• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN UNIVERSAL PRECAUTION DI RUMAH SAKIT UMUM WISATA UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU KEPATUHAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN UNIVERSAL PRECAUTION DI RUMAH SAKIT UMUM WISATA UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR TAHUN 2017"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU KEPATUHAN

PERAWAT DALAM PELAKSANAAN UNIVERSAL PRECAUTION DI RUMAH

SAKIT UMUM WISATA UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR TAHUN 2017

Wahyu Yunus, Haeruddin, Suharni A. Fachrin

Pasca Sarjana UMI Makassar

(Alamat Korespondensi:Wahyuyunus89@gmail.com/085399174559)

ABSTRAK

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan masyarakat yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan dengan penggunaan peralatan teknologi tinggi, bahan-bahan, dan obat-obatan berbahaya bagi kesehatan untuk tindakan diagnostic. Sehingga, terpaparnya tenaga kesehatan di rumah sakit terhadap bahan-bahan berbahaya dan bibit penyakit mempunyai risiko tinggi terhadap status kesehatan tenaga kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti tentang pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku kepatuhan perawat terhadap pelaksanaan Universal Precaution dalam melakukan tindakan medis dan keperawatan ruang IGD, ICU, dan Ruang Rawat Inap RSU Wisata Indonesia Timur Makassar tahun 2017. Penelitian ini adalah penelitian observasional (Non Eksperimental) dengan menggunakan rancangan Crossectional dengan metode analisis kuantitatif. Alat yang digunakan penelitian ini adalah kuesioner. Dengan populasi 110 responden dengan menggunakan teknik Total Sampling. Hasil dari penelitian ini adalah tidak ada pengaruh antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Universal Precaution di RSU Wisata Universitas Indonesia Timur Makassar.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Perilaku Kepatuhan, Universal Precaution.

PENDAHULUAN

R

umah sakit merupakan institusi pelayanan masyarakat yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan dengan penggunaan peralatan teknologi tinggi, bahan-bahan, dan obat-obatan berbahaya bagi kesehatan untuk tindakan diagnostic. Sehingga, terpaparnya tenaga kesehatan di rumah sakit terhadap bahan-bahan berbahaya dan bibit penyakit mempunyai risiko tinggi terhadap status kesehatan tenaga kesehatan (Zaenab, 2012)

Universal precaution (Kewaspadan standar) merupakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007). Usaha pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi antara lain dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku universal precautions khususnya bagi perawat. Tindakan universal precaution diperlukan perawat untuk mencegah infeksi, ditunjang oleh sarana dan prasarana, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengatur

langkah-langkah tindakan universal precaution (Kurniawati & Nursalam, 2007). Dasar kewaspadaan standar itu meliputi, pengolaan alat kesehatan, cuci tangan guna mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung diri, diantaranya sarung tangan untuk mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius lainnya, pengolahan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan, pengelolaan limbah (Depkes, 2003)

(2)

menunjukkan angka 9,1% dengan variasi 6,1-16% (Depkes RI, 2003)

Kejadian infeksi nosokomial yang tinggi merupakan indicator pentingnya suatu usaha pengendalian infeksi dengan menerapkan standar kewaspadaan infeksi (universal precaution). Universal precaution bertujuan untuk mencegah infeksi nosokomial. WHO (2004) telah menetapkan betapa pentingnya penerapan universal precaution pada tenaga kesehatan dalam setiap tindakan untuk mencegah peningkatan infeksi nosokomial.

Kasus infeksi nosokomial terjadi hampir di seluruh negara terutama di Negara miskin dan berkembang termasuk Indonesia. Di seluruh dunia diperkirakan kasus infeksi ini rata-rata menimpa 10% dari 1,4 juta pasien rawat inap. Di Amerika Serikat, terdapat 48.000 orang setiap tahun meninggal karena infeksi di rumah sakit, umumnya karena penyakit pneumonia (Laxminarayan, 2010). Di Indonesia, lebih dari 2 milyar penduduk dunia terinfeksi virus hepatitis B, dan sekitar 130-170 juta merupakan pengidap virus hepatitis C, dengan angka kematian lebih dari 350 ribu per tahun. Kasus HIV positif, secara kumulatif berjumlah 44.292 (Depkes, 2010)

Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial menjadi tantangan di seluruh dunia karena infeksi nosokomial dapat meningkatkan morbilitas dan mortalitas serta meningkatkan biaya kesehatan disebabkan terjadinya penambahan waktu pengobatan dan perawatan di rumah sakit. Tingkat kejadian infeksi di beberapa Negara Eropa dan Amerika adalah rendah yaitu sekitar 1% dibandingkan dengan kejadian di Negara-negara Asia, Amerika Latin, dan Sub-Sahara Afrika yang mencapai lebih dari 40% (Depkes RI, 2011).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit adalah penerapan universal precaution. Universal precaution merupakan upaya pencegahan terjadinya infeksi nosokomial (INOS) yang harus dilakukan pada semua layanan kesehatan, baik terhadap pasien, petugas kesehatan maupun kepada keluarga pasien atau pengunjung rumah sakit. Tujuan pelaksanaan universal precaution didasarkan pada keyakinan untuk membatasi dan mencegah bahaya atau resiko penularan pathogen melalui darah dan cairan tubuh dari sumber yang diketahui maupun yang tidak diketahui (WHO, 2008)

Program pengendalian infeksi terbagi tiga kelompok yaitu tindakan operasional, tindakan organisasi, dan tindakan structural. Tindakan operasional mencakup kewaspadaan standard

dan kewaspadaan berdasarkan

penularan/transmisi (Kayzer et al., 2005). Program ini dapat dilakukan palaksanaan universal precaution atau tindakan-tindakan asepsis dan antisepstis yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, baik perawat maupun dokter. Tindakan universal precaution ini meliputi : mencuci tangan, penggunaan sarung tangan, penggunaan cairan aseptic, pengelolaan alat bekas pakai maupun instrument tajam.

Penerapan universal precaution harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh perawat yang ada diseluruh rumah sakit Indonesia. Sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Depkes RI melalui keputusan Menteri Kesehatan RI ( Kepmenkes RI) Nomor : 382/menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Tetapi pada kenyataannya, dari hasil survey yang dilakukan oleh Depkes RI dan WHO ke rumah sakit di provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia masih banyak rumah sakit daerah yang belum manjalankan pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi dengan metode universal precaution tersebut (Depkes RI, 2009)

Menurut Nopriadi et al. (2004), petugas rumah sakit yang mempunyai risiko tinggi untuk terkena infeksi nosokomial antara lain : dokter, perawat, bidan, dan petugas laboratorium, mengingat petugas tersebut selalu memeriksa dan melakukan kontak langsung kepada pasien. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang lebih banyak berinteraksi oelh berbagai kasus penyakit yang berisiko.

Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap 10 perawat di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUP Dr. Kariadi Semarang, sebanyak 8 orang (80%) perawat belum melaksanakan prosedur tindakan pencegahan universal yang menyangkut penggunaan alat pelindung diri terutama kacamata untuk mengantisipasi paparan cairan dan darah pasien pada saat terlibat dalam prosedur pembedahan. Selain itu, perawat juga tidak menerapkan 7 langkah cuci tangan sebelum maupun sesudah tindakan pembedahan. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku perawat IBS dalam menerapkan prosedur tindakan pencegahan universal khususnya dalam pemakaian alat pelindung diri selama operasi masih belum sesuai dengan pedoman pengendalian infeksi nosocomial.

(3)

benda tajam yang salah, teknik dekontaminasi yang tidak adekuat, dan kurangnya sumber daya untuk melaksanakan prinsip universal precaution.

Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Muluk Bandar Lampung menunjukkan bahwa insidensi kontak darah perawat dan pasien cukup tinggi. Hal ini karena tingkat kepatuhan perawat dalam menerapkan prinsip universal precaution masih belum optimal, dan penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pada tahun 2006, 58% tenaga kesehatan di RSUD Abdoel Muluk Bandar Lampung mengalami paparan terhadap daran dan cairan tubuh (Yusran, 2010). Penelitian lain menyebutkan lebih dari 40% petugas di beberapa laboratorium (IGD, Hematologi, dan Anak) RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta beresiko tinggi terinfeksi penyakit yang berbahaya karena tidak menggunakan universal precaution (Perwitasari, 2001)

Penelitian yang dilakukan Parningsih (2008) menyatakan bahwa masih adanya perawat yang melakukan cuci tangan kurang sempurna, menggunakan alat pelindung diri yang kurang, pengelolaan jarum dan alat tajam kurang, serta pengelolaan limbah ruangan masih kurang sempurna.

Menurut beberapa penelitan sebelumnya, baik di Indonesia maupun di beberapa Negara, penerapan kewaspadaan universal di suatu unit pelayanan kesehatan akan tergantung pada pengetahuan dan sikap petugas kesehatan, tersedianya peralatan medic dan sarana yang dibutuhkan untuk menerapkan kewaspadaan universal tersebut. Hal tersebut didukung pula oleh teori perilaku kesehatan PRECEDE Model yang dikeluarkan oleh Lawrence Green (1980) dan model perilaku perlindungan diri di tempat kerja (Self-Protective Behavior) yang dimodifikasi dari PRECEDE Model oleh DeJoy (1986) dalam McGovern et. Al (2000). Menurut DeJoy (1996), suatu perilaku pencegahan penyakit yang tercermin pada kepatuhan terhadap penerapan universal precaution dipengaruhi oleh factor individu, factor terkait pekerjaan, dan factor organisasi.

Menurut Kusmayati (2009), factor yang mempengaruhi rendahnya perilaku perawat dalam tindakan universal precaution yaitu : Pengetahun, Sikap, keterdesiaan sarana alat pelindung pribadi dan motivasi perawat. Ketidakpatuhan atau keengganan patugas untuk melakukan prosedur universal precaution adalah karena dianggap terlalu merepotkan dan tidak nyaman. Sikap juag menjadi factor yang berperan dalam menentukan kepatuhan perawat dalam menerapkan universal

precaution. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Azwar, 2009).

Berdasarkan data di Rumah Sakit Umum Wisata Indonesia Timur jumlah perawat di IGD sebanyak 22 petugas dan ICU 19 petugas. Berdasarkan hasil observasi pendahuluan didapatkan banyak perawat yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat melakukan tindakan keperawatan serta perawat memakai alat medis berulang (pispot, tensimeter digital/manual, thermometer) dan juga masih ada petugas yang tidak melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan medis maupun tindakan keperawatan sehingga dapat simpulkan bahwa perawat kurang memahami bagaimana cara pencegahan infeksi nosokomial dan ketidakpatuhan perawat dalam melakukan prosedur universal precaution. Berdasarkan data dari bagian Komite K3RS bahwa laporan tertusuk jarum perawat pada tahun 2015 di IGD sebanyak 9 orang dan di ICU sebanyak 5 petugas, dan pada tahun 2016 laporan tertusuk jarum di IGD sebanyak 13 petugas dan di ICU sebanyak 8 petugas. Dan laporan teriris kaca ampul perawat pada tahun 2015 di IGD sebanyak 21 petugas dan pada tahun 2016 sebanyak 25 petugas, dan di ICU pada tahun 2015 laporan kejadian sebanyak 14 petugas dan pada tahun 2016 sebanyak 17 petugas. Berdasarkan hasil observasi pendahulu didapatkan banyak perawat yang tidak menggunakan pelindung diri saat melakukan tindakan keperawatan dan perawat memakai alat medis berulang, sehingga dapat disimpulkan bahwa perawat kurang memahami bagaimana cara pencegahan infeksi dan ketidakpatuhan perawat dalam melakukan prosedur Universal Precaution.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku kepatuhan perawat terhadap pelaksanaan Universal Precaution dalam melakukan tindakan medis dan keperawatan ruang IGD, ICU, dan Ruang Perawatan RSU Wisata Indonesia Timur Makassar tahun 2017.

BAHAN DAN METODE Lokasi, Populasi dan Sampel

(4)

Gawat Darurat (IGD) dan Intensif Care Unit (ICU) serta ruang Perawatan (Ruang Asoka dan Mawar) Rumah Sakit Umum Wisata Universitas Indonesia Timur. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang ada di ICU 19 orang, IGD 22 orang, perawatan lantai 2 sebanyak 29 orang, perawatan lantai 4 sebanyak 27 orang, dan perawatan lantai 5 sebanyak 12 orang, dengan total perawat RSU Wisata Indonesia Timur Makassar yang berjumlah 109 Perawat Pelaksana. Sampel pada penelitian ini total sampling yaitu perawat pelaksana di IGD, ICU, dan Ruang Perawatan RSU Wisata Indonesia Timur.

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan tahap – tahap sebagai berikut :

a. Editing, yaitu proses dimana peneliti

melakukan klarifikasi, konsistensi dan kelengkapan data yang sudah terkumpul untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan dalam pengisian koesioner.

b. Coding, yaitu memberikan kode tertentu

pada setiap koesioner sehingga mudah dibaca oleh mesin pengelola data.

c. Entering, yaitu memindahkan data yang telah

diubah menjadi kode kedalam mesin pengelola data.

d. Cleaning, yaitu memastikan bahwa seluruh

data yang telah dimasukkan kedalam mesin pengelolah data sesuai dengan yang sebenarnya.

Analisis data

2. Analisis Univariat

Pada analisis univariat data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel dependen dan variabel independen. c. Analisis Multivariat

Analisis multivariat adalah tehnik analisis dengan variabel bebas yang lebih dari satu. Tehnik ini digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara beberapa variabel bebas secara bersamaan terhadap suatu variable.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian dengan judul “Pengaruh Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Universal Precaution di RSU Wisata UIT Makassar”, telah dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2017. Dari kuesioner yang disebar seluruhnya (100%) dikembalikan kepada

peneliti dan memenuhi syarat untuk dijadikan data penelitian untuk dilakukan pengolahan. Tabel 1. Pengetahuan Perawat tentang Pelaksanaan kebersihan Tangan dengan Kepatuhan Kebersihan Tangan

Hasil pengolahan data didapatkan perawat yang memiliki Pengetahuan dan Kepatuhan Kebersihan Tangan yang baik sebanyak 63 responden dan perawat yang memiliki Pengetahuan dan Kepatuhan kebersihan tangan yang kurang.

Tabel 2. Distribusi Hasil Uji Chi-Square Pengetahuan Alat Pelindung Diri dengan Kepatuhan Alat Pelindung Diri

Pengetahuan Alat yang memiliki Pengetahuan dan Kepatuhan yang baik sebanyak 62 responden, serta perawat yang memiliki Pengetahuan dan Kepatuhan yang kurang sebanyak 38 responden

PEMBAHASAN

(5)

sebanyak 78 responden, sedangkan perawat yang memiliki pengetahuan dan kepatuhan yang kurang sebanyak 31 responden. memiliki pengetahuan dan kepatuhan yang baik sebanyak 88 responden, sedangkan yang memilki pengetahuan dan kepatuhan yang kurang sebanyak 14 responden

KESIMPULAN

1. Tidak ada pengaruh antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan pelaksanaan universal precaution pada perawat di RSU Wisata UIT Makassa

2. Tidak ada pengaruh antara sikap dengan kepatuhan pelaksanaan Universal Precaution pada perawat di RSU Wisata UIT Makassar

SARAN

Adapun saran peneliti untuk manajemen rumah sakit agar pihak Rumah Sakit Wisata Universitas Indonesia Timur Makassar dapat melaksanakan pelatihan tentang Prosedur Universal Precaution secara berkala terutama pada pelaksaan penanganan limbah dan benda tajam serta pelaksanaan etika batuk.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, K., Sidin, A. I. & Pasinring, S. A. 2013. Hubungan Pengetahuan, Motivasi, dan Supervisi dengan Kinerja Pencegahan Infeksi Nosokomial di RSUD Haji Makassa

Anggriani, T. 2000. Universal Precaution Guidelines for Primary Health Care Centers In Indonesia Initiatives Surabaya

Azwar , S. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Center for Disease Control and Prevention 2011, Occupational HIV Transmission and Prevention among Health Care Workes

DeJoy, David M., Gershon, Robyn R. M., Lawrence R. Murphy, an Cynthia A. Searchy 2000. Behavioral-Diagnostic Analysis of

Compliance With Universal Precaurions Among Nurse, Journal of Occupational Health Psychology 2000, No. 1.5, 127-141

Gambar

Tabel 1.  Pengetahuan Perawat tentang Pelaksanaan kebersihan Tangan dengan Kepatuhan Kebersihan Tangan

Referensi

Dokumen terkait

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes

Willy Susilo dalam bukunya Audit SDM (2002:53) yang mengungkapkan bahwa “Audit manajemen adalah audit terhadap manajemen suatu organisasi secara keseluruhan untuk menilai

Hadisuwito (2012:14), “pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau mahluk hidup yang telah mati”. Bahan organik ini akan mengalami pembusukan oleh

Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks yaitu kelompok Bahan Makanan sebesar 0,15 persen, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen pemimpin daerah dalam pemartabatan bahasa negara di ruang publik di Kota Bogor sudah baik dengan diwujudkannya janji

speaking sections in the English course book entitled Bahasa Inggris untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1. How is the language function delivered as reflected by

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir berjudul Prosedur Impor Pengadaan Suku Cadang Mesin di PT. Kusumahadi Santoso Karanganyaradalah betul-betul karya

Pada hakekatnya Notaris selaku Pejabat Umum, hanyalah mengkonstatir atau merelateer atau merekam secara tertuiis dan otentik dari perbuatan hukum pihak-pihak yang