• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Ekonometrika untuk S1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Materi Ekonometrika untuk S1"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Ekonometrika

Program Studi Statistika, semester Ganjil  2012/2013

(2)

Autocorrelation

 Terjadi ketika kovarians dan korelasi antar galat ≠ tidak sama

dengan nol.

 Salah satu pelanggaran asumsi

u

t

,

u

s

0

,

untuk

beberapa

t

s

cov

 Paling sering terjadi pada data deret waktu

 Karena urutan pengamatan mempunyai makna

 Galat pada satu periode mempengaruhi galat pada periode berikutnya  Terutama pada periode dengan jarak pendek (mis: harian)

 Pada data cross section jarang terjadi

(3)

Penyebab Autokorelasi

Ommited important variable

Misspecification of the model

(4)

Omitted variable

 Misalkan Yt dipengaruhi oleh X2t dan X3t

 Akan tetapi X3t tidak disertakan di dalam model.

t t

t

X

u

Y

1

1 2

u

t

X

3t

v

t

Sifat data time series:

X

3t

berhubungan dengan

X

3,t-1,

X

3,t-2
(5)

Misspecification of the model

Misalkan

Y

t

dipengaruhi oleh

X

2t

secara kuadratik

t t

t

t

X

X

u

Y

1

2 2

3 22

 Akan tetapi suku kuadratik X2t tidak disertakan di dalam

model.

t t

t

X

v

Y

1

2 2

v

t

3

X

22t

u

t

 Jika X2t naik atau turun seiring waktu maka vt juga akan naik

(6)

Systematic Errors in Measurement

Pengukuran yang dilakukan pada waktu

tertentu

 Misalkan tingkat sediaan pada waktu

t

 Terjadi kesalahan dalam pengukuran tersebut

Jika variabel bersifat akumulatif, maka

kesalahan pengukuran juga akan

terakumulatif

Error di pengamatan

t

dipengaruhi oleh error

(7)

Jenis autokorelasi

 Yang paling sering terjadi adalah first order serial

autocorrelation: AR(1)

t kt

k t

t

t

X

X

X

u

Y

1

2 2

3 3

t t

t

u

u

1

 ρ menyatakan hubungan fungsional antar galat

u

t  Koefisien dari

first order autocorrelation

,
(8)

ρ=0, tidak ada autokorelasi

ρ→1, positif korelasi serial, galat waktu

sebelumnya sangat mempengaruhi galat saat

ini.

 Galat waktu

t

-1 yang (-) diikuti oleh galat waktu

t

yang juga (-)

 Galat waktu

t

-1 yang (+) diikuti oleh galat waktu

t

yang juga (+)

ρ→-1, negatif korelasi serial, galat waktu

sebelumnya sangat mempengaruhi galat saat

ini.

 Galat waktu

t

-1 yang (-) diikuti oleh galat waktu

t

yang (+)

 Galat waktu

t

-1 yang (+) diikuti oleh galat waktu

t

(9)

Positive Autocorrelation

Autokorelasi positif, ditunjukkan oleh pola siklus dari galat seiring waktu.

+

-t

uˆ

+

1

ˆt

u

-3.7 -6 -6.5 -6 -3.1 -5 -3 0.5 -1 1 4 3 5 7 8 7

+

-Time

t

(10)

Negative Autocorrelation

Autokorelasi negatif, ditunjukkan dari pola yang ‘alternating’ dari galat seiring waktu

+

-t

uˆ

+

1

ˆt

u

+

-t

uˆ

(11)

No pattern in residuals –

No autocorrelation

Tidak ada pola dari galat, tidak ada autokorelasi

+ t

uˆ

-+

1

ˆt

u

+

-t

uˆ

(12)

Efek dari Autokorelasi

 Penduga OLS untuk koefisien regresi tetap tidak bias akan tetap tidak

lagi efisien (ragam besar)

 Tidak lagi BLUE

 Penduga ragam bagi koefisien regresi menjadi bias dan tidak konsisten

 Uji hipotesis tidak lagi valid

 Tidak mencerminkan hal yang sebenarnya

 Overestimated R2:

 Lebih besar dari yang sebenarnya

 Model lebih sering dinyatakan ‘a good fit’ daripada hubungan yang

sebenarnya

(13)

Efek matematis terhadap ragam penduga 

koefisien

 Ragam peragam penduga koefisien OLS tanpa autokorelasi:

 

1

 

1

'

ˆ

var

β

X'

X

X'

E

uu

X

X'

X

 

ˆ

1 2

1

var

β

X'

X

X'

IX

X'

X

 

ˆ

2

1

1 2

1
(14)

Jika terdapat autokorelasi, maka:

uu

Ω

                       1 1 1 1 ' 3 2 1 3 2 2 2 1 2 2      n n n n n n E             

u

t

u

t

E

,

E

u

t

,

u

t1

E

u

t

,

u

t 2

 

 

1

 

1

1

'

ˆ

var

β

AR

X'

X

X'

E

uu

X

X'

X

 Ragam peragam penduga koefisien OLS dengan autokorelasi:

(15)

Detecting Autocorrelation:The Durbin­

Watson Test

Uji Durbin-Watson (DW):

- Uji untuk first order autocorrelation AR (1)

ut = ut-1 + vt

dengan vt  N(0, v2).

 Hipotesis uji:

 H0: =0 and H1: 0

 Statistik uji

DW

u u

u

t t t

T

t t

T

 

 

1 2

2

(16)

The Durbin­Watson Test: Critical Values

Dengan penyederhanaan:

)

1

(

AR

pada

korelasi

koefisien

penduga

:

ˆ

1

ˆ

1

Sehingga:

1 ˆ

2 

DW

4 0 DW

2 :

0

ˆ  DW

Untuk DW → 2, tidak akan ada cukup bukti untuk adanya

autokorelasi

Terdapat dua nilai kritis bagi DW, Upper critical value (du)

Lower critical value (dL)

(17)

The Durbin­Watson Test: Interpretasi 

hasil uji

(18)

 Dapat dilakukan untuk menguji autokorelasi sampai derajat

ke r

Uji Breusch­Godfrey

t r

t r t

t t

t

u

u

u

u

v

u

1 1

2 2

3 3

0

,

2

~

v

t

N

v

Hipotesis nol dan hipotesis alternatif:

H

0

:

1

= 0 dan

2

= 0 dan ... dan

r

= 0

H

1

:

1

0 atau

2

0 atau ... atau

r

0

 Dengan mengkombinasikan sifat galat tsb dan model regresi:

t r

r t

t kt

k t

t

X

X

u

u

u

v

(19)

Langkah­langkah uji 

Breusch­Godfrey

 

 Langkah 1: Dapatkan penduga bagi model regresi

 Langkah 2: Dapatkan penduga galat

t t

t

Y

Y

u

ˆ

ˆ

 Langkah 3: Dapatkan penduga auxiliary regression bagi

penduga galat sebagai fungsi dari seluruh peubah eksogen dan galat sejumlah lag yang ingin diuji

p t p k t

k kt

k t

t

X

X

u

u

u

ˆ

0

1 2

1

ˆ

1

ˆ

t kt

k t

t

t

X

X

X

u

(20)

 Langkah 4: Dapatkan statistik uji berdasarkan

koefisien determinasi dari auxiliary regression R2

2

~

2

r

R

r

n

LM

 Langkah 5: Tolak H0 jika ada bukti yang nyata dari

statistik uji

 Penentuan

r

tergantung dari periode data (bulanan,
(21)

Cara Mengatasi Autokorelasi

Berdasarkan pengetahuan tentang ρ diketahui

 ρ diketahui atau

(22)

Mengatasi autokorelasi ketika 

ρ

diketahui

 ρ diketahui dan diasumsikan autokorelasi terjadi seusai

AR(1) model. t kt k t t

t

X

X

X

u

Y

1

2 2

3 3

t t

t

u

u

1

 Model yang sama berlaku pada waktu ke t-1

1 1 1 3 3 1 2 2 1

1    

t

t

k kt

t

t

X

X

X

u

Y

 Model pada t-1 dikalikan dengan ρ

1 1 1 3 3 1 2 2 1

1    

t

t

k kt

t

t

X

X

X

u

Y

(1)

(23)

 Persamaan (1) dikurangi dengan persamaan (2) t kt k t t

t

X

X

X

u

Y

1

2 2

3 3

1 1 1 3 3 1 2 2 1

1    

t

t

k kt

t

t

X

X

X

u

Y

2

2 2 1

1 1

1

1

1

1

   

t t t k kt kt t t

t

Y

X

X

X

X

u

u

Y

t t

k t

t

X

X

Y

*

1*

2 2*

3*

 Akibat pembedaan, pengamatan berkurang 1  Pengamatan pertama digantikan dengan:

2 1 * 1 2 1 *

1

Y

1

,

X

i

X

i

1

(24)

Mengatasi autokorelasi ketika 

ρ

tidak diketahui: 

Cochrane­Orcutt Iterative Procedure

 Langkah 1: duga model regresi dan dapatkan penduga

galat

 Langkah 2: duga koefisien korelasi serial orde 1

dengan metode OLS dari:

t t

t

u

u

ˆ

ˆ

1

2 1 * 1 2 1 * 1 1 * 1 * 1 1 *

ˆ

1

,

ˆ

1

ˆ

,

ˆ

1

,

ˆ

i i it it it t t t

X

X

Y

Y

X

X

X

Y

Y

Y

t t k t t

t

X

X

Y

*

*

2 2*

3*

 Langkah 3: Lakukan transformasi untuk peubah

peubah yang dipakai dengan hubungan berikut:

 Langkah 4: Dapatkan penduga regresi dan penduga

(25)

 Ulangi lagi langkah 2 sampai dengan 4 sampai

dipenuhi kriteria berikut:

iterasi

ke

ˆ

iterasi

ke

1

0

ˆ

j

j

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Pajak Daerah di Kota Semarang

Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia

Equivalent Schematic Diagram 20K 20K Internal Voltage Reference Input Preamplifier and Limiter 10K 10K Quadrature Phase Detector Lock Detect Filter Lock Detect Outputs Lock

Dalam bahasa Jepang bentuk ekspresi Denbun adalah bentuk ekspresi untuk menyampaikan sebuah informasi (kutipan) yang didapatkan dengan membaca, melihat,

[r]

Contoh penerapan klasifikasi pohon keputusan pada sebuah data berdasarkan gambar 1 sebagai berikut jika seorang mahasiswa yang berasal sekolah dari Surakarta, jurusan IPA

No part of this thesis may be reproduced by any means without the permission of at least one of the copyright owners or the English Department, Faculty of

Untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut, pengumpul susu sapi juga menuntut peternak untuk dapat menghasilkan susu sapi sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan