ndonesia dan Presiden Republik I ndonesia memutuskan
menetapkan Undang-Undang tentang Sumber Daya Air.
Ketentuan Umum
Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, yang
dimaksud dengan :
1. Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di
dalamnya.
2. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di baw ah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air
hujan, dan air laut yang berada di darat.
3. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.
4. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di baw ah
permukaan tanah.
5. Sumber air adalah tempat atau w adah air alami dan/atau buatan yang
terdapat pada, di atas, ataupun di baw ah permukaan tanah.
6. Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber air
yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan
penghidupan manusia serta lingkungannya.
7. Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau, dan mengev aluasi penyelenggaraan konserv asi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
8. Pola pengelolaan sumber daya air adalah kerangka dasar dalam
merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengev aluasi kegiatan
konserv asi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air.
9. Rencana pengelolaan sumber daya air adalah hasil perencanaan secara
menyeluruh dan terpadu yang diperlukan untuk menyelenggarakan
pengelolaan sumber daya air.
10.Wilayah sungai adalah kesatuan w ilayah pengelolaan sumber daya air dalam
satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya
BABI II - 23 11.Daerah aliran sungai adalah suatu w ilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
ke danau atau ke
laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktiv itas
daratan.
12.Cekungan air tanah adalah suatu w ilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.
13.Hak guna air adalah hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan
air untuk berbagai keperluan.
14.Hak guna pakai air adalah hak untuk memperoleh dan memakai air.
15.Hak guna usaha air adalah hak untuk memperoleh dan mengusahakan air.
16.Pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah otonom
yang lain sebagai badan eksekutif daerah.
17.Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah perangkat Negara
Kesatuan Republik I ndonesia yang terdiri atas Presiden beserta para menteri.
18.Konserv asi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta
keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa
tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan makhluk
hidup, baik pada w aktu sekarang maupun yang akan datang.
19.Pendayagunaan sumber daya air adalah upaya penatagunaan, penyediaan,
penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air secara
optimal agar berhasil guna dan berdaya guna.
20.Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi,
dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya
rusak air.
21.Daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan kehidupan.
22.Perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan tindakan yang
akan dilakukan secara terkoordinasi dan terarah dalam rangka mencapai
BABI II - 24 23.Operasi adalah kegiatan pengaturan, pengalokasian, serta penyediaan air dan
sumber air untuk mengoptimalkan pemanfaatan prasarana sumber daya air.
24.Pemeliharaan adalah kegiatan untuk meraw at sumber air dan prasarana
sumber daya air yang ditujukan untuk menjamin kelestarian fungsi sumber air
dan prasarana sumber daya air.
25.Prasarana sumber daya air adalah bangunan air beserta bangunan lain yang
menunjang kegiatan pengelolaan sumber daya air, baik langsung maupun
tidak langsung.
26.Pengelola sumber daya air adalah institusi yang diberi w ew enang untuk
melaksanakan pengelolaan sumber daya air.
Sumber daya air dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan,
kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta
transparansi dan akuntabilitas. Sumber daya air dikelola secara menyeluruh, terpadu,
dan berw awasan lingkungan hidup dengan tujuan mew ujudkan kemanfaatan sumber
daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Sumber daya air
mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan dan
diw ujudkan secara selaras. Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air
bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat,
bersih, dan produktif.
Sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Penguasaan sumber daya air diselenggarakan oleh Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat hukum
adat setempat dan hak yang serupa dengan itu, sepanjang tidak bertentangan
dengan kepentingan nasional dan peraturan perundang-undangan. Hak ulayat
masyarakat hukum adat atas sumber daya air tetap diakui sepanjang kenyataannya
masih ada dan telah dikukuhkan dengan peraturan daerah setempat. Atas dasar
penguasaan negara ditentukan hak guna air.
Hak guna air berupa hak guna pakai air dan hak guna usaha air. Hak guna air
tidak dapat disew akan atau dipindahtangankan, sebagian atau seluruhnya. Hak guna
pakai air diperoleh tanpa izin untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi
perseorangan dan bagi pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi. Hak
guna pakai air memerlukan izin apabila:
a. Cara menggunakannya dilakukan dengan mengubah kondisi alami sumber air
BABI II - 25 c. Digunakan untuk pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada.
I zin diberikan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan
kew enangannya. Hak guna pakai air meliputi hak untuk mengalirkan air dari atau ke
tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahnya. Hak guna
usaha air dapat diberikan kepada perseorangan atau badan usaha dengan izin dari
Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kew enangannya. Pemegang hak
guna usaha air dapat mengalirkan air di atas tanah orang lain berdasarkan
persetujuan dari pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Persetujuan dapat
berupa kesepakatan ganti kerugian atau kompensasi.
Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam
segala bidang kehidupan disusun pola pengelolaan sumber daya air. Pola
pengelolaan sumber daya air disusun berdasarkan w ilayah sungai dengan prinsip
keterpaduan antara air permukaan dan air tanah. Penyusunan pola pengelolaan
sumber daya air dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat dan dunia usaha
seluas-luasnya. Pola pengelolaan sumber daya air didasarkan pada prinsip
keseimbangan antara upaya konserv asi dan pendayagunaan sumber daya air.
Wewenang dan Tanggung Jawab
Wilayah sungai dan cekungan air tanah ditetapkan dengan Keputusan
Presiden. Presiden menetapkan w ilayah sungai dan cekungan air tanah dengan
memperhatikan pertimbangan Dew an Sumber Daya Air Nasional. Penetapan w ilayah
sungai meliputi w ilayah sungai dalam satu kabupaten/kota, w ilayah sungai lintas
kabupaten/kota, w ilayah sungai lintas prov insi, w ilayah sungai lintas negara, dan
w ilayah sungai strategis nasional.
Penetapan cekungan air tanah meliputi cekungan air tanah dalam satu
kabupaten/kota, cekungan air tanah lintas kabupaten/kota, cekungan air tanah lintas
prov insi, dan cekungan air tanah lintas negara. Ketentuan mengenai kriteria dan tata
cara penetapan w ilayah sungai dan cekungan air tanah diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
Wew enang dan tanggung jaw ab Pemerintah meliputi:
a. Menetapkan kebijakan nasional sumber daya air;
b. Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada w ilayah sungai lintas
BABI II - 26 c. Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada w ilayah sungai lintas
prov insi, w ilayah sungai lintas negara, dan w ilayah sungai strategis nasional;
d. Menetapkan dan mengelola kaw asan lindung sumber air pada w ilayah sungai
lintas prov insi, w ilayah sungai lintas negara, dan w ilayah sungai strategis nasional;
e. Melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada w ilayah sungai lintas prov insi,
w ilayah sungai lintas negara, dan w ilayah sungai strategis nasional;
f. Mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan,
penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada w ilayah sungai lintas
prov insi, w ilayah sungai lintas negara, dan w ilayah sungai strategis nasional
g. Mengatur, menetapkan, dan memberi rekomendasi teknis atas penyediaan,
peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah
lintas prov insi dan cekungan air tanah lintas negara;
h. Membentuk Dew an Sumber Daya Air Nasional, dew an sumber daya air w ilayah
sungai lintas prov insi, dan dew an sumber daya air w ilayah sungai strategis nasional;
i. Memfasilitasi penyelesaian sengketa antarprov insi dalam pengelolaan sumber
daya air;
j. Menetapkan norma, standar, kriteria, dan pedoman pengelolaan sumber daya air;
k. Menjaga efektiv itas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan
sumber daya air pada w ilayah sungai lintas prov insi, w ilayah sungai lintas negara,
dan w ilayah sungai strategis nasional; dan
l. memberikan bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada
pemerintah prov insi dan pemerintah kabupaten/kota.
Wew enang dan tanggung jaw ab pemerintah prov insi meliputi:
a. Menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air di w ilayahnya berdasarkan
kebijakan nasional sumber daya air dengan memperhatikan kepentingan prov insi
sekitarnya
b. Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada w ilayah sungai lintas
kabupaten/kota;
c. Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada w ilayah sungai lintas
kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan prov insi sekitarnya;
d. Menetapkan dan mengelola kaw asan lindung sumber air pada w ilayah sungai
lintas kabupaten/kota;
e. Melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada w ilayah sungai lintas
BABI II - 27 f. Mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan,
penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada w ilayah sungai lintas
kabupaten/kota;
g. Mengatur, menetapkan, dan memberi rekomendasi teknis atas penyediaan,
pengambilan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada
cekungan air tanah lintas kabupaten/kota;
h. Membentuk dew an sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat prov insi
dan/atau pada w ilayah sungai lintas kabupaten/kota;
i. Memfasilitasi penyelesaian sengketa antarkabupaten/kota dalam pengelolaan
sumber daya air;
j. Membantu kabupaten/kota pada w ilayahnya dalam memenuhi kebutuhan pokok
masyarakat atas air;
k. Menjaga efektiv itas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan
sumber daya air pada w ilayah sungai lintas kabupaten/kota; dan
l. Memberikan bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada
pemerintah kabupaten/kota.
Wew enang dan tanggung jaw ab pemerintah kabupaten/kota meliputi :
a. Menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air di w ilayahnya berdasarkan
kebijakan nasional sumber daya air dan kebijakan pengelolaan sumber daya air
prov insi dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya;
b. Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada w ilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota;
c. Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada w ilayah sungai dalam
satu kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota
sekitarnya;
d. Menetapkan dan mengelola kaw asan lindung sumber air pada w ilayah sungai
dalam satu kabupaten/kota;
e. Melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada w ilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya;
f. Mengatur, menetapkan, dan memberi izin penyediaan, peruntukan, penggunaan,
dan pengusahaan air tanah di w ilayahnya serta sumber daya air pada w ilayah
sungai dalam satu kabupaten/kota;
g. Membentuk dew an sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat
BABI II - 28 h. Memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari atas air bagi masyarakat di
w ilayahnya; dan
i. Menjaga efektiv itas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan
sumber daya air pada w ilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.
Wew enang dan tanggung jaw ab pemerintah desa atau yang disebut dengan
nama lain meliputi:
a. Mengelola sumber daya air di w ilayah desa yang belum dilaksanakan oleh
masyarakat dan/atau pemerintahan di atasnya dengan mempertimbangkan asas
kemanfaatan umum;
b. Menjaga efektiv itas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan
sumber daya air yang menjadi kew enangannya;
c. Memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari w arga desa atas air sesuai
dengan ketersediaan air yang ada; dan
d. Memperhatikan kepentingan desa lain dalam melaksanakan pengelolaan sumber
daya air di w ilayahnya.
Sebagian w ew enang Pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air dapat
diselenggarakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Dalam hal pemerintah daerah belum dapat melaksanakan sebagian
w ewenangnya, pemerintah daerah dapat menyerahkan w ewenang tersebut kepada
pemerintah di atasnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan
sebagian w ew enang pengelolaan sumber daya air oleh pemerintah daerah w ajib
diambil oleh pemerintah di atasnya dalam hal:
a. Pemerintah daerah tidak melaksanakan sebagian w ew enang pengelolaan
sumber daya air sehingga dapat membahayakan kepentingan umum; dan/atau
b. Adanya sengketa antarprov insi atau antarkabupaten/kota.
Konservasi Sumber Daya Air
Konservasi sumber daya air ditujukan untuk menjaga kelangsungan keberadaan
daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber daya air. Konserv asi sumber daya air
dilakukan melalui kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber air, pengaw etan air,
serta pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dengan mengacu
pada pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap w ilayah sungai.
Ketentuan tentang konserv asi sumber daya air menjadi salah satu acuan dalam
BABI II - 29 Perlindungan dan pelestarian sumber air ditujukan untuk melindungi dan
melestarikan sumber air beserta lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan atau
gangguan yang disebabkan oleh daya alam, termasuk kekeringan dan yang
disebabkan oleh tindakan manusia. Perlindungan dan pelestarian sumber air
dilakukan melalui:
a. Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air;
b. Pengendalian pemanfaatan sumber air;
c. Pengisian air pada sumber air;
d. Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi;
e. Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan
dan pemanfaatan lahan pada sumber air;
f. Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu;
g. Pengaturan daerah sempadan sumber air;
h. Rehabilitasi hutan dan lahan; dan/atau
i. Pelestarian hutan lindung, kaw asan suaka alam, dan kaw asan pelestarian alam.
Upaya perlindungan dan pelestarian sumber air dijadikan dasar dalam
penatagunaan lahan. Perlindungan dan pelestarian sumber air dilaksanakan secara
v egetatif dan/atau sipil teknis melalui pendekatan sosial, ekonomi, dan budaya.
Ketentuan mengenai perlindungan dan pelestarian sumber air diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah.
Pengaw etan air ditujukan untuk memelihara keberadaan dan ketersediaan air
atau kuantitas air, sesuai dengan fungsi dan manfaatnya. Pengaw etan air dilakukan
dengan cara:
a. Menyimpan air yang berlebihan di saat hujan untuk dapat dimanfaatkan pada
w aktu diperlukan;
b. Menghemat air dengan pemakaian yang efisien dan efektif; dan/atau
c. Mengendalikan penggunaan air tanah.
Ketentuan mengenai pengaw etan air diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah. Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air ditujukan
untuk mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang ada pada
sumber-sumber air. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan cara memperbaiki
kualitas air pada sumber air dan prasarana sumber daya air. Pengendalian
pencemaran air dilakukan dengan cara mencegah masuknya pencemaran air pada
BABI II - 30 air dan pengendalian pencemaran air diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah. Setiap orang atau badan usaha dilarang melakukan kegiatan yang
mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya, mengganggu upaya
pengaw etan air, dan/atau mengakibatkan pencemaran air.
Konserv asi sumber daya air dilaksanakan pada sungai, danau, w aduk, raw a,
cekungan air tanah, sistem irigasi, daerah tangkapan air, kaw asan suaka alam,
kaw asan pelestarian alam, kaw asan hutan, dan kaw asan pantai. Pengaturan
konserv asi sumber daya air yang berada di dalam kaw asan suaka alam, kaw asan
pelestarian alam, kaw asan hutan, dan kaw asan pantai diatur berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Ketentuan mengenai pelaksanaan konserv asi sumber daya air
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Pendayagunaan Sumber Daya Air
Pendayagunaan sumber daya air dilakukan melalui kegiatan penatagunaan,
penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air
dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada
setiap w ilayah sungai. Pendayagunaan sumber daya air ditujukan untuk
memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan dengan mengutamakan
pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan masyarakat secara adil. Pendayagunaan
sumber daya air dikecualikan pada kaw asan suaka alam dan kaw asan pelestarian
alam. Pendayagunaan sumber daya air diselenggarakan secara terpadu dan adil,
baik antarsektor, antarw ilayah maupun antarkelompok masyarakat dengan
mendorong pola kerja sama. Pendayagunaan sumber daya air didasarkan pada
keterkaitan antara air hujan, air permukaan, dan air tanah dengan mengutamakan
pendayagunaan air permukaan. Setiap orang berkew ajiban menggunakan air
sehemat mungkin. Pendayagunaan sumber daya air dilakukan dengan
mengutamakan fungsi sosial untuk mew ujudkan keadilan dengan memperhatikan
prinsip pemanfaat air membayar biaya jasa pengelolaan sumber daya air dan
dengan melibatkan peran masyarakat.
Penatagunaan sumber daya air ditujukan untuk menetapkan zona
pemanfaatan sumber air dan peruntukan air pada sumber air. Penetapan zona
pemanfaatan sumber air merupakan salah satu acuan untuk penyusunan atau
perubahan rencana tata ruang w ilayah dan rencana pengelolaan sumber daya air
pada w ilayah sungai yang bersangkutan. Penetapan zona pemanfaatan sumber
BABI II - 31 a. Mengalokasikan zona untuk fungsi lindung dan budi daya;
b. Menggunakan dasar hasil penelitian dan pengukuran secara teknis hidrologis;
c. Memperhatikan ruang sumber air yang dibatasi oleh garis sempadan sumber air;
d. Memperhatikan kepentingan berbagai jenis pemanfaatan;
e. Melibatkan peran masyarakat sekitar dan pihak lain yang berkepentingan; dan
f. Memperhatikan fungsi kaw asan.
Penetapan peruntukan air pada sumber air pada setiap w ilayah sungai
dilakukan dengan memperhatikan:
a. Daya dukung sumber air;
b. Jumlah dan penyebaran penduduk serta proyeksi pertumbuhannya;
c. Perhitungan dan proyeksi kebutuhan sumber daya air; dan
d. Pemanfaatan air yang sudah ada.
Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pengaw asan pelaksanaan
ketentuan peruntukan air.
Penyediaan sumber daya air ditujukan untuk memenuhi kebutuhan air dan
daya air serta memenuhi berbagai keperluan sesuai dengan kualitas dan kuantitas.
Penyediaan sumber daya air dalam setiap w ilayah sungai dilaksanakan sesuai dengan
penatagunaan sumber daya air yang ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan pokok,
sanitasi lingkungan, pertanian, ketenagaan, industri, pertambangan, perhubungan,
kehutanan dan keanekaragaman hayati, olahraga, rekreasi dan pariwisata, ekosistem,
estetika, serta kebutuhan lain yang ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan irigasi bagi
pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada merupakan prioritas utama
penyediaan sumber daya air di atas semua kebutuhan. Urutan prioritas penyediaan
sumber daya air selain ditetapkan pada setiap w ilayah sungai oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah sesuai dengan kew enangan-nya. Apabila penetapan urutan
prioritas penyediaan sumber daya air menimbulkan kerugian bagi pemakai sumber
daya air, Pemerintah atau pemerintah daerah w ajib mengatur kompensasi kepada
pemakainya. Penyediaan sumber daya air direncanakan dan ditetapkan sebagai
bagian dalam rencana pengelolaan sumber daya air pada setiap w ilayah sungai oleh
Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kew enangan-nya.
Penyediaan sumber daya air dilaksanakan berdasarkan rencana pengelolaan
BABI II - 32 pemerintah daerah dapat mengambil tindakan penyediaan sumber daya air untuk
memenuhi kepentingan yang mendesak berdasarkan perkembangan keperluan dan
keadaan setempat.
Penggunaan sumber daya air ditujukan untuk pemanfaatan sumber daya air
dan prasarananya sebagai media dan/atau materi. Penggunaan sumber daya air
dilaksanakan sesuai penatagunaan dan rencana penyediaan sumber daya air yang
telah ditetapkan dalam rencana pengelolaan sumber daya air w ilayah sungai
bersangkutan. Penggunaan air dari sumber air untuk memenuhi kebutuhan pokok
sehari-hari, sosial, dan pertanian rakyat dilarang menimbulkan kerusakan pada sumber
air dan lingkungannya atau prasarana umum yang bersangkutan. Penggunaan air
untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari yang dilakukan melalui prasarana
sumber daya air harus dengan persetujuan dari pihak yang berhak atas prasarana
yang bersangkutan. Apabila penggunaan air ternyata menimbulkan kerusakan pada
sumber air, yang bersangkutan w ajib mengganti kerugian. Dalam penggunaan air,
setiap orang atau badan usaha berupaya menggunakan air secara daur ulang dan
menggunakan kembali air. Dalam keadaan memaksa, Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah mengatur dan menetapkan penggunaan sumber daya air untuk
kepentingan konserv asi, persiapan pelaksanaan konstruksi, dan pemenuhan prioritas
penggunaan sumber daya air.
Pengembangan sumber daya air pada w ilayah sungai ditujukan untuk
peningkatan kemanfaatan fungsi sumber daya air guna memenuhi kebutuhan air
baku untuk rumah tangga, pertanian, industri, pariw isata, pertahanan, pertambangan,
ketenagaan, perhubungan, dan untuk berbagai keperluan lainnya. Pengembangan
sumber daya air dilaksanakan tanpa merusak keseimbangan lingkungan hidup.
Pengembangan sumber daya air diselenggarakan berdasarkan rencana
pengelolaan sumber daya air dan rencana tata ruang w ilayah yang telah ditetapkan
dengan mempertimbangkan:
a. Daya dukung sumber daya air ;
b. Kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat ;
c. Kemampuan pembiayaan; dan
d. Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air.
Pelaksanaan pengembangan sumber daya air dilakukan melalui konsultasi
publik, melalui tahapan surv ei, investigasi, dan perencanaan, serta berdasarkan pada
BABI II - 33 timbul akibat dilaksanakannya pengembangan sumber daya air harus ditangani
secara tuntas dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait pada tahap
penyusunan rencana. Pengembangan sumber daya air meliputi:
a. Air permukaan pada sungai, danau, raw a, dan sumber air permukaan lainnya;
b. Air tanah pada cekungan air tanah;
c. Air hujan; dan
d. Air laut yang berada di darat.
Pengembangan air permukaan pada sungai, danau, raw a, dan sumber air
permukaan lainnya dilaksanakan dengan memperhatikan karakteristik dan fungsi
sumber air yang bersangkutan.
Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas
dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit
dilakukan. Pengembangan air tanah pada cekungan air tanah dilakukan secara
terpadu dalam pengembangan sumber daya air pada w ilayah sungai dengan upaya
pencegahan terhadap kerusakan air tanah. Pengembangan fungsi dan manfaat air
hujan dilaksanakan dengan mengembangkan teknologi modifikasi cuaca. Badan
usaha dan perseorangan dapat melaksanakan pemanfaatan aw an dengan teknologi
modifikasi cuaca setelah memperoleh izin dari Pemerintah.
Pengembangan fungsi dan manfaat air laut yang berada di darat dilakukan
dengan memperhatikan fungsi lingkungan hidup. Badan usaha dan perseorangan
dapat menggunakan air laut yang berada di darat untuk kegiatan usaha setelah
memperoleh izin pengusahaan sumber daya air dari Pemerintah dan/atau pemerintah
daerah.
Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan
dengan pengembangan sistem penyediaan air minum. Pengembangan sistem
penyediaan air minum menjadi tanggung jaw ab Pemerintah dan pemerintah daerah.
Badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah merupakan
penyelenggara pengembangan sistem penyediaan air minum. Koperasi, badan usaha
sw asta, dan masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan
pengembangan sistem penyediaan air minum.
Pengaturan terhadap pengembangan sistem penyediaan air minum bertujuan
untuk:
a. Terciptanya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan
BABI II - 34 b. Tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa
pelayanan; dan
c. Meningkatnya efisiensi dan cakupan pelayanan air minum.
Pengaturan pengembangan sistem penyediaan air minum diselenggarakan
secara terpadu dengan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi. Untuk
mencapai tujuan pengaturan pengembangan sistem penyediaan air minum dan
sanitasi, Pemerintah dapat membentuk badan yang berada di baw ah dan
bertanggung jaw ab kepada menteri yang membidangi sumber daya air.
Pemenuhan kebutuhan air baku untuk pertanian dilakukan dengan
pengembangan sistem irigasi. Pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder
menjadi w ew enang dan tanggung jaw ab Pemerintah dan pemerintah daerah
dengan ketentuan:
a. Pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder lintas prov insi menjadi
w ew enang dan tanggung jaw ab Pemerintah;
b. Pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder lintas kabupaten/kota menjadi
w ew enang dan tanggung jaw ab pemerintah prov insi;
c. Pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder yang utuh pada satu
kabupaten/kota menjadi w ew enang dan tanggung jaw ab pemerintah
kabupaten/kota yang bersangkutan.
Pengembangan sistem irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jaw ab
perkumpulan petani pemakai air. Pengembangan sistem irigasi dilakukan dengan
mengikutsertakan masyarakat. Pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder
dapat dilakukan oleh perkumpulan petani pemakai air atau pihak lain sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya. Pengembangan sumber daya air untuk industri dan
pertambangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air baku dalam proses
pengolahan dan/atau eksplorasi. Pengembangan sumber daya air untuk keperluan
ketenagaan dapat dilakukan untuk memenuhi keperluan sendiri dan untuk diusahakan
lebih lanjut.
Pengembangan sumber daya air untuk perhubungan dapat dilakukan pada
sungai, danau, w aduk, dan sumber air lainnya. Pengusahaan sumber daya air
diselenggarakan dengan memperhatikan fungsi sosial dan kelestarian lingkungan
hidup. Pengusahaan sumber daya air permukaan yang meliputi satu w ilayah sungai
hanya dapat dilaksanakan oleh badan usaha milik negara atau badan usaha milik
BABI II - 35 milik negara dengan badan usaha milik daerah. Pengusahaan sumber daya air selain
dapat dilakukan oleh perseorangan, badan usaha, atau kerja sama antar badan
usaha berdasarkan izin pengusahaan dari Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai
dengan kew enangan-nya. Pengusahaan dapat berbentuk:
a. Penggunaan air pada suatu lokasi tertentu sesuai persyaratan yang ditentukan
dalam perizinan;
b. Pemanfaatan w adah air pada suatu lokasi tertentu sesuai persyaratan yang
ditentukan dalam perizinan; dan/atau
c. Pemanfaatan daya air pada suatu lokasi tertentu sesuai persyaratan yang
ditentukan dalam perizinan.
Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kew enangannya,
mengatur dan menetapkan alokasi air pada sumber air untuk pengusahaan sumber
daya air oleh badan usaha atau perseorangan. Alokasi air untuk pengusahaan sumber
daya air harus didasarkan pada rencana alokasi air yang ditetapkan dalam rencana
pengelolaan sumber daya air w ilayah sungai bersangkutan. Alokasi air untuk
pengusahaan ditetapkan dalam izin pengusahaan sumber daya air dari Pemerintah
atau pemerintah daerah. Dalam hal rencana pengelolaan sumber daya air belum
ditetapkan, izin pengusahaan sumber daya air pada w ilayah sungai ditetapkan
berdasarkan alokasi air sementara.
Pemerintah w ajib melakukan pengaw asan mutu pelayanan atas:
a. badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah pengelola sumber daya air;
dan
b. badan usaha lain dan perseorangan sebagai pemegang izin pengusahaan
sumber daya air.
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah w ajib memfasilitasi pengaduan
masyarakat atas pelayanan dari badan usaha dan perseorangan. Badan usaha dan
perseorangan w ajib ikut serta melakukan kegiatan konserv asi sumber daya air dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitarnya. Rencana pengusahaan sumber
daya air dilakukan melalui konsultasi publik. Pengusahaan sumber daya air
diselenggarakan dengan mendorong keikutsertaan usaha kecil dan menengah.
Pengusahaan sumber daya air dalam suatu w ilayah sungai yang dilakukan dengan
membangun dan/atau menggunakan saluran distribusi hanya dapat digunakan untuk
w ilayah sungai lainnya apabila masih terdapat ketersediaan air yang melebihi