Alamat Korespondensi email:
Akreditasi PB IDI–2 SKP
Manajemen Menangis pada Bayi
Dito Anurogo
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar, Indonesia
ABSTRAK
Menangis merupakan perilaku fisiologis bayi. Review ilmiah ini mengemukakan seluk-beluk menangis pada bayi, mulai dari fenomena perkembangan anak, definisi, epidemiologi, anamnesis, pemeriksaan fisik, manifestasi klinis, pemeriksaan laboratorium, diagnosis banding, manajemen, dan kegawatdaruratan. Peran serta orangtua, pengasuh, konselor, dokter umum, dokter spesialis anak, dan masyarakat sangat penting dalam tatalaksana menangis pada bayi.
Kata kunci: Manajemen, menangis pada bayi
ABSTRACT
Crying is a physiological behavior in infants. This review reveals the intricacies of crying in babies, starting with child development, definition, epidemiology, history, physical examination, clinical manifestations, laboratory examination, differential diagnosis, management, and emergency. Participation of parents, caregivers, counselors, general practitioners, pediatricians, and communities are very important in the management of crying in infants. Dito Anurogo. Management of Crying in Infants
Keywords: Crying in infants, management.
PENDAHULUAN
Bayi berkomunikasi dan mengekspresikan ketidaknyamanan dengan cara menangis.
Menangis merupakan perilaku fisiologis normal pada bayi, dengan beragam penyebab dan alasan, mulai dari lapar, nyeri, tidak nyaman, mencari perhatian, hingga penyakit serius yang mengancam kehidupan.1
Pada usia 6-8 minggu, bayi menangis rata- rata 2-3 kali setiap 24 jam dengan durasi rata-rata 2,6 jam per hari. Setelah itu, kejadian menangis secara bertahap menurun di usia 3-4 bulan. Bayi berusia 6 minggu menangis sekitar 3 jam per hari, puncaknya terjadi pukul 3 sore hingga pukul 11 malam hari. Hal ini dapat membuat pengasuhnya merasa cemas, lelah, dan kuatir.2-4
Menangis pada bayi dapat disebabkan karena kelelahan; terutama jika durasi tidur total bayi per 24 jam lebih pendek dari rata- rata. Saat lahir, rata-rata bayi menghabiskan
16 jam untuk tidur. Bayi berusia 2 - 3 bulan memerlukan 15 jam untuk tidur. Bayi berusia 6 minggu biasanya cepat lelah setelah terbangun selama 1,5 jam. Bayi berusia 3 bulan umumnya menjadi lelah setelah terbangun selama 2 jam. Menangis pada bayi dapat juga karena lapar; pada bayi yang mengalami kurang pertambahan berat badan dan suplai ASI tidak memadai.3-5
Fenomena Perkembangan
Menangis adalah salah satu bagian dari neurodevelopment fisiologis bayi, demi memastikan keberlangsungan hidup (survival) dan interaksi sosial. Menangis merupakan respons fisiologis normal terhadap pelbagai stimuli nonverbal pada bayi.3,4 Tangisan berlebihan yang susah dihentikan (inconsolable crying) umumnya terjadi selama tiga bulan pertama kehidupan. Menangis berlebihan merupakan salah satu gejala paling sering di bagian kegawatdaruratan, menyebabkan 20% konsultasi di bagian
pediatrik pada bayi berusia hingga tiga bulan.6
Perkembangan di masa bayi tidak berkelanjutan, tetapi bergantian antara periode konsolidasi dan perkembangan yang diistilahkan sebagai pergeseran pola perilaku (biobehavioral shifts), titik kontak atau titik sentuh (touch points), langkah-langkah penting (critical steps), atau periode transisi kualitatif. Konsep touch points menjelaskan berbagai periode sensitif sesaat sebelum setiap periode perkembangan berikutnya (sekitar 3, 9, 12, dan 18 bulan), saat fase sebelumnya sebaiknya telah diselesaikan.7 Setiap fase perkembangan memerlukan kapasitas baru bayi untuk mengatur, yang tergantung pada kematangan struktural dan fungsional otak dan akumulasi pengalaman erintegrasi.8
Pergeseran biopsikososial pertama mempromosikan regulasi di tingkat integrasi yang lebih tinggi pada sekitar usia 2 dan
3 bulan. Emde dan Osofsky menekankan munculnya kemampuan sosial (kontak mata terus-menerus, senyum sosial) sebagai
“kebangkitan sosiabilitas.” Komunikasi preverbal ini menyediakan kerangka kerja untuk melatih pengaturan resiprokal tentang perhatian, gairah afektif positif, dan self- efficacy.9
Pergeseran perkembangan lainnya terjadi di pertengahan paruh tahun kedua (sekitar 9 bulan), saat celetukan atau gumaman dimulai, niat, rasa takut terhadap orang asing, dan merangkak, yang terjadi pada waktu yang kurang lebih sama. Permulaan pergerakan independen memungkinkan kebutuhan eksplorasi anak, juga meningkatkan kebutuhan akan kedekatan.10
Perubahan perkembangan biopsikososial ketiga dimulai sekitar pertengahan tahun kedua kehidupan dan membawa tantangan regulasi baru bagi balita dan orangtua. Berjalan independen menawarkan eksplorasi yang hampir tanpa batas. Bermain simbolis dan penguasaan kosa kata menandai simbolisasi tingkat baru, bahasa yang dimediasi integrasi pengalaman, imajinasi, dan representasi diri dan figur teladan. Di tingkat motivasi, interaksi antara meningkatnya kebutuhan otonomi dan kebutuhan rasa nyaman adalah yang pertama dan utama. Komunikasi merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan otonomi, serta negosiasi berbagai aturan dan batasan sosial.11,12
DEFINISI
Berdasarkan studi klasik tentang menangis pada bayi, Brazelton TB (1962) mendefinisikan menangis berlebihan sebagai bentuk tangisan apapun yang membuat orangtua khawatir atau cemas. 13 Kriteria Wessel MA, dkk. (1954) menyebutkan “aturan tiga”, yaitu: menangis sedikitnya tiga jam sehari, tiga kali seminggu selama tiga minggu berurutan, berlangsung selama tiga bulan.14 Hyman PE, dkk. (2006) membuat klasifikasi menangis berlebihan menggunakan tiga kriteria: dari bayi baru lahir (newborn) hingga usia 4 bulan, bayi yang menangis disertai rewel (irritability) selama tiga jam atau lebih sehari, tiga hari seminggu dan setidaknya berlangsung selama seminggu, serta tidak ada kegagalan perkembangan.15 Meskipun banyak konsensus, belum ada definisi tunggal menangis berlebihan.16 Banyak bayi yang sebenarnya sedikit atau
jarang menangis, namun orangtua tetap menganggapnya menangis berlebihan.
Kriteria untuk membedakan menangis normal dan berlebihan di usia 6 minggu berdasarkan
“aturan tiga”, yakni: menangis dan rewel selama lebih dari 3 jam sehari, selama lebih dari 3 hari seminggu, dalam lebih dari 3 minggu, pada bayi yang kenyang (cukup disusui ASI) dan sehat.13,16,19
Secara sederhana, tangisan berlebih (excessive crying) dapat didefinisikan sebagai menangis lebih dari 3 jam per hari selama lebih dari 3 hari per minggu.18 Kondisi ini dalam dunia kedokteran disebut sebagai “kolik”.14 Bayi kolik sebenarnya baik dan dapat berkembang;
biasanya tidak ada masalah medis.14-15 Meskipun demikian, orangtua sering tertekan, lelah, dan bingung.17-19 Kolik bayi didefinisikan sebagai tangisan berlebihan pada bayi sehat.
Dalam terminologi medis, menangis akibat kolik pada bayi sering disebut sebagai colic crying, cry-fuss behavior, excessive crying, unsettled infant behavior. Tangisan khas kolik umumnya dimulai di beberapa minggu pertama kehidupan dan berakhir di usia 4 hingga 5 bulan.20-22 Menangis pada bayi perlu dibedakan dari keadaan kolik.14,19
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi menangis berlebihan pada bayi berkisar 14-30% pada bayi berusia hingga 3 bulan. Prevalensi menangis berlebihan sekitar 1,5-11,9% di bulan kedua kehidupan.4-6 Suatu meta-analisis 22 studi longitudinal menunjukkan bahwa tangisan berlebihan berkaitan erat dengan kesulitan pengaturan tidur dan makan di bulan-bulan pertama kehidupan, dengan problematika adaptif di sekolah, terutama berhubungan dengan gejala-gejala hiperaktif (ADHD) dan perilaku terkait.57 Beberapa mekanisme patofisiologis simtomatologi ini, yakni: perubahan ritme sirkadian, ketidakmatangan sistem saraf pusat, perubahan mikrobiota intestinal.23-25
Menangis disebabkan kolik pada bayi sering ditemukan di enam minggu pertama (17%- 25%), dibandingkan dengan 11% di usia 8-9 minggu dan 0,6% di usia 10-12 minggu.26 Diagnosis mengacu ke kriteria Wessel yang dimodifikasi.56 Kejadian menangis pada bayi yang disebabkan kolik paling rendah dijumpai di Denmark dan Jepang.26
KLINIS Anamnesis
Untuk orangtua, lakukan pengawasan bayi di rumah (home monitoring). Beberapa data berikut dapat membantu diagnosis:27-29 1. Kapan tangisan terjadi dan berapa lama?
Menangis langsung setelah makan atau minum ASI dapat disebabkan oleh gastroesophageal reflux (heart burn) atau tertelan udara.
2. Apakah tangisan dimulai di saat yang sama setiap hari ? Apakah bayi menangis di saat lain di siang hari?
3. Apa saja pemicu bayi menangis? Apa saja yang membuat bayi berhenti menangis?
4. Apa yang dilakukan saat bayi menangis?
5. Suara tangisan bayi - bayi dengan kolik sering bernada lebih tinggi, lebih keras, dan lebih kuat.
6. Asupan. Terlalu banyak makanan, kurang memberi makan, dan memberi makan makanan yang tidak sesuai dapat menyebabkan kolik.28
7. Apakah suara tangisan menjadi lebih baik, lebih buruk, atau hampir sama dari sebelumnya?
8. Bagaimana perasaan Anda saat bayi menangis? Beberapa orangtua merasa kewalahan dan tidak mampu merawat bayi mereka, yang lain menyalahkan bayi.
9. Bagaimana kolik mempengaruhi keluarga Anda? Kolik mempengaruhi semua anggota keluarga. Penting untuk mempertimbangkan masukan dari semua orang.
10. Mengapa menurut Anda bayi menangis?
Diskusikan pemikiran dan kepedulian tentang bayi Anda.
Dokter juga perlu melakukan anamnesis komprehensif. Penilaian klinis sebaiknya mencakup rincian frekuensi, durasi, waktu, dan pelbagai faktor pemicu atau pereda menangis yang diamati orangtua. Muntah berulang, tarikan napas cepat, atau batuk saat menyusui juga perlu dicari saat anamnesis.
Latar belakang psikososial dan pemahaman orangtua penting untuk menentukan tingkat keselamatan bayi.30
Pemeriksaan Fisik
Dimulai dari tanda-tanda vital (denyut jantung, tekanan darah) untuk evaluasi keberadaan takikardi supraventrikular. Evaluasi berat badan ideal sesuai usia untuk observasi dan identifikasi kegagalan proses tumbuh-
kembang. Menanggalkan pakaian bayi dan melakukan pemeriksaan lengkap untuk penyebab organik. Memeriksa fontanela, bila menggembung dicurigai meningitis.
Pemeriksaan mata untuk menemukan benda asing, abrasi kornea, dan pertimbangkan pemeriksaan retina. Pemeriksaan telinga untuk menyingkirkan otitis media.
Pemeriksaan hidung untuk mengetahui obstruksi (lebih jelas dengan suctioning).
Pemeriksaan mulut untuk menyingkirkan dugaan stomatitis, trauma non-aksidental (robekan frenulum). Pemeriksaan paru untuk evaluasi penyakit respirasi. Pemeriksaan kardiovaskuler untuk perfusi dan nadi, untuk
menyingkirkan dugaan gagal jantung.
Pemeriksaan perut untuk observasi tanda- tanda abdomen akut, memeriksa massa perut (seperti: intussusception), memeriksa darah pada tinja (menyingkirkan dugaan anal fissure). Pemeriksaan alat kelamin dan saluran kemih untuk menyingkirkan dugaan hernia inkarserata dan torsi testis.
Pemeriksaan genitalia, daerah perianal untuk mengetahui keberadaan dermatitis popok, ulserasi, lesi-lesi kulit, hernia inguinal, atau torsi testis. Pemeriksaan neurologis (sistem saraf), muskuloskeletal (sistem otot dan tulang), dan kulit. Evaluasi persendian untuk menyingkirkan kasus artritis septik
dan osteomielitis, pemeriksaan umum untuk tanda-tanda trauma atau fraktur (patah tulang), misalnya pada kasus penganiayaan anak (memar, berkurangnya fungsi gerak tangan dan kaki). Pemeriksaan ekstremitas dilakukan untuk memeriksa finger tourniquets, lesi kulit, fraktur occult, atau dislokasi.30-33
Manifestasi Klinis
Sering menangis di minggu-minggu awal kehidupan dan makin sering di usia 6-8 minggu.31 Menangis umumnya semakin keras (memburuk) di sore atau malam hari, tetapi dapat berlangsung kapan saja. Menangis dapat berlangsung beberapa jam. Saat menangis, bayi dapat menarik tungkai seolah- olah kesakitan. Kejadian menangis biasanya meningkat saat usia 3-4 bulan.1, 33
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik.
Abnormalitas laboratorium teridentifikasi pada 14% kasus bayi menangis berlebihan.
Misalnya: gangguan dan abnormalitas elektrolit, hipoglikemia, hipovolemia, hipertiroidisme, hiperbilirubinemia.34
Bila tidak ada riwayat dan pemeriksaan fisik normal, tidak perlu investigasi. Investigasi laboratorium hanya bermanfaat pada 3–5%
kasus.23
Pertimbangkan pemeriksaan tinja untuk menilai berkurangnya substansi dan pH (bila tinja cair dan ekskoriasi perianal). Pada kasus menangis akut dan muntah, lakukan pemeriksaan kultur dan mikroskopis urin.
Pewarnaan fluoresensi mata jika perlu.
Urinalisis kateterisasi untuk evaluasi infeksi traktus urinarius jika etiologi lain tidak teridentifikasi. Urinalisis kateterisasi digunakan terutama untuk bayi yang menangis berlebihan sebelum usia 1 bulan (10%
menderita infeksi saluran kemih).33,34
Diagnosis Banding
Menangis yang sulit ditenangkan pada bayi (inconsolably crying infant atau incessant cry) dapat disebabkan oleh banyak hal. Penyebab umum tersering adalah kolik infantil, abrasi kornea atau benda asing di mata, peningkatan tekanan intrakranial, bakteremia, sepsis, hipovolemia, hiperbilirubinemia, tourniquet rambut (membelit) di jari-jemari, kaki, penis.1,30,35
Tabel 1. Etiologi menangis berlebihan6,34,39-42
Sistem Organ dan Etiologi Penyakit, Problematika, Diagnosis Banding Mata Abrasi kornea, glaukoma, konjungtivitis, dan benda asing.
Telinga dan orofaring Otitis media akut atau eksterna, stomatitis, faringitis, atau Bednar aphthae.
Sistem integumentum (kulit) Sindrom hair tourniquet, dermatitis popok (diaper dermatitis), dermatitis atopik, ruam (rash), gigitan insekta, selulitis, digital tourniquet, insect bites.
Sistem kardiovaskuler/kardiak Anomali kardiovaskuler kongenital, takikardia supraventrikuler paroksismal, miokarditis, tachyarrhythmia, gagal jantung kongestif.
Sistem respirasi/dada Obstruksi nasal, obstruksi saluran pernapasan akut (croup, benda asing, asma), bronkiolitis, laringitis, bronkitis, pneumonia, pneumotoraks, sumbatan hidung, hipoksia, hiperkarbia.
Sistem gastrointestinal/abdomen Peritonitis, volvulus midgut/malrotasi, intussusception, apendisitis, pankreatitis, hernia incarcerated/strangulated, refluks gastroesophageal, alergi makanan (alergi protein susu), gastroenteritis akut, obstruksi intestinal, intoleransi laktosa, konstipasi, fisur anal, intussusception, pinworms, choledocholithiasis.
Sistem genitourinaria Infeksi traktus urinarius, torsi ovarium, skrotum akut, ulser meatus, balanophostitis.
Sistem neurologis Epilepsi, meningitis bakterial, ensefalitis, trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial, perdarahan intrakranial, hidrosefalus, edema serebral, gangguan/
kondisi degeneratif.
Sistem muskuloskeletal Fraktur tulang, artritis septik, osteomielitis, displasia pelvis, dislokasi, penganiayaan anak (child abuses), shaken baby syndrome.
Sistem hematologis Anemia, keganasan, sickle cell disease, neutropenia, trombositopenia.
Infeksi Otitis media, infeksi traktur urinarius, infeksi herpes, meningitis, artritis septik, osteomielitis, selulitis, skabies, aphthous stomatitis
Toksik/Metabolik Gangguan elektrolit, hipoglikemia, hipertiroidisme, neonatal drug withdrawal (maternal drug use), IEM (Inborn Errors of Metabolism), prenatal drug use, toxic ingestion.
Lainnya Trauma, palatal burns, bakteremia, sepsis, hipovolemia, hiperbilirubinemia.
Tabel 2. Regimen REST untuk bayi dan orangtua50-51
REST untuk Bayi REST untuk Orangtua
Regulation (mencegah stimulasi dan kelelahan berlebihan, perhatikan tanda-tanda peringatan dini, membantu keadaan transisi, batasi menangis dengan memperhatikan sejak awal).
Reassurance (jaminan)
Entrainment (sinkronisasi perilaku bayi dengan rangsangan
lingkungan seperti cahaya atau kebisingan). Empathy (empati) Structure (rutinitas terstruktur, termasuk saat mandi, bermain, tidur,
makan yang konsisten). Support from the health care provider (dukungan
dari penyedia layanan kesehatan).
Touch (misalnya teknik menenangkan seperti memegang atau
menggoyang). Time out for the parents (waktu untuk orangtua,
contohnya istirahat dan makan).
Tabel 3. Red flags menangis pada bayi53-55
Red Flags Dijumpai pada Kondisi
Demam Otitis media akut, apendisitis, bakteremia, endokarditis, meningitis, osteomielitis, pneumonia, sepsis, infeksi traktus urinarius, infeksi respiratorius viral.
Letargi Hidrosefalus, meningitis, sepsis, hematoma subdural.
Distensi abdomen Massa abdomen, hepatosplenomegali, penyakit Hirschsprung, malrotasi intestinal dengan volvulus, necrotizing enterocolitis
Bayi menangis bila dijumpai gangguan pada organ dada, berupa: hipoksia, hiperkarbia, pneumonia, bronkiolitis, obstruksi saluran pernapasan akut (asma, croup, benda asing). Menangis pada bayi juga dapat disebabkan oleh gangguan pada perut dan saluran pencernaan, seperti: apendisitis, peritonitis, choledocholithiasis, pankreatitis, obstruksi intestinal, konstipasi (sulit buang air besar), intoleransi atau alergi protein susu sapi (puncaknya pada 13 minggu), refluks gastroesofageal pada anak, gastroenteritis akut, intoleransi laktosa (tidak umum dialami pada bayi, namun dapat dijumpai pada kasus diare), fisura anus, intususepsi (terutama di usia lebih dari 3 bulan), malrotasi intestinal, midgut volvulus, hernia inguinal inkarserata atau strangulated hernia. Menangis dapat juga disebabkan karena infeksi, misalnya pada infeksi saluran kemih, otitis media, faringitis, pneumonitis. Bayi menangis dapat dijumpai pada gangguan metabolik-toksik, seperti: penggunaan obat-obatan di masa prenatal, konsumsi zat berbahaya (toxic ingestion), abnormalitas elektrolit, gangguan metabolisme bawaan (inborn error of metabolism), hipertiroidisme.1,30-35
Menangis dapat dijumpai pada kasus serius, misalnya meningitis, torsio testis (terutama kasus undescended testicle), menelan obat, reaksi terhadap vaksin, reaksi terhadap obat- obatan yang dikonsumsi ibu selama masa kehamilan (terutama golongan narkotik), trauma (patah tulang, hematoma subdural, kasus kekerasan atau pelecehan, sindrom kompartemen). Menangis berlebihan pada bayi juga dapat menandakan masalah sistem hematologis dan kardiovaskuler, misalnya:
krisis hemolitik, anemia sel sabit, neutropenia, trombositopenia, keganasan, takiaritmia, gagal jantung kongestif. 36-38
Menangis pada bayi dapat dicurigai karena alergi protein susu sapi atau kedelai jika ada muntah, darah atau mukus (lendir) saat diare, berat badan kurang baik, ada riwayat keluarga di silsilah pertama atau tanda-tanda atopi (eksem, bersin), gangguan makan signifikan (memburuk seiring berjalannya waktu). Alergi susu sapi atau protein kedelai merupakan manifestasi reaksi delayed yang dimediasi
non-IgE. Diagnosis klinis dibuat dengan eliminasi susu sapi atau mengubahnya menjadi formula terhidrolisasi ekstensif untuk periode 2 minggu. Protein susu kambing juga bersifat alergenik, sama halnya seperti protein susu sapi. 36-38
Tabel 1 menjelaskan diagnosis banding menangis berlebihan berdasarkan sistem organ dan etiologi.
TATALAKSANA
Untuk tatalaksana klinis, penting untuk memahami kompleksitas gejala dan penyebab yang mendasarinya, di mana sebagian besar kasus tidak eksplisit. Yang perlu dilakukan adalah mengenali problematika, memberikan dukungan dan penguatan kepada keluarga, menyediakan dan menyampaikan informasi bahwa kondisi bayi menangis itu biasa, 95%
kasus mereda sendiri dan hanya 5% memiliki penyebab primer.12,13 Dokter perlu memberi informasi dan edukasi pencegahan shaken baby syndrome atau abusive head trauma.42-44
Informasi medis pola normal menangis dan mekanisme pengaturan diri bayi dapat membantu orangtua memahami masalah.
Menggendong bayi (wrapping the infant) terbukti efektif meningkatkan durasi tidur dan menurunkan aktivitas motorik bayi,33 lebih efisien pada usia bayi makin muda, hingga usia 8 minggu. Pada situasi darurat ekstrem, diperlukan layanan kegawatdaruratan malam hari (nocturnal emergencies services). 36,45
Pemberian obat masih kontroversial dan sebaiknya dibatasi mengingat keterbatasan bukti tentang manfaatnya.38 Pada kasus jarang, seperti pada krisis keluarga, dengan tingkat kecemasan amat tinggi, kurang tidur, tanpa jejaring atau dukungan keluarga, bayi risiko tinggi sebagai konsekuensi disfungsi keluarga, dapat diberikan obat secara temporer.33-36 Obat yang paling sering direkomendasikan adalah fenobarbital (dosis 10 mg tiga kali per hari) atau difenhidramin (dosis 6 mg, 2-3 kali/hari), keduanya untuk satu minggu.27 Simethicone lebih sering dipakai untuk swamedikasi.
Drops simethicone 40 mg + fennel oil 0,0007 mL dapat diberikan untuk tatalaksana kolik.
Efeknya menenangkan dan rasanya manis,
meskipun belum ada bukti manfaat.45-47
Intervensi REST merupakan regimen untuk bayi dan orangtua. Metode ini bermanfaat mengurangi tingkat stres orangtua dan meredakan tangis bayi.48-49 (Tabel 2).
Kegawatdaruratan
Beberapa manifestasi klinis kegawatdaruratan menangis berlebihan pada bayi, yaitu jika dijumpai gejala apnea, sianosis, napas pendek, menangis berlebihan menetap selama 1-2 jam di bawah pengawasan tim medis atau tim medis UGD rumah sakit. Tanda-tanda menuju kegawatdaruratan berupa: letargi, takipnea, penurunan capillary refill, penurunan berat badan atau berat badan tidak sesuai usia, demam tinggi (38° C atau 100,4° F), menolak disusui atau disuapi, aktivitas abnormal paroksismal, diaforesis, sulit makan, tampak jelas adanya trauma, memar yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, riwayat penyakit inkonsisten, intoksikasi dari pengasuh, penyakit mental, takikardi berkelanjutan lebih dari 180 kali per menit, muntah-muntah, feses berdarah, fontanel penuh, iritabilitas dan paradoksikal, tidak dapat menggerakkan ekstremitas.52-54
Demam, letargi, dan distensi abdomen merupakan manifestasi kegawatdaruratan (red flags) di dalam evaluasi menangis pada bayi (Tabel 3).
RINGKASAN
Menangis adalah perilaku fisiologis bayi sebagai sarana berkomunikasi dan mengekspresikan ketidaknyamanan.
Prevalensi menangis berlebihan pada bayi berkisar 14-30% pada bayi berusia hingga 3 bulan. Untuk mendapatkan diagnosis yang spesifik dan akurat, maka ahli pediatrik, dokter umum, beserta tim medis perlu melakukan langkah komprehensif-solutif, meliputi:
anamnesis, pemeriksaan fisik, observasi manifestasi klinis, melakukan pemeriksaan laboratorium, membuat diagnosis banding, merumuskan tatalaksana atau manajemen yang sesuai, serta mempertimbangkan aspek kegawatdaruratan klinis yang mungkin terjadi.
* Pernyataan :
Manuskrip ini bebas konflik kepentingan.
*Ucapan Terimakasih :
Prof. Dr. Taruna Ikrar, MD, MPharm, PhD. Professor of Biomedical Sciences di Pacific Health Sciences University (PHSU) atas bantuan editing, critical appraisal, serta supervisinya sehingga naskah ini menjadi lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
1. Halpern R, Coelho R. Excessive crying in infants. J Pediatr (Rio J). 2016; 92(3 Suppl 1):40-5.
2. Ian St James-Roberts. Infant crying and sleeping: Helping parents to prevent and manage problems. Prim Care Clin Office Pract. 2008(35):547–67.
3. St James-Roberts I, Halil T. Infant crying patterns in the first year: Normal community and clinical findings. J Child Psychol Psychiatry. 1991;32:951-68.
4. Hiscock H. The crying baby. Aust Fam Physician. 2006;35:680-4.
5. Bremner JG, Alan Slater A, editors. Theories of infant development. New Jersey, USA: Wiley-Blackwell; 2003.
6. Matijasic N, Premilovac ZP. Inconsolable crying in Infants: Differential diagnosis in the pediatric emergency department. Clinical Pediatrics. 2018:1-7.
7. Largo RH, Benz-Castellano C. Critical moments in childhood development: The Zurich fit model. In: Papousek M, Schieche M, Wurmser H, editors. Disorders of behavioral and emotional regulation in the first years of life: Early risks and intervention in the developing parent infant relationship. Washington DC: Zero to Three;
2007 .p. 1-11
8. Brazelton TB. How to help parents of young children: The touchpoints model. J Perinatol 1999;19(6 Pt 2):6-7 9. Papousek M. Communication in early infancy: An arena of intersubjective learning. Infant Behav Dev 2007;30:258-66 10. Emde RN, Osofsky HJ. Bonding, humanism, and science. Pediatrics 1983;72:749-50
11. Crockenberg SC, Leerkes EM. Infant and maternal behaviors regulate infant reactivity to novelty at 6 months. Dev Psychol. 2004;40:1123-32 12. Kim JS. Excessive crying: behavioral and emotional regulation disorder in infancy. Korean J Pediatr. 2011;54(6):229-233.
13. Brazelton TB. Crying in infancy. Pediatrics. 1962;29:579-88
14. Wessel MA, Cobb JC, Jackson EB, Harris GS Jr, Detwiler AC. Paroxysmal fussing in infancy, sometimes called colic. Pediatrics 1954;14:421-35.
15. Hyman PE, Milla PJ, Benninga MA, Davidson GP, Fleisher DF, Taminiau J. Childhood functional gastrointestinal disorders:neonate/toddler. Gastroenterology.
2006;130:1519-26
16. Carey WB. Colic prolonged or excessive crying in young infants. In: Carey WB, editor. Developmental-behavioral pediatrics. 4th Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier;
2009. p. 557-62
17. St James-Roberts I, Hurry J, Bowyer J. Objective confirmation of crying durations in infants referred for excessive crying. Archives of Disease in Childhood 1993;68:82- 4.
18. Wurmser H, Laubereau B, Hermann M, Papoušek M, von Kries R. Excessive infant crying: Often not confined to the first 3 months of age. Early Human Development 2001;64(1):1-6
19. Helseth S, Begnum S. A comprehensive definition of infant colic: Parents' and nurses' perspectives. J Clin Nurs. 2002;11(5):672-80 20. Lucassen P. Colic in infants. BMJ Clin Evid. 2010; 2010: 0309
21. Carey WB (Ed.). Developmental-behavioral pediatrics. 4th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2009 .p. 557-62
22. Daelemans S, Peeters L, Hauser B, Vandenplas Y. Recent advances in understanding and managing infantile colic. F1000Res. 2018;7:F1000 Faculty Rev-1426.
Published 2018 Sep 7. doi:10.12688/f1000research.14940.1
23. Kim JS. Excessive crying: Behavioral and emotional regulation disorder in infancy. Korean J Pediatr. 2011;54:229-33 24. Reijneveld SA, Brugman E, Hirasing RA. Excessive infant crying:the impact of varying definitions. Pediatrics. 2001;108:893-7 25. Roberts DM, Ostapchuk M, O'Brien JG. Infantile colic. Am Fam Physician. 2004;70(4):735-40.
26. Wolke D, Bilgin A, Samara M. Systematic review and meta-analysis: Fussing and crying durations and prevalence of colic in infants. The Journal of Pediatrics 2017;185:55-61.e4
27. Lehtonen LA, Rautava PT. Infantile colic: Natural history and treatment. Curr Probl Pediatr. 1996;26:79
28. Turner TL, Palamountain S. Patient education: Colic (excessive crying) in infants (Beyond the Basics) [Internet]. 2017 [cited 2018 September 13]. Available from:
https://www.uptodate.com/contents/colic-excessive-crying-in-infants-beyond-the-basics
29. John Hopkins Medicine. Patient history form [Internet]. [cited 2018 September 13]. Available from: https://www.hopkinsmedicine.org/psychiatry/specialty_areas/
moods/patient_information/docs/pt_medi_history_form.doc 30. Ismail J, Nallasamy K. Crying infant. Indian J Pediatr. 2017;84(10):1-5
31. Lester BM. Boukydis CFZ, editors. Infant crying: Theoretical and research perspectives. Springer US; 1985
32. Krautter TH. When your baby won’t stop crying: A parent’s guide to colic. Sourcebooks, Inc. Naperville, Illinois; 2006.
33. Kliegman, Robert; Marcdante, Karen J. Nelson essentials of pediatrics. Elsevier; 2019
34. Freedman SB, Al-Harthy N, Thull-Freedman J. The crying infant: Diagnostic testing and frequency of serious underlying disease. Pediatrics 2009;123;841 35. Akhnikh S, Engelberts AC, van Sleuwen BE, L’Hoir MP, Benninga MA. The excessively crying infant: Etiology and treatment. Pediatr Ann. 2014;43:69-75 36. Hay Jr WW, Levin MJ, Deterding RR, Abzug MJ. Current diagnosis and treatment pediatrics. 23rd Ed. Lange McGraw-Hill Education / Medical; 2016.
37. Grover G. Crying and colic. In: Berkowitz CD, editor. Pediatrics: A primary care approach. 1st ed. Philadelphia (PA): Saunders Company; 1996. p. 102-4 38. McClafferty H. Integrative pediatrics: Art, science, and clinical application. Routledge, New York; 2017.
39. Macknin ML, Piedmonte M, Jacobs J, Skibinski C. Symptoms associated with infant teething: A prospective study. Pediatrics. 2000;105(4 pt 1):747-52 40. Poole SR. The infant with acute, unexplained, excessive crying. Pediatrics 1991;88:450–5
41. Fahimi D, Shamsollahi B, Salamati P, Sotoudeh K. Excessive crying of infancy: A report of 200 cases. Iran J Pediatr. 2007; 17:222–6 42. Anurogo D. Shaken baby syndrome. Ethical Digest 2014;XI(130):64-5
43. Wolke D, Meyer R, Ohrt B, Riegel K. Co-morbidity of crying and sleeping problems with feeding problems in infancy: concurrent and predictive associations. Early Development & Parenting 1995;4:191–207
44. Anne LV, Adamsbaum C, Rambaud C, Salmon CR, Raul JS. Diagnostic criteria of shaking 2017: A crucial advance into knowledge on the Shaken baby syndrome
(SBS). Ann Phys Rehabilitat Med. 2018;61: 1–102.
45. Hall B, Chesters J, Robinson A. Infantile colic: A systematic review of medical and conventional therapies. J Paediatr Child Health 2012;48:128.
46. Sethi KS, Sethi JK. Simethicone in the management of infant colic. Practitioner 1988;232:508.
47. Steuerwald MR. Review of the therapeutic use of simethicone in gastroenterology. Schweizerische Zeitschrift fur GanzheitsMedizin 2007;19:380–7.
48. Keefe M, Lobo ML, Froese-Fretz A, Kotzer AM, Barbosa GA, Dudley WN. Effectiveness of an intervention for colic. Clin Pediatr (Philadelphia) 2006; 45:123–33.
49. Keefe M, Kajrlsen KA, Lobo ML, Kotzer AM, Dudley WN. Reducing parenting stress in families with irritable infants. Nursing Res 2006; 55:198–205.
50. Keefe M .The REST Regimen: A conceptual approach to managing unexplained early infant irritability. In, Barr R., St. James-Roberts I., Keefe M, editors, New evidence on unexplained early infant crying: Its origins, nature and management, Johnson & Johnson Paediatric Institute, Skillman (NJ), 2001 .p. 229-44.
51. Arumugam J, Sivandam S, Vijayalakshmi AM. The evaluation and management of an incessantly crying infant. Sri Lanka J Child Health 2012;41(4):192-8.
52. Piteau S, editor. Update in pediatrics. Springer; 2018.
53. Johnson JD, Cocker K, Chang E. Infantile colic: Recognition and treatment. Am Fam Phys. 2015;92(7):577-82.
54. Chua C, Setlik J, Niklas V. Emergency department triage of the "incessantly crying" baby. Pediatr Ann. 2016;45(11):394-8.
55. Allister L, Ruest S. A systematic approach to the evaluation of acute unexplained crying in infants in the emergency department. Pediatr Emerg Med Pract.
2014;11(3):1-17.
56. Wessel MA, Cobb JC, Jackson EB, Harris GS Jr., Detwiler AC. Paroxysmal fussing in infancy, sometimes called "colic." Pediatrics. 1954;14:421-35.
57. Hemmi MH, Wolke D, Schneider S. Associations between problems with crying, sleeping and/or feeding in infancy and long-term behavioural outcomes in childhood: A meta-analysis. Arch Dis Child. 2011;96(7):622-9.