• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil Transmitted Helminths - Perbandingan Status Nutrisi Antara Anak Dengan Dan Tanpa Infeksi Soil Transmitted Helminths

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil Transmitted Helminths - Perbandingan Status Nutrisi Antara Anak Dengan Dan Tanpa Infeksi Soil Transmitted Helminths"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Soil Transmitted Helminths

Cacing merupakan parasit manusia dan hewan yang sifatnya merugikan.

Diantara nematoda usus tedapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui

tanah yang disebut Soil transmitted helminths (STH). Yang termasuk ke

dalam STH adalah Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma

duodenale dan Trichuris trichiura.11

2.1.1. Cacing gelang ( Ascaris lumbricoides)

Ascaris lumbricoides merupakan salah satu penyebab kecacingan pada

manusia. Angka kejadiannya lebih banyak dari infeksi cacing lainnya, dimana

diperkirakan lebih dari 1 milyar orang di dunia pernah terinfeksi cacing ini.11,12

Tidak jarang dijumpai infeksi campuran dengan cacing lain, terutama

Trichiuris trichiura.12

Siklus hidup Ascaris lumbricoides dimulai sejak dikeluarkannya telur

oleh cacing betina dan kemudian dikeluarkan bersama tinja. Dengan kondisi

yang menguntungkan, embrio akan berubah di dalam telur menjadi larva

yang infektif. Apabila manusia tertelan telur yang infektif, larva akan keluar di

duodenum dan menembus dinding usus halus, masuk sirkulasi portal,

(2)

jaringan alveolar paru. Setelah itu larva bermigrasi ke saluran nafas,

kemudian tertelan, turun ke esofagus dan menjadi dewasa di usus halus.

Siklus hidup ini berlangsung sekitar 65 sampai 70 hari.13

Gambar 2.1. Siklus hidup Ascaris lumbricoides12

2.1.2. Cacing cambuk (Trichuris trichiura)

Trichuris trichiura merupakan salah satu penyakit cacing yang banyak

terdapat pada manusia. Diperkirakan sekitar 900 juta orang pernah terinfeksi

cacing ini. Cacing ini disebut juga cacing cambuk karena secara menyeluruh

bentuknya seperti cambuk.11,12

Manusia mendapat infeksi dengan menelan telur yang infektif (telur

yang mengandung larva). Di duodenum larva akan keluar, menembus dan

berkembang di mukosa usus halus dan menjadi dewasa di sekum. Siklus ini

(3)

Gambar 2.2 Siklus hidup Trichuris trichiura12

2.1.3. Cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)

Ada beberapa spesies cacing tambang yang penting dalam bidang medik,

namun yang sering menginfeksi manusia ialah cacing Necator americanus

dan Ancylostoma duodenale. Hospes dari kedua cacing ini adalah manusia.

Di Indonesia infeksi oleh Necator americanus lebih sering dijumpai

(4)

Gambar 2.3. Siklus hidup cacing tambang12

2.1.4. Cara Penularan

Cacing Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Ancylostoma duodenale dan

Necator americanus dikelompokkan sebagai STH karena cara penularannya

pada setiap orang sama yaitu melalui tanah. Secara gambaran epidemiologi,

STH biasa terdapat di daerahberiklim tropis dan daerah beriklim sedang dan

perbedaannya hanya terletak pada jenis spesies dan beratnya penyakit yang

ditimbulkan. Adapun cara cacing ini menginfeksi manusia yakni dengan

menembus kulit manusia oleh larva infeksius (larva matang) atau menelan

telur cacing yang lengket pada makanan atau minuman yang tidak dimasak

(5)

2.1.5. Diagnosis

Cara menegakkan diagnosis adalah dengan pemeriksaan feses secara

langsung. Adanya telur dalam feses dapat memastikan diagnosis infeksi

STH. Selain itu diagnosis dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri baik

melalui mulut atau hidung maupun melalui feses11 Pemeriksaan feses dapat

dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif, yaitu dengan metode Natif,

metode Apung, metode Harada-Mori dan metode Kato-Katz. Metode yang

direkomendasikan ialah dengan metode Kato-Katz.13

Untuk mengetahui intensitas infeksi pada individu adalah dengan cara

menghitung jumlah telur per gram feses. Dengan metode Kato-Katz,

penghitungan egg per gram (epg) dilakukan dengan mengalikan jumlah telur

yang dihitung pada hapusan yang digunakan dengan faktor multiplikasi.

Faktor ini bervariasi tergantung dari luas hapusan yang digunakan.11,14

Jumlah cacing di dalam usus dapat dihitung dengan cara melihat rata-rata

berat tinja yang dikeluarkan per hari (umumnya 150 sampai 200 gram).11

Pada infeksi cacing tambang, derajat keparahan dinilai bukan hanya

berdasarkan jumlah cacing yang ditemukan, namun juga berdasarkan umur,

asupan nutrisi dan asupan zat besi. Hal ini berkaitan dengan kehilangan

hemoglobin melalui feses, dimana dikatakan derajat intensitas ringan jika

(6)

feses dan dikatakan derajat intensitas berat jika kehilangan lebih dari 5

miligram hemoglobin per gram feses.3

2.2. Pengukuran Status Nutrisi

Cara penilaian status nutrisi yaitu berdasarkan:

a. Antropometri

b. Klinis

c. Pemeriksaan laboratorik

d. Analisis diet

Setiap metode penilaian status nutrisi mempunyai kelebihan dan

kelemahan masing-masing. Metode yang paling sering digunakan untuk

melakukan pemantuan status nutrisi anak adalah dengan menggunakan

metode antropometri dan klinis.15,16

2.2.1. Definisi Antropometri

Antropometri merupakan pengukuran pada variasi dimensi fisik dan

komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat nutrisi yang

berbeda.16

2.2.2. Jenis Parameter Antropometri

Antropometri sebagai indikator status nutrisi dapat dilakukan dengan

(7)

Parameter yang dimaksud adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia,

antara lain:

a. Berat Badan

Berat badan (BB) merupakan parameter pengukuran antropometri yang

paling sederhana. Pengukuran BB dilakukan tanpa menggunakan pakaian

atau pakaian seminimal mungkin, tanpa menggunakan alas kaki.

Dilakukan dengan menggunakan timbangan balance beam dengan

keakuratan 0.01 kg pada bayi dan 0.1 kg pada anak besar.15,17

b. Tinggi Badan

Tinggi badan (TB) merupakan parameter yang penting untuk memantau

status nutrisi jangka panjang. Bagi anak yang sudah dapat berdiri,

pengukuran TB dilakukan dengan posisi anak berdiri tegak, kaki yang

sejajar, tumit, bokong dan belakang kepala menyentuh dinding. Bagi bayi

ataupun anak yang belum dapat berdiri, pengukuran TB dilakukan dengan

posisi terlentang dan menggunakan alat pengukur khusus.16

c. Lingkar Kepala

Pengukuran lingkar kepala (LK) rutin merupakan komponen penilaian

status nutrisi anak sampai usia 3 tahun. Pengukuran LK dilakukan

dengan menggunakan pita yang fleksibel dan tidak melar. Pengukuran

LK dilakukan yaitu tepat di atas supra orbita pada bagian paling menonjol

(8)

d. Lingkar Lengan Atas

Lingkar Lengan Atas (LLA) merupakan salah satu pilihan dalam

penentuan status nutrisi, karena mudah dilakukan.15,16

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status nutrisi. Kesalahan

penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status nutrisi menjadi salah.

Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat menjadi tidak

berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.17,18

2.2.3. Indeks Antropometri

Indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut

umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut

tinggi badan (BB/TB). Perbedaan penggunaan indeks tersebut akan

memberikan gambaran prevalensi status nutrisi yang berbeda.18,19

a. Berat badan menurut umur (BB/U)

Berat badan merupakan parameter antropometri yang sangat labil karena

menggambarkan massa tubuh yang sensitif terhadap perubahan

mendadak, seperti terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan

dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana

kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat

nutrisi terjamin, maka BB berkembang mengikuti pertambahan umur.

(9)

perkembangan BB yaitu dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat

dari keadaan normal. Indeks BB/U lebih menggambarkan status nutrisi

seseorang saat ini.17

b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, TB tumbuh seiring dengan

pertambahan umur. Pertumbuhan TB relatif kurang sensitif terhadap

kekurangan nutrisi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat

nutrisi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.

Indeks TB/U lebih menggambarkan status nutrisi masa lalu.15

c. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan TB. Dalam keadaan

normal, perkembangan BB akan searah dengan pertumbuhan TB dengan

kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk

menilai status nutrisi saat kini karena merupakan indeks yang independen

terhadap umur.17,19

d. Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U)

Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot

dan lapisan lemak bawah kulit. LLA berkorelasi dengan indeks BB/U

maupun BB/TB. LLA merupakan parameter yang labil, sehingga dikatakan

merupakan indeks status nutrisi saat kini. Indeks LLA sulit digunakan

(10)

Adapun penggolongan status nutrisi menurut indeks antropometri

dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut.

Tabel 2.1. Pembagian status nutrisi menurut indeks antropometri17

Status Nutrisi

Ambang batas baku untuk keadaan nutrisi berdasarkan indeks antropometri

BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB

2.3. Hubungan Infeksi STH dan Status Nutrisi

Dari berbagai penelitian telah diketahui ada hubungan timbal balik antara

keadaan nutrisi dan berbagai penyakit infeksi dimana keadaan malnutrisi

yang berat akan memperberat keadaan penyakit infeksi yang diderita dan

sebaliknya adanya penyakit infeksi memperburuk keadaan nutrisi.2

Penelitian pada tahun 1999 mendapatkan hubungan antara status

nutrisi dengan infeksi cacing, dimana infeksi Ascaris lumbricoides lebih

mempengaruhi status nutrisi anak dan remaja sementara infeksi Ancylostoma

duodenale dan Necator americanus lebih banyak dijumpai pada orang

dewasa.20

Infeksi STH dapat menyebabkan malnutrisi pada anak melalui

gangguan pencernaan dan absorpsi, inflamasi kronis dan kehilangan nutrisi.8

(11)

status nutrisi pada anak usia sekolah, dimana status nutrisi berat

berhubungan dengan jumlah cacing yang terdapat dalam usus anak.21

Suatu penelitian di Nigeria didapatkan bahwa infeksi cacing sering

dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Infeksi cacing dapat mempengaruhi

status zat besi dengan mengurangi metabolisme dan transportasi dari zat

besi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi yaitu

asupan makanan yang kurang memadai, malabsorpsi dan infeksi cacing.

Pada anak usia sekolah, infeksi cacing dan anemia defisiensi besi dapat

menyebabkan anoreksia. Infeksi cacing dapat menghambat penyerapan zat

besi di saluran cerna dan kekurangan zat besi dapat menurunkan resistensi

terhadap infeksi cacing. Proses ini menciptakan lingkaran setan dari nutrisi

yang tidak memadai.22

Penelitian yang dilakukan pada sekelompok tentara muda (remaja) di

Puerto Rico menunjukkan bahwa Ancylostoma duodenale dan Necator

americanus menyebabkan penurunan berat badan.23 Penelitian di Nigeria

mendapatkan bahwa cacing dapat menyebabkan terjadinya gangguan nutrisi

oleh karena adanya anoreksia. WHO pada tahun 1968 untuk pertama kalinya

mendapatkan hubungan infeksi dan malnutrisi berat bersifat sinergistik.24

Inflamasi usus merupakan mekanisme yang berperan dalam menyebabkan

status nutrisi berat pada anak dengan infeksi STH.23

Suatu penelitian yang membahas hubungan antara infeksi Ascaris

(12)

berat badan yang sedikit lebih kecil dari anak yang tidak terinfeksi Ascaris.23

Penelitian yang dilakukan pada anak sekolah dasar di Uganda mendapatkan

bahwa 5.8% anak dengan stunting dan 19.1% anak dengan malnutrisi

sedang berkaitan dengan infeksi STH.25 Sedangkan penelitian lainnya

mendapatkan tidak ada hubungan antara Ancylostoma duodenale dan

Necator americanus dengan pertumbuhan seorang anak.23

2.3.1.Dampak Infeksi STH terhadap Status Nutrisi

Infeksi STH sering ditemukan secara tunggal maupun campuran yang dapat

menyebabkan gangguan nutrisi, anemia, gangguan pertumbuhan dan

perkembangan, juga tingkat kecerdasan.18,26

Ascaris lumbricoides hidup dalam rongga usus manusia dan

mengambil makanan terutama karbohidrat dan protein. Seekor cacing akan

mengambil karbohidrat 0.14 gram/hari dan protein 0.035 gram/hari. Akibat

adanya cacing ascaris dalam tubuh, maka anak yang mengkonsumsi

makanan yang kurang zat nutrisi dapat dengan mudah jatuh kedalam

kekurangan nutrisi, sedangkan cacing gelang dan cacing tambang disamping

mengambil makanan, juga akan menghisap darah sehingga dapat

menyebabkan anemia.26

Suatu penelitian di desa Kashmir India, mendapatkan bahwa infeksi

STH dengan status nutrisi yang rendah dapat menyebabkan anemia pada

(13)

menyebabkan efek yang membahayakan, sementara infeksi yang sedang

dan berat dapat menimbulkan anemia dan gangguan nutrisi.27

Ancylostoma duodenale dan Necator americanus dapat menyebabkan

pendarahan menahun yang berakibat menurunnya cadangan besi tubuh dan

akhirnya menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi. Ancylostoma

duodenale dan Necator americanus menempel pada dinding usus dan

menghisap darah. Jumlah cacing yang sedikit belum menunjukkan gejala

klinis tetapi bila dalam jumlah yang banyak yaitu lebih dari 1000 ekor maka

dapat menimbulkan anemia.28

Perdarahan terjadi akibat proses penghisapan aktif oleh cacing dan

juga akibat perembesan darah disekitar tempat hisapan. Kehilangan darah

yang terjadi pada infeksi kecacingan dapat disebabkan oleh adanya lesi pada

dinding usus, juga oleh karena dikonsumsi oleh cacing itu sendiri, walaupun

belum terjawab dengan jelas berapa besar jumlah darah yang hilang dengan

infeksi cacing ini.28

Untuk mengetahui jumlah cacing didalam usus dapat dilakukan

dengan menghitung jumlah telur dalam tinja. Bila dalam tinja terdapat sekitar

2000 telur per gram tinja, berarti ada sekitar 80 ekor Ancylostoma duodenale

dan Necator americanus didalam perut dan menyebabkan kehilangan darah

sekitar 2 ml per hari. Bila terdapat 20.000 telur per gram tinja berarti ada

sekitar 1000 ekor cacing dalam perut yang dapat menyebabkan anemia

(14)

Sejumlah penelitian mendapatkan bahwa cacing tambang dapat

menyebabkan kehilangan darah melalui saluran cerna sekitar 0.03 – 0.15 ml

per hari. Berdasarkan jumlah kehilangan darah, penelitian oleh Pawlowski

memperkirakan bahwa 25 ekor Necator americanus dapat menyebabkan

kehilangan 0.35 mg besi dalam sehari dari saluran cerna. Besi penting untuk

pembentukan hem, sebagian akan diabsorbsi kembali dan sebagian lagi

akan keluar melalui tinja.29

Penelitian di Zanzibar mengenai infeksi cacing tambang pada 3595

anak usia sekolah didapatkan bahwa 73% anemia berat disebabkan oleh

infeksi cacing tambang. Analisis menunjukkan bahwa setiap 2000 telur per

(15)

Kerusakan mukosa

anoreksia obstruksi lumen anemia

STATUS NUTRISI

Gambar 2.4. Kerangka Konseptual

Pejamu:

INFEKSI SOIL TRANSMITTED

HELMINTHS (STH)

Aktivitas fisik ↓↓ Ketidakhadiran

Sekolah ↑

Gambar

Gambar 2.1. Siklus hidup Ascaris lumbricoides12
Gambar 2.2 Siklus hidup Trichuris trichiura12
Gambar 2.3. Siklus hidup cacing tambang12
Tabel 2.1. Pembagian status nutrisi menurut indeks antropometri17
+2

Referensi

Dokumen terkait

Misalnya kita ingin mencari dengan topik agama local, nanti hasil pencarian adalah beberapa artikel yang sudah diterbitkan di jurnal dengan judul atau tema

Walau bagaimanapun, peserta kajian ini menyatakan bahawa keterlibatan mereka terhadap MBK secara keseluruhannya adalah bersifat secara tidak langsung, iaitu apabila

Permasalahan yang muncul berkaitan dengan perlindungan terhadap benda bersejarah diatas adalah masalah pelaksanaan Peraturan Daerah kabupaten Rembang Nomor 5 Tahun

Pasien dengan trauma tumpul abdomen dan positif terjumpa trauma yang lain atau cedera pada bagian retroperitoneal haruslah dilakukan CT abdomen.. Pasien juga haruslah diikuti

Hasil yang diperoleh akan lebih baik apabila survei dilakukan pada lebih banyak lahan dengan jumlah tanaman inang lebih sedikit karena kejadian suatu OPT dari lahan ke

ISBN: 978-602-60286-0-0 Berdasarkan data gradasi butiran yang ditunjukkan pada Gambar 3, akan didapatkan diameter butiran untuk analisis debit sedimen dasar di tiap pias pada

menyelesaikan tugas tepat waktu dengan kwalitas baik Nilai 90 Jika 4 soal dijawab siswa dengan benar Nilai 90 Jika siswa menemukan 4 informasi dari bacaan Nilai

Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara skor APRI dengan derajat keparahan sirosis hati yang diukur berdasarkan skor Child Turcotte di RSUD