• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERPE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERPE"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM SOLVING

BERPENGARUH

TERHADAP HASIL BELAJAR PKn KELAS V SD

GUGUS SRIKANDI DENPASAR

Md. Delly Praditya Mandala Putra

1

, I Md. Putra

2

, I Md. Suara

3

1,2,3

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: Dellypraditya@ymail.com

1

, Putra_made56@yahoo.com

2

,

SuaraMade@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Problem Solving dan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014. Metode penulisan yang digunakan adalah metode kajian pustaka yaitu dengan mengkaji buku-buku yang relevan dengan model pembelajaran Problem Solving. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian Nonequivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Gugus Srikandi berjumlah 327 siswa. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD N 10 Sumerta berjumlah 30 siswa dan kelas V SD N 8 Sumerta berjumlah 33 siswa. Data mengenai hasil belajar PKn dikumpulkan dengan menggunakan tes objektif. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik uji-t. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn kelompok siswa yang dibelajarkan melalui Model pembelajaran Problem Solving dan yang dibelajarkan melalui Pembelajaran Konvensional pada kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014, hal ini dapat dibuktikan thitung = 2,12 > ttabel (α = 0.05, 61) = 2,00, dengan nilai

rata-rata hasil belajar PKn siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Problem Solving 70,67 dan yang dibelajarkan melalui pembelajaran Konvensional 64,09. Dengan demikian dapat disimpulkan Model pembelajaran Problem Solving berpengaruh terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SD Gugus Srikandi Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014.

Kata kunci : Model Pembelajaran Problem Solving, Hasil Belajar PKn

Abstrak

This study aims to determine significant difference PKn groups of students that

(2)

were collected using a objective tests. The data were then analyzed using statistical analysis techniques t-test. The results showed there are significant differences Civics learning PKn group of students that learned through learning Problem Solving design and that learned through Conventional Learning in fifth grade elementary school Force Srikandi East Denpasar Academic Year 2013/2014, This can be proved tvalue = 2.12 >

ttable (α = 0.05, 61) = 2.00, with an average value of PKn student learning outcomes learning

model that learned through Problem Solving 70.67 and that learned through learning Conventional 64.09. It can be concluded Learning Problem Solving design effect on Civics Student Learning Outcomes fifth grade elementary school Force Srikandi East Denpasar Academic Year 2013/2014.

Keywords : Learning Problem Solving design, Results Learning Civics

PENDAHULUAN

Sistem pendidikan di Indonesia

ternyata telah mengalami banyak

perubahan. Perubahan-perubahan itu

terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini

pendidikan di sekolah-sekolah telah

menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan dibidang pendidikan

barulah ada artinya apabila dalam

pendidikan dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia.

Untuk itu diperlukan suatu upaya

dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan dan pembelajaran, salah

satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan hasil belajar siswa khususnya pelajaran PKn. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa

berkembang sesuai dengan taraf

intelektualnya akan lebih menguatkan

pemahaman siswa terhadap

konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa

tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.

Pengelolaan pembelajaran yang

berkualitas sangat menentukan

keberhasilan proses belajar mengajar. Menurut Miarso (2004:550) belajar adalah perubahan prilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Solehatin (2012:55)

menyatakan bahwa mengajar adalah

perbuatan yang kompleks yang merupakan pengintegrasian secara utuh berbagai

komponen kemampuan. Fathurrohman

(2011:29) menegaskan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai kompetensi dasar yang telah dicapai sebelumnya. Sejalan dengan pendapat para ahli, guru sebagai salah satu komponen dalam

proses belajar mengajar merupakan

pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.

Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mempelajari tentang sikap dan prilaku Warga Negara Indonesia. Mata pelajaran PKn sebenarnya mempunyai

peranan penting dalam kehidupan

bermasyarakat. Mata pelajaran PKn

diharapkan akan mampu membentuk siswa yang ideal yang memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang akan dihadapinya sehari-hari.

Dalam kegiatan pembelajaran harus terjadi keterbukaan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan

guru. Tetapi saat sekarang ini

kenyataannya masih menunjukkan

(3)

pembelajara PKn di kelas V kebanyakan masih menggunakan paradigma lama yaitu guru memberikan pengetahuan secara pasif, jadi siswa lebih banyak menunggu sajian materi belajar dari guru dari pada

mencari dan menemukan sendiri

pengetahuan, keterampilan serta sikap yang mereka butuhkan. Guru dalam mengajar masih menggunakan metode konvensional, yaitu metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode

ini telah dipergunakan sebagai alat

komunikasi lisan antara guru dengan anak

didik dalam proses belajar dan

pembelajaran (Djamarah, 1996:45).

sehingga kegiatan pembelajaran menjadi monoton, kurang menarik perhatian siswa dan keaktifan serta kreatifitas siswa menjadi berkurang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas V Gugus Srikandi Denpasar Timur, dikatakan bahwa siswa belum mampu menyampaikan informasi yang

didapatkannya kepada teman dalam

kelompoknya, kurang kerja sama antara siswa yang memiliki kemampuan yang lebih

tinggi dengan siswa yang memiliki

kemampuan lebih rendah saat siswa berdiskusi, dan seringkali adanya jarak antara siswa yang kemampuannya lebih tinggi dengan siswa yang kemampuannya lebih rendah.

Selain itu guru dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas lebih banyak menyampaikan teori-teori materi tanpa adanya praktik langsung dari siswa, hal ini

menunjukkan bahwa masih kurang

perhatian guru terhadap pentingnya model yang digunakan dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar yang diperoleh kurang optimal. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata mata pelajaran Pendidikan PKn Siswa Kelas V pada Tahun Ajaran 2011 di SD Gugus Srikandi Denpasar Timur masih jauh dari yang diharapkan. Dari rerata nilai ulangan sumatif PKn siswa kelas IV pada semester 2 diperoleh rerata yaitu 64,53. Masih banyaknya kelas yang nilai rata-rata hasil belajar PKn dibawah nilai standar dalam Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah yakni 75,00. Sehingga perlu ditingkatkan agar tecapai lebih maksimal.

Dalam hal ini kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari bebagai variabel pokok yang saling berkaitan yaitu, kurikulum, guru atau pendidik, pembelajar. Dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta didik. Berdasarkan hal tersebut guru dituntut harus mampu menggunakan berbagai macam model pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan menyenangkan. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek melainkan sebagai subjek pembelajaran, peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar mereka. Berdasarkan pandangan di atas, maka permasalahan yang muncul adalah

bagaimana upaya guru untuk

mengoptimalkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu solusinya yaitu dengan

mengembangkan suatu model

pembelajaran yang membuat siswa lebih menyenangkan dan lebih termotivasi untuk

belajar. Dalam proses pembelajaran

terdapat beberapa model pembelajaran

yang salah satunya adalah model

pembelajaran problem solving.

Menurut Wena (2012:52) problem

solving dipandang sebagai suatu proses

untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Selain itu Solihatin (2012:140) menyatakan bahwa siswa perlu dilatih untuk memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu perlu diciptakan situasi belajar yang dihadapkan pada pemecahan

masalah (problem solving). Kegiatan belajar

melalui pemecahan masalah (Problem

Solving) bermanfaat untuk

mengembangkan kemampuan berfikir

alternatif, dan kemampuan mengambil keputusan berdasarkan alternatif yang tersedia (Solihatin, 2012:91). Ada pula pendapat dari Saminanto (2010:30) yang

mengemukakan bahawa pemecahan

masalah (problem solving) merupakan

kegiatan belajar yang paling kompleks. Maka dari hal tersebut, diharapkan melalui

model pembelajaran problem solving dalam

kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran

(4)

adalah siswa belajar dari masalah yang ditemukannya sehari-hari dan kemudian siswa diharapkan mampu menemukan pemecahan masalah tersebut.

Belajar tidak hanya untuk diingat,

tetapi siswa diharapkan benar-benar

mengerti dan dapat menerapkan ilmu

pengetahuan, mereka bekerja untuk

memecahkan masalah, menemukan

sesuatu bagi dirinya dan selalu bergulat dengan ide-ide.

Adapun sintaks Model Pembelajaran

Problem solving terdiri atas 6 fase menurut

Wankat dan Oreovocz (dalam Wena 2012:56), yaitu sebagai berikut. Fase 1 : mengidentifikasi permasalahan, Fase 2: merepresentasi atau menyajikan masalah, Fase 3: merencanakan pemecahan, Fase 4: menerapkan atau mengimplementasikan

perencanaan, Fase 5: menilai

perencanaan, Fase 6: menilai hasil

pemecahan.

Adapun kelebihan model problem

solving adalah: model ini dapat membuat pendidikan di sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja,

proses belajar mengajar melalui

pemecahan masalah dapat membiasakan

siswa menghadapi dan memecahkan

masalah secara terampil, pendekatan ini merangsang pengembangan kemampuan

berfikir siswa secara kreatif dan

menyeluruh, karena dalam proses

belajarnya, siswa banyak melakukan

mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti

pembelajaran Model Problem solving

dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Negeri Gugus Srikandi Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013-2014.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V gugus Srikandi Denpasar Timur

dengan penelitian eksperimen semu.

Rancangan penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Nonequivalent

Control Group Design. Menurut Dantes

(2012: 97) menyatakan bahwa “pemberian

pre test pada desain Nonequivalent Control

Group Design digunakan untuk mengukur

ekuivalensi atau penyetaraan kelompok”.

Langkah-langkah yang dapat di

tempuh dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan

pengakhiran eksperimen. Pada tahap

persiapan eksperimen langkah-langkah

yang dilakukan yaitu (1) menyusun RPP mempersiapkan media dan sumber belajar pembelajaran yang nantinya digunakan

selama proses pembelajaran pada

kelompok eksperimen, (2) menyusun

instrumen penelitian berupa tes hasil belajar pada ranah kognitif untuk mengukur hasil belajar PKn siswa. (3) Mengadakan validasi instrumen penelitian yaitu tes hasil belajar PKn, Pada saat pelaksanaan

eksperimen langkah-langkah yang

ditempuh yaitu : (a) Menentukan sampel penelitian berupa kelas dari populasi yang tersedia. (b) Dari sampel yang telah diambil kemudian diundi untuk menentukan kelas

eksperimen dan kelas control. (c)

Melaksanakan penelitian yaitu memberi perlakuan kepada kelas eksperimen berupa

pembelajaran Problem Solving, Pada tahap

pengakhiran eksperimen, langkah-langkah

yang dilakukan adalah memberikan post

test pada akhir penelitian, baik untuk

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

Populasi merupakan kumpulan dari beberapa individu sejenis. Populasi dalam

penelitian bisa diartikan sebagai

keseluruhan individu yang diteliti. Agung (2011:45) menyatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD gugus Srikandi Denpasar Timur yang terdiri dari 8 Sekolah yaitu SD N. 1 Sumerta, SD No. 2 Sumerta, SD No. 5 Sumerta, SD No. 8 Sumerta, SD No. 10 Sumerta, SD No. 13 Kesiman, SD Cipta Dharma, SD Albana,

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu (Agung, 2011:45). Dalam melakukan pemilihan sampel penelitian, tidak dapat dilakukan pengacakan individu karena tidak bisa

(5)

sebelumnya dan kelas V yang dijadikan sampel berada di sekolah yang berbeda.

Kelas dipilih sebagaimana telah

terbentuk tanpa adanya campur tangan peneliti dan tidak dilakukan pengacakan individu, dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan subjek mengetahui dirinya

dilibatkan dalam penelitian, sehingga

penelitian ini benar-benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan.

Untuk menentukan sampel

dipergunakan teknik noneprobability

sampling. “Noneprobabilitysampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi

sampel”(Sugiono, 2012:218). Alasan

dipergunakan teknik noneprobality

sampling untuk pengambilan sampel yaitu

karena ada SD di Gugus Srikandi Denpasar Timur banyak siswa kelas V dalam satu kelasnya kurang dari 30 orang sehingga

apabila menggunakan teknik random

sampling kelas tersebut yang terpilih

ditakutkan data yang diperoleh tidak berdistribusi normal dan homogen sehingga

dipergunakan teknik noneprobability

sampling.

Teknik noneprobality sampling yang

dipilih adalah purposive sampling.

Purposive sampling adalah “teknik

pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu”(Sugiyono,

2012:219).

Dua kelas yang terpilih menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu kelas yang

menggunakan model pembelajaran

Problem Solving (kelompok eksperimen)

yaitu kelas V di SD No. 10 Sumerta dan

satu lagi kelas yang menggunakan

pembelajaran konvensional (kelompok

kontrol) yaitu kelas VB di SD No. 8 Sumerta. Sebelum melaksanakan undian, peneliti mengadakan uji kesetaraan sampel

penelitian untuk mengetahui tingkat

kesetaraan sampel yang diundi dengan menggunakan nilai sumatif siswa kelas V dan menggunakan rumus uji-t. Sebelum

menggunakan uji-t terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas dan uji

homogenitas.

Hasil uji normalitas untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan

menggunakan rumus Chi-Square.

Berdasarkan hasil uji normalitas nilai

ulangan sumatif kelompok kontrol diketahui

X2hitung = 5.7 dan X2tabel = 11.07, karena X2hitung < X2tabel (5.7 < 11.07), maka data

berdistribusi normal.

Berdasarkan perhitungan hasil uji normalitas nilai ulangan sumatif siswa kelompok eksperimen diketahui X2hitung

= 3.03 dan X2tabel = 11.07, karena X2hitung <

X2tabel (3.03 < 11.07), maka data

berdistribusi normal.

Uji homogenitas untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji F. Berdasarkan uji homogenitas Fhit = 1.013 dan Ftabel 1.80. Karena Fhit < Ftabel (1.013 < 1.80) maka data homogen

Karena data nilai ulangan sumatif untuk kelompok eksperimen dan kontrol

berdistribusi normal dan homogen

dilanjutkan dengan melakukan uji

kesetaraan dengan uji-t.

Berdasarkan hasil analisis

menggunakan uji-t dengan taraf signifikan 5% dan dk (n1 + n2) – 2 diperoleh thitung =

0.04 dan ttabel adalah 2.00. Sehingga thitung

kurang dari ttabel (0.04 < 2.00) maka kelas V

SD N 10 Sumerta dan kelas V SD N 8 Sumerta dinyatakan setara.

Menurut Sutrisno (dalam Arikunto, 2010 : 159) mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya

jenis kelamin, karena jenis kelamin

mempunyai variasi: laki-laki dan

perempuan; berat badan, karena ada berat badan 40kg, dan sebagainya. Gejala adalah obyek penelitian, sehingga variabel adalah obyek penelitian yang bervariasi. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah Model Pembelajaran Problem

solving dan pembelajaran Konvensional.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar PKn.

(6)

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar PKn adalah tes hasil belajar dengan tes pilihan ganda satu jawaban benar dimana butir pertanyaan berjumlah 50 soal. Tes ini

mengungkapkan tentang penguasaan

siswa terhadap pelajaran PKn yang mereka peroleh di kelas V. Setiap soal disertai dengan empat alternative jawaban yang dipilih siswa (alternative a,b, c dan d).

Tes hasil belajar PKn yang

digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti sendiri. Sebelum tes tersebut digunakan terlebih dahulu tes diuji validitas dan realibilitasnya, daya beda dan indeks kesukaran.

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi

(content) dari suatu instrumen, dengan

tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen

yang digunakan dalam suatu

penelitian(Sugiyono, 2006). Validitas tes objektif ditentukan melalui analisis butir berdasarkan koofisien korelasi point biserial (rpbi), karena tes bersifat dikotomi. Dari perhitungan dengan rtabel = 0.26 terdapat 20 soal yang nilai rhitung kurang dari rtabel sehingga soal dinyatakan tidak valid dan 30 soal yang nilai rhitung lebih dari rtabel sehingga dinyatakan valid.

Menurut Surapranata (2004:23) “Indeks

daya beda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah”. Soal yang

valid kemudian dilakukan uji daya

pembeda. Berdasarkan uji daya beda terdapat 2 soal dengan klasifikasi sangat baik,21 soal dengan klasifikasi baik dan 7 soal dengan klasifikasi cukup.

Tingkat kesukaran merupakan salah satu karakteristik yang dapat menunjukkan

kualitas butir soal tersebut apakah

termasuk mudah, sedang, atau sukar (Suryanto, 2008 : 5.22).

Uji tingkat kesukaran dilakukan pada 30 soal yang telah diuji validitas dan daya pembedanya. Setelah dilakukan uji tingkat kesukaran, terdapat 16 soal dengan klasifikasinya mudah, 14 soal dengan klasifikasinya sedang dan 0 soal dengan klasifikasinya sukar.

Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir soal yang valid saja, dengan demikian uji

reliabilitas bisa dilakukan setelah

dilakukannya uji validitas. Uji reliabilitas tes yang bersifat dikotomi dan heterogen ditentukan dengan rumus KR-20. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 30 soal. Dari perhitungan uji reliabilitas diperoleh hasil r11 0.83 dan rtabel 0.29. Karena r11 lebih dari rtabel maka tes tergolong reliabel.

Kriteria pengujian uji normalitas

adalah jika X2hit < X2(l-a)(k-1). makaHo diterima

(gagal ditolak) yang berarti data

berdistribusi normal. Sedangkan taraf

signifikansinya adalah 5% dan derajat kebebasanya (dk) = (k-1).

Kriteria pengujian uji homogenitas adalah jika Fhitung < Ftabel, maka data

homogen. Sedangkan derajat kebebasan adalah n – 1.

Data yang telah diuji normalitas dan homogenitas kemudian diuji hipotesisnya.

Uji hipotesis yang dilakukan dalam

penelitian ini menggunakan uji-t dengan

rumus polled varians. Setelah dilakukan

uji-t, selanjutnya t hitung dibandingkan dengan t tabel dengan dk = n1 + n2– 2 dengan taraf signifikan 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai yang diperoleh dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar PKn siswa dari ranah kognitif. Rata-rata siswa kelas

eksperimen yang diberikan perlakuan

model pembelajaran Problem Solving =

70.67 lebih dari kelas kontrol yang

dibelajarkan dengan menggunakan

pembelajaran konvensional = 64.9.

Data hasil belajar PKn pada kelompok eksperimen diketahui rata-rata = 70.67, standar deviasi = 9. 05, varians = 59.4, skor maksimum = 93, dan skor minimum = 63 sedangkan data hasil belajar PKn pada kelompok kontrol diketahui rata-rata = 64.9, standar deviasi = 12.12, varians = 147.92, skor maksimum = 86, skor minimum = 33. Dapat dikatakan bahwa hasil belajar PKn kelompok eksperimen lebih baik dari hasil belajar PKn kelompok kontrol.

Sebelum dilakukan uji hipotesis

dengan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat yang dilakukan yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians.

Berdasarkan hasil uji normalitas

(7)

Chi-Square hitung X2 hitung = 4.173669 harga

tersebut kemudian dibandingkan dengan harga Chi-Square tabel X2tabel dengan dk =

eksperimen dapat dikategorikan

berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji normalitas

kelompok kontrol diketahui harga

Chi-Square hitung X2hitung = 2.1848 harga

tersebut kemudian dibandingkan dengan harga Chi-Square tabel X2tabel dengan dk =

kontrol dapat dikategorikan berdistribusi normal.

Uji homogenitas varians dalam

penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan uji F.

Berdasarkan hasil uji homogenitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh Fhitung= 1.56 dan

Ftabel= 1.76 sehingga Fhitung kurang dari Ftabel

(1.56 < 1.76) maka data homogen.

Berdasarkan hasil uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas varians diperoleh bahwa data dari kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol

berdistribusi normal dan homogen.

Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t.

Hipotesis dengan uji-t, kriteria

pengujian adalah H0 ditolak jika thitung > ttabel

dengan dk = n1 + n2 - 2 dan α = 5%. Hasil

analisis uji-t dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

No Kelompok thitung ttabel Keterangan

1 Eksperimen 2.12 2.00 H0 ditolak

2 Kontrol

Berdasarkan hasil analisis uji-t menunjukkan thitung = 2,12 dan ttabel 2.00 untuk dk = 61 dengan taraf signifikan 5%. Berdasarkan kriteria pengujian, thitung > ttabel

(2,12 > 2.00) maka H0 ditolak dan Ha

diterima. Artinya terdapat perbedaan yang

signifikan hasil belajar PKn siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran

Problem Solving dengan siswa yang

dibelajarkan melalui pembelajaran

konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014.

Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan mencari informasi dari Kepala Sekolah SD Gugus Inti di Gugus Srikandi Denpasar Timur , berdasarkan informasi dari Kepala Sekolah dan guru-guru yang

menyatakan bahwa tidak ada kelas

unggulan atau semua kelas dinyatakan setara dari segi akademik di SD Negeri gugus Srikandi. Setelah dinyatakan bahwa tidak ada kelas unggulan dan kelas dinyatakan setara dari segi akademik. Selanjutnya dipilih dua kelas sebagai kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas

kontrol selanjutnya kelas dirandom

(diacak). Maka terpilih kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen yaitu

kelas Vb SD Negeri 10 Sumerta,

sedangkan kelas kontrol yaitu kelas V SD Negeri 8 Sumerta. Untuk memeperkuat bahwa kedua kelas tersebut setara maka dilanjutkan dengan menganalisis hasil ulangan semester genap kelas IV dari kedua kelas sampel untuk mengetahui kesetaraannya. Analisis yang digunakan untuk mengetahui kesetaraan tersebut adalah statistik parametrik yaitu uji-t.

(8)

Berdasarkan hasil uji penyetaraan

kelompok yang dilakukan terhadap

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dengan menganalisis hasil ulangan PKn semester genap kelas IV dari kedua

kelas sampel untuk mengetahui

kesetaraannya yang diuji menggunakan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas kemudian menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa antara siswa kelas Vb SD Negeri 10 Sumerta dengan siswa kelas V SD Negeri 8 Sumerta memiliki distribusi data yang normal dan homogen serta hasil uji-t menyatakan bahwa kedua kelompok data tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan atau dengan kata lain kedua kelas tesebut setara secara akademik. Ini menunjukkan

sebelum diberikan perlakuan kedua

kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama sehingga kelas eksperimen

diberikan perlakuan (treatmen) berupa

model pembelajaran Problrm Solving dan

kelas kontrol diberikan pembelajaran

berupa pembelajaran konvensional.

Masing-masing kelompok akan diberikan

enam kali perlakuan (treatmen) dan

dilakukan post-test pada pertemuan

ketujuh.

Melalui hasil analisis data hasil post

test dari kedua kelompok maka diketahui

terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kedua kelompok. Nilai rata-rata pada

kelompok eksperimen yaitu 70,76

sedangkan nilai rata-rata pada kelompok kontrol yaitu 64.9.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis

dengan menggunakan uji-t didapat thit

sebesar 2.12 dan ttab pada taraf signifikansi 5% dan db = 91 adalah 2,00. Ini berarti thit > ttab, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn siswa

yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran Problem Solving dengan

siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional. Perbedaan hasil belajar tersebut disebabkan kelompok siswa yang

mengikuti pembelajaran model Problem

Solving dapat lebih mudah memahami atau

memaknai setiap materi yang dibelajarkan. Hal itu dikarenakan dalam pembelajaran ini

memiliki kesesuaian dengan karakteristik mata pelajaran PKn.

Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, siswa dihadapi dengan masalah baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat, merangsang kemampuan berfikir siswa yang kreatif dan menyeluruh, siswa berlatih mendesain suatu penemuan, memecahkan masalah secara realistis serta mampu

menafsir dan mengevaluasi hasil

pengamatan sehingga pemahamannya

terhadap materi menjadi lebih optimal.

Penerapan model pembelajaran Problem

Solving ini dilaksanakan melalui lima

tahapan yaitu pembangkitan minat,

eksplorasi, penjelasan, elaborasi, dan

evaluasi. Dari setiap tahapan yang

dilaksanakan akan memberikan

kesempatan pada siswa untuk aktif didalam proses pembelajaran sehingga susana belajar menjadi lebih menyenangkan.

Seperti yang dikemukakan oleh

Solihatin (2012:91) bahwa kegiatan belajar melalui pemecahan masalah bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi, mengembangkan

kemampuan berfikir alternatif, serta

kemampuan mengambil keputusan

berdasarkan alternatif yang tersedia dan

problem solving adalah upaya individu atau

kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut. Hasil penelitian seperti yang telah dipaparkan di atas juga didukung oleh penelitian dari Hasil penelitian Sutriasih (2012:39) menyatakan

bahwa Model pembelajaran Problem

solving mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Sutriasih hasil yang dicapai adalah yaitu skor hasil belajar meningkat sebesar 11,48% dari 64,63% menjadi 76,11% sedangkan ketuntasan klasikal meningkat sebesar 29,63% dari 59,26% menjadi 88,89%.

Berbeda dengan yang diterapkan

pada kelompok kontrol, strategi

pembelajaran yang konvensional yang

diterapkan sering kali menimbulkan

(9)

ini tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran

dan cenderung menunggu

informasi-informasi yang disampaikan oleh guru. Jadi sudah dapat dilihat proses pembelajaran

dengan pembelajaran konvensional

membuat siswa cenderung pasif yang berpengaruh pada perolehan hasil belajar siswa yang kurang optimal.

Dalam pelaksanaan penelitian juga terdapat beberapa kendala yang dihadapi

pada penerapan model pembelajaran

Problem Solving, terutama pada pertemuan

pertama. Kendala-kendala tersebut

diantaranya, (1) keterbatasan waktu untuk

menerapkan pembelajaran Problem

Solving, (2) kondisi kelas yang masih ramai, kurang disiplin dan kurang tertib, (3) kurangnya persiapan belajar siswa dalam memahami materi yang akan dipelajari. Tapi hal tersebut sudah dapat diminimalisir pada pertemuan-pertemuan berikutnya.

Dari segi kendala dan teoritik, maka penerapan penelitian ini harus dilakukan pada situasi kelas yang tenang dan nyaman serta kemampuan guru dalam memfasilitasi dan membimbing siswa dalam proses

pembelajarannya. Sehingga model

pembelajaran Problem Solving yang telah

terbukti lebih baik dibandingkan dengan

penerapan pembelajaran konvensional

dapat diterapkan dengan lebih baik dan dapat memberikan variasi dalam memilih model pembelajaran agar siswa tidak mudah jenuh dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan sehingga hasil belajar PKn dapat dioptimalkan.

PENUTUP

Dari hasil uji hipotesis yang telah

dilakukan dengan menggunakan uji-t

diketahui bahwa thitung = 2.12 > ttabel = 2.00

(taraf signifikan 5% dan dk = 61) sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar PKn siswa yang dibelajarkan melalui

model pembelajaran Problem Solving

dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014.

Berdasarkan tes akhir pembelajaran (post

test) diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih dari kelompok

kontrol (70.67 > 64,9), hal ini berarti bahwa

rata-rata prestasi belajar kelompok

eksperimen yang dibelajarkan melalui

model pembelajaran Problem Solving lebih

baik dari kelompok kontrol yang

dibelajarkan melalui pembelajaran

konvensional. Jadi dapat dikatakan bahwa

model pembelajaran Problem Solving

berpengaruh terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V SD Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014 .

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh beberapa saran yang dapat disampaikan, Dari hasil penelitian ini yang menunjukan bahwa model pembelajaran

Problem Solving memberikan pengaruh

terhadap hasil belajar PKn siswa kelas Vb SD Negeri 10 Sumerta tahun ajaran 2013/2014. Maka dari itu bagi guru

hendaknya menerapkan model

pembelajaran secara bervariasi, salah satunya dengan menerapkan model

pembelajaran Problem Solving dalam

pelasanaan pembelajaran PKn, Kepada

peneliti lain diharapkan melakukan

penelitian dengan model pembelajaran Problem Solving pada materi PKn yang lain atau mata pelajaran selain PKn serta dengan melibatkan sampel yang lebih luas.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede, 1997. Pengantar

Evaluasi Pengajaran, Singaraja :

STKIP. 1999. Metodologi Penelitian

Pendidikan, Singaraja : STKIP

Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.

Jakarta : Rineka Cipta.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian.

Yogyakarta: Andi Offset.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan.

2010. Strategi belajar Mengajar.

(10)

Fathurrohman, Wuri. 2011. Pemblajaran PKn Di Sekolah Dasar ( Untuk PGSD

dan Guru SD ) Yogyakarta : Nuha

Litera.

Miarso, Yusufhadi, dkk. 1986. Teknologi

Komunikasi Pendidikan. Jakarta:

Rajawali.

Nasution, S. 1983. Sosiologi Pendidikan.

Jakarta : Bumi Aksara.

Saminanto. 2010. Ayo Prakti PTK

(Penelitian Tindakan Kelas).

Semarang:RaSAIL Media Group.

Solihatin E. 2012 Strategi Pembelajaran

PPKN Jakarta : PT Bumi Aksara.

Sugiyono.2006. Evaluasi Pembelajaran.

Tersedia pada

http://p4mristkippgrisda.wordpress.com

/2011/05/10/uji-validitas-dan-reliabilitas/ Diakses tanggal 21 Januari 2013.

Suraprananata, Sumarna. 2004. Analisis,

valeditas, realibilitas dan intepretasi hasil tes.Bandung : Rosda.

Suryanto, Adi, dkk.2008. Evaluasi

pembelajaran di SD. Jakarta :

Universitas Terbuka.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini secara garis besar bertujuan untuk memahami dinamika psikologis terkait dengan identitas sosial dalam ruang interaksi pasangan perkawinan beda

Narkoba Kepolisian Resor Buleleng sering kali jika dimintai keterangan pasti memutus rantai yang berarti dan tidak memberikan informasi terkait barang tersebut sehingga

Pada proses ini peneliti berserta masyarakat RT 19 melakukan pertemuan kembali di rumah ibu titin pada tanggal 30 maret 2018. Membahas tentang mimpi-mimpi yang ingin

Dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan diperoleh data historis luas sawah terkena kekeringan untuk seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia. Karena daerah layanan

Berdasarkan tabel di atas terdapat nilai Adjusted R Square adalah 0,396 atau 39,6% variabel Remunerasi, motivasi, dan Kepuasan Kerja dapat menjelaskan Kinerja

Menurut Kusumadewi (2003) menyatakan bahwa metode back propagation dapat digunakan untuk melakukan pendeteksian suatu jenis penyakit, gangguan, maupun kasus yang memiliki data

Diharapkan perancangan ini dapat memberikan informasi pada masyarakat Surabaya, khususnya para ibu hamil tentang pentingnya pola makan sehat pada masa

9.Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang