PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN DENGAN METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAME TOURNAMENT (TGT)
PADA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH KAWENGEN KEC. UNGARAN TIMUR KAB. SEMARANG
TAHUN AJARAN
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh: Elly Fatmawati ( )
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:
Nama : Elly Fatmawati
NIM :
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI PERKALIAN DENGAN METODE
PEMBELAJARAN TEAMS GAME TOURNAMEN (TGT)
PADA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH KAWENGEN
KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN
SEMARANG TAHUN AJARAN .
v
SKRIPSI
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN DENGAN METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAME TOURNAMENT (TGT)
PADA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH KAWENGEN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG
TAHUN AJARAN
DISUSUN OLEH ELLY FATMAWATI
NIM:
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal September dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Elly Fatmawati
NIM :
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’d:
)
Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
.
Allah SWT yang telah memberi kesehatan, kenikmatan, kemudahan dan
kelancaran dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
.
Ayah bundaku tercinta, Samudi dan Siti Nurdaiyah yang senantiasa
mencurahkan kasih sayang, dukungan dan doa yang tak pernah putus untuk
anak-anaknya.
.
Bapak Ibu kost, Gunawan yang telah menjadi orang tua keduaku di
Salatiga.
.
Adikku tercinta, Ella Nurfata Viana yang memberikan motivasi dan
semangat.
.
Susianto yang telah mensupport dan selalu memberi warna disetiap
hari-hariku.
.
Teman-teman kostku, (Mb Eka, Cimi, Titi, Eti dan Faizah) yang memberikan
kegilaan disetiap moment.
.
Teman-teman seperjuangan PGMI angkatan
yang berjuang bersama
viii Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing Drs. Sumarno Widjadipa, M. Pd.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Metode Pembelajaran, Teams Game Tournament (TGT). Latar belakang penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa tentang operasi hitung perkalian yang masih rendah dan belum memenuhi target capaian ketuntasan secara klasikal. Rendahnya hasil belajar siswa dibuktikan dengan nilai rata-rata kelas yaitu . Secara klasikal juga belum memenuhi target pencapaian KKM yaitu dibuktikan dengan hasil dari Pra Siklus bahwa siswa yang tuntas sebanyak anak dengan presentase . Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dan memenuhi target pencapaian KKM matematika mengenai operasi hitung perkalian dengan menggunakan Metode Pembelajaran Teams Game Tournament
(TGT) pada kelas IV MI Kawengen kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang tahun ajaran .
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan langkah perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang dilaksanakan dengan tiga siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal Agustus , Siklus II dilaksanakan pada tanggal Agustus dan Siklus III dilaksanakan pada tanggal Agustus . Penelitian dilaksanakan pada kelas IV MI Kawengen dengan jumlah siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MI Kawengen Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang tahun ajaran , dapat disimpulkan bahwa Metode Pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar dan dapat memenuhi target pencapaian KKM matematika operasi hitung perkalian pada siswa kelas IV. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar matematika pada setiap siklus dan adanya capaian presentase hasil belajar matematika yang secara klasikal sudah melampui batas capaian KKM. Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari peningkatan nilai rata-rata kelas dari Pra Siklus ke Siklus I yaitu , dengan nilai rata-rata Pra Siklus dan Siklus I . dengan presentase ketuntasan sudah melampui batas pencapaian secara klasikal yaitu
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah mengajari manusia atas apa yang
tidak diketahuinya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda
Muhammad SAW. Selanjutnya, selama penulisan skripsi ini tentunya kesulitan dan
hambatan telah dihadapi penulis. Banyak pihak yang tulus ikhlas memberikan bantuan
serta kemudahan demi tersusunnya skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M, Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
. Ibu Peni Susapti, S. Si., M. Si. selaku Kajur PGMI yang telah memberikan
kesempatan dan berbagai kemudahan kepada saya.
. Bapak Drs. Sumarno Widjadipa M.Pd. selaku pembimbing skripsi sekaligus
pembimbing akademik yang penuh kesabaran, kearifan, dan bijaksanaan telah
memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan yang tidak henti-hentinya di
sela-sela kesibukannya.
. Bapak Karmani A. Ma. selaku Kepala MI Kawengen yang telah
memberikan ijin dalam penelitian ini..
. Ibu Munfiati, S. Pd. I. selaku guru kelas IV di MI Kawengen yang telah
membantu pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) hingga selesai.
. Dewan Guru dan karyawan MI Kawengen .
x
. Teman-teman IAIN Salatiga angkatan dan teman teman tarbiyah senasib
seperjuangan.
.Semua pihak yang telah membantu baik material maupun spiritual dalam
penulisan skripsi ini.
Semoga atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan menjadi amal baik
dan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
akan saya terima dengan senang hati. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi
penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
Salatiga, Agustus
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL JUDUL ...i
LEMBAR BERLOGO ...ii
JUDUL ...iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ...v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...vii
ABSTRAK ...viii
KATA PENGANTAR ...ix
DAFTAR ISI ...xi
DAFTAR TABEL ...xiv
DAFTAR GAMBAR ...xv
DAFTAR LAMPIRAN ...xvi
BAB I PENDAHULUAN ...
A. Latar Belakang Masalah ...
B. Rumusan Masalah ...
C. Tujuan Penelitian ...
D. Hipotesis Penelitian ...
E. Manfaat Penelitian ...
xii
G. Metodologi Penelitian ...
. Rancangan Penelitian ...
. Subyek Penelitian ...
. Langkah-langkah Penelitian ...
. Instrumen Penelitian ...
. Teknik Pengumpulan Data ...
. Analisis Data ...
H. Sistematika Penulisan ...
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...
A. Hakikat Hasil Belajar ...
. Pengertian Hasil Belajar ...
. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ...
. Klasifikasi Hasil Belajar ...
. Penilaian Hasil Belajar ...
B. Matematika ...
. Pengertian Matematika ...
. Pembelajaran Matematika ...
. Tujuan Pembelajaran Matematika ...
C. Metode Pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) ...
D. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ...
. Pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ...
. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ...
xiii
BAB III PELAKSANAAN PENELITIN ...
A. Subyek Penelitian ...
. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...
. Pelaksanaan Penelitian ...
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus I ...
C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus II ...
D. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus III ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
A. Hasil Observasi pada Tahap Pra Penelitian ...
B. Hasil Penelitian Deskripsi Per Siklus ...
. Deskripsi Siklus I ...
. Deskripsi Siklus II ...
. Deskripsi Siklus III ...
C. Pembahasan ...
BAB V PENUTUP ...
A. Kesimpulan ...
B. Saran ...
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Kriteria Penghargaan Kelompok Tipe Slavin
Tabel Daftar Guru Madrasah Ibtidaiyah Kawengen
Tabel Daftar Nama Siswa Kelas IV MI Kawengen Tahun
Tabel hasil Belajar Matematika Pra Penelitian
Tabel Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I
Tabel Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I
Tabel Hasil Tes Formatif Siklus I
Tabel Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II
Tabel Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II
Tabel Hasil Tes Formatif Siklus II
Tabel Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III
Tabel Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus III
Tabel Rekapitulasi Angket Umpan Balik Siklus III
Tabel Hasil Tes Formatif Siklus III
Tabel Rekapitulasi Peningkatan Jumlah Siswa yang Mencapai KKM Siklus I
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Model Penelitian Tindakan Kelas
Gambar Aturan Permainan Tipe Slavin
Gambar Penempatan Meja Turnamen Tipe Slavin
Gambar Diagram Peningkatan Hasil Belajar Tiap Siklus
Gambar Diagram Presentase Ketuntasan Nilai Matematika Pra Siklus sampai
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III
Lampiran Lembar Pengamatan Siswa Siklus I
Lampiran Lembar Pengamatan Guru Siklus I
Lampiran Lembar Pengamatan Siswa Siklus II
Lampiran Lembar Pengamatan Guru Siklus II
Lampiran Lembar Pengamatan Siswa Siklus III
Lampiran Lembar Pengamatan Guru Siklus III
Lampiran Angket Umpan Balik Siswa
Lampiran Rekapitulasi Angket Umpan Balik Siswa
Lampiran Foto Kegiatan
Lampiran Nota Pembimbing
Lampiran Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran Surat Keterangan Penelitian
Lampiran Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan salah satu
komponen kehidupan yang paling urgen. Aktivitas ini telah dimulai sejak
manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya kehidupan di muka
bumi ini (Hamdani, ). Pendidikan pada hakikatnya merupakan
usaha sadar untuk pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur
hidup baik di sekolah maupun madarasah (Tohirin, ). Sehingga
pendidikan sangat diperlukan oleh setiap individu sebagai bekal untuk
menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dan penuh
dengan persaingan. Maka disinilah pendidikan berperan sebagai penentu
kualitas, daya saing dan nilai dari setiap individu.
Begitu pentingnya pendidikan bagi setiap orang maka sudah
seharusnya pendidikan yang ada di negara ini harus berjalan dan
berlangsung secara maksimal. Bahkan agama Islam sendiri memberi
perhatian khusus terhadap pendidikan. Hal itu terdapat dalam (QS. Al
Artinya:
. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada
suatu jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak
secara informal. Belajar matematika merupakan suatu syarat cukup untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Dengan belajar matematika
kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif (Susanto,
).
Susanto ( ) juga mengatakan bahwa matematika
merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan
berfikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam menyelesaikan
masalah sehari-hari dalam dunia kerja serta memberikan dukungan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan akan aplikasi
matematika saat ini dan masa depan tidak hanya untuk keperluan
sehari-hari tetapi terutama dalam dunia kerja dan untuk mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, matematika sebagai
ilmu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa terutama sejak usia
sekolah dasar.
Siswa memerlukan matematika untuk berhitung, menghitung isi
dan berat suatu benda, mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan
pelajaran matematika lebih lanjut. Mata pelajaran matematika mencakup
beberapa kompetensi yang menjadikan siswa dapat memahami dan
mengerti tentang konsep dasar, karena matematika memiliki struktur dan
keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya.
Masih rendahnya kualitas hasil pembelajaran siswa dalam
matematika merupakan indikasi bahwa tujuan yang ditentukan dalam
kurikulum belum tercapai secara optimal. Bahasan yang sering dianggap
sulit oleh siswa Madrasah Ibtidaiyah adalah perkalian. Perkalian
merupakan materi yang saling berpasangan. Materi tersebut materi
esensial yang cukup lama dalam proses penanamannya. Bahkan kalau
sudah disajikan dalam bentuk soal cerita seringkali siswa mengalami
kesulitan. Oleh karena itu, berbagai upaya untuk meningkatkan hasil
belajar siswa harus terus dilakukan. Upaya tersebut diperlukan motivasi
belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya diri yang
tinggi. Upaya dalam menumbuhkan semangat pada siswa khususnya
pelajaran matematika dengan memilih model pembelajaran yang tepat
sesuai materi yang akan disampaikan. Penerapan model yang bervariasi
dapat mengurangi kejenuhan pada diri siswa dalam menerima pelajaran.
Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa
bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila
pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah
Menurut Wragg dalam Susanto ( ), pembelajaran yang efektif
adalah pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mempelajarai sesuatu
yang bermanfaat, seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep dan bagaimana
hidup serasi dengan sesama atau hasil belajar yang diinginkan.
Mengembangkan pembelajaran yang efektif seperti membangun
rumah. Rumah terdiri dari batu bata dan mengharuskan dasar bangunan
yang kokoh. Jika tidak, rumah akan hancur ketika terjadi tekanan. Sama
halnya dengan belajar, jika dasar pembelajaran tidak tepat pembelajar akan
mengalami kesulitan ketika menghadapi tugas belajar yang baru dan
menantang (Reid terjemahan Hartati, ). Pembelajaran yang kreatif,
efektif dan menyenangkan akan menumbuhkan semangat siswa. Adanya
semangat yang tinggi, guru akan lebih mudah dalam meningkatkan hasil
belajar siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas MI Kawengen
kelas IV bahwa hasil pembelajaran matematika masih rendah dibanding
dengan mata pelajaran lainnya. Rendahnya hasil belajar ditandai dengan
banyaknya siswa yang belum mencapai KKM. Diketahui dari siswa
kelas IV hanya orang ( %) yang mampu mencapai KKM. Sedangkan
sisanya orang ( %) nilainya masih di bawah dari KKM yang
ditentukan.
Berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan guru pengampu
pelajaran matematika bahwa penyebab rendahnya hasil belajar siswa MI
dalam menerima materi pelajaran matematika khususnya perkalian. Hal ini
terlihat dari sikap siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Saat guru
menyampaikan materi, aktivitas siswa banyak terlihat mengobrol dan
bercanda dengan temannya. Ada juga yang terlihat bosan dan melamun,
bahkan ada yang asyik yang bermain sendiri. Ketika siswa diberi soal
latihan, kebanyakan siswa masih bingung dalam memecahkan masalah
yang diberikan kalau soal tersebut tidak sama persis dengan contoh yang
diberikan gurunya. Diduga karena mereka belum memahami konsep yang
di ajarkan. Beberapa siswa hanya menengok kanan kiri dari pekerjaan
temannya sehingga suasana kelaspun menjadi ramai. Hanya beberapa
siswa yang mampu menyelesaikan soal dengan cepat dan benar. Dari
situasi yang demikian, peneliti merasakan bahwa strategi pembelajaran
yang digunakan kurang efektif. Kegiatan pembelajaran matematika kelas
IV MI Kawengen masih berpusat pada guru. Siswa masih bersikap
pasif, karena guru lebih mendominasi dalam kegiatan pembelajaran
dibanding memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif.
Dari beberapa uraian penyebab rendahnya hasil belajar siswa di
atas, peneliti berkeyakinan bahwa penyebabnya adalah kurang efektifnya
strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Akibatnya siswa merasa
kesulitan dalam mengikuti pelajaran matematika sehingga timbullah rasa
jenuh ketika proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu peneliti
Bentuk pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran
dimana siswa saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi
untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai dengan anggota
kelompoknya setelah guru menyampaikan materi pelajaran. Penggunaan
pembelajaran kooperatif meningkatkan pencapaian preestasi siswa dan
juga dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, menerima teman
sekelas yang lemah dalam bidang akademik dan meningkatkan rasa harga
diri. Pembelajaran kooperatif dapat diaplikasikan untuk semua jenis kelas
termasuk kelas-kelas khusus untuk anak-anak berbakat dan bahkan untuk
kelas dengan tingkat kecerdasan rata-rata (Robert E. Slavin terjemahan
Nurulita, ).
Bentuk pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk berperan
aktif dalam proses pembelajaran. Siswa tidak hanya mendengarkan
penjelasan dari guru melainkan turut serta dalam semua proses
pembelajaran sehingga informasi atau pengetahuan yang diperoleh tidak
cepat dilupakan. Keuntungan lainnya dalam model ini adalah siswa akan
mempunyai kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber
lain dan belajar dari siswa lain serta mendorong siswa untuk
mengungkapkan idenya dan membandingkan kepada temannya. Dengan
model seperti ini akan dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga hasil
belajarnya dalam pembelajaran matematika meningkat juga.
Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif adalah Teams Games
atau bentuk pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa ada perbedaan status yang melibatkan peran
siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan (Hamdani,
).
Dalam proses pembelajaran, model ini menggunakan turnamen
akademik dan menggunakan kuis-kuis dan system skor kemajuan individu
dimana para siswa berlomba sebagai wakil tiap tim dengan anggota tim
lain yang kinerja akademik sebelumnya sama. Dari masing-masing tim
berlomba mengumpulkan nilai tertinggi. Tim yang mendapatkan nilai
tertinggi akan mendapatkan sebuah penghargaan dari guru. Penelitian
terhadap pembelajaran kooperatif menemukan bahwa penghargaan
kelompok merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran kooperatif
(Robert E. Slavin terjemahan Nurulita, ). Dilihat dari salah satu
tahapan TGT yaitu permainan (Game) dapat membuat siswa tidak jenuh
dan bosan terhadap pelajaran matematika bahkan akan menyukainya.
Setelah mengetahui permasalahan pembelajaran matematika di
Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kawengen dan keuntungan metode
pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) sehingga peneliti tertarik
KEC. UNGARAN TIMUR KAB. SEMARANG TAHUN AJARAN ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
. Apakah penerapan metode pembelajaran Teams Game Tournament
(TGT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi
perkalian pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kawengen ,
Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang Tahun ajaran
?
. Apakah penerapan metode pembelajaran Teams Game Tournament
(TGT) dapat memenuhi target pencapaian kriteria ketuntasan
minimal (KKM) mata pelajaran matematika materi perkalian
pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kawengen ,
Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang Tahun ajaran
.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi
perkalian dengan penerapan metode pembelajaran Teams Game
Kawengen , Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang
Tahun ajaran .
. Untuk memenuhi target pencapaian kriteria ketuntasan minimal
(KKM) mata pelajaran matematika materi perkalian dengan
penerapan metode pembelajaran Teams Game Tournament (TGT)
pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kawengen ,
Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang Tahun ajaran
.
D. Hipotesis penelitian
Hipotesis yang dapat diambil dari penelitian yaitu:
. Penerapan metode pembelajaran Teams Game Tournament (TGT)
dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi Perkalian pada
siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kawengen , Kecamatan
Ungaran Timur, Kabupaten Semarang Tahun Ajaran .
. Penerapan metode pembelajaran Teams Game Tournament (TGT)
dapat memenuhi target pencapaian kriteria ketuntasan minimal
(KKM) mata pelajaran matematika materi perkalian pada
siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Kawengen , Kecamatan
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya:
. Manfaat Teoritis
Sebagai dasar pengembangan kajian ilmu matematika khususnya
dalam materi perkalian serta lebih membantu memahami teori-teori
tentang penggunaan strategi pembelajaran untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.
. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Menumbuhkan motivasi siswa dalam meningkatkan
kemampuan untuk memahami materi perkalian dan
pembgian pada pembelajaran matematika.
b. Bagi Guru
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru untuk
mengatasi kesulitan belajar matematika khususnya dalam
menghitung perkalian dengan menggunakan Metode
pembelajaran Teams Game Tournament (TGT), sehingga
siswa akan lebih aktif dan tercipta suatu proses
pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan guna
c. Bagi Sekolah
Sebagai referensi bagi sekolah dalam rangka untuk
meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran
matematika di MI Kawengen .
d. Bagi Peneliti
Dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa strategi
dan langkah-langkah perbaikan pembelajaran melalui
penerapan metode pembelajaran Teams Game Tournament
(TGT) dalam pembelajaran matematika, khususnya dalam
operasi perkalian.
F. Definisi Operasional
Sub-sub istilah yang didefinisikan secara operasional adalah:
. Hasil Belajar
Makna hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi
pada diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Secara sederhana,
hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan pembelajaran. Anak yang berhasil dalam belajar
adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran
. Metode pembelajaran Teams Game Tournament (TGT)
Teams Game Tournament (TGT) merupakan salah satu
bentuk pembelajaran kooperatif. Pada pelaksanaan pembelajaran,
TGT ini menggunakan turnamen akademik dan menggunakan
kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu. Para siswa berlomba
sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja
akademik sebelumnya setara seperti mereka. Tim yang
mendapatkan nilai tertinggi akan mendapatkan sebuah
penghargaan dari guru (Robert E. Slavin terjemahan Nurulita,
).
. Perkalian
Heruman, ( ) mengatakan bahwa pada prinsipnya,
perkalian sama dengan penjumlahan secara berulang. Oleh karena
itu, kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum
mempelajari perkalian adalah penguasaan penjumlahan.
. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria paling
rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dalam
menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria ketuntasan minimal
ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah
G. Metodologi Penelitian
. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Tindakan yang direncanakan dalam
penelitian berupa penerapan metode pembelajaran Teams Game
Tournament (TGT) dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa
kelas IV MI Kawengen , Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang.
Secara harfiah Penelitian Tindakan Kelas berasal dari
bahasa Inggris yaitu Classroom Action Research yang berarti
penelitian dengan tindakan yang dilakukan di kelas. Menurut
Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas yaitu pencermatan dalam
bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.
Penelitian Tindakan Kelas adalah bagaimana sekelompok guru
dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka
dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat
mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran
dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu (Suyadi, ).
Penelitian ini menggunakan PTK dengan pertimbangan
adanya permasalahan yang terjadi di kelas IV MI Kawengen
yaitu rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran
dengan guru kelas IV MI Kawengen bahwa penyebabnya
adalah kurang efektifnya pelaksanaan proses pembelajaran. Tujuan
dari pelaksanaan PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan
layanan profesional pendidik dalam menangani proses belajar
mengajar (Arikunto, ).
Jadi dilakukannya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
diharapkan peneliti mampu mengatasi permasalahan yang terjadi
dalam pelaksanaan proses pembelajaran guna meningkatkan hasil
belajar matematika di kelas IV MI Kawengen , Kecamatan
Ungaran Timur, Kabupaten Semarang Tahun ajaran .
. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah guru mata pelajaran
matematika beserta siswa kelas IV MI Kawengen , Kecamatan
Ungaran Timur, Kabupaten Semarang Tahun ajaran .
Siswa kelas IV ini berjumlah terdiri dari laki-laki dan
perempuan. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus
. Penelitian dilakukan dengan siklus yaitu Siklus
Idilanjutkan Siklus II sampai Siklus III yang disesuaikan dengan
situasi pembelajaran yang alamiah, artinya tidak mengubah jadwal
. Langkah-langkah Penelitian
Siklus I
a. Perencanaan Tindakan (planning)
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan ini
adalah:
) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaaran (RPP)
dengan menggunakan metode pembelajaran Teams
Game Tournament (TGT).
) Mempersiapkan sarana dan media yang akan
digunakan dalam pembelajaran.
) Mempersiapkan lembar observasi dan catatan lapangan
yang akan digunakan pada setiap pembelajaran.
) Mempersiapkan soal LKS, pre test dan post test yang
akan diberikan pada setiap siklus yang disusun oleh
peneliti.
) Pembentukan kelompok belajar.
) Mempersiapkan instrumen game dan tournament.
) Mempersiapkan Reward (hadiah).
Pada setiap siklus, siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok-kelompok berjumlah orang siswa.
Anggota kelompok terdiri dari siswa dengan kemampuan dan
jenis kelamin yang hiterogen. Pembagian kelompok dilakukan
siklus berikutnya juga masih menggunakan kelompok yang
sama. Adapun cara pembentukan kelompok adalah dengan
menggunakan data nilai matematika siswa kelas IV pada pra
siklus yaitu sebelum dilaksanakannya Siklus I, Siklus II dan
Siklus III.
Dari hasil pra siklus tersebut, nilai siswa diurutkan dari
yang tertinggi sampai yang terendah. Siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil yang mana masing-masing terdiri
dari siswa yang mempunyai kemampuan yang hiterogen.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap ini peneliti mendesain metode pembelajaran
Teams Game Tournament (TGT) dengan tiga tahap kegiatan
yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Kegiatan pendahuluan terdiri dari appersepsi dan motivasi serta
pelaksanaan tes awal (pre tes). Kegiatan inti meliputi
pembentukan kelompok belajar, diskusi kelompok, permainan
(game), tournament (pertandingan) dan tes akhir (post test).
Selama pembelajaran berlangsung, guru dalam mengajar
menggunakan RPP yang telah disusun oleh peneliti. Peneliti
bertugas sebagi observer dengan menggunakan lembar
c. Observasi (Observing)
Observasi dilakukan oleh peneliti dan guru sebagai
pelaksana kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan selama
kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Lembar
observasi digunakan untuk mengetahui jalannya pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran Teams Game
Tournament (TGT).
d. Refleksi (Reflecting)
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan
mengidentifikasi data yang telah diperoleh. Yaitu meliputi
lembar observasi dan catatan lapangan kemudian peneliti
melakukan refleksi. Setelah melakukan evaluasi terhadap hasil
yang telah diperoleh yaitu dengan cara melakukan penilaian
terhadap proses selama pembelajaraan berlangsung,
mengidentifikasi masalah yang muncul berkaitan dengan
hal-hal yang telah dilakukan berupa kekurangan/kelemahan
selanjutnya merencanakan suatu perbaikannya. Setelah
melakukan refleksi kemudian peneliti merumuskan
perencanaan untuk siklus selanjutnya.
Siklus II
Pada tahap siklus kedua ini mengikuti tahapan siklus
refleksi pada siklus pertama. Kegiatan pada siklus kedua dilakukan
sebagai penyempurnaan atau perbaikan pada siklus pertama
terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran Teams Game Tournament (TGT). Pada siklus kedua
ini juga terdiri dari empat tahapan yaitu; perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi hasil yang telah dilakukan. Jika
pada Siklus II hasilnya belum mencapai KKM yang ditentukan,
peneliti melanjutkan siklus selanjutnya sampai mencapai hasil
yang diharapkan.
Model atau desain yang digunakan dalam Penelitian
Tindakan kelas ini adalah model Kemmis dan Taggart, dimana
dalam satu siklus terdiri dari; perencanaan (planning), tindakan
(acting), observiasi (observing) dan refleksi (reflecting). Secara
rinci prosedur pelaksanaan PTK ini dapat digunakan sebagai
berikut:
. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang karakteristik data secara objektif.
Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan sebagai pedoman
untuk melaksanakan pengamatan di dalam kelas. Dari
lembar observasi inilah peneliti bisa mengetahui gambaran
aktivitas yang dilakukan guru dan siswa dalam
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode
pembelajaran Teams Game Tournament (TGT). Lembar
observasi berupa lembar checklist tentang aktivitas
pembelajaran yang dilakukan guru bersama para siswa.
Melalui lembar observasi ini , peneliti dapat mengatasi
kendala-kendala yang dihadapi guru serta memperbaiki
kekurangan-kekurangan selama pembelajaran berlangsung.
b. Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya
jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka dan dengan
arah serta tujuan yang telah ditentukan (Sudijono, ).
matematika dan siswa kelas IV MI Kawengen .
Wawancara dilakukan untuk mengetahui pendapat mereka
tentang perbedaan mengenai pembelajaran sebelum dan
sesudah menggunakan metode pembelajaran Teams Game
Tournament (TGT).
c. Soal Test
Tes adalah cara atau prosedur dalam rangka
pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan yang
berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik
berupa pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah
sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan
tingkah laku atau preestasi (Sudijono, ).
Untuk mengukur hasil belajar siswa, peneliti
menggunakan naskah soal berupa Lembar Kerja Siswa
(LKS), soal pree test, soal post test dan soal kuis. Tes
digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa terhadap materi yang telah dipelajari dan untuk
mengetahui kemajuan hasil belajar siswa.
d. Dokumentasi
Melalui dokumentasi peneliti bisa mengetahui
berita, data-data yang terkait dengan siswa seperti nilai
hasil belajar dan foto yang menggambarkan situasi saat
membantu dalam pengumpulan data dan sebagai
pendukung dalam proses penelitian.
. Teknik Pengumpulan Data
Teknik atau strategi dalam penelitian merupakan langkah-langkah
yang harus ditempuh dan diatur secara baik. Adapun strategi yang
dipakai sebagai berikut:
a. Strategi Observasi
Peneliti melakukan observasi dengan cara
melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai
pelaksanaan pembelajaran di kelas. Observasi dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dipersiapkan. Lembar observasi digunakan untuk mancatat
hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran di kelas.
Data diperoleh dari apa yang peneliti lihat, dialami dan
didengar. Data yang diperoleh adalah bukti keterlaksanaan
rencana-rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya
serta reaksi siswa terhadap metode pembelajaran yang
diterapkan dan perubahan yang terjadi dalam proses
pembelajaran.
b. Strategi Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan oleh
peneliti terhadap guru dan beberapa siswa kelas IV MI
dirasakan ketika pembelajaran berlangsung. Wawancara
dilakukan untuk menanyakan pendapat mereka tentang
penerapan metode pembelajaran Teams Game Tournament
(TGT) yang mana hasil dari wawancara tersebut akan
dijadikan sebagai bahan evaluasi dan refleksi untuk
kegiatan-kegiatan berikutnya.
c. Strategi Test
Dalam penelitian ini, peneliti memberikan soal
berupa soal pre test dan post test yang harus dikerjakan
secara individu setiap pertemuan disetiap siklus. Selain itu
tes juga disajikan dalam bentuk LKS dan dikerjakan secara
berkelompok. Sedangkan soal kuis diberikan pada saat
Game dan Tournament.
d. Strategi Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah nilai hasil belajar siswa dan foto pada saat
pembelajaran berlangsung dengan menggunkan metode
pembelajaran Teams Game Tournament (TGT).
. Analisis Data
Analisis data adalah analisis data yang telah terkumpul
guna mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam
penelitian untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi, ). Dalam
mengolah data yang terkumpul melalui hasil tes dan catatan
observasi.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif kantitatif dan kualitatif, yaitu
menggambarkan data dengan menggunakan angka-angka
kemudian dijelaskan melalui kalimat secara jelas dan terperinci.
Teknik analisis data dalam penelitian ini untuk menguji hasil
belajar matematika kelas IV MI Kawengen dengan cara
memberikan pre tes dan post test pada setiap siklus. Analisa data
kuantitatif digunakan untuk membandingkan hasil belajar sebelum
dan sesudah penerapan metode pembelajaran Teams Game
Tournament (TGT) yaitu pada pra siklus, siklus I, Siklus II dan
seterusnya sampai mencapai KKM yang ditentukan. Data disajikan
dalam bentuk table yang mudah dipahami secara keseluruhan.
Untuk menghitung data-data yang berupa angka dari hasil post test
peneliti akan menggunakan rumus statistika ukuran rata-rata kelas.
Rata-rata kelas dapat dihitung dengan rumus (Arikunto, ):
Keterangan:
X : Nilai rata-rata siswa
N : Jumlah siswa
Untuk mencari presentase tiap-tiap kegiatan dengan menggunakan
rumus presentase (Sugiyono, )
Keterangan:
P = jumlah nilai dalam persen
F = jumlah nilai siswa
N = jumlah seluruh siswa
Pengukuran dalam rangka menilai keberhasilan belajar
siswa pada umumnya menggunakan ukuran-ukuran yang bersifat
kuantitatif yang berupa angka-angka. Angka angka itu kemudian
dianalisis dengan menggunakan strategi statistic kemudian
dijelaskan secara kualitatif. Untuk menentukan tinggi rendahnya
hasil belajar dapat digunakan nilai standard berskala yaitu berupa
rentangan nilai dari - . Selanjutnya nilai tersebut dikonversi ke
dalam beberapa kelompok dengan kategori sebagai berikut
(Arikunto, : ):
– : Sangat tinggi
– : Tinggi
– : Rendah
≤ : Sangat rendah
Peneliti akan menggunakan nilai rata-rata siswa untuk menentukan
tinggi rendahnya hasil belajar siswa. Dalam hal ini akan digunakan
penilaian berstandard berskala dengan rentangan nilai –
seperti tersebut diatas.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:
. Bagian Awal
Bagian awal skripsi mencakup tentang sampul, lembar berlogo,
halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan,
pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar,
abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.
. Bagian Inti
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
J. Rumusan Masalah
K. Tujuan Penelitian
L. Hipotesis Penelitian
M. Manfaat Penelitian
N. Definisi Operasional
. Rancangan Penelitian
. Subyek Penelitian
. Langkah-langkah Penelitian
. Instrumen Penelitian
. Teknik Pengumpulan Data
. Analisis Data
P. Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
E. Hakikat Hasil Belajar
F. Matematika
G. Operasi Perkalian
H. Metode pembelajaran Teams Game Tournament (TGT)
I. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
E. Subyek Penelitian
F. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus I
G. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus II
H. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus III
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
D. Hasil Observasi pada Tahap Pra Penelitian
E. Hasil Penelitian Deskripsi Per Siklus
F. Pembahasan
C. Kesimpulan
D. Saran
. Bagian Akhir
Bagian akhir mencakup daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Hasil Belajar
. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang dialami oleh
individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Basleman dan
Mappa, ). Menurut Suryabrata ( : ) belajar dapat
membawa perubahan yang pada pokoknya adalah didapatkannya
kecakapan baru.
Hasil belajar menurut Sudjana ( : ) adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah Ia menerima
pengalaman belajarnya. Suprijono ( ) mengatakan bahwa
hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apreesiasi dan keterampilan-keterampilan
yang merupakan perubahan secara keseluruhan bukan hanya salah
satu aspek potensi kemanusiaan saja.
Perwujudan hasil belajar merupakan serangkaian proses
belajar yang meliputi dari pengalaman dan latihan kemudian
terlaksananya proses belajar yang mengakibatkan adanya
perubahan perilaku pada seseorang (Sriyanti, dkk, ).
Dari definisi diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pengalaman-pengalaman proses belajar yang akan mengalami
perubahan pada semua aspek potensi yang menjadikan siswa untuk
menjadi yang lebih baik dari sebelumnya.
. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar siswa merupakan hasil dari suatu proses yang
di dalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut yaitu kecerdasan anak,
kesiapan anak dan bakat anak (Susanto, ).
Sriyanti, dkk ( ) mengatakan bahwa hasil belajar
dipengaruhi oleh faktor eksternal yang meliputi (faktor nonsosial
dan faktor sosial) dan faktor internal yaitu faktor fisiologis yang
merupakan kondisi fisik yang terdapat dalam diri individudan
faktor psikologis. Faktor fisiologis ini dimaksudkan bahwa apabila
kondisi organ tubuh yang lemah akan dapat menurunkan kualitas
ranah kognitif sehingga materi yang dipelajarinya kurang atau
tidak berbekas. Sedangkan faktor psikologis dibedakan menjadi
intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi (Kastolani, ).
Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa faktor
eksternal dan internal dapat mempengaruhi keberhasilan belajar
siswa. Pengaruhnya bisa bersifat positif namun juga bisa juga
. Klasifikasi Hasil Belajar
Susanto ( : ) mengatakan macam-macam hasil belajar
meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses
(aspek psikomotor) dan sikap siswa (aspek afektif), yakni:
a. pemahaman konsep (aspek kognitif), berkenaan dengan
hasil belajar intelektual yang tyerdiri dari enam aspek yakni
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisa,
sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut
kognitif tingkat rendah dan keempat berikutnya termasuk
kognitif tingkat tinggi.
b. keterampilan proses (aspek psikomotor), berkenaan dengan
hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada
enam aspek ranah psikomotoris yakni gerakan refleks,
ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan
kompleks, dan gerakan ekspreesif dan interpreetatif.
c. sikap siswa (aspek afektif), berkenaan sikap yang terdiri
dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi,
penilaian, organisasi, dak internalisasi.
. Penilaian Hasil Belajar
a. Pengertian Penilaian
Menurut Sudjana ( : ) penilaian adalah proses
berdasarkan suatu kriteria tertentu. Sedangkan penilaian
hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap
hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.
b. Fungi dan Tujuan Penilaian
Fungsi penilaian menurut Sudjana ( : ) yaitu sebagai
berikut:
) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan
intruksional.
) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar
mengajar.
) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar
siswa kepada para orang tuanya.
Sedangkan tujuan penilaian adalah sebagai berikut:
) Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa
sehingga dapat diketahui kelebihan dan
kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau
mata pelajaran yang ditempuhnya.
) Mengetahui proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam
mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan
pendidikan yang diharapkan.
) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni
hal program pendidikan dan pengajaran serta
strategi pelaksanaannya.
) Memberikan pertanggung jawaban dan pihak
sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
B. Matematika
. Pengertian matematika
Dari Depdiknas dalam (Susanto, ) kata matematika
berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang berarti
“belajar atau hal yang dipelajarai” sedang dalam bahasa Belanda
matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti yang kesemuanya
berkaitan dengan penalaran.
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat
meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi, memberikan
kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia
kerja serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu matematika sebagai ilmu
dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa terutama sejak usia
sekolah dasar (Susanto, ).
. Pembelajaran matematika
Susanto ( ) mengatakan bahwa pembelajaran
matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh
meningkatkan kemampuan berfikir siswa serta dapat meningkatkan
kemampuan mengontruksi pengetahuan baru sebagai upaya
peningkatan penguasa yang baik terhadap materi matematika.
Dalam pembelajaran matematika diharapkan terjadi reinvention
(penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu
cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran dikelas. Tujuan
dari strategi penemuan kembali adalah untuk memperoleh pengetahuan
dengan suatu cara yang dapat melatih berbagai kemampuan intelektual
siswa, merangsang keingintahuan dan memotivasi kemampuan mereka
(Heruman, ). Dengan demikian siswa akan terlatih dalam
mengasah kemampuan untuk bisa lebih mandiri dalam menyelesaikan
suatu masalah yang terkait dengan pembelajaran matematika.
Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun
siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang
maksimal apabila pembelajaraan berjalan secara efektif. Pembelajaran
yang efektif adalah pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh
siswa secara efektif. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi
proses dan dari segi hasil.pertama, dari segi proses, pembelajaran
dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagaian
besar peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun
sosial dalam proses pembelajaran. Kedua, dari segi hasil, pembelajaran
dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Susanto,
).
. Tujuan pembelajaran matematika
Secara umum, tujuan pembelajaran matematika adalah agar
siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga,
dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataran
nalar dalam penerapan matematika (Susanto, ).
Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah
dasar, sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas dalam (Susanto,
), sebagai berikut:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaiakan model
dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, digram, atau
media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai penggunaaan matematika dalam
C. Operasi Perkalian
Salah satu pelajaran di MI adalah matematika tentang perkalian.
Operasi perkalian dari suatu bilangan dapat diartikan sebagai penjumlahan
berulang untuk mencari hasil dari a x b sama halnya dengan cara
menunjukkan penjumlahan b + b + b +… sebanyak a kali
Heruman, ( ) mengatakan bahwa pada prinsipnya, perkalian
sama dengan penjumlahan secara berulang. Oleh karena itu, kemampuan
prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari perkalian adalah
penguasaan penjumlahan. Ada serangkaian cara yang dapat dilakukan
dalam mengajarkan perkalian pada siswa yaitu dengan penanaman konsep,
pemahaman konsep dan pembinaan keterampilan.
. Penanaman konsep
Media yang diperlukan, yaitu:
Berbagai benda yang dimilki siswa seperti pensil, bulpoin, buku,
penghapus dan sebagainya.
Kegiatan pembelajaran:
Pada awal pembelajaran, guru dapat bercerita tentang permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan perkalian.
Untuk membantu kemampuan berfikir siswa diberikan bantuan
benda atau gambar yang sesuai dengan cerita.
Bu Susi mengambil permen dari toples sebanyak tiga kali, setiap
pengambilan terambil dua permen. Berapa jumlah permen yang
Dari cerita di atas, guru dapat memberikan pertanyaan penggiring
untuk siswa dalam menemukan konsep perkalian, misalnya sebagai
berikut:
- Berapa kali Bu Susi mengambil permen? (jawaban yang
diharapkan: kali)
- Berapa jumlah permen setiap pengambila? (jawaban yang
diharapkan: permen)
- Berapa jumlah permen yang diambil seluruhnya oleh Bu Susi?
(jawaban yang diharapkan: + + = permen) atau kali
yang ditulis dalam perkalian yaiti x =
Guru memberikan penekanan pada siswa bahwa + + jika
ditulis dalam perkalian menjadi x = .
Sebagai tahapan awal siswa sebaiknya mengerjakan
perkalian dengan cara mengubah terlebih dahulu dari perkalian ke
dalam penjumlahan dan sebaliknya. Siswa jangan dulu diberikan
drill sebelum mereka memahami benar konsep perkalian sebagai
. Pemahaman konsep
Untuk mengetahui apakah siswa telah memahami perkalian,
guru dapat memberikan contoh soal dengan jawaban yang benar
dan salah Apabila siswa mengatakan “salah” pada soal dengan
jawaban salah serta dapat mengoreksi jawaban salah tersebut
berarti siswa telah paham.
Perhatikan perkalian di bawah ini Apabila benar beri tanda √ jika
salah perbaikilah.
a. + = x
b. + + + + = x
c. + + = x
d. + + + = x
e. x = + +
. Pembinaan keterampilan
Pembinaan keterampilan pada awalnya dapat dilakukan
dengan memberikan drill pada siswa tentang perkalian sampai hasil
paling besar . Selanjutnya siswa harus hafal perkalian sampai
.
Pembinaan keterampilan pada awalnya siswa dalam
perkalian dapat dilakukan dengan cara mencongak secara
perorangan. Kegiatan mencongak ini sering dilakukan oleh
guru-guru di masa lalu ketika menjelang pulang sekolah. guru-guru
yang dapat menjawab dengan benar, dipersilahkan untuk pulang
terlebih dahulu dan siswa yang tidak dapat menjawab atau masih
salah dalam jawabannya tidak diperbolehkan pulang dahulu.
Kegiatan ini memang efektif dalam melatih siswa dalam menghafal
perkalian.
Adapun sifat-sifat pada operasi perkalian bilangan bulat, sebagai
berikut (Mutijah dan Ifada, ) yakni:
. Sifat tertutup, yaitu jika a dan b bilangan bulat, maka a x b juga
bilangan bulat.
Contoh:
x =
. Sifat pertukaran (komutatif)
Meskipun letak kedua bilangan ditukar, hasil perkalian tetap sama.
Maka perkalian mempunyi sifat komutatif atau pertukaran.
Contoh:
x = x
=
Jadi, x = x
. Sifat pertukaran (komutatif)
Menurut sifat pengelompokkan pada perkalian, hasil hasil perkalian
akan tetap sama jika dikerjakan dari mana saja.
Contoh:
x = x
=
. Bilangan identitas yaitu jika a bilangan bulat maka bersifat a x =
x a. Bilangan merupakan unsur atau elemen identitas dari
perkalian.
Contoh:
x = x
. Sifat penyebaran (distributif)
Sifat ini digunakan untuk menguraikan suatu kalimat matematika.
Contoh:
x ( + ) = ( x ) + ( x )
= +
=
. Sifat ketergandaan yaitu jika a, b dan c bilangan-bilangan bulat dan
a = b maka a x c = b x c.
. Sifat kanselasi yaitu jika a, b dan c bilangan-bilangan bulat dan a x
c = b x c dan c ≠ , maka a = b.
D. Metode pembelajaran Teams Game Tournament (TGT)
Rusman ( ) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
heterogen. Anita Lie ( ) mengungkapkan bahwa bentuk
pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan
asal-asalan.
Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif adalah Teams Game
Tournament (TGT). Pembelajaran kooperatif bentuk TGT adalah salah
satu tipe atau bentuk pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan
melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa ada perbedaan status yang
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan (Hamdani, ). Setelah guru menyajikan materi, siswa
bekerja sama sebagai tim untuk mengerjakan lembar kerja dan belajar
bersama untuk persiapan menghadapi turnamen.
Bekerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga,
organisasi atau masyarakat. Pada pembelajaran kooperatif ini siswa
bekerja sama dengan strategi gotong royong. Mereka saling membantu
dalam mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian, masing-masing
mengerjakan tes sendiri-sendiri dan menerima nilai pribadi (Anita Lie,
).
Menurut Slavin, bentuk pembelajaran kooperatif Teams Game
Tournament (TGT) menggunakan permainan akademik. Dalam turnamen
kemampuan akademik berdasarkan kinerja sebelumnya.
Komponen-komponen dalam Teams Game Tournament (TGT) yang diungkapkan
Slavin meliputi preesentasi kelas, belajar tim dan tunamen berupa
permainan (Robert E. Slavin terjemahan Nurulita, : ).
. Presentasi Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi secara
garis besar, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau
ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat preesentasi kelas
ini, siswa haru benar-benar memperhatikan dan memahami materi
yang disampaikan guru karena akan membantu siswa bekerja lebih
baik pada saat kerja kelompok dan pada saat permainan.
. Belajar Kelompok
Kelompok biasanya terdiri dari - siswa yang anggotanya
hiterogen dilihat dari preesentai akademik, jenis kelamin dan rasa
atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi
bersama teman kelompoknya agar bekerja dengan baik dan optimal
pada saat permaianan. Pada tahap inilah siswa saling berdiskusi,
tukar menukar ide dan pengalaman untuk memecahkan masalah.
. Permainan
Permainan disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang
dirancang untuk mengetes pengetahuan siswa yang diperoleh dari
preesentasi kelas dan latihan tim. Permainan dimainkan pada
sama, tiap-tiap siswa mewakili tiap tim yang berbeda. Kebanyakan
permainan yang digunakan berupa pertanyaan-pertanyaan yang
diberi nomor dan disajikan pada lembar pertanyaan.
Aturan dalam pertanyaan ini adalah sebagai berikut.
Masing-masing siswa dalam sebuah meja turnamen mengambil
sebuah kartu untuk menentukan pembaca pertama, yaitu siswa
yang mengambil kartu dengan nomor tertinggi. Permainan
berlangsung menurut arah jarum jam dari pembaca pertama. Pada
saat permainan tersebut dimulai, pembaca mengocok kartu dan
mengambil kartu paling atas. Ia kemudian membaca dengan keras
pertanyaan yang sesuai dengan nomor pada kartu tersebut,
ternmasuk pilihan jawaban apabila pertanyaan tersebut berbentuk
pilihan ganda. Kemudian pembaca menjawab pertanyaan yang Ia
baca dan apabila Ia ragu terhadap jawabannya diperbolehkan
menerka karena apabila jawaban pembaca salah tidak dikenai
hukuman.
Setelah pembaca tersebut memberikan jawaban, siswa di
sebelah kirinya yang disebut penantang pertama memiliki
kesempatan untuk menantang dan menyampaikan jawaban berbeda
atau setuju pada pembaca. Jika Ia menyatakan pas atau tidak
menggunakan kesempatan tersebut atau jika penantang kedua
mempunyai jawaban berbeda dari dua jawaban pertama, penantang
berhati-hati karena mereka akan kehilangan kartu yang berhasil
dikumpulkan apabila jawaban mereka salah. Apabila setiap orang
telah menjawab atau pas maka pemain di sebelah kanan pembaca
yang diebut penantang kedua mencocokkan dengan lembar
jawaban dan membacakan jawaban tersebut dengan keras. Pemain
yang menjawab dengan benar menyimpan kartu tersebut. Apabila
penantang memberikan jawaban yang salah, Ia harus
mengembalikan kartu yang Ia menangkan sebelumnya ke
tumpukan kartu. Apabila tidak ada jawaban satupun yang benar,
kartu tersebut dikembalikan. Setelah permainan selesai, para
pemain mencatat banyak kartu yang mereka menangkan pada
Lembar Skor Permainan (Robert E. Slavin terjemahan Nurulita,
: ).
. Pertandingan (Tournament)
Turnament merupakan struktur bagaimana dilaksanakannya
permainan tersebut. Turnamen ini biasanya dilaksanakan pada
akhir minggu setelah guru menyeleaikan preesentai kelas dan
tim-tim memperoleh kesempatan berlatih dengan LKS. Untuk
turnamen pertama, guru menetapkan tiga siswa yang memiliki
kemampuan akademik peringkat atas dalam kinerja sebelumnya
dalam satu meja yang selanjutnya disebut meja turnamen , artinya
meja turnamen ditempati oleh tiga siswa dengan peringkat
akademik tertinggi berdasarkan kinerja sebelumnya. Selanjutnya
tiga siswa berikutnya yang memiliki kemampuan akademik
peringkat menengah dalam kinerja sebelumnya ditempatkan dalam
satu meja yang selanjutnya disebut meja turnamen dan seterunya.
Mereka bertanding dengan lawan seimbang sehingga
memungkinkan bagi siswa dari seluruh tingkat kerja yang lalu
menyumbang secara maksimal kepada skor timnya apabila mereka
melakukan yang terbaik.
Setelah minggu pertama tersebut, siswa dapat berpindah
bergantung pada kinerja mereka sendiri pada turnamen paling akhir
yang mereka jalani. Pemenang pada tiap meja berpindah ke meja
yang ditempati oleh siswa dengan kemampuan akademik lebih
tinggi, misalnya dari meja turnamen ke meja turnamen . Siswa
sama. Sedangkan siswa yang mendapat skor paling rendah
berpindah ke meja yang ditempati oleh siswa dengan kemampuan
akademik rendah, misalnya dari meja turnamen ke meja
turnamen . Dengan cara ini, jika ada siswa yang salah tempat
pada awalnya mereka akhirnya akan bergerak ke “atas” atau ke
“bawah” sampai mereka berada pada tingkat yang benar (Robert E.
Slavin terjemahan Nurulita, : ).
Gambar . Penempatan Meja Turnamen Tipe Slavin (Robert E. Slavin terjemahan Nurulita, : )
. Penghargaan Kelompok (Reward)
Dalam pembelajaran kooperatif, penghargaan diberikan
kepada kelompok bukan kepada individu siswa. Preesentasi
kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggotanya. Ada
tiga tingkat penghargaan diberikan berdasarkan pada skor tim
Tabel . Kriteria Penghargaan Kelompok Tipe Slavin (Robert E. Slavin terjemahan Nurulita, : )
Metode pembelajaran Teams Game Tournament (TGT)
berupaya menggabungkan tujuan kooperatif dan kompetitif. Dalam
proses pembelajaran dengan Teams Game Tournament (TGT), baik
tujuan kooperatif maupun kompetitif keduanya saling mendukung.
Membangun hubungan yang positif melalui tujuan kooperatif
membantu menjaga kompetisi agar sesuai harapan, siswa dapat
menikmati aktivitas belajarnya baik menang maupun kalah.
Sebaliknya melalui struktur belajar kompetitif, siswa tidak akan
pasif dalam kelompoknya melainkan siswa akan merasa tertantang
dan berusaha mendapatkan nilai sebaik-baiknya (Anita Lie,
: ).
Dengan demikian, metode pembelajaran Teams Game
Tournament (TGT) merupakan bentuk pembelajaran yang meliputi
presentasi di kelas oleh guru, belajar kelompok dimana siswa
dikelompokkan dalam kelompok hiterogen yang terdiri dari