• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PEMERINTAH TURKI DALAM MENGATASI GERAKAN SEPARATISME SUKU KURDI TAHUN 1984-2007 Disusun oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA PEMERINTAH TURKI DALAM MENGATASI GERAKAN SEPARATISME SUKU KURDI TAHUN 1984-2007 Disusun oleh:"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

UPAYA PEMERINTAH TURKI DALAM MENGATASI GERAKAN

SEPARATISME SUKU KURDI TAHUN 1984-2007

Disusun oleh:

SKRIPSI

Oleh:

ANDINA SARI HANDAYANI

K4408013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

iii

UPAYA PEMERINTAH TURKI DALAM MENGATASI GERAKAN

SEPARATISME SUKU KURDI TAHUN 1984-2007

Oleh:

ANDINA SARI HANDAYANI

K4408013

Skripsi

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(4)

commit to user

(5)

commit to user

(6)

commit to user

vi ABSTRAK

Andina Sari Handayani. K4408013. UPAYA PEMERINTAH TURKI DALAM MENGATASI GERAKAN SEPARATISME SUKU KURDI TAHUN 1984-2007. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Desember 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan: (1) Latar belakang gerakan separatisme suku Kurdi di negara Turki; (2) Gerakan separatisme suku kurdi di negara Turki; dan (3) Dampak dan upaya pemerintah Turki dalam mengatasi gerakan separatisme suku Kurdi.

Penelitian ini menggunakan metode historis dengan langkah-langkah heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa sumber primer dan sumber sekunder. Teknik pengumpulan data adalah teknik studi pustaka dengan menggunakan sistem resume katalog atau komputer dan memanfaatkan internet. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis historis dengan melakukan kritik ekstern dan intern.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan, Pertama, gerakan separatisme Kurdi di Turki untuk mendapatkan otonomi dimulai 21 Maret 1984 saat dilarangnya perayaan Nevros (perayaan tahun baru suku Kurdi). Larangan ini merupakan tanda dimulainya aktivitas gerilyawan Partiya Karkeren Kurdistan (PKK) dalam memperoleh hak-hak etnis mereka dan menuntut pemberian wilayah otonom di Turki bagian tenggara. Kedua, gerakan separatisme suku Kurdi di Turki dihimpun dalam PKK. Partai ini menjadi wadah aspirasi dan perjuangan suku Kurdi dalam memperjuangkan hak-hak untuk mempertahankan identitas, sistem budaya, dan otonomi daerah Kurdistan di Turki. Ketiga, kebijakan pemerintah Turki mengenai pengurangan sanksi negatif terhadap PKK dalam bidang sosial budaya, perekonomian, dan hukum belum dapat menyelesaikan konflik antara pemerintah dan etnis Kurdi.

(7)

commit to user

vii

ABSTRACK

Andina Sari Handayani. K4408013. THE EFFORTS BY TURKISH

GOVERNMENT TO FIGHT FOR KURDS SEPARATISM IN 1984-2007.

Thesis, Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta. December 2012.

This study aimed to describe: (1) Background ethnic Kurdish separatist movement in the country of Turkey; (2) Ethnic Kurdish separatist movements in the country of Turkey; and (3) The Impact and the Turkish government's efforts in addressing the tribal Kurdish separatist movement.

This study uses historical method with heuristic measures, criticism, interpretation, and historiography. The sources of data used in this study in the form of primary and secondary sources. The data collection technique is the technique of literature by using the system catalogs or computers and resume use of the Internet. The data analysis technique used is the historical analysis technique with external and internal criticism.

Based on this research can be concluded, First, the Kurdish separatist movement in Turkey for autonomy began March 21, 1984, when the ban celebrations Nevros (Kurdish new year celebration). This ban is a sign of the start of insurgent activity Partiya Karkeren Kurdistan (PKK) in obtaining their rights and demanding the provision of ethnic autonomous areas in southeastern Turkey. Second, the Kurdish separatist movement in Turkey gathered in the PKK. This party into containers aspirations and struggle in striving Kurds rights to keep identity, cultural systems, and autonomous Kurdistan region in Turkey. Third, the Turkish government policy on reducing negative sanctions against the PKK in the field of socio-cultural, economic, and law can not resolve the conflict between the government and ethnic Kurds.

(8)

commit to user

viii MOTTO

Perjuangkanlah apa yang menjadi keinginanmu jika memang itu yang terbaik dan bermanfaat untukmu, maka raihlah dengan cara terbaik pula. Jangan pernah putus asa jika belum pernah mencoba, yakinlah bahwa Allah selalu memberikan

yang terbaik bagi setiap umat- NYA

(penulis)

Perdamaian tidak dapat dijaga dengan kekuatan. Hal tersebut hanya dapat diraih dengan suatu pengertian

(Einstein)

Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga, mereka

(9)

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur atas Rahmat Allah SWT, ku persembahkan karya ini untuk :

Bapak dan Ibu

Terima kasih untuk semua kasih sayang yang tak terbatas, do a dan

harapan yang selalu disertakan untukku. Semua ini tak berarti tanpa dukungan

Bapak dan Ibu

Adikku Dicka

Terima kasih untuk adikku yang selalu memberi dukungan untuk

menyelesaikan skripsi ini dan canda tawamu sebagai penghibur penat hari-hariku.

My Fighter

Terimakasih telah memberikan semangat, kesabaran, cinta dan sayangnya

selama ini yang selalu tercurah dalam membimbingku

.

Sahabat-sahabat Ku Tersayang

Cahyaningrum, Anita, Dessy F, Endah, Lina, Mas Umar, Mas Sigit, Mas

Didik dan Mbak Desi terima kasih atas semangat dan bimbinganya selama ini.

Semoga persahabatan kita tidak berakhir sampai disini.

Terima kasih untuk semua teman- hari-hari yang

telah kita lewati bersama, perjuangan, kerjasama, dan semangatnya.

(10)

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat UPAYA PEMERINTAH TURKI

DALAM MENGATASI GERAKAN SEPARATISME SUKU KURDI

TAHUN 1984-2007

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjan pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan ijin dalam penyusunan skripsi.

3. Ketua Program Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan pengarahan dan ijin atas penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Tri Yuniyanto, M.Hum selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Ayah, Ibu, Dicka, sahabat-sahabatku dan semua keluarga tercinta yang

senantiasa memberi doa, semangat, dukungan dan kasih sayang.

(11)

commit to user

(12)

commit to user

(13)

commit to user

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

... ii

HALAMAN PENGAJUAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMA ABSTRAK ... vi

HALAMAN ABSTRACK ... vii

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI . ... xii

DAFTAR BAGAN ... ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D.Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI... 9

A.Tinjauan Pustaka ... 9

1. Perjuangan ... 9

2. Suku Kurdi ... 14

3. Konflik ... 16

4. Gerakan 5. Kebijakan ... 31

(14)

commit to user

xiv

BAB III METODE PENELITIA 43

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

B. Metode Penelitian ... 44

C. Sumber Data ... 45

D.Teknik Pengumpulan Data ... 47

E. Teknik Analisis Data ... 48

F. Prosedur Penelitian ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A.Profil Negara Turki ... 55

B. Latar Belakang Gerakan Separatisme Suku Kurdi di Negara Turki Sejak Tahun 1984... 60

C. Gerakan Separatisme Suku Kurdi di Turki Tahun 1984-1984 69 D.Dampak dan Upaya Pemerintah Turki dalam Mengatasi Gerakan Sparatisme Suku Kurdi ... 73

1. Upaya Pemaksaan Fisik ... 75

a) Sistem Benteng Desa ... 76

b) Operasi Militer Besar-besaran dengan Persenjataan Canggih dan Pesawat Tempur ... 78

2. Upaya Pengurangan Sanksi Negatif... 82

a) Bidang Sosial Budaya... 83

b) Bidang Perekonomian ... 85

c) Bidang Hukum ... 86

3. Upaya Pemerintah Turki Dalam Bentuk Kerjasama Dengan Negara-negara Lain... 87

a) Kerjasama dengan Iran... 88

b) Kerjasama dengan Irak ... 89

c) Kerasama dengan Suriah ... 90

4. Dampak Gerakan Separatisme... 92

a) Bagi Turki... 92

(15)

commit to user

xv

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 93

A.Simpulan ... 93

B. Implikasi ... 95

C. Saran ... 97

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR BAGAN

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Wilayah Negara Turki ... 106

Lampiran 2: Wilayah Kurdistan ... 107

Lampiran 3: Militan PKK terlihat di sebuah Kamp di Irak ... 108

Lampiran 4: Abdullah Ocalan Pimpinan PKK saat ditangkap tahun 1999 ... 109

Lampiran 5: Serangan Udara Turki untuk Kurdi di Irak ... 110

Lampiran 6: Jet Tempur Tentara Turki untu menyerang PKK dan Gambar Bendera PKK ... 111

Lampiran 7: Mountain Turks: State Ideology and the Kurds in Turkey 112 Lampiran 8: Sejarah Panjang Perjuangan Etnis Kurdi di Turki 120 Lampiran 9: A Revolutionary Kurdish Mullah from Turki: Mehmed Emin Bozarlan and His Intelectual Evolution... 134

Lampiran 10: Bom Bunuh Diri Di Turki ... 143

Lampiran 11: Kurdi Tembak Helikopter Kurdi... 144

Lampiran 12: Tragedi Bangsa Kurdi ... 145

Lampiran 13: Kurdi-Turki, Serangan Bertujuan Perbaiki Citra AKP .... 147

Lampiran 14: Turki Desak Irak Soal Kurdi ... 148

Lampiran 15: Surat Ijin Menyusun Skripsi dari Jurusan ... 149

(18)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Separatise memang menjadi masalah internasional yang cukup sensitif. Menurut data, sejak tahun 1950-an, sekitar 70 kelompok etnis yang terkonsentrasi di dalam sebuah wilayah geografis tertentu, terlibat dalam perjuangan senjata bagi penentuan nasib sendiri atau gerakan separatise. Angka tersebut tentu saja lebih tinggi dari perang antar-negara yang terjadi sejak akhir Perang Dunia ke-2.

Peradaban Islam dengan pengaruh Arab dan Persia menjadi warisan yang mendalam bagi masyarakat Turki sebagai peninggalan Dinasti Usmani. Islam di masa kekhalifahan diterapkan sebagai agama yang mengatur hubungan antara manusia sebagai makhluk dengan Allah SWT sebagai Khalik, Sang Pencipta, dan juga suatu sistem sosial yang melandasi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Islam yang muncul di Jazirah Arab dan telah berkembang lama di wilayah Persia, berkembang di wilayah kekuasaan Kekhalifahan Turki dengan membawa peradaban dua bangsa tersebut. Perkembangan selanjutnya memperlihatkan pengaruh yang kuat kedua peradaban tersebut ke dalam kebudayaan bangsa Turki. Kondisi ini menimbulkan kekeliruan pada masyarakat awam yang sering menganggap bahwa bangsa Turki sama dengan bangsa Arab. Suatu anggapan yang keliru yang selalu ingin diluruskan oleh bangsa Turki sejak tumbuhnya nasionalisme pada abad ke-19. Selanjutnya, arah modernisasi yang berkiblat ke Barat telah menyerap unsur-unsur budaya Barat yang dianggap modern. Campuran peradaban Turki, Islam dan Barat, inilah yang telah mewarnai identitas masyarakat Turki.

Dalam konteks pergulatan kekuatan politik antara dua kelompok yang berseberangan, masalah penyitaan atensi dan interes publik adalah elemen krusial. Unsur pers atau media, segmen asing, penyertaan emosional (emotional attachment), heroisme kultural lokal, dan kehadiran simbol-simbol negara

(19)

commit to user

internasional tentang adanya realitas domestik sebuah negara. Separatise mudah tersublimasi dalam domestic constraint yang memengaruhi opini publik dan sikap pemerintah. Relevansi diplomasi dalam penanganan isu separatise terbatas pada upaya meyakinkan publik internasional tentang tidak adanya alasan bagi mereka untuk mendelegitimasi sikap tegas pemerintah dalam menumpas gerakan separatise.

Pasca Perang Dunia I pada tahun 1918, dengan kekalahan pihak Sentral yang didukung oleh Turki, Imperium Turki Usmani mengalami masa kemunduran yang sangat menyedihkan. Satu persatu wilayah kekuasaan yang jauh dari pusat membebaskan diri dari kekuasaan Turki Usmani. Bahkan lebih buruk lagi negara-negara sekutu berupaya membagi-bagi wilayah kekuasaan Turki untuk dijadikan negara koloni mereka. Kondisi porak porandanya Imperium menumbuhkan semangat nasionalisme pada generasi muda Turki ketika itu. Politik Kemalis ingin memutuskan hubungan Turki dengan sejarahnya yang lalu supaya Turki dapat masuk dalam peradaban Barat. Oleh karena itulah penghapusan kekhalifahan merupakan agenda pertama yang dilaksanakan. Pada tanggal 1 November 1922 Dewan Agung Nasional pimpinan Mustafa Kemal menghapuskan kekhalifahan. Selanjutnya pada tanggal 13 Oktober 1923 memindahkan pusat pemerintahan dari Istanbul ke Ankara. Akhirnya Dewan Nasional Agung pada tanggal 29 Oktober 1923 memproklamasikan terbentuknya negara Republik Turki dan mengangkat Mustafa Kemal sebagai Presiden Republik Turki (Zurser, Erik J, 2003).

(20)

commit to user

dan Lebanon serta ada juga yang telah hijrah dan menetap di Eropa, Amerika dan Australia (http://swaramuslim.com/islam/more).

Setelah meniadakan kekhalifahan, politik Kemalisme menghapuskan lembaga-lembaga syariah, meskipun sebenarnya peranan lembaga ini sudah sangat dibatasi oleh para pembaru Kerajaan Usmani. Bagi Kemalis, syariat adalah benteng terakhir yang masih tersisa dari sistem keagamaan tradisional. Lebih lanjut, Kemalis menutup sekolah-sekolah madrasah yang sudah ada sejak tahun 1300-an sebagai suatu lembaga pendidikan Islam. Setelah adanya perubahan-perubahan pemerintahan dalam negara Turki tersebut, segera terlihat bahwa konstitusi yang diterapkan meniru pola-pola negara Eropa. Kemudian muncul berbagai perubahan besar-besaran di Turki diantaranya adalah diberlakukanya hak umum bagi warga Negara Turki, yakni menegaskan kebebasan dan hak-hak istimewa warga negara seperti terjadi di Barat. Dengan demikian, isi konstitusi ini merupakan kerangka Hukum bagi negara Turki baru. Ini adalah karakteristik kecenderungan Turki baru bahwa konstitusinya meniru pola demokrasi barat (http://www.seputarindonesia.com).

Turki pada masa Kemal Pasha mengalami perubahan radikal, bahkan dengan revolusioner dari orde lama ke orde baru. Kemal dengan negara barunya memperlihatkan kecenderungan yang sangat berbeda. Ia menegaskan bahwa Turki sebagai republik baru harus memperjuangkan cita-cita demokrasi seperti barat. Dari sinilah awal konflik dimulai antara Suku Kurdi dengan pemerintah Turki hal tersebut diakibatkan kebebasan yang berlaku hanya untuk kaum mayoritas bukan untuk kaum minoritas seperti Suku Kurdi. Dari semula perjanjian Server 1925 suku Kurdi diberikan suatu wilayah yang otonom tapi sejak masa Kemal hak-hak kaum Kurdi mulai dibatasi (Lord. Kinross, 1979).

(21)

commit to user

dapat menyababkan perpecahan suatu negara. Hal tersebut merupakan gambaran yang terjadi di Turki.

Sejak tahun 1984 hingga saat ini, pemerintah Turki masih belum bisa mengatasi aksi para separatisme Kurdi yang telah banyak memakan korban baik dari Turki sendiri maupun kaum Kurdi. Etnis Kurdi di Turki menginginkan perubahan terhadap nasib mereka kemudian menuntut hak-hak yang semestinya mereka terima, baik hak secara etnis minoritas maupun dalam skala yang lebih luas yakni sebagai bangsa. Pemerintah Turki menganggap tuntutan tersebut sebagai ancaman terhadap wilayah kedaulatan negara dan harus segera ditindaklanjuti. Bagaimanapun juga konflik antara Turki dengan etnis Kurdi harus bisa diredam agar tidak memakan lebih banyak korban jiwa dan kerugian lainnya.

Salah satu negara yang juga mengalami permasalahan tersebut adalah Turki. Masalah Turki dengan etnis Kurdi tidak bisa dianggap remeh. Dalam konteks tradisi negara Turki mempengaruhi kebijakan yang mereka ambil terhadap suku kurdi. Dalam perkembangannya suku Kurdi melakukan gerakan separatise dan mempengaruhi kedaulatan negara.

Separatisme Kurdi merupakan konflik di Turki yang terjadi semenjak 15 Agustus 1984 karena pemerintah Turki tidak menghargai hak-hak kultural dan identitas kaum Kurdi. Hukum ditegakkan hanya untuk menyingkirkan kaum Kurdi. Semua upaya diberlakukan untuk membatasi ruang gerak sosio-politis bangsa Kurdi. Serangan yang terjadi di Diyarbakir, Turki, pada 12 September

Rumah, Damai di Dunia hanyalah sekadar motto bagi negara Turki (Sigit Jadmiko, 2009).

Penyebaran suku kurdi terkosentrasi di wilayah Turki bagian

(22)

commit to user

Negara Darurat Kurdistan di wilayah Turki pada tahun 1922-1924 dan Republik Mahabad Kurdistan tahun 1946 tetapi dapat dihancurkan oleh militer Turki. Dampaknya sejak tahun 1924 Turki melarang penggunaan bahasa Kurdi di tempat umum. Operasi militer besar-besaran terus dilakukan untuk menumpas gerakan pro kemerdekaan yang mengakibatkan ribuan jiwa kehilangan nyawa. Hingga saat ini konflik antara kedua belah pihak masih terus berlangsung dan terus memakan korban.

Republik Turki, sejak berdirinya telah menetapkan perdamaian sebagai pilar utama di negaranya. Damai secara realistis dan konsisten yang dipandu oleh prinsip at Home and Peace Abroad (damai di rumah dan perdamaian di dunia internasional) ditetapkan oleh Mustafa Kemal Pasha Atatürk. Turki melaksanakan kebijakan luar negeri yang merupakan generator keamanan dan stabilitas di kawasan dan sekitarnya berdasarkan sekuler demokratis dan sistem politik, ekonomi hidup dan mendamaikan tradisi modernitas dengan identitas budaya (Zurser, Erik J, 2003).

(23)

commit to user

Suku Kurdi mencita-citakan negara Kurdistan merdeka yang sekuler dan demokratis. Suku Kurdi yang tersebar di Turki, Iran, Irak, dan Suriah sebagai minoritas etnis sehingga kepentingan bangsa Kurdi diabaikan oleh pemerintah masing-masing negara tersebut. Suku Kurdi ingin memisahkan diri dari negara induk masing-masing dan bercita-cita mendirikan Negara Kurdistan.

Turki ingin membantu mengamankan dan memelihara perdamaian, kemakmuran, stabilitas dan kerjasama lingkungan yang kondusif bagi pembangunan manusia di dalam negeri dan dunia internasional. Namun, cita-cita Turki tidak selamanya mulus. Pengalaman sejarah telah membuktikan peliknya permasalah yang dihadapi oleh Turki terkait dengan perlawanan separatisme yang terus belangsung merongrong stabilitas negara. Serangkaian pemberontakan suku kuedi untuk melepaskan wilayah Kurdistan dari Turki namun akhirnya gagal.

Konflik tersebut tidak hanya menjadi masalah di tingkat nasional tetapi juga di tingkat Regional dan Internasional. Dampak yang ditimbulkan di tingkat regional adalah, menegangnya hubungan antara Turki dan Irak akibat operasi militer lintas batas yang dilakukan Turki ke wilayah Irak bagian utara pada akhir tahun 2006 dan pada tanggal 17 Oktober 2007 di sahkanya Undang-undang yang mengijinkan angkatan bersenjata Turki untuk melakukan serangan lintas batas guna melumpuhkan serangkaian pemberontakan yang dilakukan oleh para separatisme kurdi yang terkenal sebagai Partiya Kankerran Kurdistan (PKK). Operasi tersebut dimaksudkan untuk menumpas gerakan separatisme Kurdi terutama PKK (Partiya Karkeran Kurdistan).

(24)

commit to user

Berdasarkan latar belakang dari fenomena diatas, maka penulis tertarik dalam mengkaji mengenai Sejarah Upaya Pemerintah Turki Dalam Mengatasi

Gerakan Separatisme Suku Kurdi Tahun 1984-2007 .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah latar belakang gerakan separatisme Suku Kurdi di negara Turki sejak tahun 1984 ?

2. Bagaimanakah gerakan separatisme Suku Kurdi di negara Turki tahun 1984-2007 ?

3. Bagaimanakah dampak dan upaya pemerintah Turki dalam mengatasi gerakan separatisme Suku Kurdi tahun 1984-2007 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah untuk mengetahui :

1. Latar belakang gerakan separatisme suku Kurdi di negara Turki sejak tahun 1984.

2. Gerakan separatisme Suku Kurdi di negara Turki tahun 1984-2007.

3. Dampak dan upaya pemerintah Turki dalam mengatasi gerakan separatisme Suku Kurdi tahun 1984-2007.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai gerakan separatisme suku kurdi di negara Turki.

(25)

commit to user

c. Dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian yang sejenis secara lebih mendalam.

2. Manfaat Praktis

a. Memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendididikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Memberikan sumbangan terhadap penelitian selanjutnya, khususnya dalam sejarah luar negeri Turki dan negara Timur Tengah lainnya.

(26)

commit to user

Menurut Wojowasito (1972), perjuangan barasal dari kata

maksudnya. Perjuangan juga diartikan sebagai usaha untuk mencapai suatu maksud. Perjuangan mengandung unsur usaha dan tujuan. Usaha ini dimaksud sebagai cara dan ikhtiar yang digunakan dalam proses untuk mencari yang diinginkan. Sedangkan tujuan merupakan sasaran akhir setiap usaha yang dilakukan, baik oleh individu maupun kelompok (hlm.25).

Menurut Maurice Deverger (1988), mendefinisikan perjuangan dari berbagai sudut pandang, yaitu:

1) Kaum Konsevatif tradisioanal menganggap bahwa perjuangan adalah usaha untuk merebut kekuasaan dan menempatkan elite (mereka yang mampu melaksanakan kekuasaan) melawan massa (mereka yang menolak untuk mengakui superioritasalami dari elite dan haknya untuk memerintah).

2) Kaum Liberal melihat perjuangan dalam bidang politik sama perjuangan ekonomi yaitu sebagai suatu bentuk struggle for life yang secara mendasar menempaklan suatu spesies tertentu melawan yang lain.

3) Kaum Marxis melihat perjuagan disebabkan oleh perjuangan kelas yaitu pertentangan antara kelompok social yang terjadi dalam masyarakat karenaadanya perbedaan kepentingan (hlm.171-178).

(27)

commit to user

mempergunakan keadaan agar eksistensinya tetap subur dan berkembang (hlm.9).

Dari berbagai pengertian tentang perjuangan di atas, dapat disimpulkan bahwa perjuangan adalah suatu usaha atau ikhtiar yang dilakukan individu maupun kelompok untuk mencapai suatu maksud dan tujuan yang diharapkan. Perjuangan yang dilakukan oleh suku kurdi berjuang untuk memperoleh hak-haknya yang dibatasi oleh pemerintah Turki serta mempertahankan identitas dan sistem budaya suku Kurdi.

b. Macam-macam Perjuangan

Maurice Deverger (1988), menyebutkan perjuagan dalam dua bentuk yaitu perjuangan terbuka dan perjuangan diam-diam, berkaitan dengan dua tipe rezim politik terbesar. Dalam demokrasi, perjuangan politik terjadi secara terbuka, disaksikan secara penuh oleh publik. Sedangkan dalam rezim Aristokrasi, perjuangan diam-diam harus dilakukan dengan sembunyi-sembunyi dan ditutup-tutupi (hlm.315).

Perjuangan dikategorikan dalam dua wujud atau bentuk, yaitu perjuangan fisik dan nonfisik. Perjuangan fisik adalah suatu bentuk usaha perlawanan untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan benda, baik berupa senjata maupun benda-benda lain yang digunakan. Sedangkan perjuangan nonfisik adalah suatu usaha ikhtiar dan perlawanan dalam mencapai tujuan yang diinginkan tanpa menggunakan benda sebagai sarananya. Perjuangan nonfisik lepas dari kekerasan aktual dan lebih mengarah pada usaha yang bersifat damai (Max Weber, 1985).

(28)

commit to user

diderita jika dibandingkan dengan perjuangan yang menggunakan kekerasan.

Perjuangan fisik lebih mengarah konfrontasi fisik dalam mencapai tujuan. Pertempuran, peperangan, penggulingan kekuasaan dengan kudeta, bentrokan bersebjata merupakan contoh perjuan fisik, banyak contong kearah negatif seperti kematian, cacat seumur hidup, kerusakan harta benda, kehilangan keluarga bahka habisnya populasi penduduk di suatu wilayah. Sarana perjuangan fisik dapat berupa senjata-senjata tajam, benda-benda tumpul, senjata-senjata-senjata-senjata api, bahkan senjata-senjata yang sangat mematikan lainnya yaitu nuklir.

Perjuangan suku Kurdi untuk memperoleh hak-hak dan otonomi sebagai warga negara Turki lebih condong pada perjuangan fisik dengan seringnya terjadi peperangan dan melawan pemerintah Turki yang juga mengerahkan kekuatan militernya untuk melumpuhkan gerakan separatisme Suku Kurdi. Akibat yang ditimbulkan dari seringnya terjadi pertempuran antara kedua belah pihak banyak terjadi korban jiwa dan banyak orang-orang yang kehilangan tempat tinggal.

c. Faktr-Faktor Penunjang Keberhasilan Perjuangan

Menurut Sukarno (1984), besar kecilnya keberhasilan dan kemauan untuk berjuang dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, di antaranya adalah:

1) Menarik tidaknya tujuan atau cita-cita yang memanggil.

2) Adanya rasa mampu, rasa biasa, rasa sanggup di kalangan massa itu.

3) Adanya tenaga atau kekuatan yang ada di dalam individu maupun kelompok massa (hlm. 6).

(29)

commit to user

kemauan, adanya rasa optimis akan tercapainya tujuan dan rasa mampu untuk melakukannya. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu maupun kelompok yang mendukung poerjuangan. Faktor-faktor tersebut dapat berupa materi dan nonmateri. Materi sebagai contohnya adalah keuangan, sarana dan prasarana dalam perjuangan, sedangkan nonmateri dapat berwujud dukungan.

Gerakan-gerakan separatisme di Turki telah menjadi duri dalam daging bagi proses integrasi Negara Turki. Perjuangan Kurdi ini bernama Kurdistan Workers Party ( Partiya Karkeran Kurdistan: PKK), yang berbasis di Turki bagian Tenggara dan dianggap sebagai tanah air bangsa Kurdi, dimana mereka menyatakan pemerintahan sendiri, dan melancarkan kampanye serta serangan bersenjata kepada pemerintah Turki. Aktifitas-aktifitas para gerilyawan PKK ini selain banyak melancarkan serangan kepada pemerintah Turki, juga menyerang warga sipil Turki yang dianggap tidak mau bekerjasama dengan PKK. Pada dasarnya keinginan bangsa kurdi menginginkan agar hak-hak etnis Kurdi dikembalikan termasuk hak otonom wilayah Kurdi. Pemerintah menganggap hal ini adalah sebuah pemberontakan dan harus dilumpuhkan agar tidak mengganggu instabilitas Negara Turki sendiri.

2. Suku Kurdi

a. Pengertian Etnis

Menurut Alo Liliweri (2001), etnisitas berhubungan dengan konsep tentang etnis, antara lain :

1) etnichos

digunakan untuk menerangkan keberadaan sekelompok penyembah berhala atau kafir. Dalam perkembangannya, istilah etnis mengacu pada kelompok yang diasumsikan sebagai yang fanatik dengan ideologinya.

(30)

commit to user

3) Etnosentrisme merupakan sikap emosional semua kelomok etnis, suku bangsa agama, atau golongan yang merasa etnisnyasuperior daripada etnis lainnya.

4) Etnografi adalah salah satu bidang antropologi yang mempelajari secara deskriptif suatu kelompok etnis tertentu.

5) Etnologi mempelajari perbandingan kebudayaan kontemporer dan masa lalu dan suatu etnis.

Menurut Kamus Indonesia Kontemporer (1991), etnis berkenaan dengan perbedaan kelompok dalam suatu masyarakat yang didasarkan atas adat istiadat, bahasa, kebudayaan atau sejarahnya (hlm. 409).

Menurut Barth dan Zastrow yang dikutip Alo Liliweri, etnis adalah himpunan manusia karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa ataupu kombinasi dari kategori tersebut yang terkait pada system nilai budayanya (hlm.335).

Menurut Narroll yang dikutip Fredrik Barth (1988), kelompok etnis dikenal sebagai populasi yang :

1) Secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan.

2) Mempunyai nilai-nilai yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya.

3) Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri.

4) Menentukan ciri-ciri kelompok sendiri yang diterima oleh keolmpok lain dan dapat dibedakan dalam kelompok populasi lain (hlm.11).

(31)

commit to user

Menurut Koentjaraningrat (1990), suku bangsa atau dalam bahasa Inggris ethnic group (kelompok etnis) adalah suatu golongan

Kesadaran dan identitas seringkali dikuatkan oleh kesatuan bahasa (hlm.264).

Fredrik Bart (1988), mendefinisikan kelompok etnis adalah suatu kelompok yang terbentuk karenaadanya ciri yang ditentukan oleh kelompok itu sendiri, yang kemudian membentuk pola tersendiri dalam hubungan interaksi antara sesamanya (hlm.10).

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa wtnis atau kelompok etnis adalah suatu kelompok yang didasarkan pada kesamaan asal-usul, adat istiadat, bahasa, kebudayaan dan wilayah yang ditandai oleh persamaan ikatan batin diantara anggotanya.

Melihat dari beberapa pengertian etnis dapat disimpulkan bahwa suku Kurdi adalah sebagai suatu kelompok etnis di Turki selain etnis Arab dan etnis minoritas lainnya. Suku Kurdi sebagai kelompok etnis mempunyai kesamaan asal-usul, adat istiadat, bahasa (Kurmanji dan Sorani/Kurdi), kebudayaan, dan wilayah.

b. Suku Kurdi

kesatuan social yang yang dapat dibedakan dari kesatuan social lain berdasarkan perbedaan kebudayaan (hlm.77). menurut Koentjaraningrat (1990), suku bangsa dalam bahasa Inggris ethnic group (kelompok etnis) adalah suatu golongan manusia yang terkait kesadaran dan identitas akan

(32)

commit to user

Suku Kurdi merupakan suatu kelompok etnis di Turki selain etnis Arab dan etnis minoritas Turkoman serta Assirya. Suku Kurdi adalah suatu kelompok etnis Indo-Eropa (Indo European tribes) yang mayoritas menganut agama Islam Sunni dan tinggal di Wilayah Turki bagian Utara. Wilayah orang-orang Kurdi meliputi beberapa Negara seperti Iran, Irak, dan Suriah. Suku Kurdi berasal dari bangsa Medes yang masuk ke Parsi dari tahun 614 sampai 550 sebelum Masehi. Suku Kurdi sebagai kelompok etnis memiliki bahasa sendiri yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari yakni Kurmanji dan Sorani/kurdi. Suku Kurdi merupakan etnis yang relatif tua, tetapi kesadaran terhadap wilayah sebagai tempat mereka tinggal baru muncul belakangan dan terlambat sebagai konsekuensi atas kultur tradisional nomaden, yang hidup berpindah-pindah sambil ternak dan bertani. Pasca Perang Dunia I, ketika Negara-negara mulai menetapkan garis perbatasan, barulah kesadaran wilayah suku Kurdi muncul, terutama karena terdesak dan terpaksa meninggalkan pola hidup tradisionalnya, serta mulai hidup menetap (M.Riza Sihbudi, 1991).

(33)

commit to user

kurdi yaitu membentuk sebuag negara yang otonom bagi bangsa Kurdi (M.Riza Sihbudi, 1991).

3. Konflik

a. Pengertian Konflik

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terdapat adanya suatu konflik baik konflik sosial maupun konflik politik atas dasar kepentingan atau perbedaan.

Menurut D.O.C Hendropuspito (1989) pengertian konflik adalah :

Kata konflik berasal dari kata Latin confligere yang berarti

didefinisikan sebagai suatu proses sosial di mana dua orang atau kelompok berusaha untuk menyingkirkan pihak lain dengan (hlm. 247).

Menurut Soerjono Soekanto (1990), pertentangan atau pertikaian (konflik) adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannnya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan (hlm. 98-99).

Dalam Kamus Bahasa Indonesia W. J. S. Poerwodarminto (1990), konflik diartikan dengan percecokan, perselisihan, pertentangan yang terjadi pada satu tokoh atau lebih. Konflik dapat terjadi karena ketidaksesuaian ide atau ketidakcocokan suatu paham atau kepentingan (hlm. 45).

(34)

commit to user

(1988 : 210) yang mengutip pendapat Lewis A. Coser menyatakan bahwa konflik adalah perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan berkenaan dengan status, kuasa, dan sumber-sumber kekayaan yang persediaannya tidak mencukupi, dimana pihak-pihak yang berselisih tidak hanya bermaksud untuk memperoleh barang yang diinginkan melainkan juga memojokkan, merugikan atau menghancurkan lawan.

Kartini Kartono (1990) memberikan rumusan mengenai konflik yaitu semua benturan, tabrakan, ketidaksesuain, ketidakserasian, pertentangan, perkelahian, oposisi dan interaksi yang antagonistis bertentangan (hlm.173).

Clinton F. Fink dalam Kartini Kartono (1988 : 173) mendefinisikan konflik sebagai berikut :

a. Konflik ialah relasi-relasi psikologis yang antagonistis, berkaitan dengan tujuan-tujuan yang tidak bias disesuaikan, interest-interest eksklusif dan tidak bias dipertemukan, sikap-sikap emosional yang bermusuhan, dan struktur-struktur nilai yang berbeda.

b. Konflik ialah interaksi yang antagonistis, mencakup: tingkah laku lahiriah yang tampak jelas, mulai dari bentuk-bentuk perlawanan halus terkontrol, tidak langsung; sampai pada bentuk perlawanan terbuka, kekerasan, perjuangan tidak terkontrol, benturan latent, pemogokan, huru-hara, makar, gerilya perang dan lain-lain.

Dari berbagai pendapat tentang pengertian konflik diatas, maka dapat disimpulkan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang antagonistis terjadi sebagai akibat perbedaan paham atau perselisihan tentang tuntutan terhadap suatu nilai tertentu antara pihak-pihak yang sedang berselisih, sehingga menimbulkan usaha untuk menjatuhkan pihak lawan guna mencapai perubahan yang dikehendaki kelompoknya.

(35)

commit to user

Turki ingin mengamankan sumber minyaknya yang merupakan penghasilan utama dan menjaga integritas bangsanya. Karena merasa tuntutannya tidak terpenuhi, maka suku Kurdi melancarkan perlawanan hingga terjadi beberapa kali peperangan antara kedua belah pihak.

b. Sebab-Sebab Timbulnya Konflik

Menurut Abu Ahmadi (1975), konflik biasanya ditimbulkan oleh adanya kepentingan yang bertentangan terutama kepentingan ekonomi dan sering juga karena perebutan kekuasaan dan kedudukan (hlm.93).

Sebab atau akar dari timbulnya konflik adalah sebagai berikut: 1) Perbedaan antara individu-individu

Perbedaan pendirian dan perasaaan mungkin akan melahirkan bentrokan antara mereka.

2) Perbedaan kebudayaan

Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut. Seorang sadar maupun tidak sadar, sedikit banyak akan terpengaruh oleh pola-pola pemikiran dan pola-pola pendirian kelompoknya. Selanjutnya keadaan tersebut dapat pula menyebabkan terjadinya pertentangan antara kelompok manusia. 3) Perbedaan kepentingan

Perbedaan kepentingan antar individu maupun kelompok merupakan sumber lain dari konflik. Wujud kepentingan dapat bermacam-macam ada kepentingan ekonomi, politik, dan sebagainya. Dalam hal ini konflik yang terjadi antara suku Kurdi dengan Pemerintah Turki disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak yang menyangkut masalah politik, ekonomi dan budaya.

4) Perubahan sosial

(36)

commit to user

menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang berbeda pendiriannya mengenai reorganisasi sistem nilai (Soejono Soekanto, 1990).

T. Hani Handoko (1992) menyebutkan penyebab terjadinya konflik yaitu :

1) Komunikasi

Salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit dimengerti atau informasi yang mendua dan tidal lengkap serta gaya individu pemimpin yang tidak efektif.

2) Struktur

Pertarungan kekerasan dengan kepentingan-kepentingan atau sistem penilaian yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan sumber-sumber daya yang terbatas atau saling ketergantungan dua atau lebih kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.

3) Pribadi

Ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi pengikut atau bawahan dengan perilaku yang diperankan atasan dan perbedaan nilai-nilai atau persepsi.

(37)

commit to user

identitas yang menunjukkan kesukuannya, dengan sebab tersebut diatas maka timbullah rasa kekecewaan yang dalam terhadap pemerintah Turki dan puncak kekecewaan tersebut bterjadi pada tahun 1984 dengan dilarangnya suku kurdi merayakan tahun baru kurdi.

c. BentukKonflik

Menurut Pheni Chalid (2005), konflik dikelompokkan dalam kategori sifat, motif dan bentuk, yaitu :

1) Berdasarkan sifatnya, terdiri atas :

a) Konflik bersifat laten, yaitu ketika pertentangan dan ketegangan diantara pelaku konflik samar dan tidak jelas, namun telah ada dalam diri pelaku konflik, seperti penilaian negatif terhadap lawan yang dikontruksi melalui proses budaya sehingga menciptakan penilaian stereotip satu etnis terhadap etnis lain. Selain itu, ketika pihak yang merasa tertindas tidak dapat mengungkapkan protes dan perlawanan, karena berada pada posisi tawar yang rendah, baik secara kultural maupun struktural, maka konflik berlangsung secara laten.

b) Konflik bersifat manifes, yaitu konflik yang dapat terjadi secara

spontan dan juga adanya ketidakseimbangan dalam masyarakat, seperti perilaku tidak adil, ketimpangan sosial, politik dan ekonomi.

2) Berdasarkan motifnya, terdiri atas :

a) Konflik irasional, yaitu konflik berdasarkan perspektif utilitirianisme, individu selalu mempertimbangankan aspek kepentingan pribadinya (keuntungan) dalam berhubungan dengan sesamanya.

(38)

commit to user

3) Berdasarkan bentuknya, terdiri atas :

a) Konflik vertikal, yaitu konflik terjadi karena suatu kelompok menghadapi ketidakseimbangan distribusi sumber daya akibat dominasi politik satu kelompok yang kuat menutup jalan bagi kelompok lain untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya yang menjadi kepentingan bersama.

b) Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjadi karena masing-masing kelompok ingin menunjukkan identitas budaya yang dimiliki yang melibatkan masalah sosial, politik dan ekonomi.

K. J. Holtsi (1988: 174), menyebutkan ada enam bentuk utama dari konflik yaitu :

1) Konflik wilayah terbatas, dimana terdapat pandangan yang tidak cocok dengan acuan pada pemilikan suatu bagian khusus wilayah atau pada hak-hak yang dinikmati suatu negara di atau dekat wilayah negara lain. 2) Konflik yang berkaitan dengan komposisi pemerintah. Tipe konflik ini sering mengandung nada tambahan idiologis yang kuat, maksudnya adalah menjatuhkan rezim dan sebagai gantinya mendirikan suatu pemerintahan yang cenderung lebih menguntungkan kepentingan pihak yang melakukan intervensi.

3) Konflik kehormatan nasional, dimana pemerintah mengancam atau bertindak untuk membersihkan pelanggaran tertentu yang telah diduga. 4) Imperialisme regional, di mana suatu pemerintah berusaha untuk menghancurkan kemerdekaan negara lain, biasanya demi kombinasi tujuan idiologis, keamanan dan perdagangan.

5) Konflik pembebasan atau perang revolusioner yang dilakukan satu negara untuk membebasakan rakyat negara lain, biasanya karena alasan etnis atau idiologis.

(39)

commit to user

Menurut Ramlan Surbakti (1992) konflik dapat dibedakan menjadi dua yaitu konflik yang berwujud kekerasan dan konflik non kekerasan. Konflik yang mengandung kekerasan biasanya terjadi dalam masyarakat negara yang belum memiliki konsesus bersama tentang dasar, tujuan negara dan lembaga pengatur atau pengendali konflik yang jelas. Pemberontakan, sabotase merupakan contoh konflik yang mengandung tindak kekerasan. Konflik yang berwujud non kekerasan biasanya terjadi pada masyarakat yang telah memiliki dasar tujuan yang jelas sehingga penyelesaian konflik sudah bias ditangani melalui lembaga yang ada. Adapun konflik non kekerasan biasanya berwujud perbedaan kelompok antar kelompok (individu) dalam rapat, pengajuan petisi kepada pemerintah, polemik melalui surat kabar atau sebagainya (hlm. 243).

Soerjono Soekanto (1990) menyebutkan bahwa konflik mempunyai beberapa bentuk khusus, antara lain :

1) Konflik pribadi

Konflik ini berupa pertentangan antar individu yang terjadi dalam suatu hubungan sosial.

2) Konflik rasial

Konflik ini terjadi karena perbedaan pada ciri-ciri fisik, perbedaan kepentingan dan kebudayaan diantarakelompok atau golongan.

3) Konflik antara kelas-kelas sosial

Konflik ini disebabkan oleh perbedaan kepentingan, misalnya perbedaan kepentingan antara majikan dengan buruh.

4) Konflik politik

Konflik ini menyangkut baik antara golongan-golongan dalam suatu masyarakat maupun antara negara-negara yang berdaulat. Konflik yang terjadi antara suku Kurdi dengan pemerintah Turki ini termasuk dalam konflik politik. Keberadaan gerakan separatis Kurdi ini mengancam instabilitas dan politik Negara.

(40)

commit to user

Konflik ini disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan negara. Mengalah berarti mengurangi kedaulatan negara dan itu berarti kehilangan muka dala forum internasional.

Konflik antara suku Kurdi dengan Pemerintah Turki merupakan bentuk konflik politik di Turki yang berujung pada tindak kekerasaan dalam wujud pemberontakan yang dilakukan suku Kurdi terhadap Pemerintah Turki untuk memperjuangkan tuntutannya yakni memperoleh otonomi di Kurdistan dan memperoleh hak-hak suku kurdi yang selama ini dibatasi oleh pemerintah. Pemberontakan yang dilakukan suku Kurdi dihadapi oleh Pemerintah Turki dengan mengerahkan kekuatan militernya sehingga mengakibatkan terjadinya peperangan antara kedua belah pihak. Sebagai wadah dari perjuang suku Kurdi adalah Partiya Karkeran Kurdistan (PKK).

d. Cara Penyelesaian Konflik

Menurut Mawasdi Rauf (2001), penyelesaian konflik adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan atau menghilangkan konflik dengan cara mencari kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Penyelesaian konflik diperlukan untuk mencegah : (1) semakin mendalamnya konflik, yang berarti semakin tajamnya perbedaan antara pihak-pihak yang berkonflik ; (2) semakin meluasnya konflik, yang berarti semakin banyaknya jumlah peserta masing-masing pihak yang berkonflik yang berakibat konflik semakin mendalam dan meluas, bahkan menimbulkan disintergrasi masyarakat yang dapat menghasilkan dua kelompok masyarakat yang terpisah dan bermusuhan. Ada dua cara penyelesaian konflik yaitu :

(41)

commit to user

saja maupun manggunakan pihak ketiga yang bertindak sebagai mediator atau juru damai.

2) Secara koersif, yaitu menggunakan kekerasan fisik atau ancaman kekerasan fisik untuk menghilangkan perbedaan pendapat antara pihak-pihak yang terlibat konflik.

Cara penyelesaian konflik antara suku Kurdi dengan Pemerintah Turki lebih sering diupayakan secara koersif yakni dengan menggunakan kekerasan fisik. Kedua belah pihak yang berkonflik terlibat peperangan guna mempertahankan kepentingan masing-masing. Penyelesaian konflik secara persuasif atau perundingan antara kedua belah pihak juga sudah diupayakan, seperti di tahun 2006 diadakan perjanjian gencatan senjata antara suku Kurdi dengan pemerintah Turki yang berhasil menurunkan eskalasi konflik diantara kedua belah pihak.

Menurut D.O.C Hendropuspito (1989), cara penyelesaian konflik yakni :

1) Konsolidasi

Konsolidasi berasal dari kata Latin concilioto atau perdamaian, yaitu suatu cara untuk mempertemukan pihak-pihak yang berselisih guna mencapai persetujuan bersama untuk berdamai. Dalam proses ini pihak-pihak yang berkepentingan dapat meminta bantuan pihak ketiga yang bertugas memberikan pertimbangan-pertimbangan yang dianggapnya baik kepada kedua pihak yang berselisih untuk menghentikan sengketanya.

2) Mediasi

(42)

commit to user

3) Arbitrasi

Arbitrasi berasal dari kata Latin arbitrium, artinya melalui pengadilan, dengan seorang hakim (arbiter) sebagai pengambil keputusan yang mengikat kedua pihak yang bersengketa, artinya keputusan seorang hakim harus ditaati.

4) Paksaan (Coercion)

Paksaan ialah suatu cara menyelesaikan pertikaian dengan menggunakan paksaan fisik atau psikologis. Pihak yang biasa menggunakan paksaan adalah pihak yang kuat, pihak yang merasa yakin menang dan bahkan sanggup menghancurkan pihak musuh. 5) Detente

Detente berasal dari kata Perancis yang berarti mengendorkan, yang berarti mengurangi hubungan tegang antara dua pihak yang bertikai guna persiapan untuk mengadakan pendekatan dalam rangka pembicaraan tentang langkah-langkah mencapai perdamaian.

Menurut Soerjono Soekanto (1990 : 77-78) cara penyelesaian konflik mempunyai beberapa bentu, yaitu :

1) Coercion, adalah suatu cara penyelesaian konflik yang prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya paksaan, di mana salah-satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik (secara !angsung), maupun secara psikologis (secara tidak langsung).

2) Compromise, adalah suatu cara penyelesaian konflik, pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk dapat sanakan compromise ada!ah bahwa salah satu pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya dan begitu pula sebaliknya.

(43)

commit to user

kedua belah pihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertentangan.

4) Mediation, adalah suatu cara penyelesaian konflik dengan mengundang pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Pihák ketiga tersebut tugas utamanya adalah mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga hanya sebagai penasihat dan tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan tersebut.

5) Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.

6) Toleration (tolerant-participation) adalah suatu cara penyelesaian konflik tanpa persetujuan yang formal bentuknya. Kadang-kadang toleration timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan.

7) Stalemate, adalah suatu cara penyelesaian konflik di mana pihak-pihak yang bententangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. Hal ini disebabkan karena bagi kedua belah pihak sudah tidak ada kernungkinaa lagi baik untuk maju maupun untuk mundur.

8) Adjudication, adalah suatu cara penyelesaian konflik atau sengketa di pengadilan.

(44)

commit to user

yang berkonflik terlibat peperangan guna mempertahankan kepentingan masing-masing. Penyelesaian konflik secara persuasif atau perundingan antara kedua belah pihak juga sudah diupayakan, pendekatan secara diplomatik terhadap Negara-negara tetangga Iran, Irak, dan Suriah untuk bersama-sama mengatasi pemberontakan separatisme kurdi.

e. Akibat Konflik

Menurut D.O.C Hendropuspito (1989), konflik fisik berupa bentrokan antara individu dengan individu, kerabat dengan kerabat, suku dengan suku, bangsa dengan bangsa, golongan agama yang satu dengan yang lain, umumnya mendatangkan penderitaan bagi kedua pihak yang terlibat, seperti korban jiwa, material dan spiritual serta berkobarnya kebencian dan balas dendam. Apabila konflik terjadi di suatu negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan bersifat separatif, konflik juga menghambat persatuan bangsa serta integrasi sosial dan nasional.

Menurut Soerjono Soekanto (1990) akibat yang ditimbulkan oleh terjadinya pertentangan atau konflik adalah :

1) Tambahnya solidaritas in-group. Apabila suatu kelompok bertentangan dengan kelompok lain, maka solidaritas antara warga-warga kelompok biasanya akan bertambah erat. Mereka bahkan bersedia berkorban demi keutuhan kelompoknya.

2) Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok tersebut.

3) Perubahan kepribadian para individu. Pertentangan yang berlangsung di dalam kelompok atau antar kelompok selalu ada orang yang menaruh simpati kepada kedua belah pihak. Ada pribadi-pribadi yang tahan menghadapi situasi demikian, akan tetapi banyak pula yang merasa tertekan, sehingga merupakan penyiksaan terhadap mentalnya. 4) Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia. Salah satu

(45)

commit to user

berat, baik bagi pemenang maupun bagi pihak yang kalah, baik dalam bidang kebendaan maupun bagi jiwa raga manusia.

5) Akomodasi, dominasi dan takluknya salah-satu pihak.

Akibat dari konflik suku Kurdi dengan pemerintah Turki yang sering berujung pada peperangan antara kedua belah pihak adalah jatuhnya korban baik materiil ataupun jiwa di kedua belah pihak terutama suku Kurdi. Hal tersebut dapat dilihat dengan hancurnya harta benda dan banyak korban yang jatuh atas pertempuran dari kedua belah pihak, yang menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan. Munculnya perubahan sikap antara individu yaitu muncul kesadaran serta solidaritas antar etnis dalam mewujudkan cita-cita mendirikan sebuah Negara Kurdistan bagi orang-orang Kurdi. Hingga awal 2007 pembantaian suku kurdi menewaskan hampir 40.000 korban jiwa dan ribuan warga sipil Turki yang tak bersalah. Hingga saat ini konflik antara pemerintah Turki dengan kaum separatis Kurdi masih berlangsung.

4. Gerakan Separatisme

a. Pengertian Gerakan Separatisme

Gerakan Separatisme menurut Julius Pour dalam bukunya memaparkan bahwa: Gerakan Separatis adalah suatu gerakan untuk mendapatkan kedaulatan dan memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia, Gerakan separatis biasanya berbasis nasionalisme atau kekuatan religious (Julius Pour, 2008 : 3).

(46)

commit to user

kebijakan politik dan penggunaan kekerasan yang melanggar HAM sehingga timbullah pergerakan untuk membebaskan dan memerdekakan diri.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) menyebutkan separatisme sebagai orang atau golongan yang memiliki faham memecahkan belah persatuan golongan (bangsa) untuk mendapatkan dukungan (hlm.820).

Gerakan separatisme sebagaimana dijelaskan oleh Bambang Cipto (2003) dalam Jurnal Ilmu Sosial adalah gerakan memisahkan diri yang dilakukan sebuah komunitas dari sebuah bangsa merupakan gejala universal yang sudah cukup lama berkembang dan mengancam keamanan suatu Negara (hlm.13).

Konsep Separatisme berkaitan erat dengan pembentukan negara. Sejumlah gerakan separatis memiliki sejarah panjang rasa benci kepada pemerintah pusat dan kelompok suku atau agama yang dominan. Hal tersebut lah yang membuat konsep ini terlahir sebagai wujud dari penentangan terhadap pemerintah (Dewi Fortuna. A, 1998: 210).

Konsep Gerakan separatisme terlahir akbiat adanya paham atau gerakan untuk memisahkan diri (mendirikan negara sendiri). Hal ini merupakan salah persepsi dan penyempitan makna. Hal itu dikarenakan bahwa separatisme dapat menunjukkan bentuknya tidak hanya dalam negara, namun juga agama, organisasi, bahkan suku. mulai dari aksi

gerakan politik yang dilandasi prinsip agama.

(47)

commit to user

militer. Bahkan juga muncul gerakan-gerakan yang berhaluan keras dari suku Kurdi yaitu berdirinya Partiya Kankeran Kurdistan (PKK atau Partai Pekerja Kurdi). Partai ini menjadi sarana untuk menampung aspirasi dan perjuangan suku Kurdi di Turki. Konflik ini sering diwarnai dengan peperangan antara kedua belah pihak dan menimbulkan akibat yang sangat besar baik untuk Kurdi sendiri maupun pemerintah Turki.

b. Faktor Penyebab Munculnya Gerakan Separatisme

Faktor penyebab munculnya gerakan separatisme menurut Larry Diamond yang dikutip oleh Bambang Cipto (2003) adalah:

1) Tajamnya perbedaan etnis, bahasa, agama, dan budaya pada setiap wilayah dalam satu Negara. Dalam hal ini menunjukan tingkat homogenitas yang cukup tinggi dan memicu terjadinya konflik.

2) Perbedaan sosial dan ekonomi yang menciptakan polarisasi kehidupan politik dan sosial. Kemajuan ekonomi dalam setiap wilayah dan ketidaksetaraan pembangunan, yang menimbulkan kesenjangan sosial antar suatu wilayah.

3) Adanya rasa tidak puas terhadap kebijakan pemerintah pusat. Munculnya rasa tidak puas terhadap pemerintah pusat ini dapat menimbulkan konflik yang dan menciptakan gerakan separtisme yang menuntut agar pemerintah memperhatiakan wilayah atau suku yang dirugikan oleh kebijakan pemerintah.

4) Adayna campur tangan Negara lain, khususnya Negara besar yang bersifat tidak menentu dan tergantung pada posisi strategis Negara bersangkutan dan kepentingan Negara besar terhadap Negara tersebut.

(48)

commit to user

perbedaan etnis, bahasa, agama, dan budaya pada setiap wilayah dalam satu negara. Dalam hal ini, konflik antara suku Kurdi dengan pemerintah Turki dipicu karena adanya perbedaan etnis, bahasa, agama dan budaya yang sangat mencolok.

Pemerintah Turki menginginkan seluruh warga negara Turki yang diakui adalah hanya orang Turki dengan menghilangkan seluruh aspek kesukuan baik bahasa dan budaya etnis. Jika suku Kurdi ingin menjadi warga Negara Kurdi, harus menghilangkan segala benrtuk kesukuannya. Adanya kesenjangan sosial ekonomi dan sosial juga menicu timbulnya konflik antara pemerintah Turki dengan suku Kurdi yaitu hak-hak berpolitik dan memperoleh pendidikan dari suku Kurdi dikurangi, kemudian suku Kurdi disebut sebagai suku pegunungan yang miskin dan tidak berpendidikan. Hal ini yang dapat menimbulkan rasa tidak puas terhadap pemerintah pusat yang sering tidak memperhatikan hak-hak minoritas etnis dan mimicu konflik yang diwujudkan dalam sebagai gerakan separatisme Kurdi.

5. Kebijakan

a. Pengertian Kebijakan

Secara harifah ilmu kebijakan menurut Dror yang dikutip oleh Masofa adalah terjemahan langsung dari kata policy science. Beberapa penulis besar dalam ilmu ini, seperti William Dunn, Charles Jones, Lee Friedman, dan lain-lain, menggunakan istilah publik policy dan publik policy analysis dalam pengertian yang tidak berbeda. Istilah kebijaksanaan

(49)

commit to user

selama kedua istilah itu diartikan sebagai keputusan pemerintah yang relatif bersifat umum dan ditujukan kepada masyarakat umum.

Perbedaan kata kebijakan dengan kebijaksanaan berasal dari keinginan untuk membedakan istilah policy sebagai keputusan pemerintah yang bersifat umum dan berlaku untuk seluruh anggota masyarakat, dengan istilah discretion

bersifat kasuistis untuk sesuatu hal pada suatu waktu tertentu. Keputusan yang bersifat kausitis (hubungan sebab akibat) sering terjadi dalam

memperlakukan, ketentuan-ketentuan yang ada, yang biasanya justru ditetapkan sebagai kebijakan pemerintah (public policy).

Kata policy secara etimologis berasal dari kata polis dalam bahasa Yunani (Greek), yang berarti negara-kota. Dalam bahasa latin kata ini menjadi politia, artinya negara. Masuk kedalam bahasa Inggris lama (Middle English), kata tersebut menjadi policie, yang pengertiannya

berkaitan dengan urusan perintah atau administrasi pemerintah (http://massofa.wordpress.com).

Kebijakan adalah arah tindakan yang direncanakan untuk mencapai sesuatu sasaran. Dalam hal ini terdapat tiga masalah. Pertama,

masalah semantik, egara menunjukan

dasar-dasar umum yang dipakai pemerintah untuk bereaksi terhadap lingkungan internasional. Istilah-istilah seperti isolasionisme, balance of power ataupun imperialisme sering disebut sebagai kebijakan luar negeri,

(50)

commit to user

Tindakan untuk mencapai sasaran dapat dihasilkan dari kebijakan, apabila keputusan menunjukan dengan jelas apa yag terkandung dari pikiran pembuat kebijakan baik sebagai sasaran ataupun sebagai prosedur. Keputusan resmi yang telah dituangkan di atas kertas biasanya mencakup sedikitnya tiga unsur penjelasan dan petunjuk bagi siapa saja yang bertanggung jawab dalam hal pelaksanaannya, yaitu: 1) Perumusan sasaran yang jelas.

2) Sifat tindakan yang akan diambil dinyatakan secara jelas sebagai pembimbing dan pengarahan bagi pejabat lainnya

3) Bentuk-bentuk dan jumlah kekuatan nasional yang akan dipergunakan dalam pencapaian sasaran.

Organisasi untuk kebijakan luar negeri dapat dikatakan sama di semua pemerintahan. Yang berbeda di puncak organisasinya adalah kepala pemerintahan yang memegang peranan penting dalam urusan luar negeri. Menteri luar negeri merupakan orang terpenting dalam pemerintahan, yang secara administratif mengepalai departemen dan mengurusi kebijakan luar negeri serta menjadi penasehat resmi dari kepala pemerintahan (Nasution, 1989: 15).

Kerangka analisis yang berguna untuk memahami suatu kebijakan adalah sebagai berikut:

1) Isi hukum (content of law); yakni uraian atau penjabaran tertulis dari suatu kebijakan yang tertuang dalam bentuk perundang-undangan, peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan pemerintah.

2) Tata laksana hukum (structure of law); yakni semua perangkat kelembagaan dan pelaksana dari isi hukum yang berlaku.

3) Budaya hukum (culture of law); yakni persepsi, pemahaman, sikap penerimaan, praktek-praktek pelaksanaan, penafsiran terhadap dua aspek sistem isi hukum dan tata laksana hukum.

Dalam pengertian umum kebijakan menurut Jones diartikan

sebagai, atau

(51)

commit to user

diterjemahkan dari kata policy tersebut mempunyai konotasi tersendiri. Kata tersebut mempunyai akar kata bijaksana atau bijak yang dapat disamakan dengan pengertian wisdom, yang berasal dari kata sifat wise dalam bahasa Inggris. Dengan pengertian ini, sifat bijaksana dibedakan orang dari sekedar pintar (clever) atau cerdas (smart). Pintar bisa berarti ahli dalam satu bidang ilmu, sementara cerdas biasanya diartikan sebagai sifat seseorang yang dapat berpikir cepat atau dapat menemukan jawaban bagi suatu persoalan yang dihadapi secara cepat. Orang yang bijaksana mungkin tidak pakar dalam sesuatu bidang ilmu, namun memahami hampir semua aspek kehidupan (http://massofa.wordpress.com).

Kajian tentang kebijakan dalam arti yang luas sebagai usaha pengadaan informasi yang diperlukan untuk menunjang proses pengambilan kebijakan telah ada sejak manusia mengenal organisasi dan tahu arti keputusan. Kajian ini dilakukan mulai dari cara yang paling sederhana dan irasional sampai dengan cara-cara yang bersifat kombinasi kuantitatif dan kualitatif sekarang ini. Akan tetapi sebgai suatu disiplin tersendiri ilmu kebijakan baru diakui kehadirannya sesudah Perang Dunia

II. H. Hugh He a course of action

intended to accomplish some end,

bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu.

Definisi Heglo ini selanjutnya diuraikan oleh Jones dalam kaitan dengan beberapa isi dari kebijakan. Pertama, tujuan. Di sini yang dimaksudkan adalah tujuan tertentu yang dikehendaki untuk dicapai (the desired ends to be achieved). Bukan suatu tujuan yang sekedar diinginkan

saja. Dalam kehidupan sehari-hari tujuan yang hanya diinginkan saja bukan tujuan, tetapi sekedar keinginan. Setiap orang boleh saja berkeinginan apa saja, tetapi dalam kehidupan bernegara tidak perlu diperhitungkan. Baru diperhitungkan kalau ada usaha untuk mencapainya, Kedua, rencana atau

(52)

commit to user

Ketiga, program atau cara tertentu yang telah mendapat persetujuan dan

pengesahan untuk mencapai tujuan yang dimaksud Keempat, keputusan, yakni tindakan tertentu yang diambil untuk menentukan tujuan, membuat dan menyesuaikan rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program dalam masyarakat.

Selanjutnya, Heglo mengatakan bahwa kebijakan lebih dapat digolongkan sebagai suatu alat analisis daripada sebagai suatu rumusan kata-kata. Sebab itu, katanya, isi dari suatu kebijakan lebih dapat dipahami oleh para analis daripada oleh para perumus dan pelaksana kebijakan itu sendiri. Bertolak dari sini, Jones merumuskan kebijakan sebagai efforts in

and through government to resolve public problems

dan berulang dalam hubungan dengan usaha yang ada di dalam dan melalui pemerintah untuk memecahkan masalah umum). Definisi ini memberi makna bahwa kebijakan itu bersifat dinamis.

Sejalan dengan perkembangan studi yang makin maju, William Dunn mengaitkan pengertian kebijakan dengan analisis kebijakan yang merupakan sisi baru dari perkembangan ilmu sosial untuk pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, dia mendefinisikan analisis yang menggunakan berbagai metode untuk menghasilkan dan mentransformasikan informasi yang relevan yang dipakai dalam memecah persoalan dalam kehidupan

(53)

commit to user

b. Bentuk Kebijakan

Kebijakan secara umum dapat dibedakan dalam tiga tingkatan : 1) Kebijakan umum

Kebijakan umum adalah kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun bersifat negatif yang meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan. Suatu hal yang perlu diingat adalah pengertian umum di sini bersifat relatif. Maksudnya, untuk wilayah negara, kebijakan umum mengambil bentuk undang-undang atau keputusan presiden dan sebagainya. Sementara untuk suatu provinsi, selain dari peraturan dan kebijakan yang diambil pada tingkat pusat juga ada keputusan gubernur atau peraturan daerah yang diputuskan oleh DPRD.

(54)

commit to user

umum suatu kebijakan, makin kompleks dan dinamis kebijakan tersebut. Hal ini disebabkan karena pada tingkat kebijakan umum banyak aspek yang terlibat, banyak dimensi ilmu yang diperlukan untuk menganalisisnya dan banyak pihak yang terkait. Sebaliknya semakin teknis suatu kebijakan, semakin tidak kompleks kebijakan itu. 2) Kebijakan pelaksanaan

Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan umum. Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan suatu undang-undang, atau keputusan menteri yang menjabarkan pelaksanaan keputusan presiden adalah contoh dari kebijakan pelaksanaan. Untuk tingkat provinsi, keputusan bupati atau keputusan seorang kepala dinas yang menjabarkan keputusan gubernur atau peraturan daerah bisa jadi suatu kebijakan pelaksanaan. Turki dalam mengatasi konflik dengan gerilyawan PKK adalah dengan merancang undang-undang penyerangan militer lintas perbatasan yang disahkan pada tanggal 17 Oktober tahun 2007.

3) Kebijakan teknis

(55)

commit to user

samping fungsi eksekutifnya. Tetapi dalam ilmu kebijakan pemisahan nama tersebut hanya menyangkut subyek yang membuat kebijakan, sedangkan dilihat dari sifatnya sebagai pedoman dalam pelaksanaan pemerintahan dan dari obyek yang dituju, yaitu masyarakat secara umum, maka kedua jenis keputusan ini dapat dikatakan sebagai kebijakan. Selain dari perbedaan cakupan pada masing-masing strata kebijakan, juga terlihat ada perbedaan isi atau tekanan dari masing-masing kebijakan (http://massofa.wordpress.com).

Sesuai dengan sifatnya yang bersifat umum, kebijakan umum berada pada level strategis, sebab itu lebih banyak berkenaan dengan isu-isu yang mengandung hal-hal yang berdampak luas, mempunyai resiko yang besar dan meliputi jangka yang panjang. Karena itu pengambilan keputusan kebijakan umum perlu dilakukan dengan pembahasan yang matang dengan melibatkan banyak pihak. Pada kebijakan umum juga ada unsur teknis, tetapi dalam derajat yang sangat minim. Ini berarti bahwa kebijakan umum juga perlu memperhitungkan segi operasionalisasinya. Dalam kebijakan pelaksanaan, unsur strategis dan unsur teknis relatif berimbang. Isu-isu yang tercakup dalam kebijakan ini sedang-sedang saja. Dalam kebijakan teknis unsur dari kebijakan yang dikelolanya sangat dominan. Namun di sini, isu yang dikelolanya juga mengandung unsur strategis. Ini berarti bahwa seteknis-seteknisnya suatu kebijakan selalu masih lebih umum daripada suatu petunjuk pelaksanaan (Abdullah, F., Zakaria, 2001).

(56)

commit to user

melegalkan penggunaan bahasa Kurdi secara terbatas. Bahasa Kurdi hanya bias digunkan dalam percakapan sehari-hari dalam rekaman music daerah. Serta penggunaan bahasa Kurdi di dalam kantor, penerbitan atau pendidikan dianggap sebagai sebuah kejahatan.

Gambar

Gambar Bendera PKK ....................................................

Referensi

Dokumen terkait

Bahan yang digunakan dalam pengembangan margarin beraroma adalah fraksi stearin dan fraksi olein dari Refined bleached deodorized palm oil (RBDPO) atau minyak sawit yang

Kapasitas adalah jumlah maksimum kendaraan (dalam SMP) yang dapat melewati suatu ruas jalan pada satu atau dua arah selama waktu tertentu pada kondisi arus lalu lintas

Alasan subjek tetap bertahan menjadi seorang sukarelawan pengatur lalulintas (supeltas) antara lain merasa sudah nyaman dengan pekerjaannya menjadi supeltas, tidak ada ketentuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar logam berat (Hg, Pb, dan Cu) pada tanah hutan mangrove Muara Angke DKI Jakarta, serta untuk mengetahui jenis fungi yang terdapat

Pengaruh Kecerdasan Emosional, Organizational Citizenship Behavior (OCB) dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT PLN (Persero) Area Bojonegoro.. Ekonomi Produksi

chalconota pada musim kemarau cenderung berada pada bagian tengah transek, yaitu pada subtransek 3, 4, 6, dan 8 (Gambar 1; sedangkan pada musim penghujan cenderung

Famili Bufonidae merupakan salah satu famili amfibi yang dapat hidup diberbagai tipe habitat, mulai dari pemukiman penduduk, daerah aliran sungai sampai hutan.. Famili ini di

Jumlah jenis ordo Anura yang berhasil ditemukan pada seluruh lokasi penelitian di kawasan kampus Universitas Riau Pekanbaru yaitu sebanyak 13 jenis dari 5 famili (Tabel