• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP SIKAP ANTIKORUPSI SISWA : Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 8 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP SIKAP ANTIKORUPSI SISWA : Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 8 Bandung."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan

OLEH:

IQBAL ARPANNUDIN NIM. 1202183

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

TERHADAP SIKAP ANTIKORUPSI SISWA

(Penelitian Kuasi Eksperimen Di Kelas X SMA Negeri 8 Bandung)

Oleh

Iqbal Arpannudin

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah

Pascasarjana

© Iqbal Arpannudin 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN TERHADAP SIKAP ANTIKORUPSI SISWA (Penelitian Kuasi Eksperimen Di Kelas X SMA Negeri 8 Bandung)

Oleh: Iqbal Arpannudin

NIM. 1202183

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing 1

Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M.Pd NIP. 19590714 198601 1 001

Pembimbing II

Dr. Prayoga Bestari, S.Pd., M.Si NIP. 19750414 200501 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Telah Dilaksanakan Ujian Sidang Tahap I dan Tahap II Pada Tanggal : 13 Juni 2014 dan 7 Juli 2014

Tempat : Gedung SPS UPI

Pembimbing I :

Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M.Pd NIP. 19590714 198601 1 001

Pembimbing II :

Dr. Prayoga Bestari, S.Pd., M.Si NIP. 19750414 200501 1 001

Penguji :

Prof. Dr. H. Endang Danial AR, M.Pd NIP. 19500502 197603 1 002 :

(5)

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP SIKAP ANTIKORUPSI SISWA (Penelitian Kuasi Eksperimen Di Kelas X SMA Negeri 8 Bandung)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan

dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuwan yang berlaku dalam

masyarakat keilmuwan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau

sanksi dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran

terhadap etika keilmuwan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain

terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2014 Yang membuat pernyataan,

(6)

ABSTRAK

Iqbal Arpannudin (1202183) Pengaruh Penggunaan Media Video Dengan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Sikap Antikorupsi Siswa (Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 8 Bandung)

Pemberantasan korupsi melalui pendekatan edukatif adalah dengan Pendidikan Antikorupsi (PAk). SMA Negeri 8 Bandung merupakan pilot project Pendidikan Antikorupsi yang senantiasa melaksanakan program ini secara berkesinambungan. Selanjutnya pendekatan edukatif di atas dilakukan dengan alasan bahwa gerakan antikorupsi di Indonesia belum maksimal. Nilai-nilai anti korupsi sejatinya menjadi acuan dalam rangka mendidik agar memiliki karakter yang kuat dalam menghadapi kehidupannya di masa depan yang jauh dari korupsi. Sikap-sikap antikorupsi seharusnya dapat diterapkan di sekolah secara konsisten dan berkesinambungan. Namun pada kenyataannya sikap-sikap tersebut seringkali diabaikan. Nilai-nilai antikorupsi perlu ditanamkan sejak dini dari mulai lingkungan sekolah. Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya menjadi garda terdepan dalam pengembangan pembelajaran nilai-nilai anti korupsi. Good and smart citizen yang melekat pada Pendidikan Kewarganegaraan menjadi modal sekalligus tantangan untuk mewujudkan hal tersebut untuk menciptakan generasi baru yang terdidik dan anti korupsi. Pembelajaran nilai-nilai anti korupsi di sekolah dengan menggunakan media pembelajaran video dengan pendekatan saintifik diharapkan akan tumbuh gairah belajar dan menimbulkan persepsi yang sama mengenai bahaya korupsi, nilai-nilai antikorupsi yang ditanamkan dan perubahan sikap anti korupsi siswa. Penelitian ini menggunakan motode kuasi eksperimen untuk melihat sejauh mana pengaruh penggunaan media video dengan pendekatan saintifik terhadap sikap antikorupsi siswa. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan sikap anti korupsi antara siswa pada kelas

eksperimen yang menggunakan media video dengan kelas ko ntrol dengan pembelajaran konvensional pada pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan. Hal ini membuktikan bahwa dengan penggunaan media video dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran Pedidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berpengaruh signifikan terhadap sikap antikorupsi siswa daripada dengan pendekatan konvensional. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan media video dengan pendekatan saintifik dapat menjadi penguat proses pendidikan terutama dalam kurikulum 2013 untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap antikorupsi siswa. Kompetensi sikap antikorupsi yang dibentuk melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan media video ini berkaitan dengan upaya dalam menghadapi kehidupan siswa di masa mendatang yang penuh tantangan dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan yang berorientasi pada proses berpikir dan memilih nilai-nilai kehidupan yang baik dengan kritis, analitis dan kreatif untuk menghadapi kehidupan di masyarakat di masa mendatang.

(7)

ABSTRACT

Iqbal Arpannudin (1202183) The influence of Civic Education Media Videos with Scientific Approach Againts Anti-Corrruption Students Attitudes (Quasi Experimental Research on X Class a State Senior High School 8 Bandung)

Combating corruption through educational approach is the Anti Corruption Education (PAK). State Senior High School 8 Bandung is a pilot project Anti Corruption Education that always execute the program on an ongoing basis. Furthermore educative approach is conducted on the grounds that the anti-corruption movement in Indonesia is not maximized. Anti-anti-corruption values actually become a reference in order to educate in order to have a strong character in the face of life in the distant future of corruption. Anti-corruption attitudes should be applied in a consistent and continuous school. But in fact these attitudes are often ignored. Anti-corruption values need to be inculcated early on the start of the school environment. Citizenship education should be on the forefront in the development of learning anti-corruption values. Good and smart citizen inherent in Citizenship Education into capital also challenge to achieve this is to create a new generation of educated and anti-corruption. Learning the values of anti-corruption in schools using instructional media video with the scientific approach is expected to grow passion to learn and give rise to the same perception of the dangers of corruption, anti-corruption values are instilled and changes in students' anti-corruption attitudes. This research used a quasi-experimental method is possible to see the extent of the effect of the use of video media with a scientific approach to anti-corruption Students Attitudes. This research shows there are differences in the anti-corruption attitudes among students in the experimental class that uses the medium of video with grade control with conventional learning on learning Citizenship Education. It is proved that with the use of video media with a scientific approach to the study of Education Pancasila and Citizenship significant effect on students' attitudes corruption than with conventional approaches. Citizenship Education Learning using the medium of video with a scientific approach can be reinforcing the educational process, especially in the curriculum in 2013 to foster and develop students' anti-corruption stance. Competencies established anti-corruption stance through Citizenship Education learning using video media is related to the effort in the face of the student in the future life challenging Pancasila Citizenship Education in the learning process-oriented thinking and choose the values of the good life with a critical, analytical and creatif to life in the community in the future.

(8)

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH ...vii

ABSTRAK ...xi

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ...11

C. Tujuan Penelitian ...12

D. Manfaat Penelitian ...13

E. Struktur Organisasi Tesis ...14

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PENELITIAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...15

A. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...15

1. Hakekat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...15

2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...17

3. Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...18

4. Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik...25

5. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Atas (SMA) ...28

B. Video Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...34

1. Media Pembelajaran Audio Visual ...34

2. Peranan Media Pembelajaran Dalam Pendidikan Kewarganegaraan ...41

C. Korupsi dan Antikorupsi ...43

1. Definisi Korupsi ...43

2. Penyebab Korupsi ...47

3. Sikap Antikorupsi ...50

D. Keterkaitan Antara Penggunaan Media Video dalam Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Tehadap Sikap Antikorupsi Siswa...60

E. Hasil Penelitian Terdahulu ...62

F. Kerangka Berfikir ...63

G. Hipotesis ...64

BAB III METODE PENELITIAN ...65

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian...65

B. Lokasi Penelitian ...65

(9)

D. Sampel Penelitian ...66

E. Desain Penelitian ...67

F. Metode Penelitian ...72

G. Operasionalisasi Variabel Penelitian ...72

H. Definisi Operasional...79

I. Instrumen Penelitian ...80

J. Proses Pengembangan Instrumen ...81

1. Uji Validitas ...81

2. Uji Reliabilitas ...89

K. Teknik Pengumpulan Data ...91

L. Teknik Analisis Data ...92

M. Tahapan dan Alur Penelitian ...95

N. Agenda Kegiatan Penelitian ...97

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...98

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...98

1. Profil Sekolah ...98

2. Visi, Misi dan Program Umum Sekolah ...98

3. Keadaan Guru dan Siswa ...103

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...105

1. Hasil Penelitian ...105

a. Kondisi Awal Sikap Antikorupsi Siswa (Pretest) ...105

1) Uji Normalitas...105

2) Uji Homogenitas ...117

3) Uji Kesamaan Rataan Pretest ...118

b. Proses Pembelajaran ...110

c. Kondisi Setelah Proses Pembelajaran (posttest) ...113

1) Deskriptif Variabel Kelas Eksperimen ...113

a) Penggunaan Media Video Dengan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ...114

(1) Penggunaan Media Pembelajaran Video...114

(2) Pendekatan saintifik ...115

(3) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...117

b) Sikap Antikorupsi Siswa ...119

2) Deskriptif sikap Antikorupsi Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...135

3) Uji Korelasi Penggunaan Media Video Dengan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Terhadap Sikap Antikorupsi Siswa ...135

4) Uji Normalitas Terhadap Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...137

5) Uji Homogenitas ...139

6) Uji Kesamaan Rataan Postest ...140

7) Uji Linieritas Posttestt variable X dan Y pada Kelas Eksperimen ...142

8) Uji Perbedaan Dua Rerata Kelas Eksperimen antara Pretest dan Posttestt .144 9) Pengujian Hipotesis ...146

(10)

a) Perbedaan Antara Hasil Pretest Dan Posttestt Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Menggunakan Media Video Dengan Pendekatan Saintifik Pada Kelas Eksperimen Terhadap Sikap

Antikorupsi Siswa ...150

b) Perbedaan Antara Hasil Pretest Dan Posttest Dengan Pembelajaran Konvensional Dalam Pembelajaran Pendidikan Kearaganegaraan Pada Kelas Kontrol Terhadap Sikap Anti Korupsi Siswa ...161

c) Perbedaan Sikap Anti Korupsi Antara Siswa Pada Kelas Eksperimen Yang Menggunakan Media Video Dengan Kelas Kontrol Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. ...164

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...178

A. Kesimpulan ...178

1. Kesimpulan Umum ...178

2. Kesimpulan Khusus...179

B. Saran ...180

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Populasi Kelas X SMA Negeri 8 Bandung ...65

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian ...66

Tabel 3.3 Desain Penelitian ...69

Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Penelitian ...73

Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ...83

Tabel 3.6 Hasil Pengolahan Data Uji Coba Instrumen Untuk Validitas Item Soal Variabel X ...83

Tabel 3.7 Hasil Pengolahan Data Uji Coba Instrumen Untuk Validitas Item Soal Variabel Y ...85

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X ...90

Table 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y ...91

Tabel 3.10 Kriteria Nilai Gain ...94

Tabel 3.11 Jadwal Kegiatan Penelitian Tesis ...97

Tabel 4.1 Jumlah Rombongan Belajar SMA Negeri 8 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ...101

Tabel 4.2 Rekapitulasi Jumlah Siswa Di SMA Negeri 8 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ...101

Tabel 4.3 Data Pendidik SMA Negeri 8 Bandung ...102

Tabel 4.4 Data Pendidik SMA Negeri 8 Bandung Berdasarkan Tingkat Pendidikan...103

Tabel 4.5 Data Tenaga Kependidikan SMA 8 Bandung ...103

Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Pretest Sikap Antikorupsi Siswa...105

Tabel 4.7 Uji Homogenitas Data Pretes Sikap Antikorupsi...107

Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Pretes Sikap Antikorupsi Siswa ...107

Tabel 4.9 Uji Kesamaan Rerata Pretest Sikap Antikorupsi Siswa ...108

Tabel 4.10 Respon Penggunaan Media Video di Kelas Eksperimen ...114

Tabel 4.11 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganeranaan...116

Tabel 4.12 Proses Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewaganegaraan ...118

Tabel 4.13 Perolehan Skor Rata-Rata Prestest dan Posttest...135

Tabel 4.14 Korelasi Antara Variabel X dan Variabel Y Kelas Eksperimen ...136

Tabel 4.15 Uji Normalitas Posttestt Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...137

Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Variabel Y ...139

Tabel 4.17 Tabel Statistik Deskriptif Post Test Variabel ...140

Tabel 4.18 Uji Kesamaan Rerata Postest Sikap Antikorupsi Siswa...141

Tabel 4.19Ukuran Derajat Keeratan Pengaruh Variabel X terhadap Y1 (Berdasarkan Koefisien Determinasi) ...142

Tabel 4.20 Uji ANOVA Untuk Pengaruh Variabel X Terhadap Y...143

Tabel 4.21 Koefisien Regresi dan Hasil Uji t Pengaruh Variabel X terhadap Y ...144

Tabel 4.22 Uji Beda Dua Rerata Variabel Y Pretest Dan Postest Pada Kelas Eksperimen...145

Tabel 4.23 Uji Beda Variabel Y hasil Pretest dan Posttestt pada Kelas Eksperimen .147 Tabel 4.24 Uji Mann Whitney Variabel Y Kelas Eksperimen ...147

(12)
(13)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen...105

Grafik 4.2 Uji Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol ...106

Grafik 4.3 Sikap Spiritual Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ...120

Grafik 4.4 Sikap Jujur Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ...122

Grafik 4.5 Sikap Disiplin Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ...123

Grafik 4.6 Sikap Tanggung Jawab Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol .125 Grafik 4.7 Sikap Sedehana Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol...126

Grafik 4.8 Sikap Kerja Keras Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol`...128

Grafik 4.9 Sikap Mandiri Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ...129

Grafik 4.10 Sikap Adil Siswa Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ...131

Grafik 4.11 Sikap Berani Siswa di Kelas eksperimen dan Kelas Kontrol ...132

Grafik 4.12 Sikap Pedulil Siswa di Kelas eksperimen dan Kelas Kontrol ...134

Grafik 4.13Uji normalitas Posttestt Kelas Eksperimen ...138

Grafik 4.14 Uji Normalitas Postest Kelas Kontrol ...138

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Identifikasi Masalah ...11

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Dale ...37

Gambar 2.2 Piramida Pengalaman Shea ...38

Gambar 2.3 Rumus Korupsi ...45

Gambar 2.4 Skala Sikap Thrustone ...53

Gambar 3.1 Desain Awal penggunaan Media Video Dengan Pendekatan Saintifik ..70

Gambar 3.2 Rumus Korelasi PPM ...82

Gambar 3.3 Rumus Reliabilitas...90

Gambar 3.4 Tahapan Penelitian ...95

Gambar 3.4 Alur Penelitian ...96

Gambar 4.1 Suasana Presentasi Video Antikorupsi ...112

Gambar 4.2 Video yang Ditayangkan Siswa ...113

Gambar 4.3 Suasana Pretest dan Postest ...114

Gambar 4.4 Penggunaan Media Video dengan Pendekatan Saintifk dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaarn Terhadap Sikap Antikorupsi Siswa ...172

Gambar 4.4 Alur Identifikasi Masalah...174

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Reformasi telah bergulir lebih dari satu dekade semenjak lengsernya

Soeharto pada tahun 1998. Salah satu agenda penting reformasi adalah

pemberantasan tindak pidana korupsi yang terjadi selama rezim orde baru sampai

saat ini. Semua kalangan masyarakat menginginkan agenda mendesak tersebut

segera terlaksana dan dituntaskan. Kekuasaan rezim orde baru yang terlalu lama

dan absolut telah menumbuhkan prilaku korupsi yang mengakar dan sulit sekali

untuk diberantas. Korupsi dan kekuasaan tersebut di atas sesuai dengan ungkapan

Acton dalam Djaja (2010: 19) bahwa “power tends to corrupt, but absolute power currupt absolutelly”.

Korupsi merupakan salah satu bentuk penyalahgunaan kekuasaan untuk

kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan orang lain. Korupsi tidak hanya

merugikan keuagan negara, namun lebih luas dari itu adalah memberikan dampak

yang negatif kepada masyarakat dan memberikan contoh yang buruk bagi

generasi muda. Sektor-sektor yang terindikasi korupsi akan kehilangan

kepercayaan dari masyarakat apalagi apabila terjadi pada lembaga penegak hukum

yang seharusnya mencegah dan memberantas korupsi. Korupsi di Indonesia sudah

bertransformasi dari tindak pidana biasa menjadi patologi sosial yang sangat

berbahaya dan mengancam semua lini kehidupan masyarakat Indonesia. Korupsi

yang semakin menggerogoti bangsa ini mencerminkan degradasi moral dan

kegagalan proses pendidikan Indonesia saat ini. Korupsi tidak hanya terjadi di

Indonesia saja, tetapi juga di seluruh negara di belahan dunia. Korupsi menjadi

permasalahan penting di mana pun.

Terdapat beberapa aspek dalam mencegah dan meghilangkan korupsi,

(16)

di Indonesia harus menggunakan empat pendekatan yaitu, pendekatan hukum,

pendekatan moralistik dan keimanan, pendekatan edukatif dan pendekatan sosio-kultural.”

Pemberantasan korupsi melalui pendekatan edukatif adalah dengan

Pendidikan Antikorupsi (PAk). Pendekatan edukatif dilakukan dengan alasan

bahwa gerakan antikorupsi di Indonesia belum maksimal seperti yang

diungkapkan oleh Kesuma (2009: 56) bahwa “gerakan antikorupsi Indonesia belum bersifat cukup”. Selanjutnya dikatakan bahwa strategi anti korupsi hendaknya mencakup pendekatan jangka panjang dan jangka pendek, prevetif

dan ponitif, serta symptom dan disease. Untuk memberantas korupsi diperlukan

usaha keras dari semua lapisan masyarakat dan pemangku kebijakan. Secara

normatif pemberantasan korupsi di Indonesia dilaksanakan dengan adanya

Instruksi Presiden (Inpres) No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan

Korupsi. Intruksi khusus Presiden kesebelas memberikan instruksi kepada

mendiknas (sekarang mendikbud) untuk menyelenggarakan pendidikan yang

berisikan substansi penanaman semangat dan perilaku anti korupsi pada setiap

jenjang pendidikan baik formal dan non-formal Hal ini merupakan suatu bentuk

dari upaya pemerintahan dalam pemberantasan korupsi yang salah satunya

melalui bidang pendidikan

Dalam dunia pendidikan diperlukan pengembangan pembelajaran nilai-nilai

anti korupsi yang dimasukan pada seluruh jenjang pendidikan formal, informal

maupun nonformal. Nilai-nilai anti korupsi sejatinya menjadi acuan dalam rangka

mendidik agar memiliki karakter yang kuat dalam menghadapi kehidupannya di

masa depan yang jauh dari korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (2008: 2-42)

merancang nilai-nilai anti korupsi yang ditanamkan pada siswa, yaitu: (1)

tanggung jawab; (2) disiplin; (3) jujur; (4) sederhana; (5) kerja keras; (6) mandiri;

(7) adil; (8) berani; (9) peduli.

Sikap-sikap antikorupsi di atas seharusnya dapat diterapkan di sekolah

secara konsisten dan berkesinambungan. Namun pada kenyataannya sikap-sikap

tersebut seringkali diabaikan. Contohnya adalah siswa dituntut untuk meraih nilai

(17)

belajar, banyak yang melakukan jalan pintas dengan mencontek pada saat ujian.

Ketidakjujuran inilah yang menjadi pangkal adanya korupsi. Sikap tidak jujur dan

prilaku mencontek ini pun berkaitan dengan sikap siswa yang tidak mau untuk

bekerja keras dan mandiri serta berani untuk mengungkapkan ide pikirannya

dalam ujian. Sikap tidak disiplin, tidak jujur, malas ini yang dapat menyebabkan

sikap dan prilaku koruptif siswa. Sikap dan prilaku tersebut akan menjadi tindak

pidana korupsi di kemudian hari.

Nilai-nilai antikorupsi tersebut perlu ditanamkan sejak dini dari mulai

lingkungan keluarga. Selanjutnya sekolah juga seyogyanya menjadi tempat yang

ideal dalam rangka menanamkan nilai-nilai anti korupsi. Fokus awal pananaman

nilai-nilai antikorupsi adalah siswa menghayati, memahami nilai moral,

membentuk prilaku sampai kemudian nilai tersebut terbentuk secara internal.

Tujuan akhirnya adalah prilaku yang berdasarkan nilai-nilai positif tersebut

diterapkan di lingkungan sosial masyarakat. Melihat pada nilai-nilai antikorupsi

yang dikemukakan di atas, Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya menjadi

garda terdepan dalam pengembangan pembelajaran nilai-nilai anti korupsi. Good

and smart citizen yang melekat pada Pendidikan Kewarganegaraan menjadi modal sekalligus tantangan untuk mewujudkan hal tersebut untuk menciptakan generasi

baru yang terdidik dan anti korupsi.

Hasil penelitian Harmanto (2012: 440) mengenai pandangan siswa terhadap

korupsi dan nilai-nilai anti korupsi dipengaruhi oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan, media massa dan internet menunjukan bahwa “guru mempunyai peran sebagai agen untuk mempengaruhi pandangan siswa tentang

korupsi dan antikorupsi”. Selanjutnya tujuan pendidikan antikorupsi di sekolah

tidak ditujukan untuk melakukan gerakan praktis dalam pemberantasan korupsi

sebagaimana dilakukan oleh penegak hukum, tetapi untuk memberikan

pengetahuan dasar tentang korupsi, penyadaran pentingya sikap antikorupsi

sehingga memiliki kepekaan yang kuat terhadap prilaku korupsi serta memiliki

sikap antikorupsi melalui pemahaman, keteladanan, dan pembiasaan dalam

kegiatan kulikuler dan ekstrakulikuler. Hasil penelitian lain dari Supriatna (2011:

(18)

sempurna internalisasi nilai-nilai antikorupsi maka semakin tercipta warga negara

muda yang jauh dari perbuatan-perbuatan yang mengandung nilai-nilai korupsi

yang akan membawa negara Indonesia kepada suatu keadaan yang lebih baik”.

Dari kedua penelitian terdahulu dapat ditarik benang merah bahwa

nilai-nilai antikorupsi perlu terus menerus ditanamkan dalam diri siswa melalui

internalisasi, strategi, metode, dan media pembelajaran yang baik sehingga

menarik minat siswa dan menciptakan warga negara muda yang antikorupsi.

Penanaman nilai dan sikap antikorupsi ini berkaitan dengan sikap dan prilaku

manusia.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran di

persekolahan yang mempunyai kontribusi penting dalam membentuk dan

mewujudkan karakter bangsa yang dicita-citakan yaitu smart and good citizenship

seperti ditegaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa aspek

kepribadian warganegara yang perlu dikembangkan adalah menjadi manusia yang

berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman.

Pendidikan Kewarganegaraan menjadi sangat strategis di tengah upaya

pemerintah dalam membangun karakter bangsa mulai jenjang Sekolah Dasar

sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan menjadi salah satu

instrument yang fundamental dalam bingkai pendidikan nasional sebagai media

pembentukan karakter bangsa (Zuriah, 2007:1). Berarti dalam hal ini Pendidikan

Kewarganegaraan menanamkan nilai nilai dan kompetensi yang dimiliki oleh

Pendidikan Kewarganegaraan untuk membentuk warga negara ideal, yaitu civic

knowledge, civic skill, dan civic disposition. Pendapat di atas sejalan dengan misi Pendidikan Kewarganegaraan yaitu untuk mengembangkan warganegara yang

demokratis, baik pengetahuan kewarganegaraan, watak atau karakter

kewarganegaraan, dan keterampilan kewarganegaraan siswa yang nantinya

bermuara pada terbentuknya good and smart citizenship. Ketiga kompetensi itu

melahirkan good and smart citizen. Kestrategisan Pendidikan Kewarganegaraan

untuk menanamkan nilai-nilai dapat dimaksimalkan sebagai transmisi nilai-nilai

(19)

Melihat dari tujuan pendidikan antikorupsi dengan tujuan Pendidikan

Kewarganegaraan, mempunyai konsentrasi yang sama yakni pada perubahan

perilaku utamanya adalah siswa untuk menjunjung tinggi sikap dan prilaku anti

korupsi. Pendidikan Antikorupsi merupakan suatu upaya pemerintah dalam

menciptakan generasi muda yang bersih dari tindakan tercela atau merusak moral

bangsa khususnya Indonesia.

Mengenai kondisi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia

saat ini, Winataputra dan Budimansyah (2012) menyatakan bahwa:

PKn di Indonesia pada saat ini belum pada kategori masksimal. namun hanya pada kategori minimal yang hanya mewadahi aspirasi tertentu, berbentuk pengajaran kewarganegaraan, bersifat formal, terikat oleh isi, berorientasi pada pengetahuan, menitikberatkan pada proses pengajaran dan hasilnya mudah diukur.

Selanjutnya Winataputra dan Budimansyah (2007:121), mengemukakan

permasalahan mendasar dan menjadi penghambat dalam peningkatan kualitas

Pendidikan Kewarganegarraan yaitu:

pertama, penggunaan alokasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum pendidikan dijabarkan secara kaku dan konvensional sebagai jam pelajaran tatap muka di kelas yang sangat dominan, sehingga guru tidak dapat berimprovisasi secara kreatif untuk melakukan aktivitas lainnya selain pembelajaran rutin tatap muka yang terjadwal dengan ketat; kedua, pelaksanaan pembelajaran PKn yang lebih didominasi oleh kegiatan peningkatan dimensi kognitif mengakibatkan porsi peningkatan dimensi lainnya menjadi terbengkalai, disamping keterbatasan media pembelajaran; dan ketiga, pembelajaran yang terlalu menekankan pada dimensi kognitif berimplikasi pada penilaian yang juga menekankan pada penguasaan kemampuan kognitif saja, sehingga mengakibatkan guru harus selalu mengejar target pencapaian materi.

Berdasarkan pernyataan di atas, setidaknya ada beberapa alasan yang

menjadi penghambat kualitas Pendidikan Kewarganegaraan yaitu alokasi waktu,

lebih didominasi kognitif dan keterbatasan media pembelajaran. Oleh karena itu

untuk sampai pada warga negara ideal dan sebagai pengembangan nilai-nilai anti

korupsi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di persekolahan harus

didesain sedemikian rupa sehingga konteksnya dapat tercapai. Dengan demikian

(20)

memilih metode yang tepat, mengefektifkan alokasi waktu yang tersedia dan

pemanfaatan media pembelajaran yang efektif dan bervariasi yang digunakan

dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk mengembangkan

nilai-nilai antikorupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (2008: 4) mengatakan bahwa:

Pembelajaran afektif masih belum optimal, umumnya masih sebatas pengetahuan kognitif saja belum diaplikasikan, sehingga siswa tidak membiasakan diri berprilaku baik dan benar. Penilaian terhadap siswa secara keseluruhan hendaknya sudah diterapkan dengan berbagai metode atau pendekatan untuk menginformasikan tingkah laku siswa”.

Pernyataan KPK tersebut diatas merupakan sindiran sekaligus sebagai

tantangan bagi guru terutama guru Pendidikan Kewarganegaraan untuk

menghasilkan sebuah pendekatan pembelajaran dan media yang tepat untuk

mengembangkan nila-nilai anti korupsi dan menjadikan prilaku baik siswa.

Disadari atau tidak pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan saat ini hanya

berorientasi konsep kognitif semata dan mengabaikan penanaman nilai.

Guru sebagai fasilitator berperan dalam mengatur proses pembelajaran agar

lebih bermakna dan menyenangkan. Peran ini diatur dalam PP No. 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa:

proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara inteaktif, inspirati, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Guru adalah garda depan dari proses pendidikan, maka selayaknya guru

menjadi teladan Selain sebagai teladan, guru juga mempunyai tugas penting

sebagai motivator. Dalam Pendidikan Antikorupsi guru berperan dalam:

1) Mengenalkan fenomena korupsi, esensi, alasan, dan konsekuensinya

2) Mempromosikan sikan intoleransi terhadap korupsi

3) Mendemontrasikan cara memerangi korupsi (sesuai koridor anak)

(21)

a. Penanaman nilai- nilai

b. Penguatan kapasitas siswa (seperti: berpikir kritis, tanggungjawab,

penyelesaian konflik, memanage dirinya sendiri, dalam berkehidupan

sosial disekolah- masyarakat- lingkungan, dll) (Yulita, 2010).

Prakteknya di persekolahan tidak semuanya sesuai dengan harapan di atas.

Guru masih terjebak pada pembelajaran berorientasi kognitif semata yang

didominasi oleh metode ceramah di kelas dan tanya jawab semata dengan hanya

menggunakan buku bahkan hanya menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS).

Oleh sebab itu Pendidikan Kewarganegaraan di persekolahan hanya dianggap

mata pelajaran hapalan semata yang membosankan dan kurang bermakna bagi

kehidupan siswa.

Kurikulum pendidikan Indonesia pada tahun 2013 mengalami revisi dari

kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Saruan Pendidikan (KTSP)

berubah menjadi Kurikulum 2013. Perubahan ini membawa angin segar bagi

pendidikan pada ummnya dan Pendidikan Kewarganegaraan. Kurikulum 2013

terdapat Kompetensi Inti (KD) dan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti

akan menagih kepada tiap mata pelajaran apa yang dapat dikontribusikannya

dalam membentuk kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik.

Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element)

kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi. Rumusan Kompetensi Inti dalam

kurikulum 2013 ini adalah (1) 1 untuk Kompetensi Inti sikap spiritual, (2)

KI-2 untuk Kompetensi Inti sikap sosial, (3) KI-3 untuk Kompetensi Inti pengetahuan

dan KI-4 untuk Kompetensi Inti keterampilan. Urutan tersebut mengacu pada

urutan yang disebutkan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.

20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa kompetensi terdiri dari kompetensi sikap,

pengetahuan dan keterampilan. Dalam mendukung Kompetensi Inti, capaian

pembelajaran mata pelajaran diuraikan menjadi kompetensi-kompetensi dasar.

Pencapaian Kompetensi Inti adalah melalui pembelajaran kompetensi dasar yang

disampaikan melalui mata pelajaran. Rumusan Kompetensi Dasar dikembangkan

dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri

(22)

Pembelajaran bahaya korupsi dan Pendidikan Antikorupsi (PAk) dimuat di dalam KD 3.5 “Menganalisis sistem hukum dan peradilan nasional dalam lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Di dalam Kompetensi Dasar inilah pendidikan anti korupsi dimasukan di dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dengan menggunakan media video dalam pembelajarannya.

Efektifitas suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah guru, siswa, materi, metode atau pendekatan dan media

pembelajaran serta evaluasi. Dalam hal ini guru dan siswa merupakan dua faktor

yang penting atau paling utama dalam pendidikan. Selanjutnya Supriatna (2011:

144) dalam kesimpulan penelitiannya mengatakan bahwa:

tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran PKn yang didorong dengan kesenangan terhadap pembelajaran dengan metode yang memberi peluang lebih kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, memberi peluang terhadap pengembangan nilai-nilai anti korupsi agar ditanamkan dalam kehidupan keseharian siswa.

Selain itu tugas guru sebagai salah satu komponen penting dalam proses

pembelajaran harus mempunyai kreativitas untuk meramu suatu pembelajaran

yang disenangi siswa. Faktor penting lainnya yaitu media, media menjadi sarana

interaksi antara guru dan siswa dalam memberikan kemudahan untuk

menyampaikan materi. Media pembelajaran berperan penting karena dalam

pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru sebagai fasilitator dengan

siswa sebagai pembelajar. Rahmat (2009:85) mengatakan bahwa “dalam

penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan diperlukan saluran

(media) agar message tersebut tersalurkan secara efektif dan efisien”.

Selanjutnya tugas guru yang tidak kalah pentingnya adalah mencari dan

menentukan media pembelajaran dan pendekatan pembelajaran atau metode

pembelajaran. di dalam kurikulum 2013 populer penggunaan pendekatan saintifik

(scientific approach) dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah ini lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran

tradidional. Hasil penelitian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 28)

(23)

pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70.

Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah.

Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan,

pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses

pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau

kriteria ilmiah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 12)

mengemukakan bahwa proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria

seperti berikut ini.

1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,

analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran. 4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik

dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya

Selanjutnya dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mencari dan

menentukan media dan sumber belajar sangat penting sebab bahan ajarnya sangat

dinamis. Dharma (2012:5) mengatakan fungsi media bahwa “ ...media dalam

kegiatan pembelajaran dianggap tidak hanya sekedar alat bantu, melainkan

(24)

menimbulkan gairah belajar, proses pengalaman dan menimbulkan persepsi yang

sama. Namun demikian Warsita (2008:281) mengatakan bahwa” tidak ada satu

media maupun metode manapun yang berperan sebagai obat mujarab untuk

mengatasi seluruh permasalahan pembelajaran”.

Dalam penelitian Dharma (2012: ix) mengenai penggunaan media

pembelajaran interaktif dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran

untuk meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan penelitian di atas menunjukan bahwa

peran media pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan pemahaman materi

dan pembentukan sikan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bagi

siswa.

Pembelajaran nilai-nilai anti korupsi di sekolah dengan menggunakan media

pembelajaran video dengan pendekatan saintifik diharapkan akan tumbuh gairah

belajar dan menimbulkan persepsi yang sama mengenai bahaya korupsi, nilai-nilai

antikorupsi yang ditanamkan dan perubahan sikap anti korupsi siswa. Berkaitan

dengan pendidikan antikorupsi, berdasarkan Inpres No. 5 tahun 2004 tentang

Upaya Percepatan Pemberantasan Korupsi, SMA Negeri 8 Bandung merupakan

salah satu pilot project Pendidikan Antikorupsi di Jawa Barat yang masih

melaksanakan Pendidikan Antikorupsi dalam proses pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan di kelas, maupun pelajaran lain dan kegiatan ekstrakrikuler.

Karena SMA 8 Bandung ini sebagai sekolah percontohan dalam pendidikan

antikorupsi, maka dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas

ingin dilihat penggunaan media belajar terhadap perubahan sikap anti korupsi

siswa. Berdasarkan pada permasalahan di atas, peneliti ingin meneliti lebih lanjut

pengaruh antara media pembelejaran berbasis video dengan pengembangan

nilai-nilai anti korupsi siswa di sekolah dengan judul penelitian Pengaruh Penggunaan

Media Video Pembelajaran Pendidikan Kewargaraan Terhadap Sikap Anti

(25)

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

Gambar 1.1 Identifikasi Masalah

Sumber: Data Diolah oleh Peneliti, 2014

Secara garis besar berdasarkan pada uraian latar belakang dan identifikasi

masalah di atas dapat ditarik rumusan masalah yaitu bagaimanakah pengaruh

penggunaan media belajar berbasis video dengan pendekatan saintifik dalam Pendidikan Antikorupsi

perlu diajarkan sejak dini dan pada setiap jenjang

(26)

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran terhadap sikap antikorupsi siswa?

Agar penelitian lebih terfokus pada masalah, maka masalah di atas dijabarkan ke

dalam beberapa rumusan masalah, yaitu:

1. Apakah terdapat perbedaan signifikan antara hasil pretest dan postest dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan media

video dengan pendekatan saintifik pada kelas eksperimen terhadap sikap

antikorupsi siswa?

2. Apakah terdapat perbedaan signifikan antara hasil pretest dan posttest dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan pembelajaran

konvensional pada kelas kontrol terhadap sikap antikorupsi siswa?

3. Apakah terdapat perbedaan antara kelas eksperimen yang menggunakan media

video dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dengan kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran

konvensional terhadap sikap antikorupsi siswa?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh .

penggunaan media video dalam pembealajaran Pendidikan Kewarganegaraan

terhadap sikap anti korupsi siswa.

Secara lebih rinci tujuan khususnya adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan antara hasil pretest dan postest dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dengan menggunakan media video dengan pendekatan

saintifik pada kelas eksperimen terhadap sikap anti korupsi siswa.

2. Perbedaan antara hasil pretest dan posttest dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan pada kelas kontrol terhadap sikap antikorupsi siswa.

3. Perbedaan sikap antikorupsi antara siswa pada kelas eksperimen yang

mendapatkan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan

media video dengan pendekatan saintifik dengan kelas kontrol dengan

(27)

D. Manfaat Penelitian

Apabila tujuan penelitian ini telah dicapai, diharapkan dapat menghasilkan

manfaat yaitu:

1. Diketahuinya perbedaan antara hasil pretest dan postest dalam pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan media video dengan

pendekatan saintifik pada kelas eksperimen terhadap sikap antikorupsi siswa.

2. Diketahuinya perbedaan antara hasil pretest dan postest dalam pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan pada kelas kontrol terhadap sikap antikorupsi

siswa.

3. Diketahuinya perbedaan sikap antikorupsi antara siswa pada kelas eksperimen

yang mendapatkan pembelajaran Pendidikan Kewarganrgaraan menggunakan

media video dengan pendekatan saintifik dengan kelas kontrol dengan

pembelajaran konvensional.

Kegunaan teoritis hasil penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan

untuk memperkaya pengetahuan khususnya dalam pengembangan media

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan nilai-nilai antikorupsi sebagai

bagian dari Pendidikan Kewarganegaraan dan disiplin ilmu yang ditekuni peneliti

yaitu Pendidikan Kewarganegaraan.

Kegunaan praktis penelitian ini diantaranya adalah:

1. Guru

Memberikan masukan kepada para pendidik dalam merancang suatu

pembelajaran berbasis video terutama dalam hal sikap antikorupsi pada siswa

2. Siswa

Meningkatkan pemahaman, sikap dan prilaku siswa mengenai nilai-nilai

antikorupsi dan cara pencegahan korupsi.

3. Sekolah

Sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA

Negeri 8 Bandung khususnya dalam hal pemanfaatan media pembelajaran

(28)

E. Struktur Organisasi Tesis

Bab I menyajikan latar belakang penelitian yang menjadi konteks munculnya

masalah, identifikasi perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi

penelitian , dan struktur organisasi tesis.

Bab II menyajikan kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis

penelitian. Kajian pustaka berisi deskripsi, analisis konsep, teori-teori, dan

penelitian dahulu yang relevan mengenai penggunaan media pembelajaran video

dengan pendekatan sainntifik dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

terhadap sikap antikorupsi siswa. Kerangka pemikiran merupakan tahapan yang

harus ditempuh untuk merumuskan hipotesis dengan mengkaji antarvariabel

penelitian.

Bab III menyajikan metodologi penelitian menyajikan lokasi, subjek

populasi, sampel penelitian, desain penelitian metode penelitian dan justifikasi

penggunaan metode penelitian tersebut, definisi operasional yang dirumuskan

dalam setiap indikator, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen,

teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya, serta analisis data.

Bab IV menyajikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengolahan

data atau analisa data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah

penelitiian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan

atau analisis temuan.

Bab V menyajikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan menyajikan

penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil temuan penelitian. Saran atau

rekomendasi yang ditujukan kepada pembuat kebijakan, kepada pengguna hasil

penelitian, dan kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian kuasi eksperimen mengenai sikap antikorupsi ini dilaksanakan di

SMA Negeri 8 Bandung Jalan Solontongan No. 3 Bandung. Pemilihan lokasi

penelitian pada sekolah tersebut karena SMA Negeri 8 Bandung merupakan salah

satu pilot project Pendidikan Antikorupsi. Sekolah tersebut di atas telah

melaksanakan kegiatan yang mendukung dalam pendidikan yang berorientasi

antikorupsi, dengan melaksanakannya tidak hanya dalam intrakurikuler atau mata

pelajaran namun juga pada ekstrakurikuler yakni adanya kantin kejujuran pada

sekolah tersebut.

2. Populasi Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah SMA Negeri 8 Bandung. Populasi dalam

penelitian ini adalah kelas sepuluh (X). Sebaran populasinya dapat dilihat dalam

tabel di bawah ini.

Tabel 3.1

Populasi Kelas X SMA Negeri 8 Bandung

KELAS L P JUMLAH

X MIA 1 16 20 36

X MIA 2 17 19 36

X MIA 3 16 20 36

X MIA 4 15 21 36

X MIA 5 17 18 36

X MIA 6 17 19 35

X MIA 7 15 21 36

X MIA 8 13 23 36

X MIA 9 15 21 36

(30)

KELAS L P JUMLAH

X IIS 1 10 23 33

X IIS 2 9 17 26

X IIS 3 8 13 21

JUMLAH X IIS 27 53 80

JUMLAH KELAS X 168 235 403

Sumber: Profil Sekolah SMA Negeri 8 Bandung, 2013

3. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling. Arikunto (2010: 183) mengemukakan bahwa “pengambilan sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata,

random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu”. Pengambilan

sampel yang ditentukan peneliti dengan mempertimbangkan kriteria yang sesuai

dengan penelitian. Kriteria yang dimaksud adalah:

a) perolehan nilai akademik yang sama atau mendekati (homogen).

b) kelompok belajar dengan jumlah peserta didik yang sama atau tidak jauh

berbeda.

c) memiliki ruang kelas dengan kondisi yang sama, baik dilihat dari fasilitas

belajar, maupun kondisi ruangan kelas.

Selanjutnya yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas X MIA

4 dan kelas MIA 5. Sebaran sampelnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Penelitian

KELAS L P JUMLAH

X MIA 4 15 21 36

X MIA 5 17 18 36

JUMLAH 32 39 72

Sumber: Data Diolah oleh Peneliti, 2014

Dua perlakuan berbeda akan diterapkan pada kedua kelas tersebut. Pada

(31)

sedangkan pada kelas kontrol, peneliti akan menggunakan pembelajaran

konvensional. Penelitian ini direncanakan pada semester genap tahun pelajaran

2013/2014 pada pada materi pokok sistem hukum dan peradilan nasional.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

eksperimen dengan pola nonequivalent control group design (pretest-postest yang

tidak ekuivalen). Eksperimen itu sendiri adalah observasi di bawah kondisi buatan

(artificial condition) di mana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti. Creswell (2010: 19) menyatakan bahwa:

penelitian eksperimen berusaha menentukan apakan sebuah treatment mempengaruhi hasil sebuah penelitian, pengaruh ini denilai dengan cara menerapkan treatment tertentu pada suatu kelompok dan tidak menerapkannya pada kelompok yang lain.

Desain penelitian kuasi eksperimen digunakan dengan tujuan untuk

memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi eksperimen yang

sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan

memanipulasikan semua variabel yang relevan.

Desain tersebut sejalan dengan pendapat cresswell (1994:132) yang

menyatakan bahwa: “quasi experimental group A and the control B are selected without random assignment. Both groups take a pre test and post test and only the experimental group received the treatment”. Pemilihan kelas eskperimen maupun kelas kontrol tidak dilakukan secara acak.

Alasan peneliti memilih penelitian eksperimen karena suatu eksperimen

dalam bidang pendidikan dimaksudkan untuk menilai pengaruh suatu tindakan

terhadap tingkah laku atau menguji ada tidaknya pengaruh tindakan itu. Tindakan

di dalam eksperimen disebut treatment yang artinya pemberian kondisi yang akan

dinilai pengaruhnya. Dalam pelaksanaan penelitian eksperimen, kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol sebaiknya diatur secara intensif sehingga kedua

variabel mempunyai karakteristik yang sama atau mendekati sama. Keadaan yang

membedakan dari kedua kelompok ialah bahwa grup eksperimen diberi treatment

(32)

keadaan biasanya. Dengan pertimbangan sulitnya pengontrolan terhadap semua

variabel yang mempengaruhi variabel yang sedang diteliti maka peneliti memilih

eksperimen kuasi. Dasar lain peneliti menggunakan desain eksperimen kuasi

karena penelitian ini termasu penelitian sosial.

Desain ini memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi

sepenuhnya untuk mengontrol variable-variabel luar yang mempengaruhi

eksperimen. Sugiyono (2012:116) menyatakan bahwa “kuasi eksperimen

digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang

digunakan untuk penelitian” Selanjutnya Sugiyono (2012:116) menjelaskan

bahwa:

pada desain eksperimen ini kelompok kontrol dan kelompok ekspeimen tidak dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal dengan maksud adakah perbedan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Merancang desain kuasi eksperimen harus membentuk kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen yang dilakukan tanpa acak atau random. Penentuan

tersebut berdasarkan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan tingkat

homogenitas yang sama terutama aspek tingkat akademis siswa sehari-hari dalam

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Pretest dan posttest ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil sebelum dan sesudah diberikanya perlakuan dengan membandingkan dua

kelompok belajar yaitu antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kelompok kelas eksperimen dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

dengan menggunakan media video dengan pendekatan saintifik sedangkan kelas

kontrol dengan pembelajaran konvensional. Penelitian ini dimulai dengan adanya

pretes untuk mengetahui keadaan awal peserta didik baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Selain itu juga digunakan untuk melihat perkembangan

selanjutnya setelah diberikan postest. Postest ini diberikan setelah adanya

perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontol pun diberikan

(33)

Desain penelitian kuasi eksperimen ini dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 3.3 Desain Penelitian

KELOMPOK PRE-TEST TREATMENT (X) POST-TEST

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 O4

Sumber: Sugiyono (2012;79)

Keterangan:

O1 = Nilai pretest kelas eksperimen

O2 = Nilai posttest kelas eksperimen

X = Penggunaan media video antikorupsi

O3 = Nilai pretest kelas kontrol

O4 = Nilai posttest kelas kontrol

Pengaruh penggunaan media video terhadap sikap antikorupsi siswa =

(O2 - O1).

Tanda X pada tabel di atas adalah perlakuan yang diberikan dan dilihat

pengaruhnya dalam experimen tersebut. Perlakuan yang dimaksud adalah

penggunaan video antikorupsi dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan, O1 adalah pretes yang dilakukan peneliti sebelum diberikanya

perlakuan atau treatment sedangkan O2 adalah postes yang dilakukan peneliti

setelah diberikanya perlakuan. Sedangkan O3 adalah pretes yang dilakukan

peneliti sebelum diberikanya perlakuan. O4 adalah postest yang dilakukan peneliti

setelah diberikanya perlakuan. Pengaruh perlakuan X yaitu penggunaan media

video antikorupsi dapat diketahui dengan membandingkan antara hasil O1 dan O2

dalam situasi yang terkontrol.

Selanjutnya dikemukakan desain awal penggunaan media video dengan

pendekatan saintifk dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan sebagai landasan dalam proses pembelajaran antikorupsi

dengan tema sistem hukum dan peradilan nasional. Desain awal tersebut adalah

(34)

Gambar 3. 1

Desain Awal penggunaan Media Video Dengan Pendekatan Saintifik

Sumber: Data Diolah Peneliti Tahun 2014

Penyusunan Jadwal video antikorupsi dan kerja sama antar anggota kelompok. tugas yang diberikan guru.

(35)

Berdasarkan gambar desain awal penggunaan media video antikorupsi di

atas bahwa kegiatan yang harus dilakukan pada setiap langkah pembelajaran

dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut:

1. Penentuan proyek

Pada langkah ini siswa menentukan tema/topik pembuatan maupun

mendownload video berdasarkan pedoman yang diberikan oleh guru. Siswa diberi

kesempatan untuk memilih/menentukan tema antikorupsi yang akan

dikerjakannya baik secara kelompok ataupun mandiri dengan catatan tidak

menyimpang dari tugas yang diberikan guru.

2. Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek video antikorupsi

Siswa merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian tugas dari awal

sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan proyek ini berisi

aturan main dalam pelaksanaan tugas, pemilihan aktifitas yang dapat mendukung

tugas, pengintegrasian berbagai kemungkinan penyelesaian tugas, perencanaan

sumber/bahan/alat yang dapat mendukung penyelesaian tugas dan kerja sama

antar anggota kelompok.

3. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek video antikorupsi

Siswa di bawah pendampingan guru melakukan penjadwalan semua

kegiatan yang telah dirancangnya. Berapa lama tugas itu harus diselesaikan tahap

demi tahap.

4. Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru

Langkah ini merupakan langkah pengimplementasian rancangan proyek

yang telah dibuat. Aktifitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini antaranya

adalah dengan a) membaca, b) meneliti, c) observasi, d) interview, e) merekam, f)

mengunjungi objek proyek, atau g) akses internet. Guru bertanggung jawab

memonitor aktifitas siswa dalam melaksanakan tugas mulai proses hingga

penyelesaian tugas pembuatan video antikorupsi tersebut. Pada kegiatan

monitoring, guru membuat pedoman observasi yang akan dapat merekam aktifitas

(36)

5. Penyusunan laporan dan presentasi video

Hasil pembuatan tugas dalam bentuk video antikorupsi dipresentasikan di

depan kelas untuk ditanggapi oleh kelompok lainnya dan didiskusikan.

6. Evaluasi proses dan hasil proyek video antikorupsi

Guru dan siswa pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap

aktivitas dan hasil tugas pembuatan video antikorupsi tersebut.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

ini dilakukan untuk memperoleh pengaruh serta uji beda antar variabel, dengan

cara menyebarkan angket tentang variabel yang diperlukan. Pendekatan kuantitatif

ini dilakukan melalui metode kuasi eksperimen yang menggunakan treatment

seperti yang dikemukakan oleh Creswell (2010:19) bahwa “penelitian eksperimen

berusaha menentukan apakah suatu treatment memengaruhi hasil sebuah

penelitian”. Sementara itu menurut Sugiyono (2012:114) bahwa “desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk

mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen”.

Selain itu, penggunaan pendekatan kuantitif ini karena data yang akan

diperoleh berupa angka yang diproses dengan mengunakan perhitungan statistika.

Metode kuasi eksperimen ini menurut Arikunto (2010: 77-78) “dengan sengaja

mengusahakan timbulnya variabel-variabel yang selanjutnya dikontrol untuk

dilihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar”.

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian kuantitatif penting keberadaanya sebagaimana

pendapat Sugiyono (2012:59) bahwa variabel penelitian adalah “suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang objek atau kegiatan yang mempunyai variasi yang

tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”. Dalam penelitian yang dilakukan penulis terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Adapun penjelasan

(37)

1) Variebel Independen atau Variabel Bebas

Menurut Sugiyono (2012:59) adalah “Variabel independen adalah variabel

yang mempengaruhi suatu yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat)”. Penelitian ini memiliki variabel bebas (x) adalah media video dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran PKn.

2) Variabel Independen atau Variabel Terikat

Variabel depeden menurut Sugiyono (2012:59) “Variabel dependen

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel independen (bebas).” Variabel terikat (y) dalam penelitian ini adalah adalah sikap anti korupsi siswa.

Setiap variabel tersebut dioperasionalkan dan diukur dengan statistik.

Opersionalisasi variabel penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3.4

Operasionalisai Variabel Penelitian

NO VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR

1 Variabel

(38)

NO VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR

(39)

NO VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR

(40)

NO VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR

(41)

NO VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR

- berani - Menunjukan sikap - Sederhana - Menunjukan sikap

(42)

NO VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR

- Mandiri - Menyelesaikan masalah sendiri

(43)

Selanjutnya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen

dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.2

Hubungan Antar Variabel Penelitian

Sumber: Data Diolan Peneliti Tahun 2014

E. Definisi Operasional

1. Pembelajaran PKn merupakan proses kegiatan belajar siswa yang direkayasa

oleh seluruh komponen belajar yang meliputi guru, materi, metode, media,

sumber dan evaluasi pembelajaran PKn. Pembelajaran PKn merupakan

program pendidikan/pembelajaran yang yang secara pragmatic-prosedural

berupaya memanusiakan (humanizing) dan membudayakan (civilizing)serta

memberdayakan peserta didik (diri dan kehidupannya) suapaya menjadi warga

negara yang baik sebagaimana tuntutan keharusan/yuridis konstitusional

bangsa/negara yang bersangkutan (Djahiri (2006:9).

2. Media Pembelajaran dalam PKn sebagai medium yang efektif untuk

membantu proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran massal, individual

maupun kelompok karena materi PKn sangat berkaitan dengan peristiwa

aktual dinamika politik dan ketatanegaraan yang selalu berubah dan persitiwa

tersebut dikaitkan dengan proses pembelajaran sesuai dengan materi pokok

yang sedang dibahas.

3. Nilai-nilai anti korupsi berupa sikap moral fundamental yang akan membuat

orang menjadi kebal terhadap godaan anti korupsi: kejujuran, rasa keadilan

dan rasa tanggung jawab. Nilai-nilai diajarkan melalui pendidikan anti korupsi

sejak dini kepada siswa sehingga memiliki pemahaman yang benar mengenai

(44)

Penggunaan media video dalam Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan membantu di dalam proses pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dalam membentuk karakter dan sikap warga negara terutama

sikap anti korupsi siswa untuk membentengi dirinya dari korupsi.

F. Instrumen Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, dilaksanakan terlebih dahulu observasi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang muncul di lapangan.

Kemudian dilakukan studi dokumentasi untuk menemukan kajian teoritis yang

sesuai untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan. Selanjutnya menyusun

instrumen penelitian dan melakukan uji coba instrumen penelitian ke lapangan.

Arikunto (2010: 134) mengemukakan bahwa “instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan

data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah”. Selanjutnya

instrumen penelitian menurut Suryabrata (2008:52) adalah:

alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.

Instrumen penelitian dikembangkan berdasarkan teori yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya. Alat ukur yang digunakan untuk variabel media video

dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan (X) yakni dengan menggunakan SSHA (survey of study habits

and attitudes) dengan skala 1 sampai dengan 4. Skala 4 = selalu, skala 3 = sering, skala 2 = kadang-kadang, skala 1= tidak pernah. Sedangkan untuk mengukur

variabel sikap antikorupsi digunakan skala yang sama dengan variabel x yakni

dengan menggunakan SSHA (survey of study habits and attitudes) dengan skala 1

sampai dengan 4. Skala 4 = selalu, skala 3 = sering, skala 2 = kadang-kadang,

skala 1= tidak pernah.

Gambar

Gambar 1.1 Identifikasi Masalah
Tabel 3.1 Populasi Kelas X SMA Negeri 8 Bandung
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian
Tabel 3.3 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di Kelas IVSD Islam Ibnu Sina Kabupaten Bandung.. dan Kelas III SD

Implementasi pendekatan saintifik dengan Problem Based Learning dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas VII D SMP Negeri 1 Surakarta,

Penggunaan Media Kartu Huruf dalam Keterampilan Menulis Kalimat Sederhana Bahasa Perancis (Studi Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas X SMAN 4 Cimahi Tahun

Judul Skripsi : Efektivitas Penggunaan Teknik Permainan Missing Letter dalam Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang ( Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media pembelajaran video animasi terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan kelas II B

“PENGARUH MEDIA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) TERHADAP BERPIKIR SPASIAL PESERTA DIDIK (Studi Kuasi- Eksperimen Pada Pembelajaran Geografi, Pokok Bahasan Mitigasi

Penelitianini bertujuan untuk mengetahuiperbedaan prestasi belajarpengetahuan, sikap dan ketrampilan pada pendekatan saintifik melalui metode proyek dan eksperimen ditinjau

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, secara umum dapat disimpulkan bahwa penggunaan video kebangsaan dapat