• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB AL-JAWAHIRUL KALAMIYAH KARYA SYAIKH TAHIR BIN SALIH AL- JAZAIRY SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB AL-JAWAHIRUL KALAMIYAH KARYA SYAIKH TAHIR BIN SALIH AL- JAZAIRY SKRIPSI"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDIDIKAN TAUHID

DALAM KITAB AL-JAWAHIRUL KALAMIYAH

KARYA SYAIKH TAHIR BIN SALIH AL- JAZAIRY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

Desi Nur Baiti

NIM: 111-14-035

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

▸ Baca selengkapnya: kitab jawahirul hikmah pdf

(2)
(3)

ANALISIS PENDIDIKAN TAUHID

DALAM KITAB

AL-JAWAHIRUL KALAMIYAH

KARYA SYAIKH TAHIR BIN SALIH AL- JAZAIRY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

Desi Nur Baiti

NIM: 111-14-035

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ibu Sulisetiyowati dan Bapak Ismail tercinta yang telah mendidik, membimbing, memberikan kasih sayang, do‟a dan segalanya, yang menjadi perantara untuk memperoleh tujuan hidupku, ilmu, amal shalih dan ridho Allah SWT.

2. Kakak tersayangku Aziz Setiawan dan Eva Yanti serta kakak iparku dan semua keponakan tersayangku.

3. Terimakah kepada guru-guru saya, terimakaih kepada Bapak KH. Nasafi,

M. Pd dan Ibu Ny. Hj. Asfiyah atas barokah ilmu dan do‟anya. Dan juga

kepada alm. Bapak KH. Sa‟dullah Utsman dan almh. Ibu Ny. Hj.

Fashohatul Adibah.

4. Seluruh teman santriwan-satriwati ponpes Nurul Asna Salatiga dan ponpes

Assholihat Magelang yang sudah mendukung, mendo‟akan dan membantu

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Sahabat-sahabatku seperjuangan Atik, Hanik, Putri, Anis, Nonik, Dwi, Nafik dan Evi yang selalu memberi motivasi dan mendo‟akanku.

6. Terimakasih untuk Mas Muhamad Miftakhul Munir yang selalu

mensuport, mendo‟akan dan memberi nasehat. Semoga bisa menjadi

patner seumur hidup untukku.

(9)

KATA PENGANTAR

ِمْيِحَّزلا ِنَمْحَّزلا ِالله ِمْسِب

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Pendidikan Tauhid dalam Kitab Jawahirul Kalamiyah Karya Syaikh Thahir bin Saleh Al-Jazairy”. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, yang telah menjadi uswatun khasanah bagi kita semua.

Skripsi ini merupaka salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam di Institut Agama Islam (IAIN) Salatiga.

Penulis menyadari bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah terbatas sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M. Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

(10)
(11)

ABSTRAK

Nur Baiti, Desi, 2018. “ Analisis Pendidikan Tauhid dalam Kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy.” Skripsi. Fakultas Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah Susilawati, M. SI.

Kata Kunci: Analisis Pendidikan, Tauhid, Kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji tentang pendidikan tauhid yang menjadi dasar aqidah islamiyah dalam memahami Islam dan menganlisis pendidikan tauhid yang terkandung di dalamnya. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah : (1) Bagaimana metode pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syekh Thahir bin Shalih al-Jazairy ? (2) Bagaimana relevansi pendidikan tauhid dalam kehidupan umat Islam ?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti menggunakan jenis penelitian studi pustaka yang dilakukan dengan menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan, dengan metode library research dan literatur yang dilakukan dengan mengumpulkan sumber data primer berupa kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy dan analisis data yang dilakukan ada dua tahap yaitu; metode deduktif yang dilakukan dengan menganalisis bab III pemikiran Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy, kemudian Content Analysis untuk menganlisis bab IV tentang pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul Kalamiya dan digunakan untuk mengetahui relevansi antara pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul Kalamiyah dalam kehidupan umat Islam.

(12)

DAFTAR ISI

SAMPUL ……… i

LEMBAR BERLOGO ………... ii

JUDUL ……….. iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ……… v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……… vi

MOTTO ………... vii

PERSEMBAHAN ……….. viii

KATA PENGANTAR ………... x

ABSTRAK ……… xi

DAFTAR ISI ……… xii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian... 8

E. Kajian Pustaka ... 9

F. Kerangka Teori... 11

G. Metode Penelitian dan Pendekatan ... 26

H. Sistematika Penulisan... 29

BAB II BIOGRAFI NASKAH ... 30

A. Biografi Pengarang Kitab Jawahirul Kalmiyah ... 30

(13)

2. Murid-Muridnya Syekh Thair bin Saleh al-Jazairy yang terkenal ... 32

3. Karya-karya Syekh Thahir bin Saleh al- Jazairy ... 32

B. Sistematika Penulisan Kitab Jawahirul Kalamiya... 33

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN SYAIKH THAHIR BIN SALEH AL-JAZAIRY ... 35

1. Muqadimah ... 36

2. Bab I Tentang Iman kepada Allah SWT ... 36

3. Bab II Tentang Iman Kepada Malaikat ... 37

4. Bab III Tentang Iman Kepada Kitab-kitab Allah SWT. ... 37

5. Bab IV Tentang Iman Kepada Para Rasul ... 40

6. Bab V Tentang Iman Kepada Hari Akhir ... 43

7. Bab VI Tentang Iman Kepada Qadla dan Qadar ... 45

8. Penutup Tentang Beberapa Hal yang Penting ... 46

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN TAUHIDDALAM KITAB JAWAHIRUL KALAMIYAH ... 49

A. Analisis Penidikan Tauhid dalam Kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Saleh Al-Jazairy ... 49

B. Relevansi Pendidikan Tauhid dalam Kehidupan Umat Islam... 72

BAB V PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

C. Kata Penutup ... 78 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pustaka

2. Riwayat Hidup Penulis 3. Nota Pembimbing Skripsi 4. Lembar Konsultasi

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan anugerah yang dititipkan oleh Allah SWT kepada orang tua. Maka dari itu, hendaknya setiap orang tua bertanggung jawab atas titipan Allah SWT itu. Memberikan pendidikan yang baik tentu merupakan kewajiban orang tua. Tapi, Islam juga telah mengatur bahwa tanggung jawab pendidikan anak bukan hanya pada orang tua saja tetapi juga guru dan lingkungan.

Memberikan pendidikan kepada anak bukanlah tugas yang mudah. Mendidik anak juga tidak bisa dipahami sebagai tugas sampingan yang hanya dilakukan saat ada kesempatan. Tugas ini haruslah ditempatkan pada kedudukan utama yang mendapat prioritas diantara berbagai macam aktivitas, Ahmad (2015:12-13).

Sesuai dengan tujuan pendidikan Islam menurut Saleh Abdullah dalam buku Educational Theory a Qutlook, sebagaimana di kutip oleh Ahmad Zayadi (2006: 56) menyatakan bahwa tujuan pendidikan harus meliputi empat aspek, yaitu:

1. Tujuan jasmani (ahdaf al-jismiyah) yang beararti proses pendidikan ditunjukan dalam kerangka mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah fi al-ardhi, melalui keterampilan fisik. 2. Tujuan rohani dan agama (ahdab al-ruhaniyah wa ahdaf al-diniyah)

(16)

manusia dari kesetiaan yang hanya kepada Allah semata, dan melaksanakan Aqhlak Qur‟ani yang diteladani oleh Nabi SAW sebagai perwujudan perilaku keagamaan.

3. Tujuan intelektual (ahdaf al-aqliyah) yaitu proses pendidikan di tunjukan dalam rangka mengarahkan potensi intelektual manusia dengan menelaah ayat-ayat-Nya (baik qauniyah dan kauliyah).

4. Tujuan sosial (ahdaf al-ijtimayyah) yaitu proses pendidikan ditujukan dalam kerangka pembentukan kepribadian yang utuh.

Dari beberapa tujuan pendidikan di atas tujuan rohani dan agama merupakan tujuan yang sangat penting untuk dicapai karena semakin kita dekat mengenal dan akrab oleh sang pencipta maka keimanan kita juga akan semakin kuat dan juga kita akan terhindar dari perbuatan buruk karena senantiasa takut kepada Allah SWT. Maka untuk menuju keberhasilan pendidikan rohani dan agama anak harus di berikan pendidikan akidah atau tauhid.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (KBBI, 2017: 263).

(17)

sehingga hal itu akan membimbing manusia ke arah yang lebih baik. Ada tiga unsur yang harus terdapat dalam proses pendidikan, yaitu: pendidik, peserta didik dan ilmu atau pesan yang disampaikan.

Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan ialah usaha sadar yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik dalam belajar melalui suatu kegiatan pengajaran, bimbingan dan latihan demi peranannya dimasa yang akan datang.

Menurut Syeh M, Abduh, ilmu tauhid (ilmu kalam) ialah ilmu yang membicarakan tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang boleh ada pada-Nya; membicarakan tentang Rasul, untuk menetapkan keutusan mereka, sifat-sifat yang boleh dipertautkan kepada mereka, dan sifat-sifat yang tidak mungkin terdapat pada mereka (Hanafi, 2003: 2).

Sesungguhnya manusia dari sejak lahir berada dalam fitrahnya yaitu, bertauhid. Namun sesuai perkembangan lingkungan dan orang tuanyalah yang menentukan selanjutnya. Banyak orang yang beriman namun tanpa didasari pengetahuan yang memadai. Mereka beribadah namun ada saja yang masih menyimpang dari ketauhidannya. Apalagi mereka yang berada di penjuru kampung yang masih banyak mempercayai pohon-pohon yang besar, batu-batuan yang besar, dan lain sebagainya.

(18)

iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan kepada Hari Akhir serta kepada qadarnya yang baik maupun yang buruk (Shalih bin Fauzan, 2013: 3).

Tanpa akidah yanag benar manusia akan menjadi mangsa bagi perasangka dan keragu-raguan yang lambat laun akan menumpuk dan menghalangi pandangan yang benar terhadap jalan hidup kebahagiaan (Shalih bin Fauzan, 2013: 8).

Inti dari ajaran agama Islam adalah dalam kajian ketauhidan. Karena itu dalam berbagai kitab maupun buku ditegaskan bahwa kewajiban pertama seorang muslim adalah mempelajari tauhid. Sesuai dengan pendapat Syaikh Ibrohim al-Bajuriy (2015: 6) dalam kitab Tijan Ad-Durori bahwa “wajib atas setiap orang mukallaf (muslim yang baligh lagi berakal) mengetahui hal yang wajib dalam haq Allah SWT, yang

mustahil serta yang boleh.” Dari kajian tauhid yang secara mendalam dan

dibarengi dengan dalil naqli serta dalil aqli, maka umat Islam diharapkan menjadi semakin kuat akidahnya.

(19)

Tauhid sebagaimana diketahui membahas ajaran-ajaran dasar dari agama Islam. Setiap orang yang ingin menyelami seluk beluk agama Islam secara mendalam, perlu mempelajari tauhid. Mempelajari tauhid akan memberi seseorang keyakinan-keyakinan yang berdasarkan pada landasan kuat, yang tidak mudah di ombang-ambingkan oleh peredaran zaman.

Kesadaran beragama umat Islam pada dasarnya adalah kesadaraan akan Keesaan Tuhan. Semangat ilmiah tidak bertentangan dengan religius, kareana ia merupakan bagian yang terpadu dengan keesaan Tuhan. Memiliki kesadaraan akan keesaan Tuhan berarti meneguhkan kebenaran bahwa Tuhan adalah satu dalam esensinya, dalam nama-nama dan sifat-sifatnya, dan dalam perbuatannya (Osman Bakar, 1993: 11).

(20)

melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.”

Ayat diatas jelas menunjukkan bahwa segala amal tidak diterima jika tidak bersih dari syirik. Karena itulah perhatian Nabi SAW yang pertama kali adalah pelurusan akidah.

Berdasarkan jenis dan sifatnya, ilmu tauhid dapat dibagi dalam tiga tingkatan atau tahapan.

1. Tauhid Rububiyyah yaitu: mengesakan Allah dalam segala perbuatanNya dan meyakini bahwa Allah menciptakan segala makhluk.

2. Tauhid Uluhiyah yaitu: mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba, misalnya: tawakal, beribadah, memohon pertolongan.

3. Tauhid asma‟ wa sifat yaitu: beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya yang diterangkan dalam Al-Qur‟an dan sunnah Rasul -Nya yang pantas ditiru oleh umat-N ya ( Ilyas, 1993 :23).

Dari uraian di atas, penulis berusaha mengkaji lebih mendalam

tentang analisis pendidikan tauhid dalam kitab “Jawahirul Kalamiyah”,

yang di dalamnya terdapat beberapa uraian tentang pendidikan tauhid. Untuk itu, maka penulis mencoba untuk menyusun sebuah skripsi yang

berjudul: “ANALISIS PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB

JAWAHIRUL KALAMIYAH KARYA SYAIKH THAHIR BIN SALEH

(21)

dengan keadaan zaman di era sekarang ini, banyak sekali khususnya remaja-remaja muslim yang terkadang lupa akan pendidikan tauhid padahal pendidikan ini sangat penting bagi pertumbuhan keberagamaan remaja-remja muslim. Melihat di sekeliling kita banyak sekali radikalisme yang berkembanag di masyarakat yang mengatasnamakan Islam, hal ini sangat berbahaya ketika remaja-remaja muslim dan umat Islam umumnya salah dalam menyikapi hal tersebut.

Maka dari itu penulis perlu mengkaji lebih dalam tentang ilmu tauhid yang terdapat dalam kitab Jawahirul Kalamiyah. Alasan mengapa penulis memilih kitab Jawahirul Kalamiyah yaitu karena kitab tersebut menyajikan ajaran tauhid dengan metode tanya jawab sehingga pembahasan tauhid langsung pada pokok permasalahan dan dapat lebih mudah di pahami. Harapan penulis, semoga dapat memberikan kontribusi dan manfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pendidikan tauhid, terutama bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana metode pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy ?

(22)

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca khususnya dalam mendalami jenis penelitian literatur serta dapat mengembangakan berbagai media sebagai sumber pengetahuan khususnya dalam bentuk naskah, adapun sebagai berikut:

1. Mengetahui makna pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy.

2. Mengetahui relevansi pendidikan tauhid dalam kehidupan umat Islam.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dalam penelitian ini dapat di bedakan menjadi 2 yaitu: 1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, berupa pegetahuan tentang pendidikan tauhid khususnya dalam kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Muhamad Shalih al-Jzairy serta dapat bermanfaat sebagai kontribusi pemikiran dalam upaya peningkatan pengetahuan tentang kajian tauhid dasar dalam Islam.

2. Kegunaan Praktis a. Bagi Penulis

(23)

b. Bagi Lembaga Pendidikan

Dapat menjadi bahan masukan dan pertimbanagan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan Islam pada lembaga-lembaga Islam. Khususnya seperti: Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah, TPA ataupun TPQ, sebagai pedoman dalam melaksaanakan dan meyakini tentang ke-Esa-an Allah dalam kehidupan sehari-hari untuk menuju kehidupan yang bahagia di akhirat.

E. Kajian Pustaka

Dari hasil penelusuran penulis, belum ada skripsi yang membahas tentang Analisis Pendidikan Tauhid dalam Kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Muhamad Shalih al-Jazairy. Tetapi terdapat beberapa skripsi yang di dalamya membahas tentang nilai-nilai pendidikan Tauhid, antara lain:

1. Skripsi yang di tulis oleh Syarifatun Nurul M, tahun 2016, IAIN

Salatiga, yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Kitab

„Aqidatul Awam Karya Sayid Ahmad Al-Marzuki”. Penelitian tersebut

(24)

pintu menuju kesuksesan hidup di dunia maupun akhirat, dan sebagai acuan dalam menciptakan akhlak yang baik.

2. Skripsi yang di tulis oleh Izun Ni‟mah, tahun 2015, Universitas Islam

Nahdlatul Ulama‟ (UNISU) Jepara, yang berjudul Studi Analisis

Pendidikan Tauhid dalam Buku “Siti Aisyah Keteguhan Tauhid Istri

Fir‟aun” Karya Yanuardi Syukur. Penelitian tersebut mendapatkan

kesimpulan bahwa pendidikan Tauhid sangat penting sekali dalam kehidupan sehari-hari. Dalam keadaan apapun senantiasa menjaga keteguhan tauhid perlu ditanamkan mulai sekarang, karena dengan adanya pengaruh globalisasi dan modernitas bisa memicu pudarnya pendidikan tauhid kualitas keimanan seseorang.

3. Skripsi yang di tulis oleh Nafissatus Saadah tahun 2018, IAIN Salatiga, yang berjudul “Nilai – nilai Pendidikan Tauhid dalam Kitab

Kifayatul „Awam Karya Syaikh Ibrahim Al-Bajuri”. Penelitian

tersebuat mendapatkan kesimpulan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pendidikan tauhid dalam kitab Kifayatul

„Awam sangat dibutuhkan dalam memahami Islam karena ilmu tauhid

(25)

yang saling bekerja sama dalam kebaikan dan taqwa dimana anggota masyarakatnya saling melarang dari perbuatan dosa dan permusuhan, semua berusaha untuk sukses menggapai ridha Allah SWT.

Pada dasarnya ketiga karya skripsi di atas dengan skripsi penulis yaitu sama-sama mengkaji konsep pendidikan tauhid dan menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library research), letak perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian terdahulu yaitu pada sumber kajian atau objek penelitiannya yaitu pada kitab Jawahirul Kalamiayah karya Syaikh Thahir bin Muhamad Shalih

al-Jazairy.

F. Kerangka Teori

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan kemungkinan terjadinya salah penafsiran terhadap apa yang terkandung dalam skripsi ini, maka penulis memperjelas dan membatasi uraian kajian tersebut sesuai yang dikehendaki oleh penulis, sebagai berikut:

1. Pengertian Pendidikan Tauhid

Istilah “pendidikan” dalam konteks Islam lebih banyak dikenal

dengan menggunakan term “at-tarbiyah, at-ta‟lim, at-ta‟dib, dan

(26)

Bila kita melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka kita harus melihat kepada kata “tarbiyah” dengan kata kerja “rabba”.

Kata “pengajaran” dalam bahasa Arabnya adalah “ta‟lim” dengan kata

kerjanya “ „allama”(Zakiah Dradjat, 2011:25).

Musthofa Al-Gholafani (1949: 185), berpendapat bahwa tarbiyah adalah penanaman etika yang mulia pada jiwa anak yang sedang tumbuh dengan cara memberi petunjuk dan nasehat, sehingga ia memiliki potensi-potensi dan kompetensi-kompetensi jiwa yang mantap, yang dapat membuahkan sifat-sifat bijak, baik, cinta akan kreasi, dan berguna bagi tanah airnya.

Menurut Ki Hajar Dewantara, sebagaimana yang dikutip oleh Suwarno (1985:2), pendidikan merupakan tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Sedangkan pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (KBBI, 2017: 263).

(27)

benar sehingga hal itu akan membimbing manusia ke arah yang lebih baik. Ada tiga unsur yang harus terdapat dalam proses pendidikan, yaitu: pendidik, peserta didik dan ilmu atau pesan yang disampaikan.

Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan ialah usaha sadar yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik dalam belajar melalui suatu kegiatan pengajaran, bimbingan dan latihan demi peranannya dimasa yang akan datang.

Menurut Syaikh Muhammad At-Tamimim (1997:13), tauhid adalah agama para Rasul yang karenanya mereka diutus kepada segenap hamba-Nya.

Begitu juga diungkapkan olah Muhamad Saleh Al Uttaimin (1985:15), bahwa Akidah atau tauhid ialah percaya kepada Allah, percaya kepada Malaikat, kitab-kitab suci yang diturunkan Allah, para Rasul utusan Allah dan percaya kepada hari kemudian (akhirat) serta iman akan kadar baik dan buruk.

Menurut Syeh M, Abduh, ilmu tauhid (ilmu kalam) ialah ilmu yang membicarakan tentang wujud Tuhan, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang boleh ada pada-Nya; membicarakan tentang Rasul, untuk menetapkan keutusan mereka, sifat-sifat yang boleh dipertautkan kepada mereka, dan sifat-sifat yang tidak mungkin terdapat pada mereka (Hanafi, 2003: 2).

(28)

yang ada pada Allah, sifat-sifat yang mustahil bagi Allah, tentang para Rasul utusan Allah, kitab-kitab yang Allah turunkan, malaikat-malaikat Allah, hari kiamat dan qada dan qadar.

2. Materi Pendidikan Tauhid

Islam adalah agama wahdaniyah, yang meliputi beberapa agama samawi. Islam mendokumentasikan ajarannya dalam Al-Qur‟an, dan

tauhid merupakan dasar dari beberapa agama samawi (Muhammad, 1969: 18).

Ajaran tauhid bukanlah monopoli ajaran Nabi Muhammad akan tetapi ajaran tauhid ini merupakan prinsip dasar dari semua ajaran agama samawi. Para Nabi dan Rasul diutus oleh Allah untuk menyeru kepada pengesaan Allah dan meninggalkan dalam penyembahan selain Allah. Walaupun semua Nabi dan Rasul membawa ajaran tauhid, namun ada perbedaan dalam pemaparan tentang prinsip-prinsip tauhid. Hal ini dikarenakan tingkat kedewasaan berfikir masing-masing umat berbeda sehingga Allah menyesuaikan tuntunan yang dianugrahkan kepada para Nabi-Nya sesuai dengan tingkat kedewasaan berfikir umat tersebut (Quraish Shihab, 1996: 19). Ilmu-ilmu tauhid dapat diperoleh dari beberapa sumber, antara lain:

a. Adanya Wujud Allah SWT

(29)

perbandingan dengan dimensi yang hak, memperhatikan tatanan dan peraturan alam serta berlangsungnya hukum sebab akibat sehingga manusia dapat sampai kepada suatu konklusi yang meyakinkan bahwa alam semesta ini mempunyai pencipta dan pencipta ini pasti wajibul wujud lagi Maha Mengetahui, Maha Bijaksana dan Maha Kuasa ( M. Hamdani, 2001: 15).

Bila kita perhatikan alam ini maka timbul kesan adanya persesuaian dengan kehidupan manusia dan makhluk lain. Persesuaian ini bukanlah suatu kebetulan melainkan menunjukkan adanya penciptaan yang rapi dan teratur yang berdasarkan ilmu dan kebijaksanaan; sebagaimana siang dan malam, matahari dan bulan, empat musim, hewan dan tumbuhan serta hujan. Semua ini sesuai dengan kehidupan manusia. Hal ini menampakkan kebijaksanaan Tuhan.

(30)

menghendaki supaya sebagian makhluk-Nya lebih tinggi dari pada yang lainnya.

Selain itu, seseorang bisa mengetahui keberadaan sesuatu tanpa harus melihatnya secara materi. Dalam kehidupan sehari-hari ini, seseorang bisa mengakui adanya angin dengan cara merasakannya dan melihat bekas-bekasnya. Seseorang mengakui adanya nyawa tanpa melihatnya sehingga hal ini cukup menguatkan asumsi bahwa untuk membuktikan adanya Tuhan tidak harus dengan pembuktian material.

b. Keesaan Allah SWT

Pendidikan tauhid berikutnya yaitu tentang keesaan Allah. Ajaran mengenai keesaan Allah ini, sudah diterangkan oleh para Rasul Allah sebelum Nabi Muhammad. Hal ini terlihat dari beberapa keterangan yang terdapat dalam Al-Qur‟an, misalnya

seruan Nabi Saleh (QS. Hud: 61), ajaran Nabi Syu‟aib (QS. Hud:

84), ajaran Nabi Musa (QS. Thaha: 13-14), ajaran Nabi Isa (QS. Al-Maidah: 72), dan Nabi lainnya mengajak kepada keesaan Allah SWT.

(31)

menjadi empat, yaitu: keesaan Zat, keesaan sifat, keesaan perbuatan, dan keesaan dalam beribadah kepada-Nya.

Yang dimaksud dengan Esa pada Zat ialah Zat Allah itu tidak tersusun dari beberapa bagian dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Esa pada sifat berarti Allah tidak sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh makhluk-Nya. Esa pada af‟al berarti tidak seorangpun yang memiliki perbuatan sebagaimana perbuatan Allah. Ia Maha Esa dan tidak ada sesembahan yang patut di sembah kecuali Allah SWT (M. Yusro, 1996: 41).

Dengan demikian dapat dipaham bahwa mulai Rasul pertama sampai generasi terakhir Nabi Muhamad hingga pewaris Nabi (ulama‟) telah mengajarkan tauhid yang seragam. Yang di namakan Esa dalam ajaran Islam adalah tidak atau bukan terdiri dari oknum ganda baik pada nama, sifat dan af‟al-Nya, tidak ada Tuhan selain Allah.

c. Hikmah Mengenal Allah SWT

Seorang yang mengenal sesuatu yang telah memberikan manfaat pada dirinya maka akan mempunyai kesan atau hikmah terhadap sesuatu itu. Demikian juga apabila seseoang mengenal Tuhan melalui akal dan hatinya maka ia akan merasakan buah kenikmatan dan keindahan yang tercermin dalam dirinya.

(32)

asas yang dijadikan standar dalam kehidupan rohani dan untuk mengenal Allah dengan cara: berfikir dan menganalisis makhluk Allah, dan mengenal terhadap nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT.

Sifat berkenalan dengan Tuhan menurut penjelasan Sutan Mansur (1981: 14) yaitu seseorang merasa berhadapan dengan Tuhan. Keadaan itu terasa benar-benar dalam diri bukan lagi berupa kira-kira atau meraba-raba. Seseorang merasakan dalam dirinya dan alam semesta dibawah pengawasan Tuhan dan Tuhan

itu memanggilnya suapaya berdo‟a, mengabdikan diri serta

mendekatkan diri kepada-Nya. Sseorang datang kepada-Nya dengan mengenal siapa Dia, Zat yang Maha Kuasa.

Pengalam ketauhidan yang tercermin pada diri manusia disebabkan seseorang telah mengetahui dan menginsafi kebenaran kedudukan Allah, ia menyadari akan keagunagan dan kebenaran-Nya sehingga dari sini segala apa yang dilakukan akan mengarahkan tujuan pandangannya ke arah yang baik dan benar.

Buah mengela (ma‟rifat) akan adanya Allah ini, diantaranya akan tersimpul dalam bentuk sikap sebagai berikut:

1) Adanya perasaan merdeka dalam jiwa dari kekuasaan orang lain.

(33)

3) Adanya sikap yakin, bahwa hanya Allahlah yang Maha Kuasa memberi rizki.

4) Dapat menimbulkan kekuatan moral pada manusia (kekuatan maknawiah) yang dapat menghubungkan manusia dengan sumber kebaikan dan kesempurnaan (Allah).

5) Adanya ketetapan hati dan ketenangan jiwa.

6) Allah memberikan kehidupan sejahtera kepada orang mukmin di dunia (Sayyid Sabiq, 1996: 133-1339).

(34)

3. Konsep Ajaran dan Dasar Tauhid a. Konsep Ajaran Tauhid

Terkait dengan konsep ajaran tauhid ini, dapat kita lihat ayat-ayat Allah yang sedikit banyak menyinggung tentang tauhid ini. Diantaranya adalah:

“Katakanlah, Dialah Allah, yang Maha Esa. Allah tempat meminta

segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada diperanakkan. Dan

tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.” (Q.S Al-Ikhlas: 1-4).

(demikian pula) para malaikat dan orang-orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha

Perkasa, Maha Bijaksana.” (Q.S. Ali Imron: 18).

“Sekiranya ada di langit dan di bumi Tuhan-Tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maha Suci Allah

yang mempunyai „arasy dari apa yang mereka sifatkan.” (Q.S.

(35)

Dari sini dapat kita lihat bahwa beriman kepada Allah SWT terwujud dalam 3 perkara: beriman kepada wujud Allah, beriman

kepada Asma‟ dan Sifat Allah.

b. Dasar Pendidikan Tauhid

Dasar merupakan fundamental dari suatu bangunan atau bagian yang menjadi sumber kekuatan. Ibarat pohon, dasarnya adalah akar. Maksud dari dasar pendidikan disini ialah pandangan yang mendasari seluruh aspek aktivitas pendidikan, karena pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan. Dasar pendidikan ialah nilai-nilai tertinggi yang dijadikan pandangan oleh suatu masyarakat itu berlaku sehingga dapat diketahui betapa penting keberadaan dasar pendidikan sebagai tempat pijakan.

(36)

merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat transcendental dan universal yaitu Al-Qur‟an dan Hadis.

Adapun uraian dasar pendidikan tauhid adalah sebagai berikut:

1) Al-Qur‟an

Di dalam Al-Qur‟an terdapat banyak ajaran yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan tauhid.

“Hai anakku, janaganlah kamu menyekutukan

Allah. Sesungguhnya mempersektutkan Allah itu adalah kezaliman yang besar. “(Q.S. Luqman:13)

(37)

Pada dasarnya semua Rasul yang diutus oleh Allah adalah untuk menegakkan kalimat tauhid. Sebagaimana firman Allah:

“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya “Bahwasannya tidak

ada Tuhan melainkan Aku maka semabahlah oleh mu sekalian

akan Aku.” (Q.S. Al-Anbiya‟: 25).

Ayat ini menjelaskan bahwa semua Rasul itu diutus oleh Allah untuk menegakkan kalimat tauhid. Tugas mereka yang paling pokok dan utama adalah menyeru manusia untuk bertauhid kepada Allah, dengan menyatakan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Seruan para Rasul itu tentu dengan melalui proses pendidikan, yaitu dengan memberi pengajaran tentang ketauhidan.

Pemberian pengajran tauhid pada diri manusia, pada hakikatnya adalah menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuan manusia dalam memahami tauhid tersebut. Sebab setiap manusia sudah dibekali fitrah tauhid oleh Allah.

2) Hadis

(38)

membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. Inilah tujuan pendidikan yang dicanangkan dalam Islam.

Dalam sejarah pendidikan Islam, Nabi Muhammad telah memberikan pendidikan secara menyeluruh di rumah-rumah dan di masjid-masjid. Salah satu rumah-rumah sahabat yang dijadiakn tempat berlangsungnya pendidikan yang pertama adalah rumahnya Arkam di Mekkah, sedangkan masjid yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran adalah masjid Nabawi di Madinah.

Adanya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan dilanjutkan oleh pengikutnya, merupakan realisasi sunnah Nabi Muhammad sendiri.

4. Macam-macam Tauhid a. Tauhid Rububiyah

Yaitu mengesakan Allah SWT dalam segala perbuatan-Nya, dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk, Allah berfirman :

“Allah menciptakan segala sesuatu…..” (QS. Az-Zumar: 62).

(39)

۞

melaikan Allah-lah yang memberi rizkinya,…..” (QS. Hud: 6).

Jadi, jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana pun yang menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakuin-Nya. Perhatikan alam semesta ini, baik yang di atas maupun yang di bawah dengan segala bagian-baginnya, kita pasti mendapati semua itu menunjukkan kepada pembuat, pencipta dan pemiliknya. Maka mengingkari di dalam akal dan hati terhadap pencipta semua itu, sama halnya mengingkari ilmu itu sendiri dan mencampakan, keduannya tidak berbeda (Shalih bin Fauzan, 2013: 19-22).

b. Tauhid Uluhiyah

Tauhid uluhiyah yaitu tauhid ibadah, karena ilah maknanya adalah ma‟bud (yang disembah). Maka tidak ada yang diseru dalam doa kecuali Allah SWT, tidak ada yang dimintai pertolongan kecuali Dia, tidak ada yang boleh dijadikan tempat bergantung kecuali Dia, tidak boleh menyembelih kurban atau bernadzar kecuali untuk-Nya, dan tidak boleh mengarahkan seluruh ibadah kecuali untuk-Nya dan karena-Nya semata (Shalih bin Fauzan, 2013: 45).

(40)

mengingkari tauhid uluhiyah dengan tauhid rububiyah yang yang mereka akui dan yakini.

c. Tauhid Asma‟ Wa Sifat

Tauhid asma‟ wa sifat yaitu beriman kepada nama-nama Allah SWT dan sifat-sifat-Nya, sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul-Nya menurut apa yang pantas bagi Allah SWT, tanpa ta‟wil dan ta‟thil, tanpa takyif dan tamtsil,

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia dan Dia

-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura:

11). (Shalih bin Fauzan, 2013: 99).

G. Metode Penelitian dan Pendekatan

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan (library research). Karena yang dijadikan objek kajian adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil dari pemikiran.

(41)

lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Moh. Nazi r, 1988: 63).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah Kualitatif Literer yaitu pendekatan yang tidak bisa diukur atau dinilai

dengan angka secara langsung. Dalam hal ini hendaknya diuraikan pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul Kalmiyah karya syaikh Thahir bin Muhamad Shalih al-Jazairy dan relevansinya dalam kehidupan umat Islam.

2. Sumber Data

Sumber data yang penulis kumpulkan yaitu bersumber pada literatur. Adapun yang menjadi sumber primer adalah kitab Jawahirul Kalamiyah dan terjemahannya karya Achamd Sunarto.

Kemudian yang menjadi data sekunder adalah terjemahan kitab

„Aqidatul Awam terjemahan Achmat Sunarto, buku Ilmu dan aplikasi

(42)

3. Tehnik Analisis Data

Macam – macam metode yang digunakan dalam menganalisis masalah adalah sebagai berikut:

a. Metode Deduktif

Meode deduktif adalah sesuatu yang dipanadang benar dalam peristiwa dalam suatu kelas atau jenis, berlaku pada hal yang benar pada semua peristiwa yang termasuk dalam kelas dan jenis. Hal ini adalah suatu proses berfikir dari pengetahuan yang bersifat umum dan berangkat dari pegetahuan tersebut, ditarik suatu pengetahuan yang khusus (Hadi, 1990: 26). Metode ini diguankan penulis untuk menganalisis pada bab III tentang pemikiran pendidikan tauhid Syaikh Tahir bin Shalih al-Jazairy dalam kitabnya yaitu Jawahirul Kalamiyah, kemudian di bab IV untuk menganalisis relevansi

pendidikan tauhid dalam kehidupan umat Islam. b. Metode Content Analysis

Metode Conten Analysis (analisis isi) menurut Weber sebagaimana diktip oleh Soejono (2005: 13), dalam bukunya yang berjudul: Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan,

adalah: “metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat

prosedur untuk mearik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku

atau dokumen”. Dengan menggunakan conten analysis ini penulis

(43)

kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Shalih al-Jazairy dan kaitanya dengan pendidikan tauhid.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun tekhnik pengumpulan data dalam penelitian skripsi ini adalah:

a. Library research (penelitian kepustakaan) yaitu peneliti

menggunakan teknik yang di peroleh dari perpustakaan dan dikumpulkan dari kitab-kitab dan buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian.

b. Literatur merupakan penelitian yang berupa catatan-catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang, Sugiyono (2005: 329). Sedangkan objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitab Jawahirul Kalamiyah karya syekah Thahir bin Shalih al-Jazairy.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi, secara menyeluruh terdapat lima bab untuk membahas Pendidikan Tauhid dalam Kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Shalih al-Jazairy. Untuk mempermudah penelitian, maka susunan sistematik sebagai berikut:

(44)

penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Pada BAB II berisi tentang Biografi Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy, murid-murid Syaikh Thahir bin Saleh ak-al-Jazairy, karya-karya Syekh Thahir bin Saleh al-Jazairy dan sistematika penulisan kitab Jawahirul Kalamiyah.

Pada BAB III bersisi tentang deskripsi pemikiran Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy dan isi pokok kitab Jawahirul Kalamiayah.

Pada BAB IV berisi tentang analisis pendidikan tauhid Dalam Kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy yang

membahas tentang pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul Kalamiyah serta relevansi pendidikan tauhid dalam kehidupan umat Islam.

Pada BAB V berisi Penutup, Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran-saran dan kalimat penutup yang sekiranya dianggap penting serta daftar pustaka.

BAB II

BIOGRAFI NASKAH

A. Biografi Pengarang Kitab Jawahirul Kalmiyah

1. Biografi Syekh Thahir bin Saleh al-Jazairy

(45)

ulama' bidang bahasa dan sastra pada zamannya. Ayahnya, seorang faqih bermazhab Maliki dan seorang mufti di Syam. Pada tahun 1263

H. Ayahnya pindah dari Aljazair ke Damaskus.

Syekh Thahir lahir di Syam pada tahun 1268 H. Bertepatan dengan tahun 1852 M. Beliau belajar di Madrasah al-Jaqmikiyah dan tamat bersama ustad Abdurrahman al-Bustany. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya belajar kepada Syekh Abdul Ghani al-Ghonimy al-Maidany (1222-1298 H). Beliau sangat suka mempelajari berbagai disiplin ilmu, antara lain Fisika, Matematika di samping keseriusannya dalam mempelajari ilmu yang berbahasa Arab dan ilmu-ilmu keislaman.

Ketika usianya sampai 30 tahun, beliau telah menguasai bahasa Arab, Persia, Turki dan Prancis. Beliau giat mancari dan mempelajari manuskrip-manuskrip kuno, untuk itu ia membantu berdirinya perpustakaan Dar al-Kutub al-Dzahiriyah di Damaskus dan perpustakaan al-Khalidiyah di Yerussalem.

Pada tahun 1325 H beliau pindah ke Mesir, kemudian ia kembali lagi ke Damaskus pada tahun 1338 H. lalu ia diangkat sebagai anggota al-Majma‟ al-Ilmiy al-Araby serta ditunjuk sebagai kepala perpustakaan Dar al-Kutub al-Dzahiry. Beliau wafat pada bulan

Rabi‟ul Awwal tahun 1338 H bertepatan dengan 1920 M. (

(46)

http://ponpesnusantara.blogspot.co.id/2014/06/biografi-syekh-thohir-bin-sholeh-al.html di akses pada juma‟at 23 maret 2018 pkl 21:29

WIB)

2. Murid-Muridnya Syekh Thair bin Saleh al-Jazairy yang terkenal

a. Syekh Jamaluddin al-Qosimy b. Syekh Abdul Razzak al-Baithari c. Syekh Salim al-Bukhary

d. Syekh Muhammad Kurdi Ali e. Syekh Muhibudin al-Khathibi f. Syekh Muhammad Said al-Bany

3. Karya-karya Syekh Thahir bin Saleh al- Jazairy

Syekh Thahir bin Saleh al-Jazairy telah menulis beberapa judul buku, diantaranya :

a. Al-Jawahir al-Kalamiyah fi idhah al-„aqidah al-Islamiyah

b. Tanbih al-Adzkiya‟ fi qishash al-Anbiya‟

c. Al-Tibyan li ba‟dhi mabahits al-muta‟allaqot bi al-Qur‟an

d. Taujih al-nazhari ila „ilm al-atsar

e. Al-Tafsir al-Kabir (terdiri dari 4 jilid dan tersimpan di perpustakaan al-Zhahiriyah)

(

http://ponpesnusantara.blogspot.co.id/2014/06/biografi-syekh-thohir-bin-sholeh-al.html di akses pada juma‟at 23 maret 2018 pkl 21:29

(47)

B. Sistematika Penulisan Kitab Jawahirul Kalamiya

Sistematika penulisan kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syekh Thahir bin Saleh al-Jazairy secara umum sama dengan kitab-kitab tauhid lainnya seperti sistematika penulisan dalam kitab Aqidatul Awam karya Sayid Ahmad Al- Marzuki, kitab Kifayatul Awam karya Asy Syeikh Muhammad Al-Fudloli, kitab Tijan Ad-Durori karya Syekh Ibrohim al-Banjuriy.

Halaman pertama dalam kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syekh Thahir bin Saleh al-Jazairy adalah judul buku, kemudian halaman berikutnya yaitu pengantar pengarang kitab yang berisi tentang kelebihan kitab tauhid Jawahirul Kalamiyah, halaman berikutnya yaitu muqadimah, kemudian halam berikutnya terdapat isi tentnag kitab Jawahirul Kalamiyah dan di halaman terakhir terdapat daftar isi. Adapun sistematika

penulisan kitab Jawahiul Kalamiyah terdapat 6 bab, dan di akhiri dengan penutup yang berisi tentang hal-hal yang penting yang berkaitan dengan ilmu tauhid.

Lebih singkatnya sistematika penulisan kitab Jawahirul Kalamiyah adalah sebagai berikut:

1. Pengantar Pengarang 2. Muqadimah

3. Pembahasan terdiri atas 6 bab yaitu:

(48)

Pada pembahasan pertama ini di jelaskan tentang iman kepada Allah secara global dan rinci, dan cara meyakini sifat-sifat Allah yaitu diantaranya : wujud, qidam,

baqo‟, muhalafah lil hawaditsi, qiwamuhu binafsihi,

wahdaniyyah, qudrah, iradah, ilmu, hayan, sama‟, bashar,

kalam.

b. Pembahsan kedua tentang Iman kepada Malaikat.

Pada pembahasan kedua di jelaskan tentang pengertian malaikat dan tugas-tugas malaikat.

c. Pembahasan ketiga tentang Iman Kepada Kitab-kitab Allah SWT.

Pada pembahsan ketiga dijelaskan tentang bagaiman cara meyakini kitab-kitab Allah SWT, bagaimana cara kia meyakini kitab-kitab Allah selain Al-Qur‟an yaitu kitab Taurat, kitab Zabur, dan kitab Injil. Serta alasan kitab

Al-Qur‟an menjadi mu‟jizat terbesar.

(49)

e. Pembahasan kelima tentang Iman Kepada Hari Akhir. Pada pembahsan kelima dijelaskan tentang pengertian hari akhir, hal-hal yang akan terjadi di hari akhir, syafa‟at Nabi Muhamad saw dan surga neraka. f. Pembahasan keenam tentang Iman Kepada Qadla dan

Qadar.

Pada pembahasan keenam ini dijelaskan tentang pengertian meyakini qadla dan qadar.

4. Penutup.

Dalam halaman penutup ini di jelaskan hal-hal yang penting dalam tauhid seperti halnya tentang firman Allah, cara kita mengenal Allah, tentanag dzat Allah, pengertian isra‟

mi‟raj, tentang surga neraka dan tentang Mujtahid.

5. Daftar Isi

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN SYAIKH THAHIR BIN SALEH AL-JAZAIRY

(50)

enam pembahasan (bab), ditambah satu pengantar dan satu penutup. Penjelasan/ringkasannya adalah sebagai berikut:

1. Muqadimah

Pada pembahasan ini membahas tentang pengertian Aqidah Islamiyyah, Islam, dan rukun iman. Aqidah Islamiyyah merupakan semua perkara yang harus diyakini oleh orang-orang Islam. Sedangkan Islam adalah pengakuan baik secara lisan/formal dan hati/informal tentang ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, dan tentunya meyakini kebenaran yang dibawakan oleh beliau. Dan sendi-sendi/rukun dari akidah Islam yakni rukun iman yang enam.

2. Bab I Tentang Iman kepada Allah SWT

Iman kepada Allah SWT secara global yaitu kita harus meyakini bahwa Allah SWT memiliki sifat yang sempurna dan Maha suci darisegala sifat kekurangan. Sedangkan iman kepada Allah secara rinci dijelaskan bahwa kita harus meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT mempunyai sifat : Wujud (ada), Terdahulu, Kekal, Berbeda dengan makhluk, Berdiri sendiri, Esa, Hidup, Mengetahui, Kuasa, Berkehendak, Mendengar, Melihat, dan Berfirman. Dia Maha Hidup, Maha Mengetahui, Maha Kuasa, Maha Berekehendak, Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Berfirman.

(51)

SWT membutuhkan yang lain, Allah memiliki sekutu, Allah lemah, Allah dipaksa, yakni ada sesuatu yang terjadi tanpa melalui kehendak –Nya, Allah bodoh dan lain sebagainya. Allah tidak mungkin memiliki sifat-sifat tersebut karena hal itu adalah merupakan sifat kekurangan, padahal Allah SWT hanya memiliki sifat kesempurnaan saja.

3. Bab II Tentang Iman Kepada Malaikat

Malaikat adalah suatu bentuk makhluk halus yang diciptakan dari cahaya. Mereka tidak makan dan tidak minum. Mereka adalah hamba Allah yang mulia. Mereka tidak pernah membantah segala yang diperintahkan kepadanya, bahkan mereka selalu siap melaksanakan apa yang diperintahkan. Sebagia malaikat ada yang bertugas manjadi penghubung antara Allah SWT dengan para Nabi dan Rasulnya seperti malaikat Jibril as. Ada juga malaikat yang bertugas manjaga hamba-hamba Allah SWT. Sebagian lagi ada yang bertugas mencatat semua amal hamba Allah, yang baik maupun yang buruk. Ada pula yang bertugas menjaga surga dan berbagai macam kenikmatannya. Ada lagi yang bertugas menjaga neraka dan berbagai macam siksa. Sebagian lagi ada yang ditugaskan untuk menyangga „arsy, dan ada lagi yang bertugas menyampaikan kepada hamba allah tentang segala macam hal yang berguna bagi mereka.

(52)

Kita harus yakin bahwa Allah SWT memiliki beberapa kitab yang diturunkan kepada para Nabi. Di dalam kitab-kitab itu dijelaskan perintah, larangan, janji dan ancaman Allah SWT.

Kitab-kitab Allah tersebut adalah merupakan hakikat dan firman Allah yang disampaikan tanpa diketahui bagaimana cara Allah berfirman, dan ia merupakan kitab yang diturunkan sebagai wahyu. Diantara kitab-kitab tersebut adalah : Taurot, Injil, Zabur dan Al-Qur‟an.

Kita harus yakin bahwa kitab Taurat adalah merupakan salah satu kitab Allah SWT yang telah diturunkan kepada Nabi musa as. Kitab taurat ini menjelaskan berbagai macam hukum syari‟at, aqidah-aqidah yang benar lagi diridlai, membawa berita gembira akan datangnya seorang Nabi dari kalangan kaum bani israil, yaitu Nabi Muhammad saw dan juga memberi petunjuk akan datangnya syari‟at baru yang membawa ke surga.

Kitrab Zabur adalah merupakan salah satu kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Dawud as. Kitab ini memuat beberapa do‟a, dzikir, nasehat, dan kata-kata mutiara. Kitab ini tidak menjelaskan tentang hukum-hukum syari‟at karena Nabi Dawud as ini diperintahkan mengikuti Nabi Musa as.

(53)

Kitab Al-Qur‟an adalah merupakan kitab Allah SWT yang paling mulia, yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi-Nya yang paling mulia yang diturunkan Allah Al-Qur‟an adalah merupakan kitab terakhir yang menggantikan kandungan kitab-kitab sebelumnya. Hukum-hukum yang termaktub di dalamnya akan kekal sampai hari kiamat, tidak mungkin mengalami perubahan dan penggantian. Kitab Al-Qur‟an ini merupakan bukti terbesar atas kenabian junjungan kita Nabi Muhammad saw.

Al-Qur‟an merupakan mukjizat terbesar karena Al-Qur‟an merupakan ayat yang dapat diterima akal dan kekal sepanjang masa yang setiap saat dapat disaksikan oleh mata fikiran. Sementara mukjizat yang lain, dia telah lenyap seiring dengan berlalunya waktu sehingga yang ada tinggallah ceritanya saja.

Keindahan Al-Qur‟an terletak pada susunan bahasanya yang begitu indah, jelas penuturannya dan tinggi nilai sastranya sehingga keluar dari jangkuan kemampuan manusia. Adapun keistimewaan-keistimewaan

Al-Qur‟an diantaranya sebagai berikut:

a. Al-Qur‟an menceritakan hal-hal yang ghaib yang memang terbukti sebagaimana diberitakan oleh kitab ini.

b. Al-Qur‟an tidak dapat membosankan meskipun didengar berualang kali. c. Al-Qur‟an memuat berbagai macam ilmu yang tidak didapat oleh bangsa

(54)

d. Al-Qur‟an menjelaskan tentang kejadian-kejadian di masa lalu dan hal ikhwal ummat terdahulu.

Sementara orang yang dituruni Al-Qur‟an (Nabi Muhammad saw) sendiri adalah orang yang tidak mengenal tuli menulis dan membaca (ummi), karena yang demikian ini tidak diperlukan oleh orang yang menerima wahyu, disamping kemukjizatan Al-Qur‟an dapat diterima dengan nyata.

5. Bab IV Tentang Iman Kepada Para Rasul

Iman kepda Rasul yaitu bahwa sesungguhnya Allah SWT memiliki beberapa Rasul yang Ia utus sebagai rahmat dan anugerah dari-Nya untuk memberi kabar gembira berupa pahala bagi orang yang berbuat kebajikan, dan memberikan peringatan berupa siksa kepada orang yang melakukan kejahatan, memberikan penjelasan kepada semua manusia tentang segala kebutuha untuk kepentingan agama dan dunia serta sesutau yang dapat menghantarkan mereka kepada suatu tingkatan yang tinggi.

Nabi adalah manusia yang di beri wahyu oleh Allah berupa syari‟at

agama meskipun ia tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada umatnya. Bila ia diperintahkan untuk menyampaikan kepada umatnya maka ia disebut juga Rasul. Jadi setiap rasul adalah nabi, dan tidak semua Nabi itu Rasul.

Jumlah para Nabi tidak dapat diketahui secara pasti. Adapun nama para Nabi yang dijelaskan pada al-quran ada dua puluh lima, yaitu : Adam,

(55)

Syu‟aib, Musa, Harun, Dzulkifli, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa‟, Yunus,

Zakaria, Yahya, Isa, Muhammad. Mereka semuanya adalah para Rasul juga. Mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa yang muncul dari diri seseorang yang mengaku menjadi Nabi yang sesuai dengan pengakuannya yang mampu memnjadi orang-orang yang mengingkarinya tidak berdaya untuk menandinginya.

Sihir adalah sesuatu yang luar biasa menurut pandangan mata dan itu bias ditandingi, karena sihir bias terjadi lantaran ada upaya. Siapa saja yang mempelajari dan menguasainya maka ia akan mampu melakukannya.

Sementara mukjizat adalah merupakan sesuatu yang benar-benar luar biasa yang tidak bisa ditandingi. Tukang sihir manapun tidak akan mungkin mampu melakukan sebagaimana yang dilakukan para Nabi.

Keramat adalah sesuatu yang luar biasa yang timbul dari diri seorang wali yang tidak disertai dengan pengakuan sebagai Nabi. Sedangkan mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa yang dibarengi dengan pengakuan sebagai Nabi.

Wali adalah seorang yang sangat mengenal Allah dan sifat-sifatnya sesuai kemampuannya, dia selalu mentaati segala perintah Allah dan selalu menjahui perbuatan maksiat dan perbuatan yang jelek serta berpaling dari segala kelezatan dan syahwat.

Ada empat sifat yang harus dimiliki para Nabi as yaitu :

(56)

c. Tabligh (menyampaikan segala perintah) d. Fathonah (cerdik)

Ada empat sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh para Nabi as yaitu :

a. Kadzib (dusta) b. „ishyan (durhaka)

c. Kitman (tidak menyampaikan perintah)

d. Ghaflah (pelupa)

Nabi kita Muhammad SAW dapat melebihi nabi-nabi yang lain karena beliau memiliki tiga sifat, yaitu :

a. Beliau adalah Nabi yang paling utama. b. Beliau diutus untuk sekalian umat manusia.

c. Beliau adalah Nabi terakhir sehingga tidak mungkin ada Nabi lain sesudah beliau.

(57)

dengan penjelasan yang amat sempurna sehingga sangat cocok untuk semua umat pada segala zaman, tempat dan keadaan.

Sebenarnya mukjizat Nabi Muhammad saw itu banyak sekali. Diantaranya adalah kitab Al-Qur‟an Al-Karim dimana Al-Qur‟an ini adalah merupakan ayat Allah yang paling agung, terbesar, termegah dan paling cemerlang. Tentang kehebatan Al-Qur‟an ini, telah disebutkan terdahulu.

Mukjizat Nabi Muhammad saw adalah memancarkan mata air dari

sela-sela jari tangan beliau saat beliau bersama para sahabatnya sedang dalam perjalanan. Ada lagi mukjizat beliau yaitu memperbanyak makanan yang hanya sedikit hingga mencukupi orang banyak.

6. Bab V Tentang Iman Kepada Hari Akhir

Hari akhir adalah hari yang maha hebat, sehingga karnanya anak kecilpun akan menjadi berubah. Pada hari itu semua orang dibangkitkan dari dalam kuburnya dan dikumpulkan disuatu tempat untuk dihisab amal perbuatannya, kemudian urusan mereka berakhir dengan mendapatkan nikmat atau adzab.Adapun yang dimaksud dengan iman kepada hari akhir adalah menyakini bahwa hari akhir (kiamat) pasti terjadi dan akan tampak jelas semuanya yang termuat dalam Al-Qur‟an dan hadits.

(58)

semua makhluk akan dihidupkan kembali seperti semula. Mereka akan dihisab dan ditimbang seluruh amal perbuatannya, kemudia menerima buku catatan amalnya. Ada yang menerima dengan tangan kanan dan ada yang menerima dengan tangan kiri. Kita harus yakin pula akan adanya jembatan (shirat), lalu orang-orang mukmin masuk surga tempat menerima kenikmatan, dan orang-orang kafir masuk neraka tempat menerima siksa yang amat pedih.

Status orang mukmin yang taat setelah dihisab amalnya, mereka akan masuk surga. Mereka kekal disana dengan berbagai kenikmatan yang sangat memuaskan.

Status orang kafir atau orang munafik setelah mereka dihisab amalnya, mereka akan masuk neraka. Mereka kekal disana dengan berbagai macam siksaan dan adzab yang tidak henti-hentinya.

Status orang mukmin yang durhaka setelah dihisab amalnya, jika Allah SWT. Berkenan mengampuni dosanya, sejak awal mereka akan masuk surga untuk selama-lamanya. Namun jika Allah SWT. Tidak berkenan mengampuninya, sejenak mereka akan disiksa dineraka sesuai dengan kadar dosanya, kemudian mereka dikeluarkan lalu dimasukkan ke surga untuk selama-lamanya.

(59)

pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan tidak pernah terbayang oleh hati manusia.

Neraka jahannam adalah tempat adzab yang abadi, suatu tempat yang didalamnya terdapat berbagai macam kepedihan yang tidak pernah terbayangkan oleh hati setiap manusia.

7. Bab VI Tentang Iman Kepada Qadla dan Qadar

Menyakini adanya qadla dan qadar yaitu kita harus yakin seyakin-yakinnya bahwa segala perbuatan manusia baik itu yang direncanakan seperti berdiri, duduk, makan dan minum, atau yang tidak direncanakan misalnya terjatuh, semua itu adalah karena kehendak dan takdir Allah SWT yang terjadi pada zaman azali (dahulu kala) dan Allah maha mengetahui sebelum waktu terjadinya.

(60)

8. Penutup Tentang Beberapa Hal yang Penting

Firman Allah SWT tidak dapat dipikir secara rasional karena akal kita sangat terbatas sehingga tidak mampu untuk menganalisa dzat sang pencipta yang maha suci lagi maha tinggi. Semua yang kita bayangkan dalam hati, Allah tidak seperti itu.

Cara untuk mengenal Allah dapat kita capai dengan mengenal sifat-sifatnya, yaitu : wujud, qidam, baqa‟, mukhalafah lil hawadist, qiyamuhu

binafsihi, wahdaniyah, hayat, ilmu,qudroh, iradah, sama‟,bashar dan kalam.

Yang paling utama setelah Nabi as adalah umat Nabi Muhammad saw diantara umat Muhammad yang paling utama adalah para sahabat. Mereka itulah orang-orang yang langsung bertemu dan beriman kepada Nabi Muhammad saw. Adapun sahabat nabi saw yang paling mulia adalah keempat khalifah, yakni Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ra.

Yang dimaksud dengan “isra‟” dan “mi‟raj”, isra‟ adalah perjalanan malam nabi Muhammad saw dari masjid Al-haram. Makkah sampai ke masjid Al-Aqsha Palestina. Masalah isra‟ ini telah dijelaskna dalam

Al-Qur‟an Al-Karim. Mikraj adalah naiknya Nabi Muhammad saw pada malam

(61)

Masalah isra‟ mikraj ini adalah merupakan hal yang boleh saja terjadi sebagai mana yang telah diberitahukan oleh seorang Nabi yang amat jujur. Oleh karenanya masalah ini harus diartikan apa adanya, sebab tidak aneh bagi Tuhan yang mampu menerbangkan burung-burung diangkasa dan menjadikan binatang-binatang bisa bergerak cepat dalam setiap detiknya yang tidak bisa ditembuh oleh manusia dalam waktu seratus tahun. Dia bisa mengangkat seorang kekasihnya yang telah dipilih melebihi semua manusia kelangit dalam waktu sekejab saja. Dialah yang maha berkuasa dan maha mengetahui segalanya.

Shadakah adalah merupakan hal yang sangat dianjurkan, sedang doa dan permohonan secara seksama kepada Allah SWT sangat diperintahkan. Kedua-duanya menurut Allah SWT bisa bermanfaat baik kepada yang masih hidup atau yang sudah mati.

Mujtahid adalah orang yang dapat menguasai dan memahami mayoritas

kaidah-kaidah agama berikut dalil-dalilnya dan mereka selalu melatihnya sehingga mereka memiliki kemampuan untuk memahami segala sesuatu yang dikehendaki oleh pembawa syari‟at (rasulullah). Sebenarnya mujtahid itu banyak sekali. Adapun yang disepakati untuk diikuti dan dipegang teguh pendapatnya ada empat madzhab, yaitu :

a. Imam Abu Hanifah an Nu‟man bin Tsabit. b. Imam Malik bin Anas.

(62)

Pada dasarnya para mujtahid tidak ada yang berbeda pendapat dalam pokok-pokok masalah agama dan induk cabang-cabangnya, karena telah ada dalil-dalil pasti. Mereka hanya berbeda pendapat dalam sebagian cabang-cabangnya saja lantaran tidak adanya dalil yang pasti. Oleh karenanya masing-masing mujtahid telah mencurahkan segala kemampuannya untuk menetapkan sebuah hukum yang bersumber dari Al-Qur‟an dan hadist sesuai yang ia ketahui.

Tanda-tanda hari kiamat yaitu tanda-tanda yang menunjukkan semakin dekatnya hari kiamat antara lain adalah munculnya dajjal, munculnya ya‟juj

ma‟juj, dan lain sebagainya.

(63)

BAB IV

ANALISIS PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB JAWAHIRUL KALAMIYAH

A. Analisis Penidikan Tauhid dalam Kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Saleh Al-Jazairy

Pendidikan tauhid dalam kitab Jawahirul Kalamiyah disampaikan dengan metode tanya jawab sehingga mempermudah pembaca dalam memahai isi kajian tauhid dalam kitab tersebut. Selain memberikan penjelasan tentang ilmu tauhid dasar, hampir setiap penjelasan di berikan contoh atau perumpamaan suatu peristiwa agar pembaca dapat lebih paham. Dalam kitab ini juga di terangkan bahwa setiap jawaban dari pertanyaan tentang ilmu tauhid dikuatkan dengan dalil-dalil Al-Qur‟an,

(64)

Pendidikan tauhid yang terdapat dalam kitab Jawahirul Kalamiyah karya Syaikh Thahir bin Saleh al-Jazairy mencakup materi

tentang keimanan. Karena iman merupakan dasar dari seluruh akidah Islam, maka modal utama menjadi seorang muslim yang taat haruslah beriman.

Iman artinya apa yang harus di imani orang Islam, karena iman

itu mengandung arti “membenarkan “, yaitu membenarkan dengan

seteguh hati dan menyatakan adanya Allah, para malaikat-Nya, para utusan-utusan-Nya, hari akhir, dan takdir yang baik dan buruk dari Allah SWT (Al-Marzuki, 2012: 11).

Akidah berasal dari kata „aqd yang berarti pengikatan. ُتْدَقَتْعا اَذَك

artinya “saya beri‟tiqad begini”. Maksudnya saya mengikuti hati

terhadap hal tersebut. Akidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang (Shalih bin Fauzan, 2013: 3). Akidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu. Sedangkan menurut syara‟ akidah yaitu iman kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para rasulNya dan kepad hari akhir serta kepada qadar yang baik maupun yang buruk (Shalih bin Fauzan, 2013: 3). Hal ini disebut juga sebagai rukun iman.

(65)

dengan kepercayaan yang teguh maka ia akan tunduk dan mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Kutipan yang menjelaskan pendidikan tauhid tentang pengertian akidah Islamiyah dalam kitab Jawahirul Kalamiyah adalah sebagai berikut:

اهتحصب نومزجي يا ملاسلاا لىااىدقتعي ىتلاروملاا ىى ةيملاسلاا ةديقعلا

ص:رىاط(

2

)

Jadi dapat di simpulkan bahwa Akidah Islamiyah adalah hal-hal yang harus diyakini oleh para penganutnya yakni mereka yang telah meyakini kebenarannya. Sedangkan Islam adalah pengakuan dengan lisan dan membenarkan dengan hati bahwa segala yang dibawa oleh Nabi kita Muhammad saw itu hak dan benar. Iman kepada Allah SWT ada 3 klasifikasi yaitu sebagai berikut:

1. Iman Taqlid

Iman taqlid yaitu mempercayai ke Esaan Allah SWT, karena mengikuti perkataan para Ulama tanpa mengetahui dalilnya. Iman seperti ini tidak dapat selamat dari goncangan hati apabila ada orang yang mempengaruhi meragukan hatinya.

2. Iman Hakiki

(66)

melepaskan ikatanyang kuat dalam hatinya, maka ia tidak akan terpengaruh.

3. Iman Istidlal

Iman istidlal yaitu menciptakan dalil atas segala ciptaan Allah SWT sebagai bukti adanya zat pencipta. Setiap bekas menunjukkan orang yang memberi bekas. Seperti halnya bangunan menunjukkan adanya orang yang membangun. Benda hasil produksi menunjukkan adanya pabrik yang memproduksi. Kotoran onta menunjukkan adanya onta. Ringkasnya bahwa adanya bekas tanpa pemberi bekas adalah mustahil (Al-Marzuki, 2012: 13).

Sedangkan rukun atau dasar akidah Islam di bagi menjadi 6 rukun yang akan di jelaskan sebagai berikut:

1. Iman Kepada Allah SWT

(67)

Kutipan yang menjelaskan tentang iman kepada Allah SWT dalam kitab Jawahirul Kalamiyah, adalah sebagai berikut:

ناميلاا

bahwa sesungguhnya Allah SWT memiliki sifat yang sempurna dan Maha Suci dari segala sifat kekurangan. Sedangkan iman kepada Allah secara rinci yaitu kita harus meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT mempunyai sifat: wujud (ada), terdahulu, kekal, berbeda dengan makhluknya, berdiri sendiri, esa, hidup, mengetahui, kuasa, berkehendak, mendengarkan, melihat, dan berfirman. Dia Maha hidup, Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Berfirman.

(68)

dan mustahil bagi-Nya segala sifat negative. Dan kekuasaan hanya milik Allah ketika Dia inggin membuat segala sesuatu yang mungkin atau meniadakannya.

Adapun penjelasan tentang 20 sifat wajib Allah SWT adalah sebagai berikut:

a. Wujud (ada)

Artinya adalah suatu keadaan yang harus dimiliki oleh suatu dzat selama dzat tersebut masih ada, dan keadaan semacam ini tidak bisa dibatasi suatu alasan (Muhammad Al-Fudloli, 2012: 28-29). Bukti bahwa Allah itu ada yaitu seluruh alam yang kita saksikan ini dengan segala isi dan kandungannya, adalah barang yang baru. Setiap yang baru pasti ada yang menciptakan. Karena itu, alam ini pun ada yang menciptakan (Husein Afandy, 1999: 20). Jadi semua benda yang ada di alam ini atau yang terkandung di dalamnya termasuk ciptaan Allah SWT, inilah yang dimaksud bahwa Allah SWT bersifat wujud.

Jadi, cara kita meyakini bahwa Allah itu ada yaitu dengan kita harus meyakini bahwa Allah itu ada. Karena keberadaan Allah hanya dengan Zatnya sendiri, tidak dengan perantara apapun. Keberadaan Allah adalah merupakan suatu hal yang wajib dan tidak mungkin Allah itu tidak ada.

(69)

Qidam artinya sesungguhnya Allah SWT tiada permulaan

bagi-Nya. Kebalikannya adalah sifat Al-Hudus (baru). Dalil

bahwasanya Allah bersifat terdahulu adalah “ Seandainya Allah

adalah sesuatu yang baru, maka tentunya Allah membutuhkan terhadap sesuatu yang menjadikannya (Ibrohim, 2014:6).

Jadi, cara kita meyakini bahwa Allah terdahulu yaitu kita harus meyakini bahwa sesungguhnya Allah itu yang paling awal adanya (qodim). Ia sudah ada sebelum adanya sesuatu dan terasa mustahil Allah tidak ada sesaat pun sepanjang waktu. Sesungguhnya keberadaan Allah SWT tidak ada yang mendahuluinya.

c. Baqa‟ (kekal)

Cara kita meyakini bahwa Allah itu kekal yaitu kita harus meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT itu kekal yang kekekalannya tidak ada hentinya. Ia tidak akan lenyap sama sekali dan sesaat pun ketiadaannya tidak akan ditemukan sepanjang masa.

d. Mukhalafah lil hawadits (berbeda dengan makhluknya)

Mukhalafah lil hawadits adalah Allah itu tidak sama

(70)

oleh semua makhluk seperti berjalan, duduk atau mempunyai susunan anggota badan (Muhammad Al-Fudloli, 2012:55).

Jadi, cara kita meyakini bahwa Allah SWT itu berbeda dengan makhluk-Nya yaitu kita harus meyakini bahwa sesungguhnya tidak ada suatu pun yang dapat menyamai Allah SWT baik dalam zat, sifat, dan perbuatan-Nya.

e. Qiyamuhu Bi Nafsihi (berdiri sendiri)

Qiyamuhu Bi Nafsihi adalah Allah tidak butuh pada zat

lain sebagai sandaran-Nya dan juga tidak butuh kepada yang menciptakan karena memang Dialah sang pencipta segala sesuatu (Muhammad Al-Fudloli, 2012: 59-60).

Jadi, cara kita meyakini bahwa Allah SWT itu berdiri sendiri yaitu kita harus meyakini bahwa Allah SWT tidak membutuhkan sesuatu apapun, Ia tidak butuh tempat tinggal dan sama sekalai tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya. Sebaliknya, Dialah yang dibutuhkan dan segalanya sangat membutuhkan kepada-Nya.

f. Wahdaniyyah (Esa)

Menurut Sayid Husain Afandi dalam kitab Khusnul Khamidiyah terjemahan Fadlil Said, menjelaskan bahwa dalam

(71)

hal-hal tersebut misalnya Allah tersusun dalam dzat, sifat-sifat atau sesuatu yang menyamai-Nya.

Cara meyakini bahwa Allah itu Esa yaitu dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah itu tidak ada yang menyekutui-Nya, tidak ada yang menyamai-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya, tidak ada yang menyaingi-Nya, dan tidak ada yang menentang-Nya.

g. Qudrat (berkuasa)

Cara meyakini bahwa Allah berkuasa adalah dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT memiliki sifat maha kuasa dan Ia berkuasa atas segala sesuatu.

h. Iradah (berkehendak)

Cara meyakini bahwa Allah SWT bersifat Iradah yaitu dengan cara meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT itu mempunyai kehendak dan Dia maha berkehendak dimana tidak akan terjadi sesuatu melainkan kehendak-Nya. Apapun yang dikehendaki Allah pasti akan terjadi dan apapun yang tidak dikehendaki-Nya maka tidak mungkin terjadi (Thahir, 2011: 27).

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk mufradnya ialah /al- ‘ākhiru / yaitu ism mazid (ism yang bertambah dari tiga huruf dasar) huruf kedua pada ism tersebut berupa alif tambahan. Adapun proses

Dalam konteks ini, Harun Nasution lebih menekankan pada aspek rohani atau dapat dikatakan lebih kepada norma agama. Pada dasarnya, semua agama didunia pasti mengajarkan

Zihaf: perubahan yang terjadi pada huruf kedua dari sabab, baik sabab tsaqil dengan mematikan huruf hidup, atau sabab Khafif dengan membuang huruf mati.. Huruf

pada penelitian ini, karena Kitab Fathul Qorib terdapat banyak sekali contoh huruf ‘Athaf dalam kalimat, sehingga pembaca dapat mengetahui dan memahami huruf ‘Athaf yang

Nya adalah ketika ia sepenuhnya tidak memiliki kehendak, tak punya tujuan, tak punya kebutuhan karena kehendak dan tujuannya hanya satu, yaitu Allah ´Azza wa

Sehubungan dengan itu penulis mencoba melakukan penelitian kepustakaan dalam kitab Al-Akhlaq li Al-Banin, berdasarkan hasil penelitian ini, dapat kami simpulkan

“Sekali -kali janganlah orang-orang yang kikir dalam harta benda yang dikaruniakan oleh Allah dari keutamaannya itu menyangka bahwa yang sedemikian itu baik bagi

menjelaskan waktu yang tepat untuk bersenggama pada malam hari tidak ditemukan dalam kitab-kitab hadits atau tidak jelas sumbernya. Hadits yang menjelaskan bahwa