• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI SINGKAT OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Tapanuli Selatan - Kekuasaan Sentralistik dan Elitis Dalam Pengambilan Keputusan (Studi Analitis Deskriptif di Desa Sihopur Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II DESKRIPSI SINGKAT OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Tapanuli Selatan - Kekuasaan Sentralistik dan Elitis Dalam Pengambilan Keputusan (Studi Analitis Deskriptif di Desa Sihopur Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli "

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI SINGKAT OBJEK PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Tapanuli Selatan

Kabupaten Tapanuli Selatan terletak antara 0o58’35’ sampai dengan 2o7’33’ Lintang Utara dan 98o42’50’ sampai dengan 99o34’16’ Bujur Timur dengan Luas Daerah 433.470 Ha terdiri dari 14 Kecamatan, 503

Desa/Kelurahan.Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari 14 Kecamatan, 503

Desa/Kelurahan. Pada tahun 2011, jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan

sebanyak 1.039.244 jiwa38

• Sebelah Utara : Kabupaten Padang Lawas Utara .

Secara geografis Kabupaten Tapanuli Selatan berbatasan dengan :

• Sebelah Selatan : Kabupaten Mandailing Natal dan Propinsi

Sumatera Barat

• Sebelah Timur : Kabupaten Padang Lawas

• Sebelah Barat : Kabupaten Mandailing Natal dan Samudera

Indonesia

(2)

Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan adalah 4,367.05

Jumlah penduduk di Kabupaten Tapanuli Selatan berdasarkan sensus

Penduduk 2010 (agregat data SP2010) terdapat sebanyak

Km2. Sedangkan

ketinggiannya berkisar antara 0 – 1.925,3 m diatas permukaan laut.

Bila dibandingkan dengan luas Kabupaten Tapanuli Selatan (4,367.05 Km2),

maka rata-rata tingkat kepadatan penduduknya mencapai 60 jiwa per km2 dan

rata-rata sebanyak 4 jiwa di setiap rumah tangga.

268.095 jiwa yang

terdiri dari 131,435 jiwa penduduk laki-laki dan 132,673 jiwa penduduk

perempuan, sedangkan jumlah rumah tangganya sebanyak 60,793 rumah tangga.

Penduduk di kabupaten Tapanuli Selatan mayoritas bersuku dan

berkebudayaan adat istiadat Batak, yakni Batak Angkola Sipirok dan Mandailing.

Umumnya hubungan kekeluargaan menurut garis bapak (Patrilinial).

Upacara - upacara adat masih terpelihara dilingkungan adat budaya

Tapanuli Selatan seperti: Siriaon (Kebahagiaan) dan Siluluton (Kemalangan/duka

cita). Bahasa dibagi atas dua kelompok sub bahasa daerah yakni dialek

pengucapan bahasa angkola dan bahasa mandailing. Seni budaya yang masih

dipertahankan yakni: Seni suara (Ende), seni Tari (Tortor) seni Musik (Gondang),

seni ukir, lukis, pahat (Gorga), seni sastra bahasa (Hapantunon), seni olahraga

(3)

2. Kecamatan Angkola Selatan

Kecamatan Angkola Selatan terletak 20-1000 m diatas permukaan laut

(dpl) dengan luas wilayah 29 166,56 km². Kecamatan Angkola Selatan terletak di

Kabupaten Tapanuli Selatan dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kecamatan Angkola Barat

- Sebelah Selatan : Kecamatan Batang Angkola

- Sebelah Timur : Kota Padang Sidimpuan

- Sebelah Barat : Kecamatan Angkola Sangkunur

Tabel 2.1

Jumlah dan Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan

Angkola Selatan

No Nagori/Desa Luas (Km²)

1 Pardomuan 43,28

2 Sihuik-huik 25,25

3 Aek Natas 16,00

4 Gunung Baringin 22,77

5 Dolok Godang 15,10

6 Simarpinggan 11,00

7 Tapian Nauli 16,00

(4)

9 Sihopur 9,00

10 Perk Marpinggan 17,50

11 Siamporik Dolok 8,00

12 Sibongbong 7,00

13 Siamporik

Lombang

7,00

14 Napa 7,70

15 Pintu Padang 5,00

16 Sinyior 5,00

17 Situmbaga 9,20

Jumlah

Sumber: Kecamatan Angkola Selatan Dalam Angka 2011

B. Desa dan Pemerintah Desa

Pasca reformasi proses penyelenggaraan pemerintahan daerah menjadi

salah satu sasaran reformasi. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang sekaligus

mengatur Daerah Otonom dan Desa yang kemudian di revisi kembali melalui

Undang Nomor 32 Tahun 2004 serta diubah kembali menjadi

(5)

Desa berdasarkan Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 ini adalah Desa atau yang disebut dengan nama

lain, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah,

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan/atau dibentuk

dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di kabupaten/kota.

Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 dan PP No 72 Tahun 2005, urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup :

a. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;

b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang

diserahkan pengaturannya kepada desa;

c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan/atau

pemerintah kabupaten/kota;

d. Urusan pemerintahan lainya yang oleh peraturan perundang undangan

diserahkan kepada desa.

Dalam melaksanakan Pemerintahan Desa terdiri dari kepala desa beserta

perangkat desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang berkedudukan

sebagai mitra kerja Pemerintahan Desa. Kepala desa bertanggung jawab kepada

rakyat desa, yang dalam tata cara dan prosedur pertanggungjawabannya

disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui Camat. Kepada BPD kepala desa

(6)

menyampaikan informasi pokok-pokok peratanggung jawaban namun tetap

memberikan kepada masyarakat melalui BPD untuk menanyakan dan atau

meminta keterangan lebih lanjut hal-hal yang bertalian dengan pertanggung

jawaban yang dimaksud.

Dalam UU No. 32 Tahun 2004 Bab XI tentang Desa pasal 200 ayat 1

menyatakan bahwa Pemerintahan Desa terdiri pemerintah desa dan Badan

Permusyawaratan Desa. Dalam hal ini bahwa kedudukan antara Pemerintahan

Desa yang terdiri dari kepala desa dan perangkat desa sejajar dengan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Desa seperti pembuatan dan pelaksanaan

peraturan desa anggaran pendapatan dan belanja desa, keputusan kepala desa.

Kepala desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa dengan masa

jabatan 5 (lima) tahun. Calon kepala desa yang terpilih dengan dukungan suara

terbanyak ditetapkan sebagai kepala desa oleh BPD dan disahkan oleh Bupati.

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan subsistem penyelenggaraan

pemerintahan sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan

mengurusi kepentingan masyarakatnya. Tugas kepala desa yaitu

menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

Dalam melaksanakan tugas, kepala desa mempunyai wewenang yaitu39

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa;

:

b. Menyusun rancangan APB Desa;

39

(7)

c. Menetapkan peraturan desa setelah dimusyawarahkan bersama dengan

BPD;

d. Merencanakan pembangunan desa;

e. Memfasilitasi kehidupan masyarakat desa;

f. Mengembangkan usaha ekonomi masyarakat dan perekonomian desa;

g. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

h. Mengembangkan teknologi tepat guna;

i. Mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk

kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan; dan

j. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Kepala desa juga mempunyai hak sebagai berikut :

a. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa lainnya

kepada camat;

b. Menetapkan peraturan desa setelah dimusyawarahkan bersama dengan

BPD;

c. Mengelola keuangan desa;

d. Menerima penghasilan tetap setiap bulan dan atau tunjangan lainnya;

e. Melimpahkan tugas dan kewajiban lainnya kepada perangkat desa; dan

(8)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 Badan

Permusyawaratan Desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan

Desa. Fungsi dari BPD adalah menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa,

menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, oleh karenanya BPD

disamping menjalankan fungsinya sebagai jembatan penghubung antara Kepala

Desa dengan masyarakat desa, juga harus menjalankan fungsi utamanya, yakni

fungsi representasi40

1. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan yang

ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat; .

Keanggotaan BPD ditetapkan dalam Undang- Undang Nomor 32 tahun

2004 Pasal 210, yang berbunyi:

2. Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD;

3. Masa jabatan BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih lagi untuk 1

(satu) masa jabatan berikutnya;

4. Syarat dan tata cara penetapan anggota dan pimpinan BPD diatur dalam

peraturan Daerah (Perda) yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah

(PP) .

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 29,

menyebutkan BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan

Desa dan mempunyai kewajiban sebagai berikut41

40

Sadu Wasistono & MS. M.Irawan Tahir. 2007. Prospek Pengembangan Desa. Bandung : CV Fokus Media.hal.35

41

(9)

1. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang- Undang Dasar 1945 dan

mantaati segala peraturan perundang- undangan;

2. Melakanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah

desa;

3. Mempertahankan dan memelihara hukum Nasional serta keutuhan Negara

kesatuan Republik Indonesia;

4. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi

masyarakat;

5. Memproses pemilihan kepala desa;

6. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok

dan golongan;

7. Menghormati nilai- nilai sosial budaya dan adat istiadat setempat;

8. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan masyarakat.

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 35,

menyatakan bahwa BPD mempunyai wewenang sebagai berikut:

1. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa;

2. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan

peraturan kepala desa;

3. Mengusulkan pengangkatan kepala desa dan pemberhentian kepala desa;

4. Membentuk panitia pemilihan kepala desa;

5. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan

(10)

6. Menyusun tata tertib Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Anggota BPD juga mempunyai hak sebagai berikut:

1. Mengajukan rancangan peraturan desa;

2. Mengajukan pertanyaan;

3. Menyampaikan usul dan pendapat;

4. Memilih dan dipilih;

5. Memperoleh tunjangan;

Dalam membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Desa tentang sumber

keuangan desa terdiri dari pendapatan asli desa, bantuan dari pemerintah

kabupaten, pemerintah provinsi dan pemerintah serta sumber penerimaan ketiga

dan pinjaman desa. Sumber Pendapatan Asli Desa (PAD) meliputi : hasil usaha

desa, kekayaan desa, swadaya dan partisipasi serta gotong royong dan pendapatan

lain yang sah. Sumber pendapatan desa sebagaimana tersebut diatur dan dikelola

dalam Anggaran dan Pendapatan Desa (APBDes) yang setiap tahunnya ditetapkan

oleh Kepala Desa bersama dengan BPD yang kemudian dituangkan dalam

peraturan desa.

Kedudukan BPD dalam bidang pembangunan masyarakat desa yakni

sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintahan Desa. BPD memiliki tugas untuk

memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah desa terhadap

(11)

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi BPD dalam rangka demokratisasi

desa sebagai berikut :

a. Mengayomi, yaitu menjaga kelestarian adat-istiadat yang hiudp dan

berkembang di desa yang bersangkutan sepanjang menunjang

kelangsungan pembangunan;

b. Legislasi, yaitu merumuskan dan menetapkan Peraturan Desa bersama

dengan Pemerintahan Desa;

c. Pengawasan, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan

Peraturan Desa, APDes,serta Keputusan Desa;

d. Menampung aspirasi masyarakat desa, yaitu menangani dan

menyalurkan aspirasi yang diterima dari masyarakat desa kepada

aparatur Pemerintahan Desa.

C. Peraturan Desa

Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa bersama dengan Badan

Permusyawaratan Desa dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

Peraturan Desa yang wajib dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72

Tahun 2005 adalah sebagai berikut :

1. Peraturan Desa tentang susunan organisasi dan tata kerja Pemerintahan

Desa;

(12)

3. Peraturan Desa Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Desa (RPJMD);

4. Peraturan desa tentang pengelolaan keuangan desa;

5. Peraturan desa tentang pembentukan Badan Milik Usaha Desa, apabila

pemerintah desa membentuk BUMD;

6. Peraturan desa tentang Pembentukan Badan Kerjasama;

7. Peraturan desa tentang Lembaga Kemasyarakatan.

Selain peraturan desa yang wajib dibentuk seperti tersebut diatas,

pemerintah desa juga dapat membentuk peraturan desa yang merupakan

pelaksanaan lebih lanjut dari peraturan daerah dan perundang-undangan lainya

yang sesuai dengan kondisi sosial budaya stempat, antara lain:

1. Peraturan desa tentang pembentukan panitia pencalonan dan pemilihan

kepala desa;

2. Peraturan desa tentang penetapan yang berhak menggunakan hak Pilih

dalam pemilihan kepala desa;

3. Peraturan desa tentang penentuan tanda gambar calon, pelaksanaan

kampanye, cara pemilihan dan biaya pelaksanaan pemilihan kepala

desa;

4. Peraturan desa tentang pemberian penghargaan kepada mantan kepala

(13)

5. Peraturan desa tentang penetapan pengelolaan dan pengaturan

pelimpahan/pengalihan fungsi sumber-sumber pendapatan dan

kekayaan desa;

6. Peraturan desa tentang pungutan desa.

D. Desa Sihopur

Pemerintahan Desa di Kecamatan Angkola Selatan seperti halnya

Pemerintahan Desa di Kecamatan lainnya mempunyai kewajiban untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan berusaha semaksimal mungkin

memenuhi aspirasi dan kepentingan masyarakat desa.

Desa Sihopur merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan

Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan. Secara administratif di bawah

pemerintahan Kecamatan Angkola Selatan. Luas wilayah desa Sihopur mencapai

9 km2

a. Letak Wilayah Desa Sihopur .

Secara geografis Desa Sihopur berada di Kecamatan Angkola Selatan,

Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Ketinggian desa

rata rata di atas 862-900 m dpl (diatas permukaan laut) dan rata-rata suhu

sekitar 24 ° C dengan kategori daerah Dingin/Sejuk. Desa Sihopur dengan

(14)

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Hutalambung, Kecamatan

Angkola Barat.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Sibong-bong, Kecamatan Angkola

Selatan.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Siamporik Dolok, Kecamatan

Angkola Selatan.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sisundung, Kecamatan

Angkola Barat.

b. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Sihopur pada tahun 2014 sebanyak 304 jiwa

dengan komposisi penduduk Laki-laki sebesar 149 jiwa dan komposisi penduduk

perempuan sebesar 155 jiwa. Hal ini penting untuk dipertimbangkan, karena

penduduk merupakan subjek dan sasaran dalam proses pelayanan oleh pemerintah

desa.

1. Jumlah penduduk Desa Sihopur berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2.2

Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

Tahun 2014

Jumlah Laki-laki (jiwa) 149

Jumlah Wanita (jiwa) 155

Total (jiwa) 304

(15)

Menurut data statistik terakhir di desa Sihopur diketahui bahwa jumlah

penduduk 304 jiwa. Jika dilihat dari faktor jenis kelamin, maka penduduk Desa

Sihopur terdiri dari 149 jiwa laki-laki dan 155 jiwa perempuan. Dengan demikian

komposisi penduduk Desa Sihopur jumlah perempuan lebih tinggi dibandingkan

dengan jumlah penduduk laki-laki.

2. Jumlah penduduk Desa Sihopur berdasarkan Pekerjaan

Wilayah Desa Sihopur didominasi dengan kebun salak. Sebagian besar

penduduk di Desa Sihopur bekerja sebagai petani. Sedangkan penduduk yang

lainnya bekerja sebagai pedagang, wiraswasta dan hanya sebagian kecil yang

berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Tabel 2.3

Jumlah penduduk berdasarkan Pekerjaan

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)

1 Petani 118

2 Pegawai Negeri Sipil 10

3 Pedagang 26

Sumber : Profil Desa Sihopur Tahun 2014

Kesimpulan yang dapat ditarik dari fakta yang ada, bahwa jenis pekerjaan

khususnya petani memiliki hubungan terhadap partisipasi masyarakat desa.

(16)

karena masyarakat desa lebih mementingkan memenuhi kebutuhan hidupnya

dengan memilih bekerja di kebun dibandingkan mengikuti forum-forum

komunikasi desa seperti musyawarah desa.

3. Jumlah Penduduk Desa Sihopur Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam pembangunan,

karena dengan pendidikan masyarakat akan membentuk sumber daya manusia

(SDM) yang berkualitas yang akan sangat berpengaruh pada pelaksanaan dan

pelayanan di desa. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Sihopur mulai dari

yang tidak sekolah sampai dengan perguruan tinggi dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 2.4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)

1 Belum/Tidak Pernah Sekolah 43

2 SD 109

3 SMP 25

4 SMA 103

5 D1/D2/D3 18

6 S-1 6

Total - 304

(17)

E. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Sihopur

Pemerintahan Desa Sihopur memiliki struktur organisasi sebagai berikut:

Bagan 2.1

Struktur Pemerintahan Desa Sihopur

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Nomor 72 Tahun 2005 pasal 1

yang dimaksud dengan Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Tapanuli Selatan Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Desa Sihopur pasal

81 tentang tata Kerja Pemerintahan Desa Sihopur dan Badan Perwakilan Desa Kepala Desa

Mahmudin Ritonga

Sekretaris

KAUR PEMDES

Ali Sati Anhar Ritonga

KAUR UMUM

(18)

Sihopur dalam menyelenggarakan pemerintahan, kewajiban Pemerintah Desa

Sihopur yaitu : Memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan Desa Sihopur

kepada bupati, memberikan laporan pertanggungjawaban kepada Badan

Permusyawaratan Desa serta menginformasikan laporan penyelenggaraan

pemerintahan desa kepada masyarakat.

F. Badan Permusyawaratan Desa

Berdasarkan Keputusan Bupati Tapanuli Selatan Nomor 301/KPTS/2013

tentang Pengesahan Pengangkatan Keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) Pada Desa Sihopur Kecamatan Angkol Selatan Kabupaten Tapanuli

Selatan Hasil Musyawarah dan Periode 2013-2018. Adapun struktur organisasi

BPD Desa Sihopur yaitu :

Bagan 2.2

Struktur BPD Desa Sihopur

Ketua

Drs. Muhammad Nau Ritonga

Wakil Ketua

Perdinan Ritonga Sekretaris

Abdul Halim Ritonga

Anggota

(19)

F. Konfigurasi Politik Desa Sihopur

Desa Sihopur dipimpin oleh Kepala Desa yaitu Mahmudin Ritonga untuk

masa jabatan 2013-2019. Kepala desa sebagai sebagai kepala pemerintahan dan

juga merupakan lembaga eksekutif di desa. Badan Permusyawaratan Desa

terdapat juga lembaga legislatif desa yang disebut dengan BPD.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang

Desa pada pasal 1 menyebutkan bahwa Pemerintahan Desa sebagai penyelenggara

urusan pemerintahan dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Badan

Permusyawaratan Desa. Kepala desa dipilih secara langsung oleh dan dari

penduduk desa. Masa jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih

kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Pemilihan kepala desa

Sihopur dilaksanakan pada 24 Oktober 2013. Setelah diadakan perhitungan suara

dari 2 (dua) pasangan kandidat kepala desa yang bertarung yaitu Nomor urut 1

Mahmudin Ritonga, Nomor urut 2 Noni Mariyanti Harahap. Akhirnya, Mahmudin

Ritonga terpilih sebagai pemenang dengan perolehan suara yaitu 139 suara.

Sementara itu, Noni Meriyanti Harahap di urutan kedua dengan perolehan 28

suara. Di sisi lain, relatif tidak adanya kompetisi antar kandidat kepala desa yang

bersaing dalam pemilihan kepala desa karena pasangan Nomor urut 1, Mahmudin

Ritonga menang telak dengan 139 suara. Kepala desa terpilih dilantik pada

tanggal 24 Oktober 2013 oleh Bupati Tapanuli Selatan saat itu H. Syahrul

(20)

Tabel 2.5

Jumlah Perolehan Suara Calon Kepala Desa pada Pemilihan Kepala Desa

Sihopur Tahun 2013

No. Urut Calon Kepala Desa Perolehan Suara (%)

1 Mahmudin Ritonga 139 (6,7 %)

2 Noni Meriyanti Hrp 28 (19,5 %)

Total Suara - 167 (100%)

Sumber : Diolah dari berbagai sumber

Kemenangan Mahmudin Ritonga dalam pemilihan kepala desa di Desa

Sihopur sudah diduga sejak awal dari proses pemilihan kepala desa berlangsung.

Prediksi politik ini memang sangat beralasan, mengingat Mahmudin Ritonga

memiliki keunggulan dalam hal modal politik dan modal ekonomi bila

dibandingkan dengan kandidat-kandidat kepala desa yang lain. Diantara sumber

modal politik dan modal ekonomi yang telah memberikan kontribusi yang

signifikan terhadap kemenangan Mahmudin Ritonga adalah figur sebagai si Pukka

Huta dan popularitas, tim sukses yang bekerja maksimal dan adanya dukungan

Gambar

Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5

Referensi

Dokumen terkait

Persentase infeksi akar bawang merah oleh cendawan mikoriza arbuskula yang tersusun pada formula pupuk hayati Mycofer, yang tertinggi berasal dari aplikasi pupuk NPK 15- 15-15

Masyarakat hendaknya perlu dilibatkan dalam setiap proses pembangunan, yaitu meliputi I identifikasi permasalahan, dimana masyarakat bersarna dengan para perencana ataupun

Berdasarkan pada tabel 2 dapat diketahui setidaknya ada 9 bagian dari kultur madrasah yang dijadikan sarana dalam pengembangan nilai-nilai keberagaman, antara lain

Berkat rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir dengan judul “Rancang Bangun Sistem E-Learning Program Studi Teknik Telekomunikasi Berbasis

6.2 Pengaruh Jenis Operasi Terhadap Waktu Kesembuhan Pasien Katarak yang melakukan Operasi di Rumah Sakit Mata Bali Mandara pada Bulan Oktober- Desember 2015. 50

Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang

Pada kuesioner pernyataan tentang minat untuk skor yang didapatkan tertinggi yaitu pada soal no 4 ( saya akan tetap memberikan ASI, meskipun meskipun nantinya

Berdasarkan latar belakang diatas, karena Pantai yang tidak memiliki nilai pasar, maka dapat dilakukan penilaian ekonomi dan metode yang dipilih adalah menggunakan Travel Cost