• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Konsep Perencanaan Dan Pelaksanaan Program Ditjen Cipta Karya - DOCRPIJM 229d10dd1a BAB IIBAB 2 KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2.1 Konsep Perencanaan Dan Pelaksanaan Program Ditjen Cipta Karya - DOCRPIJM 229d10dd1a BAB IIBAB 2 KONSEP PERENCANAAN BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

2.1

Konsep Perencanaan Dan Pelaksanaan Program

Ditjen Cipta Karya

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan

berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta

Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan

amanat perencanaan pembangunan. Untuk mewujudkan keterpaduan

pembangunan permukiman, Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota

perlu memahami arahan kebijakan tersebut, sebagai dasar perencanaan,

pemrograman, dan pembiayaan pembangunan Bidang Cipta Karya.

Gambar 2.1 memaparkan konsep perencanaan pembangunan

infrastruktur Bidang Cipta Karya, yang membagi amanat pembangunan

infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat

penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden,

amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta amanat internasional.

Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya

dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan

iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan pendudukperkota an,

pengarusutamaan gender, serta green economy. Disamping isu umum, terdapat

juga permasalahan dan potensi pada masingmasing daerah, sehingga dukungan

seluruh stakeholders pada penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya sangat

(2)

Gambar 2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

2.2

Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang

Cipta Karya

Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan

nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,

mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh

sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat

kebijakan pembangunan nasional.

2.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah

dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara

bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan

(3)

Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan

penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan

terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor

terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan

jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan

kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan

(demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sector

sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.

Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka

Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan

sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset

management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan

kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3)

penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan

profesional, dan (4)penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam

pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata

dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi

dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat

untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan

lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan

prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan

prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang

bersifat komersial.

Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap

tahapan RPJMN, yaitu:

RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan

melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih

meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam

pengembangan perumahan dan permukiman.

RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh

masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan

(4)

Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman

kumuh.

RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang

dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud

kota tanpa permukiman kumuh.

2.2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014

RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial

yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat Dalam rangka

pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang layak sesuai

dengan UUD 1945 Pasal 28 H, pemerintah memfasilitasi penyediaan

perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta memberikan

dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air

minum, air limbah, persampahan dan drainase.

Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur

permukiman pada periode 2010-2014, yaitu:

Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun 2014, dengan perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan akses air

minum non-perpipaan terlindungi 38 %.

Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga

akhir tahun 2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site) bagi 10% total penduduk, baik melalui sistem pengelolaan air limbah terpusat skala kota sebesar 5%

maupun sistem pengelolaan air limbah terpusat skala komunal sebesar 5 %

serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site) yang layak bagi 90% total penduduk.

Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah tangga di daerah perkotaan.

(5)

Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan

diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air

minum dan sanitasi yang memadai, melalui:

menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah,

memastikan ketersediaan air baku air minum,

meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman,

meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum, penanganan

air limbah, dan pengelolaan persampahan,

meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi,

meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,

Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS),

Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan

infrastruktur,

meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,

mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.

2.2.3 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia MP3EI (Perpres No. 32 Tahun 2011)

Dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional 2005 – 2025 dan untuk melengkapi dokumen perencanaan guna

meningkatkan daya saing perekonomian nasional yang lebih solid, diperlukan

adanya suatu masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi

Indonesia yang memiliki arah yang jelas, strategi yang tepat, fokus dan terukur.

Berdasarkan pertimbangan, maka perlu ditetapkan Peraturan Presiden tentang

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(6)

Gambar 2.2 Kedudukan MP3EI dalam Konteks Perencanaan

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025, maka

ditetapkan Peraturan Presiden tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, yang selanjutnya disebut MP3EI.

MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan

pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung

sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan melengkapi

dokumen perencanaan.

MP3EI tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Presiden ini. MP3EI berfungsi sebagai :

Acuan bagi menteri dan pimpinan lembaga pemerintah non kementerian

untuk menetapkan kebijakan sektoral dalam rangka pelaksanaan

percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia di bidang tugas

masing, yang dituangkan dalam dokumen rencana strategis

masing-masing kementerian/lembaga pemerintah non kementerian sebagai bagian

(7)

Acuan untuk penyusunan kebijakan percepatan dan perluasan

pembangunan ekonomi Indonesia pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota

terkait.

MP3EI dapat menjadi acuan bagi badan usaha dalam menanamkan

modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Koordinasi pelaksanaan MP3EI dilakukan oleh Komite Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, yang selanjutnya disebut KP3EI.

KP3EI mempunyai tugas:

Melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan MP3EI

Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan MP3EI

Menetapkan langkah-langkah dan kebijakan dalam rangka penyelesaian

permasalahan dan hambatan pelaksanaan MP3EI.

MP3EI digagas untuk mempercepat dan memperluas pembangunan

ekonomi melalui pengembangan 8 program utama, yang terdiri atas pertanian,

pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, dan telematika, serta

pengembangan kawasan strategis. Kedelapan program tersebut dibagi lagi ke

(8)

Gambar 2.3 Kegiatan Ekonomi Utama

Sedangkan strategi pengembangan 22 kegiatan ekonomi tersebut adalah

mengintegrasikan tiga elemen utama, meliputi:

Pengembangan potensi ekonomi wilayah di 6 Koridor Ekonomi Indonesia,

yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi

Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali–Nusa

Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua–Kepulauan Maluku;

Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan

terhubung secara global (locally integrated, globally connected);

Memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung

pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi.

Dengan demikian pertumbuhan ekonomi akan makin terarah karena

(9)

kegiatan ekonomi) dan berlangsung lintas wilayah di 6 koridor, terkoneksi, dan

terintegrasi. Pada gilirannya strategi tersebut diharapkan menunjang penguatan

kapasitas SDM dan penguasaannya terhadap pengembangan IPTEK.

Gambar 2.4 Tema Pembangunan Masing Masing Koridor Ekonomi

Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan

pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI

yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut

pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan

masing-masing dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI).

Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur

permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan

tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah

satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau

terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK.

Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan

evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor

(10)

Gambar 2.5 Koridor Ekonomi Indonesia (KEI)

(Sumber ; Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025)

Di dalam Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI) Kabupaten Pacitan tidak termasuk dalam Kawasan Perhatian

Investasi (KPI). Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian

Investasi (KPI) yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi

atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor

konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah

identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra

produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Koridor Jawa Berdasarkan

Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011 adalah;

Tabel 2.1 Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI)

NO KORIDOR KPI

1 Koridor Ekonomi (KE) Sumatera Sei Mangkei, Tapanuli Selatan, Dairi Dumai, Tj Api-Api – Tj Carat, Muaraenim – Pendopo, Palembang Prabumulih, Bangka Barat, Babel, Batam, Bandar Lampung, Lampung

Timur, Besi Baja Cilegon 2 Koridor Ekonomi (KE) Jawa Banten, DKI Jakarta, Karawang

Bekasi, Purwakarta, Cilacap, Surabaya

Gresik, Lamongan, Pasuruan 3 Koridor Ekonomi (KE) Bali – Nusa

Tenggara

Badung, Buleleng, Lombok Tengah, Kupang, Sumbawa Barat, Aegela,

(11)

NO KORIDOR KPI

(Sumber ; Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025)

Pengembangan Koridor Ekonomi Jawa mempunyai tema Pendorong

Industri dan Jasa Nasional. Selain itu, strategi khusus Koridor Ekonomi Jawa

adalah mengembangkan industri yang mendukung pelestarian daya dukung air

dan lingkungan.

Secara umum, Koridor Ekonomi Jawa memiliki kondisi yang lebih baik di

bidang ekonomi dan sosial, sehingga Koridor Ekonomi Jawa berpotensi untuk

berkembang dalam rantai nilai dari ekonomi berbasis manufaktur ke jasa.

Koridor ini dapat menjadi benchmark perubahan ekonomi yang telah sukses

berkembang dalam rantai nilai dari yang sebelumnya fokus di industri primer

menjadi fokus di industri tersier, sebagaimana telah terjadi di Singapura,

Shenzen dan Dubai.

Koridor Ekonomi Jawa memiliki beberapa hal yang harus dibenahi,

antara lain:

Tingginya tingkat kesenjangan PDRB dan kesenjangan kesejahteraan di

antara provinsi di dalam koridor;

Pertumbuhan tidak merata sepanjang rantai nilai, kemajuan sektor

manufaktur tidak diikuti kemajuan sektor-sektor yang lain;

Kurangnya investasi domestik maupun asing;

Kurang memadainya infrastruktur dasar.

Fokus pembangunan ekonomi Koridor Ekonomi Jawa adalah pada

kegiatan ekonomi utama makananminuman, tekstil, dan peralatan transportasi.

Selain itu terdapat pula aspirasi untuk mengembangkan kegiatan ekonomi

(12)
(13)

Gambar 2.7 Peta Investasi Koridor Ekonomi Jawa

(Sumber ; Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025)

Tabel 2.2 Aglomerasi Indikasi Investasi

(14)

2.2.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan

Indonesia (MP3KI)

Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu

diimbangi dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk

itu, telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya penanggulangan kemiskinan

diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan

memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di

semua kelompok masyarakat. Dalam mencapai misi penanggulangan

kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga strategi

utama, yaitu:

Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh,

terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan

goncangan,

Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga

dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang,

Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood)

masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di

tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.

Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan

penting dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan

program pemberdayaan masyarakat (PNPMPerkotaan/P2KP, PPIP, Pamsimas,

Sanimas dsb) serta Program Pro Rakyat.

Ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi menciptakan kesenjangan,

ketidakstabilan dan meluasnya ketidaksejahteraan. Sehingga, membuat

pemerintah merasa perlu untuk melengkapi master plan pertumbuhan ekonomi

dengan master plan pengurangan kemiskinan agar dunia seimbang

(equilibrium). Master plan tersebut adalah Master Plan Percepatan dan

Perluasan Pengurangan Kemiskinan (MP3KI), yang bertujuan memeratakan

pertumbuhan ekonomi dalam mengurangi kesenjangan.

MP3KI adalah affirmative action, sehingga pembangunan ekonomi yang

terwujud tidak hanya growth, tetapi juga Poor, job dan

(15)

Substansi yang melatarbelakangi perluasan pengurangan kemiskinan

melalui MP3KI dapat dirangkum dalam 9 alasan, yaitu:

Pertumbuhan penduduk yang besar (bisa jadi potensi, bisa juga jadi

tantangan)

Lahan usaha petani dan nelayan makin terbatas

Peluang dan pengembangan usaha si miskin amat terbatas

Urbanisasi memperparah kemiskinan perkotaan (slum and squatter)

Rendahnya kualitas SDM usia muda

Rendahnya penyerapan kerja sector industri

Masih banyak daerah terisolir dengan akses pelayanan dasar yang rendah

Belum tersedianya jaminan sosial yang komprehensif

Masih terjadi marjinalisasi penduduk miskin, cacat, illegal, berpenyakit

kronis, dsb.

Gambar 2.8 Kerangka Desain MP3KI

Tahapan Pelaksanaan MP3KI

Periode 2013-2014:

Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% - 10%

(16)

Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.

Pada kantong-kantong kemiskinan, sinergi lokasi dan waktu, serta

perbaikan sasaran (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko

Kesra);

Sustainable livelihood penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin,

termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI;

Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .

Periode 2015 – 2019:

Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;

Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju

universal coverage;

Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;

Penguatan sustainable livelihood.

Periode 2020-2025:

Pemantapan sistem penanggulangan kemiskinan secara terpadu;

Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.

(17)

Gambar 2.10 Kolaborasi MP3EI dengan MP3KI

Gambar 2.11 Sinergi MP3EI dan MP3KI Dalam Pengembangan Lingkungan

2.2.5 Kawasan Ekonomi Khusus

UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi

(18)

penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan

berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan

ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Di

samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas pendukung dan

perumahan bagi pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat

mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga

menunjang kegiatan ekonomi di KEK.

Untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu

dilaksanakan pembangunan perekonomian nasional berdasar atas demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,

berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan

kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Republik Indonesia Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam

rangka demokrasi ekonomi, diperlukan keberpihakan politik ekonomi yang lebih

memberikan kesempatan dan dukungan pada usaha mikro, kecil, menengah

(UMKM), dan koperasi dan sekaligus memberikan manfaat bagi industri dalam

negeri. Berkaitan dengan hal itu, dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

disediakan lokasi bagi UMKM dan koperasi agar dapat mendorong terjadinya

keterkaitan dan sinergi hulu hilir dengan perusahaan besar, baik sebagai Pelaku

Usaha maupun sebagai pendukung Pelaku Usaha lain.

Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional,

diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang

memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut

dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan

kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan KEK

bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model

terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain

industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan

pekerjaan.

Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

(19)

Khusus diatur dengan Undang-Undang. Ketentuan tersebut menjadi dasar

hukum perlunya diatur kebijakan tersendiri mengenai KEK dalam suatu

Undang-Undang.

Ketentuan KEK dalam Undang-Undang ini mencakup pengaturan fungsi,

bentuk, dan kriteria KEK, pembentukan KEK, pendanaan infrastruktur,

kelembagaan, lalu lintas barang, karantina, dan devisa, serta fasilitas dan

kemudahan.

KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan

fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Fungsi KEK adalah

untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa,

industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos

dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut,

KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan ekspor,

logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi yang

kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam negeri.

Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai

KEK adalah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi

mengganggu kawasan lindung, adanya dukungan dari pemerintah

provinsi/kabupaten/kota dalam pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang

strategis atau mempunyai potensi sumber daya unggulan di bidang kelautan

dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta mempunyai

batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.

Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK

yang terdiri atas Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di

tingkat provinsi. Dewan Kawasan membentuk Administrator KEK di setiap KEK

untuk melaksanakan pelayanan, pengawasan, dan pengendalian

operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di KEK dilakukan oleh Badan Usaha dan

Pelaku Usaha.

Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya

saing agar lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas

fasilitas fiskal, yang berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah

(20)

perizinan, keimigrasian, investasi, dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan

kemudahan lain yang dapat diberikan pada Zona di dalam KEK, yang akan

diatur oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Dalam hal pengawasan, ketentuan larangan tetap diberlakukan di KEK,

seperti halnya daerah lain di Indonesia. Namun, untuk ketentuan pembatasan,

diberikan kemudahan dalam sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh

Pemerintah dengan tetap mengutamakan pengawasan terhadap kemungkinan

penyalahgunaan atau pemanfaatan KEK sebagai tempat melakukan tindak

pidana ekonomi.

Dengan berlakunya Undang-Undang ini, diharapkan terdapat satu

kesatuan pengaturan mengenai kawasan khusus di bidang ekonomi yang ada di

Indonesia dengan memberi kesempatan kepada Kawasan Perdagangan Bebas

dan Pelabuhan Bebas yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan

Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2000 Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4053) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan

Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang Menjadi Undang-Undang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 130, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4775) untuk diusulkan menjadi KEK, baik

dalam jangka waktu maupun setelah berakhirnya jangka waktu yang telah

ditetapkan. Dengan berlakunya Undang-Undang ini, tidak terjadi lagi

pembentukan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.

2.2.6 Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan

Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program

(21)

semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan

penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih

untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan masyarakat perkotaan.

Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam

peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta

pengurangan permukiman kumuh.

Untuk lebih memfokuskan pelaksanaan pembangunan yang berkeadilan,

dan untuk kesinambungan serta penajaman Prioritas Pembangunan Nasional

sebagaimana termuat dalam Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 tentang

Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, maka

diinstruksikan kepada para menteri dan seluruh pimpinan lembaga yang

berwenang untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas,

fungsi dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan

program-program pembangunan yang berkeadilan, yang meliputi program-program :

Program pro rakyat, memfokuskan pada :

Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga

Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan

masyarakat

Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha

mikro dan kecil

Program keadilan untuk semua, memfokuskan pada :

Program keadilan bagi anak

Program keadilan bagi perempuan

Program keadilan di bidang ketenagakerjaan

Program keadilan di bidang bantuan hukum

Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan

Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan

Program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), memfokuskan

pada :

Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan

Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua

(22)

Program penurunan angka kematian anak

Program kesehatan ibu

Program pengendalian HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya

Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup

Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan

Milenium

Dari ke tiga program pembangunan tersebut, program pembangunan di

bidang Cipta Karya tertuang didalam program pencapaian Tujuan Pembangunan

Milenium. Adapun program-program pembangunan bidang Cipta Karya yang

tertuang didalam Rencana tindak upaya pencapaian Tujuan Pembangunan

Milenium dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3 Rencana Tindak Upaya Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium

No. Program Tindakan Sasaran Keluaran

1. Program limbah melalui sistem off-site

Terlayaninya kawasan dengan infrastruktur air limbah melalui sistem on-site

*) keluaran dapat disesuaikan berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan secara berkala

2.3

Peraturan Perundangan Terkait Bidang PU/CK

Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu dilandasi

peraturan perundangan yang terkait dengan bidang Cipta Karya, antara lain UU

(23)

Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, UU No. 7 tahun 2008 tentang Sumber

Daya Air, dan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan.

2.3.1 UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal

28H ayat (1) menyebutkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan

sehat. Tempat tinggal mempunyai peran yang sangat strategis dalam

pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya

membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif

sehingga terpenuhinya kebutuhan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar

bagi setiap manusia, yang akan terus ada dan berkembang sesuai dengan

tahapan atau siklus kehidupan manusia.

Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat

mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di

dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh

wilayah Indonesia. Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, idealnya

rumah harus dimiliki oleh setiap keluarga, terutama bagi masyarakat yang

berpenghasilan rendah dan bagi masyarakat yang tinggal di daerah padat

penduduk di perkotaan. Negara juga bertanggung jawab dalam menyediakan

dan memberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat melalui

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman serta keswadayaan

masyarakat. Penyediaan dan kemudahan perolehan rumah tersebut merupakan

satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang, kehidupan ekonomi, dan

social budaya yang mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup sejalan

dengan semangat demokrasi, otonomi daerah, dan keterbukaan dalam tatanan

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang bertumpu

pada masyarakat memberikan hak dan kesempatan seluas-luasnya bagi

masyarakat untuk ikut berperan. Sejalan dengan peran masyarakat di dalam

pembangunan perumahan dan kawasan permukiman, Pemerintah dan

pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab untuk menjadi fasilitator,

(24)

penelitian dan pengembangan yang meliputi berbagai aspek yang terkait, antara

lain, tata ruang, pertanahan, prasarana lingkungan, industri bahan dan

komponen, jasa konstruksi dan rancang bangun, pembiayaan, kelembagaan,

sumber daya manusia, kearifan lokal, serta peraturan perundang-undangan

yang mendukung.

Kebijakan umum pembangunan perumahan diarahkan untuk:

Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam

lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana, dan

utilitas umum secara berkelanjutan serta yang mampu mencerminkan

kehidupan masyarakat yang berkepribadian Indonesia

Ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk

pemenuhan kebutuhan rumah, perumahan, permukiman, serta lingkungan

hunian perkotaan dan perdesaan

Mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tata

ruang serta tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna

Memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan negara

Mendorong iklim investasi asing.

Sejalan dengan arah kebijakan umum tersebut, penyelenggaraan

perumahan dan permukiman, baik di daerah perkotaan yang berpenduduk

padat maupun di daerah perdesaan yang ketersediaan lahannya lebih luas perlu

diwujudkan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pengelolaannya.

Pemerintah dan pemerintah daerah perlu memberikan kemudahan perolehan

rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui program perencanaan

pembangunan perumahan secara bertahap dalam bentuk pemberian

kemudahan pembiayaan dan/atau pembangunan prasarana, sarana, dan

utilitas umum di lingkungan hunian.

Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman tidak hanya

melakukan pembangunan baru, tetapi juga melakukan pencegahan serta

pembenahan perumahan dan kawasan permukiman yang telah ada dengan

melakukan pengembangan, penataan, atau peremajaan lingkungan hunian

perkotaan atau perdesaan serta pembangunan kembali terhadap perumahan

kumuh dan permukiman kumuh. Untuk itu, penyelenggaraan perumahan dan

(25)

pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan belanja daerah, lembaga

pembiayaan, dan/atau swadaya masyarakat. Dalam hal ini, Pemerintah,

pemerintah daerah, dan masyarakat perlu melakukan upaya pengembangan

sistem pembiayaan perumahan dan permukiman secara menyeluruh dan

terpadu.

Di samping itu, sebagai bagian dari masyarakat internasional yang turut

menandatangani Deklarasi Rio de Janeiro, Indonesia selalu aktif dalam

kegiatan-kegiatan yang diprakarsai oleh United Nations Centre for Human

Settlements. Jiwa dan semangat yang tertuang dalam Agenda 21 dan Deklarasi

Habitat II adalah bahwa rumah merupakan kebutuhan dasar manusia dan

menjadi hak bagi semua orang untuk menempati hunian yang layak dan

terjangkau (adequate and affordable shelter for all). Dalam Agenda 21

ditekankan pentingnya rumah sebagai hak asasi manusia. Hal itu telah sesuai

pula dengan semangat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

Pengaturan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman

dilakukan untuk memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman, mendukung penataan dan

pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui

pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata

ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR,

meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan

perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di

lingkungan hunian perkotaan maupun lingkungan hunian perdesaan, dan

menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam

lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan

berkelanjutan.

Penyelenggaraan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan

pemerataan kesejahteraan rakyat, yang meliputi perencanaan perumahan,

pembangunan perumahan, pemanfaatan perumahan dan pengendalian

(26)

Salah satu hal khusus yang diatur dalam undang-undang ini adalah

keberpihakan negara terhadap masyarakat berpenghasilan rendah. Dalam

kaitan ini, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan

rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan memberikan kemudahan

pembangunan dan perolehan rumah melalui program perencanaan

pembangunan perumahan secara bertahap dan berkelanjutan. Kemudahan

pembangunan dan perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah

itu, dengan memberikan kemudahan, berupa pembiayaan, pembangunan

prasarana, sarana, dan utilitas umum, keringanan biaya perizinan, bantuan

stimulan, dan insentif fiskal.

Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk mewujudkan

wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang

mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana, menyeluruh,

terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang. Penyelenggaraan

kawasan permukiman tersebut bertujuan untuk memenuhi hak warga negara

atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan

teratur serta menjamin kepastian bermukim, yang wajib dilaksanakan sesuai

dengan arahan pengembangan kawasan permukiman yang terpadu dan

berkelanjutan.

Undang-undang perumahan dan kawasan permukiman ini juga

mencakup pemeliharaan dan perbaikan yang dimaksudkan untuk menjaga

fungsi perumahan dan kawasan permukiman agar dapat berfungsi secara baik

dan berkelanjutan untuk kepentingan peningkatan kualitas hidup orang

perseorangan yang dilakukan terhadap rumah serta prasarana, sarana, dan

utilitas umum di perumahan, permukiman, lingkungan hunian dan kawasan

permukiman. Di samping itu, juga dilakukan pengaturan pencegahan dan

peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh

yang dilakukan untuk meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan

masyarakat penghuni perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Hal ini

dilaksanakan berdasarkan prinsip kepastian bermukim yang menjamin hak

setiap warga negara untuk menempati, memiliki, dan/atau menikmati tempat

tinggal, yang dilaksanakan sejalan dengan kebijakan penyediaan tanah untuk

(27)

2.3.2 UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

Pembangunan nasional untuk memajukan kesejahteraan umum

sebagaimana dimuat di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada hakekatnya

adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh

masyarakat Indonesia yang menekankan pada keseimbangan pembangunan,

kemakmuran lahiriah dan kepuasan batiniah, dalam suatu masyarakat

Indonesia yang maju dan berkeadilan sosial berdasarkan Pancasila.

Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,

mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak,

perwujudan produktivitas, dan jati diri manusia. Oleh karena itu,

penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan

dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk

mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, berjati diri, serta

seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya.

Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang.

Oleh karena itu dalam pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada

pengaturan penataan ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam

penyelenggaraan bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus memenuhi

persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung, serta harus

diselenggarakan secara tertib.

Undang-undang tentang Bangunan Gedung mengatur fungsi bangunan

gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung,

termasuk hak dan kewajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung pada

setiap tahap penyelenggaraan bangunan gedung, ketentuan tentang peran

masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah, sanksi, ketentuan peralihan, dan

ketentuan penutup.

Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh asas

kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung

dengan lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan

(28)

Masyarakat diupayakan untuk terlibat dan berperan secara aktif bukan

hanya dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung untuk

kepentingan mereka sendiri, tetapi juga dalam meningkatkan pemenuhan

persyaratan bangunan gedung dan tertib penyelenggaraan bangunan gedung

pada umumnya.

Perwujudan bangunan gedung juga tidak terlepas dari peran penyedia

jasa konstruksi berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa

konstruksi baik sebagai perencana, pelaksana, pengawas atau manajemen

konstruksi maupun jasa-jasa pengembangannya, termasuk penyedia jasa

pengkaji teknis bangunan gedung. Oleh karena itu, pengaturan bangunan

gedung ini juga harus berjalan seiring dengan pengaturan jasa konstruksi sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Dengan diberlakukannya undang-undang ini, maka semua

penyelenggaraan bangunan gedung baik pembangunan maupun pemanfaatan,

yang dilakukan di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh

pemerintah, swasta, masyarakat, serta oleh pihak asing, wajib mematuhi

seluruh ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang tentang Bangunan

Gedung.

Dalam menghadapi dan menyikapi kemajuan teknologi, baik informasi

maupun arsitektur dan rekayasa, perlu adanya penerapan yang seimbang

dengan tetap mempertimbangkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat

dan karakteristik arsitektur dan lingkungan yang telah ada, khususnya

nilai-nilai kontekstual, tradisional, spesifik, dan bersejarah.

Pengaturan dalam undang-undang ini juga memberikan ketentuan

pertimbangan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Indonesia yang

sangat beragam. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah terus mendorong,

memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat

memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini secara bertahap sehingga

jaminan keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat dalam

menyelenggarakan bangunan gedung dan lingkungannya dapat dinikmati oleh

semua pihak secara adil dan dijiwai semangat kemanusiaan, kebersamaan, dan

saling membantu, serta dijiwai dengan pelaksanaan tata pemerintahan yang

(29)

Undang-undang ini mengatur hal-hal yang bersifat pokok dan normatif,

sedangkan ketentuan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Pemerintah dan/atau peraturan perundang-undangan lainnya,

termasuk Peraturan Daerah, dengan tetap mempertimbangkan ketentuan dalam

undang-undang lain yang terkait dalam pelaksanaan undang-undang ini.

2.3.3 UU No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air

Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat

Indonesia dalam segala bidang. Dalam menghadapi ketidakseimbangan antara

ketersediaan air yang cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin

meningkat, sumber daya air wajib dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial,

lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras.

Pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk mewujudkan sinergi

dan keterpaduan yang harmonis antar wilayah, antar sektor, dan antar generasi.

Sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan keterbukaan dalam

tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, masyarakat perlu

diberi peran dalam pengelolaan sumber daya air. Undang-undang Nomor 11

Tahun 1974 tentang Pengairan sudah tidak sesuai dengan tuntutan

perkembangan keadaan, dan perubahan dalam kehidupan masyarakat sehingga

perlu diganti dengan undang-undang yang baru. Berdasarkan pertimbangan

sebagaimana yang telah diuraikan tersebut, maka perlu dibentuk

undang-undang tentang sumber daya air.

Berdasarkan Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 20 ayat (2), Pasal

22 huruf D ayat (1), ayat (2), ayat (3), Pasal 33 ayat (3) dan ayat (5)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dengan persetujuan

bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik

Indonesia memutuskan menetapkan Undang-Undang tentang Sumber Daya Air.

Ketentuan Umum Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 2004 tentang

Sumber Daya Air, yang dimaksud dengan :

Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di

(30)

Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah

permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah,

air hujan, dan air laut yang berada di darat.

Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.

Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di

bawah permukaan tanah.

Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang

terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.

Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber

air yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan

penghidupan manusia serta lingkungannya.

Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,

memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,

pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.

Pola pengelolaan sumber daya air adalah kerangka dasar dalam

merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan

konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan

pengendalian daya rusak air.

Rencana pengelolaan sumber daya air adalah hasil perencanaan secara

menyeluruh dan terpadu yang diperlukan untuk menyelenggarakan

pengelolaan sumber daya air.

Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam

satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang

luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.

Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu

kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi

menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah

hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan

pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang

(31)

Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas

hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses

pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.

Hak guna air adalah hak untuk memperoleh dan memakai atau

mengusahakan air untuk berbagai keperluan.

Hak guna pakai air adalah hak untuk memperoleh dan memakai air.

Hak guna usaha air adalah hak untuk memperoleh dan mengusahakan air.

Pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah otonom

yang lain sebagai badan eksekutif daerah.

Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah perangkat Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas Presiden beserta para

menteri.

Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta

keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa

tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi

kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan

datang.

Pendayagunaan sumber daya air adalah upaya penatagunaan, penyediaan,

penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air secara

optimal agar berhasil guna dan berdaya guna.

Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah,

menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang

disebabkan oleh daya rusak air.

Daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan kehidupan.

Perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan tindakan

yang akan dilakukan secara terkoordinasi dan terarah dalam rangka

mencapai tujuan pengelolaan sumber daya air.

Operasi adalah kegiatan pengaturan, pengalokasian, serta penyediaan air

dan sumber air untuk mengoptimalkan pemanfaatan prasarana sumber

(32)

Pemeliharaan adalah kegiatan untuk merawat sumber air dan prasarana

sumber daya air yang ditujukan untuk menjamin kelestarian fungsi sumber

air dan prasarana sumber daya air.

Prasarana sumber daya air adalah bangunan air beserta bangunan lain yang

menunjang kegiatan pengelolaan sumber daya air, baik langsung maupun

tidak langsung.

Pengelola sumber daya air adalah institusi yang diberi wewenang untuk

melaksanakan pengelolaan sumber daya air.

Sumber daya air dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan,

kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta

transparansi dan akuntabilitas. Sumber daya air dikelola secara menyeluruh,

terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan

kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat. Sumber daya air mempunyai fungsi sosial, lingkungan

hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras.

Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan

pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih,

dan produktif.

Sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat. Penguasaan sumber daya air diselenggarakan oleh

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui hak ulayat

masyarakat hukum adat setempat dan hak yang serupa dengan itu, sepanjang

tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan peraturan

perundang-undangan. Hak ulayat masyarakat hukum adat atas sumber daya air tetap

diakui sepanjang kenyataannya masih ada dan telah dikukuhkan dengan

peraturan daerah setempat. Atas dasar penguasaan negara ditentukan hak

guna air.

Hak guna air berupa hak guna pakai air dan hak guna usaha air. Hak

guna air tidak dapat disewakan atau dipindahtangankan, sebagian atau

seluruhnya. Hak guna pakai air diperoleh tanpa izin untuk memenuhi

kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan bagi pertanian rakyat yang

(33)

Cara menggunakannya dilakukan dengan mengubah kondisi alami sumber

air.

Ditujukan untuk keperluan kelompok yang memerlukan air dalam jumlah

besar.

Digunakan untuk pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada.

Izin diberikan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan

kewenangannya. Hak guna pakai air meliputi hak untuk mengalirkan air dari

atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahnya.

Hak guna usaha air dapat diberikan kepada perseorangan atau badan usaha

dengan izin dari Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan

kewenangannya. Pemegang hak guna usaha air dapat mengalirkan air di atas

tanah orang lain berdasarkan persetujuan dari pemegang hak atas tanah yang

bersangkutan. Persetujuan dapat berupa kesepakatan ganti kerugian atau

kompensasi.

Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang

dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan

masyarakat dalam segala bidang kehidupan disusun pola pengelolaan sumber

daya air. Pola pengelolaan sumber daya air disusun berdasarkan wilayah sungai

dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah. Penyusunan

pola pengelolaan sumber daya air dilakukan dengan melibatkan peran

masyarakat dan dunia usaha seluas-luasnya. Pola pengelolaan sumber daya air

didasarkan pada prinsip keseimbangan antara upaya konservasi dan

pendayagunaan sumber daya air.

Wewenang dan Tanggung Jawab Wilayah sungai dan cekungan air tanah

ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Presiden menetapkan wilayah sungai

dan cekungan air tanah dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Sumber

Daya Air Nasional. Penetapan wilayah sungai meliputi wilayah sungai dalam

satu kabupaten/kota, wilayah sungai lintas kabupaten/kota, wilayah sungai

lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis

nasional.

Penetapan cekungan air tanah meliputi cekungan air tanah dalam satu

kabupaten/kota, cekungan air tanah lintas kabupaten/kota, cekungan air tanah

(34)

kriteria dan tata cara penetapan wilayah sungai dan cekungan air tanah diatur

lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah meliputi:

Menetapkan kebijakan nasional sumber daya air;

Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas

provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis

nasional;

Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai

lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis

nasional;

Menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah

sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai

strategis nasional;

Melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas

provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis

nasional;

Mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan,

penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas

provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional

Mengatur, menetapkan, dan memberi rekomendasi teknis atas penyediaan,

peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah pada cekungan air

tanah lintas provinsi dan cekungan air tanah lintas negara;

Membentuk Dewan Sumber Daya Air Nasional, dewan sumber daya air

wilayah sungai lintas provinsi, dan dewan sumber daya air wilayah sungai

strategis nasional;

Memfasilitasi penyelesaian sengketa antarprovinsi dalam pengelolaan

sumber daya air;

Menetapkan norma, standar, kriteria, dan pedoman pengelolaan sumber

daya air;

Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan

pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah

(35)

memberikan bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada

pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

Wewenang dan tanggung jawab pemerintah provinsi meliputi:

Menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air di wilayahnya

berdasarkan kebijakan nasional sumber daya air dengan memperhatikan

kepentingan provinsi sekitarnya

Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas

kabupaten/kota;

Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai

lintas kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan provinsi

sekitarnya;

Menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah

sungai lintas kabupaten/kota;

Melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas

kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan provinsi sekitarnya;

Mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan,

penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas

kabupaten/kota;

Mengatur, menetapkan, dan memberi rekomendasi teknis atas penyediaan,

pengambilan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada

cekungan air tanah lintas kabupaten/kota;

Membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat

provinsi dan/atau pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota;

Memfasilitasi penyelesaian sengketa antarkabupaten/kota dalam

pengelolaan sumber daya air;

Membantu kabupaten/kota pada wilayahnya dalam memenuhi kebutuhan

pokok masyarakat atas air;

Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan

pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota;

dan

Memberikan bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada

(36)

Wewenang dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota meliputi :

Menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air di wilayahnya

berdasarkan kebijakan nasional sumber daya air dan kebijakan pengelolaan

sumber daya air provinsi dengan memperhatikan kepentingan

kabupaten/kota sekitarnya;

Menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam

satu kabupaten/kota;

Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai

dalam satu kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan

kabupaten/kota sekitarnya;

Menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah

sungai dalam satu kabupaten/kota;

Melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu

kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota

sekitarnya;

Mengatur, menetapkan, dan memberi izin penyediaan, peruntukan,

penggunaan, dan pengusahaan air tanah di wilayahnya serta sumber daya

air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota;

Membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat

kabupaten/kota dan/atau pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota;

Memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari atas air bagi masyarakat di

wilayahnya; dan

Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan

pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu

kabupaten/kota.

Wewenang dan tanggung jawab pemerintah desa atau yang disebut

dengan nama lain meliputi:

Mengelola sumber daya air di wilayah desa yang belum dilaksanakan oleh

masyarakat dan/atau pemerintahan di atasnya dengan mempertimbangkan

asas kemanfaatan umum;

Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan

(37)

Memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari warga desa atas air sesuai

dengan ketersediaan air yang ada; dan

Memperhatikan kepentingan desa lain dalam melaksanakan pengelolaan

sumber daya air di wilayahnya.

Sebagian wewenang Pemerintah dalam pengelolaan sumber daya air

dapat diselenggarakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Dalam hal pemerintah daerah belum dapat

melaksanakan sebagian wewenangnya, pemerintah daerah dapat menyerahkan

wewenang tersebut kepada pemerintah di atasnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Pelaksanaan sebagian wewenang pengelolaan sumber

daya air oleh pemerintah daerah wajib diambil oleh pemerintah di atasnya

dalam hal:

Pemerintah daerah tidak melaksanakan sebagian wewenang pengelolaan

sumber daya air sehingga dapat membahayakan kepentingan umum;

dan/atau

Adanya sengketa antarprovinsi atau antarkabupaten/kota.

Konservasi Sumber Daya Air

Konservasi sumber daya air ditujukan untuk menjaga kelangsungan

keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber daya air.

Konservasi sumber daya air dilakukan melalui kegiatan perlindungan dan

pelestarian sumber air, pengawetan air, serta pengelolaan kualitas air dan

pengendalian pencemaran air dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber

daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai. Ketentuan tentang

konservasi sumber daya air menjadi salah satu acuan dalam perencanaan tata

ruang.

Perlindungan dan pelestarian sumber air ditujukan untuk melindungi

dan melestarikan sumber air beserta lingkungan keberadaannya terhadap

kerusakan atau gangguan yang disebabkan oleh daya alam, termasuk

kekeringan dan yang disebabkan oleh tindakan manusia. Perlindungan dan

pelestarian sumber air dilakukan melalui:

Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air;

Pengendalian pemanfaatan sumber air;

(38)

Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi;

Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan

pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air;

Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu;

Pengaturan daerah sempadan sumber air;

Rehabilitasi hutan dan lahan; dan/atau

Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian

alam.

Upaya perlindungan dan pelestarian sumber air dijadikan dasar dalam

penatagunaan lahan. Perlindungan dan pelestarian sumber air dilaksanakan

secara vegetatif dan/atau sipil teknis melalui pendekatan sosial, ekonomi, dan

budaya. Ketentuan mengenai perlindungan dan pelestarian sumber air diatur

lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pengawetan air ditujukan untuk memelihara keberadaan dan

ketersediaan air atau kuantitas air, sesuai dengan fungsi dan manfaatnya.

Pengawetan air dilakukan dengan cara:

Menyimpan air yang berlebihan di saat hujan untuk dapat dimanfaatkan

pada waktu diperlukan;

Menghemat air dengan pemakaian yang efisien dan efektif; dan/atau

Mengendalikan penggunaan air tanah.

Ketentuan mengenai pengawetan air diatur lebih lanjut dengan peraturan

pemerintah. Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air

ditujukan untuk mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk

dan yang ada pada sumber-sumber air. Pengelolaan kualitas air dilakukan

dengan cara memperbaiki kualitas air pada sumber air dan prasarana sumber

daya air. Pengendalian pencemaran air dilakukan dengan cara mencegah

masuknya pencemaran air pada sumber air dan prasarana sumber daya air.

Ketentuan mengenai pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air

diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Setiap orang atau badan

usaha dilarang melakukan kegiatan yang mengakibatkan rusaknya sumber air

dan prasarananya, mengganggu upaya pengawetan air, dan/atau

(39)

Konservasi sumber daya air dilaksanakan pada sungai, danau, waduk,

rawa, cekungan air tanah, sistem irigasi, daerah tangkapan air, kawasan suaka

alam, kawasan pelestarian alam, kawasan hutan, dan kawasan pantai.

Pengaturan konservasi sumber daya air yang berada di dalam kawasan suaka

alam, kawasan pelestarian alam, kawasan hutan, dan kawasan pantai diatur

berdasarkan peraturan perundang-undangan. Ketentuan mengenai pelaksanaan

konservasi sumber daya air diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Pendayagunaan Sumber Daya Air

Pendayagunaan sumber daya air dilakukan melalui kegiatan

penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan

sumber daya air dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air yang

ditetapkan pada setiap wilayah sungai. Pendayagunaan sumber daya air

ditujukan untuk memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan dengan

mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan masyarakat secara

adil. Pendayagunaan sumber daya air dikecualikan pada kawasan suaka alam

dan kawasan pelestarian alam. Pendayagunaan sumber daya air

diselenggarakan secara terpadu dan adil, baik antarsektor, antarwilayah

maupun antarkelompok masyarakat dengan mendorong pola kerja sama.

Pendayagunaan sumber daya air didasarkan pada keterkaitan antara air hujan,

air permukaan, dan air tanah dengan mengutamakan pendayagunaan air

permukaan. Setiap orang berkewajiban menggunakan air sehemat mungkin.

Pendayagunaan sumber daya air dilakukan dengan mengutamakan fungsi sosial

untuk mewujudkan keadilan dengan memperhatikan prinsip pemanfaat air

membayar biaya jasa pengelolaan sumber daya air dan dengan melibatkan peran

masyarakat.

Penatagunaan sumber daya air ditujukan untuk menetapkan zona

pemanfaatan sumber air dan peruntukan air pada sumber air. Penetapan zona

pemanfaatan sumber air merupakan salah satu acuan untuk penyusunan atau

perubahan rencana tata ruang wilayah dan rencana pengelolaan sumber daya

air pada wilayah sungai yang bersangkutan. Penetapan zona pemanfaatan

sumber daya air dilakukan dengan:

Mengalokasikan zona untuk fungsi lindung dan budi daya;

Menggunakan dasar hasil penelitian dan pengukuran secara teknis

(40)

Memperhatikan ruang sumber air yang dibatasi oleh garis sempadan sumber

air;

Memperhatikan kepentingan berbagai jenis pemanfaatan;

Melibatkan peran masyarakat sekitar dan pihak lain yang berkepentingan;

dan

Memperhatikan fungsi kawasan.

Penetapan peruntukan air pada sumber air pada setiap wilayah sungai

dilakukan dengan memperhatikan:

Daya dukung sumber air;

Jumlah dan penyebaran penduduk serta proyeksi pertumbuhannya;

Perhitungan dan proyeksi kebutuhan sumber daya air; dan

Pemanfaatan air yang sudah ada.

Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pengawasan pelaksanaan

ketentuan peruntukan air. Penyediaan sumber daya air ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan air dan daya air serta memenuhi berbagai keperluan

sesuai dengan kualitas dan kuantitas. Penyediaan sumber daya air dalam setiap

wilayah sungai dilaksanakan sesuai dengan penatagunaan sumber daya air yang

ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan pokok, sanitasi lingkungan, pertanian,

ketenagaan, industri, pertambangan, perhubungan, kehutanan dan

keanekaragaman hayati, olahraga, rekreasi dan pariwisata, ekosistem, estetika,

serta kebutuhan lain yang ditetapkan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan irigasi

bagi pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada merupakan prioritas

utama penyediaan sumber daya air di atas semua kebutuhan. Urutan prioritas

penyediaan sumber daya air selain ditetapkan pada setiap wilayah sungai oleh

Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan-nya. Apabila

penetapan urutan prioritas penyediaan sumber daya air menimbulkan kerugian

bagi pemakai sumber daya air, Pemerintah atau pemerintah daerah wajib

Gambar

Gambar 2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Gambar 2.2 Kedudukan MP3EI dalam Konteks Perencanaan
Gambar 2.3 Kegiatan Ekonomi Utama
Gambar 2.4 Tema Pembangunan Masing Masing Koridor Ekonomi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian telah membuktikan bahwa orientasi pusat kendali yang internal ( internal locus of control ), ternyata lebih banyak menimbulkan akibat-akibat yang

Tanah Peranakan. Hanya dukun yang dapat mengetahui wilayah hutan yang dapat dijadikan sebagai tanah peranakan yang memiliki nilai adat yang sangat tinggi. Oleh karenanya

Berbeda dengan Fifty Shades of Grey dan The Great Gatsby yang menggambarkan sosok pria metroseksual sebagai pria yang straight- heterosek sual , film G.B.F ( Gay Best

Purposive sampling merupakan penentuan informan tidak didasarkan atas strata, kedudukan, pedoman, atau wilayah tetapi didasarkan pada adanya tujuan dan pertimbangan

Coba tak simpulin ya dek, berarti emang kamunya punya kebiasaan apa-apa mbok pendem sendiri, kamu juga tertutup sama orang lain, kemudian orang yang paling deket sama kamu

yang telah dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta tahun 2013 serta Sofian 2007 (Tim, 2013 dan Sofian, 2007), diketahui terdapat gua-gua yang secara morfologi,

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil skripsi yang berjudul: INTENSI MELAKUKAN AGRESI PADA SUPORTER PERSEBA YA DITINJAU DARI SIKAP TERHADAP PERILAKU AGRESI DALAM

Sehubun ga n den ga n l>al tersebut kano l mohon ijin du, ba!ltuan bagi mahasiswa ya ng bersa ngkutan agar da pat mclakukan wawa ncara di temp•: yang Bapak/ibu