• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Palu, Agustus Ketua TKPKD Kota Palu, SIGIT PURNOMO. L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Palu, Agustus Ketua TKPKD Kota Palu, SIGIT PURNOMO. L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 i Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kota Palu tahun 2020.

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kota Palu tahun 2020, menggambarkan kondisi pelaksanaan berbagai program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan pada tahun 2020, yang berisikan berbagai informasi berkenaan dengan kebijakan Pemerintah Kota Palu dalam hal program penanggulangan kemiskinan, baik program penanggulangan kemiskinan berasal dari pemerintah pusat, maupun program penanggulangn kemiskinan yang merupakan inisiatif pemerintah daerah serta program penanggulangan kemiskinan lainnya. Penanggulangan kemiskinan merupakan masalah prioritas yang telah tertuang dalam dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palu. Sehingga Pemerintah Kota Palu mengharapkan dapat menjawab tantangan

Sustainable Development Goals (SDGs) terhadap capaian-capaian indicator kemiskinan yang ada di daerah ini.

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan laporan ini kami ucapkan terimakasih. Harapan kami Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kota Palu ini dapat menjadi media informasi dalam penanggulangan kemiskinan didaerah ini dan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan program penanggulangan kemiskinan.

Palu, Agustus 2020 Ketua TKPKD Kota Palu,

(2)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 ii

Daftar Isi

Kata Pengantar... Daftar isi... BAB I BAB I Pendahuluan... 1.1. Latar Belakang ………..…...……... 1.2. Maksud dan Tujuan ... 1.3. Landasan Hukum …... 1.4. Sistematika Penulisan …... BAB II Profil Kemiskinan Daerah...

2.1. Kondisi Umum Daerah... 2.2. KondisiKemiskinanMultidimensi ...

2.2.1. Dimensi Ekonomi dan Ketenagakerjaan... 2.2.2. Dimensi Pendidikan... 2.2.3. Dimensi Kesehatan ... 2.2.4. Dimensi Ketahanan Pangan... BAB III Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan...

3.1. Regulasi Daerah tentang Penanggulangan Kemiskinan... 3.2. Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan………....

3.2.1. Kelompok Program Berbasis Bantuan dan Perlindungan Sosial (Klaster 1)... 3.2.1. Kelompok Program Berbasis Pemberdayaan Masyarakat (Klaster 2) ……… 3.2.1. Kelompok Program Berbasis Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (Klaster 3) 3.2.1. Kelompok Kelompok Program Baik Secara Langsung dan Tidak Langsung

Dapat Meningkatkan Kegiatan Ekonomi & Kesejahteraan Masyarakat Miskin (Klaster 4) ………. 3.3. Evaluasi APBD untuk Penanggulangan Kemiskinan...………...

3.3.1. Analisis Pendapatan Daerah... 3.3.2. Analisis Belanja Daerah untuk Penanggulangan Kemsikinan...

i ii 1 4 5 6 8 8 16 16 20 22 27 30 30 33 34 35 35 36 37 37 39

(3)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 iii BAB IV Kelembagaan Penanggulangan Kemiskinan...

4.1. Kelembagaan TKPK... 4.2. Koordinasi Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan…... 4.3. Pengendalian Penanggulangan Kemiskinan... 4.3.1. Monitoring dan Evaluasi Penanggulangan Kemiskinan... 4.3.2. Penanganan Pengaduan Masyarakat... BAB V. Penutup... 5.1. Kesimpulan ………...………... 5.2. Rekomendasi…... 50 50 52 54 54 57 60 60 62

(4)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 iv Daftar Tabel...

Tabel 1. Indikator Ketenagakerjaan Kota Palu Tahun 2015 - 2017 .... Tabel 2. Capaian Indikator Pendidikan Kota Palu terhadap Capaian Provinsi dan

Nasional Tahun 2017………...………… Tabel 3. Capaian Indikator Kesehatan Kota Palu terhadap Capaian Provinsidan

NasionalTahun2017……..………...……. Tabel 4. Capaian Indikator Prasarana Dasar Kota Palu terhadap Capaian Provinsi

Dan Nasional Tahun 2016 ………... Tabel 5. Rekapitulasi Pendapatan Daerah Kota Palu Tahun 2016 – 20118 ... Tabel 6. Program/Kegiatan PD Kota Palu yang Langsung Berhubungan

Dengan Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2017 dan 2018... Tabel7. Program/Kegiatan yang Implisit Dengan Penanggulangan

Kemiskinan PD Tahun 2017 dan 2018... Tabel8. Rekapan Realisasi Program PD Tahun 2018s.d Triwulan II yang

BerkaitanLangsungDenganPenanggulanganKemiskinan... Tabel9. Rekapan Realisasi Program PD Tahun 2017 yang Tidak Berkaitan

LangsungDenganPenanggulanganKemiskinan... 18 25 27 29 38 41 46 54 56

(5)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 v Daftar Gambar...

Gambar 1. Peta Kota Palu...…………...…...……..…....…….…….. Gambar 2. PerkembanganPenduduk Kota Palu 2012 - 2017………..……...….…...….. Gambar 3. PosisiRelatifPersentase Penduduk Miskin (%) Provinsi

Sulawesi Tengah2016……...…... Gambar 4. PerkembanganPersentase Penduduk Miskin Kota Palu

Tahun2012 - 2017…...…...…...………. Gambar 5. Perkembangan Garis Kemiskinan (Rp) Kota Palu

Tahun 2012 - 2017……...…….…. Gambar 6. PiramidaPendudukKota Palu Berdasarkan Usia Tahun 2017 ………...……. Gambar 7. RelevansiJumlah Penduduk Miskin (jiwa) dan Persentase

Jumlah Penduduk Miskin (%)Kota PaluTahun 2013 – 2017...…….…. Gambar 8. Analisis Relevansi Persentase Penduduk Miskin (%) Kota Palu

Tahun 2013 - 2017…...…….…. Gambar 9. RelevansiIndeksKedalamanKemiskinan (P1) (Indeks) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) (Indeks) Kota Palu Tahun 2013 - 2017…...….…. Gambar 10. AnalisisRelevansiIndeksKedalaman Kemiskinan (P1) (Indeks)

Kota Palu terhadapNasionalTahun 2013 - 2017………...……...…...….…. Gambar 11. AnalisisRelevansiIndeksKeparahan Kemiskinan (P2) (Indeks)

Kota Palu terhadapNasionalTahun 2013 - 2017………...……...…….…. 7 9 11 12 13 17 18 20 21 21 21

(6)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan adalah keadaan saat ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan, dll.

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup: gambaran kekurangan materi yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi dari pada dua gambaran yang lainnya.

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (Basic Needs Approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.

(7)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 2 Ditahun 2020 ini angka kemiskinan di Kota Palu ini terjadi peningkatan, dimana pada tahun 2018 angka kemiskinan sebesar 25.260 jiwa, di Tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar 26.620,dengan persentase peningkatan sebesar 1.360 jiwa dari tahun sebelumnya Dengan persentase kenaikan 6,49%. Beberapa persoalan yang menyebabkan terjadinya kenaiakan angka kemiskinan tersebut anatara lain : 1). Sebagian warga yang terkena dampak langsung kejadian bencana pada Tahun 2018 belum memiliki pekerjaan tetap, 2). Penyebaran Virus Covid 19 yang berimpilkasi pada pemutusan hubungan kerja (buruh, karyawan dirumahakan) di beberapa perusahaan swasta dan diikuti dengan beberapa usaha kecil yang sebagian gulung tikar disebabkan kurangnnya pengunjung akibat penularan Covid 19. Berbagai masalah yang terjadi di masyarakat salah satunya adalah penyebaran Covid 19 yang makin meningkat menyebabkan tingkat konsumsi atau daya beli masayarakat menurun.

Di Kota Palu, masalah kemiskinan masih menjadi isu utama dalam pembangunan sosial dan ekonomi. Upaya mengatasi kemiskinan telah dilakukan oleh pemerintah Kota Palu dengan menyediakan beberapa kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan pembangunan pertanian, salah satunya melalui program Pasar Murah.

Penanggulangan kemiskinan telah menjadi salah satu prioritas pemerintah Kota Palu. Dengan mempertimbangkan kompleksitas permasalahan kemiskinan, diperlukan penanganan yang komprehensif dan bersifat lintas sektor serta keterpaduan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya

(stakeholders). Kemiskinan merupakan permasalahan yang memerlukan langkah-langkah

penanganan dan pendekatan yang sistematik, terpadu dan menyeluruh untuk mengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar warga negara melalui pembangunan inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan untuk mewujudkan kehidupan yang bermartabat. Agar koordinasi lintas sektor dalam penanganan masalah kemiskinan menjadi lebih terarah, maka dibentuklah Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPKD) secara berjenjang mulai tingkat daerah kabupaten/kota, tingkat daerah provinsi dan tingkat pusat.

(8)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 3 Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) pada tingkat kabupaten/kota diharapkan dapat memastikan setiap lembaga benar-benar menjalankan kebijakan berbasis penanggulangan kemiskinan, sebagai pusat atau wadah koordinasi antar Perangkat Daerah (PD) dan pemangku kepentingan, serta berperan aktif dalam pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan yang ada di daerah, khusus pelaksanaan kinerja penanggulangan kemiskinan, telah masuk menjadi salah satu masalah prioritas yang telah tertuang dalam dokumen Strategi Penangulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palu Tahun 2016-2021, dan diharapkan dapat menjadi arah bersama bagi Pemerintah Kota Palu, dunia usaha (swasta), masyarakat, dan berbagai pihak dalam mendorong gerakan penanggulangan kemiskinan secara terarah dan sinergis. Berjalannya hal tersebut diharapkan dapat menjawab tantangan

Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam memenuhi capaian indikator

kemiskinan baik tingkat global maupun lokal.

Kolaborasi semua pihak dalam rangka pengentasan kemiskinan sangatlah perlu dimaksimalkan, bertujuan agar lebih banyak dukungan dan apresiasi khsusunya di bidang penanggulangan kemiskinan untuk mewujudkan strategi penanggulangan kemiskinan di Kota Palu, sesuai dengan ketentuan peraturan daerah Kota Palu tentang penanggulagan kemskinan. Untuk mewujudkan strategi tersebut, maka dilakukan upaya–upaya terpadu melalui serangkaian tahapan penanggulangan kemiskinan Kota Palu yaitu :

1. Pengarusutamaan Penanggulangan Kemiskinan dalam seluruh kebijakan pemerintah daerah;

2. Mendorong terciptanya kerjasama antara masyarakat, dunia usaha, LSM, dan pemerintah dalam upaya memberdayakan kelompok masyarakat miskin;

3. Pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin baik laki-laki maupun perempuan. 4. Meningkatkan kemampuan dasar masyarakat miskin untuk peningkatan

pendapatan dan perubahan pola pikir melalui perbaikan pendidikan, kesehatan serta keterampilan;

(9)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 4 5. Menciptakan iklim yang mampu mendorong perluasan kesempatan bagi masyarakat

miskin untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi, sosial, politik, dan budaya serta memperoleh pelayanan publik yang tidak diskriminatif.

Dalam upaya peningkatan koordinasi percepatan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah Kota Palu menerbitkan Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan. Dalam Peraturan Daerah tersebut diamanatkan untuk membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kota Palu, yang keanggotaannya terdiri dari unsur pemerintah, swasta, masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya. Semua pihak yang terlibat di dalamnya diharapkan dapat saling bekerja sama dalam penyelesaian masalah - masalah kemiskinan di Kota Palu.

Isu strategis penanggulangan kemiskinan termuat dalam visi dan misi Wali Kota dan Wakil Wali Kota dalam RPJMD Kota Palu Tahun 2016 – 2021 sebagai bagian dari prioritas pembangunan, yaitu :

1. Peningkatan dan Pengembangan Daya Saing Potensi Sumber Daya Manusia, pada point a) pendidikan murah, terjangkau dan berkualitas, point b) pelayanan kesehatan murah, terjangkau dan berkualitas, dan point c) meningkatkan dan mengembangkan lembaga pendidikan kejuruan berbasis potensi sumberdaya lokal.

2. Kelurahan Inovasi Unggul dan Mandiri berbasis Iptek bagi Kemandirian Ekonomi Kerakyatan, pada point a) Peningkatan ketrampilan usaha melalui pemagangan, pendidikan dan pelatihan, point b) Peningkatan dan pengembangan keanekaragaman usaha masyarakat berbasis Home Industry berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, point c) Mendorong dan meningkatkan ekonomi kreatif dan inovatif yang berkelanjutan, point d) Mendorong investasi berbasis potensi sumber daya lokal yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

(10)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 5

1.2. Maksud dan Tujuan Maksud:

Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) ini disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran tentang kondisi kemiskinan di Kota Palu dan upaya-upaya yang telah dilakukan sebagai komitmen Pemerintah Kota Palu dalam akselerasi penanggulangan kemiskinan.

Tujuan:

Tujuan dari penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah ini adalah :

a. Sebagai bahan analisa dan konsolidasi internal Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kota Palu Tahun 2020.

b. Sebagai bahan evaluasi baik pengendalian, pelaksanaan, regulasi, pencapaian dan perencanaan tindak lanjut program penanggulangan kemiskinan di Kota Palu.

c. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan rumusan kebijakan penanggulangan kemiskinan pada tahun selanjutnya

1.3Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

(11)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 6 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005–2015;

5. Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Fakir Miskin;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

7. Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2015 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;

8. Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tim Koordinasi Peningkatan dan Perluasan Program Pro-Rakyat;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Propinsi Kabupaten/Kota;

10.Peraturan Derah Kota Palu Nomor 5 tahun 2015 tentang Penangulangan Kemiskinan; 11.Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 5 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Kota Palu (RPJMD) Tahun 2016-2021;

12.Surat Keputusan Wali Kota Palu Nomor 050.13/346/Bappeda/2017 tentang Pembentukan TKPK Kota Palu.

1.4. Sistematika Penulisan

BAB I – PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan laporan ini serta landasan hukum yang mendasari kegiatan penanggulangan kemiskinan, sekaligus menggambarkan output yang ingin dicapai dari penyusunan laporan ini, yakni sebagai bahan informasi dan evaluasi pelaksanaan penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Palu pada tahun berjalan.

(12)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 7 BAB II – PROFIL KEMISKINAN DAERAH

Pada bagian ini menjelaskan terkait profil kemiskinan Kota Palu, kondisi umum daerah, kondisikemiskinanmultidimensi, dimensi ekonomi dan ketenagakerjaan, dimensi pendidikan, dimensi kesehatan, dimensi prasarana dasar, dimensi ketahanan pangan.

BAB III – KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Pada bagian ini menjelaskan kebijakan-kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan Pemerintah Kota Palu dalam tahun 2020 melalui program-program yang dilaksanakan oleh OPD-OPD yang menyentuh langsung dengan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan di Kota Palu.

BAB IV – KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Pada bagian ini menjelaskan kelembagaan yang diberi kewenangan dalam mengkoordinir pelaksanaan penanggulangan kemiskinan, peran-peran yang dilakukan dalam memastikan kegiatan penanggulangan kemiskinan berjalan sesuai ketentuan.

BAB V – PENUTUP

Pada bagian ini berisikan penjelasan tentang kesimpulan dan rekomendasi yang perlu menjadi catatan untuk ditindaklanjuti tahun mendatang dalam upaya perbaikan kualitas kebijakan dan program-program untuk percepatan pencapaian target pengurangan tingkat kemiskinan di Kota Palu.

(13)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 8

PROFIL

KEMISKINAN

DAERAH

2.1. Kondisi Umum Daerah

Setelah peralihan kepemimpinan di Kota Palu pada Tahun 2016, dirumuskan pendekatan baru terkait program pemberdayaan masyarakat yang disinergikan dengan upaya penanggulangan kemiskinan. Memasuki triwulan keempat periode Oktober - Desember 2016, Program Zero Poverty yang sudah berjalan tiga tahun itu memasuki cetak biru baru pengelolaannya oleh Wali Kota Hidayat dan Wakil Wali Kota Sigit Purnomo Said. Rumusan baru atas kebijakan tersebut adalah Program Kebersihan, Keindahan, Ketertiban, Keamanan, dan Kenyamanan atau disingkat dengan K5 dan Program Kelurahan Inovatif, Unggul, Mandiri, atau disingkat menjadi PROKIUM. Program K5 akan mengganti penamaan atas kegiatan Padat Karya, sedangkan PROKIUM adalah transformasi baru dari pelaksanaan kebijakan sebelumnya yang dikenal sebagai Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat (PDPM).

Secara lebih terinci, dua kebijakan penanggulangan kemiskinan yang diformulasikan dalam program-program pemberdayaan masyarakat itu diterapkan dalam penjelasan sub-sub bab berikut:

2.1.1. Transformasi Kegiatan Padat Karya Menuju Program Sangu Patuju K5

K5 atau akronim dari Kebersihan, Keindahan, Ketertiban, Keamanan, dan Kenyamanan, lahir dari upaya pengejawentahan visi Kota Palu sebagai kota jasa, berbudaya dan beradat dilandasi iman dan takwa.

Tujuan dilahirkannya Program Sangu Patuju K5 adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam mewujudkan budaya bersih, indah, tertib, aman, dan nyaman di lingkungan masing-masing, sebagai implementasi dari nilai gotong royong dan kekeluargaan, yang merupakan budaya dan karakter luhur bangsa Indonesia.

Selain itu, K5 ditujukan untuk membangun dan meningkatkan kohesi sosial melalui gerakan Sabtu Bersih untuk menjaga nilai toleransi dan kekeluargaan dalam kehidupan sosial

(14)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 9 kemasyarakatan, dan meningkatkan kesadaran komunal bagi masyarakat akan pentingnya menciptakan budaya tertib dan aman guna terwujudnya kondisi yang nyaman di lingkungan tempat tinggal.

Untuk itu, telah disiapkan hal pertama dari pelaksanaannya di akhir tahun dengan menyiapkan kelembagaan yang akan mengatur jalannya program. Empat organ penting dari pelaksanaan Program Sangu Patuju K5 adalah pembentukan tim Pembina, Tim Koordinasi, Tim Pengendali, dan Tim Satuan Tugas Sangu Patuju K5.

Sabtu Bersih menjadi semacam tagline dari pelaksanaan Program Sangu Patuju K5 karena di hari yang ditentukan itu, seluruh masyarakat Kota Palu diharapkan terlibat secara aktif setiap minggunya untuk “blusukan” di masing-masing lingkungan tempat tinggal, mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi di lingkungan masing-masing dan praktik langsung dalam kerja massal untuk membersihkan lingkungan. Kohesi sosial diharapkan dapat terbangun dalam kegiatan tersebut. Harapan dari jangka pendek dalam program ini adalah raihan atas Adipura untuk Kota Palu, sebagai indikasi nyata dari penghargaan nasional untuk kota yang bersih.

Dalam peta jalan (roadmap), Program Sangu Patuju K5 dirancang pelaksanaannya untuk 5 tahun ke depan sejak triwulan akhir Tahun 2016. Secara lebih terperinci, rencana dari roadmap pelaksanaan Program Sangu Patuju K5 di triwulan pertama itu adalah:

 Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Program Sangu Patuju K5 di 46 kelurahan;

 Pembentukan Tim Pengendali pada 8 kecamatan;

 Pembuatan seragam Satgas Sangu Patuju K5 di 46 kelurahan;

 Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pelaksanaan Program Sangu Patuju K5 antara Wali Kota Palu, Kapolres, dan Dandim;

 Penyematan seragam Satgas Sangu Patuju K5 pada HUT Kota Palu, 27 September 2016;

 Launching gerakan Sangu Patuju K5 di Kelurahan Silae pada, 4 Oktober 2016;

 Penyusunan Peraturan Wali Kota Palu tentang Juklak/Juknis Program Sangu Patuju K5;

(15)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 10

 Pembentukan Tim Koordinasi Program Sangu Patuju K5;

 Penyusunan jadwal dan program kerja Program Sangu Patuju K5 di tingkat kelurahan dan kecamatan se Kota Palu;

 Sosialisasi Gerakan Program Sangu Patuju K5 di 46 kelurahan;

 Pembuatan sarana keamanan dan kebersihan di tingkat kelurahan;

 Pembuatan prototypedesign, perlengkapan, dan RAB Poskamling;

 Pembinaan, pengendalian, monitoring, evaluasi, dan pelaporan.

2.1.2. Transformasi Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat (PDPM) menuju Program Kelurahan Inovasi Usaha Mandiri (PROKIUM)

Prokium adalah transformasi baru dari PDPM. PROKIUM berfokus pada pendekatan ekonomi masyarakat khususnya pada pengembangan usaha kecil menengah (UKM). Setelah melakukan identifikasi 11 kelompok UKM yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan PROKIUM yakni:

1. Kelompok Usaha Industri Pakan Ternak Kambing dan Domba ; 2. Kelompok Usaha Industri Pakan Ternak Unggas ;

3. Kelompok Usaha Industri Batik Bomba ; 4. Kelompok Usaha Industri Pengrajin Bambu ; 5. Kelompok Usaha Industri Pengrajin Rotan ; 6. Kelompok Usaha Industri Keripik ;

7. Kelompok Usaha Industri Kerajinan Limbah Kelapa ; 8. Kelompok Usaha Industri Bawang Goreng ;

9. Kelompok Usaha Industri Pengolahan Sampah ;

10.Kelompok Usaha Industri Kerajinan Alat Musik Tradisional ; 11.Kelompok Usaha Industri Kreatif Lainnya.

(16)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 11 Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Kota Palu akan tetap menjadi leading sector

dalam manajemen program, karena dalam skema program BPM melaksanakan perencanaan, penyiapan lembaga sosial, mekanisme program, koordinasi, pendampingan, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan.

Selain ekonomi, PROKIUM dilaksanakan untuk mengintervensi masalah sosial perkotaan. Dalam pelaksanaannya pada bagian ini, PROKIUM menyasar lembaga kepemudaan dan agama dan siswa yang orang tuanya ada dalam data sebagai masyarakat miskin.

Terakhir, intervensi PROKIUM akan berhubungan dengan Program Sangu Patuju K5 yang digagas sebagai pengganti kegiatan Padat Karya. Di bagian ini, PROKIUM diharapkan hadir untuk mengembangkan kelembagaan masyarakat dalam pelaksanaan Program Sangu Patuju K5 yang dalam waktu dekat kegiatannya adalah meluncurkan program dan pembentukan satgas.

Di luar dari program pemberdayaan masyarakat, perlu juga digambarkan perkembangan penduduk kota. Pada Tahun 2018 jumlah penduduk Kota Palu 369.614 jiwa dan bertambah menjadi 371.365 jiwa, itu artinya hanya bertambah 1751 jiwa. Penduduk di Kota Palu tersebar di delapan kecamatan dengan konsentrasi terbesar pada Kecamatan Palu Selatan diikuti Kecamatan Mantikolore dan Kecamatan Palu Barat dan penduduk dengan jumlah terkecil di Kecamatan Tawaeli.

Laju pertumbuhan penduduk di Kota Palu pada Tahun 2018-2019 hanya 0,47%, tertinggi di Kecamatan Palu Selatan, Kecamatan Palu Timur, dan Kecamatan Tawaeli. Bahkan tiga kecamatan terkategori pertumbuhan minus seperti Kecamatan Palu Barat, Kecamatan Tatanga, dan Kecamatan Ulujadi. Pertumbuhan minus ini bisa jadi karena faktor bencana alam untuk jenis likuefaksi dan tsunami dan gempa bumi pada 28 Septmber 2020. Data selengkapnya terlihat pada tabel 1:

(17)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 12

Tabel 1: Laju Pertumbuahan Penduduk Kota Palu

Kecamatan 2018 2019

Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun (%)

Persentase Penduduk 2018-2019 2019 Palu Barat 52 585 51 167 -2,68 13,8 Tatanga 48 854 49 949 -2,69 13,5 Ulujadi 32 902 33 804 -0,75 9,1 Palu Selatan 72 137 71 591 3,55 19,3 Palu Timur 48 404 47 106 2,74 12,7 Mantikulore 69 343 71 059 2,24 19,1 Palu Utara 23 289 24 118 2,13 6,5 Tawaeli 22 100 22 571 2,47 6,1 Hasil Registrasi 369 614 371 365 0,47 100,0

Sumber: Kota Palu Dalam Angka 2020

Selain laju pertumbuhan penduduk, digambarkan juga kondisi penduduk miskin di Kota Palu yang dalam perkembangannya, mengalami fluktuasi seiring dengan perkembangan dinamika jumlah penduduk dan persoalan sosial lainnya.

Data statistik (Kota Palu Dalam Angka 2020) menunjukkan, pada Tahun 2012 jumlah penduduk Kota Palu saat itu 347.856 jiwa. Dari jumlah itu terdapat 30.140 warga Kota Palu terkagori miskin atau 8,58 %. Pada Tahun 2013 terdapat kenaikan jumlah penduduk sebesar 8.423 hingga total jumlah penduduk menjadi 356.279 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut yang kategori miskin mengalami penurunan sebesar 4.240 jiwa atau turun 7,24 %.

Pada Tahun 2014 penduduk Kota Palu kembali bertambah 5.923 jiwa dengan total penduduk kota 362.202 jiwa. Walau terjadi kenaikan jumlah penduduk, namun angka kemiskinan terus mengalami penurunan, dari 7,24 % tahun 2013 menjadi 7,05 % di tahun 2014. Tapi pada Tahun 2015 angka kemiskinan di Kota Palu kembali naik menjadi 7,42 % atau bertambah 1.520 jiwa hingga penduduk miskin menjadi 27.190 jiwa dari total penduduk

368.086 jiwa.

Perkembangan selanjutnya, penduduk miskin di Kota Palu kembali mengalami penurunan pada Tahun 2016 dengan kisaran angka 26.240 jiwa setara dengan 7,06 % atau berkurang 950 jiwa tidak dikategorikan miskin. Pada tahun 2016 tersebut jumlah penduduk

(18)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 13 terus tumbuh 5.934 jiwa hingga total penduduk menjadi 374.020 jiwa. Namun pada Tahun 2017 penduduk miskin Kota Palu kembali mengalami penurunan, dari 7,06 % tahun sebelumnya (2016) turun menjadi 6,74 % atau terdapat pengurangan penduduk miskin sebesar 740 jiwa.

Pada Tahun 2018 persentase penduduk miskin kembali turun ke angka 6,01 % atau berkurang 240 jiwa, walau penduduk Kota Palu terus tumbuh menjadi 385.619 jiwa. Namun Tahun 2019 penduduk miskin di Kota Palu kembali bertambah secara signifikan 1.360 jiwa seiring bencana alam 28 September 2018. Total penduduk penduduk di tahun 2019 tersebut tercatat 391.383 jiwa dengan jumlah penduduk miskin 26,620 atau setara dengan 6,49 %.

Tabel 2 : Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Kota Palu 2012-2019.

Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Pertumbuhan Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Jumlah Pertumbuhan Penduduk Miskin Jumlah Penduduk keluar dari garis kemiskinan Persentase Penduduk miskin 2012 347.856 30.140 8,58 2013 356.279 8.423 25.900 4.240 7,24 2014 362.202 5.923 25.670 230 7,05 2015 368.086 5.884 27.190 1.520 7,42 2016 374.020 5.934 26.240 950 7,06 2017 379.782 5.762 25.500 740 6,74 2018 385.619 5.837 25.260 240 6,01 2019 391.383 5.764 26.620 1.360 6,49

Sumber Kota Palu Dalam Angka 2017 – 2018 – 2020 (Data diolah kembali)

2.1.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan

Bagaimana dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1). Indeks ini mengukur rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Rumus indeks ini menetapkan, semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

Berdasarkan tabel statistik (Kota Palu Dalam Angka 2020) Indeks Kedalaman Kemiskinan di Kota Palu tahun 2019 terbilang terendah, dengan nilai indeks yang diperoleh

(19)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 14

0,91. Nilai ini menunjukkan bahwa rata-rata kesenjangan pengeluaran warga di Kota Palu terbilang rendah, artinya baik. Bahkan tahun 2018 Indeks Kedalaman Kemiskinan di Kota 0,91.

Jika diukur berdasarkan rentang waktu Tahun 2012 hingga Tahun 2019 tingkat kesenjangan pengeluaran warga di Kota Palu berkembang secara fluktuatif. Tahun 2012 misalnya Indeks Kedalaman Kemiskinan di Kota Palu 1,15, naik menjadi 1, 33 pada tahun 2013 dan kembali turun pada Tahun 2014 menjdi 0,90. Tahun 2015 kesenjangan pengeluaran warga kembali naik seiring dengan dinamika sosial dan perekonomian di Kota Palu yakni 0,97.

Pada Tahun 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan kembali naik menjadi 1,19 dan

Tahun 2017 yaitu 1,02. Persoalan kesenjangan pengeluaran warga Kota Palu kembali membaik pada Tahun 2018 0,91, tapi pada Tahun 2019 ketika bencana alam Tahun 2018, berimplikasi terhadap Indeks Kedalaman Kemiskinan kembali naik ke angka 0,99. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan Kota Palu terlihat pada tabel 2 berikut ini;

Tabel 3: Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Palu Indeks Kedalaman Kemiskinan

Kota Palu

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

1,15 1,33 0,90 0,97 1,19 1,02 0,91 0,99

Sumber: Kota Palu Dalam Angka 2020

2.1.4. Indeks Keparahan Kemiskinan

Berikutnya kita melihat Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2).

Indeks ini memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin di suatu kota atau kabupaten. Hasil akhir dari keparahan kemiskinan ini menetapkan, semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Berdasar rumusan tersebut, maka nilai Indeks Keparahan Kemiskian di Kota Palu terbilang rendah atau kategori baik, selengkapnya terlihat pada tabel 3 di berikut ini;

(20)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 15

Tabel 4 : Indeks Keparahan Kemiskinan di Kota Palu

Indeks Keparahan Kemiskinan Kota

Palu

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

0,23 0,32 0,23 0,27 0,32 0,24 0,19 0,22

Sumber: Kota Palu Dalam Angka 2020

Pada rentang waktu delapan tahun terakhir tepatya tahun 2012 – 2019 indeks keparahan kemiskinan di Kota Palu terus mengalaman penurunan, walau sifatnya fluktuatif khususnya antara rentang waktu tahun 2012 – 2016 indeks keparahan kemiskinan di Kota Palu rata-rata 0,23, hanya naik pada tahun 2015 0,27. Selebihnya mengalami penurunan sejak tahun 2017 (0,24), tahun 2018 (0,19) dan kembali naik 0,22 pada tahun 2019. Kenaikan indeks keparahan kemiskinan ini tidak terlepas dari faktor bencana alam yang dahsyat pada 28 September 2018.

2.1.5. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur tingkat kemajuan masyarakat dengan memakai tiga indikator. Yang pertama indikator pendidikan, melihat tingkat pendidikan tertinggi yang diselesaikan, sering juga disebut lama sekolah. Kedua adalah indikator daya beli, mengukur jumlah pengeluaran yang dikeluarkan oleh seorang warga dalam setiap bulan. Ketiga kesehatan, mengukur usia harapan hidup seorang warga. Makin tinggi nilai indeks yang diperoleh suatu kota atau kabupaten akan makin bagus kualitas IPM daerah tersebut.

Dari ketiga indikator tersebut, dalam lima tahun terakhir, Kota Palu memperoleh nilai indeks tertinggi jika dibandingkan dua belas kabupaten lainnya. Nilai IPM Kota Palu juga cenderung makin membaik seiring perjalanan waktu dalam lima tahun terakhir. Itu artinya kualitas IPM masyaratakat Kota Palu, khususnya aspek pendidikan, ekonomi dan kesehatan jauh lebih baik dibandingkan dengan daerah lainnya di Sulawesi Tengah. Selengkapnya terlihat pada tabel 4 berikut ini;

(21)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 16

Tabel 5: Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Kota Palu dan Kabupaten lainnya di Sulawesi Tengah. Kabupaten Kota 2015 2016 2017 2018 2019 Banggai Kepulauan 62,97 63,45 64,07 64,68 65,13 Banggai 67,44 68,17 69,00 69,85 70,36 Morowali 69,12 69,69 70,41 71,14 72,02 Poso 68,13 68,83 69,78 70,68 71,40 Donggala 63,82 64,42 64,66 65,14 65,49 Toli-Toli 62,72 63,27 64,05 64,60 65,42 Buol 65,61 66,37 66,69 67,30 67,69 Parigi Moutong 62,79 63,60 64,09 64,85 65,47 Tojo Una-Una 61,33 62,27 62,61 63,38 64,52 Sigi 65,35 65,95 66,72 67,66 68,16 Banggai Laut 62,90 63,49 64,08 64,80 65,27 Morowali Utara 66,00 66,57 67,35 67,95 68,45 Palu 79,63 79,73 80,24 80,91 81,50

Sumber: Kota Palu Dalam Angka 2020

2.2. Kondisi Kemiskinan Multidimensi

2.2.1. Dimensi Ekonomi dan Ketenagakerjaan A. Dimensi Ekonomi

Pada bidang ekonomi ditampilkan persentase penduduk menurut golongan pengeluaran per kapita sebulan di Kota Palu. Pengeluaran rata-rata per kapita adalah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota rumah tangga selama sebulan di Kota Palu baik yang berasal dari pembelian, pemberian maupun produksi sendiri dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga dalam rumah tangga tersebut.

Seperti terlihat pada tabel 5 yang merujuk data Kota Palu Dalam Angka 2020, bahwa 24,91 % Penduduk Kota Palu menurut golongan pengeluaran per kapita setiap bulan rata-rata Rp 500.000,- s/d 749.999,- Golongan pengeluaran kedua tertinggi adalah 23,23 % membelanjakan pendapatannya rata-rata Rp 1.000.000,- s/d 1.499.99. Ada juga strata

(22)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 17 masyarakat (18,95 %) pengeluarannya diatas Rp 1.500.000 setiap bulan. Data detil terlihat pada tabel berikut;

Grafik 1 : Persentase penduduk menurut golongan pengeluaran per kapita sebulan di Kota Palu, 2019.

Sumber: Kota Palu Dalam Angka 2020

Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana dengan pola konsumsi masyarakat Kota Palu, dan apa saja jenis komoditas yang dibelanjakan dalam setiap bulannya? Ada dua jenis komoditas yang dikonsumsi oleh masyarakat Kota Palu, pertama adalah bahan makanan dan kedua bukan makanan.

Pertama bahan makanan; Jika ditelusuri lebih jauh, pada Tahun 2018, rata-rata pengeluaran per kapita dalam sebulan menurut kelompok komoditas khusus bahan makanan masih didominasi (13,67%) pembelian bahan makanan dan minuman jadi, disusul padi-padian alias beras (8,08%) dan pengeluaran tertinggi ketiga, tercatat 7,28% dari pengeluaran warga Kota Palu untuk beli rokok, pengeluaran keempat adalah beli ikan (5,33%) dan kelima beli sayur-sayuran (3,46%).

0.1 1.23 13.17 24.91 18.4 23.23 18.95 0 10 20 30 150 000–199 999 200 000–299 999 300 000–499 999 500 000–749 999 750 000–999 999 1 000 000–1 499 999 > 1 500 000

Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan di Kota Palu, 2019

(23)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 18

Grafik 2: Persentase Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Komoditas di Kota Palu (Kelompok Bahan Makanan), 2018

Sumber: Kota Palu Dalam Angka 2020

Pada Tahun 2019 terdapat perubahan pola konsumsi bahan makanan warga Kota Palu. Jika Tahun 2018 warga Kota Palu prioritas pertama yang dibelanjakan adalah untuk bahan makanan dan minuman jadi. Tahun 2019 prioritas pertama adalah kacang-kacangan (14,86%) disusul umbi-umbian (7,67%), beli beras (7,11%) dan keempat beli rokok (5,04%) dan kelima bahan minuman jadi (3,72%). Pada tahun sebelumnya (2018) konsumsi minuman jadi ini menempati urutan kedelapan (1,81%).

Grafik 3: Persentase Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Komoditas di Kota Palu (Kelompok Bahan Makanan), 2019

Sumber: Kota Palu Dalam Angka 2020 13.67 8.08 7.28 5.33 3.46 2.53 2.4 1.81 1.4 1.09 1.06 0.93 0.78 0.66 0 2 4 6 8 10 12 14 16 14.86 7.67 7.11 5.04 3.72 3.41 2.38 1.63 1.3 1.08 1.05 0.84 0.76 0.54 0 2 4 6 8 10 12 14 16

(24)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 19 Berikutnya kelompok bukan makanan; Jenis non makanan ini antara lain kebutuhan perumahan, aneka komoditas dan jasa, pakaian, pajak dan lainnya. Pada Tahun 2018 dan 2019, pola konsumsi kebutuhan warga Kota Palu tak berubah. Pada tabel 4 dan 5 terlihat,

persentase pengeluaran per kapita sebulan menurut kelompok komoditas di Kota Palu kelompok bukan makanan didominasi oleh kebutuhan perumahan dan rumah tangga (26,18%) disusul aneka komoditas dan jasa (9.96%) dan komoditas lainnya.

Grafik 4 dan 5 di bawah ini menunjukkan bahwa persoalan kebutuhan perumahan dan fasilitas rumah tangga masih menjadi kebutuhan utama warga Kota Palu. Faktor ini dipicu pertumbuhan penduduk Kota Palu maupun pertumbuhan sektor jasa yang memberi efek terhadap pertumbuahan ekonomi Kota Palu. Faktor kedua banyak warga dari Kabupaten tetangga yang menempatkan Kota Palu sebagai second city.

Grafik 4: Persentase Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Komoditas di Kota Palu (Kelompok Bukan Bahan Makanan), 2018

Sumber: Kota Palu Dalam Angka 2020

Grafik 5: Persentase Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Komoditas di Kota Palu (Kelompok Bukan Bahan Makanan), 2019

Sumber: Kota Palu Dalam Angka 2020 26.18 9.96 5.25 3.23 2.94 1.97 0 5 10 15 20 25 30 Perumahan dan fasilitas rumah tangga Aneka komoditas dan jasa Komoditas tahan lama

Pakaian, alas kaki, dan tutup kepala

Pajak, pungutan, dan asuransi Keperluan pesta dan upacara/kenduri 25.18 10.2 4.95 3.32 3.13 1.81 0 5 10 15 20 25 30 Perumahan dan fasilitas rumah tangga Aneka komoditas dan jasa Komoditas tahan lama

Pakaian, alas kaki, dan tutup kepala

Pajak, pungutan, dan asuransi

Keperluan pesta dan upacara/kenduri

(25)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 20

B. Dimensi Ketenagakerjaan

Berikut gambaran penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan jenis kegiatan selama seminggu yang lalu di Kota Palu, 2019. Di Kota Palu tercatat sekitar 193.860 jiwa terkategori angkatan kerja dari penduduk berusia 15 tahun ke atas. Jumlah tersebut didomunasi lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan perguruan tinggi. Dari jumlah angkatan kerja tersebut terserap dilapangan kerja sejumlah 181.523 jiwa dan terdapat 12.337 tidak terserap dan terkategori pengangguran. Kelompok pendidikan yang bekerja tersebut didominasi oleh lulusan SMA dan lulusan perguruan tinggi. Sementara terkategori pengangguran didominasi lulusan SMA. Selengkapnya terlihat pada tabel 9:

Tabel 6: Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu di Kota Palu, 2019

Pendidikan tertinggi

yang ditamatkan Bekerja Pengangguran

Angkatan Kerja Persentase Bekerja Terhadap Angkatan Kerja ≤ Sekolah Dasar (SD) 28 108 1 462 29 570 95,05 Sekolah Menengah Pertama 22 552 1 703 24 255 92,98 Sekolah Menengah Atas 49 535 4 316 53 851 91,98 Sekolah Menengah Kejuruan 25488 2 325 27 813 91,64 Diploma I/II/III 7 544 595 8 139 92,69 Perguruan Tinggi 48 296 1 936 50 232 96,14 Jumlah 181 523 12 337 193 860 93,64

Sumber: Kota Palu Dalam Angka 2020

2.2.2. Dimensi Pendidikan

Jika merujuk pada buku Statistik Kesejahteraan Kota Palu 2019, persentase penduduk yang berumur 15 tahun keatas menurut karakteristik dan ijazah tertinggi yang dimiliki, di Kota Palu masih terdapat 13,27 % dari warganya yang tidak memiliki

(26)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 21

Ijazah Sekolah Dasar (SD). Mereka yang tidk memiliki ijazah tersebut dominan dari kelompok pengeluaran 40 persen terbawah (16,37%) dan didominasi oleh kelompom perempuan (14,30%). Demikian halnya 29,67% warga Kota Palu hanya memiliki ijazah SD sederajat, ini juga didominasi dari kelompok pengeluaran 40% terbawah dengan jumlah sekira 35,98%.

Penduduk 15 tahun keatas yang memiliki ijazah tertinggi SMP atau sederajat sekitar 20 % juga dari kelompok pengeluaran 40 % terbawah dan dominan dari golongan perempuan. Buku Statistik Kesejahteraan Kota Palu 2019 juga menunjukkan bahwa dominan dari warga Kota Palu memiliki ijazah SMA ke atas, termasuk ijazah universitas, jumlahnya 35 %, tapi jumlah tersebut didominasi dari kelompok pengeluaran 20 persen teratas (54,72%) disusul kelompok pengeluaran 40 persen tengah, sementara kelompok pengeluaran 40 persen terbawah 23,48%.

Data Statistik Kesejahteraan Kota Palu 2019 menunjukkan bahwa kelompok masyarakat marginal usia lima belas tahun ke atas dengan pengeluaran 40 persen terbawah dominan hanya memiliki ijazah SD (35,98%), bahkan masih terdapat 16,37% tidak memiliki ijazah SD. Data selengkapnya terlihat pada tabel berikut:

Tabel 7 : Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Karakteristik dan Ijazah Tertinggi yang Dimiliki, 2019

Karakteristik Tidak Punya

Ijazah SD SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Keatas

-1 -2 -3 -4 -5 Jenis Kelamin Laki-laki 12,27 29,15 21,60 36,98 Perempuan 14,30 30,20 22,55 32,95 Kelompok Pengeluaran 40 Persen Terbawah 16,37 35,98 24,18 23,48 40 Persen Tengah 13,31 29,43 22,66 34,60 20 Persen Teratas 8,06 19,72 17,51 54,72 Kota Palu 13,27 29,67 20,07 35,00

(27)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 22 dan status pendididan. Buku Statistik Kesejahteraan Kota Palu 2019 menunjukkan bahwa dari kelompok generasi milenial, 19,63 % terkategori tidak bersekolah dan dominan dari kelompok pengeluaran 40 persen terbawah (21,28%). Walau demikian, tercatat sekitar 17,04% dari kelompok pengeluaran 20% keatas terkategori tidak bersekolah. Kategori ini sesungguhnya dari strata sosial menengah atas, artinya bukan kelompok masyarakat miskin.

Namun demikian dominan dari generasi muda di Kota Palu umumnya sedang menempuh pendidikan SMA keatas dengan jumlah sekitar 41,57%. Golongan ini didominas golongan pengeluaran 20 persen teratas, disusl kelompok 40 peresen tengah (46,31%) dan kelompok 40 persen terbawah 28,43%.

Data Statistik Kesejahteraan Kota Palu 2019 juga menunjukkan, 14,67 % generasi berumur 7 – 24 tahun berstatus siswa SMP/ sederajat, demikian halnya dengan siswa SD/sederajat terdapat sekitar 23,85 %. Secara detail persentase penduduk berumur 7-24 tahun menurut karakteristik dan status pendidikan terlihat pada tabel 8 berikut:

Tabel 8 : Persentase Penduduk Berumur 7-24 Tahun menurut Karakteristik dan Status Pendidikan, 2019 Karakteristik Tidak/Belum Pernah Bersekolah Masih Bersekolah Tidak Bersekolah Jumlah SD/ Sederajat SMP/ Sederajat SMA/ Keatas -1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 Jenis Kelamin Laki-laki 0,33 27,75 14,91 35,58 21,43 Perempuan 0,24 19,75 14,41 47,93 17,72 Kelompok Pengeluaran 40 Persen Terbawah 0,74 31,26 18,29 28,43 21,28 100 40 Persen Tengah 0,00 21,73 12,65 46,31 19,31 100 20 Persen Teratas 0,00 13,67 11,88 57,40 17,04 100 Kota Palu 0,28 23,85 14,67 41,57 19,63 100

(28)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 23

2.2.3. Dimensi Kesehatan

Jika merujuk data statistik, Kota Palu Dalam Dalam Angka 2020, untuk dimensi kesehatan khususnya prasarana dasar yang dimiliki, relatif cukup lengkap, seperti rumah sakit terdapat sembilan (9) unit yang beroperasi di Kota Palu (lihat Tabel 9), bahkan bahkan hampir semua kecamatan sarana memiliki rumah, kecuali Kecamatan Tatanga dan Kecamatan Tawaeli.

Begitupun Rumah Bersalin (Tabel 10) terdapat empat (4) unit, bahkan pada tahun 2014 terdapat tujuh (7) unit Rumah Bersalin di Kota Palu. Sementara itu jumlah Poliklinik di Kota Palu pada tahun 2019 berjumlah dua puluh sembilan (29) unit (lihat Tabel 11), pada tahun sebelumnya berjumlah lima puluh (5) unit. Berkurangnya prasarana dasar poliklinik tersebut lebih disebabkan oleh faktor bencana alam tahun 2018 di Kota Palu yang menghancurkan banyak prasarana dasar infrastruktur.

Untuk Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 2019 terdapat empat belas (14) unit di Kota Palu (lihat tabel 12) Sarana Kesehatan Puskesmas tersebut merata pada semua Kecamatan di Kota Palu. Begitupun dengan Puskesmas Pembantu terdapat dua puluh tujuh (27) unit pada tahun 2019 (lihat tabel 13), sebelumnya tahun 2018 berjumlah tiga puluh empat (34) unit. Puskemas Pembantu ini rata-rata berlokasi di Kelurahan pada daerah-daerah pinggiran di Kota Palu.

Tabel 9 : Jumlah Kecamatan Yang Memiliki Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) Menurut Kecamatan, 2014 – 2018 - 2019 Kecamatan Subdistrict Rumah Sakit Hospital 2014 2018 2019 1 Palu Barat 1 1 1 2 Tatanga - - -3 Ulujadi 1 1 1 4 Palu Selatan 1 1 1 5 Palu Timur 2 3 3 6 Mantikulore 2 2 2 7 Palu Utara 1 1 1 8 Tawaeli - - -Kota Palu 7 9 9

(29)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 24

Tabel 10 : Jumlah Kecamatan Yang Memiliki Sarana Kesehatan (Rumah Sakit Bersalin) Menurut Kecamatan, 2014 – 2018 - 2019

Kecamatan

Subdistrict

Rumah Sakit Bersalin

Maternity Hospital 2014 2018 2019 1 Palu Barat 1 1 1 2 Tatanga - - -3 Ulujadi - - -4 Palu Selatan 2 1 1 5 Palu Timur 3 2 2 6 Mantikulore 1 - -7 Palu Utara - - -8 Tawaeli - - -Kota Palu 7 4 4

Sumber: Kota Palu Dalam Angka 2020

Tabel 11 : Jumlah Kelurahan Yang Memiliki Sarana Kesehatan (Poliklinik) Menurut Kecamatan, 2014 – 2018 - 2019 Kecamatan Subdistrict Poliklinik Polyclinic 2014 2018 2019 1 Palu Barat - 3 2 2 Tatanga - 3 3 3 Ulujadi - 1 1 4 Palu Selatan 1 14 7 5 Palu Timur 1 19 11 6 Mantikulore - 8 3 7 Palu Utara - 2 1 8 Tawaeli - - 1 Kota Palu 2 50 29

Sumber: Kota Palu Dalam Angka 2020

Tabel 12 : Jumlah Kelurahan Yang Memiliki Sarana Kesehatan (Puskesmas) Menurut Kecamatan, 2014 – 2018 – 2019

Kecamatan

Subdistrict

Puskesmas

Public Health Center

2014 2018 2019

1 Palu Barat 1 1 2

2 Tatanga 1 2 2

3 Ulujadi 1 1 1

(30)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 25

Kecamatan

Subdistrict

Puskesmas

Public Health Center

2014 2018 2019 5 Palu Timur 1 1 1 6 Mantikulore 2 2 2 7 Palu Utara 1 2 1 8 Tawaeli 2 2 2 Kota Palu 12 14 14

Sumber: Kota Palu Dalam Angka 2020

Tabel 13 : Jumlah Kelurahan Yang Memiliki Sarana Kesehatan (Puskesmas Pembantu) Menurut Kecamatan, 2014 – 2018 - 2019

Kecamatan

Subdistrict

Puskesmas Pembantu

Subsidiary of Public Health Center

2014 2018 2019 1 Palu Barat 4 3 2 2 Tatanga 4 5 4 3 Ulujadi 6 6 6 4 Palu Selatan 2 3 1 5 Palu Timur - - -6 Mantikulore 6 9 8 7 Palu Utara 4 4 4 8 Tawaeli 2 4 2 Kota Palu 28 34 27

Sumber: Kota Palu Dalam Angka 2020

Tabel 14 : Jumlah Kelurahan Yang Memiliki Sarana Kesehatan (Apotek) Menurut Kecamatan, 2014 – 2018 - 2019 Kecamatan Subdistrict Apotek Pharmacy 2014 2018 2019 1 Palu Barat 5 5 35 2 Tatanga 4 16 18 3 Ulujadi 2 9 4 4 Palu Selatan 4 23 38 5 Palu Timur 5 60 44 6 Mantikulore 4 35 29 7 Palu Utara 2 5 5 8 Tawaeli 4 3 5 Kota Palu 30 156 178

(31)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 26

Tabel 15 : Jumlah Kelurahan Yang Memiliki Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan Tahun 2019

Kecamatan

Subdistrict

Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan, 2019 Dokter

Doctor PerawatNurse MidwifeBidan

Farmasi Pharma- ceutical Ahli Gizi Nutritionist 1 Palu Barat 95 889 244 93 46 2 Tatanga 8 12 18 6 5 3 Ulujadi 3 5 9 3 5 4 Palu Selatan 116 104 98 37 9 5 Palu Timur 29 61 64 22 -6 Mantikulore 87 470 142 73 27 7 Palu Utara 36 181 73 30 14 8 Tawaeli - 29 18 6 4 Kota Palu 374 1 751 666 270 108

Sumber: Kota Palu Dalam Angka 2020

Jika prasarana dasar bidang kesehatan telah diketahui angkanya, pertanyaan berikutnya adalah, apa penyakit dominan yang diderita masyarakat Kota Palu ? Kalau merujuk data Kota Palu Dalam Angka 2018, urutan pertama penyakit yang diderita warga Kota Palu adalah pernapasan. Dalam Tahun 2018 terdapat 43.886 pasien terkategori menderita pernapasan. Apakah ada kaitannya dengan persoalan mengkonsumsi rokok (lihat grafik 2 dan 3) hingga dominan warga kota menderita penyakit pernapasan ? Diperlukan riset yang lebih mendalam.

Urutan kedua jenis penyakit yang diderita warga Kota Palu adalah penyakit kulit, lambung, hipertensi dan penyakit susunan syaraf. Pada tahun 2018, masih ada satu jenis penyakit yang derita warga Kota Palu, yakni kekurangan gizi, 33 penderita.

Persoalan sosial berupa kekurangan gizi ini berda pada urutan 20 dari berbagai jenis penyakit warga Kota Palu. Semua jenis penyakit ini sesungguhnya tak melihat stratifikasi sosial seseorang, namun untuk kekurangan gizi bisa dipastikan dari strata sosial terbawah dari masyarakat, atau warga miskin. Data selengkapnya terlihat pada Tabel 16 berikut ini:

(32)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 27

Tabel 16 : Jumlah Penderita Penyakit menurut Jenis Penyakit, 2018

Jenis Penyakit Jumlah

1 Pernapasan/ Respiratory 43,886

2 Kulit/ Skin 12,463

3 Lambung/ Stomach 12,316

4 Hipertensi/ Hypertension 8,953

5 Penyakit Susunan Syaraf/Gangguan Jiwa/Nerves Upset 7,183

6 Kholera/Diare/ Diarhea 6,676

7 Mata/ Eyes 4,699

8 Telinga/ Ears 3,440

9 Bronchitis/ Bronchitis 2,160

10 Jantung/ Heart Attack 2,153

11 Pneumonia/ Pneumonia 1,504

12 Cacar Air/ Chicken Pox 624

13 Types/ Typhus 340 14 Gondok/ Goiter 296 15 Kelamin/ Pair 136 16 Dysentri/ Dysentery 126 17 Pencernaan/ Digestion 100 18 Malaria/ Malaria 97

19 Cacingan/ Intestinal Worms 64

20 Kekurangan Gizi/ Poor in Nutrient 33

Sumber: Kota Palu Dalam Angka 2019

Bagaimana dengan kecenderungan jenis penyakit yang diderita warga Kota Palu ? Data statistik (Kota Palu Dalam Angka 2020) menunjukkan, jenis penyakit yang dominan diderita warga Kota Palu adalah Penyakit Kulit (12 354 jiwa, disusul Diara (8 711 jiwa), Pencernaan (245 jiwa), Cacar (700 jiwa), TBC (466 jiwa) dan Types (544 jiwa). Enam jenis penyakit terbanyak ini tersebar merata di delapan kecamatan di Kota Palu. Selengkapnya terlihat pada tabel 17 berikut :

(33)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 28

No Kecamatan Kulit Diare Pencernaan Cacar TBC Types

1 Palu Barat 2 547 1 133 41 154 92 125 2 Tatanga 998 955 38 88 43 50 4 Ulujadi 458 758 12 18 22 18 5 Palu Selatan 1 356 1 572 34 50 87 40 6 Palu Timur 2 980 1 345 30 125 48 76 7 Mantikulore 2 576 1 504 46 156 82 115 8 Palu Utara 789 816 25 49 55 55 9 Tawaeli 659 628 19 60 37 65 Kota Palu 12 354 8 711 245 700 466 544

Sumber: Kota Palu Dalam Angka 2020

2.2.4. Dimensi Ketahanan Pangan

Terdapat 4 (empat) pilar utama dalam ketahanan pangan, yaitu ketersediaan, akses, pemanfaatan, dan stabilitas. Untuk masyarakat miskin komponen yang paling dominan yaitu komponen akses, dimana pengertian komponen ini terbagi dalam 2 (dua) akses yaitu (1) Akses Langsung, yaitu rumah tangga yang memproduksi bahan pangan sendiri, (2) akses ekonomi, yaitu rumah tangga membeli bahan pangan yang diproduksi tempat lain.

Masyarakat miskin kerap terbentur dengan kondisi akses ekonomi, jika daya jual terlalu tinggi sementara daya beli masyarakat miskin terlalu rendah maka akses ekonomi masyarakat tidak mampu terhadap ketahanan pangan akan semakin menjauhi garis kemiskinan. Akibatnya, tingkat kesehatan masyarakat menurun drastis karena tingginya angka gizi buruk bayi dan balita yang mengarah pada kematian, proporsi P1 dan P2 dipastikan akan meningkat, dan juga akan mempengaruhi tingkat kriminalitas dalam perkotaan. Pentingnya memperhatikan akses ekonomi ini, agar terjadi keseimbangan antara daya jual pemerintah daerah dengan daya beli masyarakat kurang mampu baik di perkotaan maupun di perdesaan. Berikut indikator-indikator yang mempengaruhi dimensi ketahanan pangan di Kota Palu.

Produksi tanaman padi di Kota Palu semakin menurun. Hal ini dapat dilihat pada laporan BPS (2018) penurunan produksi sebagai akibat dari penurunan luas panen dan

(34)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 29 jumlah produktivitas padi Kota Palu. Pada Tahun 2018, luas panen padi menurun sebesar 28,82 % dan jumlah produksi menurun sebesar 23,20 %. (BPS Provinsi)

Produksi kacang tanah juga mengalami hal yang sama dimana pada Tahun 2014-2018 rata-rata penurunan luas panen kacang tanah sebesar 18,85 % dan rata-rata jumlah produksi menurun sebesar 38,35 %. Berikut ini gambaran kecenderungan kontribusi sektor pertanian dan perkebunan yang terus menurun dari tahun ke tahun.

Grafik 6. Kontribusi Sektor Pertanian dan PerkebunanTerhadap PDRB di Kota Palu Tahun 2014-2018

Sumber: BPS Kota Palu Dalam Angka Tahun 2018

2014 2015 2016 2017 2018 ADHB 4.29. 4.2. 4.19. 4.17. 4.21 ADHK 4.55. 4.49. 4.41. 4.38. 4.39 1.. 2.. 3.. 4.. 5..

(35)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 30

Tabel 18. Luas Pola Penggunaan Lahan Untuk Usaha di Wilayah Kota Palu

No Jenis Penggunaan Lahan Palu Barat dan Ulujadi (ha) Palu Timur dan Mantikulore (ha) Palu Utara dan Tawaili (ha) Palu Selatan dan Tatanga (ha) Jumlah 1 Lahan Basah 171.88 81.58 537.01 524.38 1,314.84 2 Perkebunan 63.17 314.48 203.64 29.35 610.64 3 Perdagangan 26.92 9.66 0.89 25.66 63.13 4 Kawasan Industri 5.41 17.10 69.15 2.91 94.57 5 Kawasan Peternakan 0.53 5.63 - 5.63 11.79 6 Hutan Produksi Terbatas - 2,358.22 2,017.77 - 4,375.99 7 Lain-lain 2,307.45 6,844.11 5,570.96 2,188.13 16,910.65 Sumber: Dokumen RP-RHL Kota Palu

(36)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 30

BAB III

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

3.1. Regulasi Daerah Tentang Penanggulangan Kemiskinan

Untuk saat ini, Kota Palu telah memiliki Peraturan Daerah Tentang Penanggulangan Kemiskinan Nomor 5 tahun 2015, yang ditetapkan pada tanggal 22 April 2015. Peraturan Daerah ini mengamanatkan bahwa kemiskinan merupakan masalah perkotaan yang ada ditengah masyarakat Kota Palu yang harus segera diatasi dan penanggulangan kemiskinan perlu keterpaduan program serta melibatkan partisipasi masyarakat, dengan arah kebijakan yang berpedoman pada Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM). Penanggulangan kemiskinan adalah kebijakan Pemerintah Daerah yang dilakukan secara sitematis, terencana, berkelanjutan serta bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakyat.

Dalam Peraturan Daerah ini, Pemerintah Kota Palu telah mengatur beberapa hal antara lain setiap warga miskin, berhak untuk :

1. Memperoleh kecukupan pangan, sandang dan perumahan; 2. Memperoleh pelayanan kesehatan;

3. Memperoleh pendidikan yang dapat meningkatkan martabatnya;

4. Mendapatkan perlindungan sosial dalam membangun, mengembangkan dan memberdayakan diri dan keluarganya sesuai dengan karakter budayanya;

5. Mendapatkan pelayanan sosial melalui jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan rehabilitasi sosial dalam membangun, mengembangkan, serta memberdayakan diri dan keluarganya;

6. Memperoleh derajat kehidupan yang layak;

7. Meningkatkan kondisi kesejahteraan yang berkesinambungan; dan 8. Memperoleh pekerjaan dan kesempatan berusaha.

(37)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 31 penanggulangan kemiskinan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah secara bertanggungjawab.

2. Dalam pemenuhan hak dasarnya warga miskin wajib mentaati norma, etika dan peraturan perundang-undangan.

Kewajiban Pemerintah Daerah, masyarakat dan Badan Usaha, yaitu :

1. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan, Pemerintah Daerah wajib dan bertanggungjawab untuk :

a. Memenuhi hak warga miskin;

b. Menyusun kebijakan penanggulangan kemiskinan dan merealisasikannya;

c. Menyusun program dan merealisasikan kegiatan penanggulangan kemiskinan; dan d. Mengalokasikan anggaran penanggulangan kemiskinan.

2. Pemenuhan hak warga miskin yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada point 1 huruf a, disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan sumber daya yang dimiliki Pemerintah Daerah.

3. Upaya Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada point 1 dan point 2, diwujudkan dalam program dan kegiatan yang bersifat terpadu dan berkelanjutan. Kebijakan Pemerintah Kota Palu, telah menetapkan prioritas pembangunan yang berbasis penanggulangan kemiskinan di dalam setiap penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Adapun arahan prioritas kebijakan yang dianggap berpihak pada upaya penanggulangan kemiskinan di Kota Palu, terdiri dari :

a. Kebijakan Anggaran Yang Berorientasi pada Penanggulangan Kemiskinan; b. Kebijakan Integrasi perencanaan;

c. Kebijakan Penguatan Kelembagaan TKPKD; dan d. Kebijakan Pemenuhan Hak Dasar, yakni :

- hak atas pangan;

- hak atas layanan pendidikan; - hak atas layanan kesehatan;

- hak atas perumahan dan prasarana dasar; - hak untuk berusaha;

(38)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 32 - hak atas air bersih dan aman, serta sanitasi yang baik;

- hak atas sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup (LH), dan - hak untuk berpartisipasi

e. Kebijakan Perluasan kesempatan kerja dan berusaha;

f. Kebijakan Peningkatan Kapasitas dan SDM termasuk Kesetaraan Gender; g. Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat; dan

h. Kebijakan Pembangunan Berwawasan Lingkungan.

Sejalan dengan kebijakan tersebut dan dalam rangka upaya nyata percepatan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah Kota Palu menerapkan beberapa prinsip utama sebagaimana yang terkandung di dalam dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kota Palu, yaitu :

1. Memperbaiki program perlindungan sosial

Program perlindungan sosial adalah program sosial yang bersifat perlindungan terhadap masyarakat miskin. Program tersebut dapat berupa bantuan sosial atau jaminan sosial. Bantuan sosial adalah suatu program yang bertujuan untuk melindungi mereka yang tidak miskin agar tidak menjadi miskin dan mereka yang sudah miskin agar tidak menjadi lebih miskin.

Sedangkan jaminan sosial adalah suatu program yang ditujukan bagi masyarakat miskin untuk membantu dalam menghadapi goncangan dalam kehidupan mereka, seperti jatuh sakit, kematian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan, ditimpa bencana dan sebagainya agar tidak jatuh menjadi masyarakat yang sangat miskin.

2. Meningkatkan akses pelayanan dasar

Prinsip yang kedua dalam menangani kemiskinan adalah dengan meningkatkan/memudahkan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi, serta pangan dan gizi. Pelayanan dasar menjadi salah satu prinsip utama dalam menangani kemiskinan, karena kemampuan suatu individu terhadap pemenuhan akan pelayanan dasar menjadi salah satu indikator dalam kemiskinan.

(39)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 33 kemiskinan, karena tujuan dari pemberdayaan itu sendiri adalah untuk membantu masyarakat miskin agar mampu keluar dari garis batas kemiskinan.

4. Pembangunan yang inklusif

Pembangunan inklusif adalah pembangunan yang mampu memberikan manfaat kepada seluruh lapisan masyarakat, pembangunan yang perekonomiannya tumbuh secara dinamis.

3.2. Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan

Dimasa Pandemi Corona Virus Desease Nineteen (Covid-19) sangat mempengaruhi kebijakan dan penganggaran Pemerintah Daerah untuk mengatasi dan menangatisipasi pandemi virus tersebut, hal ini sangat membawa dampak terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat, sehingga Pemerintah Daerah sangat berhati-hati dalam menghadapi pandemi Covid-19, karena kondisi ini membawa masalah baru terhadap kondisi kehidupan masyarakat, bila salah dalam penanganannya akan sangat berpengaruh terhadap kondisi kemiskinan yang akan bertambah.

Permasalahan utama dalam penanggulangan kemiskinan adalah belum optimalnya koordinasi antar sektor dan pemangku kepentingan lainnya dalam implementasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. Upaya awal yang dilakukan untuk mengoptimalkan koordinasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan adalah melakukan pengelompokkan terhadap program-program penanggulangan kemiskinan yang selama ini dijalankan oleh kementerian dan lembaga, serta mensinkronkan pelaksanaan antar kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. Dengan demikian, dapat memudahkan pemerintah dalam memfokuskan target dan pencapaian yang ingin diraih sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan. Beberapa tahapan kegiatan penanggulangan kemiskinan Daerah Kota Palu antara lain :

1. Menyusun strategi kebijakan penanggulangan kemiskinan di daerah

2. Mengkoordinasikan dan/atau menyusun basis data terpadu sasaran program penanggulangan kemiskinan

3. Menyusun kriteria/variabel data profil kemiskinan, melakukan pemutakhiran data profil kemiskinan

(40)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 34 4. Menyusun perencanaan, program, dan kegiatan penaggulangan kemiskinan

5. Melaksanakan dan mengawasi kegiatan penaggulangan kemiskinan

Pemerintah Kota Palu telah melaksanakan program penanggulangan kemiskinan secara terpadu dengan melibatkan beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang terdiri dari 4 (empat) klaster, yaitu :

1. Kelompok Program Berbasis Bantuan dan Perlindungan Sosial (Klaster 1) 2. Kelompok Program Berbasis Pemberdayaan Masyarakat (Klaster 2)

3. Kelompok Program Berbasis Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (Klaster 3)

4. Kelompok Program Baik Secara Langsung dan Tidak Langsung Dapat Meningkatkan Kegiatan Ekonomi & Kesejahteraan Masyarakat Miskin (Klaster 4)

3.2.1. Kelompok Program Berbasis Bantuan dan Perlindungan Sosial(Klaster 1)

Program dan kegiatan dalam klaster ini berbasis pada bantuan dan perlindungan sosial bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, serta perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin. Fokus pemenuhan hak dasar ditujukan untuk memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat miskin untuk kehidupan lebih baik, seperti pemenuhan hak atas pangan, pelayanan kesehatan, dan pendidikan. Karakteristik program pada kelompok Klaster 1 adalah bersifat pemenuhan hak dasar utama individu dan rumah tangga miskin yang meliputi pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pangan. Ciri lain dari kelompok program ini adalah mekanisme pelaksanaan kegiatan yang bersifat langsung dan manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat miskin. Adapun program dan kegiatan Klaster 1 yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Palu, yaitu:

1. Program Pengembangan Perumahan; 2. Program Lingkungan Sehat Perumahan;

3. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan. 4. Penyediaan Bantuan Pendidikan Dasar.

5. Program Upaya Kesehatan Masyarakat.

6. Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia.

(41)

L P 2 K D K o t a P a l u T a h u n 2 0 2 0 35 Program dan kegiatan dalam klaster ini berbasis pada pemberdayaan masyarakat dimana kelompok masyarakat yang dikategorikan miskin tetapi masih mempunyai kemampuan untuk menggunakan potensi yang dimiliki walaupun terdapat keterbatasan. Pendekatan pemberdayaan dimaksudkan agar masyarakat miskin dapat keluar dari kemiskinan dengan menggunakan potensi dan sumberdaya yang dimilikinya. Untuk saat ini Pemerintah Kota Palu melakukan kerjasama kemitraan dengan Program Kotaku pada sasaran Klaster 2. Adapun program dan kegiatan Klaster 2 yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Palu, yaitu:

1. Pembinaan pelaku usaha dan pengendalian peredaran barang/jasa. 2. pasar murah.

3. Program pengembangan industri kecil dan menengah.

4. Belanja peralatan dan perlengkapan kegiatan produksi konveksi baju dan kaos. 5. Belanja barang untuk diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga.

6. Belanja barang yang akan diserahkan kepada masyarakat 7. Program bina kemasyarakatan

3.2.3. Kelompok Program Berbasis Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil(Klaster 3)

Program dan kegiatan dalam klaster ini berbasis pada pemberdayaan usaha mikro dan kecil, dimana masyarakatnya hampir miskin yang bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil. Aspek penting dalam penguatan adalah memberikan akses seluas-luasnya kepada masyarakat miskin untuk dapat berusaha dan meningkatkan kualitas hidupnya. Adapun program dan kegiatan Klaster 3 yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Palu, yaitu:

1. Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif. 2. Sosialisasi Kebijakan Tentang Usaha Kecil Menengah.

3. Penyelenggaraan pembinaan industri rumah tanggan, industri kecil dan industri menengah.

4. Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah. 5. Peningkatan Produksi Pertanian /Perkebunan.

Gambar

Tabel 1.  Indikator Ketenagakerjaan Kota Palu Tahun 2015 - 2017  ..............................................................
Tabel 2 : Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin  Kota Palu 2012-2019.
Tabel 3: Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Palu  Indeks Kedalaman Kemiskinan
Grafik  1 : Persentase penduduk menurut golongan pengeluaran per kapita sebulan   di Kota Palu, 2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

Informasi terkait adanya penambahan informasi terbuka pada Daftar Informasi Publik (Kepala) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian (Kepala) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Maret

Dari hasil perhitungan didapatkan total biaya kerusakan lingkungan akibat tumpahan minyak di perairan Cilacap dari skenario yang telah ditentukan adalah Rp.. 1,9 triliun,

Ketidakmampuan manusia dalam menjalankan kehidupan sehari- hari akan mendorong manusia untuk selalu mengadakan hubungan timbal balik dengan sesamanya serta bertujuan

Usaha-usaha dan penelitian untuk memperoleh varietas unggul dapat ditempuh dengan beberapa cara yaitu (a) introduksi atau mendatangkan varietas/bahan seleksi dari luar negeri,

Sebelum pengujian dan pengambilan data, pompa sentrifugal dioperasikan selama beberapa 30 menit pada putaran maksimal untuk memastikan hilangnya gelembung udara yang terdapat

Seorang wanita, usia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan kaki tidak dapat berjalan sejak 3 minggu yang lalu. Riwayat sebelumnya pasien sering keputihan berbau

Kewajiban keuangan dalam ruang lingkup PSAK 55 (Revisi 2006) diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui laba atau rugi, hutang dan pinjaman

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jumlah demand yang berpotensi menggunakan BST Koridor 1 pada sekolah, menentukan besarnya ATP dan WTP dari demand