TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan
OLEH:
IQBAL ARPANNUDIN NIM. 1202183
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA
TERHADAP SIKAP ANTIKORUPSI SISWA
(Penelitian Kuasi Eksperimen Di Kelas X SMA Negeri 8 Bandung)
Oleh
Iqbal Arpannudin
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah
Pascasarjana
© Iqbal Arpannudin 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN TERHADAP SIKAP ANTIKORUPSI SISWA (Penelitian Kuasi Eksperimen Di Kelas X SMA Negeri 8 Bandung)
Oleh: Iqbal Arpannudin
NIM. 1202183
Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing 1
Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M.Pd NIP. 19590714 198601 1 001
Pembimbing II
Dr. Prayoga Bestari, S.Pd., M.Si NIP. 19750414 200501 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia
Telah Dilaksanakan Ujian Sidang Tahap I dan Tahap II Pada Tanggal : 13 Juni 2014 dan 7 Juli 2014
Tempat : Gedung SPS UPI
Pembimbing I :
Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M.Pd NIP. 19590714 198601 1 001
Pembimbing II :
Dr. Prayoga Bestari, S.Pd., M.Si NIP. 19750414 200501 1 001
Penguji :
Prof. Dr. H. Endang Danial AR, M.Pd NIP. 19500502 197603 1 002 :
PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP SIKAP ANTIKORUPSI SISWA (Penelitian Kuasi Eksperimen Di Kelas X SMA Negeri 8 Bandung)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuwan yang berlaku dalam
masyarakat keilmuwan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau
sanksi dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran
terhadap etika keilmuwan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain
terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juni 2014 Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Iqbal Arpannudin (1202183) Pengaruh Penggunaan Media Video Dengan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Sikap Antikorupsi Siswa (Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 8 Bandung)
Pemberantasan korupsi melalui pendekatan edukatif adalah dengan Pendidikan Antikorupsi (PAk). SMA Negeri 8 Bandung merupakan pilot project Pendidikan Antikorupsi yang senantiasa melaksanakan program ini secara berkesinambungan. Selanjutnya pendekatan edukatif di atas dilakukan dengan alasan bahwa gerakan antikorupsi di Indonesia belum maksimal. Nilai-nilai anti korupsi sejatinya menjadi acuan dalam rangka mendidik agar memiliki karakter yang kuat dalam menghadapi kehidupannya di masa depan yang jauh dari korupsi. Sikap-sikap antikorupsi seharusnya dapat diterapkan di sekolah secara konsisten dan berkesinambungan. Namun pada kenyataannya sikap-sikap tersebut seringkali diabaikan. Nilai-nilai antikorupsi perlu ditanamkan sejak dini dari mulai lingkungan sekolah. Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya menjadi garda terdepan dalam pengembangan pembelajaran nilai-nilai anti korupsi. Good and smart citizen yang melekat pada Pendidikan Kewarganegaraan menjadi modal sekalligus tantangan untuk mewujudkan hal tersebut untuk menciptakan generasi baru yang terdidik dan anti korupsi. Pembelajaran nilai-nilai anti korupsi di sekolah dengan menggunakan media pembelajaran video dengan pendekatan saintifik diharapkan akan tumbuh gairah belajar dan menimbulkan persepsi yang sama mengenai bahaya korupsi, nilai-nilai antikorupsi yang ditanamkan dan perubahan sikap anti korupsi siswa. Penelitian ini menggunakan motode kuasi eksperimen untuk melihat sejauh mana pengaruh penggunaan media video dengan pendekatan saintifik terhadap sikap antikorupsi siswa. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan sikap anti korupsi antara siswa pada kelas
eksperimen yang menggunakan media video dengan kelas ko ntrol dengan pembelajaran konvensional pada pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Hal ini membuktikan bahwa dengan penggunaan media video dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran Pedidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berpengaruh signifikan terhadap sikap antikorupsi siswa daripada dengan pendekatan konvensional. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan media video dengan pendekatan saintifik dapat menjadi penguat proses pendidikan terutama dalam kurikulum 2013 untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap antikorupsi siswa. Kompetensi sikap antikorupsi yang dibentuk melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan media video ini berkaitan dengan upaya dalam menghadapi kehidupan siswa di masa mendatang yang penuh tantangan dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan yang berorientasi pada proses berpikir dan memilih nilai-nilai kehidupan yang baik dengan kritis, analitis dan kreatif untuk menghadapi kehidupan di masyarakat di masa mendatang.
ABSTRACT
Iqbal Arpannudin (1202183) The influence of Civic Education Media Videos with Scientific Approach Againts Anti-Corrruption Students Attitudes (Quasi Experimental Research on X Class a State Senior High School 8 Bandung)
Combating corruption through educational approach is the Anti Corruption Education (PAK). State Senior High School 8 Bandung is a pilot project Anti Corruption Education that always execute the program on an ongoing basis. Furthermore educative approach is conducted on the grounds that the anti-corruption movement in Indonesia is not maximized. Anti-anti-corruption values actually become a reference in order to educate in order to have a strong character in the face of life in the distant future of corruption. Anti-corruption attitudes should be applied in a consistent and continuous school. But in fact these attitudes are often ignored. Anti-corruption values need to be inculcated early on the start of the school environment. Citizenship education should be on the forefront in the development of learning anti-corruption values. Good and smart citizen inherent in Citizenship Education into capital also challenge to achieve this is to create a new generation of educated and anti-corruption. Learning the values of anti-corruption in schools using instructional media video with the scientific approach is expected to grow passion to learn and give rise to the same perception of the dangers of corruption, anti-corruption values are instilled and changes in students' anti-corruption attitudes. This research used a quasi-experimental method is possible to see the extent of the effect of the use of video media with a scientific approach to anti-corruption Students Attitudes. This research shows there are differences in the anti-corruption attitudes among students in the experimental class that uses the medium of video with grade control with conventional learning on learning Citizenship Education. It is proved that with the use of video media with a scientific approach to the study of Education Pancasila and Citizenship significant effect on students' attitudes corruption than with conventional approaches. Citizenship Education Learning using the medium of video with a scientific approach can be reinforcing the educational process, especially in the curriculum in 2013 to foster and develop students' anti-corruption stance. Competencies established anti-corruption stance through Citizenship Education learning using video media is related to the effort in the face of the student in the future life challenging Pancasila Citizenship Education in the learning process-oriented thinking and choose the values of the good life with a critical, analytical and creatif to life in the community in the future.
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH ...vii
ABSTRAK ...xi
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ...11
C. Tujuan Penelitian ...12
D. Manfaat Penelitian ...13
E. Struktur Organisasi Tesis ...14
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PENELITIAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...15
A. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...15
1. Hakekat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...15
2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...17
3. Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...18
4. Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik...25
5. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Atas (SMA) ...28
B. Video Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...34
1. Media Pembelajaran Audio Visual ...34
2. Peranan Media Pembelajaran Dalam Pendidikan Kewarganegaraan ...41
C. Korupsi dan Antikorupsi ...43
1. Definisi Korupsi ...43
2. Penyebab Korupsi ...47
3. Sikap Antikorupsi ...50
D. Keterkaitan Antara Penggunaan Media Video dalam Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Tehadap Sikap Antikorupsi Siswa...60
E. Hasil Penelitian Terdahulu ...62
F. Kerangka Berfikir ...63
G. Hipotesis ...64
BAB III METODE PENELITIAN ...65
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian...65
B. Lokasi Penelitian ...65
D. Sampel Penelitian ...66
E. Desain Penelitian ...67
F. Metode Penelitian ...72
G. Operasionalisasi Variabel Penelitian ...72
H. Definisi Operasional...79
I. Instrumen Penelitian ...80
J. Proses Pengembangan Instrumen ...81
1. Uji Validitas ...81
2. Uji Reliabilitas ...89
K. Teknik Pengumpulan Data ...91
L. Teknik Analisis Data ...92
M. Tahapan dan Alur Penelitian ...95
N. Agenda Kegiatan Penelitian ...97
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...98
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...98
1. Profil Sekolah ...98
2. Visi, Misi dan Program Umum Sekolah ...98
3. Keadaan Guru dan Siswa ...103
B. Deskripsi Hasil Penelitian ...105
1. Hasil Penelitian ...105
a. Kondisi Awal Sikap Antikorupsi Siswa (Pretest) ...105
1) Uji Normalitas...105
2) Uji Homogenitas ...117
3) Uji Kesamaan Rataan Pretest ...118
b. Proses Pembelajaran ...110
c. Kondisi Setelah Proses Pembelajaran (posttest) ...113
1) Deskriptif Variabel Kelas Eksperimen ...113
a) Penggunaan Media Video Dengan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ...114
(1) Penggunaan Media Pembelajaran Video...114
(2) Pendekatan saintifik ...115
(3) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...117
b) Sikap Antikorupsi Siswa ...119
2) Deskriptif sikap Antikorupsi Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...135
3) Uji Korelasi Penggunaan Media Video Dengan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Terhadap Sikap Antikorupsi Siswa ...135
4) Uji Normalitas Terhadap Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...137
5) Uji Homogenitas ...139
6) Uji Kesamaan Rataan Postest ...140
7) Uji Linieritas Posttestt variable X dan Y pada Kelas Eksperimen ...142
8) Uji Perbedaan Dua Rerata Kelas Eksperimen antara Pretest dan Posttestt .144 9) Pengujian Hipotesis ...146
a) Perbedaan Antara Hasil Pretest Dan Posttestt Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Menggunakan Media Video Dengan Pendekatan Saintifik Pada Kelas Eksperimen Terhadap Sikap
Antikorupsi Siswa ...150
b) Perbedaan Antara Hasil Pretest Dan Posttest Dengan Pembelajaran Konvensional Dalam Pembelajaran Pendidikan Kearaganegaraan Pada Kelas Kontrol Terhadap Sikap Anti Korupsi Siswa ...161
c) Perbedaan Sikap Anti Korupsi Antara Siswa Pada Kelas Eksperimen Yang Menggunakan Media Video Dengan Kelas Kontrol Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. ...164
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...178
A. Kesimpulan ...178
1. Kesimpulan Umum ...178
2. Kesimpulan Khusus...179
B. Saran ...180
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Populasi Kelas X SMA Negeri 8 Bandung ...65
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian ...66
Tabel 3.3 Desain Penelitian ...69
Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Penelitian ...73
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ...83
Tabel 3.6 Hasil Pengolahan Data Uji Coba Instrumen Untuk Validitas Item Soal Variabel X ...83
Tabel 3.7 Hasil Pengolahan Data Uji Coba Instrumen Untuk Validitas Item Soal Variabel Y ...85
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X ...90
Table 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y ...91
Tabel 3.10 Kriteria Nilai Gain ...94
Tabel 3.11 Jadwal Kegiatan Penelitian Tesis ...97
Tabel 4.1 Jumlah Rombongan Belajar SMA Negeri 8 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ...101
Tabel 4.2 Rekapitulasi Jumlah Siswa Di SMA Negeri 8 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ...101
Tabel 4.3 Data Pendidik SMA Negeri 8 Bandung ...102
Tabel 4.4 Data Pendidik SMA Negeri 8 Bandung Berdasarkan Tingkat Pendidikan...103
Tabel 4.5 Data Tenaga Kependidikan SMA 8 Bandung ...103
Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Pretest Sikap Antikorupsi Siswa...105
Tabel 4.7 Uji Homogenitas Data Pretes Sikap Antikorupsi...107
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Pretes Sikap Antikorupsi Siswa ...107
Tabel 4.9 Uji Kesamaan Rerata Pretest Sikap Antikorupsi Siswa ...108
Tabel 4.10 Respon Penggunaan Media Video di Kelas Eksperimen ...114
Tabel 4.11 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganeranaan...116
Tabel 4.12 Proses Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewaganegaraan ...118
Tabel 4.13 Perolehan Skor Rata-Rata Prestest dan Posttest...135
Tabel 4.14 Korelasi Antara Variabel X dan Variabel Y Kelas Eksperimen ...136
Tabel 4.15 Uji Normalitas Posttestt Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...137
Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Variabel Y ...139
Tabel 4.17 Tabel Statistik Deskriptif Post Test Variabel ...140
Tabel 4.18 Uji Kesamaan Rerata Postest Sikap Antikorupsi Siswa...141
Tabel 4.19Ukuran Derajat Keeratan Pengaruh Variabel X terhadap Y1 (Berdasarkan Koefisien Determinasi) ...142
Tabel 4.20 Uji ANOVA Untuk Pengaruh Variabel X Terhadap Y...143
Tabel 4.21 Koefisien Regresi dan Hasil Uji t Pengaruh Variabel X terhadap Y ...144
Tabel 4.22 Uji Beda Dua Rerata Variabel Y Pretest Dan Postest Pada Kelas Eksperimen...145
Tabel 4.23 Uji Beda Variabel Y hasil Pretest dan Posttestt pada Kelas Eksperimen .147 Tabel 4.24 Uji Mann Whitney Variabel Y Kelas Eksperimen ...147
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen...105
Grafik 4.2 Uji Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol ...106
Grafik 4.3 Sikap Spiritual Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ...120
Grafik 4.4 Sikap Jujur Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ...122
Grafik 4.5 Sikap Disiplin Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ...123
Grafik 4.6 Sikap Tanggung Jawab Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol .125 Grafik 4.7 Sikap Sedehana Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol...126
Grafik 4.8 Sikap Kerja Keras Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol`...128
Grafik 4.9 Sikap Mandiri Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ...129
Grafik 4.10 Sikap Adil Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ...131
Grafik 4.11 Sikap Berani Siswa di Kelas eksperimen dan Kelas Kontrol ...132
Grafik 4.12 Sikap Pedulil Siswa di Kelas eksperimen dan Kelas Kontrol ...134
Grafik 4.13Uji normalitas Posttestt Kelas Eksperimen ...138
Grafik 4.14 Uji Normalitas Postest Kelas Kontrol ...138
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Identifikasi Masalah ...11
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Dale ...37
Gambar 2.2 Piramida Pengalaman Shea ...38
Gambar 2.3 Rumus Korupsi ...45
Gambar 2.4 Skala Sikap Thrustone ...53
Gambar 3.1 Desain Awal penggunaan Media Video Dengan Pendekatan Saintifik ..70
Gambar 3.2 Rumus Korelasi PPM ...82
Gambar 3.3 Rumus Reliabilitas...90
Gambar 3.4 Tahapan Penelitian ...95
Gambar 3.4 Alur Penelitian ...96
Gambar 4.1 Suasana Presentasi Video Antikorupsi ...112
Gambar 4.2 Video yang Ditayangkan Siswa ...113
Gambar 4.3 Suasana Pretest dan Postest ...114
Gambar 4.4 Penggunaan Media Video dengan Pendekatan Saintifk dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaarn Terhadap Sikap Antikorupsi Siswa ...172
Gambar 4.4 Alur Identifikasi Masalah...174
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Reformasi telah bergulir lebih dari satu dekade semenjak lengsernya
Soeharto pada tahun 1998. Salah satu agenda penting reformasi adalah
pemberantasan tindak pidana korupsi yang terjadi selama rezim orde baru sampai
saat ini. Semua kalangan masyarakat menginginkan agenda mendesak tersebut
segera terlaksana dan dituntaskan. Kekuasaan rezim orde baru yang terlalu lama
dan absolut telah menumbuhkan prilaku korupsi yang mengakar dan sulit sekali
untuk diberantas. Korupsi dan kekuasaan tersebut di atas sesuai dengan ungkapan
Acton dalam Djaja (2010: 19) bahwa “power tends to corrupt, but absolute power currupt absolutelly”.
Korupsi merupakan salah satu bentuk penyalahgunaan kekuasaan untuk
kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan orang lain. Korupsi tidak hanya
merugikan keuagan negara, namun lebih luas dari itu adalah memberikan dampak
yang negatif kepada masyarakat dan memberikan contoh yang buruk bagi
generasi muda. Sektor-sektor yang terindikasi korupsi akan kehilangan
kepercayaan dari masyarakat apalagi apabila terjadi pada lembaga penegak hukum
yang seharusnya mencegah dan memberantas korupsi. Korupsi di Indonesia sudah
bertransformasi dari tindak pidana biasa menjadi patologi sosial yang sangat
berbahaya dan mengancam semua lini kehidupan masyarakat Indonesia. Korupsi
yang semakin menggerogoti bangsa ini mencerminkan degradasi moral dan
kegagalan proses pendidikan Indonesia saat ini. Korupsi tidak hanya terjadi di
Indonesia saja, tetapi juga di seluruh negara di belahan dunia. Korupsi menjadi
permasalahan penting di mana pun.
Terdapat beberapa aspek dalam mencegah dan meghilangkan korupsi,
di Indonesia harus menggunakan empat pendekatan yaitu, pendekatan hukum,
pendekatan moralistik dan keimanan, pendekatan edukatif dan pendekatan sosio-kultural.”
Pemberantasan korupsi melalui pendekatan edukatif adalah dengan
Pendidikan Antikorupsi (PAk). Pendekatan edukatif dilakukan dengan alasan
bahwa gerakan antikorupsi di Indonesia belum maksimal seperti yang
diungkapkan oleh Kesuma (2009: 56) bahwa “gerakan antikorupsi Indonesia belum bersifat cukup”. Selanjutnya dikatakan bahwa strategi anti korupsi hendaknya mencakup pendekatan jangka panjang dan jangka pendek, prevetif
dan ponitif, serta symptom dan disease. Untuk memberantas korupsi diperlukan
usaha keras dari semua lapisan masyarakat dan pemangku kebijakan. Secara
normatif pemberantasan korupsi di Indonesia dilaksanakan dengan adanya
Instruksi Presiden (Inpres) No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi. Intruksi khusus Presiden kesebelas memberikan instruksi kepada
mendiknas (sekarang mendikbud) untuk menyelenggarakan pendidikan yang
berisikan substansi penanaman semangat dan perilaku anti korupsi pada setiap
jenjang pendidikan baik formal dan non-formal Hal ini merupakan suatu bentuk
dari upaya pemerintahan dalam pemberantasan korupsi yang salah satunya
melalui bidang pendidikan
Dalam dunia pendidikan diperlukan pengembangan pembelajaran nilai-nilai
anti korupsi yang dimasukan pada seluruh jenjang pendidikan formal, informal
maupun nonformal. Nilai-nilai anti korupsi sejatinya menjadi acuan dalam rangka
mendidik agar memiliki karakter yang kuat dalam menghadapi kehidupannya di
masa depan yang jauh dari korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (2008: 2-42)
merancang nilai-nilai anti korupsi yang ditanamkan pada siswa, yaitu: (1)
tanggung jawab; (2) disiplin; (3) jujur; (4) sederhana; (5) kerja keras; (6) mandiri;
(7) adil; (8) berani; (9) peduli.
Sikap-sikap antikorupsi di atas seharusnya dapat diterapkan di sekolah
secara konsisten dan berkesinambungan. Namun pada kenyataannya sikap-sikap
tersebut seringkali diabaikan. Contohnya adalah siswa dituntut untuk meraih nilai
belajar, banyak yang melakukan jalan pintas dengan mencontek pada saat ujian.
Ketidakjujuran inilah yang menjadi pangkal adanya korupsi. Sikap tidak jujur dan
prilaku mencontek ini pun berkaitan dengan sikap siswa yang tidak mau untuk
bekerja keras dan mandiri serta berani untuk mengungkapkan ide pikirannya
dalam ujian. Sikap tidak disiplin, tidak jujur, malas ini yang dapat menyebabkan
sikap dan prilaku koruptif siswa. Sikap dan prilaku tersebut akan menjadi tindak
pidana korupsi di kemudian hari.
Nilai-nilai antikorupsi tersebut perlu ditanamkan sejak dini dari mulai
lingkungan keluarga. Selanjutnya sekolah juga seyogyanya menjadi tempat yang
ideal dalam rangka menanamkan nilai-nilai anti korupsi. Fokus awal pananaman
nilai-nilai antikorupsi adalah siswa menghayati, memahami nilai moral,
membentuk prilaku sampai kemudian nilai tersebut terbentuk secara internal.
Tujuan akhirnya adalah prilaku yang berdasarkan nilai-nilai positif tersebut
diterapkan di lingkungan sosial masyarakat. Melihat pada nilai-nilai antikorupsi
yang dikemukakan di atas, Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya menjadi
garda terdepan dalam pengembangan pembelajaran nilai-nilai anti korupsi. Good
and smart citizen yang melekat pada Pendidikan Kewarganegaraan menjadi modal sekalligus tantangan untuk mewujudkan hal tersebut untuk menciptakan generasi
baru yang terdidik dan anti korupsi.
Hasil penelitian Harmanto (2012: 440) mengenai pandangan siswa terhadap
korupsi dan nilai-nilai anti korupsi dipengaruhi oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan, media massa dan internet menunjukan bahwa “guru mempunyai peran sebagai agen untuk mempengaruhi pandangan siswa tentang
korupsi dan antikorupsi”. Selanjutnya tujuan pendidikan antikorupsi di sekolah
tidak ditujukan untuk melakukan gerakan praktis dalam pemberantasan korupsi
sebagaimana dilakukan oleh penegak hukum, tetapi untuk memberikan
pengetahuan dasar tentang korupsi, penyadaran pentingya sikap antikorupsi
sehingga memiliki kepekaan yang kuat terhadap prilaku korupsi serta memiliki
sikap antikorupsi melalui pemahaman, keteladanan, dan pembiasaan dalam
kegiatan kulikuler dan ekstrakulikuler. Hasil penelitian lain dari Supriatna (2011:
sempurna internalisasi nilai-nilai antikorupsi maka semakin tercipta warga negara
muda yang jauh dari perbuatan-perbuatan yang mengandung nilai-nilai korupsi
yang akan membawa negara Indonesia kepada suatu keadaan yang lebih baik”.
Dari kedua penelitian terdahulu dapat ditarik benang merah bahwa
nilai-nilai antikorupsi perlu terus menerus ditanamkan dalam diri siswa melalui
internalisasi, strategi, metode, dan media pembelajaran yang baik sehingga
menarik minat siswa dan menciptakan warga negara muda yang antikorupsi.
Penanaman nilai dan sikap antikorupsi ini berkaitan dengan sikap dan prilaku
manusia.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran di
persekolahan yang mempunyai kontribusi penting dalam membentuk dan
mewujudkan karakter bangsa yang dicita-citakan yaitu smart and good citizenship
seperti ditegaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa aspek
kepribadian warganegara yang perlu dikembangkan adalah menjadi manusia yang
berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman.
Pendidikan Kewarganegaraan menjadi sangat strategis di tengah upaya
pemerintah dalam membangun karakter bangsa mulai jenjang Sekolah Dasar
sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan menjadi salah satu
instrument yang fundamental dalam bingkai pendidikan nasional sebagai media
pembentukan karakter bangsa (Zuriah, 2007:1). Berarti dalam hal ini Pendidikan
Kewarganegaraan menanamkan nilai nilai dan kompetensi yang dimiliki oleh
Pendidikan Kewarganegaraan untuk membentuk warga negara ideal, yaitu civic
knowledge, civic skill, dan civic disposition. Pendapat di atas sejalan dengan misi Pendidikan Kewarganegaraan yaitu untuk mengembangkan warganegara yang
demokratis, baik pengetahuan kewarganegaraan, watak atau karakter
kewarganegaraan, dan keterampilan kewarganegaraan siswa yang nantinya
bermuara pada terbentuknya good and smart citizenship. Ketiga kompetensi itu
melahirkan good and smart citizen. Kestrategisan Pendidikan Kewarganegaraan
untuk menanamkan nilai-nilai dapat dimaksimalkan sebagai transmisi nilai-nilai
Melihat dari tujuan pendidikan antikorupsi dengan tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan, mempunyai konsentrasi yang sama yakni pada perubahan
perilaku utamanya adalah siswa untuk menjunjung tinggi sikap dan prilaku anti
korupsi. Pendidikan Antikorupsi merupakan suatu upaya pemerintah dalam
menciptakan generasi muda yang bersih dari tindakan tercela atau merusak moral
bangsa khususnya Indonesia.
Mengenai kondisi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia
saat ini, Winataputra dan Budimansyah (2012) menyatakan bahwa:
PKn di Indonesia pada saat ini belum pada kategori masksimal. namun hanya pada kategori minimal yang hanya mewadahi aspirasi tertentu, berbentuk pengajaran kewarganegaraan, bersifat formal, terikat oleh isi, berorientasi pada pengetahuan, menitikberatkan pada proses pengajaran dan hasilnya mudah diukur.
Selanjutnya Winataputra dan Budimansyah (2007:121), mengemukakan
permasalahan mendasar dan menjadi penghambat dalam peningkatan kualitas
Pendidikan Kewarganegarraan yaitu:
pertama, penggunaan alokasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum pendidikan dijabarkan secara kaku dan konvensional sebagai jam pelajaran tatap muka di kelas yang sangat dominan, sehingga guru tidak dapat berimprovisasi secara kreatif untuk melakukan aktivitas lainnya selain pembelajaran rutin tatap muka yang terjadwal dengan ketat; kedua, pelaksanaan pembelajaran PKn yang lebih didominasi oleh kegiatan peningkatan dimensi kognitif mengakibatkan porsi peningkatan dimensi lainnya menjadi terbengkalai, disamping keterbatasan media pembelajaran; dan ketiga, pembelajaran yang terlalu menekankan pada dimensi kognitif berimplikasi pada penilaian yang juga menekankan pada penguasaan kemampuan kognitif saja, sehingga mengakibatkan guru harus selalu mengejar target pencapaian materi.
Berdasarkan pernyataan di atas, setidaknya ada beberapa alasan yang
menjadi penghambat kualitas Pendidikan Kewarganegaraan yaitu alokasi waktu,
lebih didominasi kognitif dan keterbatasan media pembelajaran. Oleh karena itu
untuk sampai pada warga negara ideal dan sebagai pengembangan nilai-nilai anti
korupsi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di persekolahan harus
didesain sedemikian rupa sehingga konteksnya dapat tercapai. Dengan demikian
memilih metode yang tepat, mengefektifkan alokasi waktu yang tersedia dan
pemanfaatan media pembelajaran yang efektif dan bervariasi yang digunakan
dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk mengembangkan
nilai-nilai antikorupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (2008: 4) mengatakan bahwa:
Pembelajaran afektif masih belum optimal, umumnya masih sebatas pengetahuan kognitif saja belum diaplikasikan, sehingga siswa tidak membiasakan diri berprilaku baik dan benar. Penilaian terhadap siswa secara keseluruhan hendaknya sudah diterapkan dengan berbagai metode atau pendekatan untuk menginformasikan tingkah laku siswa”.
Pernyataan KPK tersebut diatas merupakan sindiran sekaligus sebagai
tantangan bagi guru terutama guru Pendidikan Kewarganegaraan untuk
menghasilkan sebuah pendekatan pembelajaran dan media yang tepat untuk
mengembangkan nila-nilai anti korupsi dan menjadikan prilaku baik siswa.
Disadari atau tidak pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan saat ini hanya
berorientasi konsep kognitif semata dan mengabaikan penanaman nilai.
Guru sebagai fasilitator berperan dalam mengatur proses pembelajaran agar
lebih bermakna dan menyenangkan. Peran ini diatur dalam PP No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa:
proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara inteaktif, inspirati, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Guru adalah garda depan dari proses pendidikan, maka selayaknya guru
menjadi teladan Selain sebagai teladan, guru juga mempunyai tugas penting
sebagai motivator. Dalam Pendidikan Antikorupsi guru berperan dalam:
1) Mengenalkan fenomena korupsi, esensi, alasan, dan konsekuensinya
2) Mempromosikan sikan intoleransi terhadap korupsi
3) Mendemontrasikan cara memerangi korupsi (sesuai koridor anak)
a. Penanaman nilai- nilai
b. Penguatan kapasitas siswa (seperti: berpikir kritis, tanggungjawab,
penyelesaian konflik, memanage dirinya sendiri, dalam berkehidupan
sosial disekolah- masyarakat- lingkungan, dll) (Yulita, 2010).
Prakteknya di persekolahan tidak semuanya sesuai dengan harapan di atas.
Guru masih terjebak pada pembelajaran berorientasi kognitif semata yang
didominasi oleh metode ceramah di kelas dan tanya jawab semata dengan hanya
menggunakan buku bahkan hanya menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Oleh sebab itu Pendidikan Kewarganegaraan di persekolahan hanya dianggap
mata pelajaran hapalan semata yang membosankan dan kurang bermakna bagi
kehidupan siswa.
Kurikulum pendidikan Indonesia pada tahun 2013 mengalami revisi dari
kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Saruan Pendidikan (KTSP)
berubah menjadi Kurikulum 2013. Perubahan ini membawa angin segar bagi
pendidikan pada ummnya dan Pendidikan Kewarganegaraan. Kurikulum 2013
terdapat Kompetensi Inti (KD) dan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti
akan menagih kepada tiap mata pelajaran apa yang dapat dikontribusikannya
dalam membentuk kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element)
kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi. Rumusan Kompetensi Inti dalam
kurikulum 2013 ini adalah (1) 1 untuk Kompetensi Inti sikap spiritual, (2)
KI-2 untuk Kompetensi Inti sikap sosial, (3) KI-3 untuk Kompetensi Inti pengetahuan
dan KI-4 untuk Kompetensi Inti keterampilan. Urutan tersebut mengacu pada
urutan yang disebutkan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.
20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa kompetensi terdiri dari kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Dalam mendukung Kompetensi Inti, capaian
pembelajaran mata pelajaran diuraikan menjadi kompetensi-kompetensi dasar.
Pencapaian Kompetensi Inti adalah melalui pembelajaran kompetensi dasar yang
disampaikan melalui mata pelajaran. Rumusan Kompetensi Dasar dikembangkan
dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri
Pembelajaran bahaya korupsi dan Pendidikan Antikorupsi (PAk) dimuat di dalam KD 3.5 “Menganalisis sistem hukum dan peradilan nasional dalam lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Di dalam Kompetensi Dasar inilah pendidikan anti korupsi dimasukan di dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dengan menggunakan media video dalam pembelajarannya.
Efektifitas suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah guru, siswa, materi, metode atau pendekatan dan media
pembelajaran serta evaluasi. Dalam hal ini guru dan siswa merupakan dua faktor
yang penting atau paling utama dalam pendidikan. Selanjutnya Supriatna (2011:
144) dalam kesimpulan penelitiannya mengatakan bahwa:
tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran PKn yang didorong dengan kesenangan terhadap pembelajaran dengan metode yang memberi peluang lebih kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, memberi peluang terhadap pengembangan nilai-nilai anti korupsi agar ditanamkan dalam kehidupan keseharian siswa.
Selain itu tugas guru sebagai salah satu komponen penting dalam proses
pembelajaran harus mempunyai kreativitas untuk meramu suatu pembelajaran
yang disenangi siswa. Faktor penting lainnya yaitu media, media menjadi sarana
interaksi antara guru dan siswa dalam memberikan kemudahan untuk
menyampaikan materi. Media pembelajaran berperan penting karena dalam
pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru sebagai fasilitator dengan
siswa sebagai pembelajar. Rahmat (2009:85) mengatakan bahwa “dalam
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan diperlukan saluran
(media) agar message tersebut tersalurkan secara efektif dan efisien”.
Selanjutnya tugas guru yang tidak kalah pentingnya adalah mencari dan
menentukan media pembelajaran dan pendekatan pembelajaran atau metode
pembelajaran. di dalam kurikulum 2013 populer penggunaan pendekatan saintifik
(scientific approach) dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah ini lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran
tradidional. Hasil penelitian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 28)
pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70.
Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah.
Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan,
pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses
pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau
kriteria ilmiah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 12)
mengemukakan bahwa proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria
seperti berikut ini.
1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,
analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. 4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik
dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.
5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya
Selanjutnya dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mencari dan
menentukan media dan sumber belajar sangat penting sebab bahan ajarnya sangat
dinamis. Dharma (2012:5) mengatakan fungsi media bahwa “ ...media dalam
kegiatan pembelajaran dianggap tidak hanya sekedar alat bantu, melainkan
menimbulkan gairah belajar, proses pengalaman dan menimbulkan persepsi yang
sama. Namun demikian Warsita (2008:281) mengatakan bahwa” tidak ada satu
media maupun metode manapun yang berperan sebagai obat mujarab untuk
mengatasi seluruh permasalahan pembelajaran”.
Dalam penelitian Dharma (2012: ix) mengenai penggunaan media
pembelajaran interaktif dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran
untuk meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan penelitian di atas menunjukan bahwa
peran media pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan pemahaman materi
dan pembentukan sikan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bagi
siswa.
Pembelajaran nilai-nilai anti korupsi di sekolah dengan menggunakan media
pembelajaran video dengan pendekatan saintifik diharapkan akan tumbuh gairah
belajar dan menimbulkan persepsi yang sama mengenai bahaya korupsi, nilai-nilai
antikorupsi yang ditanamkan dan perubahan sikap anti korupsi siswa. Berkaitan
dengan pendidikan antikorupsi, berdasarkan Inpres No. 5 tahun 2004 tentang
Upaya Percepatan Pemberantasan Korupsi, SMA Negeri 8 Bandung merupakan
salah satu pilot project Pendidikan Antikorupsi di Jawa Barat yang masih
melaksanakan Pendidikan Antikorupsi dalam proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di kelas, maupun pelajaran lain dan kegiatan ekstrakrikuler.
Karena SMA 8 Bandung ini sebagai sekolah percontohan dalam pendidikan
antikorupsi, maka dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas
ingin dilihat penggunaan media belajar terhadap perubahan sikap anti korupsi
siswa. Berdasarkan pada permasalahan di atas, peneliti ingin meneliti lebih lanjut
pengaruh antara media pembelejaran berbasis video dengan pengembangan
nilai-nilai anti korupsi siswa di sekolah dengan judul penelitian Pengaruh Penggunaan
Media Video Pembelajaran Pendidikan Kewargaraan Terhadap Sikap Anti
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
Gambar 1.1 Identifikasi Masalah
Sumber: Data Diolah oleh Peneliti, 2014
Secara garis besar berdasarkan pada uraian latar belakang dan identifikasi
masalah di atas dapat ditarik rumusan masalah yaitu bagaimanakah pengaruh
penggunaan media belajar berbasis video dengan pendekatan saintifik dalam Pendidikan Antikorupsi
perlu diajarkan sejak dini dan pada setiap jenjang
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran terhadap sikap antikorupsi siswa?
Agar penelitian lebih terfokus pada masalah, maka masalah di atas dijabarkan ke
dalam beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apakah terdapat perbedaan signifikan antara hasil pretest dan postest dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan media
video dengan pendekatan saintifik pada kelas eksperimen terhadap sikap
antikorupsi siswa?
2. Apakah terdapat perbedaan signifikan antara hasil pretest dan posttest dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol terhadap sikap antikorupsi siswa?
3. Apakah terdapat perbedaan antara kelas eksperimen yang menggunakan media
video dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dengan kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran
konvensional terhadap sikap antikorupsi siswa?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh .
penggunaan media video dalam pembealajaran Pendidikan Kewarganegaraan
terhadap sikap anti korupsi siswa.
Secara lebih rinci tujuan khususnya adalah untuk mengetahui:
1. Perbedaan antara hasil pretest dan postest dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dengan menggunakan media video dengan pendekatan
saintifik pada kelas eksperimen terhadap sikap anti korupsi siswa.
2. Perbedaan antara hasil pretest dan posttest dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan pada kelas kontrol terhadap sikap antikorupsi siswa.
3. Perbedaan sikap antikorupsi antara siswa pada kelas eksperimen yang
mendapatkan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan
media video dengan pendekatan saintifik dengan kelas kontrol dengan
D. Manfaat Penelitian
Apabila tujuan penelitian ini telah dicapai, diharapkan dapat menghasilkan
manfaat yaitu:
1. Diketahuinya perbedaan antara hasil pretest dan postest dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan media video dengan
pendekatan saintifik pada kelas eksperimen terhadap sikap antikorupsi siswa.
2. Diketahuinya perbedaan antara hasil pretest dan postest dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan pada kelas kontrol terhadap sikap antikorupsi
siswa.
3. Diketahuinya perbedaan sikap antikorupsi antara siswa pada kelas eksperimen
yang mendapatkan pembelajaran Pendidikan Kewarganrgaraan menggunakan
media video dengan pendekatan saintifik dengan kelas kontrol dengan
pembelajaran konvensional.
Kegunaan teoritis hasil penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan
untuk memperkaya pengetahuan khususnya dalam pengembangan media
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan nilai-nilai antikorupsi sebagai
bagian dari Pendidikan Kewarganegaraan dan disiplin ilmu yang ditekuni peneliti
yaitu Pendidikan Kewarganegaraan.
Kegunaan praktis penelitian ini diantaranya adalah:
1. Guru
Memberikan masukan kepada para pendidik dalam merancang suatu
pembelajaran berbasis video terutama dalam hal sikap antikorupsi pada siswa
2. Siswa
Meningkatkan pemahaman, sikap dan prilaku siswa mengenai nilai-nilai
antikorupsi dan cara pencegahan korupsi.
3. Sekolah
Sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA
Negeri 8 Bandung khususnya dalam hal pemanfaatan media pembelajaran
E. Struktur Organisasi Tesis
Bab I menyajikan latar belakang penelitian yang menjadi konteks munculnya
masalah, identifikasi perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi
penelitian , dan struktur organisasi tesis.
Bab II menyajikan kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis
penelitian. Kajian pustaka berisi deskripsi, analisis konsep, teori-teori, dan
penelitian dahulu yang relevan mengenai penggunaan media pembelajaran video
dengan pendekatan sainntifik dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
terhadap sikap antikorupsi siswa. Kerangka pemikiran merupakan tahapan yang
harus ditempuh untuk merumuskan hipotesis dengan mengkaji antarvariabel
penelitian.
Bab III menyajikan metodologi penelitian menyajikan lokasi, subjek
populasi, sampel penelitian, desain penelitian metode penelitian dan justifikasi
penggunaan metode penelitian tersebut, definisi operasional yang dirumuskan
dalam setiap indikator, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen,
teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya, serta analisis data.
Bab IV menyajikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengolahan
data atau analisa data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah
penelitiian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan
atau analisis temuan.
Bab V menyajikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan menyajikan
penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil temuan penelitian. Saran atau
rekomendasi yang ditujukan kepada pembuat kebijakan, kepada pengguna hasil
penelitian, dan kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian kuasi eksperimen mengenai sikap antikorupsi ini dilaksanakan di
SMA Negeri 8 Bandung Jalan Solontongan No. 3 Bandung. Pemilihan lokasi
penelitian pada sekolah tersebut karena SMA Negeri 8 Bandung merupakan salah
satu pilot project Pendidikan Antikorupsi. Sekolah tersebut di atas telah
melaksanakan kegiatan yang mendukung dalam pendidikan yang berorientasi
antikorupsi, dengan melaksanakannya tidak hanya dalam intrakurikuler atau mata
pelajaran namun juga pada ekstrakurikuler yakni adanya kantin kejujuran pada
sekolah tersebut.
2. Populasi Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah SMA Negeri 8 Bandung. Populasi dalam
penelitian ini adalah kelas sepuluh (X). Sebaran populasinya dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
Populasi Kelas X SMA Negeri 8 Bandung
KELAS L P JUMLAH
X MIA 1 16 20 36
X MIA 2 17 19 36
X MIA 3 16 20 36
X MIA 4 15 21 36
X MIA 5 17 18 36
X MIA 6 17 19 35
X MIA 7 15 21 36
X MIA 8 13 23 36
X MIA 9 15 21 36
KELAS L P JUMLAH
X IIS 1 10 23 33
X IIS 2 9 17 26
X IIS 3 8 13 21
JUMLAH X IIS 27 53 80
JUMLAH KELAS X 168 235 403
Sumber: Profil Sekolah SMA Negeri 8 Bandung, 2013
3. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Arikunto (2010: 183) mengemukakan bahwa “pengambilan sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata,
random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu”. Pengambilan
sampel yang ditentukan peneliti dengan mempertimbangkan kriteria yang sesuai
dengan penelitian. Kriteria yang dimaksud adalah:
a) perolehan nilai akademik yang sama atau mendekati (homogen).
b) kelompok belajar dengan jumlah peserta didik yang sama atau tidak jauh
berbeda.
c) memiliki ruang kelas dengan kondisi yang sama, baik dilihat dari fasilitas
belajar, maupun kondisi ruangan kelas.
Selanjutnya yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas X MIA
4 dan kelas MIA 5. Sebaran sampelnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.2
Jumlah Sampel Penelitian
KELAS L P JUMLAH
X MIA 4 15 21 36
X MIA 5 17 18 36
JUMLAH 32 39 72
Sumber: Data Diolah oleh Peneliti, 2014
Dua perlakuan berbeda akan diterapkan pada kedua kelas tersebut. Pada
sedangkan pada kelas kontrol, peneliti akan menggunakan pembelajaran
konvensional. Penelitian ini direncanakan pada semester genap tahun pelajaran
2013/2014 pada pada materi pokok sistem hukum dan peradilan nasional.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi
eksperimen dengan pola nonequivalent control group design (pretest-postest yang
tidak ekuivalen). Eksperimen itu sendiri adalah observasi di bawah kondisi buatan
(artificial condition) di mana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti. Creswell (2010: 19) menyatakan bahwa:
penelitian eksperimen berusaha menentukan apakan sebuah treatment mempengaruhi hasil sebuah penelitian, pengaruh ini denilai dengan cara menerapkan treatment tertentu pada suatu kelompok dan tidak menerapkannya pada kelompok yang lain.
Desain penelitian kuasi eksperimen digunakan dengan tujuan untuk
memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi eksperimen yang
sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan
memanipulasikan semua variabel yang relevan.
Desain tersebut sejalan dengan pendapat cresswell (1994:132) yang
menyatakan bahwa: “quasi experimental group A and the control B are selected without random assignment. Both groups take a pre test and post test and only the experimental group received the treatment”. Pemilihan kelas eskperimen maupun kelas kontrol tidak dilakukan secara acak.
Alasan peneliti memilih penelitian eksperimen karena suatu eksperimen
dalam bidang pendidikan dimaksudkan untuk menilai pengaruh suatu tindakan
terhadap tingkah laku atau menguji ada tidaknya pengaruh tindakan itu. Tindakan
di dalam eksperimen disebut treatment yang artinya pemberian kondisi yang akan
dinilai pengaruhnya. Dalam pelaksanaan penelitian eksperimen, kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sebaiknya diatur secara intensif sehingga kedua
variabel mempunyai karakteristik yang sama atau mendekati sama. Keadaan yang
membedakan dari kedua kelompok ialah bahwa grup eksperimen diberi treatment
keadaan biasanya. Dengan pertimbangan sulitnya pengontrolan terhadap semua
variabel yang mempengaruhi variabel yang sedang diteliti maka peneliti memilih
eksperimen kuasi. Dasar lain peneliti menggunakan desain eksperimen kuasi
karena penelitian ini termasu penelitian sosial.
Desain ini memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variable-variabel luar yang mempengaruhi
eksperimen. Sugiyono (2012:116) menyatakan bahwa “kuasi eksperimen
digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang
digunakan untuk penelitian” Selanjutnya Sugiyono (2012:116) menjelaskan
bahwa:
pada desain eksperimen ini kelompok kontrol dan kelompok ekspeimen tidak dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal dengan maksud adakah perbedan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Merancang desain kuasi eksperimen harus membentuk kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen yang dilakukan tanpa acak atau random. Penentuan
tersebut berdasarkan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan tingkat
homogenitas yang sama terutama aspek tingkat akademis siswa sehari-hari dalam
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
Pretest dan posttest ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil sebelum dan sesudah diberikanya perlakuan dengan membandingkan dua
kelompok belajar yaitu antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok kelas eksperimen dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
dengan menggunakan media video dengan pendekatan saintifik sedangkan kelas
kontrol dengan pembelajaran konvensional. Penelitian ini dimulai dengan adanya
pretes untuk mengetahui keadaan awal peserta didik baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Selain itu juga digunakan untuk melihat perkembangan
selanjutnya setelah diberikan postest. Postest ini diberikan setelah adanya
perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontol pun diberikan
Desain penelitian kuasi eksperimen ini dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 3.3 Desain Penelitian
KELOMPOK PRE-TEST TREATMENT (X) POST-TEST
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 O4
Sumber: Sugiyono (2012;79)
Keterangan:
O1 = Nilai pretest kelas eksperimen
O2 = Nilai posttest kelas eksperimen
X = Penggunaan media video antikorupsi
O3 = Nilai pretest kelas kontrol
O4 = Nilai posttest kelas kontrol
Pengaruh penggunaan media video terhadap sikap antikorupsi siswa =
(O2 - O1).
Tanda X pada tabel di atas adalah perlakuan yang diberikan dan dilihat
pengaruhnya dalam experimen tersebut. Perlakuan yang dimaksud adalah
penggunaan video antikorupsi dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, O1 adalah pretes yang dilakukan peneliti sebelum diberikanya
perlakuan atau treatment sedangkan O2 adalah postes yang dilakukan peneliti
setelah diberikanya perlakuan. Sedangkan O3 adalah pretes yang dilakukan
peneliti sebelum diberikanya perlakuan. O4 adalah postest yang dilakukan peneliti
setelah diberikanya perlakuan. Pengaruh perlakuan X yaitu penggunaan media
video antikorupsi dapat diketahui dengan membandingkan antara hasil O1 dan O2
dalam situasi yang terkontrol.
Selanjutnya dikemukakan desain awal penggunaan media video dengan
pendekatan saintifk dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan sebagai landasan dalam proses pembelajaran antikorupsi
dengan tema sistem hukum dan peradilan nasional. Desain awal tersebut adalah
Gambar 3. 1
Desain Awal penggunaan Media Video Dengan Pendekatan Saintifik
Sumber: Data Diolah Peneliti Tahun 2014
Penyusunan Jadwal video antikorupsi dan kerja sama antar anggota kelompok. tugas yang diberikan guru.
Berdasarkan gambar desain awal penggunaan media video antikorupsi di
atas bahwa kegiatan yang harus dilakukan pada setiap langkah pembelajaran
dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:
1. Penentuan proyek
Pada langkah ini siswa menentukan tema/topik pembuatan maupun
mendownload video berdasarkan pedoman yang diberikan oleh guru. Siswa diberi
kesempatan untuk memilih/menentukan tema antikorupsi yang akan
dikerjakannya baik secara kelompok ataupun mandiri dengan catatan tidak
menyimpang dari tugas yang diberikan guru.
2. Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek video antikorupsi
Siswa merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian tugas dari awal
sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan proyek ini berisi
aturan main dalam pelaksanaan tugas, pemilihan aktifitas yang dapat mendukung
tugas, pengintegrasian berbagai kemungkinan penyelesaian tugas, perencanaan
sumber/bahan/alat yang dapat mendukung penyelesaian tugas dan kerja sama
antar anggota kelompok.
3. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek video antikorupsi
Siswa di bawah pendampingan guru melakukan penjadwalan semua
kegiatan yang telah dirancangnya. Berapa lama tugas itu harus diselesaikan tahap
demi tahap.
4. Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru
Langkah ini merupakan langkah pengimplementasian rancangan proyek
yang telah dibuat. Aktifitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini antaranya
adalah dengan a) membaca, b) meneliti, c) observasi, d) interview, e) merekam, f)
mengunjungi objek proyek, atau g) akses internet. Guru bertanggung jawab
memonitor aktifitas siswa dalam melaksanakan tugas mulai proses hingga
penyelesaian tugas pembuatan video antikorupsi tersebut. Pada kegiatan
monitoring, guru membuat pedoman observasi yang akan dapat merekam aktifitas
5. Penyusunan laporan dan presentasi video
Hasil pembuatan tugas dalam bentuk video antikorupsi dipresentasikan di
depan kelas untuk ditanggapi oleh kelompok lainnya dan didiskusikan.
6. Evaluasi proses dan hasil proyek video antikorupsi
Guru dan siswa pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil tugas pembuatan video antikorupsi tersebut.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
ini dilakukan untuk memperoleh pengaruh serta uji beda antar variabel, dengan
cara menyebarkan angket tentang variabel yang diperlukan. Pendekatan kuantitatif
ini dilakukan melalui metode kuasi eksperimen yang menggunakan treatment
seperti yang dikemukakan oleh Creswell (2010:19) bahwa “penelitian eksperimen
berusaha menentukan apakah suatu treatment memengaruhi hasil sebuah
penelitian”. Sementara itu menurut Sugiyono (2012:114) bahwa “desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen”.
Selain itu, penggunaan pendekatan kuantitif ini karena data yang akan
diperoleh berupa angka yang diproses dengan mengunakan perhitungan statistika.
Metode kuasi eksperimen ini menurut Arikunto (2010: 77-78) “dengan sengaja
mengusahakan timbulnya variabel-variabel yang selanjutnya dikontrol untuk
dilihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar”.
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian kuantitatif penting keberadaanya sebagaimana
pendapat Sugiyono (2012:59) bahwa variabel penelitian adalah “suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang objek atau kegiatan yang mempunyai variasi yang
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Dalam penelitian yang dilakukan penulis terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Adapun penjelasan
1) Variebel Independen atau Variabel Bebas
Menurut Sugiyono (2012:59) adalah “Variabel independen adalah variabel
yang mempengaruhi suatu yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat)”. Penelitian ini memiliki variabel bebas (x) adalah media video dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran PKn.
2) Variabel Independen atau Variabel Terikat
Variabel depeden menurut Sugiyono (2012:59) “Variabel dependen
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel independen (bebas).” Variabel terikat (y) dalam penelitian ini adalah adalah sikap anti korupsi siswa.
Setiap variabel tersebut dioperasionalkan dan diukur dengan statistik.
Opersionalisasi variabel penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 3.4
Operasionalisai Variabel Penelitian
NO VARIABEL SUB
VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR
1 Variabel
NO VARIABEL SUB
VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR
NO VARIABEL SUB
VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR
NO VARIABEL SUB
VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR
NO VARIABEL SUB
VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR
- berani - Menunjukan sikap - Sederhana - Menunjukan sikap
NO VARIABEL SUB
VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR
- Mandiri - Menyelesaikan masalah sendiri
Selanjutnya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.2
Hubungan Antar Variabel Penelitian
Sumber: Data Diolan Peneliti Tahun 2014
E. Definisi Operasional
1. Pembelajaran PKn merupakan proses kegiatan belajar siswa yang direkayasa
oleh seluruh komponen belajar yang meliputi guru, materi, metode, media,
sumber dan evaluasi pembelajaran PKn. Pembelajaran PKn merupakan
program pendidikan/pembelajaran yang yang secara pragmatic-prosedural
berupaya memanusiakan (humanizing) dan membudayakan (civilizing)serta
memberdayakan peserta didik (diri dan kehidupannya) suapaya menjadi warga
negara yang baik sebagaimana tuntutan keharusan/yuridis konstitusional
bangsa/negara yang bersangkutan (Djahiri (2006:9).
2. Media Pembelajaran dalam PKn sebagai medium yang efektif untuk
membantu proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran massal, individual
maupun kelompok karena materi PKn sangat berkaitan dengan peristiwa
aktual dinamika politik dan ketatanegaraan yang selalu berubah dan persitiwa
tersebut dikaitkan dengan proses pembelajaran sesuai dengan materi pokok
yang sedang dibahas.
3. Nilai-nilai anti korupsi berupa sikap moral fundamental yang akan membuat
orang menjadi kebal terhadap godaan anti korupsi: kejujuran, rasa keadilan
dan rasa tanggung jawab. Nilai-nilai diajarkan melalui pendidikan anti korupsi
sejak dini kepada siswa sehingga memiliki pemahaman yang benar mengenai
Penggunaan media video dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan membantu di dalam proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dalam membentuk karakter dan sikap warga negara terutama
sikap anti korupsi siswa untuk membentengi dirinya dari korupsi.
F. Instrumen Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, dilaksanakan terlebih dahulu observasi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang muncul di lapangan.
Kemudian dilakukan studi dokumentasi untuk menemukan kajian teoritis yang
sesuai untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan. Selanjutnya menyusun
instrumen penelitian dan melakukan uji coba instrumen penelitian ke lapangan.
Arikunto (2010: 134) mengemukakan bahwa “instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan
data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah”. Selanjutnya
instrumen penelitian menurut Suryabrata (2008:52) adalah:
alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Instrumen penelitian dikembangkan berdasarkan teori yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya. Alat ukur yang digunakan untuk variabel media video
dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (X) yakni dengan menggunakan SSHA (survey of study habits
and attitudes) dengan skala 1 sampai dengan 4. Skala 4 = selalu, skala 3 = sering, skala 2 = kadang-kadang, skala 1= tidak pernah. Sedangkan untuk mengukur
variabel sikap antikorupsi digunakan skala yang sama dengan variabel x yakni
dengan menggunakan SSHA (survey of study habits and attitudes) dengan skala 1
sampai dengan 4. Skala 4 = selalu, skala 3 = sering, skala 2 = kadang-kadang,
skala 1= tidak pernah.