• Tidak ada hasil yang ditemukan

290810868 Spesifikasi Teknis Pelaksanaan Balabalakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "290810868 Spesifikasi Teknis Pelaksanaan Balabalakang"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Menunjuk Surat Perjanjian No: 06/K/PPK/SID/V/2011, Tanggal 2 Mei 2011 perihal pekerjaan “Survei Investigasi dan Desain (SID) di Lokasi Balabalakang / Provinsi Sulawesi Barat“. Bersama ini kami serahkan laporan Draft Final Report Design Buku II : Spesifikasi Teknik Pelaksanaan sebagai bagian dari tugas kami selaku Konsultan Perencana. Laporan ini berisi spesifikasi teknik pelaksanaan pekerjaan pembangunan di Lokasi rencana pengembangan Pelabuhan Balabalakang.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Pihak Proyek atas kepercayaan yang telah diberikan kepada kami untuk melaksanakan pekerjaan ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang terlibat dan telah memberikan bantuan kepada kami dalam melaksanakan pekerjaan ini.

Makassar, September 2011 PT. PERDANA CIPTA

KHATULISTIWA

(2)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

A. PERSYARATAN – PERSYARATAN ADMINISTRASI...1

BAB. I. UMUM...1

Pasal 1 : Pendahuluan...1

Pasal 2 : Peraturan Umum...1

Pasal 3 : Dokumen Pelelangan...2

Pasal 4 : Pemberian Penjelasan Pakerjaan (Aanwijzing)...3

Pasal 5 : Waktu Pelelangan Pekerjaan...3

Pasal 6 : Surat Penawaran Harga...3

Pasal 7 : Tender Bond (Jaminan Penawaran)...6

Pasal 8 : Pelulusan Pekerjkan...6

BAB II. ADMINISTRASI PELAKSANAAN...8

Pasal 9 : Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan...8

Pasal 10 : Jaminan Pelaksanaan (Perfomance Bond)...8

Pasal 11 : Jadwal Waktu Pekerjaan...8

Pasal 12 : Peraturan Pemerintah...9

Pasal 13 : Pengawasan Lapangan (Pengawasan Pekerjaan)...9

Pasal 14 : Kepala Pelaksana Pemborong...10

Pasal 15 : Laporan Pekerjaan...10

Pasal 16 : Keamanan di Tempat Pekerjaan...11

Pasal 17 : Keselamatan Pekerjaan Lapangan...12

Pasal 18 : Direksi Keet, Kantor Pelaksana dan Gudang...12

Pasal 19 : Bahan-bahan Bangunan dan Peralatan untuk

Pelaksanaan Pekerjaan...12

Pasal 20 : Pekerjaan Lebih atau Kurang...13

Pasal 21 : Kerja Lembur...14

(3)

Pasal 23 : Termyn Pembayaran...14

Pasal 24 : Denda karena Kelambatan Lain-lain...15

Pasal 25 : Kenaikan Harga Bahan-bahan dan Upah...15

Pasal 26 : Force Majeure...15

Pasal 27 : Sub Pemborong...16

Pasal 28 : Perselisihan...17

B. PERSYARATAN-PERSYARATAN TEKNIS...18

BAB I. SYARAT-SYARAT TEKNIS...18

Pasal 1 : Lingkup Pekerjaan...18

Pasal 2 : Setting Out...18

Pasal 3 : Patok-patok Referensi, Bowplank dan Pengukuran...19

Pasal 4 : Pekerjaan Persiapan...19

Pasal 5 : Daerah Kerja dan Jalan Masuk...21

Pasal 6 : Material...21

Pasal 7: Kod, Standard, Sertifikat dan Literatur dan Pabrik...21

Pasal 8 : Lalu lintas...22

Pasal 9 : Cuaca...22

Pasal 10 : Service Sementara...22

Pasal 11 : Peralatan Survey...22

Pasal 12 : Peralatan Laboratorium...23

BAB II. PERSYARATAN BAHAN-BAHAN...24

Pasal 13 : Umum...24

Pasal 14 : Bahan Agregat Beton...24

Pasal 15 : Baja Tulang...25

Pasal 16 : Semen...25

Pasal 17 : Air Kerja...26

Pasal 18 : Rubber Fender...26

Pasal 19 : Bekisting...27

BAB III. PEKERJAAN BETON BERTULANG...29

Pasal 20 : Lingkup Pekerjaan...29

Pasal 21 : Pekerjaan Bekisting dan Penyangga...29

(4)

Pasal 23 : Pekerjaan Percobaan Campuran Beton dan Adukan

Beton...31

Pasal 24 : Pekerjaan Pengecoran Beton...32

PasaI 25 : Pekerjaan Balok dan Lantal Beton...34

Pasal 26 : Pekerjaan Bolder...35

Pasal 27 : Air Kerja...35

Pasal 28 : Beton Pracetak...35

BAB IV. PEKERJAAN TIANG PANCANG...38

Pasal 29 : Jenis dan Ukuran Tiang Pancang...38

Pasal 30 : Lapisan Pencegah Karat Pada Pipa Baja...38

Pasal 31 : Penyimpanan Pipa Baja...39

Pasal 32 : Penyambungan Pipa Baja...39

Pasal 33 : Peneriksaan Hasil Pengelasan Pipa d Lapangan...39

Pasal 34 : Toleransi Titik Pancang...40

Pasal 35 : Pemancangan Tiang...40

Pasal 36 : Panjang Tiang Pancang Lihat Gambar Bersangkutan...42

Pasal 37 : Kepala Tiang dan Poer (Pile Cap)...42

BAB V. PEKERJAAN FENDER, DAN BANGUNAN...44

Pasal 38 : Pemasangan Fender...44

Pasal 39 : Pekerjaan Bangunan...44

BAB VI. PERSYARATAN LAIN-LAIN DAN PERUBAHAN-PERUBAHAN. . .58

Pasal 40 : Persyaratan Lain-lain...58

(5)

A. PERSYARATAN – PERSYARATAN

ADMINISTRASI

BAB. I. UMUM

Pasal 1 : Pendahuluan

1. Pemilik Bangunan

Pemilik Bangunan dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang diwakili oleh Pemimpin Proyek Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat.

2. Lokasi Pekerjaan

Lokasi pekerjaan adalah Pulau Balabalakang, Kecamatan Balabalakang, Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Jenis pekejaan pembangunan fasilitas pelabuhan meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

 Dermaga lantai beton dengan luas 35 x 8 m2.

 Trestle lantai beton dengan luas 60 x 6 m2

3. Sumber Dana

Pembiayaan untuk pelaksanaan pekerjaan ini adalah berasal dan DIP ...tahun anggaran...

4. Kontrak Pekerjaan

Kontrak pelaksanaan pekerjaan adalah berpedoman pada Kontrak No. :

...

Pasal 2 : Peraturan Umum

1. Sebagai peraturan umum berlaku A.V. (Algemen Voorwarder Voor de uitvoering bij Aureming van Openbare Werken in Indonesia).

2. Peraturan-peraturan Pemerintah Daerah Setempat. 3. Peraturan Muatan Indonesia (PMI 1970 NI 8).

(6)

6. Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI T-15.1991-03).

7. Peraturan Umum untuk Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUBB 1982 NI.3)

8. Standarisasi-standarisasi lain yang sehubungan dengan pekerjaan di atas.

Pasal 3 : Dokumen Pelelangan

1. Yang dimaksud sebagai dokumen pelelangan adalah : 1. Persyaratan administrasi

2. Persyaratan-persyaratan teknis 3. Gambar-gambar kontruksi 4. Lampiran-lampiran

5. Risalah-risalah penjelasan Aanwijzing dan peninjauan lapangan 6. Formulir penawaran

7. Formulir Rencana Anggaran Biaya

8. Daftar Satuan Upah dan Bahan serta sewa alat-alat

Untuk (1 s.d 3) diserahkan kepada setiap peserta pelelangan pekerjaan 1 (satu) set dan 5 (lima) Berita Acara.

2. Pengikut pelelangan dianggap telah menguasai sepenuhnya hal ikhwal yang dimaksud dalam dokumen pelelangan setelah diadakan penjelasan pekerjaan (Aanwijzing).

3. Pengikut pelelangan harus memeriksa dan meneliti lokasi pekerjaan tersebut, dan harus mengetahui serta menguasai sepenuhnya kondisi fisik medan, luas dan macam pekerjaan, bahan-bahan yang diperlukan, perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.

4. Pengikut lelang harus mengetahui tentang perizinan yang diperlukan bagi pelaksanaan pekerjaan.

5. Apabila terdapat perbedaan ukuran-ukuran diantara gambar buku - buku persyaratan bestek, maka yang dianggap berlaku adalah penjelasan/keputusan - keputusan di dalam penjelasan pekerjaan/Aanwijzing atau keputusan Pengawasan Pekerjaan/Direksi. 6. Gambar-gambar detail pokok disediakan oleh perencana/pemberi tugas,

(7)

sempurna dan senantiasa harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi sebelum dilaksanakan.

Pasal 4 : Pemberian Penjelasan Pakerjaan (Aanwijzing)

1. Penjelasan pekerjaan atau Aanwijzing akan diberikan oleh Panitia

Pelelangan/Panitia yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas.

2. Waktu dan tempat penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) akan dicantumkan di dalam surat undangan dan terdiri dan Aanwijzing di kantor (di lokasi) dan peninjauan lapangan setempat.

3. Peninjauan untuk mengikuti penjelasan di lapangan adalah menjadi tanggung jawab dan atas biaya pengikut pelelangan sendiri.

4. Pemborong bersama-sama Direksi akan mengadakan perhitungan volume dari tiap jenis pekerjaan (Bill of Quantity), yang menjadi dasar penawaran masing-masing Pemborong waktunya akan ditentukan pada waktu Aanwijzing.

5. Penjelasan-penjelasan yang diberikan pada waktu Aanwijzing akan dicatat dalam risalah Aanwijzing yang ditandatangani oleh Panitia dan 2 orang wakil-wakil dari peserta pelelangan, dan masing-masing peserta lelang akan menerima 1 (satu) set tindasan/copynya.

Pasal 5 : Waktu Pelelangan Pekerjaan

a. Pelelangan pekerjaan akan diselenggarakan pada :

Hari :

Tanggal :

Jam :

Tempat :

b. Prosedur dan tata tertib pelelangan mengikuti KEPPRES No. 18 tahun 2000, KEPPRES No. 24 tahun 1995, KEPPRES No. 8 tahun 1997 dan KEPPRES No. 6 tahun 1999 beserta lampiran-lampirannya, berikut prosedur/ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Pasal 6 : Surat Penawaran Harga

(8)

2. Di dalam surat penawaran tidak dibenarkan adanya penghapusan-penghapusan, coretan-coretan dan pembetulan-pembetulan.

3. Di dalam surat penawarannya, penawar harus menyatakan bahwa penawar telah mempelajari, memahami dan menerima syarat-syarat dalam dokumen pelelangan beserta lampiran-lampirannya.

4. Semua surat-surat, dokumen-dokumen, isian-isian dan lampiran-lampiran yang dibuat penawar harus dibubuhi tanda tangan yang sah dari penawar atau orang-orang yang diberi kuasa untuk itu dan diketik di atas kertas kop perusahaan. Penawar bertanggung jawab atas sah tidaknya tanda tangan tersebut.

5. Keterangan-keterangan yang disertakan dalam amplop penawaran adalah :

1. Surat penawaran harga 2. Perincian rencana biaya :

 Diisi lengkap harga satuan dan jumlah harga-harga tiap pekerjaan  Semua harga dijumlahkan, termasuk keuntungan dan atau

kemudian dijumlahkan dan ditambah 10 % PPN dan didapat harga kontrak.

3. Harga satuan bahan dan upah, serta analisa harga satuan bagian pekerjaan

4. Daftar pengalaman kerja dari pekerjaan sejenis (dalam lima tahun terakhir)

5. Daftar peralatan yang akan dipergunakan pada pekerjaan ini.

6. Daftar personal khususrya kepala pelaksana, wakil staf yang akan ditempatkan pada proyek ini.

7. Jadwal waktu pelaksanaan

8. Rencana/analisa untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut

9. SIUJK dari Kanwil Dep. Pekerjaan Umum terakhir yang masih berlaku/asli (sepuluh digit)

10.Referensi dari Bank Pemerintah atau swasta yang disyahkan oleh Pemerintah atau Perum Jasa Raharja.

(9)

12.Surat ijin usaha dan Depertemen Perdagangan/perwakilannya yang masih berlaku (Copy yang dilegalisir atau ditunjukkan aslinya).

13.Neraca perusahaan terakhir, daftar susunan pemilik modal, susunan pengurus dan akte pendirian beserta perubahan-perubahannya.

14.Surat Keterangan Tunduk kepada KEPPRES No. 18 tahun 2000, KEPPRES No. 24 tahun 1995, KEPPRES No. 8 tahun 1997 dan KEPPRES No. 6 tahun 1999.

15.Surat pernyataan dari Pemborong tentang suap dan korupsi sesuai instruksi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan.

16.Surat ketetapan NPWP yang terbaru dan PKP (Pengusaha Kena Pajak), copy yang dilegalisir atau ditunjukkan aslinya.

17.Foto copy akte pendirian perusahaan beserta perubahan-perubahannya.

18.Surat pernyataan tidak pailit dan bukan Pegawai Negeri.

6. Surat penawaran harga harus dibuat dalam rangkap 5 (lima) dan masing-masing set harus dijilid dengan balk dan kemudian bersama-sama dimasukkan dalam amplop tertutup berwarna coklat yang dilak di 5 (lima) tempat.

Amplop harus bersih dan tulisan-tulisan kecuali kata-kata : Kepada Yth.

Panitia Pelelangan Proyek... di...

7. Surat Penawaran Harga kemudian dimasukkan kedalam kotak tertutup dan disegel yang disediakan oleh Pantia pada:

Hari/tanggal :

Jam :

Tempat :

8. Pada jam yang telah ditentukan semua sampul penawaran akan dibuka dan selanjutnya dilakukan peneliitian terhadap isinya yang dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh Panitia Pelelangan dan paling sedikit 2 (dua) orang wakil dari peserta pelelangan yang hadir. 9. Surat-surat Penawaran tidak berlaku/tidak sah bila:

(10)

2. Surat Penawaran tidak ditandatangani oleh penawar.

3. Penawaran tidak menyatakan dengan jelas, bahwa ia menerima syarat-syarat Pemborong pekerjaan.

4. Surat jaminan penawaran tidak ada/tidak dilampirkan. 5. Surat penawaran yang asli tidak bermaterai

6. Materai tidak bertanggal dan tidak terkena tanda tangan dan cap perusahaan satu dan lain hal keabsahan surat penawaran harga harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam KEPPRES No. 16 tahun 1994, KEPPRES No. 24 tahun 1995, KEPPRES No. 8 tahun 1997 dan KEPPRES No. 6 tahun 1999 beserta lampiran-lampirannya.

Pasal 7 : Tender Bond (Jaminan Penawaran)

1. Jaminan penawaran untuk pelaksanaan pekerjaan ini sebesar 1 % s/d 3 % dari harga borongan.

2. Surat jaminan penawaran yang dilampirkan/dimasukkan dalam amplop penawaran cukup foto copynya sedangkan aslinya diserahkan langsung kepada Panitia pada waktu pemasukan surat penawaran.

3. Surat jaminan penawaran tersebut akan diberi tanda terima dan kepada penawar yang kalah setelah pelulusan pemenang, jaminan penawarannya akan dikembalikan.

4. Untuk penawar yang menang maka jaminan penawaran akan dikembalikan bila kontrak pelaksanaan telah ditanda tangani dan telah menyerahkan jaminan pelaksanaan dari Bank Pemerintah serta telah mulai bekerja.

5. Jika penawar yang berhasil dipilih menjadi pemenang menolak ditunjuk untuk menjadi pelaksana dan pekerjaan yang telah dilelang tersebut, maka jaminan penawarannya menjadi milik Negara, sesuai yang tercantum di dalam surat jaminan termaksud.

Pasal 8 : Pelulusan Pekerjaan

(11)

serta setelah diadakan penelitian dan penilian oleh Panitia Pelelangan Pekerjaan.

2. Keputusan pemenang pelelangan akan diberikan secara tertulis dikirimkan kepada semua peserta pelelangan.

3. Sanggahan atas prosedur pelelangan, bilamana ada dapat diajukan oleh para Pemborong penawar kepada Panitia paling lambat 7 (tujuh) hari setelah pengumuman keputusan pemenang pelelangan.

4. Pada waktu evaluasi pelelangan bilamana perlu Panitia Pelelangan akan mengadakan pemeriksaan ketempat alat-alat yang diajukan calon Pemborong dalam penawaran hasil pemeriksaan akan dijadikan bahan evaluasi.

5. Bagi pemenang pelelangan yang akan melaksanakan pekerjaan ini akan diikat dengan surat perjanjian/kontrak.

(12)

BAB II. ADMINISTRASI PELAKSANAAN

Pasal 9 : Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan

1. Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan dibuat antara pemberi tugas sebagai Pihak Pertama dan Pemborong sebagai Pihak Kedua.

2. Surat Perjanjian tersebut akan dibendel bersama-sama dengan dokumen-dokumen pelelangan, kemudian bendel dilak disebelah luar pada 5 (lima) tempat.

3. Biaya materai pembuatan Surat perjanjian pemborongan sebesar 1‰ (satu permil) adalah menjadi tanggungan Pihak Pemborong.

Pasal 10 : Jaminan Pelaksanaan (Perfomance Bond)

Jaminan Pelaksanaan berupa jaminan dari Bank Pemerintah atau Lembaga Keuangan lain yang ditunjuk oleh Pemenintah ditetapkan sebesar selisih harga penawarannya dengan berikutnya yang lebih tinggi atau 5 % x nilai kontrak, harus diserahkan kepada pemberi tugas (Pihak Kesatu) sebelum penanda tanganan kontrak. Penetapan besarnya jaminan pelaksanaan akan diberikan secara tertulis oleh pemberi tugas.

Pasal 11 : Jadwal Waktu Pekerjaan

1. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini jangka waktu yang diberikan adalah ...(...) hari kalender terhitung sejak ditanda tangani Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan sampai jangka waktu ...

Bila mana pekerjaan telah diselesaikan oleh Pemborong dengan sempurna, pekerjaan dapat diserahkan kepada Direksi setelah :

 Dilakukan Pemeriksaan pekerjaan oleh Direksi bersama Pemborong.  Pemborong memperbaiki pekerjaan yang dinilai belum sempurna.  Dibuat Berita Acara hasil pemeriksaan tersebut.

2. Apabila semuanya sudah memenuhi persyaratan pekerjaan diserahkan kepada Direksi sebagai Penyerahan Pertama.

(13)

terperinci dan jelas. Dapat dilakukan dengan cara Net Work Planning atau Barchart.

4. Jangka waktu pemeiharaan ditetapkan selama ...( ...) hari kalender, terhitung dari penyerahan pertama. Pemborong harus memperbaiki segala kekurangan atau kerusakan yang terjadi dalam masa pemeliharaan karena ketidaksempurnaan bahan atau pelaksanaan, hingga memuaskan Direksi.

5. Apabila Pemborong dalam jangka waktu yang ditetapkan belum melakukan perbaikan yang diperlukan maka Direksi berhak melakukan perbaikan pekerjaan tersebut sendiri, dan akan menunjuk pihak lain atas biaya yang dibebankan kepada Pemborong.

6. Setelah jangka waktu pemeliharaan berakhir pekerjaan diserahkan untuk kedua kalinya yang dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima ke II.

Pasal 12 : Peraturan Pemerintah

Pemberi Tugas menganggap bahwa Pemborong telah mengetahui seluruhnya dan mengenal sepenuhnya tentang hukum dan Peraturan-peraturan Pemerintah sehubungan dengan pelaksanaan dan Pemborong harus bertanggung jawab untuk menjalankan semua kewajiban yang ditentukan dalam peraturan tersebut, baik Peraturan Pemerintah Pusat/Daerah.

Pasal 13 : Pengawasan Lapangan (Pengawasan

Pekerjaan)

1. Semua petunjuk-petunjuk, perintah-perintah dan persetujuan-persetujuan yang diberikan oleh Direksi kepada Pemborong adalah atas nama Pemberi Tugas.

2. Untuk keperluan pengawasan di lapangan, Pemborong wajib menyelenggarakan peralatan/sarana yang dibutuhkan untuk pengawasan pekerjaan tersebut.

3. Pengawasan di lapangan dilakukan baik terhadap kwantitas, maupun kwalitas pekerjaan.

(14)

5. Setiap penyimpangan terhadap RKS ini, yang dilakukan oleh Pemborong akan diberikan teguran tertulis oleh Direksi. Pemborong harus segera melaksanakan isi teguran tersebut dalam jangka waktu 3 x 24 jam. Setiap kali Pemborong lalai melaksanakan teguran tersebut, Pemborong akan dikenakan denda Rp ...(...) per hari dan isi teguran tetap harus dilaksanakan.

Pasal 14 : Kepala Pelaksana Pemborong

1. Satu orang Kepala Pelaksana Lapangan (Site Manager) dari Pemborong harus seorang ahli teknik sipil yang berpengalaman dalam pekerjaan sejenis, dengan persyaratan sebagai berikut :

Sarjana Teknik Sipil dengan pengalaman kerja sesuai dengan keahliannya minimal 3 (tiga) tahun atau Sarjana Muda Teknik Sipil dengan pengalaman kerja 5 (lima) tahun.

2. Wakil Kepala Pelaksana harus seorang Ahli Teknik Sipil, minimal seorang tenaga menengah teknik sipil dengan pengalaman kerja minimal 7 (tujuh) tahun.

3. Tenaga Pelaksana dibantu oleh staf yang memadai bagi pekerjaan yang dilaksanakan.

4. Persyaratan keahlian dan pengalaman harus dapat dibuktikan dengan curriculum vitae yang bersangkutan.

5. Direksi berhak menolak atau memenintahkan penggantian personil lapangan Pemborong bila dianggap tidak cakap/mampu, yang dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan.

6. Kepala Pelaksana Lapangan harus dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab penuh atas pekerjaannya demi kelancaran pekerjaan tersebut, dan dapat mengambil keputusan-keputusan yang dianggap perlu di lapangan.

Pasal 15 : Laporan Pekerjaan

(15)

2. Setiap akhir pekan Pemborong harus menyampaikan Laporan Mingguan Kepada Direksi tentang kemajuan pekerjaan dalam minggu yang bersangkutan, meliputi persiapan bahan di tempat proyek, penambahan, pengurangan atau perubahan pekerjaan, jumlah/macam dan harga satuan bahan-bahan yang masuk, kejadian-kejadian penting lainnya yang terjadi dalam proyek yang mempengaruhi pelaksanaan proyek. 3. Jumlah pekerja setiap hari dicatat menurut golongan dan upah. Daftar

pekerjaan sewaktu-waktu dapat diperiksa oleh Pengawas dan atau Direksi, dan Direksi berhak mengadakan penelitian-penelitian tentang produktifitas pekerjaan tersebut.

4. Di dalam laporan harian harus tercantum tentang perintah-perintah dari Direksi atau wakilnya dan hal-hal lain yang dianggap perlu.

5. Setiap akhir bulan dan paling lambat tanggal 31 Pemborong harus melaporkan kemajuan pekerjaan secara terperci dan besarnya prosentase pekerjaan terhadap keseluruhan/bagian. Dokumentasi foto berwarna sebesar postcard yang menunjukkan pekerjaan beserta peralatan yang dipakai dan lain-lain, foto tentang kejadian-kejadian penting. Semua foto ditempel dalam album dengan keterangan pada tanggal pengambilan.

Pasal 16 : Keamanan di Tempat Pekerjaan

1. Sejak dimulai pekerjaan hingga penyerahan terakhir, Pemborong harus benar-benar menjaga/mengetahui peraturan-peraturan keamanan yang berlaku setempat, guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan, pencurian dan lain-lainnya.

2. Dalam melaksanakan pekerjaan dan pengangkutan bahan-bahan keperluan pekerjaan, Pemborong harus teliti dan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak menggangu dan menimbulkan kerusakan terhadap jalan-jalan yang telah ada, dan prasarana umum lainnya seperti jaringan air minum, jaringan listrik, jaringan telepon dan lain sebagainya.

(16)

4. Bilamana terjadi kerusakan-kerusakan pada benda-benda di sekitar lokasi pekerjaan yang disebabkan oleh kesalahan/kelalaian dalam pelaksanaan, Pemborong wajib memperbaikinya atas biaya sendiri.

Pasal 17 : Keselamatan Pekerjaan Lapangan

1. Pelaksanaan pekerjaan oleh Pemborong maupun Sub-Pemborong harus memenuhi syarat keselamatan kerja yang berlaku dan dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja.

2. Para pekerja harus diasuransikan.

3. Apabila terjadi kecelakan, Pemborong harus mengambil tindakan yang perlu sesuai syarat keselamatan kerja untuk keselamatan si korban dengan segala biaya ditanggung oleh Pemborong.

4. Pemborong bertanggung jawab atas kecelakaan-kecelakaan yang terjadi pada waktu pelaksanaan dan wajib menanggung perawatan si korban. 5. Jika ada kejadian tersebut di atas, Pemborong harus selekas mungkin

melaporkan kepada Direksi dan keluarga Si korban.

6. Obat P3K harus tersusun menurut persyaratan, tersedia dalam peti di tiga tempat, di tempat pekerjaan dan setiap kali dipergunakan harus segera dilengkapi lagi.

Pasal 18 : Direksi Keet, Kantor Pelaksana dan Gudang

1. Selama waktu pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus membuat dan

memelihara bangunan-bangunan sementara berupa :

a) Kantor Direksi dan Kantor Pelaksana dilengkapi dengan peralatan yang sebagaimana diperlukan untuk kegiatan-kegiatan kantor di lapangan.

b) Gudang-gudang tempat penimbunan material dan sebagainya.

2. Apabila diperlukan, Pemborong harus memasang pagar kerja, baik untuk tanda batas, maupun pengaman terhadap bahan-bahan bangunan dan peralatan di tempat pekerjaan.

(17)

Pasal 19 : Bahan-bahan Bangunan dan Peralatan untuk

Pelaksanaan Pekerjaan

1. Sepanjang tidak ada ketentuan lain di dalam persyaratan teknis, maupun di dalam Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) maka bahan-bahan yang dipergunakan dan syarat penggunaannya harus memenuhi peraturan umum tertera dalam A.V. maupun dalam pemborongan bangunan yang berlaku untuk umum di Indonesia.

2. Bilamana diperlukan, Pemborong harus dapat memberikan contoh-contoh (samples) bahan bangunan yang akan dipakai pada pekerjaan yang akan dilaksanakan, untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi sebelum bahan-bahan tersebut didatangkan.

3. Semua contoh-contoh yang telah disetujui Direksi, akan disimpan untuk dijadikan standard dalam pelaksanaan pekerjaan.

4. Bahan-bahan yang ditolak Direksi karena tidak sesuai dengan contoh yang telah disetujui harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan, selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam dan harus diganti dengan bahan-bahan yang sesuai dengan contoh yang telah disetujui oleh Direksi.

5. Apabila bahan-bahan yang telah ditolak oleh Direksi ternyata masih digunakan, maka Direksi berhak memerintahkan kepada Pemborong untuk membongkarnya atau oleh Direksi dikeluarkan dari lapangan dan segala kerugian sebagai akibatnya, sepenuhnya menjadi tanggungan Pemborong.

6. Pemborong harus menyediakan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini sedemikian sehingga pelaksanan berjalan lancar, baik dan sesuai dengan rencana seperti yang disyaratkan dalam RKS ini.

7. Direksi berhak memerintahkan Pemborong untuk mengganti dan menambah peralatan yang disediakan Pemborong bilamana dipandang bahwa peralatan tersebut tidak mampu memenuhi persyaratan mutu, kelancaran dan waktu yang telah ditetapkan. Dan segala biaya penggantian/penambahan peralatan ini menjadi tanggungan Pemborong.

Pasal 20 : Pekerjaan Lebih atau Kurang

(18)

2. Bilamana terjadi pekerjaan tambah-kurang di luar lingkup pekerjaan yang telah ditetapkan, maka hal tersebut hanya dapat dibenarkan bila ada perintah tertulis dari Direksi dan untuk itu harus dibuat Berita Acara. 3. Segera setelah adanya pekerjaan tambah-kurang, Pemborong harus

mengajukan Anggaran Biaya tambah-kurang sesuai dengan harga satuan upah dan bahan serta harga satuan bagian pekerjaan yang telah diajukan Pemborong dalam penawarannya, dan akan diproses oleh Pemberi Tugas sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 21 : Kerja Lembur

1. Apabila Pemborong menghendaki adanya kerja lembur maka Pemborong harus mengajukan permintaan secara tertulis tentang apa yang dilemburkan, dan berapa tenaga kerja yang akan bekerja kepada Direksi dan dijelaskan apa-apa sebabnya harus dilembur.

2. Bila dipandang perlu Pemborong harus dapat bekerja lebih dari satu shift kerja untuk hal-hal yang khusus dan bilamana perlu Pemborong dapat diperintah oleh Direksi bekerja lembur.

Pasal 22 : Penyerahan Pekerjaan yang Selesai

1. Setiap bagian pekerjaan dari seluruh pekerjaan harus dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan dalam jadwal waktu dari Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan atau sesuai dengan perpanjangan waktu yang telah disetujui Pemberi Tugas.

2. Setiap bagian pekerjaan atau seluruh pekerjaan hanya akan dianggap selesai, jika sudah ada pemeriksaan dan persetujuan dan Pengawas/Direksi. Sesudah itu dibuat Berita Acara.

3. Setelah penandatanganan berita acara tentang penyerahan kedua, Pemborong harus segera membongkar kantor lapangan dan gudang-gudang sesuai petunjuk Direksi, membersihkan semua pekerjaan dan memperbaki bagian-bagian yang rusak atau terganggu waktu pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 23 : Termyn Pembayaran

(19)

2. Pembayaran atas dasar kemajuan pekerjaan dibagi atas 6 termyn - Pembayaran Tahap I

Sebesar 25 % dari harga total borongan bila nilai pekerjaan tercapal 45 %

- Pembayaran Tahap II

Sebesar 25 % dan harga total borongan bila nilai pekerjaan tercapai 75 %

- Pembayaran Tahap Ill

Sebesar 25 % dan harga total borongan bila nilai pekerjaan tercapai 90 %

- Pembayanan Tahap IV

Sebesar 20 % dan harga total borongan bila nilai pekerjaan tercapai 100 % (finish) dilakukan penyerahan pertama pekerjaan.

- Pembayaran Tahap V

Sebesar 5 % dan harga total borongan bila telah dilaksanakan masa pemeliharaan dan dilakukan penyerahan kedua pekerjaan.

*Catatan : uang muka 20 % dan cara pengembalian setiap termyn dipotong 5 %

3. Bila dipandang perlu, termyn pembayaran ini dapat dirubah sesuai dengan kebutuhan dan Direksi/Pemilik dapat pula menyediakan uang muka maksimum 20 % (dua puluh persen) dan harga kontrak, hal ini akan dituangkan dalam Surat Perjanjian Pemborongan.

Pasal 24 : Denda karena Kelambatan Lain-lain

1. Apabila jangka waktu ditetapkan dalam pasal 11 ayat 1 dilampaui, maka Pemborong dikenakan denda sebesar 1 ‰ (satu permil) dan harga borongan untuk tiap hari kelambatan.

2. Kelambatan pekerjaan yang disebabkan oleh keadaan force majeure tidak dikenakan denda, yang telah mendapat persetujuan dari instansi yang berwenang.

Pasal 25 : Kenaikan Harga Bahan-bahan dan Upah

(20)

Pasal 26 : Force Majeure

1. Yang dimaksud dengan force majeure di sini adalah kejadian-kejadian bencana alam atau musibah-musibah yang teriadi dalam waktu pelaksanaan seperti perang, sabotase, gempa bumi dan kejadian lain-lain di luar kekuasaan Pemborong untuk mengatasinya, yang mana hal ini akan mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pekerjan termasuk kebijaksanaan Pemerintah di dalam bidang perekonomian yang mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan merupakan peringatan resmi dari pemerintah sebagai force majeure.

2. Untuk kejadian tersebut pada ayat 1 atas paling lambat 24 jam setetah kejadian Pemborong harus melaporkan kejadian tersebut kepada Pengawas/Direksi dan mengadakan tindakan-tindakan yang diperlukan sebatas kemampuannya.

3. Pemborong dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Pengawas/Direksi selambat-lambatnya dalam waktu 14 hari setelah kejadian musibah, untuk mendapatkan perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan.

4. Direksi dan pemberi tugas akan mempertimbangkan dan menanggapi permohonan tersebut secara tertulis dalam waktu 7 hari dan bilamana waktu 10 hari tersebut belum ditanggapi berarti permohonan disetujui.

Pasal 27 : Sub Pemborong

1. Pemborong tidak boleh mengalihkan seluruh/sebagian pekerjaan kepada pihak ketiga ataupun Sub Pemborong, kecuali sudah mendapat persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas.

2. Apabila ketentuan ayat 1 di atas dilanggar, maka kepada Pemborong akan dikenakan sanksi-sanksi yang diatur lebih lanjut dalam Surat Perjanjian Pemborongan.

3. Pekerjaan Sub Pemborong sepenuhnya merupakan tanggung jawab Pemborong.

4. Rekanan yang tidak termasuk golongan ekonomi lemah, maka dalam Surat Perjanjian (Kontrak) ditetapkan kewajiban Pemborong rekanan tersebut untuk

(21)

b) Membuat laporan periodik mengenai pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a), untuk disampaikan kepada Pemberi Tugas yang bersangkutan.

5. Apabila Pemborong atau rekanan yang bersangkutan tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 4, maka di samping kontrak akan batal, maka Pemborong/rekanan yang bersangkutan akan dikeluarkan dan Daftar Rekanan Mampu (DRM).

Pasal 28 : Perselisihan

1. Perselisihan antara Direksi dan Pemborong sedapat mungkin diselesaikan dengan musyawarah.

2. Perselisihan antara pembeni tugas dan Pemborong yang tidak dapat diselesaikan dengan cara musyawarah akan diputuskan mengikuti Pasal 65 dan A.V. pada ayat 3,4,5,6 dan 8.

(22)

B. PERSYARATAN-PERSYARATAN

TEKNIS

BAB I. SYARAT-SYARAT TEKNIS

Pasal 1 : Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan pembangunan fasilitas Pelabuhan meliputi :

Elevasi lantai dermaga dan trestle : + 3.0 m LWS

Pembangunan Dermaga : (35,00 x 8,0) m2

Pembangunan Trestle : (60,00 x 6,0) m2

Adapun konstruksi dermaga dan fasilitasnya dengan uralan sebagal berikut :  Lantai terbuat dan pelat beton cor setempat tebal 25 cm.

 Balok dermaga, balok memanjang 40/70 dan balok melintang 40/70.  Balok Trestle. Balok memanjang 45/60 dan balok melintang 45/60.  Poer beton dermaga ukuran 155 x 100 x 100 cm, 100 x 100 x 80 cm  Poer beton trestle ukuran 90 x 90 x 80 cm.

 Fender type V 400H x 2400L 1 buah/plank fender  Bollard baja tuang.

Pasal 2 : Setting Out

(23)

2. Pengukuran untuk penentuan posisi dilakukan dengan peralatan yang mempunyai presisi tinggi dengan methode trianggulasi dan hasilnya disampaikan ke Direksi untuk mendapatkan persetujuan.

3. Dalam hal terdapat perbedaan rencana gambar dan hasil pengukuran yang dilaksanakan Pemborong dengan kenyataan yang ada di lapangan, maka sebelum melanjutkan pekerjaan yang mungkin di pengaruhi perbedaan tersebut Pemborong harus melaporkan hal ini kepada Direksi untuk mendapatkan keputusan dan dinyatakan dalam Beerita Acara. 4. Keputusan akan hasil pengukuran oleh Pemborong akan didasarkan atas

keamanan konstruksi dan kelancaran operasional penggunaan bangunan tersebut.

Pasal 3 : Patok-patok Referensi, Bowplank dan

Pengukuran

1. Direksi akan menetapkan 2 (dua) “Bench Mark” sebagal referensi yang ditetapkan di lapangan. Bila Bench Mark belum ada maka Pemborong berkewajiban membuat Bench Mark sesuai dengan petunjuk Direksi. 2. Semua batas ketinggian (elevasi) dinyatakan dalam satuan metrik

terhadap Low Water Spring (LWS).

3. Sedangkan ukuran-ukurannya dinyatakan dalam satuan metrik, kecuali bila dinyatakan lain.

4. Pemborong harus atau wajib membuat Bowplank dan memasang patok-patok pembantu, sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan untuk menjamin ketelitian bentuk, posisi, arah elevasi dan lain-lain, yang harus dipelihara keutuhan letak dan ketinggiannya selama pekerjaan berlangsung.

5. Sebelum pekerjaan dimulai patok-patok pembantu, Bouwplank harus disetujui Direksi. Patok-patok dan referensi lainnya tidak boleh disingkirkan sebelum diperintahkan oleh Direksi.

(24)

Pasal 4 : Pekerjaan Persiapan

1. Persiapan Lapangan

Untuk tempat kerja, penumpukan bahan-bahan, bangunan gudang, Direksi Keet dan lain-lain Pemborong harus membersihkan dan membenahi lapangan.

2. Penerangan, Pagar dan Tanda-tanda Pengaman

Pemborong harus menyediakan penerangan di daerah kerja, membuat pagar sementara di sekeliling lokasi kerja dan menyediakan tanda-tanda pengaman yang perlu.

3. Bangunan Sementara

Untuk menjamin keamanan bahan dan perlengkapan lain yang dianggap perlu Pemborong harus menyediakan gudang penyimpanan yang tertutup kuat dan aman dan resiko hilang atau rusak. Dan Pemborong juga diwajibkan menyediakan barak-barak untuk bekerja.

4. Kantor Direksi dan Pemborong

a. Pemborong harus menyediakan kantor Direksi di lapangan seluas 100 m2, yang letaknya dekat dengan kantor Pemborong, terdiri dari

ruangan-ruangan sebagai berikut:  Ruang Direksi

 Ruang Teknisi  Ruang Istirahat

 Ruang Mandi, WC dan dapur  Ruang Rapat

 Ruang Pemborong

 Ruang Laboratorium Lapangan

Konstruksi kantor bersifat sementara, lantai dan ruang-ruang dibuat dari beton rabat, dinding dan papan. Pemborong juga harus menyediakan kantor sementara dengan luas dan kwalitas minimum sama dengan kantor Direksi.

b. Pemborong juga harus menyediakan listrik dan air secukupnya yang diperlukan kantor Direksi.

c. Perlengkapan Kantor

Pemborong menyediakan perlengkapan, Kantor Pemborong dan Kantor Direksi antara lain masing-masing adalah :

(25)

 Kursi dan Meja Rapat : Secukupnya  Kursi dan Meja Tulis : Secukupnya

 Kotak P3K : Secukupnya

 Papan Tulis : Satu buah

 Almari Kayu : Satu buah

 Mesin Tik Portable : Satu Lokasi  Meja Gambar : Satu unit

 Dan lain-lain yang menurut Direksi diperlukan

Pemborong diwajibkan menyediakan alat komunikasi agar hubungan antara Direksi Keet, Keet Pemborong dan site dapat berjalan dengan lancar.

d. Pemborong bertanggung jawab atas perawatan kantor dan perlengkapan kantor Direksi.

e. Setelah Pekerjaan selesai seluruh kantor dan peralatannya harus dipindahkan dan Pemborong berkewajiban untuk membongkar dan memindahkan bila diminta Direksi.

Pasal 5 : Daerah Kerja dan Jalan Masuk

Pemborong akan diberikan daerah kerja untuk pelaksanaan pekerjaan ini. Lokasi tersebut dapat diperoleh dengan cara sewa/pinjam berdasarkan ketentuan yang berlaku. Harus membatasi operasinya di lapangan yang betul-betul diperlukan untuk pekerjaan tersebut. Tata letak yang meliputi jalan masuk, lokasi penyimpangan bahan bangunan dan jalur pengangkutan material dibuat oleh Pemborong dengan persetujuan Direksi.

Pasal 6 : Material

1. Material yang dipakai dalam pekerjaan-pekerjaan ini diutamakan produksi dalam negeri yang memenuhi persyaratan teknis yang ditentukan.

(26)

Pasal 7: Kod, Standard, Sertifikat dan Literatur dan

Pabrik

Pemborong harus menyediakan di lapangan antara lain foto copy persyaratan standar bahan, katalog, rekomendasi dan sertifikat dan pabrik dan informasi lainnya yang diperlukan untuk semua material yang dipergunakan dalam proyek ini serta petunjuk pemesanan barang-barang tersebut harus mengikuti prosedur yang direkomendasikan oleh pabrik.

Pasal 8 : Lalu lintas

Dalam melaksanakan pekerjaan dan pengangkutan bahan-bahan untuk keperluan pekerjaan, Pemborong harus berhati-hati sedemikian rupa sehingga tidak menggangu kelancaran lalu lintas atau menimbulkan kerusakan terhadap jalan yang telah ada dan prasarana lainnya. Bilamana terjadi kerusakan, Pemborong berkewajiban untuk memperbaiki/mengganti.

Pasal 9 : Cuaca

Pekerjaan harus diberhentikan apabila cuaca tidak mengijinkan yang mengakibatkan penurunan mutu suatu pekerjaan.

Pasal 10 : Service Sementara

Pemborong harus meriyediakan air dan listrik yang diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung.

Pasal 11 : Peralatan Survey

Pemborong harus menyediakan peralatan yang sewaktu-waktu akan dipakai oleh Direksi dan staf, alat-alat tersebut harus disetujul Direksi. Selama pelaksanaan pekerjaan Pemborong wajib menyediakan operator dan peralatan tersebut dan setelah pekerjaan selesai seluruh peralatan tersebut akan dikembalikan kepada Pemborong.

Alat-alat yang diperlukan minimal terdiri dari :  2 buah theodolit-wild T1 atau yang sejenis  1 buah level-wild Na2 atau yang sejenis

 2 buah leveling rods, panjang 3 dan 5 m dibuat dan aluminium atau kayu  2 buah “staft buble”-adjustable types

(27)

 1 buah 300 m tag line, 6 mm diameter polypropylene dan 1 m diameter reel

 1 buah 50 m sounding line and lead weight

Pemborong harus menyediakan perahu (motor boat) untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan (survey), Pemborong bertanggung jawab atas semua peralatan survey tersebut terhadap perawatan, kerusakan/kehilangan.

Pasal 12 : Peralatan Laboratorium

Pemborong harus menyediakan peralatan laboratorium yang akan dipakai oleh Direksi dan Staf. Alat-alat tersebut harus disetujui Direksi. Selama pelaksanaan pekerjaan pemborong wajib menyediakan operator peralatan tersebut. Setelah pekerjaan selesai, seluruh peralatan tersebut akan dikembalikan kepada Pemborong.

Alat-alat tersebut terdiri dari:  1 buah concrete hammer test

 1 set ayakan berukuran 3/4, no. 4, 10, 40 dan 200  1 timbangan neraca

(28)

BAB II. PERSYARATAN BAHAN-BAHAN

Pasal 13 : Umum

1. Semua bahan-bahan yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus memenuhi ketentuan-ketentuan umum yang berlaku di Indonesia, mengenai bahan bangunan serta persyaratannya akan dicantumkan di bawah ini.

2. Bilamana akibat satu dan lain hal bahan yang disyaratkan tidak dapat diperoleh, Pemborong boleh mengajukan usul perubahan kepada Direksi sepanjang mutunya paling tidak sama atau lebih tinggi dan apa yang disyaratkan.

3. Direksi akan menilai dan memberikan persetujuannya secara tertulis sepanjang memenuhi persyaratan teknis dan Pemborong diwajibkan untuk sedapat mungkin mempergunakan bahan-bahan produksi dalam negeri.

Pasal 14 : Bahan Agregat Beton

1. Agregat halus atau pasir untuk pekerjaan beton dan adukan harus berbutir keras, bersih dari kotoran-kotoran, zat-zat kimia organik dan unorganik dan yang dapat merugikan mutu beton ataupun baja tulang dan bersudut tajam.

Susunan pembagian

butir harus memenuhi persyaratan seperti Tabel Prosentase

lewat saringan.

Uk 10 5 2,5 Saringan (mm)1,2 0,6 0,3 0,15

% 100 90-100 80-100 50-90 25-65 10-35 2-10

2. Prosentase berat faksi butiran yang lebih halus dan 0,074 mm, kotoran atau lumpur tidak boleh lebih dan 5 % terhadap berat keseluruhan, kecuali ketentuan di atas, semua ketentuan mengenai agregat halus beton (pasir) pada PBI 1991 harus dipenuhi.

(29)

4. Batu pecah diperoleh dan batu yang keras sesuai dengan persyaratan PBI, bersih serta bebas dari kotoran-kotoran yang dapat mempengaruhi kekuatan dan mutu beton maupun baja.

Pembagian butir harus memenuhi ketentuan seperti Tabel Prosentase Lewat

Saringan di bawah ini.

Uk 30 25 20 Saringan (mm)15 10 5 2,5

% 100 90-100 - 30-70 - 0-10 0-5

5. Bilamana diperlukan Pemborong harus mengadakan percampuran-percampuran butir untuk memperoleh pembagian butir (grain size distribution) seperti yang disyaratkan pada butir 1 dan butir pada pasal 14.

Pasal 15 : Baja Tulang

1. Besi untuk tulang beton yang akan digunakan dalam pekerjaan ini adalah baja dengan mutu fy 240 Mpa untuk baja tulangan polos dan fy 320 Mpa untuk baja tulangan ulir dengan diameter pengenal seperti ditetapkan pada gambar kerja.

2. Setiap pengiriman sejumlah besi tulangan ke proyek harus dalam keadaan baru dan disertai dengan sertifikat dari pabrik pembuat dan bila Direksi memandang perlu, contoh akan diuji ke Laboratorium atas beban Pemborong. Jumlahnya akan ditentukan kemudian sesuai kebutuhan. 3. Penyimpanan atau penumpukan harus sedemikian rupa sehingga baja

tulangan terhindar dan pengotoran-pengotoran minyak, udara lembab, lingkungan yang dapat menyebabkan baja berkarat dan lain-lain pengaruh luar yang mempengaruhi mutunya, sebaiknya baja terlindung atau ditutup dengan terpal-terpal sebelum dan setelah pembengkokan. 4. Baja tulangan ditumpuk di atas balok-balok kayu agar tidak langsung

berhubungan dengan tanah.

Pasal 16 : Semen

(30)

2. Semen yang didatangkan ke proyek harus dalam keadaan utuh dan baru, kantong-kantong pembungkus harus utuh dan tidak ada sobekan-sobekan.

3. Penyimpanan semen harus dilakukan dalam gudang tertutup dan terlindung dari pengaruh hujan dan lembab udara dan tanah semen ditumpuk di dalamnya di atas lantai panggung kayu minimal 30 cm di atas tanah. Tinggi penumpukan maksimunn adatah 5 kantong semen yang kantongnya pecah tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan keluar proyek.

4. Semen yang dipakai selalu diperiksa oleh Direksi sebelumnya. Semen yang mulai mengeras harus segera dikeluarkan dan proyek. Urutan pemakaian semen harus mengikuti urutan tibanya semen tersebut di lapangan sehingga untuk itu Pemborong diharuskan menumpuk semen berkelompok menurut urutan tiba di lapangan

5. Semen yang umurnya lebih dan tiga bulan sejak keluarnya dari pabrik tidak diperkenankan dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya struktural.

6. Bilamana Direksi memandang perlu, Pemborong harus melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa dan melihat apakah mutu semen memenuhi syarat, atas biaya Pemborong.

Pasal 17 : Air Kerja

1. Air yang dpakai untuk adukan beton dan adukan spesi harus bersih, bebas zat-zat organik atau anorganik yang terkandung dalam air, yang dapat mempenganuhi kekuatan keawetan dari beton. Mutu air tersebut sedapat mungkin bermutu air minum.

2. Air yang akan dipakai untuk pekerjaan beton, membilas, membasahi dan lain-lain harus mendapat persetujuan dari Direksi sebelum dipakai.

3. Pemborong harus menyediakan tempat-tempat penampungan air kerja di lapangan untuk menjamin kelancaran kerja.

(31)

Pasal 18 : Rubber Fender

1. Fender Karet yang akan dipakai pada dermaga ini adalah fender karet Type V atau sejenisnya yang harus memenuhi ketentuan-ketentuan dan ukuran minimal seperti yang disyaratkan di bawah ini. Pemborong harus mengajukan gambar-gambar dan fender dan ukurannya kepada Direksi untuk disetujui sebelum fender dimasukkan ke Proyek.

2. Maksimum compressian defleksi yang diperkenankan adalah 45 % dari nilai

tertinggi total fender. Type, ukuran dan ketentuan-ketentuan lainnya seperti di

bawah ini :

Type V Ukuran Minimum Reaction Force Energy

Absorption

H400 L2400 240,00 cm 40,21 ton 3,50 t.m

Type ukuran dan ketentan-ketentuan lainnya adalah sesuai dengan JIS K-6301 atau SII

2281-1988 atau yang serta sebagai berikut :

PHYSICAL PROPERTIES

3. Untuk angker baut harus digunakan angker baut dan bahan tahan karat (stainless steel), yang ukurannya sesuai dengan gambar kerja atau standar yang diharuskan oleh pabrik pembuat fender karet yang bersangkutan.

(32)

Pasal 19 : Bekisting

1. Kayu yang dipakai untuk cetakan beton adalah kayu mutu klas II bila menurut kebutuhan PPKI 1970 atau kayu lapis (plywood) ataupun kayu lokal yang memenuhi persyaratan.

2. Ukuran tebal papan bekisting minimal 3 cm dan toleransi perbedaan tebal minimal adalah ± 2 mm. Bila untuk papan bekisting dipakai plywood tebal minimal 16 mm. Papan bekisting harus kering udara agar tidak menyusut pada waktu dipakai.

3. Apabila kayu yang akan digunakan sesuai gambar, jenis dan ukurannya tidak dapat diperoleh di pasaran, maka Pemborong boleh mengajukan usul perubahan kepada Direksi dengan jenis dan ukuran kayu yang berbeda namun mutunya minimal sama atau lebih tinggi dari yang disyaratkan Direksi akan menilai dan memberikan persetujuan secara tertulis.

4. Untuk konstruksi gelagar/rusuk-rusuk penguat dipakai kayu sejenis atau kayu yang lebih baik dengan ukuran yang memadai sesuai perhitungan. Bilamana akan dipergunakan dolken, diameter minimal harus 12 cm, lurus, tidak banyak cacat dan diameter terkecil pada salah satu ujungnya harus lebih besar dari 10 cm.

(33)

BAB III. PEKERJAAN BETON BERTULANG

Pasal 20 : Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini terdiri dari menyediakan semua peralatan kerja, tenaga kerja, alat-alat perlengkapan dan pelaksanaan untuk semua pekerjaan beton dan grouting yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan beton sesua dengan ketentuan dan persyaratan dalam kontrak.

Persyaratan yang disebutkan berikut ini akan berlaku secara umum dan meliputi semua pekerjaan beton bertulang seperti balok lantai, poer dan lain-lain sebagainya, kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan yang disyaratkan secara khusus.

Pasal 21 : Pekerjaan Bekisting dan Penyangga

Untuk mendapatkan bentuk penampang dan ukuran dari beton seperti dalam gambar kerja (konstruksi), maka bekisting harus dikerjakan dengan baik, lurus, rata, teliti dan kokoh.

Bekisting untuk pekerjaan beton pada lantai, balok lantai, poer dan lain sebagainya dapat memakai kayu atau pelat baja besi.

Pengerjaan bekisting, seperti sokong-sokongan perancah dan lain-lain yang memerlukan perhitungan harus diajukan ke Direksi untuk disetujui. Diameter minimum dolken adalah 15 cm dan jarak antara balok pendukung papan bekisting maximum 40 cm.

Sebelum pengecoran dimulai, bagian dalam dari bekisting harus bersih dari kotoran dan kering dari air, agar mendapatkan mutu baton yang diharapkan sebagai jaminan bahwa bagian dalam bekisting bersih dan tidak ada genangan air digunakan kompresor.

Finishing beton bertulang dalam arti penambahan-penambahan sejauh mungkin dihindari dan perataan permukaan beton bila terpaksa harus dilakukan sesuai petunjuk Direksi.

Pembongkaran bekisting beton tidak boleh dilakukan sebelum waktu pengerasan menurut PBI 1991 dipenuhi dan pembongkarannya dilakukan hati-hati dan tidak merusak beton yang sudah mengeras, dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Direksi.

(34)

Pasal 22 : Pekerjaan Baja Tulangan

1. Gambar rencana kerja untuk baja tulangan, meliputi rencana pemotongan, pembengkokan sambungan, penghentian, dibuat oleh Pemborong dan diajukan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan.

Semua detail harus memenuhi persyaratan seperti yang dicantumkan dalam gambar kerja dan syarat-syarat yang harus diikuti menurut PBI 1991.

2. Diameter-diameter pengenal harus sama seperti persyaratan dalam gambar kerja dan jika diameter tersebut akan diganti, maka jumlah luas penampang persatuan lebar beton harus minimal sama dengan luar penampang rencana, sebelum melakukan perubahan-perubahan harus mendapat persetujuan Direksi.

3. Semua pembengkokan tulangan harus dilakukan sebelum penyetelan/penempatan dan tidak diperkenankan membengkokan tulangan bila sudah ditempatkan kecuali apabila hal itu terpaksa dan sudah mendapat persetujuan Direksi.

4. Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana dan harus dijaga jarak antara tulangan dengan bekisting untuk mendapatkan tebal selimut (beton deking) = 8 cm, untuk bagian beton yang langsung berhubungan dengan air laut ataupun yang berhadapan dengan air/hawa laut.

5. Sebelum melakukan pengecoran, semua tulangan harus terlebih dahulu diperiksa untuk memastikan penelitian tempatnya, kebersihan dan untuk mendapatkan perbaikan bilamana perlu. Tulangan yang berkarat harus segera dibersihkan atau diganti bilamana dianggap Direksi akan melemahkan konstruksi.

6. Pengecoran tidak diperkenankan apabila belum diperiksa dan disetujul oleh Direksi.

(35)

Pasal 23 : Pekerjaan Percobaan Campuran Beton dan

Adukan Beton

Pekerjaan beton dalam pelaksanaannya harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang termuat dalam PBI 1971, baik mengenai material koral, pasir semen dan baja maupun pelaksanaannya.

1. Mutu beton

Untuk beton bertulang kekuatan yang disyaratkan dalam pekerjaan ini adalah berdasarkan mutu beton (f’y)

Mutu beton f’y adalah 35 Mpa dengan pemakaian PC minimum 400 kg untuk tiap 1 m3 beton, faktor air semen maksimum 0,45 dan slump beton

yang diperkenankan di lapangan = 7 cm, untuk ini Pemborong harus membuat mixed design dengan persetujuan Direksi.

2. Percobaan Campuran (Mixed Design)

Sebelum pelaksanaan pembetonan, Pemborong terlebih dahulu harus mengadakan percobaan campuran (Mixed Design) untuk membuat mutu karakteristik baton seperti yang disyaratkan dan untuk mengetahui komposisi campuran beton (pasir, semen dan batu pecah).

3. Slump yang diperkenankan adalah 7 cm.

Dalam menentukan atau untuk mendapatkan mutu beton sesuai dengan karakteristik yang sudah ditentukan, harus dilakukan dengan mengunakan ukuran yang sudah tertentu, baik untuk material betonnya maupun ukuran penggunaan air (ember tertentu) yang mana ukuran tersebut nantinya akan digunakan selama pelaksanaan konstruksi (seperti gambar).

 Semen = s  Kerikil = k  Pasir = p

Air = a

Percobaan ini dilakukan sampai mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan karakteristik yang sudah ditentukan yaitu :

f’c > f’c syarat (f’c = 35 Mpa)

(36)

Bilamana kekuatan karakteristik telah dicapai dengan komposisi agregat tersebut di atas dan telah disetujui oleh Direksi harus digunakan dalam pemakaian selanjutnya.

Segala perubahan dalam masa pelaksanaan terhadap campuran agregat yang telah disetujui harus mendapat persetujuan Direksi.

Jumlah sample harus disediakan oleh Pemborong untuk tiap pengetesan atau percobaan adalah 20 (dua puluh) buah dan laboratorium tempat percobaan akan ditentukan Direksi atau dengan persetujuan Direksi.

Pasal 24 : Pekerjaan Pengecoran Beton

1. Pekerjaan pengecoran beton harus dilaksanakan sekaligus dan harus dihindarkan adanya penghentian pengecoran (cold-joint) kecuali bila sudah diperitungkan pada tempat yang aman dan sebelumnya sudah mendapat persetujuan Direksi.

Pemborong harus sudah mempersiapkan segala sesuatunya (peralatan) untuk pengamanan, pelindung dan lain-lain yang dapat menjamin kontinyuitas pengecoran.

2. Untuk mendapatkan campuran beton yang baik dan merata Pemborong harus memakai mesin pengaduk. Mesin pengaduk harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk melayani volume pekerjaan yang direncanakan. Mesin pengaduk harus dibersihkan dengan air dan dihindarkan dari minyak sebelum dipakai. Setiap campuran beton harus diaduk sehingga merata/homogen dan waktu pengadukan minimum adalah 2 menit untuk setiap kali pencampuran.

3. Bilamana perlu Pemborong diperkenankan untuk menggunakan concrete pump, gerobak-gerobak dorong untuk mengangkut adukan ke tempat yang akan dicor. Pengangkutan beton tidak dibenarkan dengan ember-ember.

4. Sebelum pengecoran dimulai, semua peralatan material serta tenaga yang diperlukan sudah harus siap dan cukup untuk suatu tahap pengecoran sesuai dengan rencana yang sebelumnya disetujui Direksi. Tulangan, jarak bekisting dan lain-lain, harus dijaga dengan baik sebelum dan selama pelaksanaan pengecoran.

(37)

penyodokan apabila dengan concrete vibrator tidak mungkin dilakukan dengan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi terebih dahulu. 6. Pengecoran harus menerus dan hanya boleh berhenti di tempat-tempat

yang diperhitungkan aman dan telah direncanakan terlebih dahulu dan sebelumnya mendapatkan persetujuan dari Direksi. Penghentian maksimum 2 jam. Untuk menyambung suatu pengecoran, pengecoran sebelumnya harus dibersihkan permukaannya dan dibuat kasar dengan sikat baja agar sempurna sambungannya dan sebelumnya adukan beton dituangkan, permukaan yang akan disambung harus disiram dengan air semen dengan campuran 1 PC : 0,45 air.

7. Selama waktu pengerasan beton harus dilindungi derigan air bersih atau dtutup dengan karung-karung yang senantiasa dibasahi dengan air, terus menerus selama paling tidak 10 hari setelah pengecoran.

8. Apabila cuaca diragukan, sedangkan Pengawas dan atau Direksi menghendaki agar pengecoran tetap harus berlangsung, maka pihak Pemborong harus menyediakan alat pelindung atau terpal yang cukup untuk mehndungi tempat yang sudah/akan dicor. Pengecoran tidak diizinkan selama hujan lebat atau ketika suhu udara naik di atas 32°C. 9. Untuk setiap 5 m3 pengecoran, Pemborong diwajibkan mengambil contoh

(sample) untuk pemeriksaan kekuatan tekan kubus, pemeriksaan slump test, dengan prosedur sebagaimana ditentukan dalam PB1 1971.

Slump yang diperkenankan dalam pelaksanaan adalah antara 7 cm dan faktor air semen maximum 0,45. Pengambilan-pengambilan contoh di atas sesuai petunjuk Direksi. Kubus-kubus dijaga agar dapat mengeras dengan baik.

10.Kubus beton yang diambil selama pengecoran harus diuji kekuatan tekan karakteristiknya di laboratorium yang dapat disetujui Direksi dan hasilnya dilaporkan secara tertulis kepacla Direksi untuk dievaluasi. Bilamana hasil pengujian menunjukan mutu beton kurang dari f’c yang disyaratkan (f’c = 35 Mpa) maka Pemborong diwajibkan untuk mengajukan rencana dan mengadakan perkuatan/ penyempurnaan konstruksi dengan biaya Pemborong.

(38)

laboratorium dengan persetujuan Direksi. Hasilnya akan dievaluasi Direksi dan bila nilai yang diperoleh membahayakan konstruksi, harus dilakukan perbaikan konstruksi tersebut atas biaya Pemborong.

12.Seluruh pekerjaan beton bertulang ditambahkan bahan campuran beton serat polypropylene murni yang dapat mengontrol retak yang disebabkan oleh muai dan susut karena panas, meningkatkan daya tahan terhadap kejut, mengurangi permeabilitas dan menambah daya tahan beton.

Sifat-sifat polypropyne murni hrus memenuhi syarat sebagai berikut

Penyerapan : nol

Berat jenis : 0,9

Panjang serat : 19,0 mm

Titik leleh : 160-170°C

Titik bakar : 570° C

Daya hantar panas : rendah

Ketahanan terhadap asam dan garam : tinggi Ketahanan terhadap alkali : tinggi

Kekuatan tarik : 5600-7700 kg/cm2

Modulus yuong’s : 35.000 kg/cm2

Pasal 25 : Pekerjaan Balok dan Lantai Beton

Mutu beton yang disyaratkan untuk pekerjaan balok dan lantai adalah f’c 35 Mpa. Tulangan yang direncanakan untuk pekerjaan ini adalah besi beton mutu fy 240 Mpa untuk baja polos dan fy 320 untuk baja ulir. Bilamana Pemborong hendak memakai baja tulangan lebih tinggi dari yang disyaratkan, Pemborong mengajukan pada Direksi untuk persetujuan. Konstruksi bekisting harus cukup kokoh agar tidak terjadi perubahan-perubahan bentuk pada waktu pengecoran maupun masa pengerasan. Pemborong harus mengajukan rencana konstruksi bekisting kepada Direksi untuk diperiksa dan disetujui. Ukuran penopang jadi dan beton tidak boleh kurang dari apa yang disyaratkan dalam gambar kerja dan penyimpangan tidak boleh lebih dari 1 % dari ukuran yang bersangkutan.

(39)

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini Pemborong harus mengikuti persyaratan-persyaratan sesuai pekerjaan beton bertulang dan ketentuan-ketentuan lain dalam PBI 1991.

Kanstin beton dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran beton di tempat, dengan ukuran 15 x 15 cm, yang selanjutnya difinishing dan dicat dengan warna selang-seling kuning hitam (lihat gambar rencana).

Pasal 26 : Pekerjaan Bolder

Pembuatan bolder dilakukan harus sesuai dengan gambar. Pekerjaan beton dan pemancangan tiang harus sesuai dengan bab mengenai pekerjaan beton dan pekerjaan pemancangan. Pada tahap penyelesaian harus bolder yang terlebih dulu diselesaikan stek-stek besi tulangan dan kemudian secara bersamaan dilakukan pengecoran dengan konstruksi beton poer, sehingga didapatkan konstruksi yang monolit. Bolder dicat dengan warna hitam atau dengan warna yang disetujui Direksi.

Pasal 27 : Air Kerja

1. Untuk adukan, maka air yang dipakai harus bebas dan asam, garam, bahan alkali dan bahan organik yang dapat mengurangi mutu beton. 2. Pengurangan air kerja harus mendapat persetujuan Direksi.

3. Bila akan dipakai air bukan berasal dan air minum dan mutunya meragukan, maka Direksi dapat minta kepada Pemborong untuk mengadakan penyelidiakan air secara laboratoris dan penyelidikan tersebut atas tanggungan Pemborong.

Pasal 28 : Beton Pracetak

1. Persyaratan umum yang berhubungan dengan beton bertulang biasa tetap berlaku, sedangkan persyaratan lain yang berhubungan dengan pekerjaan beton pracetak terdapat di dalam pasal-pasal berikut ini.

2. Pemborong harus menyerahkan usulan rencana-rencananya secara terinci untuk pelaksanaan fabrikasi beton pracetak/precast, perawatan dan kemudian pembongkaran, serta pengangkutan dan tempat pencetakan elemen-elemen beton pracetak. Semua rencana tersebut harus mendapat persetujuan dari Direksi.

(40)

4. Elemen-elemen beton pracetak/precast dicetak dengan pengecoran beton secara kontinyu dengan suatu cara pelaksanaan dan peralatan yang memadai, yang sebelumnya mendapat persetujuan Direksi.

5. Unsur beton pracetak harus dicetak dengan toleransi ukuran ± 5 mm dan ukuran yang telah ditetapkan dalam gambar. Lebih lanjut tidak ada permukaan balok atau lantai yang menyimpang lebih dari 5 mm dan pinggir yang lurus sepanjang 3 m dan pada bagian tengah dan unsur tidak boleh menyimpang lebih dan 10 mm dari garis tengah.

6. Cetakan/bekisting harus dibuat kokoh rapat pada sambungan-sambungannya, rapi dan benar, serta harus direncanakan sedemikian rupa hingga mudah untuk dibuka dan dipasang kembali.

Bagian-bagian yang memerlukan ketelitian dan atau kerapian pada elemen beton pracetak harus dibuat dengan cetakan yang terdiri dan lembaran plat baja. Cetakan harus ditempatkan dengan betul untuk mencegah penonjolan atau penyimpanan bentuk hasil pengecoran.

7. Cetakan pada bagian pinggiran-pinggiran dari beton pracetak boleh dipindahkan setelah 72 jam asalkan beton tersebut telah mengeras dan disetujui Direksi.

8. Pemborong harus menyerahkan perhitungan rencana cetakannya dan gambar-gambar kepada Direksi untuk persetujuan.

9. Pada pertemuan atau sambungan konstruksi antara unsur pracetak beton biasa, maka semua permukaan horizontal dan vertikal dari unit beton pracetak harus dibersihkan dengan sikat kawat untuk menyingkirkan semua benda dan kotoran atau bagian agreat yang menonjol.

10.Setiap bagian/elemen beton pracetak harus diberi tanda pengenal pada bagian atas permukaan untuk menunjukkan nomor urut, lokasinya atau bagian-bagian struktur dermaga atau trestle dan tanggal pembuatan/pengecorannya. Tanda-tanda identitas ini harus sejalan dengan rencana penempatan.

(41)

12.Unit-unit beton pracetak harus diangkat tepat pada rencana titik angka yang telah disetujui oleh Direksi. Unit beton pracetak dapat diangkat dari tempat pracetaknya untuk menyimpan kalau kekuatan rata-rata dan paling sedikit 3 kubus yang dibuat dan bahan beton yang sama paling sedikit 2,5 kali tegangan yang dihasikan pada saat diangkat.

13.Unit beton pracetak harus dikumpulkan dan disusun dengan cara yang telah disetujui Direksi. Pengumpulan beton harus diatur sehingga unit-unitnya dapat digunakan menurut umur. Unit-unit beton pracetak harus dilindungi dan sinar matahari langsung.

14.Beton deking yang dimaksud adalah untuk melindungi tulangan-tulangan terhadap bahaya karat. Tebal selimut beton pracetak disyaratkan 5 cm, kecuali bagian-bagian tertentu yang langsung terkena atau terpengaruh air laut minimal 8 cm. Untuk menjamin hal ini perlu dibuat tahu-tahu beton dengan ukuran 5 x 5 atau 8 x 8 cm dibuat di atas tanah yang rata, didasari tripleks dan pada bagian atas tahu-tahu beton tersebut harus terpasang pengikat dan kawat ikat/bindrad.

15.Sebelum pengecoran beton pracetak (precast) dilakukan, permukaan pada baja agar diolesi form oil agar permukaannya sempurna dan mudah mengangkatnya.

16.Unit-unit beton pracetak baru boleh dipindahkan dari tempat pengumpulan ke tempat pemasangannya bila telah berumur paling sedikit 21 hari, atau beton telah mencapai tegangan minimal (3 conch) 95 % dan tegangan pada usia beton 28 hari.

17.Penempatan elemen-elemen beton pracetak pada tempat yang sebenarnya harus dengan memakai peralatan yang memadai sehingga elemen beton pracetak tidak mengalami gaya-gaya yang berlebihan yang dapat menyebabkan retak-retak rambut, serta agar dapat dilaksanakan dengan rapi dan rapat satu sama lainnya sehingga pengecoran beton di atasnya terjamin tidak bocor serta dapat dilakukan dengan baik.

(42)
(43)

BAB IV. PEKERJAAN TIANG PANCANG

Pasal 29 : Jenis dan Ukuran Tiang Pancang

1. Sebagai tiang pancang dipakai dari pipa baja dengan  45.72 cm tebal 12.7 mm untuk dermaga dan  40,64 cm tebal 12.7 mm untuk trestel dengan spesifikasi :

Tegangan ijin baja 1400 kg/cm2

Tegangan leleh baja 2100 kg/cm2

Ukuran tiang pancang adalah sebagai berikut :

Dimensi tiang (CM) Panjang Tiang (M) Tebal Dinding (MM)

45.72 (Dermaga) 27 / Tiang tegak 12,7

40.64 (trestle) 32 / Tiang tegak 12,7

Pasal 30 : Lapisan Pencegah Karat Pada Pipa Baja

1. Permukaan luar pipa baja harus dilindungi dengan tapisan Coalter Epoxy (costing) atau yang sejenis agar tidak mudah berkarat akibat air laut. Pelapisan dilaksanakan 3 kali dengan tebal akhir tidak boleh lebih dari 75 mikron dan rata-rata 100 mikron.

Sebelum dilakukan pelapisan pipa baja harus dibersihkan stand blasting, seluruh proses ini dilakukan dipabrik.

2. Setelah pipa baja ini tiba dilokasi dan/atau sebelum dan selama pemancangan, harus dilakukan pemeriksaan terhadap coating untuk melihat apakah cacat atau rusak atau terkupas akibat hadling dan lain-lain.

3. Coating yang terkupas atau cacat harus diperbaiki kembali. Sebelum dicoating kembali bagian-bagian yang rusak harus dibersihkan terlebih dahulu dengan sikat kawat baja dan dikeringkan lalu dilakukan pelapisan kembali dengan bahan dan ketebalan yang sama dengan coating semula.

(44)

5. Pemborong wajib menyediakan peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan tebal coating pada permukaan tiang, apabila Direksi menilai perlu diadakan pengukuran.

Pasal 31 : Penyimpanan Pipa Baja

1. Pipa baja yang tiba di lokasi pekerjaan harus disimpan/ditumpuk di tempat yang aman dan terhindar dari pengaruh buruk air /hawa laut. 2. Pipa baja agar ditumpuk di atas bantalan kayu sehingga tidak langsung

berhubungan dengan tanah, bertapis-lapis dengan tinggi maksimun tiga tapis.

3. Bila kondisi lapangan sangat korosif pemborong wajib melindungi pipa-pipa baja tersebut dengan terpal-terpal atau plastik.

Pasal 32 : Penyambungan Pipa Baja

1. Pipa baja disambung dengan memakai metode Single V With full Penetration butt weld. Sebelum menyambung pipa baja, pemborong harus menyerahkan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan rencana pelaksanaan penyambungan pipa. Prosedur pengelasan untuk mendapat persetujuana rencana pelaksanaan penyambungan pipa. Prosedur pengelasan untuk sambungan sesuai dengan AW.

2. Sebelum pelaksanaan pengelasan untuk penyambungan pipa, Pemborong harus melaksanakan percobaan pengelasan untuk mendemontrasikan prosedur pengelasan yang diusulkan dan untuk memeriksa hasil pengelasan.

3. Pemborong harus meyediakan peralatan dan mesin las listrik yang memadai kapasitasnya serta elektroda yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang sesuai dengan tiang yang akan dilas dan harus dengan persetujuan Direksi.

4. Ahli las yang melaksanakan pengelasan harus yang benar-benar Qualified sesuai dengan AWS Dl- 72 yang dibuktikan dengan sertifikat dari intansi yang berwenang.

(45)

Pasal 33 : Pemeriksaan Hasil Pengelasan Pipa di

Lapangan

1. Terhadap hasil pekerjaan las harus dilakukan pemeriksaan dan testing untuk menjamin bahwa hasil pengelasan cukup memenuhi syarat yaitu padat dan tidak porous serta ukurannya sesuai dengan gambar kerja. Untuk itu pemborong harus menyediakan tenaga ahli, peralatan dan bahan yang diperlukan untuk pekerjaan testing tersebut.

2. Hasil pengelasan harus ditest secara visual dengan menggunakan metode liquid penetrant dan contrast sesuai dengan prosedur AWS. 3. Hasil pengelasan dilaporkan secara tertulis kepada Direksi dalam waktu

paling lama 24 jam untuk dievaluasi dan mendapat persetujuan.

4. Hasil yang tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan harus diperbaiki, diperkuat atau dipotong dan dilas kembali sesuai petunjuk Direksi.

Pasal 34 : Toleransi Titik Pancang

1. Pelaksanaan pemancangan tiang pancang tegak atau miring harus sedemikian sehingga diperoleh hasil sesuai dengan ketentuan dalam gambar kerja.

2. Toleransi maksimum yang diijinkan terhadap hasil pemancangan tiang adalah 10 cm penyimpangan dan posisi yang benar, inklinasi terhadap sumbu tiang miring atau vertikal adalah 2 % untuk pemotongan tiang sebesar 5 cm.

3. Bila toleransinya dilampaui, tiang harus diperbaiki dan diperkuat dengan konstruksi tertentu dicabut atau lain sebagainya sesuai dengan keputusan Direksi dengan biaya Pemborong.

Pasal 35 : Pemancangan Tiang

1. Pemancangan tiang pancang dilakukan dengan alat tersebut di atas dan bila tidak memungkinkan dapat dengan pengeboran terlebih dahulu yang dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direksi.

Referensi

Dokumen terkait

untuk melikuidasi persekutuan, seperti penagihan piutang, konversi aset non kas menjadi kas, pembayaran kewajiban  persekutuan, dan distribusi laba bersih yang

Dibanding dengan citra ALOS AVNIR-2 kedua citra gabungan mempunyai nilai akurasi total dan indeks kappa yang lebih rendah, namun lebih tinggi dibanding dengan citra ALOS

Sejak ditetapkan RRI sebagai lembaga yang dapat menerima pendapatan yang bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan

Masalah yang sama terjadi di Jalan Hertasning Kota Makassar, masyarakat terutama para pengguna jalan tersebut sudah merasa resah dengan adanya para PKL yang menjadi

Secara statistik PPSA1 dan PNSA1 memiliki korelasi yang kurang baik terhadap aktivitas antikanker sehingga, akan tetapi deskriptor ini memiliki kepekaan yang lebih

Akan tetapi tidak itu saja, asumsi yang lain mengatakan dengan return on assets yang tinggi, berarti bahwa laba bersih yang dimiliki perusahaan tinggi, maka apabila

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa struktur pengendalian intern aktiva tetap pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Anom Banjar telah

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis tumbuhan, bagian organ tumbuhan yang dimanfaatkan, cara memanfaatkan bagian organ dan mengetahui sumber perolehan