Ilmu Pengetahuan pada Masa Abbasiyah
Add CommentTuesday, April 09, 2013
1. Astronomi
Ilmu astronomi, dalam Islam disebut ilmu falak. Ilmu astronomi adalah ilmu yang mempelajari benda-benda langit, seperti matahari, bulan bintang dan planet-planet lain. Ilmu ini ditemukan dalam waktu lama, sekitar 3000 tahun SM di Babylonia. Dalam perkembangan ilmu astronomi, muncullah sistem penanggalan.
Pentingnya ilmu astronomi, karena sangat mendukung penentuan waktu ibadah, terutama waktu salat, penentuan arah kiblat dan penanggalan Qamariyah. Khalifah Abu Ja'far Al-Mansur ketika menentukan letak ibukota yang ingin dibangunnya, menggunakan bantuan ilmu astronom. Beliau banyak dibantu oleh ahli astronomi dari India.
Ilmuwan muslim mendirikan observatorium yang dilengkapi peralatan yang maju. Di antara ilmuwan muslim dalam bidang ini adalah Ibrahim Al-Fazari (penemu astrolob/ alat pengukur tinggi dan jarak-jarak bintang), Nasiruddin Al-Thusi (pendiri Observatorium di Maragha, Asia kecil), dan Ali bin Isa Al-Usturlabi, tokoh pertama penulis risalah astrolobe. Selain itu juga muncul tokoh ilmu falak yaitu Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi, yang juga ahli dalam bidang matematika.
2. Kedokteran
Pada masa Dinasti Abbassiyah, ilmu kedokteran mendapatkan perhatian paling besar. Semua khalifah memiliki dokter pribadi. Dokter-dokter yang pada awalnya adalah ahli zimmah ini, banyak berjasa dalam menerjemahkan karya-karya kedokteran dari bahasa non-Arab. Pada masa khalifah Harun Al-Rasyid, tercatat sebanyak 800 orang dokter, yang mencerminkan kemajuan pengetahuan dalam bidang kedokteran.
Pada masa dinasti Abbasiyah didirikan rumah sakit yang juga dijadikan sebagai pusat kegiatan pengajaran ilmu kedokteran, sedangkan teorinya diajarkan di masjid dan madrasah. Ali bin Rabban at-Tabbari adalah orang pertama yang mengarang buku kedokteran yiatu Firdaus al-Hikmah (850 M).
Ilmuwan muslim yang terkenal dalam bidang kedokteran adalah Ibnu Sina (Abu Ali Husain bin Abdillah (370 – 439 H/980 – 1037 M). Dalam bidang ini, ia berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Dia menjadi terkenal, karena bukunya diterjemahkan di Eropa pada pertengahan kedua bad 15 M dan dijadikan pegangan dalam bidang kedokteran hingga sekarang. Dia adalah pengarang buku kedokteran Qanun fi al-Thibb.
3. Matematika
Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (194 – 266 H) adalah tokoh ilmuwan matematika yang menyusun buku aljabar, yaitu Al-Jabr wal-Muqabalah. Beliau juga menemukan angka nol. Angka 1 s.d 9 berasal dari India yang dikembangkan oleh dunia Arab, sehingga angka ini disebut dengan Angka Arab, kemudian setelah dipopulerkan oleh bangsa latin disebut angka latin.
Umar Khayyam (1048 – 1131 M) mengarah buku tentang aljabar, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis oleh F. Woepeke (1857), yaitu Reatise on Algabera.
4. Filsafat
Ilmu filsafat banyak diterjemahkan dari Yunani ke dalam bahasa Arab. Buku-buku yang diterjemahkan antara lain Categories, Pyssices dan Makna Maralia karya Aristoteles. Republik, Laws, da Timaeus karya Plato. Pada masa khalifah Harun Al-Rasyid dan Al-Makmun, kaum muslimin sibuk mempelajari ilmu filsafat, menerjemahkan dan mengadakan perubahan serta perbaikan sesuai ajaran Islam, sehingga muncul ilmu filsafat Islam. Ilmu filsafat Islam adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat yang ada, sebab asal dan hukumnya atau ketentuan-ketentuannya berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis.
Setelah penerjemahan buku-buku filsafat, dalam kurun waktu 50 tahun muncullah tokoh-tokoh filsafat Islam. Tokoh-tokoh filsafat yang dikenal pada masa ini, yaitu Al-Kindi, Al-Farabi dan Ibnu Rusyd.
Al-Kindi yang memiliki nama lengkap Abu Yusuf Ya'qub bin Ishak AL-Kindi, dikenal dengan sebutan Failasuf Al-Arabi (Filosof Arab), karena di adalah seorang tokoh keturunan Arab murni. Al-Kindi melakukan Islamisasi pemikiran Yunani.
Ibnu Rusyd dikenal dengan Averroes. Dia adalah pemikir filsafat Islam yang lahir di Cordova, Spanyol dan banyak berpengaruh di Eropa, sehingga di sana terdapat aliran yang disebut Avorroisme.
5. Arsitektur
Pada masa Daulah Bani Abbasiyah, banyak dibantun kota-kota baru di berbagai daerah.
Bagdad dibangun oleh Abu Ja'far Al-Mansur (754 – 775M)
Samara dibangun oleh Khalifah Al-Mu'tashim, yang kemudian dijadikan sebagai ibukota negara, setelah Bagdad
Qata'iu dibantun oleh Ahmad ibnu Thoulun (Gubernur Mesir) dan dijadikan sebagai ibuktoa wilayah Mesir.
Qahirah (Kairo) dibantun oleh panglima perang Dinasti Fatimiah yang bernama Jauhar AL-Katib as-Saqali, setelah menguasai mesir tahun 969
6. Tafsir
Tokoh yang disebut sebagai pemuka ahli tafsir adalah At-Tabari yang memiliki nama lengkap Abu Ja'far Muhammad at-Tabari. Beliau menyusun kitab tafsir berjudul Jami' Al-Bayan fi Tafsir Al-Qur'an
(Himpunan Penjelasan dalam Al_Qur'an). Corak penafsiran At-Tabari adalah tafsir bil ma'tsur (penafsiran dengan menyandarkan pada ayat Al-Qur'an, hadis dan ijtihad sahabat).
Setelah itu, banyak bermunculan tokoh mufassir (ahli tafsir). Metode yang digunakan pun berkembang menjadi metode tafsir bir-ra'yi (penafsiran dengan menyandarkan pada akal). Contoh: Mafatihul Gaib (karya Fakhruddin Ar-Razi).
7. Hadis
Hadis yang merupakan tradisi lisan sejak masa Rasulullah, sahabat hingga tabiin telah mengalami banyak permasalahan. Di antaranya adalah pemisahan antara hadis dengan qaul sahabat, klasifikasi hadis, dan pemalsuan hadis. Untuk mengatasi hal tersebut, para ulama melakukan penelusuran dan
pengklasifikasian hadis-hadis Rasul tersebut. Para tokoh ahli hadis telah menghimpun hadis-hadis rasul ke dalam berbagai kitab, berupa Sahih, Sunan dan Musnad.
Kitab Induk Hadis). Adapun kitab musnad disusun oleh Ahmad bin Hanbal, Musa Al-Abasi, Musaddad al-Basri Asad bin Musa dan Nu'aim bin Hamad al-khaza'i.
8. Fikih
Perkembangan ilmu fikih melahirkan aliran dalam mazhab. Empat mazhab yang terkenal adalah Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali.
1. Imam Hanafi (699 M – 776 M / 80 H – 150 H)
Lahir di Kufah dan meninggal di Bagdad. Ia mendalami ilmu hadis, tafsir dan fikih. Dalam menetapkan suatu hukum, ia menggunakan beberapa dasar, yaitu Al_Qur'an, hdis, fatwa sahabat,, qias, istihsan, ijma' dan urf. Karyanya yang terkenal yaitu Al-Faraid (membahas tentang warisan), Asy-Syurut (membahas tentang perjanjian), dan AL-Fiqhul Akbr yang membahas tentang ilmu kalam.
2. Imam Malik (93 H – 170 H) memiliki nama lengkap Malik bin Anas Al-Asbahi. Ia seorang perawi hadis yang dipandang paling tsiqqah (terpercaya) di Madinah. Keahliannya dalam bidang hadis menjadi dasar pemahaman fikihnya. Ia mengembangkan pola pemikiran fikih ra'yu (penalaran), yang banyak digunakan di Madinah yaitu memadukan antara nas-nas dan berbagai maslahan. Hal itu sejalan dengan asar (sikap) para sahabat. Metode ini banyak digunakan oleh Umar bin Khattab dalam prinsip maslahat. Imam Malik menggunakan beebrapa dasar yaitu Al-Qur'an , Hadis, praktik keagamaan masyarakat Madinah, fatwa sahabat, kias maslahah mursalah, istihsan dan az-zarra'i. Karya terbesar Imam Malik adalah Al-Muwatta'.
3. Imam Syafi'i (767 M – 820 M),
Lahir di Gaza dan meninggal di Kairo. Hidup pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid, Al-Amin, an Al-ma'mun. Dalam menetapkan hukum Imam syafi'i menggunakan dasar AL-Qur'an, Hadis, ijma' kias, dan istidlal (penalaran). Karyanya adalah Ar-Risalah (tentang Usul Fikih), Al-Umm (tentang fikih menyeluruh), Al-Musnad (berisi beberapa hadis), dan Ikhtilaful Hadis (perselisihan dalam hadis)
4. Imam Hanbali (780 M - 855 M)
Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan pada Masa Daulah Abbasiyah
Wahai pemuda-pemudi muslim yang cerdas, kisah dan sejarah yang akan disajikan pada artikel
ini merupakan kisah terhebat dalam sejarah peradaban Islam. Kisah yang dimaksud itu adalah
mengenai tumbuh kembangnya ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah yang berpusat di
kota Bagdad, Irak.
Puncak dari masa keemasan tersebut ditandai dengan tumbuh suburnya ilmu pengetahuan pada
abad ke-8. Saat itu para ilmuwan muslim sangat produktif dan juga menjadi pelopor
perkembangan ilmu pengetahuan di dunia. Subhanallah.
Popularitas Daulah Abbasiyah mencapai puncaknya pada zaman Khalifah Harun ar-Rasyid dan
putera beliau bernama Al-Ma’mun. Kekayaan negara dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh Raja
Harun ar-Rasyid untuk keperluan sosial, mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter,
dan farmasi. Pada masa itu sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Di samping itu,
pemandian-pemandian umum juga dibangun di Bagdad.
Bidang kesejahteraan, pendidikan, ilmu
pengetahuan, sosial, kesehatan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman
keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menjadi negara terkuat dan tak tertandingi.
Al-Ma’mun, penerus Harun ar-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat mencintai ilmu filsafat.
Pada masa pemerintahan Al-Ma’mun, penerjemahan buku-buku asing sangat digalakkan. Untuk
menerjemahkan buku-buku Yunani, ia membayar mahal penerjemah-penerjemah dari golongan
Kristen dan penganut agama lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah-sekolah. Salah
satu karya besar ada masa pemerintahannya yang terpenting adalah pembangunan
Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang sekaligus berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan
perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma’mun inilah Bagdad mulai menjadi pusat kebudayaan
dan ilmu pengetahuan di dunia.
ilmuwan muslimin. Hal ini dilakukan karena al-Qur’an dan Hadis menjadi sumber inspirasi dan
motivasi. Akankah masa kejayaan dan kemajuan tersebut pada saatnya bisa terulang kembali?
Jawabannya tentu ada pada benak kalian pemuda dan pemudi muslim
Ilmu Pengetahuan Masa Dinasti Abbasiyah
Beberapa hal yang dilakukan Abbasiyah (750 – 1258 M) dalam menampilkan
diri sebagai Dinasti yang berkuasa adalah dengan memberikan berbagai
kebijakan sebagai berikut :
1.
Menampilkan diri sebagai pelindung agama. Khalifah adalah
bayang-bayang Tuhan di muka bumi. Mereka menggunakan gelar agamis
seperti, al-Hadi, al-Rasyid, al-Ma’mun, al-Amin, dan sebagainya.
2.
Islam mengajarkan persamaan, tiada beda antara Arab dan Non-Arab,
bahkan orang Persia yang menjadi tulang punggung Negara dan wazir
dari keluarga Barmaki.
3.
Abbasiyah menghentikan perluasan wilayah, bahkan otonomi daerah
semakin diperbesar, yang bisa dikatakan federasi “Negara” muslim.
Mulailah dikenal istilah Malik dan Sultan sebagai penguasa yang
dilantik oleh Khalifah.
4.
Al-Ma’mun menjadikan pemikiran Mu’tazilah sebagai mazhab Negara.
Hal ini berimplikasi luas, yaitu proses masuknya pemikiran intelektual
Yunani ke dalam dunia Islam. Di sinilah mulai kebangkitan peradaban
dan intelektual Islam, sehingga dunia barat belajar banyak dari Islam.
Tokoh Ilmuwan Pada Masa Dinasti Abbasiyyah
Tokoh-tokoh ilmuwan masa Dinasti Abbasiyyah antara lain :
1.
Ahli Filsafat : al-Kindi (801-873 M), al-Farabi (wafat 950 M), Ibn Sina
(wafat 1037 M), Ibn Miskawaih dan Ibn Rusyd (wafat 1198 M)
2.
Ahli sains : al-Farghani (wafat 870 M).
3.
Ahli Astronomi : al-Biruni (973-1050 M), al-Thusi (wafat 1274 M).
5.
Ahli kedokteran : at-Thabari, al-Razi, dan Ibnu Sina sebagai bapak
kedokteran.
6.
Ahli kimia : Jabir bin Hayyan (wafat 813 M) dan Zakariyya al-Razi (abad
8 M).
7.
Ahli optika : Ibn Haitsam (wafat 1039 M).
8.
Ahli geografi : al-Ya’qubi dan al-Mas’udi.
9.
Ahli Ilmu hewan : Ikhwan al-Shafa, Amr ibn Bahr al-Jahiz (776-868 M).
10.
Ahli akidah dan syariah : Ibnu Taimiyah, Maliki, Hanafi, Hambali, Syafi’i
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dinasti Bani Abbasiyah
Najibblog, Berdirinya bani abbasiyah dikarenakan pada masa pemerintahan Bani Umaiyyah pada masa pemerintahan khalifah Hisyam ibn abdi al-Malik muncul kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan bani umayyah. Kekuatan itu berasal dari kalangan bani hasyim yang dipelopori keturunan al-Abbas ibn abd al-muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari golongan syiah dan kaum mawali yang merasa di kelas duakan oleh pemerintahan bani umayyah. Pada waktu itu ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran, akhirnya pada tahun 132 H (750 M) tumbanglah daulah umayyah dengan terbunuhnya khalifah terakhir yaitu Marwan bin Muhammad dan pada tahun itu berdirilah kekuasaan dinasti bani abbas atau khalifah abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw., dinasti abbasiyah didirikan oleh Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang dari tahun 132 H sampai dengan 656 H. selama berkuasa pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, social dan budaya.
Perkembangan Ilmu dan Ilmuwan yang berpengaruh pada masa Dinasti Bani Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah merupakan salah satu dinasti Islam yang sangat peduli dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan. Upaya ini mendapat tanggapan yang sangat baik dari para ilmuwan. Sebab
fasilitas yang diberikan adalah pembangunan pusat-pusat riset dan terjemah seperti baitul hikmah, majelis munadzarah dan pusat-pusat study lainnya.
Bidang-bidang ilmu pengetahuan umum yang berkembang antara lain:
a. Filsafat
Proses penerjemahan yang dilakukan umat Islam pada masa dinasti bani abbasiyah mengalami kemajuan cukup besar. Para penerjemah tidak hanya menerjemahkan ilmu pengetahuan dan peradaban bangsa-bangsa Yunani, Romawi, Persia, Syiuria tetapi juga mencoba mentransfernya ke dalam bentuk pemikiran. Diantara tokoh yang member andil dalam perkembangan ilmu dan filsafat Islam adalah: Al-Kindi, Abu Nasr al-Faraby, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail, al-Ghazali dan Ibnu Rusyd.
b. Ilmu Kalam
Menurut A. Hasimy lahirnya ilmu kalam karena dua factor: pertama, untuk membela Islam dengan bersenjatakan filsafat. Kedua, karena semua masalah termasuk masalah agama telah berkisar dari pola rasa kepada pola akal dan ilmu. Diantara tokoh ilmu kalam yaitu: wasil bin Atha’, Baqilani, Asy’ary, Ghazali, Sajastani dan lain-lain.
c. Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran merupakan salah satu ilmu yang mengalami perkembangan yang sangat pesat pada masa Bani Abbasiyah pada masa itu telan didirikan apotek pertama di dunia, dan juga telah didirikan sekolah farmasi. Tokoh-tokoh Islam yang terkenal dalam dunia kedokteran antara lain Al-Razi dan Ibnu Sina.
d. Ilmu Kimia
Ilmu kimia juga termasuk salah satu ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh kaum muslimin. Dalam bidang ini mereka memperkenalkan eksperimen obyektif. Hal ini merupakan suatu perbaikan yang tegas dari cara spekulasi yang ragu-ragu dari Yunani. Mereka melakukan pemeriksaan dari gejala-gejala dan mengumpulkan kenyataan-kenyataan untuk membuat hipotesa dan untuk mencari kesimpulan-kesimpulan yang benar-benar berdasarkan ilmu pengetahuan diantara tokoh kimia yaitu: Jabir bin Hayyan.
e. Ilmu Hisab
Diantara ilmu yang dikembangkan pada masa pemerintahan abbasiyah adalah ilmu hisab atau
al-Khawarizmi.
f. Sejarah
Pada masa ini sejarah masih terfokus pada tokoh atau peristiwa tertentu, misalnya sejarah hidup nabi Muhammad. Ilmuwan dalam bidang ini adalah Muhammad bin Sa’ad, Muhammad bin Ishaq
g. Ilmu Bumi
Ahli ilmu bumi pertama adalah Hisyam al-Kalbi, yang terkenal pada abad ke-9 M, khususnya dalam studynya mengenai bidang kawasan arab.
h. Astronomi
Tokoh astronomi Islam pertama adalah Muhammad al-fazani dan dikenal sebagai pembuat astrolob atau alat yang pergunakan untuk mempelajari ilmu perbintangan pertama di kalangan muslim. Selain al-Fazani banyak ahli astronomi yang bermunculan diantaranya adalah muhammad bin Musa al-Khawarizmi al-Farghani al-Bathiani, al-biruni, Abdurrahman al-Sufi.
Selain ilmu pengetahuan umum dinasti abbasiyah juga memperhatikan pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan antara lain:
a. Ilmu Hadis
Diantara tokoh yang terkenal di bidang ini adalah imam bukhari, hasil karyanya yaitu kitab Jami’ al-Shahih al-Bukhari. Imam muslim hasil karyanya yaitukitab al-Jami’ al-shahih al-muslim, ibnu majjah, abu daud, at-tirmidzi dan al-nasa’i.
b. Ilmu Tafsir
Terdapat dua cara yang ditempuh oleh para mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Pertama, metode tafsir bil ma’tsur yaitu metode penafsiran oleh sekelompok mufassir dengan cara member penafsiran al-Qur’an dengan hadits dan penjelasan para sahabat. Kedua, metode tafsir bi al-ra’yi yaitu penafsiran al-Qur’an dengan menggunakan akal lebih banyak dari pada hadits. Diantara tokoh-tokoh mufassir adalah imam al-Thabary, al-sud’a muqatil bin Sulaiman.
c. Ilmu Fiqih
d. Ilmu Tasawuf
Kecenderungan pemikiran yang bersifat filosofi menimbulkan gejolak pemikiran diantara umat islam, sehingga banyak diantara para pemikir muslim mencoba mencari bentuk gerakan lain seperti tasawuf. Tokoh sufi yang terkenal yaitu Imam al-Ghazali diantara karyanya dalam ilmu tasawuf adalah ihya ulum al-din.
Referensi :