FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SKOR DEPRESI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS
DI RSU. VINA ESTETICA MEDAN
TESIS
OLEH:
HENGKY FREDDY SITINJAK NIM : 157106004
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-I PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2020
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SKOR DEPRESI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS
DI RSU. VINA ESTETICA MEDAN
TESIS
Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Spesialis Psikiatri
OLEH:
HENGKY FREDDY SITINJAK NIM : 157106004
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-I PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2020
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis I (PPDS-I) Program Studi Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, antara lain:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Ketua TKP PPDS-I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan Ketua Program Studi Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis I Program Studi Psikiatri di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked., Sp.K.J.(K) selaku Ketua Program Studi Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, juga sebagai pembimbing I dalam tesis ini dan guru yang banyak memberikan dorongan, dukungan, dan kesempatan luas kepada penulis.
3. dr. Mustafa M. Amin, M.Ked., M.Sc., Sp.K.J.(K) sebagai guru dan pembimbing II dalam tesis ini, yang telah memberikan banyak bimbingan, pengetahuan, dan dorongan kepada penulis.
4. dr. Vita Camellia, M.Ked., Sp.K.J. selaku guru yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan, dan memberi masukan-masukan berharga kepada penulis.
5. dr. M. Surya Husada, M.Ked., Sp.K.J. selaku Sekretaris Program Studi Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan juga guru yang banyak membagikan pengetahuan, bimbingan, dan dorongan kepada penulis.
6. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.K.J.(K) selaku guru besar yang banyak membimbing dan membagikan pengetahuan yang berharga kepada penulis.
7. dr. H. Harun T. Parinduri, Sp.K.J.(K) selaku guru yang banyak membimbing dan memberikan pengetahuan yang berharga kepada penulis.
8. Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp.K.J.(K) selaku guru besar yang banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan yang berharga kepada penulis.
9. dr. Nazli M. Nasution, M.Ked., Sp.K.J. sebagai guru yang memberikan bimbingan, masukan, dan dorongan kepada penulis.
10. dr. Cindy C. Arthy, M. Ked., Sp.K.J. sebagai guru yang memberikan bimbingan, masukkan, dan dorongan kepada penulis.
11. dr. Dapot P. Gultom, Sp.K.J., M.Kes. sebagai Wakil Direktur Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. M. Ildrem Medan, Sumatera Utara selaku guru
penulis yang telah banyak memberikan pengetahuan yang berharga kepada penulis.
12. dr. Mawar Gloria Taringan, Sp.K.J. sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis.
13. dr. Freddy Subastian, Sp.K.J. sebagai guru yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada penulis.
14. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Program Studi Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dr. Arneil Sitepu, M.Ked., dr.
Ridha Rizki, M,Ked., dr. Yoseva Hotnauli, M.Ked., dr. Rudy Yusuf, M.Ked., beserta rekan-rekan lainnya yang banyak memberikan masukan dan bantuan yang membangkitkan semangat penulis.
15. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai, W. Sitinjak dan E. Manalu, S.Pd dengan penuh kesabaran dan kasih sayang mendukung penulis dalam menjalani masa pendidikan. Keberhasilan dalam hidup penulis tidak lepas merupakan berkat doa dan dukungan orang tua tercinta.
Seluruh keberhasilan dalam hidup ini tentu saja penulis persembahkan kepada keduanya.
16. Istriku terkasih, Dewi Mekarina Ginting, S.E, terima kasih atas segala doa dan dukungan, pengertian yang mendalam, pengorbanan, air mata, bahkan ikut berlelah membantu dalam segala hal. Tanpa semua itu, penulis tidak akan mampu menyelesaikan tulisan ini dengan baik. Terima kasih atas segala doa, kesabaran dan pengertian serta pengorbanan atas
segala waktu dan kesempatan yang tidak dapat penulis habiskan bersama-sama dalam suka cita dan keriangan.
17. Anakku tersayang Vika Yovanka Sitinjak dengan kelucuan dan kenakalannya, menghibur dan menghapus lelah fisik dan jiwa sang ayah.
18. Kedua mertua, Alm. Ir. B. Ginting dan H. Sembiring, S.Pd, yang banyak memberikan semangat dan doa kepada penulis.
19. Adik-adikku Hendra Edy Sitinjak, S.E dan Anita Yanti M. Sitinjak, Am.Keb, dan adik iparku Sonya Erna Ginting, S.E dan Lora Margaretta Ginting, S.E yang banyak memberikan semangat dan doa kepada penulis.
Semoga Tuhan membalas semua jasa dan budi baik mereka yang telah membantu penulis tanpa pamrih dalam mewujudkan cita-cita penulis. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Januari 2020
Hengky Freddy Sitinjak
ABSTRAK
Faktor-Faktor yang berhubungan dengan skor depresi pada penderita kanker serviks
Hengky Freddy Sitinjak1, Elmeida Effendy2, Mustafa M. Amin2 Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Univesitas Sumatera Utara
Latar belakang: Kanker merupakan penyakit dengan keputusasaan, rasa sakit, ketakutan dan kematian. Sebagian besar pasien kanker menderita masalah psikologis dalam berbagai tingkat. Tekanan psikologis dapat menjadi bagian dari reaksi terhadap diagnosis kanker, tetapi pada banyak pasien hal ini akan bertahan yang menyebabkan beban tambahan selama perawatan dan lebih banyak kesulitan dengan keadaan umum dan kontrol gejala, peningkatan lama tinggal di rumah sakit, dan penurunan kepatuhan dengan pengobatan. Selain itu, adanya depresi atau kecemasan pada pasien diyakini mempengaruhi kelangsungan hidup kanker dimana didapatkan status psikologis yang buruk dapat mempengaruhi status kekebalan pasien dan mempengaruhi durasi penyakit, menghasilkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan.
Tujuan: Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara termasuk usia, lama pendidikan, stadium kanker, lama sakit, penghasilan keluarga perbulan, jumlah pernikahan, persalinan, penggunaan kontrasepsi hormon dan riwayat depresi sebelumnya dengan skor HADS-D pada penderita kanker serviks .
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian multivariat tipe prediktif dengan pendekatan potong lintang yaitu menganalisis hubungan antara beberapa variabel bebas dengan variabel tergantung dengan menggunakan instrumen HADS-D.
Hasil: Terdapat hubungan antara lama pendidikan dengan HADS-D (p = 0.041 ) pada penderita kanker serviks dan Terdapat hubungan antara jumlah paritas dengan skor HADS-D (p = 0.016) pada penderita kanker serviks .
Kesimpulan: Pada karakteristik sosiodemografik penderita kanker serviks dari usia adalah 40.5 (35-55), stadium dini 107 (89.2%) dan stadium lanjutan 13 (10.8%), lama pendidikan adalah 9 (6-12), lama sakit 8 (6-14), Penghasilan keluarga perbulan 4.000.000 (2.000.000-5.500.000), Jumlah pernikahan 1 ( 1-2 ), persalinanan 3 ( 1-5 ), Penggunaan kontrasepsi hormonal 89 (74,2%) dan tidak ada penggunaan kontrasepsi hormonal 31 (25.85%), Riwayat episode depresi sebelumnya 34(28.3) dan tidak ada depresi sebelumnya 86(71.7%).
Kata kunci: Kanker serviks,depresi,HADS-D.
1. Peserta PPDS-1 Program Studi Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Staf pengajar Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
ABSTRACT
Factors related to depression scores in cervical cancer sufferers
Hengky Freddy Sitinjak1, Elmeida Effendy2, Mustafa M. Amin2 Department of Psychiatry, Faculty of Medicine, Universitas Sumatera Utara
Background: Cancer is a disease of despair, pain, fear and death. Most cancer patients suffer psychological problems to varying degrees. Psychological pressure can be part of the reaction to the diagnosis of cancer, but in many patients this will persist which causes additional burdens during treatment and more difficulties with the general condition and symptom control, increased hospital stay, and decreased compliance with treatment. In addition, the presence of depression or anxiety in patients is believed to affect cancer survival where poor psychological status can affect the patient's immune status and affect the duration of the disease, resulting in significant morbidity and mortality.
Objective: To find out whether there is a relationship between including age, length of education, stage of cancer, duration of illness, monthly family income, number of marriages, labor, use of hormonal contraception and previous history of depression with HADS-D scores in patients with cervical cancer.
Method: This research is a predictive type multivariate study with a cross- sectional approach that is analyzing the relationship between several independent variables with dependent variables using the HADS-D instrument.
Results: There is a relationship between the length of education with HADS-D (p
= 0.041) in patients with cervical cancer and there is a relationship between the number of parities with a HADS-D score (p = 0.016) in patients with cervical cancer.
Conclusion The sociodemographic characteristics of cervical cancer patients from age are 40.5 (35-55), early stage 107 (89.2%) and advanced stage 13 (10.8%), length of education is 9 (6-12), length of illness 8 (6-14) , Monthly family income of 4,000,000 (2,000,000-5,500,000), Number of marriages 1 (1-2), 3 births (1-5), Use of hormonal contraception 89 (74.2%) and no use of hormonal contraception 31 (25.85%), History of previous depressive episodes 34 (28.3) and no previous depressions 86 (71.7%).
Keywords:Cervical cancer, depression, HADS-D .
1. Resident of Department of Psychiatry, Faculty of Medicine, Universitas Sumatera Utara.
2. The staff of the Department of Psychiatry, Faculty of Medicine, Universitas Sumatera Utara.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
UCAPAN TERIMAKASIH... ii
ABSTRAK ... . vi
ABSTRACT... .. vii
DAFTAR ISI... .. viii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR SINGKATAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... ... 1
1.2 Perumusan Masalah... ... 4
1.3 Pertanyaan Penelitian ... 5
1.4 Hipotesis ... 5
1.5 Tujuan Penelitian ... 6
1.5.1 Tujuan Umum ... 6
1.5.2 Tujuan Khusus ... 6
1.6 Manfaat Penelitian ... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Kanker serviks ... 8
2.1.1 Defenisi ... 8
2.1.2 Epidemiologi ... 9
2.1.3 Etiologi Kanker Serviks... 10
2.1.4 Faktor Risiko Kanker Serviks ... 10
2.1.5 Gejala Klinis Kanker Serviks ... 12
2.1.6 Pengobatan ... 12
2.1.7 Stadium Pada Kanker Serviks ... 15
2.2 Depresi pada kanker serviks ... 16
2.3 Mekanisme Biologi yang Diinduksi Depresi ... 18
2.4 Faktor risiko ... 21
2.41 Faktor Reproduksi dan Seksual... .... 21
2.5 Alat Ukur ... 22
2.6 Kerangka Teori ... 24
2.7 Kerangka Konseptual ... 25
2.8 Definisi Operasional ... 26
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 28
3.2 Tempat dan Waktu ... 28
3.3 Populasi dan Sampel ... 28
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 29
3.5 Besar Sampel ... 29
3.6 Cara pengambilan sampel ... 38
3.7 Cara Kerja Penelitian ... 38
3.8 Kerangka Kerja ... 39
3.9 Identifikasi Variabel ... 40
3.10 Rencana Manajemen Analisis Data ... 40
3.11 Masalah Etika ... 42
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 43
4.1 Karakteristik Demografik ... 43
4.2 Analisis Multivariat ... 44
BAB 5 PEMBAHASAN ... 51
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 55
6.1 Kesimpulan... .... 55
6.2 Saran... .... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57
LAMPIRAN ... 61
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.8 Definisi operasional... 26
Tabel 4.1 Karakteristik Demografi Penderita Kanker Serviks ... 44
Tabel 4.2 Analisis Bivariate Variabel Bebas Berskala Kategorik... 46
Tabel 4.3 Analisis Bivariat untuk Variabel Bebas Berskala Numerik ... 47
Tabel 4.4 Resume Analisis Regresi Linier ... 49
Tabel 4.5 Analisis Multivariate untuk Skor HADS-D ... 50
DAFTAR SINGKATAN
HADS : Hospital anxiety and depression scale GLOBOCAN : Global burden of cancer study
HPV : Human papilloma virus
PPDGJ-III : Pedoman penggolongan dan gangguan jiwa Indonesia-III TNF : Tumor Necrosis Factor
SSRI : Selective serotonin reuptake inhibitor
HPA : Hypothalamic pituitary adrenal DNA : Deoxyribonucleic acid
HIV : Human immunodefiency virus
1.1 Latar Belakang
Kanker serviks adalah salah satu penyebab utama kematian akibat kanker di kalangan perempuan. Di seluruh dunia, kanker serviks adalah keganasan keempat yang paling sering terjadi pada perempuan dan menghasilkan sekitar 530.000 kasus baru setiap tahun dengan 270.000 kematian. Sekitar 85% kematian di seluruh dunia akibat kanker serviks terjadi di negara-negara terbelakang atau berkembang dan angka kematian 18 kali lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan kaya. Angka kejadian tertinggi terjadi di Amerika Tengah dan Selatan, Karibia, Afrika dan Asia Selatan. Pada tahun 2016 di Amerika Serikat diperkirakan ada 12.990 kasus dan 4120 kematian akibat kanker serviks dan usia rata-rata pada saat diagnosis adalah 47 tahun.1 Jumlah kejadian di Indonesia adalah 32.469 (10,69%) kasus baru kanker serviks dan 18.279 (10,27%) kasus kematian akibat kanker serviks di Indonesia.2
Kanker merupakan penyakit dengan keputusasaan, rasa sakit, ketakutan dan kematian. Sebagian besar pasien kanker menderita masalah psikologis dalam berbagai tingkat. Tekanan psikologis dapat menjadi bagian dari reaksi terhadap diagnosis kanker, tetapi pada banyak pasien hal ini akan bertahan yang menyebabkan beban tambahan selama perawatan dan lebih banyak kesulitan dengan keadaan umum dan kontrol gejala, peningkatan lama tinggal di rumah
sakit, dan penurunan kepatuhan dengan pengobatan. Selain itu, adanya depresi atau kecemasan pada pasien diyakini mempengaruhi kelangsungan hidup kanker dimana didapatkan status psikologis yang buruk dapat mempengaruhi status kekebalan pasien dan mempengaruhi durasi penyakit, menghasilkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan.3
Depresi adalah salah satu gangguan kejiwaan yang paling umum pada pasien kanker. Data prevalensi masalah yang berkaitan dengan depresi menunjukkan bahwa 25-30% pasien kanker menderita gangguan depresi dengan persentase berkisar antara 4% hingga 60%. Depresi telah terbukti memiliki konsekuensi negatif pada pasien dan keluarga dengan menunjukkan kondisi klinis dalam mengurangi kepatuhan terhadap pengobatan, meningkatkan persepsi subjektif dari gejala fisik dan memperburuk prognosis.4
Penelitian cross-sectional yang dilakukan shinta dan kawan-kawan di RS.
Moewardi Surakarta, Indonesia dari bulan September hingga Oktober 2019.
Sampel 200 pasien kanker serviks dipilih dengan simple random sampling didapatkan depresi berat pada pasien kanker serviks meningkat dengan frekuensi kemoterapi 3 kali (b = 1,80; 95% CI = 0,11 hingga 3,49; p = 0,037), stadium lanjut (b = 2,50; 95% CI = 0,18 hingga 4,82 ; p = 0,035), dan lama sakit ≥11 bulan (b = 2,27; 95% CI = 0,57 hingga 3,96; p = 0,009). Depresi berat langsung menurun dengan strategi koping tinggi (b = -6,33; 95% CI = -8,68 hingga -3,98; p
<0,001).2
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi depresi pada penderita kanker serviks seperti faktor sosiodemografik (termasuk usia, lama pendidikan, stadium
kanker, lama sakit), faktor ekonomi (penghasilan keluarga perbulan), jumlah pernikahan, persalinan, penggunaan kontrasepsi hormonal dan riwayat depresi sebelumnya. Identifikasi faktor risiko terjadinya depresi pada penderita kanker serviks adalah penting karena meminimalkan terjadinya depresi pada penderita kanker serviks dan dapat mencegah efek buruk dari depresi tersebut. 4-8
Pada penelitian yang dilakukan oleh Shyu dan kawan-kawan di Taiwan tahun 2019 didapatkan hasil 19.316 total pasien kanker serviks dari Januari 2000 hingga Desember 2005 dengan nilai median adalah 5,23 tahun (1,75-8,48 tahun).
Prevalensi gangguan depresi adalah 4,21% (813 dari 19.316) pada kelompok kanker serviks dan 3,85% (744 dari 19.316) pada kelompok kontrol. Rasio risiko kejadian gangguan depresi adalah 1,35 (95% CI = 1,22-1,49, P, 0,001) di antara pasien kanker serviks. Usia ≥ 65 tahun dan penyakit penyerta diabetes mellitus, penyakit jantung iskemik dan penyakit serebrovaskular merupakan faktor risiko untuk memprediksi gangguan depresi pada pasien kanker serviks.6
Masalah psikososial diantara penderita kanker serviks termasuk kekhawatiran terkait kesehatan seperti ketakutan akan kambuh atau kekhawatiran tentang kesehatan umum. Perubahan konsep diri terjadi seperti berkurangnya rasa percaya diri, perasaan tua, pengalaman yang berubah sebagai seorang perempuan dan hilangnya daya tarik. Kekhawatiran relasional mencakup kekhawatiran tentang sikap pasangan, berbicara dengan pasangannya dan kekhawatiran tentang bagaimana keluarga akan mengatasinya.9
Penelitian cross-sectional yang dilakukan Yang dan kawan-kawan tahun 2014 di Cina sebanyak 224 pasien kanker serviks didapatkan prevalensi skor
HADS adalah 52,2% dan 65,6% pada pasien kanker serviks. Skor HADS secara signifikan lebih tinggi pada pasien pada periode 4-6 bulan dan pada stadium kanker II. Didapatkan analisis regresi menunjukkan bahwa harapan, optimisme dan kemanjuran diri secara keseluruhan dengan 31,3% varian depresi dan 35,6%
varian kecemasan.8
Penelitian yang dilakukan oleh Kim dan kawan-kawan tahun 2010 di Korea, didapatkan Skor HADS tidak berbeda dengan kontrol yang sehat (masing- masing 39,5% dan 32,2%; P = 0,218). Kecemasan secara signifikan lebih lazim pada perempuan muda penderita kanker serviks daripada kontrol (40% dan 26,4%
masing-masing; P = 0,001). Skor HADS lebih rendah pada perempuan penderita kanker serviks daripada kontrol (34,6% vs 48,0%, masing-masing; P = 0,001).
Dalam analisis multivariat, Skor HADS terdefinisi pada perempuan penderita kanker serviks umumnya dikaitkan dengan kesulitan keuangan, citra tubuh yang buruk, kurangnya aktivitas seksual, dan kesejahteraan eksistensial yang rendah.
Dukungan rendah dan insomnia terkait dengan kecemasan, usia yang lebih tua dan fungsi penurunan peran terkait dengan depresi. Namun faktor klinis yang berhubungan dengan penyakit tidak terkait dengan kecemasan atau depresi.7
Dari beberapa studi diatas tampak dengan jelas bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi pada penderita kanker serviks adalah tidak konsisten.
1.2 Perumusan Masalah
Depresi pada penderita kanker serviks dapat terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti termasuk usia, lama pendidikan, stadium kanker, lama
sakit, penghasilan keluarga perbulan, jumlah pernikahan, persalinan, penggunaan kontrasepsi hormon dan riwayat depresi sebelumnya. Beberapa studi menunjukkan hubungan tersebut, namun beberapa hasil studi yang masih tidak konsisten. Sepengetahuan peneliti melalui tinjauan kepustakaan studi yang melihat faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan skor depresi pada penderita kanker serviks belum pernah dilakukan di Sumatera Utara. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut, maka melalui penelitian ini ingin dikonfirmasi faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan skor depresi pada penderita kanker serviks.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Apakah terdapat hubungan antara usia, lama pendidikan, stadium kanker, lama sakit, penghasilan keluarga perbulan, jumlah pernikahan, persalinan, penggunaan kontrasepsi hormon, berat badan dan riwayat depresi sebelumnya dengan skor HADS-D pada penderita kanker serviks ?
1.4 Hipotesis
Terdapat hubungan antara usia, lama pendidikan, stadium kanker, lama sakit, penghasilan keluarga perbulan, jumlah pernikahan, persalinan, penggunaan kontrasepsi hormon, dan riwayat depresi sebelumnya dengan skor HADS-D pada penderita kanker serviks.
1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara termasuk usia, lama pendidikan, stadium kanker, lama sakit, penghasilan keluarga perbulan, jumlah pernikahan, persalinan, penggunaan kontrasepsi hormon dan riwayat depresi sebelumnya dengan skor HADS-D pada penderita kanker serviks.
1.5.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui gambaran karakteristik demografik penderita kanker serviks 2. Mengetahui hubungan antara usia dengan skor HADS-D pada penderita
kanker serviks.
3. Mengetahui hubungan antara lama pendidikan dengan skor HADS-D pada penderita kanker serviks.
4. Mengetahui hubungan antara stadium kanker dengan skor HADS-D pada penderita kanker serviks.
5. Mengetahui hubungan antara lama sakit dengan skor HADS-D pada penderita kanker serviks.
6. Mengetahui hubungan antara penghasilan keluarga perbulan dengan skor HADS-D pada penderita kanker serviks.
7. Mengetahui hubungan antara jumlah pernikahan dengan skor HADS-D pada penderita kanker serviks.
8. Mengetahui hubungan antara persalinan dengan skor HADS-D pada penderita kanker serviks.
9. Mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormon dengan skor HADS-D pada penderita kanker serviks.
10. Mengetahui hubungan antara riwayat depresi sebelumnya dengan skor HADS-D pada penderita kanker serviks.
1.6 Manfaat penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada klinisi mengenai faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan skor depresi pada penderita kanker serviks sehingga klinisi dapat mempertimbangkan pemberian tindakan intervensi kepada penderita kanker serviks dengan lebih terarah.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan untuk bahan penelitian lainnya yang sejenis atau penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan.
3. Dengan mengidentifikasi faktor faktor yang berhubungan dengan skor depresi pada penderita kanker serviks, diharapkan dapat mengurangi angka depresi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita dan keluarga nantinya.
Tinjauan Pustaka
2.1 Kanker Serviks 2.1.1 Definisi
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.10
Tabel 2.1 Panduan penatalaksanaan kanker serviks
Dikutip dari : Panduan penatalaksanaan kanker serviks, Komite Penanggulangan Kanker Nasional, Kemenkes RI.
2.1.2 Epidemiologi
Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah 454.000 kasus 1. Data ini didapatkan dari registrasi kanker berdasarkan populasi, registrasi data vital, dan data otopsi verbal dari 187 negara dari tahun 1980 sampai 2010.
Per tahun insiden dari kanker serviks meningkat 3.1% dari 378.000 kasus pada tahun 1980. Ditemukan sekitar 200.000 kematian terkait kanker serviks, dan 46.000 diantaranya adalah perempuan usia 15 - 49 tahun yang hidup di negara sedang berkembang.10
Global Burden of Cancer Study (GLOBOCAN) 2012 kanker serviks menduduki urutan ke-7 secara global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke-6 di negara kurang berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian (menyumbangkan 3,2% mortalitas, sama dengan angka mortalitas akibat leukemia). Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara berkembang, dan urutan ke 10 pada negara maju atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia
kanker serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens sebesar 12,7%.10
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah perempuan penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks.10
Kejadian kanker serviks akan sangat mempengaruhi hidup dari penderitanya dan keluarganya serta juga akan sangat mempengaruhi sektor pembiayaan kesehatan oleh pemerintah. Oleh sebab itu peningkatan upaya penanganan kanker serviks, terutama dalam bidang pencegahan dan deteksi dini sangat diperlukan oleh setiap pihak yang terlibat.10
2.1.3 Etiologi Kanker Serviks
Human Papilloma Virus (HPV) adalah penyebab penting pada kanker serviks, selain itu ada beberapa faktor risiko untuk berkembangnya kanker serviks, yang terkait dengan perilaku seksual, memiliki banyak pasangan, persalinan yang tinggi, usia dini saat melakukan hubungan seksual, penggunaan kontrasepsi.11
2.1.4 Faktor Risiko Kanker Serviks
Human papilloma virus adalah penyebab infeksi genital pada manusia, ditularkan secara seksual, khususnya di antara individu muda yang aktif secara seksual, kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi diperlukan untuk
transmisi, selain itu gangguan sistem kekebalan tubuh, perempuan dengan persalinan dengan tujuh atau lebih, risiko akan meningkat pada kanker serviks.12
Pengalaman seksual pertama sebelum usia 15 tahun juga menjadi faktor risiko human papilloma virus untuk kanker serviks. Hampir 40 %dari subyek penelitian memiliki pengalaman seksual 1-2 tahun setelah menarche.13 Ini karena secara biologis dari serviks yang belum matang selama masa remaja, sehingga lebih rentan infeksi HPV dan penyakit menular seksual lainnya.14,15
Perempuan dengan jumlah kelahiran yang banyak juga menjadi faktor risiko untuk kanker serviks, ada perubahan serviks yang disebabkan oleh kehamilan yang dapat menjadi faktor predisposisi transformasi maglina.
Multipersalinan mungkin menjadi faktor risiko kanker serviks dengan mempertahankan zona transformasi wilayah ektoserviks. Apalagi jumlah skumosa sel metaplastik paling rentan terhadap infeksi HPV dan berkembang menjadi kanker serviks. Metaplastik zona transformasi di ektoserviks seorang perempuan akan berulang kali terkena agen karsinogenik.16 Pada suatu studi, mereka yang dengan multipersalinan dengan 5-12 anak memiliki 2,6 kali lipat menderita kanker serviks.17
Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang dapat menjadi faktor risiko, karena estrogen yang terkandung dalam kontrasepsi oral dapat mempengaruhi karsinogenesis di serviks.15 Pada suatu studi perempuan yang menggunakan kontrasepsi hormonal selama 5-25 tahun, meningkatkan risiko untuk menjadi kanker serviks 4,17 kali bila dibandingkan dengan yang menggunakan kontrasepsi 1-4 tahun ataupun yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral.17
2.1.5 Gejala Klinis Kanker Serviks
Pada umumnya lesi prakanker belum memberikan gejala. Bila telah menjadi kanker invasif, gejala yang paling umum adalah perdarahan (contact bleeding misalnya perdarahan saat berhubungan intim) dan keputihan. Paling umum pada stadium lanjut, gejala dapat berkembang menjadi nyeri pinggang atau perut bagian bawah karena desakan tumor di daerah pelvik ke arah lateral sampai obstruksi ureter, bahkan sampai oligo atau anuria. Gejala lanjutan bisa terjadi sesuai dengan infiltrasi tumor ke organ yang terkena misalnya fistula vesikovaginal, fistula rektovaginal, edema tungkai.18
2.1.6 Pengobatan
Rejimen pengobatan standar untuk kanker serviks adalah histerektomi radikal dengan diseksi kelenjar getah bening panggul untuk penyakit tahap awal dengan tambahan radiasi, kemoterapi, atau keduanya untuk tahap lanjutan.13 Stadium IA2,IB1,IIA110
Pilihan :
1. Operatif
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi pelvik. (Tingkat evidens 1 / Rekomendasi A)
Ajuvan radioterapi (RT) atau kemoradiasi bila terdapat faktor risiko yaitu metastasis kelenjar getah bening (KGB), metastasis parametrium, batas sayatan tidak bebas tumor, deep stromal invasion.
Hanya ajuvan radiasi eksterna bila metastasis KGB saja.
Apabila tepi sayatan tidak bebas tumor /closed margin maka radiasi eksterna dilanjutkan dengan brakhiterapi.
2. Non operatif
Radiasi (eksterna dan brakiterapi)
Kemoradiasi (Radiasi : eksterna dengan kemoterapi konkuren dan brakiterapi)
Stadium IB 2 dan IIA210 Pilihan :
1. Operatif (Rekomendasi A)
Histerektomi radikal dan pelvik limfadenektomi
Tata laksana selanjutnya tergantung dari faktor risiko, dan hasil patologi anatomi untuk dilakukan ajuvan radioterapi atau kemoterapi.
2. Neoajuvan kemoterapi (Rekomendasi C)
Tujuan dari Neoajuvan Kemoterapi adalah untuk mengecilkan massa tumor primer dan mengurangi risiko komplikasi operasi. Tata laksana selanjutnya tergantung dari faktor risiko, dan hasil patologi anatomi untuk dilakukan ajuvan radioterapi atau kemoterapi.
Stadium IIB10 Pilihan :
1. Kemoradiasi (Rekomendasi A) 2. Radiasi (Rekomendasi B)
3. Neoajuvan kemoterapi (Rekomendasi C)
Kemoterapi (tiga seri) dilanjutkan radikal histerektomi dan pelvik limfadenektomi.
4. Histerektomi ultraradikal, laterally extended parametrectomy (dalam penelitian)
Stadium III A- III B10
1. Kemoradiasi (Rekomendasi A) 2. Radiasi (Rekomendasi B) Stadium IIIB dengan CKD10
1. Nefrostomi / hemodialisa bila diperlukan 2. Kemoradiasi dengan regimen non cisplatin atau 3. Radiasi
Stadium IV A tanpa CKD10
1. Pada stadium IVA dengan fistula rektovaginal, direkomendasi terlebih dahulu dilakukan kolostomi, dilanjutkan :
2. Kemoradiasi Paliatif, atau 3. Radiasi Paliatif
Stadium IV A dengan CKD, IV B10 1. Paliatif
2. Bila tidak ada kontraindikasi, kemoterapi paliatif / radiasi paliatif dapat dipertimbangkan
2.1.7 Stadium Pada Kanker Serviks Klasifikasi Stadium menurut FIGO 10,19 Stadium
0 Karsinoma in situ (karsinoma preinvasif)
I Karsinoma serviks terbatas di uterus (ekstensi ke korpus uterus dapat diabaikan)
IA Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop. Semua lesi yang terlihat secara makroskopik, meskipun invasi hanya superfisial, dimasukkan ke dalam IB
IA1 Invasi stroma tidak lebih dari 3,0 mm kedalamannya dan 7,0 mm atau kurang pada ukuran secara horizontal
IA2 Invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0mm dengan penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang
IB Lesi terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau secara mikroskopik lesi lebih besar dari IA2
IB1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm atau kurang
IB2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari 4,0 cm
II Invasi tumor keluar dari uterus tetapi tidak sampai ke dinding panggul atau mencapai 1/3 bawah vagina
IIA Tanpa invasi ke parametrium
IIA1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm atau kurang Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari 4,0 cm
IIB Tumor dengan invasi ke parametrium
III Tumor meluas ke dinding panggul/ atau mencapai 1/3 bawah vagina dan/atau menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal IIIA Tumor mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak mencapai dinding
panggul
IIIB Tumor meluas sampai ke dinding panggul dan / atau menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal
IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rectum dan/atau meluas keluar panggul kecil ( true pelvis)
IVB Metastasis jauh (termasuk penyebaran pada peritoneal, keterlibatan dari kelenjar getah bening supraklavikula,mediastinal, atau pada aorta, paru, hati, atau tulang
2.2 Depresi Pada Kanker Serviks
Menurut PPDGJI-III, depresi merupakan suatu suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala utama mood yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktifitas, serta beberapa gejala lainnya seperti konsentrasi dan perhatian yang berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna, pandangan masa
depan yang suram, gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri, tidur yang terganggu dan nafsu makan berkurang.20
Kanker adalah penyakit yang serius dan berpotensi mengancam nyawa, yang memiliki efek negatif pada kesehatan fisik dan psikologis pasien. Diagnosis dan pengobatan kanker dianggap sebagai stres kehidupan yang dapat menyebabkan atau memperburuk tekanan psikologis yang terkait. Beberapa studi menunjukkan bahwa depresi adalah efek tekanan psikologis yang umum pada pasien kanker. Meta-analisis sebelumnya juga menemukan bahwa prevalensi depresi 54,90% secara signifikan lebih tinggi pada orang dewasa Cina dengan kanker dibandingkan dengan mereka yang tidak.21Depresi pada kanker secara
klinis di jumpai setelah 6 bulan setelah di tegakkan diagnosa.8
Pasien kanker yang menjalani kemoterapi atau radioterapi, biasanya mengalami berbagai gejala sebagai akibat dari penyakit mereka atau sebagai hasil pengobatan untuk penyakit mereka. Gejala ini mempengaruhi mereka, baik secara fisik maupun emosional dan selanjutnya memberikan pengaruh negatif pada perawatan, prognosis penyakit dan kualitas hidup mereka. Gejala yang paling sering terkena kanker adalah depresi yang merupakan gangguan psikologis yang sangat penting. Ini memburuk selama terapi, bertahan lama setelah akhir terapi, juga diwujudkan dalam kambuhnya penyakit ini dan akhirnya merupakan faktor prognostik independen untuk kematian. Kajian literatur saat ini menunjukkan bahwa, satu dari dua pasien dengan kanker melaporkan gangguan kejiwaan dan terutama depresi.22
Faktor risiko yang bertanggung jawab untuk timbulnya depresi banyak faktor, antara lain sebagai durasi pengobatan, ketakutan akan kematian dan isolasi sosial dll. Apalagi, kesulitan keuangan yang timbul dari penyakit, merupakan sumber tambahan depresi. Depresi biasanya diremehkan karena gejala yang mungkin menyertai depresi, seperti kelelahan, kehilangan berat badan, gangguan nutrisi banyak diterima sebagai konsekuensi kanker.22
2.3 Mekanisme Biologi yang Diinduksi Depresi 1. Inflamasi
Orang dengan depresi berat ditemukan meningkat kadar sitokin proinflamasi. Namun lokus aktivasi jalur inflamasi belum menunjukkan dengan tepat. Sitokin dilepaskan baik secara perifer oleh makrofag dan limfosit dan secara terpusat oleh astrosit dan mikroglia. Stresor psikologis dan psikososial keduanya mampu memicu inflamasi dan dapat melakukannya secara terpusat. Setiap respons stres yang berkepanjangan dapat memiliki konsekuensi negatif bagi otak dan organ perifer. 23
Mediator sistem kekebalan tubuh dapat dideteksi pada dasarnya semua jenis kanker. Bahkan pada tahap awal perkembangan kanker, tumor menghasilkan berbagai faktor termasuk sitokin, kemokin, faktor pertumbuhan, dan faktor transkripsi termasuk IL-6, CRP, dan tumor necrosis factor (TNF)-α. Akhirnya faktor-faktor yang berasal dari tumor ini dapat memulai respons inflamasi dari tubuh yang dapat memiliki sifat anti tumor atau pro tumor. Sitokin juga diproduksi sebagai hasil dari kematian sel yang ditimbulkan oleh perawatan
kanker seperti kemoterapi atau radiasi, yang merekrut sel-sel kekebalan ke tempat cidera serta menginduksi produksi sitokin oleh sel-sel lainnya dan memulai berbagai jalur pensinyalan.23
2. Metabolisme Neurotransmitter
Neurotransmiter monoamine telah lama diketahui memiliki peran penting dalam pengaturan suasana hati di otak. Dari berbagai monoamine meliputi dopamin dan norepinefrin serta serotonin yang mungkin telah menarik perhatian terutama dengan berbagai selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) yang telah muncul sebagai antidepresan. Sitokin yang dihubungkan tumor dapat mendisregulasi sintesis serotonin melalui kemampuannya untuk mengaktifkan enzim indoleamin 2,3 dioksigenase (IDO). Tersebar luas di otak, ginjal, paru-paru dan sel-sel kekebalan tubuh, IDO telah ditemukan diekspresikan secara berlebihan dalam berbagai kanker yang berbeda.23
3. Plastisitas Saraf
Di dalam otak, sitokin termasuk IL-6 dan TNF-a biasanya bertugas mempromosikan neurogenesis dan menawarkan dukungan trofik saraf; Namun jalur imun yang terlalu aktif yang terlihat pada kanker diperkirakan menyebabkan disregulasi proses ini. Ini mengarah pada pengurangan pertumbuhan saraf, di samping peningkatan stres oksidatif dan pelepasan glutamat . Secara keseluruhan, kelainan ini menghasilkan eksitotoksisitas yang mengganggu plastisitas jaringan saraf.23
Peningkatan pelepasan glutamat sebagai akibat dari aksi sitokin selanjutnya digabungkan dengan penurunan transporter glutamat pada sel glial
yang berarti bahwa peningkatan konsentrasi sinaptik glutamat semakin diperburuk oleh reuptake yang berkurang. Dalam kondisi fisiologis, astrosit bekerja untuk mengatur konsentrasi glutamat lokal; Namun, dalam kondisi aktivasi glutamatergik yang berkepanjangan, reseptor NMDA terlalu distimulasi dan terjadi apoptosis saraf.23
4. Fungsi Neuroendokrin
Aktivitas sistem kekebalan pada kanker juga dapat dikaitkan dengan aktivasi poros Hypothalamic pituitary adrenal (HPA). Sitokin, seperti TNF-a, IFN-a, dan IFN-g, telah terbukti berpotensi merangsang sumbu HPA.23
5. Hypothalamic pituitary adrenal (HPA)
Salah satu teori seputar biologi depresi yang mungkin sangat relevan pada kanker adalah peran Hypothalamic pituitary adrenal (HPA). Ketika berbagai stressor mengancam homeostasis, tubuh kita memulai respons stres terkoordinasi dari kekebalan tubuh, endokrin, dan sistem saraf untuk memediasi rangsangan.
Aktor utama yang terlibat adalah hipotalamus, kelenjar hipofisis, dan kelenjar adrenal. Diperkirakan bahwa aktivasi kronis jaringan ini mengarah pada disregulasi sumbu HPA, yang mengakibatkan banyak konsekuensi negatif bagi tubuh dan homoeostasis. Hiperaktif sumbu HPA telah terbukti kuat sebagai ciri khas dari gangguan depresi mayor.23
6. Glutamat
Glutamat diakui sebagai neurotransmitter utama dalam Susunan saraf pusat (SSP) berfungsi secara antagonis terhadap asam g-aminobutirat (GABA) neurotransmitter penghambat utama . Peran utama dalam otak, glutamat
memainkan peran integral dalam proses-proses utama seperti pembelajaran dan memori dengan menginduksi potensiasi jangka panjang. dan mitra jangka panjangnya depresi adalah dua mekanisme plastisitas sinaptik yang berkepanjangan, masing-masing memperkuat dan melemahkan sinaps rangsang.23
2.4 Faktor Risiko
2.4.1 Faktor Reproduksi dan Seksual 1. Jumlah pasangan seksual
Peningkatan risiko kanker serviks diamati pada orang dengan banyak pasangan seksual yang umumnya disebabkan oleh peningkatan risiko infeksi HPV. Oleh karena itu faktor-faktor lain dapat berkontribusi pada peningkatan risiko kanker pada orang dengan banyak pasangan seksual. Studi oleh Edelstein dan kawan-kawan menyimpulkan bahwa pengalaman seksual pada usia yang lebih tua dikaitkan dengan usia diagnosis yang lebih rendah dan studi oleh Louie dan kawan-kawan menyimpulkan bahwa usia dini pada hubungan seksual pertama adalah faktor risiko untuk kanker serviks.5
2. Jumlah persalinan
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kehamilan dapat meningkatkan risiko kanker serviks invasif. Selain itu persalinan tinggi meningkatkan risiko kanker ini pada perempuan. Dalam studi epidemiologi internasional kolaboratif kanker serviks ditemukan korelasi antara risiko kanker serviks dan persalinan dimana ada hubungan terbalik antara risiko kanker serviks dan usia ibu pada kehamilan pertama.5
3. Riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal
Penggunaan metode kontrasepsi oral kombinasi baru-baru ini dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Dalam sebuah studi epidemiologi kolaboratif internasional kanker serviks disimpulkan risiko relatif pada pengguna saat ini meningkat dengan peningkatan durasi penggunaan kontrasepsi oral. Telah dilaporkan penggunaan pil kontrasepsi KB selama 5 tahun atau lebih dapat melipatgandakan risiko kanker.5
2.5 Alat ukur
Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS)
Depresi dan ansietas merupakan komorbiditas psikopatologis yang sangat penting pada pasien penderita kanker.11 Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) merupakan skala yang dinilai oleh diri sendiri (self-assessment scale) yang dikembangkan untuk dipergunakan dalam kepentingan medis. Pertama kali dikembangkan oleh Zigmond dan Snaith pada 1983 yang bertujuan untuk memberikan alat bantu yang dapat diterima, dapat dipercaya, valid, dan mudah bagi para klinisi untuk mengidentifikasi ansietas dan depresi. Istilah “Hospital”
pada HADS ditujukan bukan hanya valid dalam pengaturan tersebut, akan tetapi telah banyak studi yang dilakukan di seluruh dunia dan telah dikonfirmasi bahwa hal tersebut juga valid ketika digunakan dalam komunitas dan pelayanan praktik medis.24-27 HADS dalam pelaksanaannya hanya membutuhkan waktu sekitar 2 hingga 5 menit untuk menyelesaikannya.24
HADS telah diterjemahkan dan digunakan secara luas pada lebih dari 25 negara sejak pertama kali dikembangkan yaitu pada populasi umum, pasien- pasien Rumah Sakit Umum, pada perawatan kanker, dan pada penderita HIV, dan terjemahan skala ini ke dalam bahasa Indonesia telah dilakukan di Indonesia oleh Widyadharma dan kawan-kawan pada tahun 2015 dan telah dilakukan uji reliabilitas.27
HADS terdiri dari 14 pernyataan yang dibagi menjadi 2 subskala, yaitu untuk menilai kecemasan (7 pernyataan) dan depresi (7 pernyataan), yang mana penderita menggolongkan masing-masing pernyataan dalam 4 skala nilai, dari nilai 0 (tidak sama sekali) sampai nilai 3 (sangat sering). Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan adanya permasalahan. Jawaban penderita dijumlahkan secara terpisah, yaitu penilaian untuk kecemasan dan penilaian untuk depresi, dengan jumlah minimum dan maksimum adalah 0 dan 21 untuk masing-masing skala.
Nilai cut-off yang direkomendasikan adalah: lebih dari 16 menyatakan kasus berat, cut-off 11-15 merupakan kasus sedang, cut-off 8-10 menyatakan kasus ringan, dan kurang dari 7 bukan merupakan suatu kasus kecemasan atau depresi.2
2.6 Kerangka Teori
SKOR DEPRESI PADA PENDERITA
KANKER SERVIKS Hormonal Penderita
Masalah Psikososial Penderita
Persepsi dan mekanisme koping
2.7 Kerangka Konseptual
Variabel Bebas Variabel Tergantung
Lama pendidikan
Stadium Kanker
Lama Sakit
Penghasilan Keluarga perbulan
Jumlah Pernikahan
Persalinan
Penggunaan Kontarasepsi Hormon
SKOR HADS-D
Usia
Riwayat Depresi sebelumnya
2.8 Definisi Operasional
NO Variabel Definisi operasional
Alat ukur dan cara
ukur
Hasil ukur Skala 1 Kanker
Serviks
Penyakit pada bagian serviks, diagnosis ditegakkan dokter spesialias kebidanan dan kandungan.
Hasil pap smear dan biopsi.
Wawancara
Dini:Stadium1, Stadium 2
Lanjutan:
Stadium 3, Stadium 4
Ordinal
2 Usia Lamanya waktu
hidup atau ada sejak dilahirkan.
Kartu Identitas Wawancara
35 – 50 tahun Numerik
3 Lama pendidikan
Lamanya mengikuti pendidikan formal.
Kartu Identitas Wawancara
Dalam tahun Numerik
4 Lama sakit Lamanya menderita penyakit kanker serviks.
Kartu Identitas Wawancara
Dalam tahun Numerik
5 Penghasilan Keluarga perbulan
Total jumlah penghasilan dalam keluarga yang serumah selama satu bulan
Wawancara Dalam juta Numerik
6 Jumlah pernikahan
Jumlah pernikahan yang pernah dialami ibu
Wawancara Dalam angka Numerik
7 Persalinan Jumlah persalinan yang sebelumnya pernah dialami ibu.
Wawancara Dalam angka Numerik
8 Riwayat kontrasepsi hormonal
Pengguanaan alat konrasepsi berupa pil, suntik dan lainnya yang pernah digunakan.
Ada
Tidak Ada Nominal
10 Riwayat depresi sebelumnya
Riwayat depresi yang terjadi sebelumnya
Wawancara Ada
Tidak Ada
Nominal
11 Skor HADS subskala depresi
Gejala kondisi mental yang ditandai dengan perasaan sedih, kesepian, putus asa, rendah diri, dan rasa hina pada diri, tanda-
tanda yang
menyertainya
termasuk psikomotor
Kuesioner HADS-D
0-21 Numerik
menarik diri dari hubungan
interpersonal dan ditandai dengan adanya gejala vegetative, seprti insomnia dan anoreksia.
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian multivariat tipe prediktif dengan pendekatan potong lintang yaitu menganalisis hubungan antara beberapa variabel bebas dengan variabel tergantung dengan menggunakan instrumen HADS-D.
3.2 Tempat dan Waktu
Tempat Penelitian : RSU. Vina Estetica Medan Waktu Penelitian : Desember 2019 – Januari 2020
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi Target : Penderita kanker serviks
Populasi Terjangkau : Penderita kanker serviks yang datang kontrol ke RSU. Vina Estetica Medan
Sampel Penelitian : Penderita kanker serviks yang datang ke RSU.
Vina Estetica Medan bulan Desember 2019 – Januari 2020 yang memenuhi kriteria penelitian Cara Pengambilan Sampel : Non probability sampling tipe consecutive
sampling
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi
1. Penderita kanker serviks yang sedang menjalani radioterapi 2. Menikah
3. Usia 35 - 55 tahun
4. Belum pernah mendapat pengobatan kanker serviks sebelumnya 5. Pasien kooperatif
Kriteria Eksklusi
1. Riwayat penyakit psikiatri 2. Riwayat penggunaan zat
3.5 Besar sampel
Pada studi ini terdapat 9 variabel bebas, dan dalam menentukan rumus besar sampel ini akan dicari hubungan bivariat untuk setiap variabel bebas, kemudian besar sampel yang paling banyak yang akan menjadi besar sampel pada studi ini. Variabel bebas berskala kategorik akan digunakan diagnosis penelitian analitik komparatif numerik tidak berpasangan satu kelompok satu kali pengukuran untuk melihat hubungan bivariatnya. Untuk variabel bebas berskala numerik akan digunakan diagnosis penelitian analitik korelatif numerik tidak berpasangan satu kali pengukuran untuk melihat hubungan bivariatnya.
Terdapat dua langkah sebelum menentukan besar sampel untuk penelitian multivariat prediktif numerik satu kali pengukuran. Cara yang pertama adalah dengan menggunakan tabel besar sampel untuk diagnosis penelitian multivariat
prediktif numerik satu kali pengukuran. Setelah itu, kita tetap harus menghitung seluruh hubungan bivariatnya antara setiap variabel tergantung. Kemudian penentuan besar sampel akan dilihat jumlah besar sampel yang paling banyak.28
Langkah pertama
Dengan menetapkan kesalahan tipe satu 5 % dan kesalahan tipe dua 20 % untuk hipotesis dua arah serta koefisien determinasi 0,25 adalah 58 subjek.28
Langkah kedua
Penentuan besar sampel juga harus dipertimbangkan berdasarkan rumus besar sampel untuk hubungan bivariatnya untuk setiap variabel bebas, seperti diketahui bahwa variabel bebas pada penelitian ini terdiri dari variabel kategorik dan variabel numerik.28,29
Untuk mencari besar sampel pada diagnosis penelitian analitik komparatif numerik tidak berpasangan dua kelompok satu kali pengukuran, maka terlebih dahulu kita mencari rumus untuk simpang baku gabungan yaitu:
(S)2 = (s12 x (n1-1) + s22 x (n2-1)) n1+n2-2
dimana,
sg = simpang baku gabungan sg2 = varian gabungan
s1 = simpang baku kelompok 1 pada penelitian sebelumnya
n1 = besar sampel kelompok 2 pada penelitian sebelumnya s2 = simpang baku kelompok 2 pada penelitian sebelumnya n2 = besar sampel kelompok 2 pada penelitian sebelumnya
Setelah didapatkan simpang baku gabungan, maka langkah selanjutnya adalah:
29,30
n1 =n2 = [( ) ]
dimana, parameter yang berasal dari kepustakaan adalah sg (simpang baku gabungan), sedangkan yang ditetapkan peneliti adalah zα, zβ, dan x1-x2, oleh karena itu pada penelitian ini ditetapkan bahwa
zα = nilai standar alfa 5% = 1,96 2 arah.
zβ = nilai standar beta 10% = 1,28 S = simpang baku gabungan
x1-x2 = selisih minimal rerata yang dianggap bermakna = 2,1
Penetapan selisih rerata minimal yang dianggap bermakna ditentukan melalui judgement peneliti yaitu nilai terendah dari sub skala adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 21, pada rating scale, biasanya minimal perbaikan ditentukan melalui partial response yaitu pengurangan 10% gejala, berdasarkan hal tersebut, maka dipertimbangkan selisih minimal rerata yang dianggap bermakna secara logis dan etis adalah 10% dari 21, yaitu 2,1.
Variabel Pil Kontrasepsi KB Skor HADS-D
Kelompok 1 = Ada (n = 8 s = 2.26) Kelompok 2 = Tidak ada(n = 2, s = 1.41)
(sg)2 = (s12 x (n1-1) + s22 x (n2-1)) n1+n2-2
(sg)2 = (2.262 x (8-1) + 1.412 x (2-1)) 8+2-2
(sg)2= 35.7 + 1.98 8 (sg)2= 4.71
Sg = √4.71 Sg = 2.17
Setelah didapatkan nilai sg, maka:
n1 =n2 = [( )
] n1 =n2 = [( )
]
n1 = n2 = 2 x 11.15 n1 = n2 = 22.3 = 22
Jadi jumlah besar sampel minimal yang digunakan untuk variabel pil kontrasepsi KB adalah 22.
Variabel Riwayat Depresi Sebelumnya Skor HADS-D
Kelompok 1 = Depresi (n = 3, s = 3.21) Kelompok 2 = Tidak depresi (n = 7, s = 1.34)
(S)2 = (s12 x (n1-1) + s22 x (n2-1)) n1+n2-2
(S)2 = (3.212 x (3-1) + 1.342 x (7-1)) 3+7-2
(S)2= 20.6 + 10.74 8 (S)2= 3.91
S = √3.91 S = 1.97
Setelah didapatkan nilai sg, maka:
n1 =n2 = [( ) ] n1 =n2 = [( )
]
n1 = n2 = 2 x 3.03 n1 = n2 = 6.06 7
Jadi jumlah besar sampel minimal yang digunakan untuk variabel depresi sebelumnya adalah 7.
Variabel Stadium Skor HADS-D
Kelompok 1 = Dini (n = 8 s = 2.26) Kelompok 2 = Lanjut(n = 2, s = 1.41)
(sg)2 = (s12 x (n1-1) + s22 x (n2-1)) n1+n2-2
(sg)2 = (2.262 x (8-1) + 1.412 x (2-1)) 8+2-2
(sg)2= 35.7 + 1.98 8 (sg)2= 4.71
Sg = √4.71 Sg = 2.17
Setelah didapatkan nilai sg, maka:
n1 =n2 = [( )
] n1 =n2 = [( )
]
n1 = n2 = 2 x 11.15 n1 = n2 = 22.3 = 22
Jadi jumlah besar sampel minimal yang digunakan untuk variabel stadium adalah 22.
Variabel Usia Skor HADS-D
Diketahui r = 0.76 (korelasi positif)
[ ( ) (
)
]
[ ( )
( )]
[( )
]
Variabel Lama Sakit Skor HADS-D
Diketahui r = 0.78 (korelasi positif)
[ ( ) ( ( )
( ))
]
[ ( )
( )]
[( )
] [ ]
Variabel Penghasilan Keluarga Skor HADS-D
Diketahui r = 0.3 (korelasi negatif)
[ ( ) ( ( )
( ))
]
[ ( )
( )]
[( )
] [ ]
Variabel Jumlah Pernikahan Skor HADS-D
Diketahui r = 0.64 (korelasi positif)
[ ( ) ( ( )
( ))
]
[ ( )
( )]
[( )
] [ ]
Variabel Persalinan Skor HADS-D
Diketahui r = 0.35 (korelasi positif)
[ ( ) ( ( )
( ))
]
[ ( )
( )]
[( )
] [ ]
Jadi besar subjek pada penelitian ini adalah 120 subjek, yang didapat dari hubungan bivariat antara penghasilan keluarga perbulan.
3.6 Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling.27
3.7 Cara Kerja Penelitian
Penderita kanker serviks yang datang untuk kontrol ke poliklinik bedah onkologi RSU. Vina Estetica Medan. Penderita kanker serviks yang datang untuk kontrol yang memenuhi kriteria Inklusi dan eksklusi akan diberikan penjelasan dan diminta untuk menandatangani persetujuan setelah penjelasan yang dilakukan oleh penulis. Penulis akan melakukan anamnesis dan wawancara terstruktur kepada penderita kanker serviks akan diberikan kesempatan untuk mengisi biodata dan HADS-D. Hasil penelitian akan dikumpulkan dan diinterpretasi serta diolah lebih lanjut.
3.8 Kerangka kerja
Perderita kanker serviks
Persetujuan Setelah Penjelasan
HADS-D
Inklusi Eksklusi
Analisa Data
3.9 Identifikasi Variabel
Variabel bebas berskala kategorik : Stadium kanker, riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal, riwayat depresi sebelumnya.
Variabel bebas berskala numerik : Usia, lama pendidikan, lama sakit, penghasilan keluarga perbulan, jumlah pernikahan, persalinan.
Variabel tergantung : Skor HADS-D
3.10 Manajemen Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dan dengan komputer, dengan langkah-langkah :
1. Pemeriksaan data
Data yang terkumpul dalam bentuk wawancara diperiksa untuk memastikan jawaban cukup jelas, semua pertanyaan sudah dijawab sesuai petunjuk pengisian.
2. Pemberian kode
Kelengkapan data diperiksa dan diberi kode dengan cara merubah data dari bentuk kalimat atau huruf menjadi data angka. Pemberian kode ini berguna untuk proses entry data.
3. Pemasukan data
Data yang telah diberi kode berguna mempermudah analisa data dan mempercepat proses pemasukan data.
4. Tabulasi data
Data dimasukkan ke program komputer, kemudian data diklarifikasi ke dalam tabel yang telah dipersiapkan.
5. Analisis data
Analisis regresi linier hanya dapat digunakan apabila syarat-syarat iju linierterpenuhi, adapun syarat regresi linier diantaranya adalah sebaran residu normal (dibuktikan dengan grafik histogram), rerata residu= 0 (dibuktikan dengan deskriotif), tidak ada outlier (dibuktikan dengan Case Wise Diagnostic), konstan (dibuktikan dengan grafik scatter antara residu dengan variabel bebas), independen (dibuktikan dengan uji Durbin Watson), tidak ada multikolinerity (dibuktikan dengan uji Pearson dan Uji tleransi) pada variabel bebas, serta hubungan variabel bebas dan terikat adalah linier (dibuktikan dengan grafik scatter antara variabel bebas dengan variabel tergantung). 28
Untuk analisis variabel bebas kategorik rencana analisisnya adalah:
1. Analisis deskriptif dan uji normalitas
2. Analisis bivariate dengan one way anova atau Kruskal-Wallis 3. Analisis multivariat
4. Resume analisis 5. Melaporkan analisis
Untuk analisis variabel bebas numerik rencana analisisnya adalah:
1. Analisis deskriptif dan uji normalitas
2. Analisis bivariate dengan uji pearson atau spearman 3. Analisis multivariat
4. Melaporkan analisis
3.11 Masalah etika
Pelaksanaan penelitian diupayakan mengikuti pola dan norma-norma pelaksanaan penelitian ilmiah yang standar. Pada pihak responden yang diwawancarai diminta semacam persetujuan informed consent dengan penyampaian informasi bahwa data atau kerahasiaan individu responden akan dijamin tetap rahasia oleh pihak peneliti. Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari komite etika penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4.1 Karakteristik Demografik
Tabel 4.1 disajikan untuk menjawab tujuan khusus pertama, yaitu untuk mengetahui gambaran karakteristik demografik pada penderita kanker serviks.
Adapun variabel kategorik yang dibahas di tabel 4.1 adalah penggunaan kontrasepsi hormonal dan riwayat depresi sebelumnya dan stadium kanker. Data kategorik disajikan dalam jumlah (n) dan persentase (%).
Variabel numerik yang dibahas pada tabel 4.1 adalah usia, lama pendidikan, lama sakit, penghasilan keluarga perbulan, jumlah pernikahan, persalinan. Semua variabel numerik disajikan dalam pemusatan (rerata) dan penyebaran (simpangan baku) jika data berdistribusi normal dengan uji Kolmogorov-Smirnov (n=120) dimana p>0.05 untuk setiap variabel dan disajikan dalam bentuk pemusatan (median) dan penyebaran (minimum-maksimum) jika data tidak berdistribusi normal dengan uji Kolmogorov-Smirnov (n=120) dimana p<0.05 untuk setiap variabel.