POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA
(Kelas VIII SMP N I Wonosari Tahun Ajaran 2008/2009)
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1
Jurusan Pendidikan Matematika
Oleh:
RINA DWI WIJAYANTI A 410 040 106
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia
dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu untuk menghadapi setiap
perubahan yang terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya, pembangunan dibidang pendidikan merupakan sarana dan wahana
yang sangat baik dalam pembangunan SDM. Oleh karena itu pendidikan perlu
mendapatkan perhatian penanganannya oleh pemerintah, keluarga dan
pengelolaan pendidikan. Pendidikan yang berhasil dan berdaya guna mampu
menciptakan insan-insan yang selain menguasai ilmu pengetahuan dan
ketrampilan, juga berbudi pekerti luhur, berkepribadian kuat, berdisiplin,
bekerja keras, mandiri, penuh tanggung jawab serta mampu menghadapi
permasalahan dengan sikap terbuka dan berpandangan jauh kedepan.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini pendidikan
banyak menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan yang cukup
menarik yang berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan yang
disebabkan masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu adanya pengembangan
dan pembaharuan dibidang pendidikan antara lain pembahasan metode atau
meningkatkan relevansi metode mengajar. Metode mengajar dikatakan relevan
jika mampu mengantar siswa mencapai tujuan pendidikan melalui pengajaran.
Adapun tujuan pengajaran supaya berfikir dan bertindak secara berdiskusi dan
kreatif, maka dari itu siswa diberi kesempatan untuk mencoba kemampuannya
dalam berbagai kegiatan.
Dalam melakukan proses mengajar, guru dapat memilih dan
menggunakan beberapa metode mengajar. Banyak metode mengajar yang
dipilih oleh guru yang masing-masing metode mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kekurangan suatu metode dapat ditutup oleh metode mengajar
yang lain dalam melakukan proses belajar. Pemilihan suatu metode mengajar
perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang akan disampaikan,
tujuan pembelajaran, banyaknya siswa dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
proses belajar mengajar. Namun demikian, metode ceramah dewasa ini masih
mendominasi dunia pendidikan dan pengajaran, termasuk pengajaran
matematika.
Dalam mengajar guru harus kreatif menciptakan dan menumbuhkan
situasi belajar siswa, agar bahan pelajaran mudah dipelajari. Banyak siswa
dapat menyelesaikan soal matematika dalam bentuk angka dengan baik, tetapi
mereka mengalami kesulitan bila soal tersebut disajikan dalam bentuk soal
cerita. Kesulitan ini dialami oleh siswa dalam memahami soal yang dimaksud.
Semua ini disebabkan karena kemampuan dalam penalaran berbahasa yang
rendah serta kesan pertama mereka terhadap penyelesaian soal cerita bahwa
soal cerita itu soal yang sulit. Siswa sering tidak dapat membedakan antara apa
yang ditanyakan, apa yang diketahui, dan langkah-langkah apa yang harus
Pada dasarnya kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal berbentuk
cerita terletak pada kesulitan dalam mengubah soal cerita tersebut kedalam
model matematika. Memecahkan soal yang berbentuk cerita (verbal) berarti
menerapkan pengetahuan yang dimiliki secara teoritis untuk menyelesaikan
persoalan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan menyelesaikan
soal berbentuk verbal tergantung pada kemampuan pemahaman verbal, yaitu
kemampuan memahami, mencerna bahasa yang digunakan dalam soal dan
mengubah soal verbal tersebut menjadi model matematika yang biasanya
diwujudkan dalam bentuk persamaan dan pertidaksamaan serta kesesuaian
pengalaman-pengalaman siswa dengan sesuatu yang diceritakan. Jadi
persiapan siswa haruslah juga mencakup penalaran yang baik dan benar.
Diharapkan dengan penalaran tersebut siswa akan lebih mudah dalam
meneterjemahkan peristiwa kongkrit kedalam persamaan abstrak yang
menggunakan simbol-simbol matematika menuju model matematika.
Seperti halnya dalam materi matematika tentang sistem persamaan
linear dua variabel. Pada pokok bahasan ini ada beberapa materi yang
membingungkan siswa, seperti mencari himpunan penyelesaian menggunakan
metode grafik, metode eliminasi, metode substitusi, dan menyelesaikan soal
cerita yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.
Dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas sebaiknya
banyak melibatkan aktivitas siswa dalam belajar. Para siswa dituntut
yang diberikan guru. Disamping itu juga sangat dimungkinkan para siswa
aktif bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum jelas.
Aktivitas belajar siswa sangat diperlukan dalam pengajaran
matematika. Dalam belajar matematika siswa harus aktif belajar dengan
mengerjakan soal-soal latihan. Rumus-rumus dalam matematika tidak untuk
dihafalkan tetapi perlu diterapkan dalam latihan soal. Dalam belajar
matematika yang paling penting pemahaman walaupun hafal rumus belum
tentu dapat mengerjakan soal tentunya akan beda dengan yang sering berlatih
mengerjakan soal.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dipikirkan strategi atau cara
penyajian dan suasana pembelajaran matematika yang menumbuhkan dan
mencerahkan gairah atau dorongan siswa untuk aktif. Dalam penyampaian
materi matematika harus memperhatikan karakteristik siswa, materi yang
disampaikan harus sudah dikembangkan oleh guru sehingga materi tersebut
menjadi menarik, sebab secara realistik seorang siswa yang belajar itu pada
dasarnya adalah mencari hubungan antara hal yang dipelajari dengan yang
telah dimiliki, dikuasai, dialami, atau telah diketahui siswa. Sehubungan
dengan hal itu maka dalam penyampaian materi pelajaran yang berbentuk soal
cerita, salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah model
PBL (Problem Based Learning).
Model PBL bukanlah model yang baru bagi seorang guru, dalam arti
siswa diberi masalah dulu baru guru akan menerangkan dan membantu
peserta didik memungkinkan keterlibatan siswa dan guru secara optimal
merealisasikan pengalaman belajar. Hal ini tampak dalam tingkah lakunya
seperti meneliti, merumuskan, menemukan dan mengaplikasi.
Salah satu materi matematika di SMP kelas VIII adalah sistem
persamaan linear dua variabel. Materi matematika ini banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Pada materi tersebut guru dapat mengambil
contoh permasalahan sehari-hari untuk diubah kedalam sistem persamaan
linear dua variabel, sehingga siswa lebih akrab dengan
permasalahan-permasalahan yang diajukan oleh guru. Hal ini secara tidak langsung
mendorong siswa untuk lebih aktif bertanya dan mengungkapkan idenya
dalam upaya memecahkan permasalahan tersebut.
Untuk itu guru dapat menggunakan model PBL yang diterapkan pada
siswa yang memiliki aktivitas belajar yang berbeda-beda diharapkan akan
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
Dari latar belakang tersebut diatas maka peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian tentang Eksperimentasi Model Problem Based Learning
Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau Dari
Aktivitas Belajar Siswa.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, dapat di
identifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
2. Ada kemungkinan rendahnya pretasi siswa disebabkan oleh metode
pembelajaran yang tidak tepat, sehingga dapat diteliti apakah jika
metode pembelajaran diubah maka prestasi belajar siswa menjadi lebih
baik.
3. Ada kemungkinan aktivitas belajar yang dimiliki siswa berpengaruh
didalam penguasan materi pelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas agar permasalahan yang dikaji dapat
lebih terarah maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini dibatasi pada
model Problem Based Learning pada kelompok eksperimen dan
metode konvensional pada kelompok kontrol.
2. Aktivitas belajar siswa dibatasi pada aktivitas siswa dalam belajar
matematika yang meliputi kegiatan bertanya, mencatat, mendengarkan,
mengerjakan soal, dan mempelajari kembali catatan matematika dan
dikategorikan menjadi tiga yaitu tinggi, sedang dan rendah.
3. Prestasi belajar matematika pada penelitian ini dibatasi pada hasil
belajar siswa yang dicapai melalui proses belajar mengajar, dalam hal
ini adalah tes formatif pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut diatas, permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran terhadap
prestasi belajar siswa?
2. Apakah ada pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap pretasi belajar
matematika siswa?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan aktivitas
belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan medel pembelajaran terhadap
prestasi belajar siswa.
2. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi
belajar matematika siswa.
3. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan aktivitas
belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan kepada pembelajaran matematika utamanya peningkatan hasil
prestasi belajar matematika siswa. Secara khusus penelitian ini
memberikan kontribusi pada strategi pembelajaran matematika yang
berupa pergeseran dari pembelajaran yang hanya mementingkan hasil
pembelajaran yang juga mementingkan prosesnya.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat digunakan sebagai masukan kepada guru matematika dalam
menentukan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa.
b. Dapat digunakan sebagai masukan kepada guru matematika tentang
pentingnya aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika.
c. Sebagai masukan bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan dan