• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan Karakter - UPAYA MENINGKATKAN KERJA KERAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI MENULIS PANTUN MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN TALKING CHIPS (KANCING GEMERINCING) DI KELAS IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan Karakter - UPAYA MENINGKATKAN KERJA KERAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI MENULIS PANTUN MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN TALKING CHIPS (KANCING GEMERINCING) DI KELAS IV"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Undang-undang Kemendiknas (2010:33) menjelaskan

bahwa “Pendidikan karakter dapat dikatakan sebagai pendidikan

yang berdasarkan atas nilai Pancasila. Pengembangan

nilai-nilai tersebut berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa

Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam

tujuan pendidikan nasional”.

Kesuma dkk (2011:5) mendefinisikan “pendidikan karakter

adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat

mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam

kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan

kontribusi yang positif kepada lingkungannya”. Samani (2012:45)

berpendapat bahwa “pendidikan karakter adalah proses pemberian

tuntutan kepada siswa untuk menjadi manusia seutuhnya yang

berkarakter dalam dimensi hati, pikiran, raga, serta rasa dan karsa”.

Pendidikan karakter menurut Megawangi dalam Kesuma dkk

(2011:5) adalah “sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar

(2)

dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan

kontribusi yang positif kepada lingkungannya”.

Menurut penjelasan dari beberapa pendapat di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha yang

dilakukan untuk menumbuhkan kepribadian seseorang agar

memiliki perilaku yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari di lingkungan masyarakat baik dengan sesama manusia

maupun dengan Tuhannya.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Kesuma dkk (2011:9) menyebutkan bahwa tujuan

pendidikan karakter adalah sebagai berikut:

1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian atau kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah).

2) Mengoreksi perilaku siswa yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan masyarakat. 3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan

masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Tujuan pendidikan karakter yang sudah dijelaskan sangat

penting untuk masa perkembangan peserta didik. Adanya

pembentukan karakter dapat memperbaiki karakter dan dapat

mengontrol budaya bangsa lain yang ada. Moral anak menjadi

bagus dan membaik apabila pendidikan karakter dapat cepat

(3)

kehidupan yang bermanfaat, memperbaiki perilaku, serta dapat

berkomunikasi dengan lingkungan sekitar dengan bertanggung

jawab.

2. Kerja Keras

a. Pengertian Kerja Keras

Ada 18 nilai-nilai karakter dan budaya bangsa. Penelitian

ini mengambil salah satu nilai karakter yang dikembangkan yaitu

kerja keras. Kesuma (2011:17) mengatakan bahwa “kerja keras

adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya yang terus

dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan

atau yang menjadi tugasnya sampai tuntas”. Kerja keras bukan

berarti bekerja sampai tuntas lalu berhenti, istilah yang dimaksud

yaitu mengarah pada visi besar yang harus dicapai untuk kebaikan

atau kemaslahatan manusia dan lingkungannya.

Mustari (2011:51) mengemukakan kerja keras adalah

“perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar

atau pekerjaan) dengan sebaik-baiknya”. Hasan dkk (2010:33)

berpendapat bahwa kerja keras adalah “perilaku yang

menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai

hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan

(4)

Kerja keras perlu diterapkan tidak hanya di dalam usaha

pekerjaan, tetapi juga pada usaha belajar. Kerja keras dalam usaha

belajar akan membawa dirinya pada suatu hasil yang memuaskan.

Perlu diterapkan suatu sikap kerja keras belajar agar siswa dapat

memperoleh hasil yang memuaskan, sehingga dapat disimpulkan

bahwa dari pernyataan di atas kerja keras adalah suatu usaha yang

dilakukan oleh seseorang secara sungguh-sungguh dan tidak mudah

putus asa dalam mengatasi suatu masalah atau hambatan belajar

agar mendapatkan hasil yang lebih produktif serta dapat

meningkatkan prestasi belajar.

b. Indikator Keberhasilan Karakter Kerja Keras

Hasan dkk (2010:33) menyebutkan indikator keberhasilan

sikap kerja keras diantaranya:

1) Mengerjakan tugas dengan teliti dan rapi

2) Mencari informasi dari sumber-sumber di luar sekolah 3) Mengerjakan tugas dari guru pada waktunya

4) Fokus pada tugas-tugas yang diberikan oleh guru di kelas

5) Mencatat dengan sungguh-sungguh sesuatu yang dibaca, diamati, dan didengar untuk kegiatan kelas.

Ada 18 nilai karakter salah satunya yakni karakter kerja

keras merupakan salah satu nilai yang masih harus ditingkatkan.

Hal ini dikarenakan ada beberapa siswa yang belum mengerjakan

tugas dengan teliti dan rapi, lupa atau tidak mengerjakan pekerjaan

rumah yang diberikan oleh guru, dan kurang fokus pada materi

(5)

sesuai dengan indikator kerja keras yang disebutkan dalam Hasan

dkk sehingga penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 2

Lesmana untuk mengetahui seberapa jauh kerja keras siswa sesuai

dengan indikator yang sudah ditetapkan oleh Hasan dkk di atas.

3. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah

hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan dan dikerjakan.

Arifin (2011:12) berpendapat bahwa “prestasi berasal dari bahasa

Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi

prestasi yang artinya hasil usaha, dalam hal ini yang dimaksud

adalah belajar”. Belajar ialah proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Prestasi belajar merupakan proses yang dialami oleh peserta

didik dalam sejarah hidupnya serta sesuai dengan kemampuannya.

Prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar siswa dalam

kurun waktu tertentu yang tentunya telah ditetapkan oleh

kurikulum yang ada di satuan pendidikan. Hasil belajar siswa ini

dapat dilihat melalui dua faktor, yaitu dengan menggunakan

Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penggunaan Acuan Patokan

(6)

mana keberhasilan siswa dalam belajarnya. Namun yang lebih

penting dalam proses evaluasi prestasi bukan norma mana yang

harus diambil, melainkan sejauh mana norma itu dipakai secara

tepat untuk mengevaluasi seluruh kecakapan siswa selama

mengikuti proses pembelajaran.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar pada umumnya berkenaan pada aspek pengetahuan, yakni

Prestasi belajar merupakan umpan balik yang diberikan kepada

siswa sehingga guru tahu apakah masih perlu diadakan

pengulangan materi atau bimbingan yang lebih kepada siswa.

Pengulangan materi belajar masih perlu dilakukan jika prestasi

masih belum sesuai dengan yang diharapkan, jika prestasi sudah

sesuai dengan apa yang diharapkan, guru dapat melanjutkan

pembelajaran ke materi selanjutnya.

b. Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi belajar semakin terasa penting ketika siswa telah

melakukan proses belajar, karena di dalam proses ini terdapat

tahapan serta peningkatan yang terjadi dalam diri siswa. Arifin

(2011:12) menyebutkan beberapa fungsi utama prestasi belajar,

antara lain:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa.

(7)

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berperan sebagai umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) siswa.

Berdasarkan penjelasan tersebut fungsi dari prestasi belajar

tersebut adalah untuk peningkatan kualitas dan kuantitas dalam diri

siswa karena prestasi belajar sangat berpengaruh dalam kegiatan

proses belajar.

c. Indikator Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan prestasi belajar ideal

meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat

pengalaman dan proses belajar siswa. Namun dalam

mengungkapkan ranah tersebut sangat sulit. Hal ini disebabkan

perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak dapat

diraba). Oleh karena itu Syah (2011:217) memberikan kesimpulan,

yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil

cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan

diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai

hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta, dan rasa maupun

(8)

Indikator prestasi belajar sangat penting diterapkan di

sekolah karena menjadi acuan di dalam proses belajar siswa yang

dianggap merupakan pengalaman dari perubahan tingkah laku

sebagai hasil belajar siswa yang meliputi cipta, rasa, maupun karsa.

4. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

a. Pengertian Bahasa Indonesia

Mulyasa (2008:240) menyebutkan bahwa “standar

kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi

kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penguasaan

pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap

bahasa dan sastra Indonesia”. Standar kompetensi tersebut

merupakan dasar bagi siswa untuk memahami dan merespon situasi

lokal, regional, nasional dan global. Adanya standar kompetensi

mata pelajaran bahasa Indonesia ini diharapkan:

1) Siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri.

2) Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar.

3) Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya.

4) Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah.

(9)

6) Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

Mulyasa (2008:240) berpendapat bahwa mata pelajaran

Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan

sebagai berikut:

1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulis.

2) Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

3) Memahami bahasa indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4) Menggunakan bahasa indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial.

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

Berdasarkan tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan

adanya mata pelajaran bahasa Indonesia diharapkan siswa memiliki

pengetahuan tentang budayanya, budaya orang lain, belajar untuk

menyampaikan gagasan, serta mampu menggunakan kemampuan

imajinatif dan analitis yang terdapat pada diri masing-masing, juga

dapat meningkatkan kemampuan kita untuk berkomunikasi dengan

orang lain, dan berbagi pengalaman untuk saling mempelajari satu

(10)

b. Dimensi Bahasa Indonesia

Mulyasa (2008:240) berpendapat bahwa “Bahasa Indonesia

pada hakekatnya dapat dipandang dari empat aspek yaitu

menyimak, menulis, berbicara, dan membaca”. Keempat dimensi

tersebut bersifat saling terkait. Dimensi yang telah disebutkan

antara lain:

1) Menyimak

Hernowo (dalam Nurjamal, 2010:3) dengan ringkas tegas mengingatkan kita tentang pentingnya menyimak bahwa menurut pakar komunikasi mendengarkan-menyimak (listening) ini menjadi pilar utama dalam berkomunikasi dan kepentingannya, kadang melebihi berbicara, membaca dan menulis. Dalam konteks mendengarkan ada aspek empati meskipun berbicara, membaca dan menulis juga ada. Dan dewasa ini kegiatan mendengarkan ini malah dipertinggi menjadi kegiatan mendengarkan aktif (active listening). Mendengarkan aktif

yang dalam al quran disebut “yastmi una” (maka

dengarkanlah penerjemah) adalah kegiatan mendengarkan yang melibatkan komponen fisik dan non-fisik.

2) Berbicara

Menurut Nurjamal (2010:3) berbicara itu merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan pikiran secara lisan kepada orang lain. Syarat mudah berbicara adalah menguasai apa yang kita bicarakan dan memperbanyak aktivitas menyimak dan membaca.

3) Membaca

Menurut Nurjamal (2010:4) menyebutkan bahwa membaca dan menyimak merupakan aktifitas kunci kita mendapatkan menguasai informasi. Semakin banyak informasi yang disimak-baca, semakin banyak informasi yang dikuasai.

4) Menulis

(11)

Dalam penelitian tindakan kelas ini aspek yang akan

dibahas oleh peneliti yaitu berupa aspek menulis. Materi yang

bersangkutan adalah menulis pantun.

c. Pokok Bahasan Materi Bahasa Indonesia

Dijelaskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) bahwa materi Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

diberikan secara mata pelajaran sejak kelas III sampai kelas VI,

sedang kelas I sampai kelas II diberikan secara tematik pada

pelajaran lain. Standar kompetensi dan kompetensi dasar

pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

8. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak.

8.3 Membuat pantun anak yang menarik tentang berbagai tema sesuai dengan ciri-ciri pantun.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen

kemampuanberbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek

mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Komponen yang

harus diperhatikan dalam perencanaan pembelajaran adalah penentuan

materi pokok, Standar Kompetensi dari materi pokok tersebut di atas

telah ditetapkan secara nasional maka materi pokok tinggal disalin

dari buku Standar Kompetensi pada mata pelajaran bahasa Indonesia

(12)

5 Menulis

a. Pengertian Menulis

Pada pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar

terdapat empat keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan atau

menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Tarigan (2013:22)

mengatakan “menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang

-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami

oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca

lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik

itu”. Suriamiharja (Djuanda, 2008:180) berpendapat bahwa

“menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan

tulisan, dapat juga diartikan sebagai komunikasi untuk

mengungkapkan pikiran, perasaan dan apa yang dikehendaki

kepada orang lain secara tertulis”.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

menulis merupakan suatu proses menuangkan pikiran, gagasan,

perasaan dan apa yang dikehendaki dalam bentuk tulisan untuk

(13)

b. Fungsi Menulis

Dalam kegiatan berbahasa, menulis memiliki fungsi sebagai

alat komunikasi secara tidak langsung dan dapat mempermudah

dalam berfikir karena dengan menulis mampu membantu seseorang

untuk mengungkapkan dan menjelaskan pikiran-pikirannya.

Rusyana (Djuanda, 2008:181) mengatakan bahwa menulis

mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Fungsi penataan

Ketika mengarang terjadi penataan terhadap gagasan, pikiran, pendapat, imajinasi serta terhadap penggunaan bahasa untuk mewujudkannya.

2) Fungsi pengawetan

Mengarang mempunyai fungsi untuk mengawetkan pengutaran sesuatu dalam wujud dokumen tertulis. Dokumen sangat berharga misalnya untuk mengungkapkan sejarah kehidupan pada zaman dahulu. 3) Fungsi penciptaan

Dengan mengarang kita menciptakan sesuatu yang mewujudkan sesuatu yang baru. Karangan sastra mewujudkan fungsi demikian, begitu pula karangan filsafat dan keilmuan ada yang menunjukkan fungsi penciptaan.

4) Fungsi penyampaian

Penyampaian itu terjadi bukan saja kepada orang yang berdekatan tempatnya melainkan juga kepada orang yang berjauhan.

Berdasarkan fungsi menulis di atas peneliti menyimpulkan

ada empat jenis fungsi menulis yang sangat membantu sebagai alat

komunikasi secara tidak langsung dan dapat mempermudah dalam

berfikir, terdiri dari fungsi penataan, fungsi pengawetan, fungsi

(14)

c. Tujuan Menulis

Tarigan (2013:24) mengatakan bahwa tujuan menulis ada empat

yaitu:

1) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif.

2) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif.

3) Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan disebut tulisan literer.

4) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat disebut wacana ekspresif.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti mengambil kesimpulan

bahwa tujuan menulis adalah untuk menuangkan gagasan, pikiran,

informasi, perasaan dan apa yang dikehendaki penulis dalam

bentuk tulisan agar dapat didokumentasikan atau dibaca orang lain.

d. Macam-Macam Menulis di sekolah dasar

Djuanda (2008:183-184) mengatakan macam-macam

menulis yang dapat diajarkan di Sekolah Dasar sebagai berikut:

1) Menurut Tingkatannya: menulis permulaan (kelas 1 dan 2) dan menulis lanjut (kelas 3 sampai 6).

2) Menurut isi atau bentuknya: karangan Verslag (laporan) karangan fantasi (ekspresi jiwa), karangan reproduksi dan karangan argumentasi.

3) Menurut susunannya: karangan terikat, karangan bebas, dan karangan setengah bebas setengah terikat.

Peneliti dapat mengambil kesimpulan dari pembahasan di

atas bahwa macam-macam menulis untuk diajarkan di sekolah

dasar ialah menulis menurut tingkatan usianya, menulis menurut

(15)

5. Pantun

a. Pengertian Pantun

Djuanda dan Ismara (2009:14) mengatakan bahwa “pantun

merupakan sejenis puisi lama yang terikat bait dan baris”. Djuanda

dan Ismara (2009:14) mengatakan ada empat ciri-ciri pantun yaitu

sebagai berikut:

a) Pantun terdiri dari empat baris

b) Keempat baris itu dibagi dua baris sampiran (baris kesatu dan kedua) dan dua baris isi (baris ketiga dan keempat). c) Rima (bunyi akhir) pantun biasanya a-b-a-b

d) Setiap baris biasanya terdiri atas delapan sampai dengan dua belas suku kata.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka peneliti

menyimpulkan bahwa pantun adalah salah satu jenis puisi lama

yang asli berasal dari Indonesia yang memiliki syarat-syarat

pantun.

b. Jenis-Jenis Pantun

Supriyadi (2006:47) berpendapat bahwa “berdasarkan

isinya pantun dibagi menjadi: pantun jenaka atau humor dan pantun

serius; pantun nasehat, pantun agama, pantun cinta, dan pantun

dagang”. Berdasarkan sasaran peruntukannya atau sasaran pemakai

pantun dibagi menjadi; pantun anak-anak, pantun remaja, pantun

(16)

Jenis-jenis pantun berdasarkan bentuknya yaitu:

1) Pantun biasa adalah pantun yang terdiri dari empat baris Contoh:

Pergi ke toko membeli majalah Isi majalahnya tentang jamu Pagi-pagi pergi ke sekolah Untuk belajar menuntut ilmu. empat, tetapi harus genap. Barisnya dapat 6,8,10,12 atau 14.

Supaya jadi anak yang pintar dan sholeh.

4) Pantun berkait atau pantun berangkat adalah pantun yang terdiri dari empat baris dan merupakan rangkaian pantun yang bersambung pada baris kedua dan keempat tiap-tiap pantun yang berikutnya.

Contoh:

(17)

Peneliti memberikan batasan pantun yang akan dipelajari

siswa dalam penelitian ini sesuai kompetensi dalam kurikulum

tahun 2006. Pantun yang dibuat seputar tema persahabatan,

ketekunan, kepatuhan, dan temalingkungan.peneliti dalam hal ini

akan mengambil materi pantun biasa yang akan dijadikan sebagai

bahan pembelajaran untuk melakukan penelitian di sekolah dasar.

6. Model Pembelajaran

Joyce & Weil dalam Rusman (2013:133) berpendapat bahwa

model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka

panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing

pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran merupakan

kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi

perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan

pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh

sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam

(18)

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative

Learning)

Slavin mengemukakan, “in Cooperative Learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”.

Dalam Pembelajaran Kooperatif siswa belajar dan bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok yang heterogen

(RobertSlavin, 2008:15).

Isjoni (2011:16) mengatakan bahwa “Pembelajaran Kooperatif

(Cooperative Learning) adalah suatu model pembelajaran yang saat

ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar

yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk

mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan

siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang

agresif dan tidak peduli pada yang lain”.

Spencer Kagan 1992 mengatakan “Cooperative Learning is anapproach to organizing classroom activities into academic and social learning experiences. Students must work in groups to complete the two sets of tasks collectively. Everyone succeedswhen the group succeeds”.

Pembelajaran Kooperatif merupakansuatu pendekatan yang

mengorganisasikan kelas dalam suatu kelompok-kelompok kecil

untuk melatih kemampuan akademikdan sosial siswa. Siswa harus

bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas. Siswa

(19)

Jadi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara

berkelompok, dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah

interaksi yang lebih luas yaitu interaksi dan komunikasi yang

dilakukan oleh guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa

dengan guru.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Rusman (2013:211) mengatakan terdapat enam langkah

utama atau tahapan langkah-langkah pembelajaran kooperatif

disajikan pada tabel 2.1 berikut

Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Fase Langkah-langkah Tingkah Laku Guru

1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan

semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada mata pelajaran tersebut dan memotivasi siswa.

2 Menyajikan informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. 3 Mengorganisasikan siswa ke

dalam kelompok kooperatif. setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

4 Membimbing kelompok

(20)

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

6 Memberikan penghargaan Guru mencari

cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam

pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif,

langkah-langkah tersebut nantinya akan dilaksanakan ketika dalam proses

pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan

pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.

7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips (Kancing

Gemerincing)

a. Pengertian Pembelajaran Kancing Gemerincing

Pembelajaran ini dikembangkan oleh Spencer Kagan

(1992). Pembelajaran kancing gemerincing bisa digunakan dalam

semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Kegiatan kancing gemerincing masing-masing anggota kelompok

mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka

dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain.

Pembelajaran ini dapat digunakan untuk mengatasi hambatan

(21)

Dalam banyak kelompok sering ada anak yang terlaludominan dan

banyak bicara, sebaliknya juga ada anak yang pasif dan pasrah saja

pada rekannya yang lebih dominan. Situasi seperti ini pemerataan

kerja keras dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anak yang

pasif terlalumenggantungkan diri pada rekannya yang dominan.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kancing Gemerincing

Lie (2008:64) menyebutkan langkah-langkah pembelajaran

Talking Chips (Kancing Gemerincing) antara lain:

1) Guru menyiapkan kotak kecil yang berisi kancing-kancing atau bisa juga benda-benda kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim.

2) Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapat dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).

3) Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakannya ditengah-tengah kelompoknya.

4) Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.

5) Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagikan kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.

(22)

Berdasarkan cara yang dikemukakan oleh Lie (2008:64),

penerapan model kooperatif tipe Kancing Gemerincing pada

pembelajaran menulis pantun kelas IV SD Negeri 2 Lesmanaakan

peneliti kembangkan seperti berikut ini:

1) Sebelum pembelajaran dimulai, guru menyampaikan atau mengenalkan topik, bahan pelajaran dan tujuan pembelajaran yaitu menulis pantun.

2) Guru menyiapkan kotak gemerincing yang berisi kancing-kancing atau dapat juga benda-benda kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok eskrim dan sebagainya.

3) Guru terlebih dahulu membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang siswa.

4) Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapat dua atau tiga buah kancing.

5) Guru menampilkan materi yang ada dalam slide power point secara singkat dan guru mengulangi penjelasan sampai siswa paham.

6) Guru memberikan pengarahan mengenai tugas kelompok, tiap kelompok akan diberi tugas untuk membuat pantun dengan tema dan waktu yang telah ditentukan oleh guru.

7) Siswa mulai berdiskusi membuat pantun, siswa diharapkan dapat saling bertukar pendapat dengan teman sekelompoknya, untuk memilih kata yang tepat sehingga membentuk suatu rangkaian kata yang padu dalam isi dan sampirannya.

8) Setelah diskusi selesai guru meminta kepada perwakilan setiap kelompok untuk membacakan hasil pantun yang telah didiskusikan kelompok, kemudian guru meminta kepada siswa untuk menanggapi kelompok lain dengan cara setiap kali seorang siswa akan mengeluarkan pendapat terlebih dahulu harus mengangkat potongan sedotan yang dimiliki, dan menyerahkan kancingnya di tengah-tengah kelompoknya.

(23)

10) Guru menyiapkan sebuah papan penilaian, gunanya apabila salah satu anak yang menjawab pertanyaan dengan benar, maka akan mendapatkan penghargaan sebuah simbol bergambar bintang, dan nanti pada akhir pembelajaran guru dengan siswa menghitung perolehan skor (bintang). Bagi kelompok yang anggotanya paling banyak menjawab maka kelompok tersebut dinobatkan sebagai kelompok terbaik dan mendapat penghargaan bintang emas.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Kancing Gemerincing

1) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing

Gemerincing

a) Mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.

b) Memberikan kesempatan kepada masing-masing siswa sebagai anggota kelompok dalam kelompok belajarnya untuk dapat memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pemikiran anggota kelompok yang lain. c) Terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara

siswa dengan guru.

d) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu.

2) Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing

Gemerincing

a) Guru harus mempersiapkan pelajaran secara matang, disamping itu juga memerlukan banyak tenaga, pemikiran dan waktu.

b) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas, sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Lie (2008:65)

Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model

pembelajaran kooperatif adalah sebagai strategi mengajar guru,

maka dari hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru

dalam penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme guru

menggunakan model tersebut sangat menentukan dan kesadaran

(24)

kelompok. Sasaran pembelajaran adalah meningkatkan

kemampuan belajar siswa sehingga penggunaan model yang

diterapkan akan memungkinkan siswa menjadi lebih aktif,

kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tuntutan materi

pelajaran atau kurikulum.

B. Penelitian yang Relevan

1) “Cooperative Learning Strategies to enhance writing skill” oleh Rita Rani Mandal 2009 menyatakan bahwa:

Cooperative learning strategies could be used during the process of writing that is planning, translating and reviewing, so that the product produced by the group is good. In cooperative learning the student are given opportunity to write and to revive and rewrite what they have written. Peer criticism aids students sharpen their knowledge about essays structure and grammatical rules. In order to evaluate effectively someone else’s papers students must know what to look for and be able to justify their comments. It also provides the student with the opportunity of evaluating his or her own work. They demonstrate more confidence in writing and decrease their apprehensions towards writing”.

Strategi pembelajaran kooperatif bisa digunakan selama proses

penulisan yaitu perencanaan, penerjemahan dan review sehingga

produk yang dihasilkan oleh kelompok itu baik, dalam pembelajaran

kooperatif siswa diberi kesempatan untuk menulis dan menghidupkan

kembali. Tulis ulang apa yang telah mereka tulis kritik rekan membantu

siswa mempertajam pengetahuan mereka tentang struktur esai dan

peraturan gramatikal. Untuk mengevaluasi secara efektif makalah orang

lain, siswa harus tahu apa yang harus dicari dan dapat membenarkan

komentar mereka. Ini juga memberi siswa kesempatan untuk

(25)

diri dalam menulis dan mengurangi kekhawatiran mereka terhadap

penulisan.

2) Effectiveness of Talking Chips Strategy of Cooperative Learning on achievement in comparison with Emotional Intelligence oleh Devanathan, and Manoj T.I. 2011, menyatakan bahwa:

“The present research study is the report of an experiment conducted to find out the effectiveness of Talking Chips Strategy of Cooperative Learning on achievement and Emotional Intelligence. Cooperative Learning primarily arose as an alternative to what was perceived as the over emphasis on competition in traditional education by engaging students to work together on a common task, sharing information and supporting one another”.

Penelitian ini merupakan laporan penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui efektifitas Strategi Pembelajaran Kooperatif Kancing

Gemerincing pada prestasi dan kecerdasan emosional. Pembelajaran

Kooperatif terutama muncul sebagai alternatif untuk dianggap sebagai

penekanan lebih pada kompetisi dalam pendidikan tradisional dengan

melibatkan siswa untuk bekerja sama dalam tugas bersama, berbagi

informasi dan saling mendukung satu sama lain.

Jadi, dari penelitian di atas menunjukkan bahwa salah satu

keuntungan dari penggunaan Talking Chips (Kancing Gemerincing) dapat digunakan untuk menyampaikan, mengembangkan keterampilan

dan meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

Keuntungan ini dapat menjadi kesempatan untuk mengidentifikasi

(26)

terlibat aktif dalam diskusi yang tidak terstruktur dan tanpa disadari

siswa telah bekerja keras dan berpikir lebih.

3) Penelitian oleh Mila Kartika Sari (2010) tentang penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing untuk meningkatkan

minat dan prestasi belajar materi menulis puisi. Subyek penelitian ini

adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Kepuh Kabupaten Sukoharjo yang

berjumlah 10 siswa yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 5 siswa

perempuan. Berdasarkan hasil penelitian adanya peningkatan rata-rata

nilai yangdiperoleh siswa pada tes awal 49,3; kemudian pada tes siklus

pertama 62,16;pada siklus kedua menjadi 72,46; dan pada siklus ketiga

menjadi 80,62. Adanyapeningkatan presentase ketuntasan belajar siswa

yang pada tes awal hanya 0%, pada tes siklus pertama menjadi 30% dan

pada siklus kedua menjadi 50%, kemudian pada siklus ketiga menjadi

90%.

Jadi kaitannya dengan penelitian yang saya lakukan yaitu pada

penelitian ini dijelaskan bahwa dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa dengan melihat jumlah kenaikan skor pada setiap siklusnya.

Berdasarkan penjelasan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips (Kancing Gemerincing) memiliki kontribusi terhadap pembelajaran, dapat

menunjukkan keefektifan dalam prestasi belajar serta menjadi salah satu

(27)

atau diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa.

C. Kerangka Pikir

Belajar merupakan suatu proses atau usaha yang dilakukan secara

berkesinambungan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Dalam proses pembelajaran

kerja keras siswa sangat mempengaruhi perubahan dalam proses

pembelajaran dan tentunya berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Dari hasil observasi di kelas IV, kurangnya kerja keras siswa dalam proses

pembelajaran mempengaruhi prestasi belajar.

Mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan pembelajaran yang inovatif dan mampu meningkatkan kerja

keras serta prestasi belajar siswa, salah satunya menggunakan

pembelajaran Talking Chips. Penggunaan pembelajaran Talking Chips diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berpikir dan

meningkatnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dibuat kerangka

pikir penelitian berikut ini.

Gambar 2.1 Kerangka pikir

Masalah - Kurangnya Kerja

Keras dalam belajar - Prestasi belajar

dibawah KKM yang telah ditentukan.

Hasil Kerja Keras dan

prestasi belajar meningkat Tindakan

(28)

D. Hipotesis Tindakan

Pembelajaran akan berjalan dengan baik sejalan dengan persiapan yang

matang. Berdasarkan deksripsi teori, hasil penelitian yang relevan dan

kerangka berpikir, maka dapat disimpulkan hipotesis dari penelitian ini

adalah:

1. Penggunaan strategi pembelajaran Talking Chips (Kancing Gemerincing) pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi menulis

pantun dapat meningkatkan kerja keras siswa kelas IV SD Negeri 2

Lesmana.

2. Penggunaan strategi pembelajaran Talking Chips (Kancing Gemerincing) pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi menulis

pantun dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 2

Gambar

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Gambar 2.1 Kerangka pikir

Referensi

Dokumen terkait

Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi, kemudian meresap ke dalam tanah (infiltrasi). Lapisan batuan yang dapat dilalui dengan mudah oleh air tanah

“Pengaruh Motivasi Terhadap Peningkatan Produktivitas Kerja Pegawai di Kantor Camat Medan Barat Kota Medan” yang dimaksud untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

Dengan adanya suatu sistem kendali yang terdistribusi maka semua proses yang dikendalikan dengan menggunakan sistem kendali terdistribusi akan dapat mendistribusikan kontrol ke

Februari 2017 Tempat dari kegiatan ini adalah posko KKN UAD. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, siswa sangat antusias sehingga. kegiatan ini terlaksana melebihi

Dengan rentang yang lebar ini sangat susah untuk mendapatkan detil frekuensi yang biasanya terjadi pada daerah sekitar fundamental frekuensi dan lima frekuensi

Laporan Tugas Akhir ini membahas tentang sistem akuntansi piutang usaha dan mengelola tagihan macet pelanggan yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana

PERBANDINGAN PENGARUH OLAHRAGA PERMAINAN BOLA BESAR DENGAN PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KERJASAMA SISWA SMP NEGERI 1 CIMAHI.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Berat badan lahir adalah ukuran berat badan bayi waktu lahir (kategori lebih: ≥4,0 kg, normal: <4 kg), uru - tan kelahiran adalah urutan anak yang dila- hirkan dari ibu