BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang mempelajari hubungan dan faktor risiko dengan akibat yang berupa penyakit atau keadaan (status) kesehatan tertentu dalam waktu yang bersamaan (Nasir A dkk, 2011).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara tahun 2012.
3.2.2 Waktu Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita yang berusia 0–59 bulan yang terdaftar dalam catatan Puskesmas Sei Balai pada tahun 2011. Jumlah ibu yang ada di Kecamatan Sei Balai sebanyak 2940 orang.
3.3.2 Sampel
Berdasarkan rumus perhitungan sampel diatas maka diperoleh besar sampel minimal dalam penelitian ini adalah orang. Pengambilan besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus besar sampel untuk uji hipotesis data proporsi satu populasi yang dikutip oleh Hidayat (2010) sebagai berikut:
n=
{
(
)
(
)
}
Pa = Proporsi kunjungan balita ke posyandu yang diharapkan 84,18%
(
)
Penentuan besar sampel tiap desa di Kecamatan Sei Balai dengan metode proportional random sampling dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Perhitungan Besar Sampel Penelitian di Kecamatan Sei Balai
No Nama Desa Populasi Perhitungan Besar
sampel
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan metode kuesioner yang telah diuji coba yang mengacu pada variabel yang akan diteliti.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder di peroleh dari puskesmas dan posyandu yang meliputi, jumlah balita yang berusia 0-59 bulan, laporan penimbangan posyandu yang diperoleh dari KMS, register posyandu dan catatan jumlah balita di puskesmas. Sedangkan data mengenai gambaran umum lokasi penelitian diperoleh dari kantor Kecamatan Sei Balai.
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau skor yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel yang ditunjukkan dengan nilai corrected item total correlation. Dari hasil analisis dibandingkan dengan r tabel (0,361) pada α 5% df = 28, jika item pertanyaan
memiliki nilai corrected item total correlation kurang dari 0,361 maka pertanyaan dinyatakan tidak valid (Hidayat, 2010).
menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Koefisien yang akan dihasilkan akan bervariasi antara 0 hingga 1, jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 maka dapat dikatakan bahwa alat ukur dalam hal ini kuesioner dinyatakan reliabel (Hidayat, 2010).
Uji validitas dan reabilitas dilakukan pada 30 orang ibu yang mempunyai balita di Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara dengan alasan memiliki karakteristik yang relatif sama.
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap Item Pernyataan n Corrected
item-Total correlation
1. Membawa anak ke posyandu membuat anak menjadi lebih sehat
30 0,644 Valid
2. Karena tidak dikenakan biaya saya membawa balita saya ke posyandu
30 0,658 Valid
3. Membawa anak balita untuk di timbang secara rutin tiap bulan sampai usia 5 tahun tidak akan membuang waktu
30 0,445 Valid
4. Jarak posyandu yang dekat dari rumah , memungkinkan pergi ke posyandu
30 0,673 Valid
5. Memiliki Kartu menuju sehat (KMS) membuat saya akan datang mengunjungi posyandu
30 0,626 Valid
0,878 Reliabel 6. Kehadiran petugas kesehatan
dan tokoh masyarakat membuat saya lebih rajin ke posyandu
30 0,556 Valid
7. Membawa balita ke posyandu meskipun balita dalam keadaan sakit adalah hal yang baik
Tabel 3.2 (Lanjutan) Item Pernyataan n Corrected
item-Total correlation
8. Pelayanan di posyandu kurang baik karena
fasilitasnya kurang lengkap membuat saya enggan pergi ke posyandu
30 0,730 Valid
9. Kegiatan Pemberian makanan tambahan
diposyandu membuat anak saya lebih sehat
30 0,481 Valid
10. Kegiatan penyuluhan di posyandu perlu membuat saya lebih banyak tahu tentang kesehatan balita
30 0,609 Valid
Tabel 3.2 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation (rhitung) lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya sepuluh item pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel sikap semuanya valid.. Memerhatikan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,878 dan lebih besar dari nilai rtabel, hal ini menunjukkan bahwa sepuluh item pernyataan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Norma Subjektif Item Pernyataan n Corrected
item-Total correlation
1. Saya berkeinginan untuk membawa anak balita saya keposyandu atas saran Keluarga saya
30 0,790 Valid
2. Saya termotivasi membawa balita saya ke posyandu seperti yang disarankan oleh Kader
30 0,407 Valid
3. Pendapat Petugas kesehatan berpengaruh pada saya untuk membawa anak balita saya ke posyandu
Tabel 3.3 (Lanjutan) Item Pernyataan n Corrected
item-Total correlation
4. Pendapat Tokoh masayarakat memengaruhi saya untuk membawa anak balita saya ke posyandu
30 0,828 Valid
5. Melihat ibu-ibu lain
membawa anak ke posyandu mendorong saya untuk membawa anak ke posyandu
30 0,377 Valid
Tabel 3.3 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation (rhitung) lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya lima item pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel norma subjektif semuanya valid.. Memerhatikan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,781 dan lebih besar dari nilai rtabel, hal ini menunjukkan bahwa lima item pernyataan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perceived Behavioral Control
Item Pernyataan n Corrected item-Total correlation
1. Karena tidak dikenakan biaya, untuk datang ke posyandu memungkinkan saya membawa balita saya ke posyandu
30 0,623 Valid
2. Jarak posyandu yang dekat dengan rumah memudahkan saya untuk datang ke posyandu
30 0,765 Valid
3. Anak sakit bukan hambatan bagi saya untuk membawa balita ke posyandu
30 0,401 Valid
4. Pekerjaan saya bukan hambatan bagi saya untuk membawa balita ke posyandu
Tabel 3.4 (Lanjutan) Item Pernyataan n Corrected item-Total correlation
5. Memiliki balita lebih dari satu bukan halangan bagi saya untuk membawa balita ke posyandu
30 0,711 Valid
6. Jika adaanggota keluarga yang mengantar ke posyandu memudahkan saya untuk pergi ke posyandu
30 0,408 Valid
7. Ajakan tetangga pada setiap kegiatan posyandu membuat saya lebih rajin ke posyandu
30 0,623 Valid
Tabel 3.4 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation (rhitung) lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya tujuh item pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel Perceived behavioral control semuanya valid.. Memerhatikan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,832 dan lebih besar dari nilai rtabel, hal ini menunjukkan bahwa tujuh item pernyataan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Intensi Item Pernyataan n Corrected
item-Total correlation
1. Saya akan membawa anak saya ke posyandu bulan depan.
30 0,974 Valid
2. Saya akan membawa anak saya ke posyandu setiap bulan
30 0,946 Valid 0,978 Reliabel
3. Saya akan melakukan kunjungan ke posyandu sampai anak saya berumur 5 tahun
Tabel 3.5 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total Correlation (rhitung) lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya tiga item pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel intensi emuanya valid.. Memerhatikan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,978 dan lebih besar dari nilai rtabel, hal ini menunjukkan bahwa tiga item pernyataan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.
3.5 Definisi Operasional Variabel
1. Sikap adalah kecenderungan responden untuk bereaksi afektif terhadap kunjungan ke posyandu. Kuesioner untuk variabel sikap berjumlah 10 soal. Kuesioner menggunakan skala semantic difference dengan skor 1-7.
2. Norma Subjektif adalah motivasi responden untuk mematuhi pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya untuk melakukan kunjungan. Kuesioner untuk variabel ini berjumlah 5 soal. Kuesioner menggunakan skala semantic difference dengan skor 1-7
3. Perceiveid Behavioral Control adalah keyakinan responden terhadap kemampuannya untuk melakukan kunjungan ke posyandu. Kuesioner untuk variabel ini berjumlah 7 soal. Kuesioner menggunakan skala semantic difference dengan skor 1-7
5. Kunjungan balita ke posyandu adalah kehadiran ibu datang ke posyandu untuk mengikuti kegiatan posyandu dalam 6 bulan terakhir. Kuesioner menggunakan skala semantic difference dengan skor 1-7
3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah : kunjungan ibu balita ke posyandu
3.6.2 Variabel Independen
Variabel independen dari penelitian ini adalah sikap, norma subjektif, perceived behavioral control.
3.6.2 Variabel Antara
Variabel Antara dari penelitian ini adalah Intensi. 3.6.3 Aspek Pengukuran
Tabel 3.6 Skala Pengukuran Variabel
No Variabel Defenisi Operasional Skala
Pengukuran 1. Sikap Kecenderungan responden untuk bereaksi
afektif terhadap kunjungan ke posyandu
Interval 2. Norma
subjektif
Motivasi responden untuk mematuhi pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya untuk melakukan kunjungan ke posyandu Norma subjektif
Interval
3. Perceived Behavioral Control
Keyakinan responden terhadap
kemampuannya untuk melakukan kunjungan ke posyandu
Interval
4. Intensi Kecenderungan responden untuk melakukan kunjungan ke posyandu
Tabel 3.6 (Lanjutan)
No Variabel Defenisi Operasional Skala
Pengukuran 5. Kunjungan
balita
ke posyandu
Kehadiran ibu datang ke posyandu untuk mengikuti kegiatan posyandu dalam 6 bulan terakhir
Interval
3.7 Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan menggunakan program komputer. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis jalur (path analysis). Menurut Reterford (1993) dalam Sunyoto (2011) menyatakan analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya memengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung. 3.7.1 Prinsip-prinsip Dasar
1. Adanya linearitas. Hubungan antar variabel bersifat linear. 2. Adanya aditivitas. Tidak ada efek-efek interaksi.
3. Data bersifat interval. Semua variabel yang diobservasi mempunyai data berskala interval.
4. Semua variabel residual (yang tidak diukur) tidak berkorelasi dengan salah satu variabel-variabel dalam model.
error yang besar dari koefisien beta yang digunakan untuk menghilangkan varians biasa dalam melakukan analisis korelasi secara parsial.
6. Adanya recurcivitas. Semua anak panah mempunyai satu arah, tidak boleh terjadi pemutaran kembali.
7. Spesifikasi model benar diperlukan untuk menginterpretasi koefisien-koefisien jalur. Kesalahan spesifikasi terjadi ketika variabel penyebab yang signifikan dikeluarkan dari model. Semua koefisien jalur akan merefleksikan kovarians bersama dengan semua variabel yang tridak diukur dan tidak akan dapat diinterpresati secara tepat dalam kaitannya dengan akibat langsung dan tidak langsung.
8. Terdapat masukan korelasi kita yang sesuai. Artinya jika menggunakan matriks korelasi sebagai masukan, maka korelasi Pearson digunakan untuk dua variabel berskala interval.
9. Terdapat ukuran sampel yang memadai menggunakan sampel minimal 100 untuk memperoleh hasil analisis yang signifikan dan lebih akurat.
10.Sampel sama dibutuhkan untuk penghitungan regresi dalam model jalur. 11.Asumsi analisis jalur mengikuti asumsi umum regresi linear yaitu :
a. Model regresi harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka signifikan pada anova sebesar < 0.05
c. Koefisien regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan uji T. Koefisien regresi signifikan jika T hitung > T tabel
d. Tidak boleh terjadi multikolinearitas, artinya tidak boleh terjadi korelasi yang terlalu tinggi atau sangat rendah antar variabel bebas.
e. Tidak terjadi otokorelasi jika angka Dubin dan Watson < 1 dan > 3 3.7.2 Pemodelan Jalur
e1 e2
Gambar 3.1 Pemodelan Jalur
Berdasarkan gambar model di atas, dapat dibuat persamaan struktural analisis dua jalur yang meliputi X1,X2,X3 sebagai variabel bebas, X4 sebagai variabel antara dan Y` sebagai variabel terikat dan e = error sebagai berikut ;
a. Persamaan substruktur pertama : X4 = b1X4X1 + b2X4X2 + b1X4X3 + e1 b. Persamaan substruktur kedua :
Y = b1YX1 + b2YX3 + b3YX4 + e2 X1
X2
X3
Keterangan: X1 = Sikap
X2 = Norma subjektif
X3 = Perceived behavioral control X4 = Intensi
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis
Kecamatan Sei Balai adalah salah satu dari 7 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Batu Bara yang sebelumnya merupakan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Asahan, selanjutnya pada tahun 1993 dimekarkan menjadi Kecamatan Perwakilan Sei Balai dan pada 16 Oktober 2000 resmi menjadi Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan secara depenitif, dan terdiri dari 11 Desa.
Pada saat pemekaran Kabupaten Batu Bara pada tahun 2006 jumlah desa yang berada di Kecamatan Sei Balai terdiri dari 8 desa, karena 3 desa masuk ke wilayah Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan.
Selanjutnya pada Tahun 2011 berdasarkan usulan masyarakat desa dan sesuai dengan kriteria dan perundang-undangan, desa-desa yang ada di wilayah Kecamatan Sei Balai dimekarkan 6 desa, sehingga jumlah desa yang berada di Kecamatan Sei Balai pada saat ini menjadi 14 desa.
Batas-batas Kecamatan Sei Balai sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Tiram dan Kecamatan Talawi
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Tiram dan Kabupaten Asahan
Kecamatan Sei Balai berada pada ketinggian 0-6 meter dari permukaan laut dan terletak di koordinat 00 Lintang Selatan -30 Lintang Utara dan 960 Bujur Timur – 1020 Bujur Barat. Luas wilayah Kecamatan Sei Balai 9.286,9 Ha yang terdiri dari 14 Desa yaitu :
1. Desa Durian 201 Ha 2. Desa Sukaramai 208 Ha 3. Desa Kwala Sikasim 211 Ha 4. Desa Perk. Sei Bejangkar 1.619,9 Ha 5. Desa Mekar Mulio 225 Ha 6. Desa Perk. Sei Balai 3.727 Ha 7. Desa Siajam 250 Ha 8. Desa Sei Balai 100 Ha 9. Benteng Jaya 150 Ha 10.Tanah Timbul 150 Ha
11.Mekar Baru 245 Ha
12.Sidomulyo 175 Ha
13.Sukorejo 217 Ha
Keadaan wilayah Kecamatan Sei Balai mempunyai potensi yang hampir sama dengan Kecamatan-Kecamatan lain yang ada di wilayah Kabupaten Batu Bara. Diantaranya potensi dimaksud adalah :
a. Merupakan daerah pertanian tanaman padi juga perkebunan karet dan sawit milik perusahaan (BUMN dan Swasta)
b. Wilayahnya terdiri dari dataran rendah yang dilalui oleh sungai-sungai sehingga cocok untuk lahan pertanian.
c. Penduduk terdiri dari beberapa suku, agama, dan kebudayaan yang menyatu dalam ke Bhinekaan.
d. Terletak dilintas jalan raya Sumatera Utara. 4.1.2 Kependudukan
Penduduk Kecamatan Sei Balai sampai dengan bulan Agustus 2012 berjumlah 29.651 jiwa. Laki-laki 14.299 jiwa, perempuan 15.352 jiwa dengan jumlah KK 6.648. Distribusi jumlah penduduk menurut kepala keluarga dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Masing-masing Desa
Nama Desa Luas Dusun Jumlah KK
Jumlah Penduduk
Jumlah Laki-Laki Perempuan
Sei Balai 100 10 787 1.337 1.543 2.880
Kwala Sikasim 211 7 539 1.189 1.223 2.412
Mekar Mulio 225 7 321 559 656 1.215
Durian 201 7 588 1.135 1.075 2.210
Sukaramai 208 4 390 755 771 1.526
Siajam 250 8 409 1.373 1.490 2.863
Ps. Balai 3.727 9 675 1.558 1.535 3.093
Tabel 4.1 (Lanjutan)
Sumber : Profil Kecamatan Sei Balai tahun 2012
Jumlah balita di Kecamatan Sei Balai berjumlah 2940 orang.
Tabel 4.2 Distribusi Balita di Kecamatan Sei Balai Berdasarkan Umur
No Nama Desa Umur
Sumber : Data Puskesmas Kecamatan Sei Balai tahun 2011
4.1.3 Sarana Kesehatan
a. Puskesmas 1
b. Puskesmas Pembantu 5 c. Posyandu 48
d. Dokter 2 e. Perawat 6 f. Bidan Desa 15 g. Kader Posyandu 240
4.1.4 Gambaran Pelaksanaan Posyandu
Terlaksananya kegiatan posyandu melibatkan banyak pihak, kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan digerakkan oleh kader posyandu dengan bimbingan teknis dari petugas kesehatan di puskesmas dan sektor terkait. Jumlah minimal kader untuk setiap posyandu adalah 5 (lima) orang. Jumlah ini sesuai dengan kegiatan utama yang dilaksanakan oleh posyandu, yakni yang mengacu pada sistem 5 meja. Dalam pelaksanaan posyandu di Kecamatan Sei Balai fungsi kader belum berjalan optimal baik pada hari sebelum , pada hari buka dan hari sesudah posyandu belum terlaksana dengan baik, dari 240 orang kader tidak kader aktif hadir dalam kegiatan posyandu. Pelibatan tokoh masyarakat juga masih belum optimal, tokoh masyarakat sebenarnya mempunyai peranan besar dalam upaya peningkatan kunjungan ke posyandu.
kesehatan di Puskesmas Sei Balai 23 orang dan petugas gizi hanya 1 orang. Pada waktu pelaksanaan kegiatan posyandu dari jumlah balita yaitu sebesar 74,18 %. Kegiatan posyandu pada umumnya hanya dimanfaatkan untuk pengobatan dan imunisasi, dan masyarakat enggan untuk membawa balita untuk melakukan pemantauan tumbuh kembang.
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan/mendiskripsikan karakteristik responden, sikap, norma subjektif dan perceived behavior control dengan intensi dan kunjungan balita ke posyandu. Bentuknya tergantung dari jenis data. Untuk data kategori hanya dapat menjelaskan angka/nilai jumlah dan persentase masing-masing kelompok. Sedangkan untuk data numerik digunakan nilai mean, median, standar deviasi dan lain-lain. Disamping itu juga digunakan untuk melihat normalitas data. 4.2.1 Karakteristik Responden
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan Ibu yang Mempunyai Balita di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Tahun 2012
No Pendidikan n %
1 SD 60 43,8
2 SMP 23 16,8
3 SMU 37 27,0
4 DI, DII & DIII 11 8,0
5 S1 6 4,4
Total 137 100,0
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden yang paling banyak bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 71 orang (51,85), sedangkan responden yang paling sedikit adalah wiraswasta yaitu 12 orang (8,8%), dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan Ibu yang Mempunyai Balita di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Tahun 2012
No Pekerjaan n %
1 Ibu rumah tangga 17 12,4
2 Petani 71 51,8
3 Pedagang 23 16,8
4 Wiraswasta 12 8,8
5 PNS 14 10,2
Total 137 100,0
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jumlah Anak Ibu yang Mempunyai Balita di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Tahun 2012
No Pekerjaan n %
1 ≤2 orang 80 58,4
5 >2 orang 57 41,6
Total 137 100,0
4.2.2 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data menggunakan distribusi normal yakni dengan angka signifikan p > 0,05 maka data berdistribusi normal.
Tabel 4.6 Uji Normalitas Variabel Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior Control, Intensi dan Kunjungan Balita ke Posyandu
Variabel p Keterangan
Sikap 0,116 Normal
Norma Subjektif 0,122 Normal
Perceived Behavior Control 0,143 Normal
Intensi 0,109 Normal
Kunjungan Balita ke Posyandu 0,050 Normal
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas diketahui bahwa dari hasil uji normalitas bahwa seluruh variabel (sikap, norma subjektif, perceived behavior control, intensi dan kunjungan balita ke posyandu) berdistribusi normal.
4.2.3 Gambaran Karakteristik Responden
Tabel 4.7 Gambaran Karakteristik Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior Control dengan Intensi dan Kunjungan Balita ke Posyandu
Variabel Mean SD Min Max 95% CI n
Sikap 36,72 9,942 17 63 35,04;38,40 137
Norma Subjektif 17,36 2,990 10 27 16,86;17,87 137 Perceived
Behavior Control
32,47 7,285 7 49 31,24;33,71 137
Intensi 15,75 2,987 3 21 15,25;16,26 137
Kunjungan
Balita ke Posyandu
4,54 1,774 1 7 4,24;4,84 137
dan untuk kunjungan balita ke posyandu dipopulasi Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara terletak diantara 4,24 sampai 4,84.
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel bebas (sikap, norma subjektif, perceived behavioral control dan intensi) terhadap variabel terikat (kunjungan balita ke posyandu). Dikatakan ada hubungan dan bermakna secara statistik jika diperoleh hasil uji lebih kecil dari nilai “p” (signifikan) yang ditentukan yaitu p<0,05.
Tabel 4.8 Hasil Analisis Bivariat
Variabel 1 Variabel 2 p R Keterangan
Sikap Norma subjektif 0,156 0,122 Tidak berhubungan Perceived behavioral
control
0,142 0,126 Tidak berhubungan Intensi 0,212 -0,107 Tidak berhubungan Kunjungan balita 0,902 0,011 Tidak berhubungan Norma
subjektif
Perceived behavioral control
0,071 0,155 Tidak berhubungan Intensi 0,332 0,083 Tidak berhubungan Kunjungan balita 0,688 -0,035 Tidak berhubungan Perceived
behavioral control
Intensi 0,787 -0,023 Tidak berhubungan Kunjungan balita 0,231 -0,103 Tidak berhubungan Intensi Kunjungan balita 0,001 0,515* Berhubungan Keterangan : * signifikan
4.3.1 Ringkasan Hasil Estimasi Parameter Model
Ringkasan hasil estimasi parameter model untuk pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavior control, dan intensi terhadap kunjungan balita ke posyandu dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Estimasi Parameter Model
Model Koefisien
Jalur T p R
2
F Sub struktural 1 (X1 X2 X3 ke X4)
0,406 X1 (ρX4X1) -0,117 -1,341 0,182
0,022 X2 (ρX4X2) 0,101 1,162 0,247
X3 (ρX4X3) -0,024 -0,278 0,782 Sub struktural 2 (X1 X2 X3 X4 ke Y)
X1 (ρYX1) 0,088 1,172 0,243
0,285 0,001 X2 (ρYX2) -0,76 -1,005 0,317
X3 (ρYX3) -0,90 -1,202 0,231 X4 (ρYX4) 0,529 7,111 0,001 1. Sub struktural 1 (X1 X2 X3 ke X4)
Norma subjektif secara langsung mempunyai pengaruh positif terhadap intensi ibu untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu. Besarnya pengaruh lansung norma subjektif terhadap intensi sebesar 0,101 atau 10,1%. Sedangkan selebihnya 89,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Artinya semakin baik norma subjektif ibu maka semakin baik pula intensi ibu untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu.
Perceived behavioral control secara langsung berpengaruh negative terhadap intensi ibu untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu. Besarnya pengaruh perceived behavioral control terhadap intensi sebesar -0,024. Jika terjadi peningkatan intensi maka Perceived behavioral control akan meningkat sebesar -0,024.
2. Sub struktural 2 (X1 X2 X3 X4 ke Y)
Sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, dan intensi ibu dapat memengaruhi kunjungan balita ke posyandu dengan nilai F=0,001. Secara langsung sikap berpengaruh terhadap kunjungan balita ke posyandu. Besarnya pengaruh sikap terhadap kunjungan balita ke posyandu adalah sebesar 0,088 atau 8,8%. Artinya baik tidaknya kunjungan balita ke posyandu dipengaruhi oleh sikap ibu yang mempunyai balita sebesar 8,8% sedangkan selebihnya 91,2% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Jika intensi meningkat maka dipengaruhi oleh sikap sebesar 0,088.
faktor lain di luar model. Dengan demikian baik tidaknya norma subjektif ibu yang mempunyai balita tidak memengaruhi terhadap kunjungan balita ke posyandu.
Secara langsung perceived behavioral control ibu berpengaruh negatif terhadap kunjungan balita ke posyandu. Besarnya pengaruh perceived behavioral control terhadap kunjungan balita ke posyandu sebesar -0,090 atau 9,0% dan selebihnya 91,0% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model.
Intensi ibu berpengaruh positif dan signifikan terhadap kunjungan balita ke posyandu. Besarnya pengaruh intensi ibu terhadap kunjungan balita ke posyandu sebesar 0,529 atau 52,9% dan selebihnya 47,1% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Artinya semakin baik intensi ibu yang mempunyai balita maka semakin baik pula kunjungan balita ke posyandu. Dari keempat variabel (sikap, norma subjektif, perceived behavior control dan intensi) yang digunakan sebagai prediktor kunjungan balita ke posyandu, variabel intensi merupakan variabel terkuat yang memengaruhi kunjungan balita ke posyandu dibandingkan dengan tiga variabel yang lain yaitu sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control.
4.3.2 Diagram Jalur Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavioral Control dan Intensi terhadap Kunjungan Balita ke Posyandu di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara Tahun 2012
ρYX1=0,088
ρX4X1= -0,117 Є1=0,78 Є2=0,715 ρX4X2=0,101 ρYX4=0,529
ρX4X3= -0,024
ρYX3= -0,090
Gambar 4.1 Diagram Analisis Jalur Penelitian Persamaan struktural untuk model tersebut sebagai berikut:
Intensi (X4) = -0,117X1 + 0,101X2 - 0,024X3 + 0,78Є1
Kunjungan balita ke Posyandu (Y) = 0,088X1 - 0,076 X2 – 0,090X3 + 0,529X4 + 0,715Є2
4.3.3 Hasil Perhitungan Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavioral Control, dan Intensi terhadap Kunjungan Balita ke Posyandu
1. Pengaruh Langsung (Direct Effect atau DE)
Untuk menghitung pengaruh langsung atau DE, digunakan formula sebagai berikut:
Pengaruh variabel sikap terhadap intensi X1 X4 = -0,117
Pengaruh variabel norma subjektif terhadap intensi Sikap
Norma subjektif
Perceived behavioral
control
X2 X4 = 0,101
Pengaruh variabel perceived behavioral control terhadap intensi X3 X4 = -0,024
Pengaruh variabel sikap terhadap kunjungan balita ke posyandu X1 Y = 0,088
Pengaruh variabel norma subjektif terhadap kunjungan balita ke posyandu X2 Y = -0,076
Pengaruh variabel perceived behavioral control terhadap kunjungan balita ke posyandu
X3 Y = -0,090
Pengaruh variabel intensi terhadap kunjungan balita ke posyandu X4 Y = 0,529
2. Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect atau IE)
Untuk menghitung pengaruh tidak langsung atau IE, digunakan formula sebagai berikut:
Pengaruh variabel sikap terhadap kunjungan balita ke posyandu melalui intensi
X1 X4 Y = (-0,117x0,529) = -0,062
Pengaruh variabel norma subjektif terhadap kunjungan balita ke posyandu melalui intensi
Pengaruh variabel perceived behavioral control terhadap kunjungan balita ke posyandu melalui intensi
X3 X4 Y = (-0,024x0,529) = -0,013 3. Pengaruh Total (Total Effect)
Untuk menghitung pengaruh total, digunakan formula sebagai berikut:
Pengaruh variabel sikap terhadap kunjungan balita ke posyandu melalui intensi
ρYX1 + IE = (0,088-0,062) = 0,026
Pengaruh variabel norma subjektif terhadap kunjungan balita ke posyandu melalui intensi
ρYX2 + IE = (-0,076+0,053) = -0,023
Pengaruh variabel perceived behavioral control terhadap kunjungan balita ke posyandu melalui intensi
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Sikap, Norma Subjektif dan Perceived Behavior Control terhadap Intensi tentang Kunjungan Balita ke Posyandu di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara
Berdasarkan hasil uji analisis regresi bahwa sikap, norma subjektif dan perceived behavior control (PBC) tidak berpengaruh terhadap intensi ibu untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu. Besaran pengaruh simultan adalah 0,022 atau 2,2% merupakan kontribusi dari variabel sikap, norma subjektif dan perceived behavior control terhadap intensi ibu, sedangkan sisanya 97,8% dipengaruhi faktor lai di luar model seperti pendidikan, pendapatan, pekerjaan, umur balita, jumlah anak, pengetahuan.
Hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak ada pengaruh antara sikap terhadap intensi dengan nilai p= 0,182 (p > 0,05). Besarnya koefisien determinan sikap terhadap intensi ibu sebesar -0,117 atau 11,7%. Sedangkan selebihnya 88,3% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Sikap mempunyai pengaruh langsung yang negatif terhadap intensi, yang artinya intensi ibu ke posyandu tidak dipengaruhi oleh sikap ibu terhadap posyandu.
atau sikap sebagai faktor predisposisi atau faktor yang ada dalam diri seseorang yang dipelajari untuk memberikan respon dengan cara yang konsisten, yaitu menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek yang diberikan. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
Dari hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada pengaruh norma subjektif terhadap intensi ibu untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu diperoleh nilai p= 0,247 (p > 0,05). Besarnya pengaruh langsung norma subjektif terhadap intensi ibu sebesar 0,101 dan koefisien determinan norma subjektif terhadap intensi sebesar 10,1%. Sedangkan selebihnya 89,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Norma subjektif mempunyai pengaruh langsung yang posisitf terhadap intensi ibu, setiap peningkatan intensi ibu ke posyandu maka norma subjektif mempunyai kontribusi sebesar 0,101. Semakin baik norma subjektif ibu maka semakin baik intensi ibu ke posyandu .
menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang-orang lain yang penting berfikir bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Orang lain yang penting tersebut bisa suami, orang tua, tokoh masyarakat, kader, petugas kesehatan dan sebagainya. Hal ini diketahui dengan cara menanyai responden untuk menilai apakah orang-orang lain yang penting tadi cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia menampilkan perilaku yang dimaksud.
Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara perceived behavior control terhadap intensi ibu untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu diperoleh nilai p= 0,78 (p > 0,05). Besarnya pengaruh langsung perceived behavior control terhadap intensi ibu sebesar -0,024. perceived behavior control mempunyai pengaruh langsung yang negatif terhadap intensi, dimana peningkatan intensi tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya perceived behavior control ibu. Koefisien determinan perceived behavior control terhadap intensi sebesar 2,4%. Sedangkan selebihnya 97,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model.
langsung atau tidak langsung melalui intensi. Jarak rumah ke posyandu, kelengkapan fasilitas posyandu, kepemilikan KMS merupakan sumber yang dapat menjadi faktor pendukung dan penghambat bagi ibu untuk mempunyai intensi melakukan kunjungan ke posyandu.
5.2 Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavior Control melalui Intensi terhadap Kunjungan Balita ke Posyandu di Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara
Berdasarkan hasil uji analisis regresi bahwa sikap ibu terhadap kunjungan balita ke posyandu diperoleh nilai p= 0,243 (p > 0,05), artinya tidak ada pengaruh antara sikap terhadap kunjungan balita ke posyandu.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Sambas (2002) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara variabel sikap dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke posyandu dengan nilai p > 0,05 artinya tidak ada perbedaan antara ibu-ibu anak balita yang mempunyai sikap di atas nilai median dengan yang mempunyai sikap di bawah nilai median untuk mengunjungi posyandu.
Jadi untuk datang ke posyandu dalam melakukan penimbangan semua ibu-ibu anak balita dapat melakukannya tanpa memandang adanya perbedaan sikap diantara mereka.
kecenderungan bertingkah laku (Mar’at, 1984). Begitu pula hasil penelitian Harianto (1992) dan Hutagalung (1992) yang membuktikan adanya hubungan bermakna antara sikap dengan partisipasi masyarakat dalam menimbang anak balita ke posyandu dengan nilai p < 0,05.
Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Pamungkas (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat sikap ibu balita dengan perilaku kunjungan ibu ke Posyandu di Kelurahan Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang dengan nilai p-value 0,035, dan didapatkan bahwa dari responden yang mempunyai sikap terhadap posyandu baik memiliki peluang 4,800 kali untuk berkunjung ke posyandu bandingkan dengan responden yang mempunyai tingkat sikap kurang.
Pada hasil hubungan yang telah didapat frekuensi yang paling banyak adalah tingkat sikap responden yang kurang dan kuantitas kunjungan ke posyandu kurang dengan jumlah 12 responden dari total jumlah responden yang memiliki tingkat sikap kurang. Kurangnya sikap dari ibu balita ke posyandu dikarenakan oleh karena kurangnya antusiasme responden mengikuti rangkaian kegiatan posyandu yang secara klasik dikarenakan tingkat aktivitas yang berlebih.
dipengaruhi oleh peningkatan sikap sebesar 0.008 atau 8,8%. Sedangkan selebihnya 91,2% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model.
Hal ini tidak sesuai dengan landasan teori planned of behavior (Ajzen 2003), berdasarkan teori tersebut bahwa pengaruh sikap terhadap perilaku seseorang dapat terjadi secara tidak langsung melalui intensi. Artinya baik tidaknya perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap melalui intensi karena jika intensi meningkat maka sikapnya baik.
Berdasarkan hasil analisis regresi norma subjektif terhadap kunjungan balita ke posyandu diperoleh nilai p= 0,317 (p > 0,05) artinya tidak ada pengaruh antara norma subjektif terhadap kunjungan balita ke posyandu. Pengaruh langsung norma subjektif terhadap kunjungan ke posyandu sebesar -0,076 dan pengaruh tidak langsung sebesar 0,053, pengaruh tidak langsung lebih besar dari pengaruh langsung posyandu, artinya secara tidak langsung norma subjektif memengaruhi kunjungan ke posyandu sebesar 5,3%. Sedangkan selebihnya 94,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Sambas (2002) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara variabel dorongan dari tokoh masyarakat dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu dengan nilai p > 0,05. Artinya tidak ada perbedaan antara ibu-ibu anak balita yang mendapatkan dorongan dengan yang tidak mendapatkan dorongan untuk mengunjungi Posyandu.
mendapat dorongan dengan yang tidak mendapat dorongan maupun yang tidak pernah mendapat dorongan diantara mereka.
Dorongan dari tokoh masyarakat/RW juga memegang peranan yang sangat penting karena toma/RW merupakan orang penting (key pearson) di lingkungannya yang telah mendapat kepercayaan dari masyrakat untuk memimpin wilayahnya. Hal ini penting dilakukan untuk kesinambungan semua kegiatan yang ada di lingkungan setiap RW yang bersangkutan dan terkait dengan kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Harianto (1992) yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara pembinaan dari tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu-ibu balita ke Posyandu dengan nilai p < 0,05.
Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian Sambas (2002) yang menyatakan bahwa kepemilikan KMS dengan OR=5,381 kali (95% Cl: 2,580-11,221) dan p=0,000. Artinya ibu-ibu anak balita yang memiliki KMS anaknya mempunyai peluang kunjungan baik/rutin 5,381 kali dibandingkan ibu-ibu anak balita yang tidak memiliki KMS anaknya setelah dikontrol variabel pembinaan dari kader dan bimbingan dari petugas puskesmas.
Hal ini dapat dipahami bahwa dengan adanya sarana/kelengkapan relatif lebih memungkinkan untuk menggunakan sarana itu untuk kepentingan tertentu termasuk ibu-ibu anak balita yang memiliki KMS anaknya akan lebih terangsang untuk mengunjungi posyandu karena mereka relatif lebih termotivasi bila melihat/memiliki KMS anaknya. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara variabel jumlah anak balita dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke posyandu dengan nilai p>0,05. Artinya tidak ada perbedaan antara ibu-ibu anak balita yang mempunyai anak satu dengan yang mempunyai anak lebih dari satu untuk mengunjungi posyandu (Sambas, 2002). Jadi untuk datang ke posyandu dalam melakukan penimbangan semua ibu-ibu anak balita dapat melakukannya tanpa memandang adanya perbedaan jumlah anak balita diantara mereka.
Dengan kata lain semakin baik intensi ibu yang mempunyai balita maka semakin baik pula kunjungan balita ke posyandu.
Berdasarkan penelitian Purnamasari (2010) bahwa niat tidak berhubungan dengan keaktifan ibu balita ke posyandu. Hal ini dikarenakan mereka mengetahui bahwa tingkat pendidikan, ilmu dan ketrampilan dari bidan dan kader dari posyandu masih kurang dibandingkan dengan instansi yang lain.
Berdasarkan hasil uji analisis regresi bahwa sikap, norma subjektif, perceived behavior control dan intensi ibu berpengaruh terhadap kunjungan balita ke posyandu. Besaran pengaruh simultan adalah 0,285 atau 28,5% merupakan kontribusi dari variabel sikap, norma subjektif, perceived behavior control dan intensi terhadap kunjungan balita ke posyandu, sedangkan sisanya 72,0% dipengaruhi faktor lain di luar model.
Berdasarkan penelitian Aisyah (2011) dan Pamungkas (2008) faktor lain yang memengaruhi kunjungan balita ke posyandu adalah pengetahuan, kepercayaan, dan dukungan sosial.
5.3 Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan cross sectional dimana pengambilan data dilakukan hanya satu kali secara bersamaan. Oleh sebab itu penelitian ini tidak bermaksud melihat hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan variabel dependen hanya memberikan informasi tentang pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen melalui variabel intervening/perantara.
2. Penggunaan sampel penelitian yang relatif terbatas sebagai sumber informasi, diperkirakan dapat mengganggu atau “tidak 100% akurat” generalisasi hasil penelitian terhadap seluruh anggota populasi di lokasi penelitian. Sampel dalam penelitian ini 137 responden atau lebih dari 100 sampel minimal dalam analisis jalur, tetapi sebaiknya sampel harus cukup besar agar bisa diperoleh analisis jalur yang stabil yaitu 400-1000 responden atau paling tidak 5 kali parameter yang akan diperkirakan.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1Kesimpulan
1. Pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavior control dan intensi terhadap kunjungan balita ke posyandu, dengan nilai F=0,001. Dengan besarnya pengaruh 28,5 %.
2. Besarnya pengaruh langsung antara sikap terhadap kunjungan balita ke posyandu sebesar 0,088 atau 8,8%, sedangkan pengaruh tidak langsung antara sikap terhadap kunjungan balita ke posyandu melalui intensi sebesar -0,062 atau 6,2%. Besarnya pengaruh total sebesar 0,026 atau 2,6%.
3. Besarnya pengaruh langsung antara norma subjektif terhadap kunjungan balita ke posyandu sebesar -0,076 atau 7,6%, sedangkan pengaruh tidak langsung antara norma subjektif terhadap kunjungan balita ke posyandu melalui intensi sebesar 0,053 atau 5,3%. Besarnya pengaruh total sebesar -0,023 atau 2,3%.
4. Besarnya pengaruh langsung antara perceived behavior control terhadap kunjungan balita ke posyandu sebesar -0,090 atau 9,0%, sedangkan pengaruh tidak langsung antara perceived behavioral control terhadap kunjungan balita ke posyandu melalui intensi sebesar -0,013 atau 1,3%. Besarnya pengaruh total sebesar -0,103 atau 10,3%.
semakin baik pula kunjungan balita ke posyandu. Perilaku ibu dalam melakukan kunjungan ke posyandu merupakan perilaku yang tampak dari individu. Faktor penentu perilaku individu adalah besarnya intensi individu untuk menampilkan atau tidak perilaku tersebut.
6. Penelitian ini tidak sesuai dengan landasan teori dimana sikap dapat secara langsung memengaruhi kunjungan balita ke posyandu tanpa melalui intensi, dimana nilai pengaruh langsung sikap lebih besar dari pengaruh tidak langsung terhadap kunjungan balita ke posyandu.
6.2Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Batu Bara agar meningkatkan kesehatan balita dengan peningkatan peran serta masyarakat untuk menghadiri kegiatan posyandu khususnya di Kecamatan Sei Balai sehingga tercapai target nasional 90%.
2. Bagi petugas Puskesmas perlu meningkatkan kegiatan penyuluhan dan tentang manfaat posyandu bagi balita kepada masyarakat khususnya ibu yang mempunyai balita. Petugas puskesmas juga perlu meningkatkan kerjasama dengan kader posyandu dan tokoh masyarakat untuk bersama-sama menggerakkan masyarakat khususnya sasaran Posyandu sehingga mereka mau datang ke Posyandu setiap bulan.